Laporan Visum Et Repertum PDF
Laporan Visum Et Repertum PDF
PENDAHULUAN
Profesi dokter adalah salah satu profesi yang tertua. Dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, maka salah satu pegangan
dokter dan petugas kesehatan adalah 5 Prinsip Dasar Moral, yaitu Autonomy,
Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Honesty yang dikemukan oleh sejumlah
filsuf dan pemerhati moral dan bioetik, terutama dalam bidang biomedik.
Terjadinya interaksi antara dokter dan pasien pada hakekatnya adalah
karena terdapat permasalah kesehatan yang ingin diselesaikan. Permasalahan
seseorang/ pasien dalam hal meningkatkan derajat kesehatan (health promotion),
pencegahan penyakit (disease prevention), penanganan penyakit (curative), dan
pengurangan kecacatan/ kerusakan
yang lebih lanjut (rehabilitative care).
Selain
itu
bilamana
upaya
berdasarkan
ilmu
available
medical
science),
namun perjalanan penyakit/ jejas biologis tetap saja berjalan hingga menuju
kematian (mortis). Oleh sebab itu, tidak dapat disangkal lagi bahwa hingga akhir
perjalanan pasien/ manusia tersebut pada hakekatnya semua manusia masih harus
dilayani dengan 5 Prinsip Dasar Moral tersebut.
Oleh sebab itu, perjalanan manusia mulai dari awal kehidupannya (proses
konsepsi) hingga kematiannya (mortis) memiliki hak azasi manusia yang sama untuk
mendapatkan pelayanan dengan 5 Prinsip Dasar Moral tersebut. Hal ini dianggap
sangat azasi sehingga berbagai badan dunia (United Nations, World Health
Organization, World Medical Association) maupun perundang-undangan nasional
secara nyata memberi dukungan pula.
Di pihak lain, sangat disayangkan bahwa terjadinya jejas atau damage tidak
selalu sebagai akibat dari perjalanan penyakit, namun tidak jarang hal tersebut
merupakan tindakan manusia yang patologis; seperti misalnya terjadinya jejas atau
damage sebagai akibat dari perkelahian, penikaman, penembakan, serta berbagai
tindakan kriminal lainnya. Kejadian tersebut merupakan insiden (incidence) yang
dapat mengakibatkan damage, yang bermanifestasi dari luka ringan hingga
mengakibatkan kematian pada orang yang terlibat dalam insiden tersebut. Sehingga
kejadian kematian dapat terjadi secara alamiah, melalui perjalanan proses
degeneratif, dan dapat juga sebagai akibat dari kecelakaan serta tindakan
kejahatan. Melalui jalur apa saja, kematian (mortis) bagi kebanyakan orang
merupakan suatu kejadian kehilangan seseorang yang sangat kita cintai, sayangi,
atau hormati.
Dalam rangka memberikan jaminan rasa aman dan tentram serta
mengunkapkan kebenaran (truth), maka aparatur negara penegak hukum dapat
menggunakan seperangkat peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehubungan dengan hal
inilah, maka tidak jarang seorang dokter yang bertugas di Puskesmas atau Rumah
Sakit akan dihubungi oleh penyidik untuk membuat Surat Keterangan Visum et
Repertum. Berkaitan dengan hal tersebut, ada sejumlah peraturan dan perundangundangan, diantaranya adalah Pasal 133 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana):
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat.
(1) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.
Dalam hal untuk kepentingan bedah mayat tersebut, maka dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 18, tahun 1981 tentang: Bedah mayat klinis
dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh
manusia.
Pada Bab II, secara khusus membahas tentang Bedah Mayat Klinis; dimana Pasal 2
(PP RI No.18, thn 1981) tertulis bahwa:
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat
setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat
ditentukan dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga
penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau
masyarakat sekitarnya
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam
jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga
terdekat dari yang meninggal dunia datang ke rumah sakit.
Translating
Pendulum
Hypothesis
(dikemukakan
oleh
Gatot
S.
Lawrence)
ilustrasi,
misalnya
seorang
pria
45
tahun
dengan
profil
Lampiran 1.
Logo
Instansi
Jejaring
PRO JUSTITIA
I. Surat Permintaan VeR
a) Nomor Surat Keterangan VeR
:..............................
:..............................
1
2
3
:...........................
:...........................
:...........................
3. Alamat
:...........................
4. Bukti Identitas
:...........................
5. No Bukti Identitas
:...........................
5
6
7
8
9
c) Hasil Pemeriksaan
1. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik
:...........................
2. Pemeriksaan Penunjang
:...........................
:...........................
10
11
12
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
:...........................
13
14
15
16
:...........................
17
:...........................
18
:..............................
:..............................
:..............................
e) Lampiran Video
:..............................
10
: Nomor Surat Keterangan VeR diisi sesuai dengan sistem nomor urut /
registrasi dari instansi IKFM yang mengeluarkan Surat Keterangan Visum et
Repertum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [1]
I.b
: Tanggal dan Waktu SPV diisi sesuai dengan tanggal dan waktu (jam dan
menit keberapa?) instansi IKFM menerima Surat Permintaan Visum dari
pihak penyidik. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [2]
I.c
: Pihak yang membuat SPV (penyidik) diisi nama, pangkat, dan nomor SPV
penyidik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [3]
II.a
: Tanggal dan Waktu Pembuatan VeR diisi sesuai dengan tanggal dan waktu
(jam dan menit keberapa?) pemeriksaan dilakukan oleh dokter (atau dokter
gigi bilamana menyangkut masalah gigi). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [4]
II.b.1 : Nama korban diisi sesuai dengan nama yang tercantum pada bukti identitas
yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada
SPV). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [5]
II.b.2 : Tanggal lahir / Umur diisi sesuai dengan tanggal lahir dan atau umur yang
tercantum pada bukti identitas yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan
yang dicantumkan pada SPV). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [6]
II.b.3 : Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum pada bukti identitas yang
diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . [7]
II.b.4 : Bukti Identitas diisi sesuai dengan bukti identitas yang digunakan (KTP, SIM,
Pasport atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . . . . . . . . . . . [8]
II.b.5 : No Bukti Identitas diisi sesuai dengan Nomor Bukti identitas yang digunakan
(KTP, SIM, Pasport atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . . [9]
II.c.1 : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik diisi sesuai anamnesis, pemeriksaan fisik
terhadap korban sesuai dengan pendekatan ilmu kedokteran untuk
mengetahui / mengetahui mekanisme/ patogenesis terjadinya jejas/ damage
(diagnosis / gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan korban hidup
dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum). . . . . . . . [10]
II.c.2 : Pemeriksaan Penunjang diisi sesuai dengan pemeriksaan penunjang dalam
rangka membuat diagnosis terhadap jejas atau damage (diagnosis /
gambaran klinis pada saat
11
II.c.3 : Diagnosis Kerja (ICD Coding) diisi sesuai dengan diagnosis terhadap jejas
atau damage pada saat dilakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka
menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum. Bilamana Damage tersebut
merupakan rangkaian damage dan komplikasi sebagai konsekuensi dari
adanya kejadian (incidence), maka dalam mengungkapkan rangkaian
patomekanisme tersebut perlu dimasukan dalam lampiran semua ringkasan/
resume medik dari tindakan medik terdahulu yang telah dilakukan oleh
dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang diberikan wewenang; dan
resume medik tersebut harus ditanda-tangani oleh dokter/ dokter gigi/
petugas
kesehatan
tersebut.
Urutan
diagnosis
kerja
menggunakan
12
kompetensi yang dimiliki oleh dokter / dokter gigi/ petugas kesehatan yang
membuat surat keterangan Visum et Repertum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [17]
IV
: Lampiran Pemeriksaan
membuat
diagnosis
pemeriksaan
terhadap
laboratorium,
damage
radiologi,
yang
terjadi
Ultrasonografi,
(misalnya
hasil
EKG,
EEG,
13
Lampiran 2.
Logo
Instansi
Jejaring
PRO JUSTITIA
I. Pendahuluan
a) Nomor Surat Keterangan VeR
:..............................
:..............................
1
2
3
:...........................
:...........................
:...........................
3. Alamat
:...........................
4. Bukti Identitas
:...........................
5. No Bukti Identitas
:...........................
5
6
7
8
9
c) Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Luar
:...........................
2. Pemeriksaan Dalam
:...........................
3. Ringkasan Pemeriksaan
:...........................
4. Kesimpulan
:...........................
10
11
12
13
:...........................
:...........................
14
:...........................
:...........................
:...........................
IV.
14
:...........................
15
:...........................
16
Lampiran Pemeriksaan
a) Lampiran Hasil Pemeriksaan Klinis
:..............................
:..............................
:..............................
e) Lampiran Video
:..............................
15
: Nomor Surat Keterangan VeR diisi sesuai dengan sistem nomor urut /
registrasi dari instansi IKFM yang mengeluarkan Surat Keterangan Visum et
Repertum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [1]
I.b
: Tanggal dan Waktu SPV diisi sesuai dengan tanggal dan waktu (jam dan
menit keberapa?) instansi IKFM menerima Surat Permintaan Visum dari
pihak penyidik. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [2]
I.c
: Pihak yang membuat SPV (penyidik) diisi nama, pangkat, dan nomor SPV
penyidik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [3]
II.a
: Tanggal dan Waktu Pembuatan VeR diisi sesuai dengan tanggal dan waktu
(jam dan menit keberapa?) pemeriksaan dilakukan oleh dokter (atau dokter
gigi bilamana menyangkut masalah gigi). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [4]
II.b.1 : Nama korban diisi sesuai dengan nama yang tercantum pada bukti identitas
yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada
SPV). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [5]
II.b.2 : Tanggal lahir / Umur diisi sesuai dengan tanggal lahir dan atau umur yang
tercantum pada bukti identitas yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan
yang dicantumkan pada SPV). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [6]
II.b.3 : Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum pada bukti identitas yang
diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . [7]
II.b.4 : Bukti Identitas diisi sesuai dengan bukti identitas yang digunakan (KTP, SIM,
Pasport atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . . . . . . . . . . . [8]
II.b.5 : No Bukti Identitas diisi sesuai dengan Nomor Bukti identitas yang digunakan
(KTP, SIM, Pasport atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). . . [9]
II.c.1 : Pemeriksaan Luar diisi sesuai dengan semua temuan yang dilihat (visum)
dan ditemukan (repertum) pada saat melakukan pemeriksaan luar terhadap
korban. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [10]
II.c.2 : Pemeriksaan Dalam diisi sesuai dengan semua temuan yang dilihat (visum)
dan ditemukan (repertum) pada saat melakukan pemeriksaan dalam
terhadap korban. Mulai dengan pemeriksaan pada organ dalam bagian atas
hingga bagian bawah. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [11]
II.c.3 : Ringkasan Pemeriksaan diisi sesuai dengan urutan temuan yang paling
bermakna terhadap penyebab kematian, yang dimulai dari pemeriksaan luar
16
kompetensi yang dimiliki oleh dokter / dokter gigi/ petugas kesehatan yang
membuat surat keterangan Visum et Repertum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [15]
IV
: Lampiran Pemeriksaan
membuat
diagnosis
pemeriksaan
terhadap
laboratorium,
damage
radiologi,
yang
terjadi
Ultrasonografi,
(misalnya
hasil
EKG,
EEG,
17