BAB I
PENDAHULUAN
keseluruhannya
merupakan
pijakan
dalam
dapat
mempengaruhi
perkembangan
jati
dirinya,
seperti
cengeng,
jujur,
beradab,
kerja
cerdas
dan
ikhlas,
dsb.
tangggung
jawab
oleh
para
pengelola
melalui
sistem
memiliki mental yang kuat, emosional yang relatif stabil, tekun, ulet,
kerja keras, tidak manja, dsb, Kecenderungan jati diri santri semacam
hal ini, tentu ada hal-hal yang dapat mempengaruhi kepribadiannya
itu. Panca Jiwa pesantren adalah falsafah bagi kehidupan santri yang
penuh dengan nila-nilai kehidupan. Keikhlasan, kemandirian, ukhuwah
islamiyah, kemerdekaan dan kesederhanaan adalah kandungan dari
penca jiawa pesantren itu.
Para santri menyadari bahwa panca-jiwa pesantren itu, bukan
hanya
sekedar
untuk
dihafal,
melainkan
juga
harus
dapat
hal
itu,
penuh
dengan
rasa
percaya
diri
dan
baik
pada
aspek
akal,
emosional,
sosial,
maupun
menelusuri
dan
menelaah
lebih
mendalam
terhadap
pesantren ?
3.
Bagaimana
analisis
pembentukan
jati
diri
santri
jati diri
yang
kuat,
kesederhanaa
dalam
menghindarkan
sikap
berlebihan
BAB II
KERANGKA TEORITIS TENTANG JATI DIRI SANTRI DAN NILAI
PANCA JIWA PESANTREN
seolah-olah
dan
menerima
segala
tanggung
jawab
yang
tindakan-tidakannya.
mengatakan
bahwa
rasa
Beberapa
tanggung
konsultan
jawab
bisnis
mempunyai
penting
tanggung
yang
jawab
dimiliki
yang
semua
mendorong
orang
agar
adalah
untuk
rasa
selalu
akan
memandangnya
tetapi
para
ustad
bahkan
orang
lain
saya
harus.
Ganti
dengan,
Saya
ingin.
Saya
bisa.
menggunakan kata
Jauhilah
dengan
berkata
sulit
untuk
diri,
semangat
dalam
segala
hal,
rasa
yang
punya
kemampuan
dan
bakat
tersendiri.
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap
perempuan, dan kandungan rahim yang kurang Sempurna dan
yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya. (Q.S. Ar-Ra ad, 13 : 8).
Inti ayat diatas adalah di alam semesta ini
memiliki bentuk
hari
kiamat
mengingatkan
setiap
manusia
kepada
mengisahkan
bagaimana wujud manusia pada hari kiamat kelak nanti : Pada suatu
ketika ada seorang pemuda yang bernama Muadz bin Jabal yang
duduk dekat dengan Rasulullah Saw, pemuda itu pun bertanya, apa
yang dimaksud dengan ayat ini : Pada hari ditiupkan sangkakala dan
kalian datang dalam bergolong-golongan? (QS. An-Naba [78] : 18).
Rasulullah Saw menjawab : Hai Muadz, kamu telah bertanya tentang
sesuatu yang berat. Rasulullah menjelaskannya dengan berkata,
Umatku akan terbagi ke dalam sepuluh golongan. Allah swt akan
membagikan
Kaum
muslimin
dan
mengubah
bentuk
mereka.
karena
http://www.pustakanilna.com/seperti-apa-wajah-batin-kita-sebenarnya/
penguasa yang zalim, ada yang buta dan tuli (tidak bisa mendengar
apa-apa) karena orang yang takjub dengan amalannya sendiri
sehingga sombong amalan yang dimiliki, ada yang mengeluarkan
lidahnya karena para ulama dan hakim dengan perbuatannya yang
bertentangan dengan omongannya, ada yang dipotong tangan dan
kakinya karena telah menyakiti tetangganya, mencuri hak orang lain,
ada yang disalibkan ke tonggak dengan api yang sangat panas karena
telah menjelek-jelekkan orang lain, ghibah, membuka aib (rahasia)
orang, orang seperti itu Allah swt akan membuka aibnya pula di
hadapannya, ada yang baunya melebihi bau bangkai karena amalanamalan di dunia hanya untuk mengejar kesenangan tersendiri,
menghambur-hamburkan uang tidak membayaran hak Allah dalam
hartanya, ada yang dicekik oleh pakaiannya sendiri karena sombong
dan takabur selama hidup di dunia. Allah telah menetapkan itu
semua pada setiap manusia pada saat hari dimana hari kematian itu
datang dan telah disesuaikan dengan perbuatannya selama hidup di
dunia. Apa sebenarnya yang membentuk jati diri manusia pada saat
menghadap-Nya? Menurut hadits serta beberapa ayat-ayat Al-Quran
yang menentukan jati diri manusia adalah amal-amal dan perbuatan
manusia. Jati diri mempunyai hubungan kuat pada saat manusia di
hadapan-Nya, lakukanlah amalan-amalan yang shaleh, tanamkan
dalam jiwa sesuatu yang baik wujudnya, sehingga manusia dapat
mempertajamkan jati dirinya
2. Cara Mencari Jati Diri Santri
Para santri mungkin sebagian belum bisa memahami apa itu jati
diri, istilah seperti itu akan selalu mengingatkan kembali pada diri
masing-masing manusia. Ada santri yang berkelakuan baik ada yang
tidak, ada yang suka memberi kepada sesama ada yang hanya untuk
kebutuhannya sendiri, dan masih banyak lagi. Itu merupakan jati diri
yang dimiliki masing-masing. Ada yang berkata
karakter seseorang, ada yang berkata pula jati diri adalah yang
tertanam dalam diri manusia sesungguhnya, ada pula jati diri orang
10
yang sejati, dan adapula jati diri akan manusia ketahui dan temukan
pada waktu akan beranjak dewasa. Maka dari itu pelajari baik tentang
jati diri karena begitu pentingnya bagi diri sendiri.
Bagaimana cara para santri mencari jati diri? Ataukah bagaimana
cara mencari jati diri untuk diri manusia dan diri sendiri? Itulah
pertanyaan yang berada dalam benak manusia masing-masing,
sebagai seorang umat muslim harus memahami akan halnya itu
terutama para santri sendiri yang hidup dalam lingkungan pesantren.
Berikut tips cara mencari jati diri sehingga insya allah para santri
berhasil menemukan jati diri masing-masing.
a. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah lakukanlah
introspeksi diri atau perbaiki diri terlebih dahulu, ingat pada
diri sendiri, pelajari diri sendiri. Para santri bisa mempelajari
diri melalui pemikiran yang baik, tingkah laku yang baik
kepada para guru atau yang berada diatasnya, renungkan
sesuatu
yang
dipikirkan
dan
diperhatikan,
dan
cobalah
bertanya pada orang tua selagi waktu kecil. Orang lain tidak
bisa mengetahui apa bakat dan keinginan yang berada pada
diri sendiri, hanya orang tua yang lebih mengetahui akan
halnya itu karena orang tua (ibu) yang telah melahirkan dan
mengasuh dari kecil hingga beranjak dewasa.
b. Sebagai santri harus menerima apa adanya belajar mandiri,
sederhana , dan ihklas dalam hidup di lingkungan pesantren
karena itulah sifat yang harus tertanam dalam diri setiap
santri. Para santri harus lebih bersabar
motivasi
hidupnya,
biasanya
kritikan
itu
11
dan
bakat
itu
bisa
terjadi
apabila
ada
ajarkan
kepada
orang
lain
yang
ingin
membutuhkannya.
d. Dalam pesantren mempunyai sebuah perpustakaan yang di
dalamnya
terdapat
beberapa
buku
mulai
dari
ilmu
12
bisa
tahu
dan
tidak
ketinggalan
zaman,
dengan
banyaknya
telah
memberikan
nikmat
masing-masing
kepada
setiap
13
menyulitkan
keinginan dalam
dalam
mendapatkannya
dengan
adanya
yang sesungguhnya, adapula jati diri itu akan manusia itu sendiri.
Santri akan menemukan jati diri yang sesungguhnya sama halnya
seperti mencari ilmu di pesantren dengan cara bersungguh-sungguh
serta keinginan yang kuat. Seiring bertambahnya dewasa para santri
di pesantren sebagian sedikit tahu tentang informasi dan sedikit tahu
tentang mengenal jati dirinya. Bagaimana menemukan suatu jati diri?
Seperti pembahasan sebelumnya cara untuk menemukan jati diri
pada awalnya adalah instropeksi diri atau kembali kepada diri sendiri,
perbaiki diri sendiri terlebih dahulu, lakukanlah amalan-amalan yang
baik. Tapi masih ada banyak cara untuk menemukan jati diri. Berikut
beberapa cara menemukan jati diri yang dapat mengarahkan ke diri
sendiri dan menemukan sebuah kedamaian.
a. Hadir
Syukuri hidup pada saat ini, karena manusia hidup pada saat
ini merupakan untuk menentukan masa depannya entahlah
yang
dilakukannya
negative,
orang
sekarang
lain
tidak
hal
yang
positif
mengetahuinya
ataukah
kecuali
diri
Demi
masa
depan
yang
sukses
jangan
14
dengan
makanan-
15
Buatlah
mulai
dari
kesehatan
yang
dimiliki,
maupun
duka
serta
menjadi
penghibur
dan
16
orang-orang
semua
uneg-uneg.
terdekat
di
pesantren.
Memaafkan
membawa
kenyamanan
manfaatkan
dengan
yang
berarti
dan
sebaik-baiknya
waktu
baca
istirahat
buku
yang
17
dalam
dalam
menjalani
aktivitas
belajar
sehingga
di
pesantren
selalu
dan
membuat
menghargai hidup.
h. Buang penilaian
Berhentilah menilai, menyalahkan orang lain dan diri sendiri.
Jangan dengarkan perkataan orang lain yang membuat hidup
menjadi
gundah
dan
menjengkelkan.
Jangan
lontarkan
yang
kurang
hidupnya karena,
baik,
buatlah
kesenangan
dalam
18
apa
yang
dikatakan
orang
yang
sedang
Allah
dan
Rasulnya
yang
pada
dua-duannya
untuk
dilakukan
dan
mempraktekkanya.
cukup
dengan
bertahap-tahap
demi
19
Dalam perkembangan pada zaman modern sekarang orangorang berlomba-lomba untuk mengikuti gaya modis seperti zaman
sekarang ini, seperti mulai dari teknologi handphone yang setiap
tahunnya berganti-ganti, berpakaian, model gaya rambut, dan masih
banyak lagi. Berarti pengaruh budaya barat telah menular dan
tersebar kepada setiap daerah masing-masing termasuk Indonesia ini
yang sangat mudah budaya barat dan tanpa disangka-sangka telah
diikuti oleh masyarakat Indonesia. Negara Indonesia merupakan
Negara dengan jumlah penduduk muslimnya terbanyak di dunia
hampir 80 % di huni oleh penduduk muslim dan agama islam. Dengan
agama islam terbanyak di dunia, Indonesia memiliki lembaga
kepesantrenan yang sangat banyak dan tersebar luas di wilayah
Indonesia, dan para santri didalamnya di tuntut untuk mencari ilmu
sebanyak-banyaknya dan dilandasi dengan agama, terutama agama
islam yang sekarang dianutnya. Lembaga kepesantrenan di Indonesia
memiliki peraturan tersendiri oleh setiap masing-masing pesantren,
para santri tidak boleh melanggar peraturan yang telah di tetapkan
dalam pesantren. Melihat semakin berkembangnya budaya barat dan
tersebar luas di dunia termasuk di Indonesia,
dan
tidak bisa di
20
Jati diri ialah karakter individu yang dimiliki oleh setiap manusia
dalam
kehidupannya,
dan
memiliki
sifat-sifat
keutuhan
dan
http://www.kpkk.gov.my/index.php?
option=com_content&view=article&id=498&Itemid=157&lang=bm
21
yang
belum
teraktualisasi
secara
maksimal.
Potensi
menyeluruh
semua
kemampuan,
22
Selain potensi diri, hal lain yang turut menggambarkan jati diri
kita adalah citra diri. Konsep diri atau citra diri merupakan cara
seseorang memandang diri dan situasi di sekeliling kita. Konsep diri
atau citra diri meliputi: (1) Siapa saya menurut pikiran saya; (2)
Dalam posisi mana saya berada dan apa yang boleh dan tidak boleh
saya lakukan. Sementara ahli lain menyatakan bahwa citra diri
memiliku ruang-lingkup sebagai berikut;
a.Konsep Diri : sifatnya tetap dan mendasar.
b. Kepribadian : sifatnya tetap dan multidimensional
c.Nilai-nilai/values
standar
norma
sebagai
pancaran
dari
kepribadian
d. Sikap-sikap (attitudes) : kecenderungan / kesiapan seseorang
terhadap rangsangan dari luar dirinya
e.Gaya atau Style : cara terpadu dan tetap dalam menghadapi
situasi tertentu
f. Perilaku /behaviour : Tindakan seseorang yang dapat diamati
terukur dan mencerminkan gaya seseorang.
Berkaitan dengan citra diri seseorang, La Rose memandang citra
diri menjadi tiga golongan yaitu :
a. Golongan yang menyerah total. Golongan ini memiliki suatu
keyakinan bahwa mereka memang ditakdirkan untuk selalu
23
program
pengembangan
diri,
John
Robert
Power
memiliki
citra
diri
yang
negatif
(negative
self-image).
Menurut beberapa sumber, citra diri yang positif antara lain sebagai
berikut:
24
a.Mampu
menerima
perubahan
dan
beradaptasi
serta
memahami
perilaku
orang
lain.
25
diperkenalkan
ke
khalayak
umum
yang
kemudian
( perihal menghablur 7)
para santri.
Isi Panca jiwa ialah keikhlasan, kesederhanaan, kesanggupan
menolong diri sendiri, ukhuwah islamiyah yang demokratis antara
para santri, dan kebebasan. Karenanya, pondok yang kehilangan
jiwanya tidak disebut pondok pesantren. K.H. Imam Zarkasyi (w.
1985), salah seorang pendiri Pondok Modern, berpandangan bahwa
7 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Reality Publisher,
2006, hal. 227.
26
hal paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya sematamata, melainkan juga jiwa (ruh)nya. Sebab, jiwa itulah yang akan
memelihara kelangsungan hidup di pesantren dan menentukan logika
hidupnya. Panca jiwa dalam pandangannya merupakan kristalisasi 8
nilai-nilai yang harus dijadikan pegangan para santri. Karenanya,
pondok yang kehilangan jiwanya tidak disebut pondok pesantren. .9
2. Isi Nilai-nilai Panca Jiwa Pesantren
a. Keikhlasan
Keikhlasan, menurut para pendiri Pondok Modern Gontor, artinya
sepi ing pamrih yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh
keinginan
memperoleh
keuntungan
tertentu.
Segala
pekerjaan
27
Kyai
sebagaimana
tertuang
dalam
seluruh
gerak
28
memikirkan,
merencanakan
dan
memiliki
program
jauh
29
akan
terpancar
jiwa
besar,
berani
maju
terus
dalam
membedakan
suatu
kebutuhan
berdasarkan
perhitungan
20
tidak
begitu
saja
langsung
menjiawi
suasana
30
Meskipun
begitu,
kesederhanaan
menjadi
penuntun
31
kemandirian
sebagai
salah
satu
nilai
yang
mesti
32
33
bersama
dengan
jalinan
persamaan
senasib
dan
Sahal
berwasiat
kepada
siswa
kelas
yang
telah
dengan
asumsi-asumsinya
tersebut
34
seperti
itu,
ukhuwah
diniyah
diharapkan
dapat
dengan
teman
sedaerahnya.
Sehingga
mereka
35
36
sebagai
pikiran
logika
para
santrinya.
Dalam
proses
pendidikan itu
37
memiliki
peranan
yang
penting
bagi
santri
dalam
38
daripada
kemasyarakatan,
pengajarannya
hidup
sederhana,
dengan
tidak
tujuannya
berpartai
dan
adalah
tujuan
2.
Panca-jiwa
pesantren
kesederhanaan,
yang
kemandirian,
terdiri
ukhuwah
atas
keikhlasan,
islamiyah,
dan
45 K.H. Abullah Syukri Zarkasyi, Sambutan Pimpinan Pondok Modern dalam Acara
Puncak Kesyukuran Delapan Windu, hal 91-98.
39
D. Kerangka Pemikiran
Uraian teoritis di atas tentang jati diri santri, nilai panca-jiwa
pesantren dan hubungan antara keduanya, agar dapat lebih jelas
dapat dilihat pada kerangka berpikir di bawah ini:
1.Keikhlasan
1.Kemantapan diri
2.
Kesederhanaan
2. Mengambil
inisiatif
3. Kemandirian
3. Progresif dan
ulet
4. Ukhuwah
Islamiyah
Hasil analisis:
1. pembentukan aqidah yang
kuat bagi jati diri santri
2. Kesederhanaa dalam
menghindarkan sikap
berlebihan dalam jati diri
santri
3. Membentuk Karakter Jati Diri
Santri yang Terpuji
4. Membentuk Jati Diri Santri
untuk
Memperkokoh
Persatuan Umat
40
BAB III
ANALISIS NILAI-NILAI PANCA JIWA PESANTREN TERHADAP
PEMBENTUKAN JATI DIRI SANTRI
41
lainnya.
Hal
ini
menunjukkan
berapa
pentingnya
keikhlasan
tersebut.46 Hal ini diperkuat oleh perintah Allah SWT dalam Surat AlBayyinah ayat 5 sebagai berikut :
46 Fathia Akhyar, dkk., Mencari Berkah dari Tawaduk, Tawakal, dan Ikhlas,
Bekasi, Al-Magfiroh, Tt, hal. 127.
47 Ibid, hal. 129.
48 Ibid, hal. 152.
42
43
Rasulullah bersabda, Sekiranya aku punya emas sebesar gunung Uhud ini, niscaya aku
tidak akan senang jika sampai berlalu lebih dari tiga hari, meski padaku hanya ada
sedikit emas, kecuali akan aku pakai untuk membayar hutang yang menjadi
tanggunganku (HR Al-Bukhari dan Muslim). Kesederhanaan hidup yang dicontohkan
Rasulullah. Beliau adalah tipe manusia yang paling sederhana di alam ini. Tidak gemar
menumpuk harta, kecuali hanya untuk modal hidup. Dapat dipahami jika saat wafat,
baju besi beliau digadaikan kepada seorang Yahudi untuk ditukar dengan gandum
sebagai warisan bagi keluarga Beliau. Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang
menggenggam kekuasaan dan pengaruh besar, tentu Rasulullah mampu hidup
bergelimang harta. Tetapi beliau lebih memilih hidup secara sederhana. Posisi
terpandang dan disegani seluruh masyarakat Arab tidak lantas beliau manfaatkan
sebagai batu loncatan untuk mengeruk kekayaan bagi diri dan sanak famili. Itulah yang
membedakan Rasulullah dengan pemimpin kebanyakan. Beliau menjadi besar karena
membesarkan umat. Bukan memperalat umat demi membesarkan nama pribadi. Gelar
Al-Amin sudah melekat pada nama beliau sedari muda. Gelar mulia itu diakui oleh
kawan-kawan, masyarakat setempat, istrinya serta amak-anaknya dan sekaligus lawan.
Kesederhanaan juga diajarkan Rasulullah dalam urusan ibadah. Ketika beliau masuk
masjid dan mendapati seutas tali memanjang antara dua tiang, beliau bertanya, Tali
apakah ini? Setelah dijawab bahwa tali itu milik Zainab yang digunakan untuk
bertopang ketika ia lelah melakukan shalat, Rasulullah lantas bersabda, Lepaskan saja.
Hendaklah seseorang melakukan shalat ketika sedang bersemangat. Jika sudah letih,
hendaklah
ia
tidur
(HR
Al-Bukhari
dan
Muslim).
Demikian pula ketika beliau menasihati Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang menyatakan
hendak menghabiskan siang untuk berpuasa dan malam untuk shalat sunnah, sepanjang
hidup.
Jangan begitu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena
sungguh untuk tubuhmu ada hak atas dirimu, kedua matamu ada hak atas dirimu,
isterimu ada hak atas dirimu, untuk tamumu juga ada hak atas dirimu. Ketika
Abdullah bin Amr bin Al-Ash bersikeras ingin memperbanyak puasa sunnah,
beliau bersabda, Kalau begitu berpuasalah seperti Nabi Dawud--berpuasa sehari,
berbuka sehari--dan jangan engkau tambah lagi dari itu (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
44
Betapa indah menjalani hidup demikian. Kita bisa bekerja tanpa harus silau
terhadap harta. Selalu ada jeda untuk melangitkan setiap urusan dunia melalui rangkaian
ibadah. Kita juga tidak lari dari realita dunia dengan dalih ibadah. Seperti Rasulullah,
beliau ahli ibadah, tetapi masih memiliki kesempatan untuk menikmati makanan,
minuman, pakaian, dan hiburan. Beliau bahkan tidur dan beristirahat, menikah dan
bercengkerama dengan keluarga.
Kesederhanaan adalah bukan kemelaratan, melainkan faktor
pengendalian
terhadap
hal-hal
yang
berlebihan.
Sering
muncul
45
lakukan dilatarbelakangi oleh hasrat maka kita tidak akan punya waktu untuk
memikirkan konsekuensi negatif dari tindakan kita terhadap orang lain.
Kesederhanaan pada dasarnya lebih merupakan sebuah cara hidup yang
semestinya memayungi segala aspek kehidupan manusia, kesederhanaan mesti
ditransformasikan dalam bentuk karakter baik pada skala mikro (keluarga) terlebih
dalam skala makro (negara), dalam lingkup keluarga maka model transformasi
kesederhanaan adalah dengan munculnya teladan kesederhanaan dari orang tua terhadap
anak, selain teladan maka perlu pula menanamkan nilai kesederhanaan terhadap anak,
harapannya agar kelak anak tersebut mampu tumbuh besar dalam nuansa
kesederhanaan, benar bahwa lingkungan eksternal tetap membawa pengaruh dalam
proses kehidupannya menuju kedewasaan akan tetapi penanaman nilai kesederhanaan
sejak dini akan menjadi tameng dari pengaruh hidup yang serba berlebihan, sedangkan
dalam skala negara maka pola hidup sederhana seharusnya dicontohkan oleh para
pemimpin negeri, pemimpin merupakan cerminan bagi rakyat,setiap prilakunya selalu
terbuka untuk dicontoh oleh rakyat (jika rakyat masih percaya kepadanya), akan sia
sia seorang pemimpin selalu menghimbau rakyatnya agar hidup sederhana sementara ia
sendiri jauh dari prilaku tersebut, justru ia hanya akan menjadi bahan olok olokan.
Hidup sederhana bukan berarti harus hidup miskin sebab substansi kesederhanaan
adalah pola hidup yang tidak berlebih lebihan serta menyisakan ruang bagi orang lain
dalam kehidupannya, jadi tidak perlu takut untuk menjadi pribadi sederhana.
Kesederhanaan dapat menghindari jati diri santri terhadap hal-hal yang berlebihan
(israf). Israf adalah melampaui batas keseimbangan baik dalam hal makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal atau yang lainnya yang termasuk pada kesenangan naluriah
manusia yang tersembunyi di dalam hatinya. Israf merupakan sikap jiwa yang
memperturutkan keinginan yang melebihi semestinya.53
Israf merupakan perbuatan yang menyia-nyiakan sesuatu dan tanpa guna dan
manfaatnya, melebihi batas di setiap perbuatan, misalnya: menyia-nyiakan harta, ini
dilarang dalam agama dan merupakan penyakit hati, mengeluarkan harta tanpa faedah,
53 Sapinah Kurnia Asih, Aqidah Akhlak, Depok, CV Arya Duta, 2010, hal.
178.
46
seperti makan minum yang berlebihan, berpakaian yang terlalu menyolok serta
keterlaluan, dan lain sebagainya. Allah SWT. berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang
Telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(Q.S. Al Maidah, 5 : 87).
Sikap berlebihan (israf) di dalam Al-Quran menggunakan istilah yang berbeda
meskipun pengertiannya adalan sama, seperti tabdzir (pemborosan) tawasut (sikap
moderasi/pertengahan), tawazun (sikap keseimbangan),
iktishad (efesiensi/hemat).
47
Pakaian memang berfungsi sebagai penutup aurat, pelindung tubuh dan pakaian
juga berperan untuk menunjukan jati diri seseorang. Dalam hal berpakaian,
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk bersikap sederhana. Adapun memakai
pakaian yang terlalu mewah dan berlebih-lebihan adalah perilaku israf, oleh
karena itu, kita harus senantiasa menjauhi akhlak buruk tersebut.
Dampak negatif dari sikap berlebihan adalah bisa menimbulkan penyakit tubuh,
stress menghadapi ujian, egoisme, cenderung jatuh kepada yang haram, menjadi saudara
setan, dan terhalang untuk memperoleh cinta Allah. Oleh karena itu, perlu usaha-usaha
untuk menghindarinya sebagai berikut:
1. senantiasa memikirkan dan merenungkan akibat dair bahaya israf.
2. mengendalikan hawa nafsu.
3. Senantiasa memerhatikan sunah dan perjalanan hidup Rasulullah SAW.
4. Selalu memerhatikan orang-orang salaf.
5. Tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang israf.
6. Memiliki keinginan yang kuat.
7. Selalu memikirkan dan merenungkan realita kehidupan manusia.
8. Selalu mengingat dan memikirkan kematian.
9. Selalu ingat karakter jalan hidup yang penuh beban dan penderitaan.54
C. Membentuk Karakter Jati Diri Santri yang Terpuji
Nilai panca-jiwa pesantren yang ketiga adalah kemandirian.
Kemandirian merupakan suatu sikap, dan sikap merupakan suatu yang dipelajari, sikap
yang dalam bahasa Inggris disebut Attitude ini oleh Dr. Gerungan diyatakan sebagai
berikut: Sebagai sikap dan kesedian bereaksi terhadap suatu hal. Artinya bahwa kita
tidak dilahirkan dengan dilengkapi sikap-sikap, tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersamasama dengan pengalaman yang kita peroleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian
itu tidaklah terjadi dengan begitu saja, namun sikap ini tertanam pada seorang anak
secara bertahap seirama dengan perkembangan dan lingkungannya.
55
Sedangkan
pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan gambaran saja,
pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi
dengan objek tertentu. Charles schaeffer mengistilahkan sikap mandiri dengan berdiri
diatas kaki sendiri atau otonom, yang didefinisikan sebagai:
48
kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong
kepada orang lain, juga mengukur kemampuan untuk mengarahkan kelakuannya tanpa
tunduk pada orang lain,biasanya anak yang dapat berdiri sendiri lebih mampu memikul
tanggung jawab dan pada umumnya mempuyai emosi yang stabil.57
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar pada hakekatnya
adalah kecenderungan anak untuk melaksanakan kegiatan belajar bebas dari
pengendalian pihak luar, dengan kesadaran bahwa belajar adalah tugas dan tanggung
jawabnya. Kemandirian memiliki aspek-aspek yang dapat membentuk kepribadian
santri Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri
dari beberapa aspek ,yaitu:
57 Zakiyah Darajat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak. Bulan Bintang, Jakarta 1982,
halaman 130.
58 http://gocenkhikey.blogspot.com/
49
1. Memiliki kemantapan diri. Aspek ini menyangkut rasa percaya diri terhadap
kemampuan dirinya sendiri, menerima diri apa adanya, dan puas dengan usaha
yang ia lakukan sendiri.
2. Mengambil inisiatif. Aspek ini melahirkan seseorang untuk menimbulkan cara
berfikir dan bertindak secara kreatif sehingga bisa menimbulkan inovasiinovasi baru.
3. Progresif dan ulet. Aspek menunjukan seseorang untuk mengejar prestasi
50
menghargai antar sesama. Toleransi tidak memandang suku bangsa dan ras.
Semua manusia pada dasarnya adalah sama dihadapan Allah SWT. Isyarat hal
ini dapat kita temukan pada firman Allah sebagai berikut:
51
:
( )
Dari Anas r.a. dari Nabi SAW. beliau bersabda, tidaklah beriman
seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri. (Mutafaq Alaih).
E. Membentuk Jati Diri Santri yang Berpengetahuan Luas
Nilai panca-jiwa pesantren yang kelima adalah kemerdekaan. Artinya
kebebasan dalam berpikir dan berbuat, bebas menentukan dan memilih jalan
hidupnya dimasyarakat kelak dengan berjiwa besar dan optimis dalam
menghadapi kesulitan hidup. Kebebasan ini bukanlah kebebasan tanpa nilai
yang berbuat sekehendak nafsunya, melainkan kebebasan yang dikembalikan
pada aslinya yaitu kebebasan yang memiliki disiplin positif dengan penuh
tanggungjawab baik pada Allah maupun kepada sesama manusia.
Pengetahuan luas memiliki nilai penting bagi jati diri santri. Sebab hal ini
merupakan bekal bagi para santri dikemudian hari agar tidak berpikir absolute,
sehingga bersikap kaku dan picik dalam menghadapi persoalan perbedaanperbedaan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Imam Zarkasyi sebagai berikut.
Demikian pula dalam masalah khilafiah, bahwa perpecahan di kalangan
umat berpangkal pada masalah yang disebabkan umat tidak mengenal
dan tidak mengerti suatu pandangan yang berbeda dengan
pandangannya, sehingga merasa heran dan memusuhi sesuatu yang
tidak semestinya dimusuhi (al nas adau ma jahilu orang cenderung
memusuhi apa yang tidak ia ketahui). Untuk menghindari semua itu
diperlukan pengetahuan yang luas.60
Selain membentuk jati diri santri yang berpengetahuan luas, nilai
kemerdekaan
juga
membentuk
berpikir
yang
bebas.
Berpikir
bebas
mengandung arti bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh didasarkan atas hawa
60 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo, hal. 119.
52
nafsu melainkan berpikiran yang objektif atau jujur. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Imam Zarkasyi bahwa kebebasan berpikir sesungguhnya ialah
terbentuknya mujaddid atau mujtahid yang tidak terbelenggu oleh taqlid. Oleh
sebab itu moto berpikir bebas ini diletakkan setelah berpengetahuan luas yang
merupakan syarat mutlak yang dimiliki oleh mujaddid dan mujtahid.61
Berpengetahuan luas akan memiliki pengaruh terhadap pembentukan jati diri
santri sebagai berikut:
1. Menghindarkan fanatisme terhadap suatu pendapat atau pemikiran.
2. Menghilangkan sikap dengki pada orang lain yang berbeda pendapat
dengannya.
3. Menghilangkan tamak kepada kepentingan tertentu tanpa melihat yang
lainnya.
4. Menghindarkan diri dari mengikuti kecenderungan hawa nafsu.
5. Menghindarkan diri dari sikap mementingkan diri sendiri.62
Berpengetahuan luas dan kebebasan berpikir jati diri santri, melahirkan
semangat kepribadian santri untuk senantiasa menuntut ilmu pengetahuan,
sebagai pengamalan dari Hadits Nabi SAW. yaitu
Allah akan memberikan wajah yang berseri-seri pada seseorang
yang
mendengar
ucapanku lalu
disimpannya,
kemudian
disampaikannya sebagaimana yang didengarnya. Banyak juga
orang yang menyampaikan itu lebh pandai menghafal daripada
yang mendengarnya. Hadits Sahih diriwayatkan oleh Tirmizi.
Seseorang Mumin itu sama sekali tidak puas dengan kebaikan yang
didengarnya, sehingga penghabisannya nanti ialah masuk surga .
Hadits Hasan diriwayatkan oleh Tirmizi.63
61 Ibid, hal. 120.
62 Syaikh Thanthawi, Debat Islam Versus Kafir, Jakarta, Daar An-Nahdhah
Misr, 1997, hal. 23.
63 Sayid Sabiq, Unsur-unsur Kekuatan dalam Islam, Surabaya, Toko Kitab
Ahmad Nabhan, 1981, hal. 97.
53
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pembentukan jati diri santri yang
berasaskan pada nilai panca jiwa pesantren dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai keikhlasan dapat membentuk jati diri santri yang kokoh
aqidahnya.
2. Nilai kesederhanaan dapat membentuk jati diri santri yang terhindar
dari sifat yang berlebihan (israf).
3. Nilai kemandirian dapat membentuk jati diri santri yang terpuji.
4. Nilai ukhuwah islamiyah dapat membentuk jati diri santri yang
memperkokoh persatuan umat.
5. Nilai kemerdekaan dapat membentuk
jati
diri
santri
yang
berpengetahuan luas.
B. Saran-saran
Berdasarkan pada simpulan di atas, maka hasil penulisan ini dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Hendaknya pada setiap diri santri untuk senantiasa memahami,
mengkaji, mengamalkan, dan mengembangkan nilai-nilai panca-jiwa
pesantren sebagai asas dalam falsafah kehidupannya.
2. Bagi para ustad hendaknya senantiasa memberikan contoh atau
keteladanan dalam menerapkan pembentukan jati diri santri yang
berasaskan nilai panca-jiwa pesantren.
3. Bagi pondok pesantren hendaknya membuat suatu kebijakan yang dapat
mengembangkan nilai-nilai panca-jiwa pesantren dalam pembentukan
jati diri santri.
4. Bagi akademik hendaknya para santri senantiasa diarahkan dalam
melaksanakan
tugas
akhirnya,
senantiasa
mengacu
pada