Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Muhammad Arif

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043135391

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4208/Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kode/Nama UPBJJ : 81/majene

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jawaban :
a. Euthanasia adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan
penderitaan seseorang dengan mengakhiri hidupnya. Jenisnya
meliputi euthanasia sukarela, terpaksa, aktif dan pasif.
euthanasia debedakan menjadi banyak (dikelompokkan) berdasarkan
alasan, cara melakukannya, dan lainnya. dari beberapa alasan tersebut
ada yang wajar, namun ada juga yang tidak.
b. Berdasarkan kode etik kedokteran di atas, maka seorang dokter tidak
bisa melakukan tindakan euthanasia dalam kondisi apapun. Ia
berkewajiban untuk terus melakukan tindakan medis hingga akhirnya
pasien mati secara wajar, bukan dengan tindakan kesengajaan
menghilangkan nyawa manusia. Pembunuhan untuk alasan
menghilangkan penderitaan pasien dan penyebaran penyakit
merupakan tindakan yang melanggar kode etik kedokteran.
Euthanasia dalam pandangn kode etik kedokteran tersebut hanyalah
sebuah tindakan lepas tangan atas tanggung jawab medis dan
kemanusiaan untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Selain itu
euthanasia yang dilakukan melalui diagnosa medis semata bisa
membuka jalan bunuh diri. Bisa jadi, dengan mengacu pada suatu
kasus euthanasia, pihak-pihak yang berkepentingan akan kematian
seseorang akan dengan mudah melaksanakan niatnya. Sesuai dengan
kode etik kedokteran, maka seorang dokter harus mempertahankan
nyawa manusia dari tindakan bunuh diri, karena penghormatan
terhadap hak hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia. Dalam
kondisi ini, dokter mimiliki kesempatan dan kewenangan untuk
memberikan harapan hidup kepada pasien dengan melakukan
perawatan yang intensif, sungguh-sungguh dan ikhlas, sehingga
pasien kembali menemukan semangat untuk bertahan hidup.
Kesetabilan mental pasien menjadi salah satu bagian dari terapi
psikologis dalam dunia kedokteran untuk normalisasi fungsi saraf.
Sedangkan keputusan dokter untuk mengabulkan permintaan pasien
merupakan tindakan yang membuka peluang pembunuhan, karena
dengan ijin tersebut, maka pembunuhan akan terjadi melalui
euthanasia. Euthanasia tanpa seijin pengadilan bisa dikategorikan
dalam sebuah pembunuhan, mengingat tindakan ini akan
menghilanghakan nyawa pasien yang kemungkinan masih bisa
bertahan hidup dengan perawatan dalam jangka waktu yang masih
lama. Harapan hidup yang masih tersisa ini menjadi terbuang sia-sia,
akibat keputusan yang tergesa-gesa sehubungan dengan status medis
pasien. Berkaitan dengan kode etik kedokteran, secara moral dokter
dan tenaga medis lainnya memiliki tugas dan kewajiban untuk
bersikap professional dalam melakukan perawatan terhadap pasien,
bersikap tulus ikhlas dalam melayani pasien serta berkonsultasi
dengan dokterlain dalam penanganan pasien. pasien serta
berkonsultasi dengan dokterlain dalam penanganan pasien.
Euthanasia melalui diagnosa dokter bisa berdampak negatif, yakni
membuka peluang bagi pelanggaran hukum. Bukti medis bisa
dijadikan alat bukti bagi pengadilan untuk mengabulkan permohonan
euthanasia, karena dokter merupakan saksi ahli dalam proses
pengadilan. Dengan bukti dan kesaksian ahli, pihak yang
menghendaki kematian pasien dengan sangat mudah memperoleh ijin
pengadilan, sehingga nyawa manusia tidak lagi berharga. Kemudahan
dalam pengmbilan tindakan euthanasia akan menghilangkan
kepercayaan masyarakat terhadap institusi medis, rumah sakit
maupun dunia kedokteran secara umum. Lembaga kesehatan yang
diharapkan bisa menjadi benteng untuk mempertahankan kehidupan
manusia tidak lagi dipercaya, karena justru di lembaga ini, hak hidup
tidak dihormati. Menurut hak asasi manusia hak hidup merupakan
hak yang paling mendasar dimiliki manusia untuk melakukan proses
kehidupan. Perlindungan atas hak ini diberikan dalam segala aspek
yang berkaitan dengan usaha manusia untuk membangun kehidupan,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan di
lingkungan sekitarnya. Seluruh konstitusi dan hukum negara-negara
di dunia memberikan jaminan perlindungan atas hak hidup, walaupun
dalam penerapannya seringkali terkesan membatasi bahkan
menghilangkan hak hidup manusia itu sendiri. Akan tetapi tindakan-
tindakan itu tidak terjadi setiap saat dan bisa dijeneralisir sebagai
sebuah kondisi untuk menjustifikasi ketidakadaan perlindungan atas
hak hidup. Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia menegaskan bahwa hak hidup berlaku sejak manusia dalam
kandungan hingga akhir hayat. Tindakan –tindakan diskriminasi dan
menghilangkan hak hidup hanya bisa terjadi, jika seseorang
menggangu hak hidup orang lain yang diputuskan berdasarkan
keputusan hukum. Tindakan-tindakan yang mengakibatkan
tertanggunya hak hidup, bahkan hingga kehilangan nyawa akan
mendapatkan bebagai sanksi dan hukuman, sesuai dengan jenis dan
tingkatan tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Jenis dan kreteria
hukuman bergantung pada aturan hukum dan ketetapan hakim dalam
memutuskan perkara tersebut. hakikat euthanasia itu sendiri yang
menghilangkan nyawa manusia dengan alasan akan merugikan orang
lain, terutama keluarga. Dalam hal ini tidak ada jaminan atas
perlindungan hak hidup seseorang, sehingga usaha menghilangkan
nyawanya menjadi tidak benar. Sementara naluri manusiawi setiap
orang adalah mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara.
Euthanasia dalam pandangan Hak Asasi Manusia termasuk dalam
kategori pelanggaran HAM biasa dan dikenakan pasal 344 KUHP.
c. Pengaturan tentang hak asasi manusia setelah amandemen UUD 1945
diatur secara rinci dalam Pasal 28 A sampai dengan 28 J. Berdasarkan
ketentuan tersebut, bahwasannya tidak ada satupun hak asasi
manusia di Indo- nesia yang bersifat mutlak dan tanpa batas,. Hak
asasi manusia bukanlah hak yang absolute. Pengaturan tentang hak
asasi manusia setelah amandemen UUD 1945 diatur secara rinci
dalam Pasal 28 A sampai dengan 28 J. Berdasarkan ketentuan
tersebut, bahwasannya tidak ada satupun hak asasi manusia di
Indonesia yang bersifat mutlak dan tanpa batas,. Hak asasi manusia
bukanlah hak yang absolute. dalam pelaksanaannya dibatasi oleh hak
orang lain, moral, keamanan, dan ketertiban. Oleh karena itu, dalam
hak asasi manusia dikenal juga adanya kewajiban dasar mnusia.
Dengan demikian, pelaksanaan hak asasi seseorang dan segenap
elemen masyarakat hendaknya dapat menghormati hak asasi orang
lain, sebagimana telah diatur dalam UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai