Dahulu di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor induk kucing dengan
anaknya. Induk kucing itu sangat menyayangi anaknya.
Dialah yang mencari makan untuk anaknya, meskipun anaknya sudah
mulai besar. Karena selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan mereka,
induk kucing itu akhirnya sakit. Induk kucing itu pun lalu memanggil ananknya.
Dia memberi tahu tentang sakitnya dan menasehati anaknya agar bisa
mencari makan. Anak kucing yang manja dan malas itu keliru menerima
nasehat ibunya. Ia merasa ibunya mengusir secara halus dan tak sayang lagi
kepadanya. Anak kucing itu lalu pergi menninggalkan induknya yang tua dan
sakit-sakitan.
Anak kucing berjalan tak tentu tujuannya. Suatu saat ia melihat ke atas,
dan dia lihat sinar matahari dengan sinarnya yang menyilaukan. Dia beranganangan, Kalau ibuku matahari tentu hidupnya akan senang.Wahai matahari
yang perkasa maukah mengambil aku sebagai anakmu? Kata lantang kepada
matahari, karena aku ingin perkasa seperti engkau. Di dunia ini aku tak selalu
senang, tidak selalu perkasa masih ada yang bisa mengalahkan aku. Siapakah
itu? Awan, awan sering menutupi wajahku sehingga tidak tampak olehmu.
Setelah mendengarkan keterangan itu anak kucing itu mencari awan. Awan
yang baik hati maukah engkau menjadi ibuku? Mengapa? Kata matahari
kau lebih kuat dari dia. Kucing manis, masih ada yang bisa mengalahkan aku di
bumi. Siapa dia? Angin, jika angin datang menyerang maka tubuhku ceraiberai, aku tumbang kesana kemari hingga hancur lebur menjadi air.
Kucing itu lalu berlari ke arah angin yang bertiup kencang.Angin, angin,
maukah kau menjadi ibuku? Angin berkata,jangan kamu kira aku selalu
senang. Aku pun sering mempunyai masalah, karena masih yang lebih hebat
dari aku. Siapakah dia? Kucing itu penasaran. Bukit! Bagaimanapun
hebatnya aku bergerak namun jika di depanku ada bukit, aku tidak bisa