PenangananLindi PDF
PenangananLindi PDF
Bagian 7/8
BAGIAN TUJUH
PENGELOLAAN LEACHATE (LINDI)
1 LATAR BELAKANG
Masalah utama yang dijumpai dalam aplikasi penimbunan/pengurugan sampah atau limbah
padat lainnya ke dalam tanah adalah kemungkinan pencemaran air tanah oleh lindi, terutama di
daerah yang curah hujan dan muka air tanahnya tinggi. Timbulan (debit) lindi serta kualitasnya
yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi karena bergantung pada curah hujan
serta karakter sampah yang ditimbun. Kaitan antara banyaknya hujan dan timbulan lindi perlu
ditentukan bila hendak merancang kapasitas penanganan lindi, demikian juga beban cemaran
lindi yang akan digunakan dalam perancangan.
Didasarkan atas komponen limbah padat yang ditimbun, maka kemungkinan terlepasnya
komponen-komponen pencemar dari sebuah landfill adalah sebagai berikut:
a. Komponen sisa makanan (organik), kayu dan kertas:
Dapat terbilas dalam lindi: CO2, asam organik, fenol, N-NH4, N-NO2, N-NO3, SO4, fosfat,
karbonat dsb
Sebagai protoplasma mikrobial: C, NH4, P dan K
Muncul ke atmosfer sebagai: CO2, CH4, volatil berantai pendek dari asam lemak, NH3,
H2S, merkaptan, dsb
b. Komponen plastik dan karet:
Plastik tidak terdegradasi
Karet sintesis praktis tidak terdegrasi
Karet alamiah terdegradasi secara lambat
c. Kain dan tekstil:
Materi-materi sintesis : sulit terdegrasi
Sebagai biomassa: NH4, S, C, P dan K
Terlarut dalam lindi: CO2, asam-asam organik, fosfat, N-NH4, N-NO2, N-NO3
Muncul sebagai gas: CO2, CH4, asam-asam volatil, NH3, H2S, merkaptan dsb
d. Komponen logam:
Berbentuk oksida logam, termasuk logam berat, seperti: Al2O3, Al(OH)3, CrO2, Cr2O3,
HgO, dsb
Dapat terlarut dalam lindi : senyawa sulfat dari Ca, Mg, senyawa bikarbonat dari Fe, Ca,
Mg serta senyawa oksida dari Sn, Zn, Cu dan seterusnya
2 TIMBULAN LINDI
Terjadinya lindi:
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah,
melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses
dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan
sangat bervariasi dan berfluktuasi (Lihat gambar 7.1). Dapat dikatakan bahwa kuantitas lindi
yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air dari luar, sebagian besar dari air
hujan, disamping dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah
penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Kemampuan tanah dan
sampah untuk menahan uap air dan kemudian menguapkannya bila memungkinkan,
menyebabkan perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diprakirakan.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat dua
besaran debit lindi yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu:
Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi, yang mempunyai skala waktu
dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut hendaknya mampu
menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut
Halaman 7.1
Bagian 7/8
Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya mempunyai orde dalam skala hari,
dikenal sebagai debit rata-rata harian.
Halaman 7.2
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Bagian 7/8
PERC = perkolasi, air yang keluar dari sistem menuju lapisan di bawahnya, akhirnya
menjadi leachate (lindi)
P = presipitasi rata-rata bulanan dari data tahunan
RO = limpasan permukaan (runoff) rata-rata bulanan dihitung dari presipitasi serta
koefisien limpasan
AET = aktual evapotranspirasi , menyatakan banyaknya air yang hilang secara nyata
dari bulan ke bulan
ST = perubahan simpanan air dalam tanah dari bulan ke bulan, yang terkait dengan
soil moieture stotage
ST = soil moisture storage, merupakan banyaknya air yang tersimpan dalam tanah pada
saat keseimbangan
I = infiltrasi, jumlah air terinfiltrasi ke dalam tanah
APWL = accumulated potential water loss , merupakan nilai negatif dari (I-PET) yang
merupakan kehilangan air secara kumulasi
I - PET = nilai infiltrasi dikurang potensi evapotranspirasi; nilai negarif menyatakan
banyaknya infiltrasi air yang gagal untuk dipasok pada tanah, sedang nilai positip adalah
kelebihan air selama periode tertentu untuk mengisi tanah.
PET = potensial evapotranspirasi, dihitung berdasarkan atas nilai rata-rata bulanan dari
data tahunan
Presipitasi (P)
Evapotranspirasi (ET)
Run Off (RO)
Halaman 7.3
Bagian 7/8
akan berada di bawah field capacity tersebut. Pada saat air mencapai wilting points, maka akar
tidak dapat lagi mengambil air dalam tanah tersebut. Di bawah titik ini kandungan air dikenal
sebagai air higroskopis (Hygroscopic water) yaitu air yang terikat pada partikel-partikel tanah
dan tidak dapat dikurangi oleh transpirasi. Dengan demikian, air tersedia (Available water)
berkisar antara wilting points dan field capacity. Air inilah yang akan mengalami pergerakan
kapiler dan jumlah ini berubah karena evapotranspirasi dan infiltrasi. Tabel 7.1 di bawah ini
adalah jumlah air yang tersedia pada berbagai jenis tanah.
Kandungan air
Saturasi
Field Capacity
Tanpa tanaman
Wilting
Dengan tanaman
Waktu
Field capacity
Wilting point
Fine Sand
120
Sandy Loam
200
Silty Loam
300
Clay Loam
375
Clay
450
Sampah
200-350
Sumber: Water Balance Method, EPA 1975
20
50
100
125
150
-
Satuan yang digunakan dapat berupa milimeter-air per meter tinggi media. Contoh, bila yang
digunakan untuk penutupan sebuah landfill adalah silty clay dengan ketebalan 0,5 m, maka
diperkirakan jumlah air yang dapat diserap pada field capacity-nya adalah 0,5 m x 250 mm/m =
125 mm.
Beberapa nilai karakteristik tambahan yang perlu dicatat adalah (HD Sharma and SP Lewis)
a. Total porosity :
Sampah kota = 0,67
Tanah dikompaksi = 0,40
Fly ash dari electric plant = 0,541
Bottom ash = 0,578
Slag fine copper = 0,375
b. Moisture content : sampah kota = 15 - 40 %
c. Field capacity :
Sampah = 224
Clay liner dikompaksi = 356
Fly ash dari electric plant = 187
Slag fine copper = 55
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 7.4
Bagian 7/8
a. Wilting point :
Halaman 7.5
Bagian 7/8
Langkah-langkah:
1. Menentukan jenis tanah yang digunakan sebagai final cover sesuai USDA. Dengan
memperhatikan segitiga tekstur, maka berdasarkan persen komposisi tanah yang digunakan
sebagai penutup akhir didapatkan jenis tanah adalah sandy loam
2. Selanjutnya dengan melihat pada tabel 7.1, diperoleh jumlah air tersedia (yang dapat
disimpan) pada jenis tanah sandy loam, yaitu, 150 mm/m. Apabila pada data desain landfill
terdapat timbunan sampah, maka digunakan persamaan (1) untuk menghitung jumlah air
yang dapat disimpan pada tanah penutup dan sampah, yaitu:
Thn
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Thn
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Tabel 7.2: Curah Hujan Bulanan Stasiun Geofisika Bandung 1989 2001
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
346.8 134.5 184.6
273
301.1 111.5
46.5
138.5
22.2
93.3
272.4 386.8
116
225.3 116.8
55.2
81.1
162.1 137.5
25.1
39.3
75.8
443.6
169
34.9
1.5
6.7
0
87.7
37.7
317
254.3 406.3 335.6
178
62.1
117.2
140
80
220.9
241.6 101.6 390.7 173.6 114.4 118.7
14.3
96.1
80.4
122.7
339.5 225.6 363.2 425.7
85.4
65.5
0
11.7
55.5
51.6
185.6
120
273.8
163
189.1 129.6
50.5
0
70.2
229.9
292.4 166.3 229.7 245.6
99
52.8
89.7
107.6
142
292.3
139.1 105.5
189
227.2 291.4
4
15.1
16.5
1.4
37
184
409.3 481.2 275.4 178.5 236.9 118.5
74.6
134.3 196.6
192.3
174
239.2 130.4 248.3
67.4
70.5
23
18.7
265.7
265.3 136.2 147.2 248.1 239.1
47.4
80.7
19.8
44.8
152.4
219.6 205.5
209
235.3
83.1
87.5
187.2
53.9
107.3
408
Jan
22.7
22.4
23.7
22.3
22.6
22.7
23.0
23.0
22.5
24.1
23.1
22.7
22.7
FC 0 =
[1],[2]
Nov
170
188.2
489.1
433.9
236.6
223.1
387
610.2
111.4
217.3
288.8
291.3
564.4
Des
421.7
278.2
341
340
241.6
163.6
125.8
229.9
318.8
97.6
233.2
70.7
46.4
Nov
23.7
24.1
22.2
22.5
23.6
23.7
23.0
23.6
23.9
23.4
23.1
23.3
23.1
Des
23.0
22.9
22.6
22.9
23.3
23.4
23.7
23.2
23.6
23.5
23.1
23.9
24.0
FC1 * t1 + FC 2 * t 2
...............................................................................................(1)
t1 + t 2
3. Merata-ratakan data presipitasi dan temperatur secara bulanan sehingga diperoleh hasil
sebagai berikut.
Rata-rata
Presipitasi
Temperatur
Jan
232
22.8
Feb
184
22.9
Mar
287
23.1
Apr
236
23.1
Mei
158
23.3
Jun
78
22.9
Jul
71
22.6
Ags
63
22.8
Sep
71
23.4
Okt
154
23.6
Nov
315
23.3
Halaman 7.6
Des
240
23.3
12
I = !i
b.
1, 514
Bagian 7/8
1, 514
12
't$
= !% "
t =1 & 5 #
............................................................................(2)
t =1
Menghitung nilai Potensi Evapotranspirasi (PET) dengan persamaan (3)
& 10Tm #
PET = c.$
!
% I "
(cm) .....................................................................................(3)
1.04
1.02
1.00
0.97
0.95
0.93
0.92
0.92
0.91
0.91
0.90
0.90
0.89
0.88
0.88
0.87
0.87
0.86
0.85
0.85
0.84
0.83
0.82
0.81
0.81
0.80
0.79
0.77
0.76
0.75
0.94
0.93
0.91
0.91
0.9
0.89
0.88
0.88
0.88
0.87
0.87
0.87
0.86
0.86
0.85
0.85
0.85
0.84
0.84
0.84
0.83
0.83
0.83
0.82
0.82
0.81
0.81
0.80
0.80
0.79
1.04
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.01
1.02
1.03
1.04
1.05
1.06
1.06
1.07
1.07
1.07
1.08
1.08
1.08
1.09
1.09
1.09
1.10
1.10
1.10
1.11
1.11
1.11
1.12
1.12
1.13
1.13
1.13
1.14
1.14
1.14
1.04
1.06
1.08
1.11
1.13
1.15
1.15
1.16
1.16
1.17
1.18
1.18
1.19
1.19
1.20
1.21
1.21
1.22
1.23
1.23
1.24
1.25
1.26
1.26
1.27
1.28
1.29
1.30
1.31
1.32
1.01
1.03
1.06
1.08
1.11
1.14
1.15
1.15
1.16
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.24
1.25
1.26
1.27
1.28
1.29
1.29
1.31
1.32
1.33
1.34
1.04
1.06
1.08
1.12
1.14
1.17
1.17
1.18
1.18
1.19
1.20
1.20
1.21
1.22
1.22
1.23
1.24
1.25
1.25
1.26
1.27
1.27
1.28
1.29
1.30
1.31
1.32
1.33
1.34
1.35
1.04
1.05
1.07
1.08
1.11
1.12
1.12
1.13
1.13
1.13
1.14
1.14
1.15
1.15
1.16
1.16
1.16
1.17
1.17
1.18
1.18
1.19
1.19
1.20
1.20
1.21
1.22
1.22
1.23
1.24
1.01
1.01
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.02
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.03
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.04
1.05
1.05
1.04
1.03
1.02
1.01
1.00
0.99
0.99
0.99
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.97
0.97
0.97
0.97
0.97
0.96
0.96
0.96
0.96
0.95
0.95
0.95
0.94
0.94
0.93
0.93
0.93
1.01
0.99
0.98
0.95
0.93
0.91
0.91
0.90
0.90
0.90
0.89
0.89
0.88
0.88
0.87
0.86
0.86
0.85
0.84
0.84
0.83
0.82
0.82
0.81
0.80
0.79
0.79
0.78
0.77
0.76
1.04
1.02
0.99
0.97
0.94
0.91
0.91
0.90
0.90
0.89
0.88
0.88
0.87
0.86
0.86
0.85
0.84
0.83
0.83
0.82
0.81
0.80
0.79
0.77
0.76
0.75
0.74
0.73
0.72
0.71
Halaman 7.7
50
B.S.
5
10
15
20
25
30
35
40
42
44
46
48
50
Bagian 7/8
0.74
0.78
1.02
1.15
1.33
1.36
1.37
1.25
1.06
0.92
0.76
0.70
1.06
1.08
1.12
1.14
1.17
1.20
1.23
1.27
1.28
1.30
1.32
1.34
1.37
0.95
0.97
0.98
1.00
1.01
1.03
1.04
1.06
1.07
1.08
1.10
1.11
1.12
1.04
1.05
1.05
1.05
1.05
1.06
1.06
1.07
1.07
1.07
1.07
1.08
1.08
1.00
0.99
0.98
0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
0.92
0.91
0.90
0.89
1.02
1.01
0.98
0.96
0.94
0.92
0.89
0.86
0.85
0.83
0.82
0.80
0.77
0.99
0.96
0.94
0.91
0.88
0.85
0.82
0.78
0.76
0.74
0.72
0.70
0.67
1.02
1.00
0.97
0.95
0.93
0.90
0.87
0.84
0.82
0.81
0.79
0.76
0.74
1.03
1.01
1.00
0.99
0.98
0.96
0.94
0.92
0.92
0.91
0.9
0.89
0.88
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
0.99
0.99
0.99
0.99
1.05
1.06
1.07
1.08
1.10
1.12
1.13
1.15
1.16
1.17
1.17
1.18
1.19
1.03
1.05
1.07
1.09
1.11
1.14
1.17
1.20
1.22
1.23
1.25
1.27
1.29
1.06
1.10
1.12
1.15
1.18
1.21
1.25
1.29
1.31
1.33
1.35
1.37
1.41
5. Menentukan nilai koefisien runoff (CRo) menggunakan nilai empirik pada tabel 7.5 untuk
permukaan tanah datar dengan slope 2 %.
6. Menentukan nilai Runoff bulanan: Ro = P * CRo
7. Menentukan nilai Infiltrasi: I = P Ro
8. Menentukan air yang tersedia untuk penyimpanan: I PET
9. Menentukan nilai Accumulated Water Lost (APWL), yaitu nilai negatif dari (I-PET) yang
merupakan kehilangan air secara kumulasi.
10. Menentukan soil moisture storage (ST), yaitu banyaknya air yang tersimpan dalam tanah
pada saat keseimbangan. (untuk mendapatkan nilai ini lihat butir 1).
Contoh perhitungan nilai ST, seperti telah disebutkan diatas bahwa jenis tanah penutup
akhir yang digunakan adalah sandy loam dengan jumlah air yang tersedia 150 mm/m.
Ketebalan tanah penutup adalah 0,6 m. Oleh karenanya nilai ST adalah 150 mm/m * 0.6 m =
90 mm 100 mm. Ketersediaan tabel ST hanya 100 mm, 125 mm, dan 150 mm.
11. Dengan menggunakan Tabel 7.6 yaitu perubahan nilai ST untuk 100 mm untuk nilai APWL
(point 8), maka diperoleh jumlah air yang tersimpan dalam tanah. Pada saat air yang
tersedia dalam tanah belum mencapai 100 mm, maka nilai ST langsung dijumlah pada nilai
I-PET. Karena nilai maksimal air tersimpan dalam tanah 100 mm maka penjumlahan ST
dengan I-PET bulanan akan tetap bernilai 100 mm.
[5]
Jenis permukaan
koefisien of runoff
Bituminous Streets
0.70 - 0.95
Concrete Streets
0.80 095
Driveways Walks
075 - 0.85
Roofs
0.75 - 0.95
Lawns; Sandy Soil
Flat, 2&
0.05 - 0.10
Average, 2-7%
0.10 - 0.15
Steep, 7%
0.15 - 0.20
Lawns, Heavy Soil
Flat, 2%
0.13 - 0.17
Average, 2-7%
0.18 - 0.22
Steep, 7%
0.25 - 0.35
Sumber: Joint Committee of WPCF dan ASCE (1970)
Halaman 7.8
Bagian 7/8
NEG (I-PET)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
100
90
81
74
65
60
54
49
44
40
36
32
29
26
24
22
19
18
16
99
89
81
73
66
59
53
48
44
39
35
32
29
26
24
21
19
17
16
98
88
80
72
65
59
53
48
43
39
35
32
29
26
23
21
19
17
15
97
88
79
71
64
58
52
47
43
38
35
31
28
26
23
21
19
17
15
96
87
78
70
64
58
52
47
42
38
34
31
28
25
23
21
19
17
15
95
86
77
70
63
57
51
46
42
38
34
31
28
25
23
20
18
17
15
94
85
77
69
62
56
51
46
41
37
34
30
27
25
22
20
18
16
15
93
84
76
68
62
56
50
45
41
37
33
30
27
24
22
20
18
16
15
92
83
75
68
61
56
50
45
40
36
33
30
27
24
22
20
18
16
14
91
82
74
67
60
54
49
44
40
36
33
30
27
24
22
20
18
16
14
190
14
14
14
14
14
14
13
13
13
13
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
22.8
22.9
23.1
23.1
23.3
22.9
22.6
22.8
23.4
23.6
23.3
23.3
9.97
9.99
10.12
10.15
10.30
9.99
9.83
9.96
10.34
10.49
10.29
10.27
91.17
91.45
93.68
94.23
96.64
91.50
88.83
90.94
97.38
99.90
96.51
96.26
1.07
0.96
1.04
1.00
1.02
0.98
1.01
1.02
1.00
1.05
1.04
1.08
Jumlah
121.69
PET adjusted
97
88
98
94
98
90
90
93
97
105
100
104
1154
232
184
287
236
158
78
71
63
71
154
315
240
2091
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
CRO
RO
17
14
22
18
12
12
24
18
157
215
170
265
219
146
72
66
58
66
142
291
222
1934
I-PET
118
83
168
125
48
-17
-24
-35
-32
37
191
119
APWL
-17
-41
-76
-108
100
100
100
100
100
84
66
46
33
70
100
100
-16
-18
-20
-13
37
30
AET
97
88
98
94
98
88
84
78
79
105
100
104
1113
PERC
118
83
168
125
48
161
119
821
ST
AST
Halaman 7.9
Bagian 7/8
Halaman 7.10
Bagian 7/8
Skenario
1
Parameter
Precipitasi
Runoff
Evapotranspirasi
Percolasi
Precipitasi
Runoff
Evapotranspirasi
Percolasi
Precipitasi
Runoff
Evapotranspirasi
Percolation
Precipitasi
Runoff
Evapotranspirasi
Percolasi
mm
8817.12
4015.88
2308.40
2433.19
8817.12
0.00
2366.26
2710.17
8817.12
3932.63
2316.19
2551.95
8817.12
4314.92
2308.39
2164.38
M3
15059.64
6859.12
3942.75
4155.88
46289.88
0.00
12422.84
14228.37
138869.64
61938.89
36479.93
40193.25
138869.64
67960.01
36357.06
34089.04
Percen
100.00
45.55
26.18
27.60
100.00
0.00
26.84
30.74
100.00
44.60
26.27
28.94
100.00
48.94
26.18
24.55
Skenario
1
2
3
4
Harian-puncak (mm)
12.55
7.42
7.41
8.04
Area (ha)
1.708
0.525
1.575
1.575
Debit (L/det)
2.48
0.45
1.35
1.47
m3/hari
214.35
38.96
116.71
126.63
Dari Gambar 7.4 tersebut, terdapat 11 (sebelas) jenis later yang dapat disusun sesuai dengan
keinginan perancang landfill. Perubahan kemiringan dari masing-masing lapisan juga
diperhitungkan. Model ini menggunakan teknik pemecahan numerik yang mempertimbangkan
pengaruh dari surface storage, soil moisture storage, runoff, infiltrasi, evapotranspirasi,
pertumbuhan vegetatif, drainase subsurface lateral, resirkulasi lindi, drainase vertikal,
kebocoran melalui liner tanah atau geomembran atau bahan komposit lainnya.
Contoh hasil evaluasi model ini yang diterapkan pada sebuah landfill sampah kota di sebuah
permukiman pertambangan di Papua, adalah seperti ditampilkan dalam Tabel 7.8 dan 7.9
berikut ini. Sedang skenario layer ditampilkan dalam Gambar 7.4. Data tersebut kemudian dapat
dimunculkan secara bulanan, sehingga dapat diketahui secara lebih lengkap pola fluktuasi
timbulan leachate.
Skenario yang disusun adalah sebagai berikut:
o Skenario-1: mewakili Landfill-1 eksisting sebagai landfill yang telah ditutup
o Skenario-2: mewakili Landfill-2 (baru) yang baru terisi sampah bagian
o Skenario-3: mewakili Landfill-2 menggambarkan kondisi terisi penuh
o Skenario-4: mewakili Landfill-2 setelah terisi penuh, ditutup tanah penutup
Halaman 7.11
Bagian 7/8
3 KUALITAS LINDI
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen sampah
yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya
sampling. Tipikal kualitas lindi di luar negeri tercantum dalam Tabel 7.10. Terlihat bahwa lindi
tersebut mempunyai karakter yang khas, yaitu:
- lindi dari landfill yang muda bersifat asam, berkandungan organik yang tinggi, mempunyai
ion-ion terlarut yang juga tinggi serta rasio BOD/COD relatif tinggi
- lindi dari landfill yang sudah tua sudah mendekati netral, mempunyai kandungan karbon
organik dan mineral yang relatif menurun serta rasio BOD/COD relatif menurun
Lindi landfill sampah kota yang berumur di atas 10 tahunpun ternyata mempunyai BOD dan
COD yang tetap relatif tinggi.
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 7.12
Bagian 7/8
100 - 200
100 - 500
6,6 - 7,5
100 - 400
20 - 40
5 - 10
5 - 10
200 - 1000
20 - 50
100 - 400
50 - 200
100 - 400
100 - 200
20 - 200
Pemantauan lindi di beberapa TPA telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1988. Beberapa
rekapitulasi hasil dari pemantauan tersebut tersaji dalam tabel-tabel di bawah ini. Tabel 7.11
merupakan kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia. Berdasarkan hasil analisa lindi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kekhasan lindi sampah Indonesia adalah berkarakter tidak
asam dan mempunyai nilai COD yang tinggi.
Walapun pengambilan sampling pada TPA tersebut tidak dilakukan pada saat yang bersamaan,
namun hasil yang didapat dapat menggambarkan permasalahan yang ada. Dapat dikatakan
bahwa kandungan karbon organik (dinyatakan dalam COD) yang terkandung melebihi baku
mutu efluen limbah cair yang berlaku, yang menyiratkan bahwa penanganan lindi merupakan
suatu keharusan bila akan dilepas ke lingkungan. Terlihat pula bahwa terdapat variasi yang
cukup besar antara sebuah TPA dengan TPA yang lain, bahkan dalam sebuah TPA itu sendiri
terdapat variasi yang cukup besar.
Tabel 7.11: Gambaran variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia
pH
COD
N-NH4
N-NO2
7,5
28723
770
0
8
4303
649
0,075
- Cirebon
7
3648
395
0,225
7
13575
203
0,375
- Jakarta
7,5
6839
799
0
7
413
240
0,075
8
1109
621
0,35
- Bandung
6
58661
1356
6,1
(Leuwigajah)
7
7379
738
2,775
- Solo
6
6166
162
0,225
- Magelang
8,03
24770
Kota
- Bogor
DHL
40480
24085
10293
12480
13680
3823
1073
26918
20070
3540
6030
4 PENANGANAN LINDI
Penanganan lindi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran lindi tidak
menuju ke arah air tanah. Pengaturan hidrolis dilakukan dengan membuat tembok
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 7.13
Bagian 7/8
penghalang (barrier) sekeliling landfill sehingga air tanah sekitarnya lebih tinggi dibanding air
tanah di bawah landfill. Barrier tersebut dapat di bangun dari soil bentonite atau dengan
steel sheetpile
b. Mengisolasi lahan-urug tersebut agar air eksternal tidak masuk dan lindinya tidak ke luar,
misalnya pada landfill bahan berbahaya dengan menggunkan liner dari geomembran
c. Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan baik untuk menetralisir
cemaran (Lihat cara penentuan site)
d. Mengembalikan lindi (resirkulasi) ke arah timbunan sampah
e. Mengalirkan lindi menuju pengolah air buangan domestik
f. Mengolah lindi dengan pengolahan sendiri
Di negara maju biasanya masalah lindi ini ditangani dengan diolah seperti halnya air limbah
biasa. Beberapa jenis pengolahan yang biasa digunakan adalah:
- pengolahan kimia fisika, biasanya koagulasi-flokulasi-pengendapan
- pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif, kolam stabilisasi atau kolam aerasi
- pengolahan secara anaerobik, biasanya kolam stabilisasi
- pemanfaatan sifat-sifat sorpsi seperti karbon aktif
Beberapa hasil pemantauan pengolahan lindi skala lapangan di luar negeri adalah:
a. Pengendapan dengan kapur:
o Efeknya terlihat mulai pH = 7 dengan dosis 1 - 6 gram/L
o Salah satu hasil mendapatkan :
- Penyisihan COD = 61 % dari 18.550 mg/L
- Penyisihan BOD = 51,7 % dari 10.910 mg/L
- Penyisihan Fe = 98,8 % dari 312 mg/L
- Penyisihan Zn = 97,1 % dari 21 mg/L
- Penyisihan Hg = 57,1 % dari 0,007 mg/L
b. Koagulasi-flokulasi:
o Koagulan alumunium sulfat:
- Dosis 100 mg/L menyisihkan COD < 10 % dan Fe sampai 60 %
- Dosis 1000 mg/L menyisihkan COD < 10 % dan Fe sampai 96 %
o Koagulan ferri khlorida:
- Dosis 100 mg/L menyisihkan COD sampai 12 % dan Fe sampai 21 %
- Dosis 1000 mg/L menyisihkan COD sampai 16,3 % dan Fe sampai 95 %
c. Proses lumpur aktif:
Banyak diterapkan di lapangan, dan sangat efektif terutama bila diawali dengan pengendapan
mineral (logam berat) dengan pembubuhan kapur; salah satu hasilnya adalah penyisihan :
o BOD = 99,1 % dari 12.000 mg/L
o COD = 94,9 % dari 18.000 mg/L
o Cd = 87,5 % dari 0,08 mg/L
o Cr = 75 % dari 0,28 mg/L
o Fe = 99,2 % dari 376 mg/L
o Ni = 60,2 % dari 1,91 mg/L
o Pb = 85,4 % dari 0,82 mg/L
o Zn = 97,4 % dari 22 mg/L
o Hg = 28,9 % dari 0,006 mg/L
d. Kolam stabilisasi aerobik:
Agaknya cocok untuk kondisi Indonesia karena relatif tersedia sinar matahari, sederhana dan
relatif murah. Beberapa hasil dari TPA di negara yang mempunyai musim dingin adalah :
TPA Lingen (Jerman): dengan waktu kontak 100 hari diperoleh penyisihan BOD sebesar
99,8 %
TPA Ugley (Inggeris): dengan waktu kontak 100 hari mempunyai kemampuan penyisihan
BOD sebesar 99,7 % dan COD sebesar 97,1 %
TPA Peslan (Perancis): total penyisihan BOD (diakhiri dengan pembubuhan kapur) adalah
96 % sedang COD sebesar 80 %
e. Kolam stabilisasi anaerobik :
3
Waktu kontak 15 hari dengan beban 1 - 2 Kg COD/M /hari diperoleh penyisihan COD antara 85 90 % dari COD masuk rata-rata 27.000 mg/L (TPA San Liberale - Italia).
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 7.14
Bagian 7/8
Dalam skala lapangan, beberapa TPA di Indonesia pada saat masih beroperasi telah
melengkapi dirinya dengan sarana pengolah lindi, seperti:
- TPA Sukamiskin Bandung: dengan 2 kolam stabilisasi
- TPA Bantar Gebang Jakarta: dengan kolam aerasi secara mekanisdan kolam maturasi
- TPA Grenjeng Cirebon: dengan lahan sanitasi/biofilter dan resirkulasi
- TPA Sanden Magelang: dengan kolam-kolam stabilisasi
- TPA Putri Cempo Solo: dengan kolam stabilisasi dan kaskade pada saluran alam
Kriteria rancangan yang digunakan agaknya masih beraneka ragam dan masih mengacu pada
kondisi di luar Indonesia.
Beberapa lahan-urug yang dirancang dan sedang dibangun akhir-akhir ini telah mencantumkan
sarana pengolah lindi sebagai salah satu komponen wajibnya, dan umumnya berupa kombinasi
kolam stabilisasi, media filtrasi / sorpsi dan lahan-sanitasi (land treatment) atau pengolahan
sederhana lainnya. Modivikasi kriteria rancangan juga sudah mulai dimasukkan.
Hasil pemantauan yang dilakukan di beberapa instalasi pengolah lindi belum dapat
menyimpulkan bahwa instalasi tersebut berfungsi sebagaimana diharapkan, yang mungkin
disebabkan karena berbagai hal seperti:
- Pengambilan kriteria rancangan yang agaknya belum sesuai,
- Pengoperasian yang belum sistematis
Hasil aplikasi lahan-sanitasi yang dikombinasikan dengan resirkulasi lindi seperti pada TPA
Grenjeng Cirebon pada saat masih beroperasi agaknya cukup layak untuk dipertimbangkan
sebagai salah satu opsi dalam pengelolaan lindi. Namun tetap dibutuhkan suatu kriteria
rancangan yang disesuaikan kondisi setempat.
Pengelolaan lindi merupakan sebagian dari pengelolaan lahan-urug secara keseluruhan. Pada
dasarnya keberhasilan penanganan lindi dimulai sejak suatu lahan dipilih, dan menerus sampai
lahan itu ditutup karena penuh. Oleh karenanya, usaha penanganan masalah lindi dapat
dikelompokkan dalam beberapa tahap, yaitu:
o Pada tahapan pemilihan site,
o Pada tahapan perancangan dan penyiapan site,
o Selama masa pengoperasian, dan
o Selama jangka waktu tertentu setelah lahan-urug tidak digunakan lagi.
Pada dasarnya tanah asli di bawah TPA mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi dan
mendegradasi pencemar, namun adanya lapisan liner tambahan akan lebih menjamin hal
tersebut di atas. Tanah lempung mempunyai kemampuan yang baik dalam menahan pencemar
anorganik, misalnya logam-logam berat melalui mekanisme sorpsi. Penggunaan campuran
tanah / materi yang bersifat alkalin sebagai tanah penutup akan menaikkan pH lindi, sehingga
proses dekomposisi akan lebih cepat, terutama guna mendorong konversi karbon organik ke
pembentukan gas metana dan memungkinkan logam-logam tertentu menjadi terendapkan.
Penelitian sekala laboratorium tehadap kemungkinan keterolahan lindi antara lain mendapatkan
hasil sebagai berikut:
o Aerasi lindi selama 10-14 hari dapat menurunkan COD sampai 85%. Kombinasi pengolahan
lindi dengan COD di atas 10000 mg/L melalui simulasi kolam yang diaerasi yang dilanjutkan
dengan karbon aktif menghasilkan penurunan COD sampai 90 %.
o Timbunan sampah yang sudah menjadi kompos ternyata juga mampu menurunkan
pencemar organik; simulasi laboratorium dengan nilai umpan COD sekitar 2500 mg/L dan
dioperasikan secara anaerobik menghasilkan penyisihan COD sampai 80 %. Hal ini juga
berkaitan dengan konsep resirkulasi lindi pada timbunan sampah.
Cara resirkulasi lindi sudah banyak diterapkan dalam pengelolaan lindi. Ada dua keuntungan
dari cara ini, yaitu:
o Mempercepat proses evaporasi , dan
o Mereduksi cemaran organik lindi
Halaman 7.15
Bagian 7/8
Penelitian laboratorium dan lapangan telah banyak mencatat bahwa proses resirkulasi lindi
akan lebih mempercepat stabilitas timbunan. Dari sana disimpulkan bahwa pengembalian lindi
ke massa sampah akan dapat menurunkan beban organik sampai 90 %. Dalam masalah
pengolahan limbah, proses ini sebetulnya bukan hal yang baru, yang intinya mengacu kepada
konsep trickling filter dan konsep pengolahan anaerob pada media berbutir. Informasi yang
didapat dari TPA Grenjeng (Cirebon) menyatakan bahwa aplikasi resirkulasi ternyata dapat
mengurangi bau (dan lalat) serta memperbanyak biogas yang terbentuk.
Mengingat tersedianya sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis, maka kolam
stabilisasi aerobik patut dipertimbangkan dalam pengolahan lindi TPA Indonesia. Walaupun cara
ini relatif mudah pengoperasiannya, tetapi tetap dibutuhkan pengelolaan rutin agar sistem ini
berjalan baik. Pengawasan dan observasi terutama dibutuhkan pada tahap pengkondi sian yang
mungkin berlangsung cukup lama sebelum algae tumbuh dengan baik.
Konsep lain yang agaknya baik untuk dipertimbangkan adalah lahan-sanitasi atau biofilter
seperti yang diterapkan di TPA Grenjeng Cirebon. Konsep ini mengacu kepada kemampuan
tanah (dan tanaman) dalam 'menetralisir' komponen-komponen pencemar. Dibutuhkan analisis
kemampuan tanah untuk mengolah komponen-komponen tersebut yang dikenal sebagai land
limiting constituents. Dibutuhkan data kelulusan media yang digunakan agar luas area yang
dibutuhkan dapat diketahui. Bila tidak, ada kemungkinan sarana tersebut akan menerima beban
hidrolis yang berlebihan sehingga kurang berfungsi dan lindinya meluap di permukaan.
Beberapa catatan tentang pengoperasian unit pengolahan lindi:
o Lakukan evaluasi rutin terhadap as-built drawing, spesifikasi teknik jaringan under-drain
pengumpul leachate, sistem pengumpul leachate, bak kontrol dan bak penampung, pipa
inlet ke instalasi, dan instalasi pengolah lindi (IPL) agar sistem yang ada sesuai dengan
perkembangan sampah yang masuk.
o Pada pengolahan secara biologi, lakukan seeding dan aklimatisasi terlebih dahulu sesuai
SOP IPL, sebelum dilakukan proses pengolahan leachate sesungguhnya. Langkah ini
kemungkinan besar akan terus dibutuhkan, bila terjadi perubahan kualitas dan beban seperti
akibat hujan atau akibat perubahan sampah yang masuk, atau akibat tidak berfungsinya
sistem IPL biologis ini, sehingga merusak mikrorganisme semula.
o Sebelum tersedianya baku-mutu efluen lindi dari sebuah landfill sampah kota, maka efluen
IPL lindi harus memenuhi persyaratan seperti tercantum dalam Tabel 7.12 berikut. Bila
efluen lindi dibuang ke badan air penerima untuk peruntukkan tertentu, maka efluen tersebut
harus sesuai dengan baku mutu peruntukkan badan air penerima, misalnya badan air
penerima diperuntukkan sebagai air baku air minum, maka kualitas badan air penerima
harus tetap memenuhi kualitas baku mutu air tersebut.
Tabel 7.12: Baku mutu efluen IPL
Komponen
Zat padat terlarut
Zat padat tersuspensi
pH
N-NH3
N-NO3
N-NO2
BOD
COD
o
o
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Baku mutu
4000
400
69
5
30
3
150
300
Dianjurkan agar pada saat tidak hujan, sebagian lindi (leachate) yang ditampung
dikembalikan ke timbunan sampah sebagai resirkulasi lindi. Lakukan pengecekan secara
rutin pompa dan perpipaan resirkulasi leachate untuk menjamin sistem resirkulasi tersebut.
Lakukan secara rutin dan periodik updating data curah hujan, temperatur dan kelembaban
udara, debit leachate, kualitas influen dan efluen hasil IPL, untuk selanjutnya masuk ke
informasi recording/pencatatan.
Halaman 7.16
o
o
Bagian 7/8
Halaman 7.17