MODUL
PENATARAN PELATIH
OLAHRAGA
TINGKAT DASAR
KATA SAMBUTAN
Salam Olahraga!
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Modul Penataran Pelatih Olahraga Tingkat Dasar yang merupakan
produk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat untuk
mewujudkan pelatih yang memiliki: (1) pemahaman IPTEK keolahragaan,
(2) mampu menjalankan program latihan dengan baik dan benar, serta
(3) mempunyai kompetensi dalam melatih atlet guna meningkatkan
pencapaian prestasi puncak tingkat nasional dan internasional, dalam
membawa harkat dan martabat bangsa serta mengharumkan bangsa,
dapat diselesaikan penyusunannya dengan baik dan tepat waktu.
Modul Penataran ini merupakan penjabaran dari Buku Pedoman
Penataran Pelatih yang telah diterbitkan KONI Pusat sebagai pedoman
maupun acuan dasar penyampaian materi dari setiap jenjang/tingkatan
penataran pelatih olahraga: baik tingkat dasar, muda, madya, maupun
utama, terutama pada mata pelajaran yang sifatnya umum. Modul ini
diharapkan akan bermanfaat bagi Induk Organisasi Cabang Olahraga,
KONI Provinsi/Kabupaten/Kota maupun pemangku kepentingan di bidang
olahraga, untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelatih sesuai
dengan materi yang telah disusun oleh para praktisi di bidang kepelatihan
dengan perkembangan IPTEK keolahragaan modern.
Penataran ini sangat penting, karena berkaitan dengan penyiapan
salah satu SDM tenaga olahraga khususnya pelatih, dimana diharapkan
akan diperoleh pelatih-pelatih yang berkualitas dan berdedikasi tinggi
dengan potensi & kompetensi tinggi, yang mampu merencanakan dan
melaksanakan perubahan penampilan, potensi dan kinerja optimal atlet
guna meraih prestasi terbaik guna mengharumkan nama dan martabat
bangsa serta negara.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
petunjuk dan meridhoi setiap langkah kita, demi kemajuan dan kejayaan
keolahragaan nasional.
Jakarta,
September 2015
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya proses penyusunan, penyempurnaan dan pemutakhiran
Modul Penataran Pelatih Olahraga Tingkat Dasar yang merupakan
penjabaran dari Buku Pedoman Penataran Pelatih Olahraga. Materi ini
disusun dalam bentuk modul-modul untuk mempermudah dalam
penyampaian materi secara lisan maupun praktek lapangan oleh
pemateri maupun instruktur serta untuk memberikan standar tentang
berbagai dasar keilmuaan yang menjadi kompetensi pelatih tingkat dasar
yang diakreditasi oleh KONI Pusat.
Diharapkan dengan mempelajari materi modul ini, para pelatih
dapat memahami dan mengimplementasikan berbagai prinsip-prinsip
latihan secara sistematik dengan landasan ilmiah dan menyesuaikan
dengan perkembangan IPTEK keolahragaan yang semakin pesat,
sebagai pedoman beraktivitas di lapangan.
Modul yang sederhana tapi sistematis ini, merupakan bagian yang
sangat mendasar dari materi selanjutnya dengan tingkat kompetensi
yang lebih tinggi (tingkat muda, tingkat madya, dan tingkat utama),
diharapkan mudah dipahami dan dicerna oleh para pelatih. Oleh karena
itu, modul ini disusun dengan prinsip sederhana, mudah, dan praktis
untuk diimplementasikan di kelas maupun di lapangan, disesuaikan
dengan kemampuan pelatih.
Modul ini disusun atas dasar dari Buku yang diterbitkan oleh
LANKOR dan disempurnakan oleh berbagai pihak dengan keahliannya
masing-masing, baik dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas
Negeri Malang, dan rekan-rekan dari KONI Pusat. Perlu disadari bahwa
modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan, saran,
pendapat, dan kritik yang membangun agar lebih sempurnanya modul ini,
sangat diharapkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
petunjuk dan meridhoi setiap langkah kita, dan diharapkan modul ini
sebagai acuan pedoman pendidikan dan pelatihan atau penataran pelatih
olahraga tingkat dasar pemangku kepentingan di bidang olahraga.
Jakarta,
September 2015
Ketua Bidang Pendidikan dan Penataran
KONI Pusat
DAFTAR ISI
Sambutan Ketua Umum KONI Pusat...........................................................
Kata Pengantar ............................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................
Daftar Gambar dan Tabel ...........................................................................
i
ii
iii
v
1
1
3
4
4
6
17
17
19
21
26
27
29
31
32
35
37
37
38
38
38
41
42
43
46
48
50
52
52
52
53
56
iii
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
56
57
57
57
58
58
59
61
63
64
72
80
80
87
89
90
91
93
93
97
101
103
104
105
107
111
111
121
122
iv
2
6
18
18
19
23
24
29
33
43
44
51
81
81
82
83
84
84
85
86
86
94
95
97
98
99
100
101
102
104
105
Daftar Tabel
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
31
36
37
58
76
90
124
vi
MODUL I
Fisiologi
Biomekanik
a
Statistik
Nutrisi
Psikologi
Falsafah
Sejarah
3. Falsafah Latihan
Kelebihannya:
- Kebanyakan pengikut merasa dihargai.
- Dapat meningkatkan kekompakan dan persatuan.
- Berpeluang lebih besar untuk menanamkan
pendidikan.
nilai-nilai
Kelemahannya:
- Tidak cocok untuk situasi yang mengharuskan pengambilan
keputusan secara cepat.
- Tidak cocok untuk situasi yang memerlukan disiplin ketat
dan agresivitas dalam penyelesaian tugas.
- Penggunaan waktu kurang efisien.
3) Gaya Kepemimpinan Berpusat pada Orang
Gaya ini dapat disebut juga Kepemimpinan Berorientasi
Hubungan Baik Antar Individu. Cirinya terutama menekankan pada
pemenuhan kebutuhan personal dari pengikutnya. Gaya ini lebih
efektif untuk pengikut yang karakteristiknya:
Kebutuhan afiliasi tinggi.
Kebutuhan pencapaian rendah.
Lebih memilih hadiah intrinsik.
Kebutuhan untuk independen tinggi.
Penerimaan autoritas rendah.
Toleransi terhadap kemenduaan tinggi.
4) Gaya Kepemimpinan Berorientasi Tugas
Cirinya adalah secara eksklusif menekankan pada
penyelesaian tugas. Gaya ini lebih efektif untuk pengikut yang
memiliki karakteristik:
Kebutuhan afiliasi rendah.
Kebutuhan pencapaian tinggi.
Lebih memilih hadiah materi.
Kebutuhan untuk independen rendah.
Kemenerimaan autoritas tinggi.
Toleransi terhadap kemenduaan rendah.
Ada pendapat lain mengenai klasifikasi gaya kepemimpinan,
khususnya mengenai gaya pelatih olahraga. Berikut yang
diungkapkan dalam buku Beginning Coaching yang diterbitkan oleh
Australian Coaching Council, yang membedakan menjadi 5 gaya,
yaitu gaya: 1) Autoritarian; 2) Praktis dan cekatan; 3) Ramah dan baik
hati; 4) Bersemangat; dan 5) Gampangan dan tenang.
8
berpengaruh
langsung
2) Faktor Pengikut
Kualitas perilaku kepemimpinan yang baik memerlukan
pemahaman tentang para pengikutnya atau orang-orang yang
dipimpin. Masalah yang kompleks, apakah kepemimpinan yang
baik menyebabkan pengikutnya berbuat baik, atau sebaliknya
pengikut yang baik menyebabkan kepemimpinan menjadi efektif,
memang sulit untuk dijawab secara pasti. Namun demikian dapat
diyakini bahwa kepribadian, sifat, watak, dan perilaku pengikut
mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas pemimpin.
Beberapa sifat pengikut yang penting untuk dipertimbangkan
adalah:
Kebutuhan berafiliasi.
Kebutuhan mencapai sesuatu.
Mengharapkan hadiah (reward).
Kebutuhan untuk tidak tergantung.
Penerimaan pada autoritas.
Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).
Adanya hubungan antara sifat pengikut dengan efektivitas
pemimpin secara parsial, dapat terbukti dari fakta bahwa tipe sifat
tertentu dari pengikut akan merespon dengan baik atau
sebaliknya merespon dengan buruk terhadap gaya kepemimpinan
tertentu.
10
tugas
ketika
g. Landasan Filosofi
Keselamatan.
Kesenangan.
Melayani keinginan anak.
Keterlibatan famili.
Kesuksesan.
Mengembangkan olahraga.
Dapat diukur.
Dapat diobservasi.
Cukup menantang.
Dapat dicapai dan dapat dipercaya.
Berjangka pendek dan berjangka panjang.
prinsip-prinsip
diacu dalam
14
E. Evaluasi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SOAL
Tanggung jawab pelatih adalah mengusahakan
kemenangan atlet nya dengan segala cara.
Keuntungan dari gaya kepelatihan demokratis adalah
atlet dapat mengembangkan interaksi secara wajar.
Kepemimpinan otoriter tidak bisa digunakan dalam segala
situasi.
Menurut teori Trait, faktor bakat adalah yang menentukan
seseorang menjadi pelatih yang baik.
Organisasi Cabang Olahraga Nasional wajib membuat
peraturan doping meskipun tidak harus memberikan
sanksi.
Gaya Kepemimpinan Otoriter cocok untuk situasi dimana
pengikut kurang memiliki rasa percaya diri dan merasa
T
v
v
v
v
v
v
15
NO
7.
8.
9.
10.
SOAL
perlu perlindungan dari pemimpin.
Salah satu kelemahan Gaya Kepemimpinan demokratis
adalah penggunaan waktu kurang efisien.
Pelatih dapat mengembangkan filosofinya sesuai dengan
pengalaman.
Filosofi merupakan seperangkat pemandu yang
menjadikan pelatih selalu bijaksana dalam bertindak.
Filosofi pelatih dapat terbentuk dari gagasan,
pengetahuan, dan harapan-harapan tentang masa
depannya.
v
v
v
v
---------------o0o---------------
16
MODUL II
TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang hukum, prinsip dan sistematika latihan dalam
rangka meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan tentang tujuan latihan.
2. Menjelaskan tentang hukum latihan antara lain: overload, reversibilitas,
kekhususan.
3. Menjelaskan tentang prinsip latihan antara lain: pedagogik, individual,
keterlibatan aktif, dan variasi latihan.
4. Menjelaskan tentang sistematika latihan antara lain: pentahapan latihan
dan pembebanan latihan.
B. Jumlah Jam Pelajaran : 6 JPL
C. Metode Penyajian
1. Ceramah;
2. Tanya jawab;
3. Penugasan (perorangan/kelompok);
4. Presentasi.
D. Materi
Setiap kejadian di dalam kehidupan ini merupakan gejala alam yang
selalu mengikuti berbagai hukum atau prinsip yang mendasari terjadinya
sebab akibat (hubungan dan kausalitas), atau aksi reaksi. Proses latihan
merupakan sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan untuk menganut
hukum dan prinsip tertentu yang secara empirik dan keilmuan telah terbukti
dan teruji secara jelas seiring dengan berkembangnya ilmu kepelatihan. Oleh
karena itu hasil latihan tidak selalu positif dan optimal bila pembebanan tidak
diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan yang benar.
Beberapa hukum dan prinsip latihan dimaksud sebagai berikut :
1. Hukum Latihan
a. Hukum Overload
Tubuh manusia memiliki sifat adaptasi terhadap setiap
perlakuan yang dikenakan terhadapnya, termasuk beban latihan. Bila
tubuh dengan tingkat kebugaran tertentu diberikan beban latihan
dengan tingkat intensitas yang ditetapkan, maka tubuh akan
mengadaptasi dengan rangkaian proses sebagai berikut: proses awal
17
18
b. Prinsip Individual
Setiap atlet merupakan individu yang unik dan tidak ada dua
individu yang tepat sama di dunia ini. Hal ini mengandung
konsekuensi terhadap bagaimana individu tersebut mereaksi beban
latihan. Beban latihan yang sama tidak akan direaksi dengan sama
oleh atlet yang berbeda, oleh karena itu pelatih perlu memahami
setiap atlet secara individual. Individu ini juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti; faktor keturunan, umur latihan dan umur
perkembangan. Prinsip ini juga berkaitan dengan hukum
kekhususan yang berimplementasi pada latihan yang khusus bagi
setiap atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memunculkan adanya
beban luar dan beban dalam.
Beban luar adalah beban yang diberikan dari luar atlet, misalnya
oleh pelatih diprogramkan lari 4 x 400m dengan waktu @ 90 detik.
Sedangkan beban dalam adalah beban fisiologis dan psikologis atlet
setelah mendapatkan beban luar sebagai reaksi dan adaptasi
internalnya, seperti: denyut nadi, perubahan warna kulit, dan
sebagainya. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa dua
orang yang berbeda diberikan beban luar yang sama akan mereaksi
secara berbeda yang ditunjukkan dengan denyut jantungnya, kadar
laktat dalam darahnya, sehingga wajar bila atlet yang satu mengalami
kelelahan lebih dahulu daripada atlet yang lain. Sebaliknya bila atlet
diminta untuk berlari dengan beban dalam yang sama (denyut
nadi 160/menit) maka waktu yang dicapai (beban luar) untuk berlari
1200m akan berbeda.
c. Prinsip Keterlibatan aktif
Salah satu tugas pelatih dalam proses latihan adalah
memperlakukan atlet dengan kesempatan yang sama, oleh karena itu
pelatih perlu merancang manajemen latihannya agar setiap atlet
dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal. Keterlibatan yang
aktif pada setiap atlet akan menghasilkan hasil yang optimal.
Keterlibatan ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagaimana atlet dapat
melaksanakan aktifitas fisik dengan kesempatan yang sama pada
setiap sesi latihan.
2) Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet
dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan penyusunan program latihan, pelaksanaan latihan dan
kompetisi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
pengembangan kepribadian dan kedewasaan atlet.
20
d. Prinsip Variasi
d)
e)
hp
Tahap
lanjutan
spesialisasi
Tahap
dasar
Pembinaan
Multilateral
a) Volume
F. Evaluasi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
SOAL
Peningkatan komponen kondisi fisik melalui adaptasi dari
hukum overload disebut dengan overcompentation.
Hukum kekhususan memberikan tuntunan bahwa beban
latihan harus menyesuaikan umur kronologis, umur
perkembangan, kemampuan fisik, mental, serta ciri khas
yang dimiliki atlet.
Beban dalam adalah beban yang diberikan oleh pelatih
kepada atlet, misalnya oleh pelatih diprogramkan lari 4 x
400m dengan waktu @ 90 detik.
Tahap latihan dasar merupakan tahap penghubung
menuju tahap prestasi tinggi.
Pada cabang olahraga tertentu, tahap latihan lanjutan
dimulai pada usia sekitar 14 tahun dengan salah satu
sasaran latihan memperkuat kemauan (will power)
berlatih.
Indikator beban latihan dapat dilihat dari perspektif volume,
intensitas dan recovery.
Berlatih dalam kondisi keramaian yang ada di lapangan
dan sebaliknya, dapat dilakukan sebagai variasi suasana
latihan.
Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet
dapat melaksanakan aktifitas fisik dengan kesempatan
yang sama pada setiap sesi latihan.
Akibat langsung dari pembebanan adalah kelelahan.
Untuk tujuan latihan yang sama, pelatih dapat
menggunakan metode berbeda.
v
v
v
v
v
v
v
---------------o0o---------------
25
MODUL III
FISIOLOGI OLAHRAGA
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang sistem kerja otot rangka, tipe serabut otot,
hubungan serabut otot dengan latihan, kelelahan otot, dan sistem energi
latihan.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan tentang sistem kerja otot rangka.
2. Menjelaskan tentang tipe serabut otot (muscle fibers).
3. Menjelaskan hubungan serabut otot dengan latihan
4. Menjelaskan tentang penyebab terjadinya kelelahan otot terhadap atlet.
5. Mengetahui sistem energi predominan pada berbagai cabang olahraga.
B. Jumlah Jam Pelajaran
: 4 JPL
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Presentasi
D. Materi
Fisiologi olahraga merupakan bagian dari anatomi, anatomi adalah
suatu ilmu yang mempelajari struktur organisme atau morfologi, sehingga kita
dapat mempelajari struktur dasar dari berbagai bagian tubuh dan
hubungan di antara mereka, sedangkan fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari fungsi tubuh. Dalam fisiologi kita mempelajari bagaimana sistem
organ tubuh, jaringan-jaringan dan kerja sel serta bagaimana fungsi mereka
bila terintegrasi untuk mengatur lingkungan internal kita. Oleh karena fisiologi
terfokus pada fungsi dari struktur, kita tidak dapat dengan mudah memahami
fisiologi tanpa mengerti anatomi terlebih dahulu.
Fisiologi latihan mempelajari bagaimana struktur dan fungsi tubuh
kita berubah apabila kita melakukan latihan yang akut maupun latihan
yang kronis. Fisiologi olahraga merupakan aplikasi lebih jauh dari konsep
fisiologi latihan terhadap pelatihan (training) dan meningkatkan performa
berolahraga atlet. Jadi fisiologi olahraga berasal dari fisiologi latihan.
Tubuh manusia harus melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan
dalam serangkaian interaksi yang komplek dengan melibatkan berbagai
sistem tubuh, seperti:
1. Sistem tulang sebagai kerangka gerak dasar melalui gerakan otot;
26
28
Aspek Struktural
Energi Dasar
Timbunan fosfokreatin
Timbunan glikogen
FTa
FTb
kecil
rendah
lambat
besar
tinggi
cepat
besar
tinggi
cepat
kecil
jelek
jelek
tinggi
tinggi
tinggi
besar
baik
baik
tinggi
menengah
menengah
besar
baik
baik
tinggi
rendah
rendah
rendah
rendah
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
30
Sifat-sifat
Timbunan trigliserida
Aspek Enzimatik
Tipe miosin
Aktivitas miosin ATPase
Aktivitas enzim glikolitik
Aktivitas enzim oksidatif
Aspek Fungsional
Kekuatan kontraksi
Waktu kontraksi
Waktu relaksasi
Produksi tenaga
Efisien energi
Daya tahan
Elastisitas
FTa
FTb
tinggi
menengah
rendah
lambat
rendah
rendah
tinggi
cepat
tinggi
tinggi
tinggi
cepat
tinggi
tinggi
rendah
rendah
lambat
lambat
rendah
tinggi
tinggi
rendah
tinggi
cepat
cepat
tinggi
rendah
rendah
tinggi
tinggi
cepat
cepat
tinggi
rendah
rendah
tinggi
80
23
14
48
5
28
6. Kelelahan Otot
43
NO
SOAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Marathon
merupakan
contoh
menggunakan sistem energi aerobik.
9.
10.
banyak
disebabkan
olahraga
oleh
yang
---------------o0o--------------
45
MODUL IV
PSIKOLOGI OLAHRAGA
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang peran psikologi bagi atlet dalam upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi baik dalam proses latihan
maupun pada menjelang dan sesudah menghadapi suatu pertandingan.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan pentingnya psikologi olahraga dalam menghadapi segala
resiko yang mungkin terjadi pada pertandingan.
2. Meningkatkan kinerja atlet, baik sebelum, masa pertandingan maupun
sesudah pertandingan.
3. Memberikan strategi dan teknik-teknik untuk mengoptimalkan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki atlet.
4. Menyiapkan atlet dalam kondisi optimal, rileks dan fokus menghadapi
pertandingan.
B. Jumlah Jam Pelajaran : 4 JPL
C. Metode Penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Presentasi
D. Materi
Para atlet banyak yang mengalami rasa cemas ketika akan menghadapi
suatu pertandingan atau pada saat pertandingan, perasaan cemas mudah
timbul apabila atlet tidak dipersiapkan untuk menghadapi tekanan, dilanda
ketakutan akan gagal yang berlebihan. Sukses atau gagal pada hakekatnya
lebih banyak ditentukan oleh perasaan atlet itu sendiri. Atlet yang kalah tidak
selalu merasa gagal apabila ia sudah merasa berbuat sebaik-baiknya atau
dapat memecahkan rekornya sendiri, meskipun masih harus mengakui
keunggulan lawan. Kalah dan merasa gagal akan melanda si atlet bila ia
menetapkan harapannya lebih tinggi dari kemampuannya atau kurang
memperhitungkan kekuatan lawan.
Zeigarnik effect sangat dipengaruhi situasi. Dalam olahraga, situasi waktu
atlet mengalami kekalahan termasuk situasi penonton yang mencemoohkan,
media masa yang mencaci-maki, dll. Juga situasi kejiwaan atlet itu sendiri
yang mungkin merasa harus menang tapi ternyata diluar dugaan harus
menelan kekalahan yang menyakitkan.
46
47
Motif Berprestasi
Motivasi muncul karena adanya sumber yang mendorong manusia
untuk berusaha. Sumber motivasi ada dua yaitu motivasi yang berasal
dari dalam manusia itu sendiri (instrinsik) dan motivasi yang berasal dari
luar manusia (ekstrinsik) atau sering disebut juga sebagai faktor internal
dan eksternal. Motivasi instrinsik adalah dorongan untuk berbuat berasal
dari dalam diri yang bersangkutan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan untuk berbuat lebih disebabkan oleh pengaruh dari luar
individu.
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki seseorang
untuk mewujudkan hasil kerja yang melebihi hasil kerja orang lain.
Dorongan itu merupakan tenaga dari dalam diri manusia yang
menyebabkannya berbuat sesuatu. Besarnya dorongan untuk berprestasi
tergantung pada besarnya harapan yang ingin dicapai, kuatnya potensi
yang menimbulkan motivasi, kepuasan yang ingin dicapai. Ketiga
komponen inilah yang menimbulkan motivasi. Motivasi berprestasi
merupakan hasil interaksi antara usaha, kepuasan, dan ganjaran.
Teori kebutuhan mengemukakan bahwa salah satu kebutuhan
manusia adalah kebutuhan berprestasi. Manusia yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi, memerlukan pekerjaan yang membuatnya puas,
memanfaatkan peluang untuk tumbuh kembang, senang apabila dapat
merubah tantangan menjadi kesempatan menginginkan otonomi dalam
pelaksanaan tugas, selalu mengharapkan terbuka terhadap masukan.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan dipaksa untuk lebih
sering dan lebih dulu mengatasi persoalan sendiri daripada orang lain
48
53
NO
1.
SOAL
54
NO
SOAL
2.
3.
4.
7.
8.
9.
5.
6.
10.
---------------o0o---------------
55
MODUL V
57
Batasan Usia
1.
Awal
2.
Embrio
2 sampai 8 minggu
3.
Janin
Bayi
Neonatal
Anak kecil
6 sampai 10 tahun
6 sampai 12 tahun
Adolesensi perempuan
10 sampai 18 tahun
Adolesensi laki-laki
12 sampai 20 tahun
Dewasa Muda
Dewasa Madya
40 sampai 60 tahun
lmajinatif.
Senang suara dan gerak berirama.
Senang mengulang-ulang aktivitas tertentu.
Senang aktivitas kompetitif.
Rasa ingin tahunya besar.
Selalu memikirkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan.
Lebih menyenangi aktivitas kelompok dengan teman sebaya
dan sama jenis daripada aktivitas individual.
h) Mulai berminat melakukan permainan yang menggunakan
peraturan, tetapi yang sederhana.
i) Cenderung membandingkan dirinya dengan teman, dan
mudah rendah diri bila merasa ada kekurangan dan
mengalami kegagalan.
j) Mudah gembira karena pujian, dan mudah kecewa karena
kritik.
k) Senang menirukan idolanya.
l) Selalu menginginkan persetujuan dari orang dewasa
mengenai apa yang dilakukan.
2) Sifat sosial-psikologis pada usia 10-12 tahun:
a) Senang kegiatan yang aktif.
b) Minat melakukan olahraga kompetitif meningkat.
60
2) Aktivitas beregu:
a) Permainan atau perlombaan beregu.
b) Menari berkelompok membentuk formasi tertentu.
3) Aktivitas Mencoba-coba:
a) Menyelesaikan tugas dengan cara dan kemampuan masingmasing.
b) Melakukan gerak bebas dan tari kreatif.
4) Aktivitas latihan fisik dan keberanian:
a) Latihan kemampuan fisik yang berunsur gerak: jalan, lari,
lompat, loncat, lempar, tangkap, sepak, panjat, mengguling,
mengulur, dan melipat tubuh.
b) Permainan kombatif: perang-perangan, kejar-kejaran. Latihan
relaksasi.
8. Pertumbuhan dan Perkembangan Adolesensi
a. Pertumbuhan Fisik
1) Pertumbuhan Ukuran Tubuh:
a) Pada awalnya mengalami percepatan, kemudian melambat
dan berhenti.
b) Laki-laki cerderung menjadi relatif lebih tinggi dan lebih besar.
61
Program
olahraga
pada
masa
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertimbangan Fisiologis:
a) Olahraga untuk meningkatkan volume jantung, volume paruparu, jumlah haemoglobin, volume darah, ambilan oksigen
maksimum (V02 Max), pertumbuhan organ tubuh, proses
metabolisme.
b) Pada masa adolesensi adaptasi sistem peredaran darah dan
pernafasan dalam berolahraga sangat baik, sehingga efektif
untuk meningkatkan prestasi olahraga.
2) Pertimbangan Kesehatan:
a) Olahraga
hendaknya
dapat
memberi
rangsangan
perkembangan semua organ tubuh secara proporsional dan
merata.
b) Olahraga dilakukan dalam berbagai bentuk gerakan yang
melibatkan otot-otot secara merata.
c) Latihan beban untuk meningkatkan kekuatan melalui kontraksi
isometrik sebaiknya tidak dilakukan karena dapat berpengaruh
negatif terhadap perkembangan skeletal, jaringan pengikat,
dan persendian.
d) Program latihan untuk usia kurang dari 10 tahun sebaiknya
ditekankan pada pengembangan koordinasi neuromuskular,
kemudian sesudahnya berangsur-angsur pada peningkatan
kemampuan aerobik dan anaerobik.
e) Pada usia 12-14 tahun ditingkatkan pembinaan ketahanan
secara bertahap, dan sesudahnya ditingkatkan latihan
kekuatan dan kecepatan sejalan dengan tingkat kematangan
skeletal.
9. Penampilan pada Usia Dewasa
a. Puncak prestasi fisik dan gerak
1) Ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan keterampilan gerak pada
umumnya mencapai puncaknya pada usia dewasa muda.
2) Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sangat nyata.
3) Perbedaan antar individu dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan masing-masing.
4) Kemampuan fisik dan keterampilan gerak dapat ditingkatkan dan
dipertahankan dalarn jangka waktu tertentu pada usia dewasa
muda.
5) Prestasi puncak pada olahraga yang sangat memerlukan
fleksibilitas sudah dapat dicapai sebelum usia dewasa.
6) Prestasi puncak pada olahraga yang sangat memerlukan
kekuatan, kecepatan, dan ketahanan umumnya dicapai pada usia
dewasa muda.
63
Gerak refleks
Gerak dasar fundamental
Kemampuan perseptual
Kemampuan fisik
Gerak keterampilan
Komunikasi non-diskursif
e) Kemampuan koordinasi.
a)
b)
c)
d)
e)
Ketahanan (endurance);
Kekuatan (strength);
Kecepatan (speed);
Fleksibilitas (flexibility);
Kelincahan (agility).
6) Komunikasi non-diskursif
gerakan
c) Memiliki sikap positif terhadap prestasi
d) Memiliki kontrol diri
c) Keselamatan pelajar
d) Kemenarikan
e) Kenyamanan
4) Metode mengajar
Metode mengajar atau cara-cara dan prosedur dalam
mengajarkan suatu materi belajar gerak perlu dipilih sesuai
dengan karakteristik materi belajar dan tujuan yang ingin
dicapai. Ada beberapa metode mengajar yang dapat dipilih,
diantaranya yang penting adalah:
a) Metode keseluruhan dan bagian
Metode keseluruhan merupakan pendekatan mengajar
dimana materi belajar yang berupa rangkaian beberapa
gerakan diajarkan secara keseluruhan sekaligus. Pelajar
mempraktekkan gerakan secara keseluruhan juga.
Metode bagian merupakan pendekatan mengajar dimana
materi belajar yang berupa rangkaian beberapa gerakan
diajarkan secara bertahap bagian demi bagian. Pelajar
mempraktikkan gerakan bagian demi bagian.
Pemilihan penggunaan kedua metode tersebut
didasarkan pada pertimbangan kompleksitas gerakan dan
keeratan hubungan antar bagian gerakan.
Semakin kompleks atau semakin banyak bagian
rangkaian gerakan, cenderung cocok menggunakan metode
bagian. Sedangkan semakin erat hubungan antar bagian
dalam rangka rangkaian gerakan, cenderung lebih cocok
menggunakan metode keseluruhan.
Dalam prakteknya, kedua metode tersebut digunakan
secara kombinasi. Pertimbangan pengkombinasiannya dapat
digambarkan dalam tabel berikut.
Keeratan Hubungan Antar Bagian Gerakan
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Metode bagian
Tinggi
Kompleksitas gerakan
Tabel 5. Hubungan Penggunaan Metode Keseluruhan dan Bagian dengan
Kompleksitas Gerakan dan Keeratan Antar Bagian Gerakan
Tabel di atas dapat digunakan oleh pelatih untuk
panduan dalam mempertimbangkan metode mana yang
sebaiknya digunakan.
76
olahraga
yang
anda
tekuni,
diskusikan
1. Bagaimana melatihkan teknik gerakan dasar olahraga pada atlet pada usia
kanak-kanak (kecil dan besar)?
2. Buatlah lomba atau pertandingan yang sesuai dengan usia pertumbuhan
dan perkembangan anak, dari masa anak besar sampai pada masa
adolesensi.
G. Evaluasi
NO
1.
SOAL
78
NO
SOAL
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
v
v
v
---------------o0o---------------
79
MODUL VI
: 6 JPL
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Praktik lapangan
D. Materi
1. Pengembangan Kondisi Fisik
a. Kesegaran jasmani (fitness)
Salah satu tujuan utama dalam latihan adalah meningkatkan
kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani itu sendiri memiliki arti:
kemampuan individu dalam menghadapi tugas sehari-hari tanpa
adanya kelelahan yang berarti. Jadi antara individu satu dengan yang
lain memiliki kebutuhan tingkat kesegaran jasmani yang berbeda.
Seorang atlet nasional jelas memerlukan tingkat kesegaran jasmani
yang lebih tinggi dibanding dengan dengan pekerja kantor.
b. Unsur-unsur kesegaran jasmani
Unsur kesegaran jasmani disamping kesehatan secara medis
adalah kemampuan biomotor atau kondisi fisik. Dasar utama dari
unsur kondisi fisik menurut Thompson ada 5 yaitu: kecepatan,
kekuatan, daya tahan, koordinasi dan fleksibilitas.
80
81
Gambar 15. Kebutuhan Fisik antara Pelari Marathon dan Tolak Peluru
(Thompson:1991)
Dari gambar di atas jelas bahwa kondisi fisik yang sangat
dibutuhkan pada tolak peluru tidak dibutuhkan oleh marathon
seperti kekuatan. Sebaliknya dayatahan sangat diperlukan oleh
pelari marathon tetapi tidak terlalu diperlukan oleh petolak peluru.
c. Kondisi fisik dan pengembangannya
Untuk memahami secara lebih mendalam masing-masing
kemampuan kondisi fisik dan bagaimana mengembangkannya akan
dibahas masing- masing unsur berikut ini.
1) Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan untuk melawan tahanan/
resistan atau beban fisik baik dari luar maupun dari badannya
sendiri.
Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a) Kekuatan
Maksimal (Maximal Strength); b) Daya Tahan Kekuatan (Strength
Endurance); dan c) Kekuatan kecepatan (Power/Speed Strength).
82
a) Kekuatan maksimal
83
beban
ringan
repetisi
banyak
beban
sedang
repetisi
cepat
beban
berat
repetisi
sedikit
beban
ringan
repetisi
banyak
beban
sedang
repetisi
cepat
piramid ganda
4x
3x
2x
1x 100%
1x
23 x 95%
1x
3-4 x 90%
2x
3x
6 x 85%
4x
piramid terpancung
piramid skewed
95%
90% 4X
90%
80% 6X
80%
85%
80%
70% 8X
Metode Latihan
Frekuensi/
Minggu
Durasi
% aerobik
%
anaerobik
95%
5%
Lari jauh
70-80%
1-2 x
Lari tempo
85-89%
1-2 x
20-30
80%
20%
Interval ext.
85-89%
1-2 x
2-5 (1:1)
70%
30%
Interval Int.
90-95%
1x
30-90 (1:4)
30%
70%
Fartlek
70-90%
1x
20-60
75%
25%
Repetisi (sprint)
95-100%
Sesuai OR
10-15 (1:6)
5%
95%
NO
SOAL
1.
2.
3.
4.
v
91
NO
SOAL
5.
6.
7.
8.
9.
10.
satu
metode
untuk
untuk
mendasari
T
v
v
v
V
---------------o0o---------------
92
MODUL VII
PERENCANAAN PROGRAM LATIHAN DASAR
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang dasar-dasar penyusunan program latihan secara
teratur, sistematis, dan terencana untuk mencapai sasaran latihan.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pelatih mampu:
1. Memahami program jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek.
2. Memahami fungsi dan tujuan dari fase persiapan, fase kompetisi dan fase
transisi.
3. Memahami beberapa tipe siklus mikro.
4. Melaksanakan penyusunan sesi/unit latihan
B. Jumlah Jam pelajaran
: 6 JPL
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
3. Penugasan
4. Presentasi
D. Materi
1. Program Latihan
Pelatih mempunyai tugas yang penting dan prioritas yaitu menyusun
pogram latihan. Dengan adanya program latihan, seorang pelatih dapat
melakukan tugasnya secara teratur dan sistematis serta terencana untuk
mencapai sasaran latihan melalui tahap-tahap yang diinginkan. Tanpa
adanya program latihan, pelatih tidak akan mampu bekerja dengan baik
dan benar, diumpamakan pelatih berada ditengah hutan belantara tanpa
mengenal arah dan tujuan. Untuk itu, suatu keharusan bagi pelatih untuk
menyusun program latihan yang akan dipergunakan sebagai
panduan/pedoman dalam pelaksanaan tugasnya.
Pelatih yang masih baru, biasanya akan mengalami kesulitan untuk
menyusun program latihan, mengingat mereka tidak memiliki kemampuan
yang integral tentang ilmu pengetahuan pendukung dan pengalaman
melatih yang memadai. Oleh karena itu, materi program latihan ini akan
menyajikan proses penyusunan program latihan secara sederhana, agar
mudah dipahami dan dilaksanakan.
93
PT/PB-PP
Prestasi
Tahap
Kompetisi: nasional-
internasional
Tinggi
Akhir: Latihan pada cabang olahraga khusus.
Komp: Daerah-nasional
Tahap Spesialisasi
Awal :Latihan pada cabang
olahraga pilihan & Blok. Komp: sekolah-daerah
Sekolah/penjas/
klub (15-17 thn)
Kegembiraan, Sekolah/penjas
pengembangan
Tahap Dasar
(8-14thn)
Pembinaan Multilateral
jasmani-rohani-sosial.
Komp: Festival
Kompetisi
Pra Kompetisi
Main Komp
Transisi
95
Periode kompetisi
Pada periode kompetisi volume latihan semakin menurun,
namun intensitas latihan meningkat mendekati puncak. Ini berarti
bahwa latihan berorientasi pada kompetisi yang akan dihadapi.
Pada fase prekompetisi, atlet banyak melakukan uji-coba
sehingga kematangan bertanding d a n kepercayaan diri
meningkat. Fase ini menjadi pengantar ke kompetisi utama
96
Pers. Khusus
Kompetisi
Pre Komp.
Transisi
Main
Komp.
Intensitas:
Gambar 24. Garis Volume dan intensitas latihan
2. Siklus Mikro
Istilah siklus mikro atau microcycle berasal dari bahasa Yunani
micros, yang artinya kecil, dan bahasa Latin cyclus yang artinya
serangkaian kejadian. Siklus mikro dilakukan tiap minggu atau 3 sampai 7
hari di dalam program pelatihan tahunan.
Siklus mikro adalah bagian dalam periode dan fase latihan yang
diimplementasikan dalam program latihan mingguan. Pelatih harus
mampu menyusun program latihan mingguan/siklus mikro sesuai dengan
periode dan fase dalam periodisasi latihan. Dalam diagram periodisasi
siklus mikro dapat dinotasikan pada bagian atas periode sebagai berikut:
97
Pebruari
5
Maret
8
Pers. Umum
10
11
Persiapan
12
April
13
14
Pers. Khusus
Ket: volume:
15
16
17
Mei
18
19
20
21
Juni
22
Kompetisi
Pre Komp.
Main Komp.
Intensitas:
98
23
24
Transisi
99
100
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
B
S
R
I
SABTU
MINGGU
Pelatih,
Koordinasi / teknik
Kekuatan, Kecepatan,Power
Kondisioning
102
Di atas telah diuraikan dari periode, fase, siklus mikro dan sesi
latihan yang merupakan satu runtutan terminologi praktis dalam
menyusun program latihan. Namun pelatih sering mengalami hambatan
saat akan menuangkan perencanaan tersebut dalam sebuah sesi
latihan yang mengandung unit-unit latihan misalnya: unit latihan teknik
dasar, unit kekuatan, mental dan taktik, dan sebagainya.
Unit-unit latihan tersebut sebenarnya merupakan implementasi
dari unsur latihan yang perlu dirancang dalam sebuah latihan. Adapun
unsur-unsur latihan tersebut adalah: (a). fisik, (b). teknik, (c). taktik, (d).
mental. Masing-masing unsur latihan tersebut telah dibahas pada
materi tersendiri dalam buku ini. Yang akan disajikan pada bab ini
adalah bagaimana menempatkan unit latihan tersebut pada sebuah
periodisasi latihan.
Setelah kita dapat mengisi blangko periodisasi dan merancang
periode, fase, kerangka waktu dalam bulan dan minggu (mikro),
selanjutnya perlu dicantumkan unsur-unsur latihan dalam blangko
tersebut secara garis besar.
Pencantuman unsur-unsur latihan dalam blangko periodisasi
akan memudahkan pelatih dalam menyusun siklus mikro dan sesi
latihan.
Pada diagram di bawah ini dapat dilihat unsur-unsur latihan
dalam periodisasi.
Setelah unsur latihan dimasukan dalam blangko periodisasi,
maka pelatih diharapkan mampu mengisi keperluan dari masingmasing unsur latihan sesuai dengan periode dan fase latihannya.
Dengan demikian isi latihan dapat dirancang sesuai dengan periode,
fase dalam periodisasi.
Perlu dipahami bahwa latihan bersifat khusus, baik terhadap
masing-masing atlet maupun terhadap masing-masing cabang
olahraga, oleh karena itu kebutuhan terhadap unsur dan unit latihan
bias sangat berbeda. Kebutuhan akan unsur latihan pada sprinter bias
sangat jauh berbeda dengan pelari marathon, atau permainan
sepakbola. Oleh karena itu pelatih harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan akan unsur dan isi dalam program latihan yang
dibimbingnya.
103
Transisi
Februari
4
Maret
8
10
11
12
April
13
14
Persiapan
Pers. umum
15
16
Mei
17
18
19
20
21
Juni
22
Kompetisi
Pers. khusus
Pre Komp.
Main Komp.
Fisik
T
T
Mental
104
23
24
Pelaksanaan 1
Evaluasi
Modifikasi
Pelaksanaan 2
105
: Aditya
: 3 thn
: Sprint 100m
Unsur / Isi latihan
2/1/2014
Pemanasan
Inti : Teknik Sprint ABC
Ankle (A)
High knee (B)
Heel kick (C)
High knee extension (D)
Kombinasi A-B/A-C/ABC/ ABD/ ABCD
Penenangan : stretching , jogging
10 menit (V)
40 menit (V)
10 x 15 meter = 150 m
10 x 20 meter = 200 m
10 x 20 meter = 200 m
10 x 25 meter = 250 m
5 x 5 x 30 meter = 750 m.
I = 80% - irama/rythem
30 menit (V) 75% (i)
10 menit
3/1/2014
Pemanasan
Inti : Kekuatan/Daya tahan
Kekuatan
10 menit
3 set x 8 sta x 30 detik (V)
60% MR (i)
4/1/2014
dst......
5/1/2014
dst ......
Keterangan
90 menit
1550m ABC
106
Penugasan
Sesuai dengan cabang olahraga yang anda tekuni silakan membuat sesi
latihan harian dan/atau latihan mingguan pada:
1. Periode persiapan umum
2. Periode persiapan khusus
3. Periode pra-kompetisi
4. Periode kompetisi
F. Evaluasi
NO
SOAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
109
NO
SOAL
8.
Sesi latihan yang terdiri dari latihan fisik dan teknik, dilaksanakan
dengan urutan latihan fisik terlebih dahulu.
9.
Pendinginan atau cold down adalah salah satu bagian dari sesi
latihan yang kurang penting.
10.
---------------o0o---------------
110
MODUL VIII
TES DAN PENGUKURAN OLAHRAGA
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang pemahaman tentang tes, pengukuran dan evaluasi
latihan. Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pelatih mampu:
1. Memahami dan mengerti tentang definisi tes, pengukuran dan evalusi.
2. Memahami prinsip-prinsip evaluasi.
3. Memahami langkah-langkah dalam membuat evaluasi.
4. Memahami manfaat dan kegunaan tes dan pengukuran.
5. Memahami kriteria pemilihan tes
6. Melakukan tes dan pengukuran secara sederhana.
B. Jumlah Jam Pelajaran
: 4 JPL
C. Metode penyajian
1. Ceramah.
2. Diskusi tanya jawab.
3. Penugasan.
4. Praktik
D. Materi
1. Tes dan Evaluasi Latihan
Para ahli kepelatihan berpendapat untuk menjadi pelatih yang baik, lebih
dahulu dia harus menjadi guru yang baik. Dengan kata lain dapat dikatakan:
pelatih itu sama dengan guru ditambah tugas lain atau disebut guru plus (+).
Oleh National Coaching Foundation dalam terbitannya tentang "The Coach at
Work dinyatakan, bahwa pelatih itu tidak sekedar memberi instruksi atau
mengajar atau melatih tetapi mencakup ketiga-tiganya, dan bahkan lebih dari
itu.
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
Butir-butir tes
Pemeriksaan kesehatan
2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
Kecepatan
a.
b.
Lari 30 meter
Lari 40 meter
5.
a.
b.
c.
Vertical-jam
Lompat jauh tanpa awalan
Lompat jauh
6.
Kelincahan
a.
b.
c.
Lari bolak-balik
Lari zig-zag
Tes Boomerana
7.
Fleksibilitas
a.
b.
8.
Koordinasi
a.
b.
c.
9.
Keseimbangan
a.
b.
123
10.
Ketepatan I Akurasi
a.
b.
c.
Memanah
Menembak
Shot bolabasket
Evaluasi
NO
SOAL
1.
2.
3.
4.
124
NO
5.
6.
7.
8.
SOAL
9.
10.
tungkai
dapat
T
v
v
v
v
v
---------------o0o---------------
125