Tugas Makalah Sistem Penyaliran Tambang
Tugas Makalah Sistem Penyaliran Tambang
LANDASAN TEORI
3.1
Daur Hidrologi
Bumi terdapat 1,3 sampai dengan 1,4 milyar km3 air yang meliputi 97,5 %
adalah air laut, 1,75 % berbentuk es, 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air
danau dan air tanah serta 0,001 % berbentuk uap yang berada di udara. Air di bumi
mengalami perputaran terus atau membentuk siklus yang dimulai dari penguapan
(evaporasi), hujan (presipitation) dan pengaliran (out flow). Air menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses
dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.
Sebelum tiba di permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian
tiba ke permukaan bumi, namun tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan
bumi mencapai ke permukaan tanah karena sebagian akan tertahan oleh tumbuhtumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau
mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan
akhirnya bermuara di laut. Namun tidak semua butiran air yang mengalir akan tiba di
laut karena dalam perjalanan menuju laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan keluar lagi ke sungai-sungai
(disebut aliran intra = interflow) dan sebagian lagi akan tersimpan sebagai air tanah
(groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke
permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runoff =
limpasan air tanah).
Dengan melihat keadaan di atas, sungai itu mengandung atau mengumpulkan
tiga jenis limpasan, yaitu limpasan permukaan (surface runoff), aliran intra (interflow)
dan limpasan air tanah (groundwater runoff) yang akhirnya akan mengalir ke laut.
Seperti telah dikemukakan di atas, sirkulasi air yang kontinyu antara air laut dan air
daratan berlangsung terus maka sirkulasi air ini disebut dengan daur hidrologi
(hydrological cycle) lihat gambar 2.1.
Akan tetapi sirkulasi air ini tidak merata, karena kita melihat perbedaan besar
presipitasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim yang berikut dan juga dari
wilayah ke wilayah yang lain. Sirkulasi air ini dipengaruhi oleh kondisi meteorologi yaitu
suhu, tekanan atmosfir, angin dan lain-lain serta kondisi topografi.
Air permukaan tanah dan air tanah yang dibutuhkan untuk kehidupan dan
produksi adalah air yang terdapat dalam proses sirkulasi. Jadi kalau sirkulasi ini tidak
merata maka akan terjadi beberapa kesulitan. Jika terjadi sirkulasi yang lebih maka
dapat mengakibatkan bencana seperti banjir.
Gambar 3.1
Siklus Hidrologi
3.2
Curah Hujan
Dalam pembuatan suatu rancangan penirisan tambang data distribusi curah
hujan yang diperlukan adalah distribusi curah hujan jangka waktu pendek yaitu jangka
waktu harian. Penggunaan dari masing-masing data distribusi curah hujan tersebut
disesuaikan dengan tujuan dari perencanaan yang dilakukan.
Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm yang berarti jumlah air hujan yang
jatuh pada satuan luas. Curah hujan 1 mm identik dengan 1 liter/m2. Derajat curah
hujan dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu disebut intensitas curah hujan.
Hubungan antara derajat dan intensitas hujan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 3.1
Hubungan Derajat dan Intensitas Curah Hujan
Hujan lemah
Hujan normal
Hujan deras
0,25 1,00
> 1,00
Kondisi
Tanah sedikit basah semuanya
Bunyi curah hujan terdengar
Air tergenang di seluruh permukaan
tanah dan terdengar bunyi dari
genangan
Hujan seperti ditumpahkan, saluran
penirisan meluap
3.4.5
dan dinyatakan dalam mm persatuan waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan
untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas curah hujan dapat ditentukan
secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat
penakar hujan otomatis.
Perhitungan intensitas curah hujan bertujuan untuk mendapatkan curah hujan
yang sesuai, yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar perencanaan debit limpasan
hujan pada daerah penelitian. Untuk pengolahan data curah hujan menjadi intensitas
curah hujan dapat digunakan cara statistik dari pengamatan durasi yang terjadi.
Analisis statistik yang digunakan adalah dengan formula Extreme Value E.J
Gumbel. Adapun langkah-langkah analisis dari formula tersebut adalah sebagai
berikut: :
1.
CH
X
...............................................................Persamaan (2-1)
Dimana :
Dimana :
3.
= Jumlah data
( Xi X ) 2
( n 1)
Persamaan (2-2)
= Standard deviasi
Xi
= Data ke-I,
= Jumlah data
Yt
T 1
ln ln
T ...Persamaan (2-3)
Dimana :
4.
Yt
= Koreksi varians
Yn
n 1 m
ln ln
n 1 .Persamaan (2-4)
Dimana :
Yn
= Koreksi rata-rata
Yn
Kemudian tentukan : YN
Dimana :
5.
..........Persamaan (2-5)
YN
= Rata-rata Yn
Yn
= Jumlah nilai Yn
= Jumlah data
(Yn YN )
Sn
n 1
Dimana :
6.
Persamaan (2-6)
Sn
= Koreksi simpangan
Yn
= Nilai Yn ke-i
YN
= Rata-rata nilai Yn
= Jumlah data
CHR
10
Dimana :
CHR
= Standard deviasi
Sn
= Koreksi Simpangan
Yt
= Koreksi varians
YN
= Rata-rata nilai Yn
Sedangkan rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data curah hujan harian
kedalam satuan jam adalah dengan Rumus Mononobe :
2
R24 24 3
.
24
t
...........................................................Persamaan (2-8)
=
Dimana :
3.4.6
R24
Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah ke
ETP
T
RH
x( RS 50)(1 50
)
(
T
15
)
70
= 0,4 x
.............Persamaan (2-9)
Dimana :
3.3
ETP
RH
11
3.4
sistem
penyaliran
pada
umumnya
menganalisis
tentang
Paritan
Saluran air (paritan) pada suatu daerah penambangan berfungsi sebagai
penampung air limpasan permukaan. Saluran ini akan mengalirkan air limpasan
permukaan ke tempat penampungan di dalam tambang ataupun tempat lain yang
berada di luar tambang.
Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari.
Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam
penampung atau langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan ke selokan
jalan tambang utama. Jumlah parit itu disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
mungkin bisa lebih dari satu. Apabila parit terpaksa harus dibuat melalui lalulintas
tambang, maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis.
Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan
deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Dalam sistem penyaliran itu
sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan.
Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat, bentuk segitiga dan
bentuk trapesium. Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan
umum dipakai adalah bentuk trapesium sebab mudah dalam pembuatannya, murah,
efisien dan mudah dalam perawatannya serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat
12
2.
3.
3B
Ket :
- lebar dasar parit (B)
- tinggi parit (H)
- Slope 45 0
- lebar permukaan air (3B)
H
450
Gambar 3.2
Penampang Melintang Parit
Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit
apabila situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang
akan menampung air sementara sebelum dipompakan ke permukaan. Pada dasamya
pembuatan parit ini cukup mudah dan pula murah.
Pada prinsipnya, pembuatan paritan ini diaplikasikan untuk dua tujuan utama
yang sering diterapkan dilapangan, yaitu sebagai pengatur pola aliran air limpasan di
dalam pit dan kedua sebagai sarana untuk menampung air limpasan dari luar tambang
agar tidak masuk ke dalam pit. Kedua metode penerapan paritan tersebut memiliki
metode atau cara perhitungan yang sama untuk menganalisis kebutuhan dimensi yang
harus dibuatnya. Analisis dimensi paritan tersebut menggunakan beberapa langkah
perhitungan antara lain :
1.
13
Tc =
0,87.L3
Dimana :
0 , 385
...Persamaan (2-10)
Tc
2.
masuk
Kemiringan
< 3%
(datar)
3% - 15%
(sedang)
> 15%
(curam)
Tabel 2.2
Nilai Koefisien Limpasan
Tutupan
Koefisien Limpasan
(Jenis Lahan)
(C)
sawah, rawa
0,2
Hutan, perkebunan
0,3
Perumahan
0,4
Hutan, perkebunan
0,4
Perumahan
0,5
Semak-semak agak jarang
0,6
Lahan terbuka
0,7
Hutan
0,6
Perumahan
0,7
Semak-semak agak jarang
0,8
Lahan terbuka daerah tambang
0,9
3.
14
Kemiringan dinding tebing saluran tergantung pada macam material atau bahan
yang membentuk tubuh saluran. Kemiringan dinding saluran yang sesuai dengan
bahan yang membentuk tubuh saluran dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 3.3
Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan
Bahan
Kemiringan dinding
Batu/cadas
Hampir tegak lurus
Tanah gambut (peat)
:1
Tanah berlapis beton
:1
Tanah bagi saluran yang lebar
1 :01
Tanah bagi parit kecil
1,5 : 1
Tanah berpasir lepas
2 :01
Lempung berpori
3 :01
4.
Debit Limpasan
Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah. Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi
oleh besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan (evaporasi).
Bila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi maka limpasan air permukaan akan
segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Besarnya air
limpasan tergantung oleh beberapa faktor, sehingga tidak semua air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi akan menjadi sumber bagi sistem penyaliran dan kolam
pengendapan.
Penentuan debit air limpasan maksimum ditentukan dengan menggunakan
Metode Rasional. Rumus metode rasional adalah sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A...................................................Persamaan (2-11)
Dimana :
15
Dimana:
1
2
1
A. .R 3 .S
n
=
...Persamaan (2-12)
Tabel3.4
Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan
Koefisien manning
Dinding Saluran
(n)
Semen
0,010 0,014
Beton
0,011 0,016
Bata
0,012 0,020
Besi
0,013 0,017
Tanah
0,020 -0,030
Gravel
0,022 0,030
Tanah yang ditanami
0,025 0,040
Sumber : Sayoga, Rudi, Hidrologi dan Hidrogeologi. 1991
3.4.2
untuk penampung air limpasan yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan
serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan
dengan cara pemompaan atau dialirkan kembali melalui saluran pelimpah.
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang
disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng tambang. Ada
dua sistem penirisan tambang, yaitu :
1.
16
2.
3.4.3
Qlimpasan
= 0,278.C.I.A (m/det)
Qp
3.4.3.1 Pompa
17
1.
Seri
Dua atau beberapa buah pompa dihubungkan secara seri maka nilai head
bertambah sebesar jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan
tetap.
2.
Paralel
Kapasitas pemompaan bertambah sesuai kemampuan debit masing-masing pompa
namun head tetap.
1.
Klasifikasi Pompa
Sesuai dengan gerakan-gerakan bagian penyusunnya maka pompa dapat
b.
Pompa Putar
Merupakan pompa yang dipengaruhi oleh 2 roda gigi yang ditempatkan dalam
suatu silinder rapat. Zat cair yang dihisap masuk antara celah-celah roda gigi (rotor)
dan silinder (rumah pompa), karena berputar zat cair terdesak oleh bagian rotor
yang lain, sehingga dapat memindahkan zat cair dari tempat bertekanan statis
rendah ke tempat bertekanan statis tinggi.
c.
Pompa Centrifugal
Merupakan pompa yang dipengaruhi oleh gerakan sebuah kipas yang tersusun
oleh sudu-sudu yang ditempatkan pada suatu rumah pompa. Aliran Zat cair di
antara sudu padat kipas yang berputar, mendapat gaya luar pusat (sentrifugal) dan
mendapat tambahan tekanan, sehingga zat cair terhisap dan terlempar keluar.
Ditampung oleh selongsong yang berbentuk gelung membungkus kipas dan keluar
dari selongsong sebagai penghasil pompa.
d.
Pompa Khusus
18
Merupakan pompa yang digunakan pada keperluan khusus, sehingga prinsip kerja
dan konstruksi bagian-bagiannya bermacam-macam.
Pompa lumpur, yaitu pompa yang digunakan untuk mengangkat zat cair
yang mengandung pasir atau butiran zat padat dalam jumlah besar. Pompa
yang khusus dipakai untuk memompa butiran dengan diameter < 0.3 mm,
sering disebut pompa lumpur (slurry pump).
b.
c.
d.
e.
3.
Pemilihan Pompa
Secara teknis pemilihan pompa dilakukan berdasarkan informasi-informasi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
19
4.
pH Cairan
pH cairan yang akan dipompakan sangat berpengaruh terhadap umur pakai alat.
Makin kecil pH suatu cairan atau semakin asam, maka cairan itu akan semakin
mudah mengakibatkan terjadinya korosi pada logam. Untuk meghindarkan
peralatan dari korosi maka sebelum digunakan sebaiknya alat tersebut dicat
terlebih dahulu atau dengan pemberian kapur untuk menetralkan keasaman air.
b.
Jenis Material
Material lumpur yang abrasif akan menyebabkan material bagian dalam pompa
cepat aus, karena gesekan antara cairan dengan pipa yang dilaluinya semakin
besar. Pompa mempunyai spesifikasi tertentu tentang material yang dihisap yang
berkaitan dengan densitas cairan.
c.
d.
Perawatan Alat
Cara perawatan dan pemeliharaan alat yang baik dapat mempengaruhi lifetime
alat. Sebagai contoh, pengecatan shock yang digunakan sebagi penyambung
antara rubber hose dengan pompa dapat memperlambat proses korosi karena
mencegah kontak langsung antara cairan dengan bahan pompa dan pipa yang
terbuat dari logam.
5.
hs
20
Pipa adalah suatu alat yang dipakai untuk menyalurkan air dengan bantuan
pompa. Kapasitas pipa tergantung dari luas penampang pipa tersebut dan kecepatan
alirannya. Kecepatan aliran pipa dapat diketahui apabila diketahui debit air yang
dikeluarkan per satuan waktu dan luas penampang dari pipa yaitu dengan rumus :
Q
= v x A Persamaan (2-15)
Dimana : Q
Berdasarkan perbedaan bahan pembuat pipa, secara umum ada dua (2) jenis
pipa yang digunakan, yaitu :
1.
Pipa Baja
Diameter () yang umum digunakan berkisar antara 400 600 mm yang masingmasing
ukuran
diameternya
mempunyai
kapasitas
tersendiri
dengan
masing-masing panjang batang pipa baja 8 meter. Biasanya pipa jenis ini
digunakan untuk mengalirkan air dari sump terakhir menuju ke Kolam Pengendap
Lumpur (KPL).
2.
21
Static head adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi
antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan. Persamaan yang dipakai
untuk menghitung nilai Hs, adalah :
Hs
= h2 h1.......................................Persamaan (2-17)
Dimana : Hs
h2
h1
2.
HP1
HP2
3.
pompa.
Hv
v2
2. g
Dimana : v
g
4.
........................Persamaan (2-19)
Adapun Head Loss terdiri dari friction head dan head akibat belokan.
a. Friction head (Hf)
Friction Head adalah kehilangan head akibat gesekan air yang melalui pipa dengan
pipa karena adanya pengaruh kekasaran dari dinding pipa, yang dihitung
berdasarkan :
22
Hf
Dimana : Hf
Head gesekan (Hf) untuk pipa HDPE bisa dihitung dari persamaan head friction per
seribu meter dari data spesifikasi HDPE. Adapun data nilai Hf/100 m tersebut
seperti pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Nilai Hf/1000 m untuk Pipa HDPE
Diameter (mm)
Kapasitas Pompa
100
150
200
(liter/det)
Hf per 1000 (m)
100
15,9
8,4
4,7
200
52,1
28,0
15,9
300
63,0
35,4
120,
400
1
67,1
500
94,0
600
700
800
900
1000
-
450
630
1,6
5,9
12,5
0,3
1,7
2,9
22,9
32,1
41,3
-
4,4
6,2
10,6
13,2
16
18,8
21,6
b.
n. f .
Hl
Dimana : Hl
F
v2
2 g .........................Persamaan (2-21)
= Head akibat belokan (m)
= Faktor kekasaran pipa
=
D
0,964. sin 2
2,047. sin 4
2
2 .......Persamaan (2-22)
23