Referat Pembusukan
Referat Pembusukan
Disusun Oleh :
Dimas Arief Destiyono 09711166
Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Hari Wujoso, MM. Sp. F
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Pembusukan atau disebut dekomposisi merupakan suatu proses degradasi
jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah proses
penghancuran jaringan dalam keadaan steril, terjadi sebagai efek dari kerja enzim
yang dilepaskan pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.1
Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim
intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan
mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki
enzim, dengan demikian pancreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada
jantung. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena
itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis
ini tetap terjadi.2
Putrefaksi nama lain dari dekomposisi merupakan penghancuran jaringan
postmortem akibat aktivitas mikro organisme (bakteri, jamur, dan protozoa) dan
hasil katabolisme jaringan menjadi gas, enzim, dan molekul sederhana. Hasil dari
putrefaksi adalah pelarutan bertahap jaringan tubuh menjadi gas dan cairan.3
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang hidup normal dalam tubuh
akan segera menginvasi jaringan karena sistem pertahan tubuh sudah tidak lagi
aktif, kemudian akan mulai menghancurkan jaringan otot, dan menghasilkan
enzim yang disebut protease.3
Pembusukan mulai tampak setelah 24 jam pascamati, walauun prose
terjadinya pembusukan sudah mulai sejak menit ke empat postmortem. Hal yang
pertama tampak ketika terjadi pembusukan adalah gambaran kehijauan pada perut
kanan bawah, yaitu daerah caecum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta teretak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulf-met-hemoglobin, yang secara bertahap akan menyebar ke perut
dan dada, dan bau busukpun mulai tercium.1
berwarna keunguan (livor mortis atau hipostasis). Bagian lain tubuh akan menjadi
pucat karena tidak mengandung darah lagi.
Dimulailah rigor mortis, sel-sel otot yang masih aktif secara kimia akan
menghasilkan asam laktat saat tidak memperoleh suplai oksigen. Asam laktat
dalam jumlah banyak memiliki konsistensi seperti gel yang menyebabkan tubuh
menjadi kaku. Setelah 24-72 jam, otot-otot akan kembali relaksasi seiring dengan
penguraian asam laktat. Enzim-enzim pencernaan menjadi tidak terkontrol,
terjadilah autolisis.
2.
Fase Putrefaksi
Bakteri dalam proses kimia yang dilakukannya juga memproduksi gas, dan
juga disertai bau busuk, yang umumnya berupa hidrogen sulfida dan metana,
selain itu ada juga putrescine dan cadaverine. Gas dan pertumbuhan bakteri ini
menyebabkan warna kehijauan pada kulit, terutama pada abdomen bagian kanan
bawah yang kemudian akan meyebar ke seluruh perut dan dada.
Gas ini akan terus terkumpul dalam tubuh, abdomen menjadi kembung,
mata akan menonjol, lidah dapat menjulur keluar, sel-sel akan makin rusak dan
tekanan akan meningkat, cairan tubuh akan mulai merembes keluar dari lubanglubang tubuh.
3.
dimana-mana. Jaringan lunak mencair akibat pencernaan oleh bakteri. Kulit akan
menggelembung dan mudah terkelupas. Rongga-rongga tubuh akan kolaps. Kulit,
rambut, kuku, bahkan gigi menjadi mudah lepas. Bila mayat telah terpajan
serangga, ini saatnya ditemukan banyak larva. Sisa-sisa organ dalam akan
terdorong keluar bersama cairan karena tekanan gas yang tinggi.
4.
hingga hitungan jam saja. Skin slippage menyebabkan identifikasi melalui sidik
jari sulit dilakukan.4
Minggu kedua ketika proses pembusukan berlangsung, pada kulit akan
terbentuk gelembung pembusukan yang merupakan kelanjutan dari perubahan
skin slippage. Pembentukan gas yang terjadi diantara epidermis dan dermis
menyebabkan terbentuknya bula yang bening, rapuh, dan berisi cairan kecoklatan
yang berbau busuk, Apabila bula pecah maka akan meninggalkan dasar kulit yang
licin,berminyak, berkilat, dan berwarna merah jambu. Cairan yang terbentuk di
dalam bula terjadi karena pecahnya sel lemak subkutan sehingga cairan lemak
keluar ke lapisan dermis karena tekanan gas pembususkan dari dalam.4
Pada fase pembusukan akan dijumpai dimana epitel kulit, kuku, rambut
kepala, aksila, dan pubis akan mudah dicabut, hal ini terjadi karena adanya proses
desintegrasi pada akar rambut.3
Perubahan yang terjadi pada dekomposisi kulit adalah sebagai berikut :
1. Tahap Fresh
Tahap ini terjadi beberapa hari setelah kematian. Tidak didapatkan adanya
pembusukan kulit selama waktu ini. Akan tetapi, sel pada kulit mengalami
3. Tahap Putrefaksi
Pada tahap ini gas mulai keluar dan kulit menjadi lebih gelap. Dermis dan
subkutan rusak, sel-sel lemak pecah dan mencair, sel dalam dermis sudah sulit
dibedakan. Kulit dapat mengalami penegriputan dan pengerasan atau
adiposera dimana timbul bercak pada kulit pipi, payudara atau bokong, dan
bagian eksrimitas.3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
(PEMBUSUKAN),
blogkputih.blogspot.com/2012/01/dekomposisi-pembusukan.html,
diakses