Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MODUL 4
MODULUS ELASTISITAS

Nama

: Nova Nurfauziawati

NPM

: 240210100003

Tanggal / jam

: 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB

Asisten

: Dicky Maulana

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada beberapa bahasan mengenai gaya, benda yang mengalami gaya
dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Namun, kenyataannya setiap
benda akan mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya pada benda
tersebut. Pada benda elastis, akan terjadi pertambahan panjang yang
merupakan akibat dari adanya gaya yag bekerja pada benda tersebut. Benda
ini berlaku hampir pada semua materi padat, tetapi hanya pada suatu batas
tertentu. Apabila benda yang terjadi terlalu besar, maka benda pun akan
meregang dengan sangat besar sehingga tidak menutup kemungkinan benda
tersebut akan patah. Gaya luar yang dikerjakan pada benda tersebut
mengkibatkan terjadinya perubahan bentuk benda (deformasi) yang tidak
melebihi batas proporsional. Sedangkan pada benda plastis, jika benda
tersebut diberi gaya maka akan mengalami pertambahan panjang dan jika gaya
yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan, maka benda tidak dapat
kembali ke bentuk semula.
Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mempraktikan
ilmu-ilmu fisika, baik yang sudah kita pelajari maupun yang belum kita
pelajari. Namun seringnya kita tidak menyadari dan tidak paham akan hal itu.
Sebagai contoh hal yang berhubungan dengan fisika yang sering kita temui
dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah karet gelang yang kita rentangkan,
jika kita lepaskan akan kembali ke bentuknya semula. Itulah yang
menandakan adanya sifat elastis benda yang kita kenal dengan keelastisitasan.
Semua benda nyata, jika diberi gaya, akan berubah dibawah pengaruh gaya
yang bekerja padanya. Perubahan bentuk atau volume tersebut ditentukan oleh
gaya antarmolekulnya.
Untuk membedakan kedua jenis bahan benda antara benda elastis dan
benda plastis , maka didefinisikan suatu sifat bahan yang disebut elastisitas.
Jadi, elastisitas merupakan salah satu mekanik bahan yang dapat menunjukkan
kekuatam, ketahanan, dan kekakuan bahan tersebut terhadap gaya luar yang

diterapkan pada bahan tersebut. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Membedakan pengertian tegangan dan regangan.
1.2.2 Menentukan modulus elastisitas (E) dari suatu batang kayu dengan
cara pelenturan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Elastisitas
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk
kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada
benda itu dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang digantungi dengan
beban pada salah satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika
beban tersebut kita ambil kembali. Contoh lainnya adalah ketapel dan karet
gelang jika kita rentangkan maka akan terjadi pertambahan panjang pada
kedua benda tersebut, tapi jika gaya yang bekerja pada kedua benda tersebut
dihilangkan, maka kedua benda tersebut akan kembali ke bentuk semula.
Sebuah benda dapat dikatakan elastis sempurna jika gaya penyebab
perubahan bentuk hilang maka benda akan kembali ke bentuk semula. Benda
yang bersifat elastis sempurna yaitu mempunyai batas-batas deformasi yang
disebut limit elastik sehingga jika melebihi dari limit elastik maka benda
tidak akan kembali ke bentuk semula.

Gambar 1. Pegas

Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk
awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada adonan kue. Bila kita
menekan adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan
dari adonan kue tersebut, maka adonan kue tidak dapat kembali ke bentuk
semula.

Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah pada tingkatan dalam
besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis
pada benda perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut mempunyai sifatsifat berikut:
Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifatsifat fisis
yang sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak
ada perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi
perubahan volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini
disebut juga modulus elastisitas.

2.2 Tegangan
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh
benda untuk kembali ke bentuk semula. Atau gaya F yang diberikan pada
benda dibagi dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:

Tegangan

Gaya
F
atau
Luas penampang
A

Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m atau
Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m2).
Selain itu, Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan.
Tegangan normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau
kompresi dan tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan
pada ujung-ujung batang sedemikian rupa sehingga batang dalam
kondisi tertarik, maka terjadi tegangan tarik pada batang, jika batang
dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan.
2. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar
dengan penampang.

3. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda
yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda tersebut
tetapi tidak menyebabkan bentuk benda berubah.

2.3 Regangan
Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena
pemakaian tegangan disebut regangan (strain). Regangan adalah suatu
besaran yang tidak memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per meter.
Definisi regangan berdasarkan rumusnya adalah perubahan panjang L
dibagi dengan panjang awal benda L . Secara matematis dapat ditulis:
Regangan =

Pertambahan panjang
L
atau e
Panjang mula - mula
L0

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile)


atau bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile
strain) relatif besar sampai dengan titik kerusakan seperti baja atau
aluminium. Sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya regangan yang relatif
kecil sampai dengan titik yang sama. Batas regangan 0,05 sering dipakai
untuk garis pemisah diantara kedua kelas bahan ini. Besi cor dan beton
merupakan contoh bahan rapuh.

2.4 Modulus Elastisitas


Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda tersebut dan mengamati
penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya. Besar pelenturan (f)
ditentukan melalui persamaan matematis sebagai berikut:
f

BL3
4Ebh 3

Dari rumus pelenturan diatas dapat ditentukan persamaan matematis


Modulus Elastisitasnya:
BL3
E
4 fbh 3

Keterangan:
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)

2.5 Hukum Hooke


Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori
elastisistas. Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan
dalam bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan
bahwa keelastisitasan benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita

Tegangan

ambil contoh grafik keelastisitasan suatu logam kenyal.

Regangan

Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan bersifat proporsional


sampai titik a tercapai. Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan
dalam daerah ini sesuai dengan Hukum Hooke.
Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (Marthen Kanginan :
2004), hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu
Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali

gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666.


Beliau menyatakan bahwa:
Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya.
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan
dapat ditulis melalui persamaan:

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Meja
3.1.2 Dua buah tumpuan
3.1.3 Skala cermin
3.1.4 Beban dan dudukan beban
3.1.5 Kait yang dilengkapi garis rambut
3.1.6 Tiga buah batang kayu yang berbeda geometri

3.2 Prosedur
3.2.1 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
3.2.2 Mengukur panjang (jarak antara dua tumpuan), lebar dan tebal
masing-masing batang kayu.
3.2.3 Memasang kedua tumpuan masing-masing di kiri dan kanan batang
kayu dengan jarak masing-masingnya 10 cm dari ujung kayu.
3.2.4 Meletakkan batang kayu di atas tumpuan.
3.2.5 Memasang skala cermin dan kait yang dilengkapi garis rambut tepat di
tengah batang kayu (kedudukan seimbang).
3.2.6 Memasang dudukan beban pada kait.
3.2.7 Mengkaitkan beban satu persatu (masing-masing beban bermassa 0,5
kg) hingga mencapai 3 kg atau 3000 gram.
3.2.8 Membaca dan mencatat kedudukan garis rambut setiap penambahan
beban.
3.2.9 Mengurangi beban satu persatu (masing-masing beban bermassa 0,5
kg) dari 3 kg atau 3000 gram hingga nol.
3.2.10 Membaca dan mencatat kedudukan garis rambut setiap pengurangan
beban.
3.2.11 Melakukan hal yang sama untuk batang kayu yang kedua dan ketiga.
3.2.12 Menghitung Modulus elastisitas setiap batang kayu.

3.2.13 Membandingkan hasil percobaan dengan literarur . (Ekayu 1,0x1011


dyne/cm2 sampai dengan 1.5x1011 dyne/cm2)
3.2.14 Memberikan kesimpulan mengenai praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga : Jakarta.


Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Zaida. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
http://www.mahasiswasibuk.co.cc/1_9_Modulus-Elastisitas.html
Oktober 2010 12:30 WIB

Minggu,

31

Anda mungkin juga menyukai