Jenis Pelumas
Jenis Pelumas
Jenis Pelumas
d. Dewaxing
Digunakan untuk menghilangkan wax, sehingga pour point dari base
oil yang dihasilkan dapat diturunkan hingga 5 15F. Pelarut yang
digunakan dalam proses ini adalah MEK (Metil Etil Keton). Proses
dewaxing dilakukan pada suhu 10 25C sehingga lilin akan mengkristal
dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa. Filtrat yang diperoleh
adalah produk akhir dari base oil.
e. Finishing
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki warna minyak pelumas dan
stabilitas pelumas.
2. PELUMAS SINTETIS
Minyak pelumas sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah
mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud adalah bahwa minyak
ini dibuat tidak hanya sama dengan minyak mineral akan tetapi melebihi
kemampuan minyak mineral.
Melalui proses kimia dihasilkan molekul baru yang memiliki
stabilitas termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga harga
minyak sintetis lebih mahal daripada minyak mineral. Pada kenyataannya
minyak pelumas sintetis memang lebih unggul dalam unjuk kerja, baik
respon terhadap mesinnya maupun umur pemakaiannya.
Hal ini dikarenakan pembuatan minyak pelumas sintetis dirancang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk itu pemilihan minyak
pelumas yang tepat sangatlah penting. Dalam pembuatannya minyak
pelumas sintetis dikontrol struktur molekulnya dengan sifat-sifat yang
dapat diprediksi. Adapun jenis minyak sintetis yang banyak digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Diester
Diester merupakan salah satu bahan yang menonjol dari minyak
pelumas sintetis. Diester mempunyai struktur yang paling sederhana
untuk digunakan sebagai minyak pelumas. Bahan ini banyak digunakan
sebagai minyak pelumas atau pelumas gemuk yang mempunyai titik
penguapan rendah pada mesin gas turbin. Diester diperoleh dari reaksi
sintesa produk minyak bumi, dan sebagian dari lemak binatang dan
minyak tumbuh-tumbuhan. Keuntungan diester adalah mempunyai
viskositas yang relatif konstan terhadap suhu yang cukup baik,
penguapannya sangat rendah, dan mempunyai stabilitas thermal yang
bagus. Biasanya bahan ini tidak korosif terhadap logam, tidak beracun
dan stabil terhadap hidrolisa. Sifat yang merugikan dari bahan ini adalah
dapat bereaksi terhadap karet. Karena sifat fire-resistant dan stabilitas
oksidasinya, maka pelumas diester banyak dipakai untuk kompresor
udara.
b. Fosfat Ester
Fosfat ester telah lama digunakan sebagai aditif di dalam minyak
pelumas mineral sebagai pelindung terhadap terjadinya pelumasan batas.
Fosfat ester merupakan senyawa biodegradable yang disintesa dari
komponen yang didapat dari coal tar. Karena natural ester merupakan
campuran yang komplek dan sering mengandung ortho cresol yang
beracun, maka diupayakan untuk mensintesa ester dengan bahan kimia
murni untuk membentuk minyak dasar sintetis yang tidak mengandung
cresol yang beracun. Sehingga natural ester dikombinasikan dengan
fosfat. Fosfat ester memberikan ikatan yang cukup mantap dan stabil
secara kimia yang memungkinkan untuk digunakan sebagai komponen
utama dari minyak pelumas sintetis. Disamping itu fosfat ester biasa
digunakan sebagai aditif EP. Stabilitas terhadap oksidasi dari bahan ini
cukup baik yaitu sampai F. Penggunaannya yang utama adalah sebagai
minyak hidrolikdengan 300 di dalam pesawat udara karena memberikan
sifat anti api yang baik.
c. Ester Silikat
Mempunyai IV yang tinggi yaitu 150 200 dan mempunyai
penguapan yang rendah. Ketahanan terhadap oksidasi pada suhu tinggi
tidak begitu baik, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan
aditif. Ester silikat tidak korosif terhadap logam, plastik maupun karet.
Tetapi pada suhu yang tinggi akan mengeraskan karet.
unjuk
Polyalphaolefin
kerja
merupakan
pada
range
hidrokarbon
temperatur
sintetis,
yang
tidak
luas.
seperti
i. Polyolester
Sangat cocok digunakan untuk pelumasan batas. Mempunyai IV yang
tinggi bila dibandingkan dengan minyak mineral. Mempunyai stabilitas
thermal dan membuat mesin menjadi lebih bersih dan lebih sedikit
depositnya. Volatilitasnya paling rendah dibandingkan dengan minyak
pelumas sintetis yang lain. Polyolester dengan viskositas 4,4 cSt pada C
hanya menguap sekitar 2 %. Polyolester relatif biodegradable100 tetapi
prosesnya sangat lambat dibawah kondisi normal. Produk yang dihasilkan
tidak beracun. Keuntungan polyolester adalah dapat digunakan dengan
nitril rubber, yaitu tipe yang paling umum digunakan dengan minyak
mineral. Juga sangat compatible apabila dicampur dengan minyak
pelumas mineral. Banyak digunakan di berbagai industri. Hampir semua
aditif larut dalam polyolester (POE). Dapat digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan minyak pelumas sintetis lain atau minyak
pelumas mineral. POE mempunyai high temperatur properties yang
sangat bagus dan mampu meningkatkan properties pelumas melebihi
diester.
Aplikasi penggunaan POE :
- Minyak kompresor
- Minyak turbin dan minyak hidrolik
- Minyak gear
- Pelumas bearing
- Pelumas EP (Extreme Pressure) untuk boundary lubrication
MUTU OLI
Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum
Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL,
kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf
kedua mununjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli
semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin
sesuai dengan kebutuhan mesin modern.
STANDARISASI OLI
- API (American Petroleum Institute) Service,
- JASO (Japan Automotive Standard Association),
-ACEA (Association Des Constructeurs Europeens d Automobiles),
- DIN (Deutsche Industrie Norm),
Semua oli baik mineral maupun synthetic sama-sama ada standar
APInya. Oli mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan oli
synthetic dari hasil campuran kimia. Bahan oli synthectic biasanya PAO
PolyAlphaOlefin). Jadi oli Mineral API SL kualitasnya tidak sama
dengan oli Synthetic API SL.
Oli synthetic biasanya disarankan untuk mesin2 berteknologi terbaru
(turbo, supercharger, dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan
yang lebih baik (racing) dimana celah antar part/logam lebih
kecil/sempit/presisi dimana hanya oli synthetic yang bisa melapisi dan
mengalir sempurna. Oli synthetic tidak disarankan untuk mesin yang
berteknologi
lama
dimana
celah
antar
part
biasanya
sangat
Jadi untuk mesin yang diproduksi tahun 2001 keatas disarankan sudah
menggunakan oli yang bertipe synthetic baik semi synthetic (campuran
dengan mineral oil) atau fully-synthetic. Sedangkan untuk pemakaian
sehari-hari cukup yang semi synthetic.
Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan
karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya
untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan dengan sejauh mana
oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar
permukaan logam.
Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient.
Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponenkomponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang
ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi
kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi
berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu
jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus
memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur
terendah ketika mesin dioperasikan.
Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur
oleh Society of Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan oli
tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan
pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas
akan bekerja pada kekentalan 30.
Mobil 1:
- Mobil Super 4T SAE 15W-50, Seritifikasi: API SG, JASO MA
- Mobil Extra 4T SAE 10W-40
- Mobil Racing 4T SAE 15W-50 Sertifikasi: API SJ, JASO MA
OLI AGIP :
- AGIP Super 4T MINERAL 15W-50
- AGIP TEC 4T SEMI-SINT. 15W-50
- AGIP Racing 4T SINT. 20W-50 Sertifikasi: API SJ
OLI MOTUL :
- MOTUL 3000 4T MINERAL 20W-50
- MOTUL 5100 Ester SEMI-SINT. 15W-50
- MOTUL 300V competition SINT. 15W-50 Sertifikasi: API SG
JASO MA
USIA PAKAI
Ada satu ketidak sesuaian antara TESTING dengan REKOMENDASI
Penggunaan oli. Testing oli berdasarkan JAM TERBANG yaitu sekitar
200 jam (atau tepatnya 212 jam), yang mana fungsi oli sudah mengalami
degradasi. Sedang pemakaian oli direkomendasikan dalam JARAK
TEMPUH (5000 km, 10000 km atau bahkan ada yang lebih sampai
20000 km).
Oleh karena kondisi berkendaraan adalah bermacam-macam (Start,
jalan pelan, macet di jalan, ngebut, nunggu di traffic Light, nunggu keluar
belanja dari mall dsb), maka dibuatlah satu Standard kondisi NORMAL
DRIVING yang didasarkan pada Kecepatan Konstan/Tetap pada
kelajuan 45 MPH (70 km/jam). Maka dengan kondisi kecepatan konstan
70 km/jam dan lama perjalanan adalah 200 jam, diatas kertas umur oli
adalah = 200 jam x 70 km/jam = 14 000 km.
Kondisi
riil
berkendara
tidaklah
sama
dengan
kondisi
test
ADDITIVE
Additive adalah dzat yang ditambahkan ke dalam oli. Jenisnya adalah
sbb :
1. ADDITIVE UNTUK PERLINDUNGAN PERMUKAAN
KOMPONEN MESIN
a. ANTI AUS : contohnya ZDDP (Zinc dithiophosphates), organic
phosphates, Asam phosphates, organic sulfur dan senyawa
chlorine, sulfurized fats, sulfides dan disulfides.
b. ANTI KARAT : contohnya Zinc dithiophosphates, metal
phenolates, basic metal sulfonates, fatty acids dan amines
c. PEMBERSIH KOTORAN (DETERGENT) : contohnya
Metallo-organic
compounds
of
sodium,
calcium
dan