Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEKANISME PERTAHANAN DIRI

OLEH:
KELOMPOK :5

1.I Gd. Dodi Artawan

(1111 011 053)

2.I Wayan Respaida Arimbawa

(1111 011 069)

3.I Kadek Raka

(1111 011 085)

4. Ni Putu Erna Wati

(1111 011 084)

5. Wayan Wita

(1111011089)

6. Ni Made Ayu Narani

(1111011086)

7. Wayan Neka riyatna

(1111011065)

8. I Made Adnyana

(1111011090)

JURUSAN PENDIDIDKAN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Kata Pengantar
Om Swastiastu
Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Ida Sanghyang Widi Wasa
karena atas asung kertha waranugraha-NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat padawaktunya.
Makalah ini di buat dengan tujuan agar kita memahami tentang Mekanisme
Pertahanan diri
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengakui bahwa kemampuan dalam
penulisan makalah ini masih sangat terbatas, namun adanya bantuan dari beberapa
pihak yang menjadi faktor penting yang memicu penyelesaian makalah ini. Berkenaan
dengan hal tersebut maka penulis mengucapkan trimakasih yang sebanyakbanyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

Singaraja, Maret 2012

DAFTAR ISI

KataPengantar............ ii
Daftar Isi ............. ..iii
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....1
1.3Tujuan dan Manfaat .....1
BAB. II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Mekanisme pertahanan diri...........3
2.2. Aspek-aspek mekanisme pertahanan diri............................................................................3
2.3. Hubungan Ego dengan Mekanisme pertahanan diri............................................................6
2.4. Teori klasifikasi mekanisme pertahanan diri.......................................................................7
2.5. Tujuan Mekanisme pertahanan diri...................................................................................17
BAB. III PENUTUP
3.1Kesimpulan..14
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maalah


Dalam diri seseorang, selalu terdapat kecemasan-kecemasan terhadap sesuatu hal. Hal ini
juga dapat dialami oleh seorang atlet sekalipun. Kecenderungan perasaan cemas yang
dimiliki atlet pasti memiliki perbedaan dengan kecemasan yang dialami oleh orang yang
memiliki profesi lain. Kecemasan seorang atlet cenderung terletak pada hasil pertandingan
yang akan ia capai, ketidakharmonisan hubungan tim, adanya kecurigaan, serta kekhawatiran.
Dalam mengatasi atau bahkan menyembunyikan rasa cemasnya (anxiety) terhadap hal-hal
tersebut, maka timbullah mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini timbul
akibat dari kecemasan yang tidak dapat teratasi oleh pikiran yang rasional. Oleh sebab itu,
maka dalam ego yang terdapat dalam diri atlet tersebut mencari jalan keluar sendiri untuk
mengatasi kecemasan itu. Ego menggunakan jalan yang tidak realistis guna mengatasi
kecemasan-kecemasan tersebut. Dalam hal ini, mekanisme pertahanan diri yang dilakukan
oleh atlet akan terinvestasi dalam tingkah lakunya, antara lain proyeksi, displacement,
represi, rasionalisasi, kompensasi, dan denial. Dalam makalah ini, penulis menyajikan
beberapa mekanisme pertahanan diri yang telah disebutkan di atas beserta dengan definisi
dan contoh.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang penulis sajikan dalam makalah ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian dari mekanisme pertahanan diri?


Aspek-aspek mekanisme pertahanan diri?
Bagaimana hubungan ego dengan mekanisme pertahanan diri?
Teori Klasifikasi mekanisme petahanan diri?
Apa tujuan mekanisme pertahanan diri?

1.3 Tujuan dan Manfaat


2 Untuk mengetahui pengertian dari mekanisme pertahanan diri
3 Mengetahui Aspek-aspek mekanisme pertahanan diri
4 Untuk mengetahui hubungan ego dengan mekanisme pertahanan diri
5 Untuk mengetahui Teori Klasifikasi mekanisme petahanan diri
6 Untuk mengetahui tujuan mekanisme pertahanan diri

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri
Anxiety atau ketakutan, dapat juga diartikan kecemasan, yang terjadi dalam diri
seorang atlet merupakan kecemasan terhadap hal-hal yang akan terjadi atau hal-hal yang
terjadi dalam sebuah pertandingan. Dalam pertandingan, atlet tak hanya mengalami
kecemasan dalam menanti hasil akhir pertandingan yang ia jalani, melainkan juga mengalami
berbagai kecemasan yang berkaitan dengan hubungan yang terjadi dalam sebuah tim, adanya
kecurigaan terhadap lawan, adanya kekhawatiran tentang terjadinya kesalahan-kesalahan
yang mungkin ia perbuat, dan juga kecemasan terhadap segala sesuatu yang membuatnya
tegang dalam menjalani sebuah pertandinga. Untuk mengatasi berbagai kecemasan yang
timbul dalam dirinya, maka seorang atlet akan berusaha untuk menutupi perasaan atau
pikirannya dari segala hal yang menyebabkan kecemasan tersebut. Mekanisme yang

digunakan dalam menutupi perasaan-perasaan cemas tersebut disebut dengan mekanisme


pertahan diri.
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme/alat untuk mempertahankan diri,
dalam hal ini kepribadiannya (Uray Johannes & Mahmud Yunus, 1991;116). Mekanisme
pertahanan diri ini terjadi akibat adanya rasa khawatir akan terancam kamanan pribadinya
dalam diri seorang atlet. Freud, seorang ahli psikoanalitik, menyebutkan bahwa mekanisme
pertahanan diri/mekanisme pertahanan ego terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak
dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung. Maka
kemudian ego yang terdapat dalam diri seseorang itu akan mengandalkan cara-cara yang
tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.

2.2 Aspek-Aspek Mekanisme Pertahanan Diri


1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk
menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara
tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan
yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak
sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan
dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan
saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa lupa terhadap kejadian tersebut. Dengan
cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil
(direcall) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan
muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi
merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
2. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. 6 Rasa
tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan.4Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi
seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain.
Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya
dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.
3. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk
melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan
dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran
penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris.
Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4

Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya,
menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang
kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.1,2
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan
ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk
waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi
persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham
paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi
dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi
paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya
diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. 4 Proyeksi
merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau
keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan
sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini
digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.
5. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh
norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima
bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi
disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi
dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.5
6. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang
diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati
terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara
berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain
dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya
berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu
seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai
serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah
pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang
otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai
perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau dielakkan kepada orang atau
obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan
atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desusdesus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam
menyatakan perasaan permusuhan.
9. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal
(rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan
pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah.
Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
10. Simbolisasi

Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk
mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan
bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan.
Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan
simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi,
penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan
dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya
menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka
konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang
ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri
dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru
gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau
daerahnya yang maju.
13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan
respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak
yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil
agar keinginannya dipenuhi.
14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang
diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh
suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan
dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah
dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.7
15. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan
keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang
kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar
untuk usaha social.
16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan
emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan.
Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah
dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian
keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan sudah nasibnya atau
sekarang sudah tidak menderita lagi dan sambil tersenyum.
18. Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh
berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya.
Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam
pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan
sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.7

2.3 Hubungan Ego dengan Mekanisme Pertahanan Diri


"Life is not easy", demikian kata Sigmund Freud (1856-1939) yang dikenal sebagai
penancang mahzab atau teori Psikoanalisa (Psikodinamika kepribadian). Status internal
manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk dari konflik antar struktur
kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Kemudian termanives ke dalam perilaku kongkrit
dalam mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego Defense
Mechanism).
The Id (Das Es) adalah Aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu realitas psikis
yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia Batin atau subyektif manusia dan tidak
memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa
sejak lahir (unsur-unsur biologis), libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme.
The Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi (gateway)
antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas untuk menyelesaikan
rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan, sehingga prinsip Ego adalah
realitas dunia obyektif.
Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai tradisional
sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa perintah-larangan, ganjaranhukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah internalisasi norma-norma lingkungan yang
berupaya untuk menekan dorongan Id.
Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan
atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam
memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk
menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi Hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan
konsepsi Ideal. Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar
sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu
dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku.
Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi
konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa
seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit
dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada
dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan.
Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya melihat seekor
ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari dunia Super Ego yang
telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga,
kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat impuls-impuls id.
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego.
Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri.
Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongandorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih

dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan
diri atau mekanism epertahanan ego (EgoDefenseMechanism).
2.4 Teori Klasifikasi Pertahanan Ego
Daftar mekanisme pertahanan sangat besar dan tidak ada konsensus teoritis
pada sejumlah mekanisme pertahanan. Mengklasifikasikan mekanisme pertahanan menurut
beberapa sifat mereka (mekanisme yang mendasari yaitu kesamaan atau hubungan dengan
kepribadian) telah dicoba. Teori yang berbeda memiliki kategorisasi yang berbeda dan
konseptualisasi mekanisme pertahanan. Review besar teori mekanisme pertahanan yang
tersedia dari Paulhus, Fridhandler dan Hayes (1997) dan Cramer (1991). The Journal of
Personalitymenerbitkan edisi khusus pada mekanisme pertahanan (1998).
Otto F. Kernberg (1967) mengembangkan teori organisasi kepribadian yang salah satu
konsekuensi mungkin gangguan kepribadian borderline . Teorinya didasarkan pada ego
psikologis teori objek hubungan. Organisasi kepribadian borderline berkembang ketika anak
tidak dapat mengintegrasikan objek mental yang positif dan negatif bersama-sama. Kernberg
memandang penggunaan mekanisme pertahanan primitif sebagai pusat organisasi ini
kepribadian. Pertahanan psikologis primitif adalah proyeksi, penolakan, disosiasi atau
pemisahan dan mereka disebut batas mekanisme pertahanan. Juga, devaluasi dan identifikasi
proyektif dipandang sebagai pertahanan perbatasan.
Dalam George Vaillant Eman . 's (1977) kategorisasi, pertahanan membentuk sebuah
kontinum yang berhubungan dengan tingkat psikoanalisis perkembangan mereka tingkat
Vaillant adalah:

Tingkat I - pertahanan patologis (yaitu psikotik penyangkalan,


proyeksi delusi)

Tingkat II - pertahanan belum matang (yaitu fantasi, proyeksi,


agresi pasif, bertindak keluar)

Tingkat III - pertahanan neurotik (yaitu intelektualisasi,


pembentukan reaksi, disosiasi, perpindahan, represi)

Tingkat IV - pertahanan matang (yaitu humor, sublimasi,


penindasan, altruisme, antisipasi)

Robert Plutchik 's (1979) memandang teori pertahanan sebagai turunan dari
dasar emosi . Mekanisme Pertahanan dalam teorinya adalah (dalam urutan penempatan dalam
model circumplex): Formasi reaksi, penolakan, represi, regresi, kompensasi, proyeksi,
pemindahan, intelektualisasi.

Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental ( DSM-IV ) yang diterbitkan


oleh American Psychiatric Association (1994) mencakup sumbu diagnostik sementara untuk
mekanisme pertahanan. Klasifikasi ini sebagian besar didasarkan pada pandangan hirarkis
Vaillant tentang pertahanan, namun memiliki beberapa modifikasi . Contohnya termasuk:
penyangkalan, fantasi, rasionalisasi, regresi, isolasi, proyeksi, dan pemindahan.
Vaillant itu kategorisasi mekanisme pertahana

Tingkat 1 - Patologis
Mekanisme
di
level
ini,
ketika
mendominasi,
hampir
selalu
adalah
sangat patologis . Keempat pertahanan, dalam hubungannya, memungkinkan seseorang untuk
secara efektif mengatur ulang pengalaman eksternal untuk menghilangkan kebutuhan untuk
mengatasi kenyataan. Para pengguna patologis dari mekanisme ini sering muncul irasional
atau gila kepada
orang
lain. Ini
adalah
"psikotik"
pertahanan,
umum
terbuka psikosis . Namun, mereka ditemukan dalam mimpi dan sepanjang masa juga.

di

Mereka termasuk:
Proyeksi Delusional : delusi terlalu jujur tentang realitas eksternal, biasanya yang bersifat
persecutory.
Denial : Penolakan untuk menerima realitas eksternal karena terlalu mengancam; bersitegang
terhadap stimulus kecemasan-memprovokasi dengan menyatakan tidak ada; resolusi konflik
emosional dan pengurangan kecemasan dengan menolak untuk melihat atau sadar mengakui
aspek yang lebih menyenangkan dari realitas eksternal .
Distorsi : Sebuah kotor membentuk kembali realitas eksternal untuk memenuhi kebutuhan
internal.
Memisahkan : Sebuah pertahanan primitif. Impuls negatif dan positif yang memisahkan diri
dan tidak terintegrasi. Contoh mendasar: Seorang individu memandang orang lain baik
sebagai bawaan yang baik atau jahat bawaan, bukan makhluk terus menerus keseluruhan.
Ekstrim proyeksi : Penolakan terang-terangan terhadap kekurangan moral atau psikologis,
yang dianggap sebagai kekurangan dalam individu lain atau kelompok.

Tingkat 2 - belum menghasilkan

Mekanisme ini sering hadir pada orang dewasa. Mekanisme ini mengurangi tekanan dan
kecemasan diprovokasi oleh orang-orang yang mengancam atau dengan kenyataan tidak
nyaman. Orang yang berlebihan menggunakan pertahanan tersebut terlihat secara sosial tidak
diinginkan dalam bahwa mereka belum dewasa, sulit untuk menangani dan serius keluar dari
sentuhan dengan realitas. Ini adalah apa yang disebut "belum matang" pertahanan dan
berlebihan hampir selalu menyebabkan masalah serius dalam kemampuan seseorang untuk
mengatasi secara efektif. Pertahanan ini sering terlihat dalam depresi berat dan gangguan
kepribadian.
Mereka termasuk:
Bertindak keluar : ekspresi langsung dari sebuah keinginan tak sadar atau dorongan dalam
tindakan, tanpa kesadaran sadar akan emosi yang mendorong bahwa perilaku ekspresif.
Fantasy : Kecenderungan mundur ke fantasi untuk menyelesaikan konflik dalam dan luar.
Idealisasi :. Tanpa sadar memilih untuk melihat individu lain sebagai memiliki kualitas yang
lebih positif daripada dia sebenarnya mungkin memiliki
Agresi Pasif : Agresi terhadap orang lain menyatakan secara tidak langsung atau pasif seperti
menggunakan penundaan .
Proyeksi : Proyeksi adalah bentuk primitif dari paranoia . Proyeksi juga mengurangi
kecemasan dengan memungkinkan ekspresi dari dorongan-dorongan yang tidak diinginkan
atau keinginan tanpa menjadi sadar mengetahui mereka; menghubungkan sendiri tidak diakui
seseorang yang tidak dapat diterima / tidak diinginkan pikiran dan emosi yang lain; termasuk
parah prasangka , parah kecemburuan ,hypervigilance bahaya eksternal, dan "ketidakadilan
mengumpulkan ". Hal ini tidak dapat diterima pergeseran pikiran seseorang, perasaan dan
dorongan dalam diri sendiri ke orang lain, sehingga pikiran-pikiran yang sama, perasaan,
keyakinan dan motivasi dianggap dirasuki oleh yang lain.
Identifikasi proyektif : Tujuan dari proyeksi memanggil dalam diri orang justru pikiran,
perasaan atau perilaku yang diproyeksikan.
Somatisasi : Transformasi perasaan negatif terhadap orang lain ke dalam perasaan negatif
terhadap diri, sakit, sakit, dan kecemasan.
Tingkat 3 - neurotik
Mekanisme ini dianggap neurotik , tetapi cukup umum pada orang dewasa. Pertahanan
tersebut memiliki keuntungan jangka pendek dalam mengatasi, tetapi sering dapat

menyebabkan masalah jangka panjang dalam hubungan, kerja dan menikmati hidup bila
digunakan sebagai gaya utama seseorang untuk mengatasi dunia.
Mereka termasuk:
Pemindahan : Mekanisme Pertahanan yang menggeser impuls seksual atau agresif untuk
target yang lebih dapat diterima atau kurang mengancam; mengarahkan emosi ke outlet lebih
aman; pemisahan emosi dari objek nyata dan pengalihan emosi yang intens terhadap
seseorang atau sesuatu yang kurang menyinggung atau mengancam di Untuk menghindari
berurusan langsung dengan apa yang menakutkan atau mengancam. Misalnya, seorang ibu
mungkin berteriak pada anaknya karena dia marah dengan suaminya.
Disosiasi : modifikasi drastis sementara identitas pribadi seseorang atau karakter untuk
menghindari gangguan emosi; pemisahan atau penundaan perasaan yang biasanya menyertai
sebuah situasi atau pikiran.
Hypochondriasis : Sebuah keasyikan yang berlebihan atau khawatir tentang memiliki
penyakit serius.
Intelektualisasi : Suatu bentuk isolasi; berkonsentrasi pada komponen intelektual dari sebuah
situasi sehingga untuk menjauhkan diri dari kecemasan-memprovokasi emosi yang terkait;
pemisahan emosi dari ide; berpikir tentang keinginan di formal, hal afektif hambar dan tidak
bertindak atas mereka; menghindari tidak dapat diterima emosi dengan berfokus pada aspek
intelektual
(misalnya isolasi ,rasionalisasi , ritual , kehancuran , kompensasi , pemikiranmagis).
Isolasi : Pemisahan perasaan dari ide dan aktivitas, misalnya, menggambarkan sebuah
pembunuhan dengan rincian grafis tanpa respon emosional.
Rasionalisasi (membuat alasan) : Dimana seseorang meyakinkan dirinya sendiri bahwa
tidak ada yang salah dilakukan dan bahwa semuanya baik-baik saja atau melalui penalaran
yang salah dan palsu. Indikator dari mekanisme pertahanan dapat dilihat secara sosial sebagai
perumusan alasan nyaman - membuat alasan.
Reaksi formasi : Konversi keinginan sadar atau impuls yang dianggap berbahaya ke
kebalikannya; perilaku yang benar-benar kebalikan dari apa yang benar-benar ingin atau
merasa; mengambil keyakinan yang berlawanan karena keyakinan yang benar menyebabkan
kecemasan. Pertahanan ini dapat bekerja secara efektif untuk mengatasi dalam jangka
pendek, tapi akhirnya akan rusak.
Regresi : reversi Sementara ego untuk tahap awal pembangunan daripada penanganan impuls
yang tidak dapat diterima dengan cara yang lebih dewasa.

Represi : Proses mencoba untuk mengusir keinginan terhadap naluri menyenangkan, yang
disebabkan oleh ancaman penderitaan jika keinginan puas; keinginan tersebut akan
dipindahkan ke alam bawah sadar dalam upaya untuk mencegahnya masuk ke kesadaran; naif
tampaknya tidak bisa dijelaskan, memori selang atau kurangnya kesadaran akan situasi
sendiri dan kondisi;. emosi sadar, tetapi ide di balik itu tidak ada
Kehancuran : Seseorang mencoba untuk 'pembatalan' pikiran yang tidak sehat, merusak atau
mengancam dengan terlibat dalam perilaku sebaliknya.
Penarikan: Penarikan adalah bentuk yang lebih parah pertahanan. Hal ini menuntut
menghapus diri dari acara, rangsangan, interaksi, dll di bawah takut teringat pengalaman
menyakitkan dan perasaan.

Tingkat 4 - Mature
Ini biasanya ditemukan di antara orang dewasa yang sehat secara emosional dan dianggap
dewasa, meskipun banyak memiliki asal-usul mereka dalam tahap belum matang
pembangunan. Mereka telah diadaptasi selama bertahun-tahun untuk mengoptimalkan
kesuksesan dalam hidup dan hubungan. Penggunaan pertahanan ini meningkatkan
kesenangan dan perasaan kontrol. Pertahanan ini membantu kita untuk mengintegrasikan
konflik emosi dan pikiran, sementara masih tersisa efektif. Mereka yang menggunakan
mekanisme ini biasanya dianggap saleh.
Mereka termasuk:
Altruisme : layanan Konstruktif kepada orang lain yang membawa kesenangan dan kepuasan
pribadi.
Antisipasi : perencanaan yang realistis untuk ketidaknyamanan masa depan.
Humor : ekspresi yang jelas baru ide dan perasaan (terutama yang tidak menyenangkan
untuk fokus pada atau terlalu mengerikan untuk dibicarakan) yang memberikan kesenangan
kepada orang lain. Pikiran mempertahankan sebagian dari marabahaya bawaan mereka, tetapi
mereka "mengitari putaran" oleh gurauan, misalnya Self-bantahan .
Identifikasi : Pemodelan sadar diri seseorang pada karakter orang lain dan perilaku.
Introjeksi : Mengidentifikasi dengan beberapa ide atau obyekbegitu dalam sehingga menjadi
bagian dari orang tersebut

Sublimasi : Transformasi emosi negatif atau naluri ke dalam tindakan positif, perilaku, atau
emosi.
Pemikiran penindasan : Proses sadar mendorong pemikiran ke prasadar tersebut; keputusan
sadar untuk menunda memperhatikan emosi atau kebutuhan untuk mengatasi kenyataan ini;
sehingga memungkinkan untuk kemudian mengakses emosi tidak nyaman atau menyusahkan
sementara menerima mereka
.
2.5 Tujuan Mekanisme Pertahanan Diri
Ego (pribadi) merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi ancaman
terhadap ego hal ini merupakan ancaman terhadap tulang punggung (eksistensi) manusia.
Manusia secara bertahap belajar menghadapi mekanisme pembelaan egonya seandainya ada
ancaman terhadap keutuhan integritas pribadinya. Mekanisme yang sedemikian ini normal
terjadi, kecuali bila sudah sedemikian lanjut sehingga menggangu integritas pribadinya.
Mekanisme yang sedemikian ini penting untuk :
1.
Memperlunak kegagalan
2.
Mengurangi kecemasan
3.
Mengurangi perasaan yang menyakitkan
4.
Mempertahankan perasaan layak dan harga diri.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuktiga macam tujuan: 1)
Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembalisesuatu (obyek) yang telah
hilang. Anak yang merasa ditolakorang tuanya cenderung membentuk identifikasi yang
kuatdengan orang tuanya itu dengan harapan dapat memperolehpenerimaan orang tuanya.2)
Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anakmengidentifikasi larangan-larangan
orang tuanya agar terhindardari hukuman.3) Melalui identifikasi orang memperoleh informasi
baru denganmencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Berarti orangmenghemat
waktu dan energi dengan mengambil tingkah laku,sikap, dan gaya orang lain yang telah
terbukti berguna.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
yaitu:
Mekanisme pertahanan yang terdiri dari bermacam-macam cara dan seperti diketahui
manusia merupakan mahluk yang tertinggi tingkat perkembangannya sehingga suatu
pendektan terhadap manusia harus menyangkut semua unsure baik organik, psikologik dan
social. Hal ini dinamakan pendektan holistic.
Semua mekanisme pertahanan ini bermaksud untuk mempertahankan keutuhan pribadi dan
digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara.
Mekanisme pertahanan dapat diangggap normal dan diperlukan atau diinginkan, kecuali bila
digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri dan
kebahagiaan individu dan kelompok.
Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam tindakan belum berarti bahwa
perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan ego. Sebagai contoh, bila seorang
terlampau sering memberikan sumbangan sudah berarti pelepasan atau tebusan. Tindakan
tersebut perlu dipertimbangan juga kepribadian orang tersebut dan memotivasinya.

DAFTAR PUSTAKA

www.google com

Anda mungkin juga menyukai