Jenis Pelumas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

PELUMAS MINERAL, SINTETIS DAN SEMI SINTETIS

Jenis-jenis pelumas yang beredar di pasaran dibedakan menurut


sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak
dasar (base oil) ataupun aditif.
Sifat fisika dan kimia dari campuran kedua komponen inilah yang
akan menentukan unjuk kerja pelumas secara keseluruhan. Dengan
demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari komponen-komponen
penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi kegunaan pelumas tersebut.
Berdasarkan jenis base oilnya minyak pelumas diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu minyak pelumas mineral, minyak pelumas sintetis dan
minyak pelumas semi sintetis.
Saat ini banyak dijumpai beragam jenis pelumas yang semuanya
didasarkan atas penggunaan dan klasifikasi. Jenis-jenis pelumas tersebut
dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen
penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan
kimia dari campuran kedua komponen inilah yang akan menentukan
unjuk kerja pelumas secara keseluruhan.
Dengan demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari
komponen-komponen penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi
kegunaan pelumas tersebut. Berdasarkan jenis base oilnya minyak
pelumas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Minyak pelumas mineral
Minyak pelumas sintetis
Minyak pelumas semisintetis

Sebenarnya base oil ini mempunyai segala kemampuan dasar yang


dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditifpun, sebenarnya minyak dasar
sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan. Namun unjuk
kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu
lama.
1. PELUMAS MINERAL
Pelumas mineral adalah semua pelumas yang dihasilkan dari refinery
minyak bumi. Yaitu dari pengolahan lanjut long residue yang merupakan
fraksi berat hasil destilasi minyak mentah jenis parafinik ataupun
naphtenik. Disebut long residue karena residu ini masih dapat diolah
lebih lanjut untuk menghasilkan base oil. Pengolahan long residue
menjadi base oil yang populer dilakukan adalah melalui proses Solvent
Refining. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a. High Vacuum Distillation
Dalam proses ini, fraksi long residue di destilasi di dalam kolom yang
bertekanan rendah atau vakum. Tujuan dari proses ini adalah untuk
memisahkan fraksi minyak pelumasnya. Fraksi-fraksi lanjutan yang
dihasilkan dalam distilasi vakum ini berturut-turut adalah :
SPO (Spindle Oil)
LMO (Light Machine Oil)
MMO (Medium Machine Oil)
BO (Black Oil) atau Short Residue (SR)

Unit yang melaksanakan proses ini disebut High Vacuum Unit


(HVU). Pada prinsipnya HMU tidak berbeda dengan proses distilasi
biasa, dimana pemisahan fraksi demi fraksi dilakukan berdasarkan titik
didih masing-masing hidrokarbon dalam fraksi tersebut. Karena long
residue memiliki titik didih tinggi maka pelaksanaannya harus dilakukan
dengan tekanan hampa (vakum).
b. Furfural Extraction
Furfural adalah solven yang berfungsi memisahkan komponen base oil
dari komponen yang tidak dikehendaki berdasarkan perbedaan kelarutan
tiap-tiap komponen tersebut. Pemisahan dengan solven furfural inilah
yang menyebabkan keseluruhan proses pengolahan ini disebut Solvent
Refining. Proses ini bertujuan untuk menaikkan indeks viskositas dari
destilat pada HVU melalui penghilangan senyawa aromat yang memiliki
indeks viskositas rendah, peningkatan mutu dan kestabilan terhadap
oksidasi sekaligus mengurangi kemungkinan terbentuknya lumpur
(sludge), deposit karbon, dan varnish. Unit yang melaksanakan proses ini
disebut FEU (Furfural Extraction Unit).
c. Prophane Deasphalting
Proses ini dimaksudkan untuk mengambil senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki dalam black oil atau short residue, fraksi terberat pada
HVU. Proses yang digunakan adalah ekstraksi menggunakan propane dan
akan menghasilkan residu dengan BM besar seperti Asphalt dan Resin.
Kandungan asphalt ini perlu dipisahkan agar dapat dimanfaatkan sebagai
bahan asphalt dan fraksi minyak pelumasnya sebagai Deasphalted Oil
(DAO). Ekstrak yang terjadi akan dimasukkan ke FEU. Unit yang
melaksanakan proses ini adalah Propane Deasphalting Unit (PDU).

d. Dewaxing
Digunakan untuk menghilangkan wax, sehingga pour point dari base
oil yang dihasilkan dapat diturunkan hingga 5 15F. Pelarut yang
digunakan dalam proses ini adalah MEK (Metil Etil Keton). Proses
dewaxing dilakukan pada suhu 10 25C sehingga lilin akan mengkristal
dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa. Filtrat yang diperoleh
adalah produk akhir dari base oil.
e. Finishing
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki warna minyak pelumas dan
stabilitas pelumas.

2. PELUMAS SINTETIS
Minyak pelumas sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah
mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud adalah bahwa minyak
ini dibuat tidak hanya sama dengan minyak mineral akan tetapi melebihi
kemampuan minyak mineral.
Melalui proses kimia dihasilkan molekul baru yang memiliki
stabilitas termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga harga
minyak sintetis lebih mahal daripada minyak mineral. Pada kenyataannya
minyak pelumas sintetis memang lebih unggul dalam unjuk kerja, baik
respon terhadap mesinnya maupun umur pemakaiannya.
Hal ini dikarenakan pembuatan minyak pelumas sintetis dirancang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk itu pemilihan minyak
pelumas yang tepat sangatlah penting. Dalam pembuatannya minyak
pelumas sintetis dikontrol struktur molekulnya dengan sifat-sifat yang
dapat diprediksi. Adapun jenis minyak sintetis yang banyak digunakan
adalah sebagai berikut :

a. Diester
Diester merupakan salah satu bahan yang menonjol dari minyak
pelumas sintetis. Diester mempunyai struktur yang paling sederhana
untuk digunakan sebagai minyak pelumas. Bahan ini banyak digunakan
sebagai minyak pelumas atau pelumas gemuk yang mempunyai titik
penguapan rendah pada mesin gas turbin. Diester diperoleh dari reaksi
sintesa produk minyak bumi, dan sebagian dari lemak binatang dan
minyak tumbuh-tumbuhan. Keuntungan diester adalah mempunyai
viskositas yang relatif konstan terhadap suhu yang cukup baik,
penguapannya sangat rendah, dan mempunyai stabilitas thermal yang
bagus. Biasanya bahan ini tidak korosif terhadap logam, tidak beracun
dan stabil terhadap hidrolisa. Sifat yang merugikan dari bahan ini adalah
dapat bereaksi terhadap karet. Karena sifat fire-resistant dan stabilitas
oksidasinya, maka pelumas diester banyak dipakai untuk kompresor
udara.

b. Fosfat Ester
Fosfat ester telah lama digunakan sebagai aditif di dalam minyak
pelumas mineral sebagai pelindung terhadap terjadinya pelumasan batas.
Fosfat ester merupakan senyawa biodegradable yang disintesa dari
komponen yang didapat dari coal tar. Karena natural ester merupakan
campuran yang komplek dan sering mengandung ortho cresol yang
beracun, maka diupayakan untuk mensintesa ester dengan bahan kimia
murni untuk membentuk minyak dasar sintetis yang tidak mengandung
cresol yang beracun. Sehingga natural ester dikombinasikan dengan
fosfat. Fosfat ester memberikan ikatan yang cukup mantap dan stabil
secara kimia yang memungkinkan untuk digunakan sebagai komponen
utama dari minyak pelumas sintetis. Disamping itu fosfat ester biasa
digunakan sebagai aditif EP. Stabilitas terhadap oksidasi dari bahan ini
cukup baik yaitu sampai F. Penggunaannya yang utama adalah sebagai
minyak hidrolikdengan 300 di dalam pesawat udara karena memberikan
sifat anti api yang baik.
c. Ester Silikat
Mempunyai IV yang tinggi yaitu 150 200 dan mempunyai
penguapan yang rendah. Ketahanan terhadap oksidasi pada suhu tinggi
tidak begitu baik, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan
aditif. Ester silikat tidak korosif terhadap logam, plastik maupun karet.
Tetapi pada suhu yang tinggi akan mengeraskan karet.

d. Glikol Polialkilena Dan Turunannya


Aplikasi dari glikol polialkilena (polieter) sangat luas yaitu sebagai
pelumas pada motor bakar, roda gigi, kompressor, pompa. Bahan ini tidak
begitu mahal dan mudah diperoleh di pasaran.
e. Silikon
Silikon merupakan minyak pelumas sintetis yang mempunyai
bermacam-macam tingkat viskositas, yang tergantung pada panjang
pendeknya rantai dari ikatan molekulnya. Silikon disintesa dari pasir
(SiO2). Sifat yang paling menonjol dari silikon ini adalah memberikan
kurva viskositas dengan suhu yang mendatar. Silikon memberikan
ketahanan oksidasi yang baik pada suhu biasa, tetapi cenderung
membentuk gel pada saat mengoksidasi sehingga tidak tepat digunakan
sebagai minyak pelumas mesin turbin pesawat udara.
f. Khlor Dan Fluor Hidrokarbon
Sifat utama dari senyawa ini adalah dapat memberikan respon yang
baik sebagai aditif EP dan low flammability. Aktifitas yang tinggi dari
atom khlor dapat terbebaskan pada kondisi beban yang berat dan suhu
tinggi. Dan hal ini menghasilkan produk yang korosifitasnya tinggi dan
beracun sehingga penggunaannya dalam industri dibatasi.

g. Poly Alkyl Glykol


Produksi komersialnya dibuat sekitar tahun 1930 an sebagai penganti
castor oil pada rem mobil. Polyalkylglycol dibuat dengan reaksi
polimerisasi menggunakan katalis. Reaksi dapat dikontrol untuk
mendapatkan range viskositas 8 19000 cSt. Biasa digunakan di industri
baja dan tekstil. Semua polyalkylglycol dapat menyerap air dari atmosfer
sehingga harus dijaga dari kemungkinan kontaminasi. Akan tetapi
kandungan air sampai 5% masih dapat ditoleransi. Pada temperatur
rendah polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus, tetapi pada
C membutuhkan aditif untuk meningkatkantemperatur tinggi sampai 250
stabilitas thermalnya. Pelumas sintetis ini tidak dapat digunakan di atas
temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus
sekali pada viskositas 160 400 yang tergantung sekali pada cara
memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap oksidasi
sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian aditif
pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral oil
pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar sintetis ini tidak
dapat digunakan di atas temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai
karakteristik yang bagus sekali pada viskositas 160 400 yang tergantung
sekali pada cara memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap
oksidasi sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian
aditif pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral
oil pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar dibandingkan
dengan senyawa ester, dan cocok sekali untuk seal dan plastik. Tetapi
tidak untuk cat.

h. Poly Alpha Olefin


Polyalphaolefin dibuat pertama kali di Jerman pada masa Perang
Dunia Kedua untuk menghemat pemakaian minyak mineral. Dan ternyata
memberikan

unjuk

Polyalphaolefin

kerja

merupakan

pada

range

hidrokarbon

temperatur
sintetis,

yang
tidak

luas.
seperti

hidrokarbon pada minyak pelumas mineral. Karena polyalphaolefin


merupakan cairan kimia murni yang dibuat dari polimerisasi katalitik
ethylene. Produk yang dihasilkan dipisahkan dari komponen yang reaktif
dan selanjutnya dipisahkan sesuai dengan viskositasnya. Dengan
penambahan sedikit aditif antioksidan, polyalphaolefin menjadi lebih
stabil bila dibandingkan dengan minyak mineral pada temperatur yang
sama. Polyalphaolefin menunjukkan lebih tahan bereaksi dengan air bila
dibandingkan dengan minyak mineral dan minyak sintetis yang lain.
Polyalphaolefin juga sangat cocok bila diblending dengan minyak
mineral. Sifat PAO yang menonjol adalah sebagai berikut :
- Titik tuangnya rendah
- Volatilitasnya rendah
- Good software compatibility
- Stabilitas thermalnya bagus
- Hidrolytic stability
- Merupakan bahan kimia yang inert
- Daya pelumasannya bagus
Karena PAO mempunyai titik tuang yang rendah, maka PAO
digunakan pada kompressor pendingin, kompressor amonia dan
kompressor fluorokarbon.

i. Polyolester
Sangat cocok digunakan untuk pelumasan batas. Mempunyai IV yang
tinggi bila dibandingkan dengan minyak mineral. Mempunyai stabilitas
thermal dan membuat mesin menjadi lebih bersih dan lebih sedikit
depositnya. Volatilitasnya paling rendah dibandingkan dengan minyak
pelumas sintetis yang lain. Polyolester dengan viskositas 4,4 cSt pada C
hanya menguap sekitar 2 %. Polyolester relatif biodegradable100 tetapi
prosesnya sangat lambat dibawah kondisi normal. Produk yang dihasilkan
tidak beracun. Keuntungan polyolester adalah dapat digunakan dengan
nitril rubber, yaitu tipe yang paling umum digunakan dengan minyak
mineral. Juga sangat compatible apabila dicampur dengan minyak
pelumas mineral. Banyak digunakan di berbagai industri. Hampir semua
aditif larut dalam polyolester (POE). Dapat digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan minyak pelumas sintetis lain atau minyak
pelumas mineral. POE mempunyai high temperatur properties yang
sangat bagus dan mampu meningkatkan properties pelumas melebihi
diester.
Aplikasi penggunaan POE :
- Minyak kompresor
- Minyak turbin dan minyak hidrolik
- Minyak gear
- Pelumas bearing
- Pelumas EP (Extreme Pressure) untuk boundary lubrication

Keuntungan Miyak Pelumas Sintetis


Meskipun harganya relatif lebih mahal, namun minyak pelumas
sintetis dewasa ini lebih banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena :
a) Umur pemakaiannya lebih lama karena meningkatkan stabilitas
thermal (VI tinggi) dan tahan oksidasi. Keuntungannya : oli yang
digunakan lebih sedikit, pemakaian filter awet, mengurangi
pengeluaran.
b) Mengurangi konsumsi oli karena volatilitasnya lebih rendah dan
densitas lebih tinggi.
c) Mempunyai spesifikasi yang dibutuhkan pemakai.
d) Pengoperasiannya lebih aman karena flash pointnya lebih tinggi.
Sehingga ongkos perawatan lebih rendah, penggantian spare part
lebih sedikit.
e) Sifat-sifatnya dapat diprediksi karena karakteristik produknya
uniform.
Kelebihan secara Teknis
Tingkat kecairan ( Viskositas ) yang terukur lebih baik terhadap
temperatur tinggi dan rendah.
Stabilitas kimia yang lebih baik.
Berkurangnya kehilangan masa akibat penguapan.
Tahan terhadap oksidasi, kerusakan akibat panas dan Pembekuan
Oli.
Masa kering yang lebih panjang, sehingga lebih sedikit
pembuangan pelumas.
Lebih hemat pada konfigurasi mesin tertentu.
Pelumasan lebih baik pada awal penghidupan mesin ( cold start ).

Kekurangan secara Teknis


Tingkat gesekan ( friction ) yang lebih rendah mengakibatkan oli
ini tidak cocok untuk situasi break-in ( misalnya pada saat awal
mesin baru dijalankan ) dimana gesekan diharapkan untuk
menghasilkan permukaan yang aus. Tetapi pembuatan mesin yang
lebih baik menyebabkan proses break-in tidak terlampau kritis
seperti dulu.
Berpotensi menyebabkan masalah dekomposisi pada lingkungan
kimia tertentu, terutama pada lingkungan industri.
Berpotensi menyebabkan retarkan stress pada komponen plastik
seperti polyoxymethylene, jika berpadu dengan plyalphaolefins.
Oli sintetik tidak dapat menahan lead dalam suspensi sebaik oli
mineral.
Oli sintetik tidak direkomendasikan pada mesin rotari kenderaan.

3. PELUMAS SEMI SINTETIS


Diperoleh dengan cara mencampur (blending) antara pelumas sintetis
dengan pelumas mineral. Sehingga diperoleh kombinasi dari 2 sifat
komponen penyusunnya. Dari unjuk kerja jelas lebih baik dari pelumas
mineral. Namun harganya juga jauh lebih kompromi dengan keuangan
kita daripada harga pelumas sintetis yang sangat mahal.
Untuk mesin motor baru seperti Honda Supra, Karisma, Astrea
Impressa, Yamaha F1-Z, RX-king, RX-Z, Kawasaki Ninja, Yamaha Vega,
Yupiter, Kawasaki Kaze, Suzuki Shogun dan sebagainya, bisa memakai
oli semi sintetis. Perpaduan unsur mineral dan kimia, mampu menjaga
kondisi mesin tetap prima, tanpa meninggalkan kemampuan untuk
melindungi komponen dalam mesin.

MUTU OLI
Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum
Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL,
kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf
kedua mununjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli
semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin
sesuai dengan kebutuhan mesin modern.
STANDARISASI OLI
- API (American Petroleum Institute) Service,
- JASO (Japan Automotive Standard Association),
-ACEA (Association Des Constructeurs Europeens d Automobiles),
- DIN (Deutsche Industrie Norm),
Semua oli baik mineral maupun synthetic sama-sama ada standar
APInya. Oli mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan oli
synthetic dari hasil campuran kimia. Bahan oli synthectic biasanya PAO
PolyAlphaOlefin). Jadi oli Mineral API SL kualitasnya tidak sama
dengan oli Synthetic API SL.
Oli synthetic biasanya disarankan untuk mesin2 berteknologi terbaru
(turbo, supercharger, dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan
yang lebih baik (racing) dimana celah antar part/logam lebih
kecil/sempit/presisi dimana hanya oli synthetic yang bisa melapisi dan
mengalir sempurna. Oli synthetic tidak disarankan untuk mesin yang
berteknologi

lama

dimana

celah

antar

part

biasanya

sangat

besar/renggang sehingga bila menggunakan oli synthetic biasanya


menjadi lebih boros karena oli ikut masuk keruang pembakaran dan ikut
terbakar sehingga oli cepat habis dan knalpot agak berasap.

Jadi untuk mesin yang diproduksi tahun 2001 keatas disarankan sudah
menggunakan oli yang bertipe synthetic baik semi synthetic (campuran
dengan mineral oil) atau fully-synthetic. Sedangkan untuk pemakaian
sehari-hari cukup yang semi synthetic.
Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan
karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya
untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan dengan sejauh mana
oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar
permukaan logam.
Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient.
Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponenkomponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang
ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi
kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi
berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu
jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus
memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur
terendah ketika mesin dioperasikan.
Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur
oleh Society of Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan oli
tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan
pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas
akan bekerja pada kekentalan 30.

Tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai permintaan


mesin. Umumnya, mobil sekarang punya kekentalan lebih rendah dari
5W-30 . Karena mesin belakangan lebih sophisticated sehingga kerapatan
antar komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah kecil yang
hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tak baik menggunakan oli kental (20W50) pada mesin seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada
mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.
Untuk mesin lebih tua, clearance bearing lebih besar sehingga
mengizinkan pemakaian oli kental untuk menjaga tekanan oli normal dan
menyediakan lapisan film cukup untuk bearing.
Sebagai contoh dibawah ini adalah tipe Viskositas dan ambien
temperatur dalam derajat Celcius yang biasa digunakan sebagai standar
oli di berbagai negara/kawasan.
1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Swedia
2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Inggris
3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Indonesia
Klasifikasi oli sintetis tidak berbeda dengan oli biasa. Pelumas sintetis
mempunyai jenis klasifikasi tingkat kekentalan tunggal (single grade),
misalnya SAE 20, SAE 40 dan SAE 50. Ada juga jenis klasifikasi tingkat
kekentalan jamak (multigrade) antara lain SAE 15W-50 atau SAE 20W50. Bahkan, pada aplikasi motor balap atau mesin berteknologi mutakhir,
tingkat kekentalannya sering dibuat sangat ekstrem, misalnya SAE 5W50, SAE 10W-60. Mengingat oli sintetis memiliki banyak keunggulan
dan proses pembuatannya lebih rumit dibanding oli biasa, harganya pun
relatif mahal.

TIPE DAN MERK


Berikut contoh Jenis-jenis Oli yang umum dipakai dan peredarannya
mudah didapat di bengkel-bengkel resmi penyalur oli:
Mineral Oil :
- Sprinta 2000 : SAE 20W-50, API SG
- Evalube 4T : SAE 20W-50, API SF
- Mesran Super : SAE 20W-50, API SG
- Enduro 4T : SAE 20W-50, API SG
- Penzoil Motorcycle 4T : SAE 20W-50, API SF
Oli Repsol:
- Repsol Moto Racing 4T 10W50 Semi Synthetic Oil Sertifikasi:
API SJ; JASO MA
- Repsol Moto 4T 15W50 Mineral Oil
- Repsol Moto Sinttico 4T 10W40 Semi Synthetic Oil Sertifikasi:
API SG; JASO MA; Honda Specs.
Oli Shell 4T:
- Shell Advance S4 SAE 10W-40, 15W-40, 20W-40, 20W-50,
SAE 40 Mineral oil Sertifikasi: API SF; belum JASO MA
menurut Shell Singapore () API SL; JASO MA menurut Shell USA
()
- Shell Advance SX4 SAE 10W-40, 15W-40, 15W-50 20W-50
Mineral oil
- Shell Advance VSX4 SAE 10W-40,
15W-50, 20W-40 Semi Synthetic oil Sertifikasi: API SL - JASO MA

- Shell Advance Ultra 4 SAE 10W-40, 15W-50 Synthetic oil


Sertifikasi: API SG menurut Shell Singapore API SL JASO MA
menurut Shell USA
Oli Top1 :
- SMO-MC SAE 20W-50 Semi Synthetic Sertifikasi: API
- EVOLUTION SAE 15W-50 Synthetic Sertifikasi: API SL
Oli Esso ada 4 tipe :
- Esso 4T 20W-40, 20W-50 (recommended for engine <50cc)
Mineral Oil Sertifikasi: API SF - JASO MA - Esso 4T Power 10W40, 15W-40, 15W-50, 20W-50 Mineral Oil Setifikasi: API SG
JASO MA
- Esso 4T Pace 10W-40 Semi Synthetic Oil Setifikasi: API SJ JASO
MA
- Esso 4T Gold 10W-40, 15W-50 and 20W-50 Synthetic Oil
Setifikasi: API SJ, SH (15W-50) - JASO MA
Caltex:
- Caltex Revtex Fully Synthetic 4T SAE 10W40,
- Caltex Revtex Semi-Synthetic 4T SAE 20W50,
- Caltex Revtex Super 4T SAE 10W40, 20W40, 20W50, Sertifikasi:
API SG, JASO MA
- Caltex Revtex Plus 4T SAE 25W-40,
- Caltex Revtex 4T SAE 40, Sertifikasi: API SF, JASO MA

Mobil 1:
- Mobil Super 4T SAE 15W-50, Seritifikasi: API SG, JASO MA
- Mobil Extra 4T SAE 10W-40
- Mobil Racing 4T SAE 15W-50 Sertifikasi: API SJ, JASO MA
OLI AGIP :
- AGIP Super 4T MINERAL 15W-50
- AGIP TEC 4T SEMI-SINT. 15W-50
- AGIP Racing 4T SINT. 20W-50 Sertifikasi: API SJ
OLI MOTUL :
- MOTUL 3000 4T MINERAL 20W-50
- MOTUL 5100 Ester SEMI-SINT. 15W-50
- MOTUL 300V competition SINT. 15W-50 Sertifikasi: API SG
JASO MA

USIA PAKAI
Ada satu ketidak sesuaian antara TESTING dengan REKOMENDASI
Penggunaan oli. Testing oli berdasarkan JAM TERBANG yaitu sekitar
200 jam (atau tepatnya 212 jam), yang mana fungsi oli sudah mengalami
degradasi. Sedang pemakaian oli direkomendasikan dalam JARAK
TEMPUH (5000 km, 10000 km atau bahkan ada yang lebih sampai
20000 km).
Oleh karena kondisi berkendaraan adalah bermacam-macam (Start,
jalan pelan, macet di jalan, ngebut, nunggu di traffic Light, nunggu keluar
belanja dari mall dsb), maka dibuatlah satu Standard kondisi NORMAL
DRIVING yang didasarkan pada Kecepatan Konstan/Tetap pada
kelajuan 45 MPH (70 km/jam). Maka dengan kondisi kecepatan konstan
70 km/jam dan lama perjalanan adalah 200 jam, diatas kertas umur oli
adalah = 200 jam x 70 km/jam = 14 000 km.
Kondisi

riil

berkendara

tidaklah

sama

dengan

kondisi

test

laboratorium, atau kondisi yang diasumsi oleh para pembuat mobil.


Untuk patokan memperpanjang umur mesin maka pergantian oli
dilakukan secara teratur :
1.Dino oil : antara 2000 km s/d 3000 km
2.Synthetic Based Oil (Semi Synthetic) : antara 3000 km s/d 5000 km
3.Fully-Synthetic Oil : antara 5000 km s/d 7000 km
Penggunaan oli lebih dari yang diatas tidaklah dilarang, dan menjadi
tanggung jawab diri masing-masing. Rekomendasi pembuat oli akan
berlindung dibalik pembuat mobil (sering dikatakan See your Owner
Manual for Engine Oil Change Interval). Sedang pembuat mobil sendiri
juga nggak mau kalau mobilnya bertahan lama sekali, sehingga pada
umumnya jika menggunakan DINO OIL (sebutan dari Mineral Oil).

pembuat mobil akan menuliskan dalam manualnya pada interval 5000


km (apa dasarnya? hanya asumsi mereka pada kebanyakan cara
berkendara konsumen, diasumsikan rata rata 25 km/jam). Untuk mobilmobil generasi terbaru, nggak ada kerisauan tentang pergantian oli,
karena ada computer yang akan memberikan peringatan CHANGE
OIL. Komputer ini bekerja dengan inputan :
1. Jumlah Stop and Go (Start dan Jalan)
2. Lama kelajuan dibawah kecepatan 70 km/jam
3. Lama kelajuan antara 70 s/d 110 km/jam
4. Lama kelajuan diatas 110 km/jam
5. Kemacetan di jalan dan di traffic Light.
6. Dan sebagainya
Dari semua inputan itu komputer akan menghitung waktu penggunaan
oli, sehingga pada 200 jam penggunaan oli, computer akan display
CHANGE OIL di screen dashboard mobil. Jadi nggak lagi ada
rekomendasi dalam berapa km penggunaan oli, karena memang nggak
sesuai. Test-nya dalam Jam Terbang, pemakaian dalam Jarak Tempuh.
Kalau dipaksakan sampai 10,000 km, dikhawatirklan sudah banyak
penumpukan Sludge pada komponen dalam mesin, viskositas sudah
mengalami degradasi, oli sudah banyak oksidasi, sudah banyak kotoran
(soot), sudah banyak terbentuk asam - oli mesin jadi terkontaminasi, yang
tentunya nggak bisa kita lihat dengan mata kasat (visual). Jika ini terus
berlangsung, pemakaian BBM akan boros, saluran pelumasan dalam
mesin lambat laun akan tersumbat, aliran oli jadi nggak lancar, cepat atau
lambat mesin mobil akan rusak. Yang bertepuk tangan adalah Pembuat
Mobil, karena model barunya akan segera laku.

Untuk synthetic, cari yang viscosity band-nya nggak terlalu jauh


(15W40 atau 20W50 misalnya). Kalau 0W40 terlalu banyak polimernya,
polimer ini yang cepat mengalami degradasi, walaupun oli syntheticnya
masih baik Yang paling bagus adalah jika ada timer (macam Lexus
RX300 atau Toyota Harrier). Timer hanya sebatas lamanya mesin bunyi
sampai mati bunyi mati itu saja, dan kita sendiri yang mesti ngejumlahin,
kalau udah 200 jam, mesti ganti oli, km tidak dilihat lagi.

ADDITIVE
Additive adalah dzat yang ditambahkan ke dalam oli. Jenisnya adalah
sbb :
1. ADDITIVE UNTUK PERLINDUNGAN PERMUKAAN
KOMPONEN MESIN
a. ANTI AUS : contohnya ZDDP (Zinc dithiophosphates), organic
phosphates, Asam phosphates, organic sulfur dan senyawa
chlorine, sulfurized fats, sulfides dan disulfides.
b. ANTI KARAT : contohnya Zinc dithiophosphates, metal
phenolates, basic metal sulfonates, fatty acids dan amines
c. PEMBERSIH KOTORAN (DETERGENT) : contohnya
Metallo-organic

compounds

of

sodium,

calcium

dan

magnesium phenolates, phosphonates dan sulfonates


d. DISPERSANT : contohnya Alkylsuccinimides, alkylsuccinic
esters e. FRICTION MODIFIER
2. ADDITIVE UNTUK PERFORMA
a. Pour Point Depressant
b. Seal Swell Agent
c. Viscosity Modifier
3. PERLINDUNGAN OLI
a. ANTIFOAM
b. ANTI OXIDANT
c. METAL DEACTIVATOR

Anda mungkin juga menyukai