Anda di halaman 1dari 27

ETIKA DAN HUKUM

EUTANASIA,
TRANSPLANTASI,
DAN BEDAH MAYAT
• tenaga kesehatan atau dokter di dalam menjalankan tugasnya
dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
acuan atau standart profesinya ia akan mendapatkan sanksi
“etik profesi” dari organisasi profesinya.

• Kemungkinan juga seorang tenaga medis yang menjalankan


tugasnya tidak semata-mata melanggar etika profesinya seja,
tetapi juga melanggar hukum. (peraturan per UU an)
• Praktek kedokteran atau tindakan-tindakan dokter yang
sering berhadapan dengan etika maupun hukum adalah
yan berkaitan dengan pelayanan dan penanganan pasien
yang mengalami masalah kesehatan yang berat.

• Masalah-masalah tersebut biasanya menyangkut tiga


hal, yaitu :
a. Eutanasia
b. Transplantasi, dan
c. Bedah mayat
A. EUTANASIA
• Eutanasia berasal dari bahasa yunani, dari akar kata “eu” yang
artinya baik, dan “tanathos “yang artinya mati. Jadi Eutanasia
artinya mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan
atau mati cepat tanpa derita.

• Dari pandangan kedokteran, eutanasia adalah dengan sengaja


tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang
pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek
hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan dilakukan
untuk kepentingan pasien sendiri.
1. Konsep Kematian
Banyak sekali konsep kematian atau konsep tentang mati, antara lain :

o Mati sebagai alat terlepasnya nyawa dari tubuh. Konsep ini seolah
terbantahkan dengan teknologi resusitasi (napas buatan) , seakan-akan nyawa
dapat dikembalikan

o Mati di definisikan sebagai “berhentinya darah mengalir” (PP No. 18/1988),


berarti jantung dan paru-paru berhenti bekerja. Dengan demikian jantung
berhenti berdenyut dan darah tidak dapat mengalir keseluruh tubuh, yang
mengakibatkan semua fungsi tubuh berhenti. Sama dengan nyawa, dengan
teknologi resusitasi (napas buatan) memungkinkan paru-paru dan jantung yang
terhenti dapaat berfungsi kembali.
o Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen untuk
menjalankan fungsinya secara terpadu. Organ tubuh
kita itu berfungsi secara terpadu yang dikendalikan
oleh otak kita. Dengan adanya peristiwa transplantasi
konsep ini diragukan dan dipertanyakan, karena dengan
transplantasi oragna tubuh orang dapat dipindahkan ke
tubuh orang lain.

o batang otak telah mati (brain steam death), bila batang


otak telah mati maka diyakini manusia telah mati baik
secara fisik dan sosial.
• Menurut UU Kesehatan, seseorang
dikatakan mati apabila fungsi jantung,
sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti
telah berhenti secara permanen, atau
apabila kematian batang otak telah dapat
dibuktikan.
2. Jenis- jenis Eutanasia

a. Dilihat dari cara pelaksanaannya

- Eutanasia Pasif

menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang sedang


berlangsung untuk mempertahankan hidupnya.

-Eutanasia Aktif

perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui intervensi


aktif oleh seorang petugas kesehatan atau dokter untuk mengakhiri hidup
manusia (pasien), dengan kata lain tindakan medis secara sengaja melalui
obat atau cara lain sehingga menyebabkan pasien tersebut meninggal.
b. Dilihat dari permintaan

- Eutanasia Voluntir

dilakukan oleh petugas medis berdasarkan permintaan dari pasien


sendiri, dalam keadaan sadar dan berulang-ulang tanpa tekanan
dari siapapun juga

- Eutanansia Inviluntir

dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah tidak


sadar, permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien dengan
berbagai alasan. Antara lain : biaya perawatan, kasihan kepada
penderitaan (pasien) dan sebgainya.
3. Aspek hukum eutanasia

Ketentuan hukum yang berkaitan dengan Eutanasia terdapat dalam


beberapa pasal KUH Pidana, yaitu :

• Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, dancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun (Pasal 340 KUHPidana)

• Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sunguh-sunguh, dihukum
penjara selama-lamanya 12 tahun (Pasal 344 KUHPidana)
• Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun.
(Pasal 359 KUHPidana)

• Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk


bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau
memberikan daya upaya itu untuk bunuh diri, dihukum
penjara selama-lamanya 4 tahun.
• Dokter melakukan tindakan euthanasia (aktif khususnya), bisa diberhantikan dari

jabatannya, karena melanggar etik kedokteran.

• Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Mentri Kesehatan Nomor:

434/Men.Kes./SK/X/1983 “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan

kewajibannya melindungi hidup makhluk insani.” (Pasal 10)

• naluri yang kuat pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia ialah

mempertahankan hidupnya. Usaha untuk itu merupakan tugas seorang dokter.

• Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani,

berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang Negara, maupun menurut

Etika Kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan:

1. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus).

2. Mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman

tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).


B. Transplantasi
• Transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia
yang lain atau tubuhnya sendiri.
• Transplantasi sebagai terapi pengganti yang merupakan upaya
terbaik untuk menolong pasien yang mengalami kegagalan
organ .
• Disamping pertimbangan medis dan kesehatan, transplantasi
juga harus mempertimbangkan dari segi non medis, yakni
agama, budaya, hukum, kepercayaan dan sebagainya.
1. jenis-jenis transplantasi

berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke tubuh yang lain,

transplantasi dibedakan atas :

a. Autograft

pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat yang lain dalam tubuh pasien

sendiri. Cth : operasi bibir sumbing

b. Allograft

pemindahan jaringan atau organ dari tubuh ke tubuh yang lain yang sama spesiesnya, yakni

manusia dengan manusia Cth : ginjal, kornea mata, hati, transfusi darah

c. Xenograf

pemindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya,

misal manusia dengan binatang. Yang sudah pernah dilakukan pencangkokan hati manusia

dengan hati dari baboon.


• Organ atau bagian-bagian tubuh yang diambil dari
seseorang atau “donor” dan di pindahkan untuk
menggantikan tubuh orang lain dibedakan menjadi
dua :

A.Diambil dari donor hidup, misalnya : kulit, ginjal,


darah, sumsum tulang
B.Diambil dari donor mati (jenasah), misalnya :
jantung, hati, ginjal, kornea mata, paru-paru,
pankreas.
2. Aspek hukum transplantasi

• dari aspek etik dan hukum kesehatan, transplantasi organ


tubuh, jaringan dan sel merupakansuatu upaya yang sangat
mulia untuk kesehatan dan kesejahterahan rakyat.

• Pengaturan mengenai transplantasi diatur dalam UU


kesehatan (UU No. 36/2009) dan Peraturan Pelaksananya
masih menggunakan PP No. 18 /1981 tentang Bedah Mayat
Klinis, Bedah Mayat Anatomis dan Transplantasi Alat serta
Jaringan Tubuh Manusia.
DEFINISI

• Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel

dan mempunyai bentuk serta fa’al (fungsi tertentu untuk tubuh tersebut);

• Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan fa’al (fungsi) yang sama dan

tertentu;

• Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan tubuh

manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk

menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik;

• Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk

keperluan kesehatan;

• Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa

fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti;
• Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya setelah
penderita meninggal dunia

• Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang bekerja pada sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.

• Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.

• Dalam rangka transplantasi penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua) orang
dokter yang tidak sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan
transplantasi.
• Persetujuan tertulis dari donor dan atau keluarga dibuat diatas kertas bermaterai
dengan 2 (dua) orang saksi.

• Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi
atau BANK MATA dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan
dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.

• Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu
diberitahu oleh dokter yang merawatnya termasuk dokter konsultan mengenai sifat
operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

• Dokter harus yakin benar, bahwa donor yang bersangkutan telah menyadari
sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
• Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak
atas sesuatu kompensasi material apapun sebagai imbalan
transplantasi.

• Dilarang memperjual-belikan alat dan atau jaringan tubuh


manusia.

• Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh


manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri
• Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.

• Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

• Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh


tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

• Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus


memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.

• Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya
dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.
SANKSI PIDANA
• Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ
atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

 
• Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah
dengan dalih apapun dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
C. BEDAH MAYAT
• Mayat adalah orang yang telah meninggal dunia atau mati.

• Dari aspek sosial ekonomi, budaya dan sebagainya orang yang sudah

meninggal berarti sudah tidak ada artinya

• Dari aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan hukum mayat orang yang

sudah meninggal mempunyai manfaat.

• Dalam rangka kepentingan penelitian, penegakan hukum dan pengembangan

pelayanan kesehatan dapat dilakukan bedah mayat.

• Pengaturan mengenai Bedah Mayat diatur dalam UU kesehatan (UU No.

36/2009) dan Peraturan Pelaksananya masih menggunakan PP No. 18 /1981

tentang Bedah Mayat Klinis, Bedah Mayat Anatomis dan Transplantasi Alat

serta Jaringan Tubuh Manusia.


• Bedah mayat adalah suatu tindakan medis pasca pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

memastikan penyebab kematian serta untuk kepentingan penelitian

• Bedah mayat dapat dibedakan beberapa golongan sesuai dengan tujuan bedah mayat tersebut:

1. Bedah Mayat Klinis

 dilakukan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan

 Tujuannya untuk menegakkan diagnosis dan atau menyimpulkan penyebab kematian

 Harus ada persetujuan tertulis dari keluarga

 Apabila pasien meninggal diduga karena menderita penyakit menular tertentu yang membahayakan

masyarakat, maka bedah mayat tersebut tidak erlu persetujuan dari siapa pun

 Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam jangka waktu 2x24 jam

(dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia datang ke

rumah sakit
2. Bedah mayat Anatomis
 Untuk kepentingan pendidikan bidang ilmu kedokteran dan
biomedik
 Hanya dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat
yang tidak diurus oleh keluarganya.
 Bedah mayat anatomis dapat dilakukan dengan ketentuan :

a. di lakukan dirumah sakit pendidikan

b. oleh dokter sesuai dengan keahliannya

c. mayat harus diawetkan terlebih dahulu


3. Bedah Mayat Forensik
 Dilakukan guna kepentingan penegakan hukum

 Hanya dapat dilakukan oleh dokter ahli forensik

 Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas


tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di wilayahnya.

4. Bedah Mayat Sebagai Donor


 Dilakukan kepada seseorang yang pada saat hidupnya bersedia
untuk mendonorkan organ tubuhnya
 Bertujuan untuk mengambil organ tubuh yang telah didonorkan
untuk dipindahkan ke tubuh orang lain yang menerimanya.
• Tindakan tindakan bedah mayat
dengan tujuan apa pun seperti
tersebut diatas, harus dilakukan
sesuai dengan norma agama, etika
dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk itu.

Anda mungkin juga menyukai