Trafo
Trafo
Sebenarnya saya sudah pernah membuat tulisan mengenai bagaimana cara memprediksi
kualitas trafo daya, tulisan tersebut saya taruh pada link ini . Namun saya menilai bahwa
pesan dari tulisan tersebut umumnya agak sulit diterima oleh para pembacanya, hal ini
saya ketahui dari feedback yang saya terima dari para pembaca tulisan tersebut, mungkin
karena dasar dari tulisan tersebut terlalu bersifat teknis dan tidak umum. Kemudian
saya terdorong untuk membuat tulisan ini, untuk menguraikan bagaimana cara menguji
kondisi trafo secara sederhana dan hasilnya pun adalah hasil aktual yang bisa langsung
digunakan untuk menilai sebuah trafo secara langsung dan bukan sebuah prediksi.
Peralatan yang diperlukan dalam pengujian ini cukup sederhana, hanya diperlukan sepotong
kabel (kira2 1m), stop kontak dan lampu bohlam beserta rumahnya.
Rangkaian uji kondisi trafo bisa anda lihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1,
Rangkaian uji kondisi trafo
Sebelum trafo ditempatkan dalam rangkain, anda harus memastikan dahulu bahwa trafo
tidak putus baik pada gulungan primer maupun sekunder nya, hal ini bisa anda lakukan
dengan bantuan multimeter. Dan terminal sekunder dari trafo tidak boleh terhubung
dengan beban, melainkan harus terbuka.
Untuk trafo daya, metoda ini bisa digunakan dengan efektif, namun untuk trafo output
tube amp, metode ini lebih cocok untuk trafo output push pull dengan impedansi primer
lebih dari 5kohm.
Rating daya dari bohlam yang digunakan tidaklah sama untuk setiap trafo, panduan
berikut bisa digunakan untuk memilih bohlam :
Trafo s/d 50W gunakan bohlam 5W
Trafo 50-100W gunakan bohlam 10W
Trafo 100-300W gunakan bohlam 20W
Trafo 300-500W gunakan bohlam 40W
Setelah trafo dan bohlam terangkai dengan baik, anda kemudian bisa menghubungkan
rangkain dengan listrik, dan hanya akan ada tiga kondisi yang mungkin terjadi pada
lampu sbb :
1. Lampu nyala terang
Kondisi ini menunjukkan bahwa trafo dalam keadaan rusak
2. Lampu nyala redup atau berkedip
Kondisi ini menunjukan bahwa trafo tidak rusak namun rancangan ataupun bahan yang
digunakan tidak berkualitas bagus, trafo seperti ini akan mudah menjadi panas
walaupun tidak sedang dalam keadaan mensupply listrik. Timbulnya panas dalam
keadaan tidak mensupply listrik juga mengindikasikan bahwa trafo ini memiliki
efisiensi rendah atau boros listrik.
3. Lampu mati total
Kondisi ini menunjukkan bahwa trafo dalam keadaan bagus dan juga dirancang dengan
bagus, material yang digunakan juga berkualitas bagus.
Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah besaran
tegangan arus listrik bolak-balik (AC), seperti menaikkan atau menurunkan tegangan listrik
(voltase). Transformator bekerja berdasarkan prinsip fluks listrik dan magnet dimana antara sisi
sumber (primer) dan beban (sekunder) tidak terdapat hubungan secara fisik tetapi secara
elektromagnetik (induksi-elektromagnet).
Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua
buah kumparan (lilitan kawat), yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum
Faraday, yaitu : arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya
medan magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan
pada transformator diberi arus bolak-balik (AC) maka jumlah garis gaya magnet
akan berubah-ubah. Akibatnya pada sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder
menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula.
Maka di sisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung kumparan
(lilitan) terdapat beda tegangan
Keterangan :
Np = Jumlah lilitan primer
Ns = Jumlah lilitan sekunder
Vp = Tegangan Input (primer)
Vs = Tegangan Output (sekunder)
Ip = Arus primer (Input)
Is = Arus Output (sekunder)
Jenis-jenis transformator
1. Step-Up
DC.Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder
lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik
sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
2. Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
Simbol autotransformator
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan
lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
4. Autotransformator variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang
sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer-sekunder yang berubah-ubah
2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna,
sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder.
Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan
sekunder.
3. Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang
terdapat pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat
mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini
dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara
semi-acak (bank winding).
4. Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik
arah. Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah
fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan
menggunakan material inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolakbalik, arus cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini
memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi relatif
lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu
kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk
frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga
sebagai ganti kawat biasa.
6. Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh GGL
masukan yang menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan
perubahan fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks
magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan fluks magnet pada material inti.
Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapis-lapisan.
Pemeriksaan Transformator
Untuk mengetahui sebuah trafo masih bagus atau sudah rusak adalah dengan
menggunakan AVO meter. Caranya posisikan AVO meter pada posisi Ohm meter,
lalu cek lilitan primernya harus terhubung. Demikian juga lilitan sekundernya juga
harus terhubung. Sedangkan antara lilitan primer dan skunder tidak boleh
terhubung, jika terhubung maka trafo tersebut konslet (kecuali untuk jenis trafo
tertentu yang memang didesain khusus untuk pemakaian tertentu). Begitu juga
antara inti trafo dan lilitan primer/skunder tidak boleh terhubung, jika terhubung
maka trafo tersebut akan mengalami kebocoran arus jika digunakan. Secara fisik
trafo yang bagus adalah trafo yang memiliki inti trafo yang rata dan rapat serta
jika digunakan tidak bergetar, sehingga efisiensi dayanya bagus. Dalam
penggunaannya perhatikan baik2 tegangan kerja trafo, tiap tep-nya biasanya
ditulis tegangan kerjanya misalnya pada primernya 0V 110V 220V, untuk
tegangan 220 volt gunakan tep 0V dan 220V, sedangkan untuk tegangan 110 volt
gunakan 0V dan 110V, jangan sampai salah atau trafo kita bakal hangus! Dan
Efisiensi Transformator
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik
keluaran dengan daya listrik yang masuk pada transformator. Pada transformator
ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator selalu
kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian energi terbuang menjadi panas atau
energi bunyi.
Efisiensi transformator dapat dihitung dengan :
Dengan arus listrik yang kecil maka energi yang hilang pada kawat
transmisi (energi disipasi) juga kecil.
Juga dengan arus kecil cukup digunakan kawat berpenampang relatif lebih
kecil, sehingga lebih ekonomis.
Energi listrik atau daya listrik yang hilang pada kawat transmisi jarak jauh dapat
dihitung dengan persamaan energi dan daya listrik sebagai berikut:
Transmisi energi listrik jarak jauh menggunakan tegangan tinggi akan mengurangi
kerugian kehilangan energi listrik selama transmisi oleh disipasi.
Contoh Soal :
Contoh cara menghitung jumlah lilitan sekunder :
Untuk menyalakan lampu 10 volt dengan tegangan listrik dari PLN 220 volt
digunakan transformator step down. Jika jumlah lilitan primer transformator 1.100
lilitan, berapakah jumlah lilitan pada kumparan sekundernya ?
Penyelesaian :
Diketahui : Vp = 220 V
Vs = 10 V
Np = 1100 lilitan
Ditanyakan : Ns = ?
Jawab :
Contoh cara menghitung arus listrik sekunder dan arus listrik primer :
Sebuah transformator step down mempunyai jumlah lilitan primer 1000 dan lilitan sekunder 200,
digunakan untuk menyalakan lampu 12 V, 48 W.
Tentukan :
a. arus listrik sekunder
b. arus listrik primer
Penyelesaian :
Diketahui: Np = 1000 lilitan
Ns = 200 Lilitan
Vp = 12 V
Ps = 48 W
Ditanyakan :
a. Is = .. ?
b. Ip = .. ?
Jawab :
P=I.V
Ditanyakan :
a. Pp = .. ?
b. Ps = .. ?
Jawab :
Jadi, energi yang hilang di perjalanan setiap detiknya 106 watt. Nilai ini sangat
besar karena setengah dayanya akan hilang.
Jadi, energi yang hilang di perjalanan setiap detiknya hanya 0,25 watt
Contoh Soal
1. Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan 10 : 2 dihubungkan ke sumber listrik
100V untuk menyalakan sebuah lampu 25 W. Hitunglah tegangan listrik yang
diserap oleh lampu dan kuat arus yang masuk kedalam trafo
Jawab :
Diket: Np:Ns = 10 : 2
Vp = 100 V
Ps = 25 W
Dit. Vs =
Ip =
Jawab:
Np : Ns = Vp : Vs
Pp = Ps
10 : 2 = 100 : Vs
Vp . Ip = Ps
Vs = 20 V
100 . Ip = 25
Ip = 0,25 A
Pp = Vp . Ip
75 % = 7,5/Pp X 100%
10 = 100 . Ip
0,75 = 7,5/Pp
Ip = 0,1 A
Pp = 7,7/0,75 = 10 W
PERENCANAAN PENGGULUNGAN TRANSFORMATOR
Bahanbahan yang diperlukan untuk menggulung suatu transformator antara
lain :
a. Kern
Kern atau teras besi lunak yang terbentuk dari kumparan besi lunak yang
mengandung silicon yang berbentuk seperti :
huruf E dan I
b. Koker
Koker atau rumah atau tempat mengulung kumparan primer dan sekunder
c. Kawat email
Kawat email yang terbuat dari tembaga yang dilapiskan bahan isolasi yang tahan
panas.
Penentuan Gulungan atau volt
Pada system penggulungan trafo, biasa terjadi penyimpangan kerugian. Seperti
kerugian kawat email dan kerugian panas tidak diperhitungkan. Kerugian seperti ini
sekitar 20% sampai 30% dari tembaga gulunganPrimer.
Apabila kita ingin merencanakan gulungan sekunder 100 watt, maka tenaga
primer harus lebih 20% sampai 25% dari tenaga sekunder. Yang harus selalu
diingat bahwa setiap kali tegangan gulungan sekunder diberi beban tegangannya
akan turun.
Keterangan :
I2 = arus yang mengalir ke beban
E1 = tegangan gulungan primer dari PLN
E2 = tegangan gulungan sekunder
Di negara kita tegangan listrik berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 circle/second.
Oleh sebab itu untuk menghitung gulungan pervolt kita dapat memakai rumus :
Circle per second x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker
Untuk menghindarkan panasnya transformator tenaga kita dapat memakai
standar 56 circle/second sebagai dasar perhitungan. Jadi rumus perhitungan
jumlah gulungan per volt :
56 x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker
GULUNG PER VOLT
Yang dimaksud dengan gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan kawat yang
disesuaikan untuk tegangan sebesar 1 Volt. Untuk menetapkan besar jumlah
gulung per volt dipakai ketentuan :
Rumus :
gpv = f / O
Dimana
Gpv = jumlah gulung per volt
f = frekuensi listrik (50 Hz)
O = luas irisan teras diukur dengan cm2. (hasil kali dari lebar dan tinggi tempat
gulungan
Contoh 1 :
Sebuah tempat gulung kawat transformator mempunyai ukuran lebar 2,5 cm dan
tinggi 2 cm. Besar jumlah gulungan per volt ?
Jawab :
gpv = f / O
f = 50 Hz
O = 2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv = 50 / 5
= 10 gulung / volt
Contoh 3
Suatu alat memakai tenaga listrik 400 Watt dipasang pada tegangan 20 V. Berapa
garis tengah kawat yang dibutuhkan untuk menghubungkan alat tersebut ke
sumber aliran?
W = 400 Watt
E = 200 Volt
I = W/E I = 400/200 I = 2 Ampere
Agar mampu dilewati arus sebesar 2 A dipakai kawat dengan ukuran garis tengah
1 mm. Transformator jala-jala umumnya mempunyai gulungan yang bercabang
guna menyesuaikan tegangan.
0 = 2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv = 50/5 = 10
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Cara menggulung kawatnya untuk tegangan 110 V dan 220 V tidak digulung
sendiri-sendiri, tetapi cukup mencabang sebagai berikut:
Digulung dulu sebanyak 1100 lilitan untuk 110 V, kemudian ujung dari akhir
gulungan disalurkan keluar sebagai cabang untuk kemudian digulung lagi
sebanyak 1100 lilitan lagi untuk tegangan 2200 V.
Demikian halnya pada gulungan sekunder: kawat digulung dulu sebesar 66 lilitan
untuk tegangan 6 V kemudian di cabang, untuk kemudian ditambah gulungan lagi
sebesar 33 lilitan buat tegangan 9 V.
Selanjutnya untuk menentukan tebal atau diameter kawat digulung primer dan
digulung sekunder dilakukan sebagai berikut:
Tebal kawat sekunder :
Karena gulung sekunder telah ditentukan mempunyai besar arus 500 mA,
diperlukan kawat yang mempunyai diameter 0,5 mm (dilihat di daftar tebal kawat)
Tebal kawat primer :
Untuk menentukan tebal kawat untuk kawat gulungan primer harus diketahui
besar arus primer .
Besar arus primer: II = WL/EI
Dimana :
II = besar arus primer.
WL = tenaga digulung primer.
EI = tegangan primer.
Karena besar tegangan primer juga belum diketahui, maka dapat ditentukan
dengan memakai rumus :
W1 = 1,25 x W2 (rendemen dianggap 80%)
W1 = besar tegang digulung primer
W2 = besar tegangan digulung sekunder.
DOWNLOAD TRANSFORMATOR
34 Komentar
1. salam kenal. thanks artikel bagus nih. mengenai penggulungan trafo ada yg mau sy
tanyakan mas
1.mengenai ukuran kluas teras trafo apakah ada cara untuk menentukan luasnya ( rumus
bakunya).
2.jika dalam penggulungan trafo, tidak menggunakan inti ( hanya koker saja), tentunya induksi
yg di bangkitkan ke kumparan S akan berkurang, pertanyaan sy bgmn pembuktiannya secara
teoritik. mohon bantuannya karena sy berniat untuk perancangan generator mini tanpa inti
menggunakan magnet permanent.
atas perhatian dan tanggapannya sy ucapkan trimakasih
Komentar oleh budi | 12 Februari 2010 | Balas
2. kelihatannya rumus gpv = f / O tidak berlaku untuk frekuensi sangat tinggi, misal pembuatan
trafo AC matic dengan inti ferit, rumusnya jadi salah semakin tinggi frekuensi jumlah lilitan
akan semakin sedikit dengan besar tegangan yang sama.
Komentar oleh Gunadi | 20 Februari 2010 | Balas
o Terimakasih atas masukannya, kita sama-sama belajar. Apabila ada yang kurang tepat
saya mohon maaf
Komentar oleh cnt-121 | 20 Februari 2010 | Balas
3. Pasaya ingin belajar menggulung transformator. tempat yang bagus yang dapat saya belajar
dimana ya pa?
saya tinggal dijakarta.skalian menjadi bahan kerja praktek saya pa.
Komentar oleh echad rmln | 20 Februari 2010 | Balas
4. maaf ikut nanggapi
Vp = 4,44.f.n.B.a
Vp = tegangan primer
f = frekuensi
n = jumlah lilitan
B = rapat fluksi
a = luas penampang kern
atau
Vp = 4,44.f.n.
= fluksi
untuk B dapat dilihat dari grafik hubungan B dan H dari sebuah inti cari nilai yang masih linier.
Atau mencari mr .Hm0.B = H sendiri H = n.I/l
mo = permiabilitas udara
mr = permiabilitas bahan inti
jadi untuk membuat trafo inti udara silahkan otak atik mo dan mr (baca miu)
sebetulnya masih banyak untuk menurunkan rumus trafo tapi itu yang pokok
Komentar oleh paijo | 24 Februari 2010 | Balas
5. maaf simbolnya salah karena dari word dicopy ke sini simbolnya berubah
B=mo.mr.H
Vp=4.44.f.n.fluksi
Komentar oleh paijo | 24 Februari 2010 | Balas
6. komplit.
masih seputer devices
Komentar oleh erik | 7 Maret 2010 | Balas
7. kalo mau bikin trafo buat inverter gmn ya????
untuk 400va, input 24 V
tolong kasih referensi ya.biar bentuk trafonya bisa lebih kecil
Komentar oleh the dhe | 27 Maret 2010 | Balas
8. Tolong dong, tempat saya jauh dari jangkauan PLN saya mau bikin PLTA mikro hitungan
dinamonya bagaimana ( saya butuh 2000-3000 watt. ditunggu balasanya
Komentar oleh ANAK ELEKTRO NVRC | 30 Maret 2010 | Balas
o pakai generator kecil aja yang murah, kalau hasilnya listrik AC langsung pakai trafo
step-up, kalau hasilnya DC pakai inverter dulu baru di step-up.gampang kan. hehe
Komentar oleh sri maryadi | 29 Mei 2012 | Balas
9. Kalo cara menghitung berapa konsumsi daya yg diperlukan sebuah trafo bgaimana?saya punya
trafo toroid tegangan primer 220v,sekunder 25v/5A.
Dan berapa nilai kapasitor yg harus saya pasang agar coz phi menjadi 0,95?
Mohon penjelasannya.trimakasi.ass
Komentar oleh Tizz | 28 April 2010 | Balas
10. wah makasih mas udah mo share pengetahuan disini
salam kenal
My WordPress
kampus unand
Komentar oleh irwan kurniawan | 14 Mei 2010 | Balas
11. Top abizzzzzzz..
sangat berguna Ilmunya.
terima ksih banyak .
Komentar oleh bionic | 2 Juli 2010 | Balas
12. artikel bagus nih, klo boleh lengkapi dengan cara praktek membuat trafo, mulai dari memilih
kern, koker (bobin), kerta isolator, varnish dll.
terus apa bedanya trafo CT dan NCT, misalnya apakah trafo NCT dgn Vs=0-45v sama dengan
trafo CT dgn Vs=45-CT-45 juga apakah sama dengan multi voltage spt 45-0-0-45 ?
jika sama bagaimana penerapan prakteknya (teknik menggulung kawatnya)
thank you.
Komentar oleh qmara | 15 Agustus 2010 | Balas
13. halo para suhu. gmn cr menghitung trapo step up, dan cara menentukan berapa besar kawat
tembag
Komentar oleh budiyanto_tan | 16 September 2010 | Balas
14. Saya berencana memberi daftar tabel gulungan trafo dari mulai luas penampang kern, jumlah
lilitan dan diameter kawat.
mudah-mudahan tidak lama lagi akan selesai.
Komentar oleh yonix | 19 September 2010 | Balas
o Ditunggu banget kontribusinyakalau sudah siap bisa dikirim ke sini dan nanti akan di
publis biar bisa membantu pengunjung yang membutuhkan. Trim sebelumnya
22. mas artikelnya keren, tapi bisa gak kita ngerancang trafo step up 220 to 280 untuk generator
3kVA
Komentar oleh novan | 11 April 2011 | Balas
23. Saya butuh Info
kenapa Trafo 3 Phase Step-Up 1000V (sekunder)..jika digabung dengan Trafo Step-down
(Primer)Trafo Step-Upnya Hangus
Komentar oleh rae | 19 April 2011 | Balas
24. ada yang tau macam2 transformator step down pada mesin las g? tolon ifonya dum,.
jalu_cancer@yahoo.co.id
Komentar oleh jalu | 20 April 2011 | Balas
25. mantap tutorialnnya mas.. kita sesama pecinta elektronika bukan pecinta wanita lho haaaa
jhaaaa..salam kenal
Komentar oleh Ihsan Prawoto | 3 Mei 2011 | Balas
26. tengkew gan ilmunya sangat membantu e
Komentar oleh cliklagi | 20 Mei 2011 | Balas
27. lam kenal
numpang bertanya maaf kalau salah bertanya
mau tanya kalau cari keren trafo ada yang jual gak ya
Komentar oleh amri | 27 Juni 2011 | Balas
28. lam kenal
saya baru beli trafo 20 ampere ct. tapi setelah di cek tahanan untuk gulungan primernya tidak
ada. tolong para suhu untuk menanggapinya.
Komentar oleh omri dana | 28 Juni 2011 | Balas
29. salam kenal pak..numpang lewat aja..mohon pertanyaan dr mas agus sm mas jalu
ditanggapi.soalnya sy jg pengin tau cara mbuat trafo las(ukuran terserah) dan rangkaianya(bs jg
diberi gambar).biar ada bayang2 si dia.,trimaksih byk
Komentar oleh arrief | 28 Agustus 2011 | Balas
30. ohya gan giman cara menentukan jumlah lilitan
o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
karet pantatnya
tampak atas
sebagaimana kecurigaan sebelumnya kalau kapasitorku palsu, langsung deh aku bongkar lagi ampliku
aku beli dua kapasitor ini di waktu yang berbeda, kebetulan yang jualin ngambilin yang beda dan
langsung aku bayar aja,
ngga nanya dulu mana yang bagus dan mana yang biasa,
yang kiri Onkyo Integra (palsu) harga 15ribu, yang kanan nichicon LK(M) harga 30ribu
tulisan di body:
for HIFI
ONKYO Integra
50V
10000uF (M)
CEW (85C) JAPAN
panjang 6cm
setelah bungkus pertama yang warna biru tampak bungkus lagi warna hitam dengan merek Marcon
10.000uf 50V
tampak atas
tampak bawah
karena sudah dibongkar otomatis ampli ngga bisa hidup. langsung deh cabut ke toko langganan Edy
jaya electronic di tanjung redeb, beli kapasitor 1 biji yang nichicon LK(M) 10.000uF 50V. kapasitor
baru tenaga baru
jadi pertanyaannya : apakah anda yakin kapasitor yang sekarang anda pakai asli?
yang perlu disikapi dengan bijaksana ketika ternyata anda membeli kapasitor palsu adalah anda tidak
boleh serta merta langsung menyalahkan penjualnya. karena si penjual juga belum tentu tau secara
detail kapasitor tersebut, biasanya mereka hanya tau mereka jual beberapa macam kapasitor dengan
nilai yang sama dari harga yang murah sampai yang mahal, terserah pembeli mau memilih yang mana.
yang murah ya dapat jelek, yang mahal ya dapat bagus
19-06-2012
update tambahin foto
kapsitor kecilnya pun bekas juga, pin nya pendek di sambung kawat
Tags: capacitor, fake capacitor, kapasitor palsu
Posted in Elektronik | Leave a Comment
upgrade komponen tone control
June 16, 2012
upgrade kapasitor kopling (dc blocking untuk jalur sinyal) tone control TDA7442
awalnya agak skeptis baca-baca di forum kalau komponen audiophile punya efek yang signifikan ke
kualitas audio
meskipun elektronik sudah jadi makanan sejak kecil tapi maklum di kota kelahiranku (purbalingga)
dulu ngga ada dan belum tau barang ginian
jadi inget jaman SMP dulu, kalau beli kapasitor pasti rubycon (ngga tau dulu tipenya apa),
eh sekarang cari rubycon sudah ngga ada yang jual.yang ada kapasitor merek cina yang kecil2 yang
murah
karena alasan ekonomi dari obrolan dengan pemilik toko langganan di sana (Toko Asia Purbalingga),
timah merek pancing pun kurang/tidak laku,
tukang servis lebih memilih timah(lupa mereknya) yang baunya wangi dan harganya jauh lebih
murah agar margin keuntungan bertambah
kebetulan sebulan yang lalu habis belanja kapasitor di langsung jadi electronic beberapa kapasitor wima
MKS4 2,2uF 63v, sama MKS2 100nF 63v
sudah kepakai 2 biji di input gainclone
pemilihan wima mks4 ini alasan utmanya sebenernya hanya dari sisi dimensi,
awalnya aku pikir kalau kapasitor MKM standar (biasanya warna kuning) atau tantalum (polar) itu
sudah bagus,
dulu pas ngerakit equalizer pcb nya Ronica ada tulisan kalau kapasitornya sebaiknya kertas, MKM dan
Tantalum > pemahaman ini sempat mendarah daging
ternyata tantalum (polar ini) distorsinya besar dan setelah dibandingkan ternyata lebih noisy (bikin
desis)
sebenarnya kalau menurut suhu2 audiohile untuk kopling masih banyak yang jauh lebih baik dibanding
si wima ini,
seperti misalnya audionote, auricap, solen, aura-t (asal sebut yang keingat, bukan urutan)
yang jadi masalah buat aku kapasitor2 tsb masih terlalu over budget (masih ada kebutuhan yg lebih
penting) dan over dimensi
masih tanda tanya kenapa rating volt untuk kapasito2 tsb besar sekali salah satunya bikin dimensi
makin besar
-mungkin jawabannya (sebatas tebakanku) kapasitor tersebut awalnya dibuat untuk sistem tabung
(tube) yang tegangannya sampai ratusan volt
kalau aku sendiri belum merasa perlu kapasitor dengan working voltage setinggi itu,
karena supply tone control juga cuma 9V DC terus tegangan sinyal (TDA7442) nya maksimal 2Vrms
berikut fotonya
akhirnya keterusan juga, sisa kapasitor 100nF nya dipakai juga untuk upgrade bagian bass, loudness
dan kapasitor decoupling
box kelihatan penuh. pengin ganti box tapi belum nemu yang lebih bagus.
box model 36W ini sudah favorit dari jaman SMP/SMA dulu.
dari ampli ocl 150W model jengkol, model TIP, ampli2 IC pernah coba dimasukin dengan segala cara
(rasanya senang punya ampli kecil (dimensinya) tapi bertenaga besar
aku suka karena bentuknya yang kotak
tinggal menunggu pesanan capacitance meter, aku curiga elco 10.000uf/50v ku jangan2 palsu, gede di
badan doang
baru diputuskan apa perlu di upgrade
kesimpulan :
setelah upgrade selesai kemudian di test pakai mp3 (ngga punya audio CD coy) Cry just a little by
Avantasia dengan bitrate 320kbps.
kalau pakai mp3 bitrate cuma 128kbps ngga kerasa karena sudah kualitas mp3nya sendiri jelek
rasanya suaranya jadi lebih rame (rame tidak sama dengan berisik) lebih detail maksudnya..ah ingung
deskripsiinnya
treblenya juga jadi lebih lembut meskipun pakai tweeter piezo (kapan2 kalau pas pulang ke jawa cari
yg bagusan) cuma ada speaker asbun dengan driver apa adanya dan juga tanpa crossover
dengung tidak ada (dari awal memang tidak dengung)>sudah cukup lihai dengan ground loop
desis makin hilang. hanya terdengar ketika kuping ditempelin ke tweeter. dari jarak 1 meter 20cm ngga
kedengaran apalagi pada jarak listening normal
padahal pas masih pakai tone control model baxandall ngga ada desis sama sekali
masih kepikiran biar desis hilang sama sekali.
sumber desis yang dicurigai :
1. power supply/regulatornya yang kurang bagus atau mungkin power supply rangkaian cpu atmega
perlu dipisah.
2. trafo terlalu dekat (maklum ukuran box terbatas). kepengin juga pakai trafo toroid.tapi nyari yang
agak kecil ngga tau dimana (disini cuma ada 20A), terus kalau dikirim ke berau (kaltim) mahal di
ongkir (kurang lebih 50rb/kg)
3. dari frekuensi x-tall osilator microcontroller, kepikiran pakai atmega8535 yang TQFP dan pesan pcb
dengan ground plane yang lebih bagus
dulu aku pikir orang yang mau keluar duit sampai jutaan cuma buat beli kapasitor 1 biji adalah orang
gila
sekarang mungkin orang lain gantian berpikir kalau aku sudah mulai termasuk gila itu
masih ada lagi yang bikin aku tertarik salah satunya
kalau kepengin suara natural seperti aslinya, lupa baca dimana The Best Capacitor is No Capacitor
(kapasitor kopling yang dimaksud disini)
sepertinya sangat mungkin direalisasikan menggunakan rangkaian2 opamp dengan catu simetris dengan
memainkan zero offset dan desain yang benar
tapi bagi yang menginginkan citarasa tertentu jenis/merek kapasitorlah bumbu rahasianya
Tags: Digitally controlled tone control, sound processor, TDA7442, tone control
Posted in Elektronik, Musik | Leave a Comment
baru kali ini ngerakit BJT amlifier bisa segagal ini.(ada tegangan di output speaker, sepertinya ada yg
salah jalur)
tapi mau nge-trace kok rasanya males
terus keingat ada stok LM3886TF (gainclone) yang belum sempat dicoba
awalnya aku beli IC ini karena baca di forum2 IC ini begitu melegenda, bahkan ada blind test segala
akhirnya aku coba asal buat yg penting bunyi
PCB (aku ngga suka point to point)tidak terlalu besar : ukuran BOX nya kecil
PCB harus bisa dibuat hand made (pakai cutter): mau pesan masih sayang, ongkos kirim mahal,
kualitas suara belum dengar, mau buat pakai ferrie chloride males kotor dan limbahnya beracun
akhirnya setelah di gambar dengan kicad dan jalurnya dibuat untuk mudah di silet,
beginilah penampakan amplinya
komponen audiograde yang dipakai hanya kapasitor input Wima 2,2uf sama wima 100nF. yang lain
komponen standar
note 1:
RC boucherot (yang dipasang di output) lihat yang dilingkari
aku coba R 10 ohm, C 100 nF dipasang setelah output inductor (inductorku pun tanpa resistor di
dalamnya seperti biasanya orang pakai)
recomendednya national sih R nya 2,7 ohm. kalau searching2 ada yang dipasang sebelum output
inductor ada yang setelah output inductor
ternyata pas di volume kecil bikin suara mirip orang kedinginan (entah karena R nya yg ngga sesuai
atau yg lain) akhirnya aku cabut
note :
kalau mau ngetes kualitas suara sebaiknya pakai cd player jangan pakai mp3
kalaupun adanya mp3 cari yang file mp3 nya punya bitrate minimal 192kbps
kalau pakai cuma 128kbps detailnya sudah hilang, treble pecah
Tags: Amplifier, Gainclone, LM3886
Posted in Elektronik | Leave a Comment
skema
foto percobaan
update 17-08-2012
dibandingkan sebelum dan setelah diganti inductornya ternyata ketika menggunakan induktor toroid ini
noise frekuensi tinggi sangat jauh berkurang
plan :
[Download]
tone 36W NE5532-schema
tone 36W NE5532 pcb
tone 36W bukan berarti dayanya 36W lho ya, maksudnya untuk box 36W
performa ?
desis : no
dengung ; no
Tags: box, NE55332, tone control
Posted in Elektronik | 2 Comments
Older Entries
December 2012
M
Nov
December 2012
M
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Pages
o Bellman Ford kalkulator
o DIY Tone control
o Eagle Tutorial requested by Aan
o FM Transmitter by restovarius
o Quick Jump
o Uncomplete Contekan Linux v0.1
o WARNING!!!
Categories
Recent Posts
o macam2 generator controller
o ampli ceper
o ampli yang tinggal kenangan
o Trafo toroid dari bekas stavol
o kapasitor palsu.lagi?
Archives
Blogroll
o
restovarius's friends
o :: dipsie :: because pig care
o Aan Banget
o 4h m
o chubby girl
o Dakochan
o I'm here laili's blog
o Sebaris Coretan Perasaan | Ola Ona By Alea
o The True Colour of My Life
search this
Contents
2 Notes
3 References
4 External links
4. the Lorenz gauge is used and a non-zero frequency that is low enough to
neglect
is assumed.
Number 4 will be presumed for the rest of this section and may be referred to the "quasi-static
condition".
Although the axially symmetric toroidal inductor with no circumferential current totally confines the B
field within the windings, the A field (magnetic vector potential) is not confined. Arrow #1 in the
picture depicts the vector potential on the axis of symmetry. Radial current sections a and b are equal
distances from the axis but pointed in opposite directions, so they will cancel. Likewise segments c and
d cancel. In fact all the radial current segments cancel. The situation for axial currents is different. The
axial current on the outside of the toroid is pointed down and the axial current on the inside of the
toroid is pointed up. Each axial current segment on the outside of the toroid can be matched with an
equal but oppositely directed segment on the inside of the toroid. The segments on the inside are closer
than the segments on the outside to the axis, therefore there is a net upward component of the A field
along the axis of symmetry.
Representing the magnetic vector potential (A), magnetic flux (B), and current
density (j) fields around a toroidal inductor of circular cross section. Thicker lines
indicate field lines of higher average intensity. Circles in cross section of the core
represent B flux coming out of the picture. Plus signs on the other cross section of
the core represent B flux going into the picture. Div A = 0 has been assumed.
Since the equations
, and
) have the same form, then the lines and contours of A relate to B like the lines and contours
of B relate to j. Thus, a depiction of the A field around a loop of B flux (as would be produced in a
toroidal inductor) is qualitatively the same as the B field around a loop of current. The figure to the left
is an artist's depiction of the A field around a totoidal inductor. The thicker lines indicate paths of
higher average intensity (shorter paths have higher intensity so that the path integral is the same). The
lines are just drawn to look good and impart general look of the A field.
Toroidal Transformer Action in the Presence of Total B field Confinement
[8]
[8]
and :
and so even if the region outside
the windings is devoid of B field, it is filled with non-zero E field.
The quantity
Stokes theorem applies,[9] so that the path integral of A is equal to the enclosed B flux, just as the path
integral B is equal to a constant times the enclosed current
The path integral of E along the secondary winding gives the secondary's induced EMF (ElectroMotive Force).
which says the EMF is equal to the time rate of change of the B flux enclosed by the winding, which is
the usual result.
In this figure, blue dots indicate where B flux from the primary current comes out
of the picture and plus signs indicate where it goes into the picture.
Explanation of the Figure
This figure shows the half section of a toroidal transformer. Quasi-static conditions are assumed, so the
phase of each field is everywhere the same. The transformer, its windings and all things are distributed
symmetrically about the axis of symmetry. The windings are such that there is no circumferential
current. The requirements are met for full internal confinement of the B field due to the primary
current. The core and primary winding are represented by the gray-brown torus. The primary winding is
not shown, but the current in the winding at the cross section surface is shown as gold (or orange)
ellipses. The B field caused by the primary current is entirely confined to the region enclosed by the
primary winding (i.e. the core). Blue dots on the left hand cross section indicate that lines of B flux in
the core come out of the left hand cross section. On the other cross section, blue plus signs indicate that
the B flux enters there. The E field sourced from the primary currents is shown as green ellipses. The
secondary winding is shown as a brown line coming directly down the axis of symmetry. In normal
practice, the two ends of the secondary are connected together with a long wire that stays well away
from the torus, but to maintain the absolute axial symmetry, the entire apparatus is envisioned as being
inside a perfectly conductive sphere with the secondary wire "grounded" to the inside of the sphere at
each end. The secondary is made of resistance wire, so there is no separate load. The E field along the
secondary causes current in the secondary (yellow arrows) which causes a B field around the secondary
(shown as blue ellipses). This B field fills space, including inside the transformer core, so in the end,
there is continuous non-zero B field from the primary to the secondary, if the secondary is not open
circuited. The cross product of the E field (sourced from primary currents) and the B field (sourced
from the secondary currents) forms the Poynting vector which points from the primary toward the
secondary.