Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Panca Jiwa Pesantren yang terdiri atas lima aspek, yaitu
keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah islamiah, dan
kemerdekaan,

keseluruhannya

merupakan

pijakan

dalam

mengembangkan nilai-nilai kelembagaan pondok pesantren. Ia adalah


falsafah bagi kehidupan dan peri laku santri yang menjadi landasan
dalam pengembangan jati diri santri, agar memiliki kepribadian
paripurna (insan kamil).
Jati diri santri adalah kepribadian yang terus berkembangan dan
perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik dari
dalam maupun dari luarnya. Faktor dari dalam adalah semua potensi
yang berada dalam dirinya, seperti, kemampun, bakat, dan minatnya,
sedangkan faktor dari luar, semua hal yang berada dari luar dirinya
yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan

jati

dirinya,

seperti

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat


serta pergaulannya.
Lingkungan pesantren merupakan lingkungan pendidikan yang
dapat memperngaruhi perkembangan jati diri santri, baik pada aspek
intelektual, emosional, sosial, inisiatif dan kemantapan dirinya. Para
santri yang hidup dan bergaul di lingkungan pondok pesantren
menunjukkan fenomena yang mandiri, kreatif, mental yang kuat dan
tidak

cengeng,

jujur,

beradab,

kerja

cerdas

dan

ikhlas,

dsb.

Kecenderungan terhadap keseluruhan fenomena ini, tentunya bukan


hasil kebetulan dan berkembang

secara alami, melainkan suatu

proses yang direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan


penuh

tangggung

jawab

oleh

para

pengelola

melalui

sistem

pendidikan pondok pesantren.


Kehidupan para santri di pondok pesantren mempunyai ciri khas
tersendiri dalam cara berpikir dan tindakannya. Mereka cenderung

memiliki mental yang kuat, emosional yang relatif stabil, tekun, ulet,
kerja keras, tidak manja, dsb, Kecenderungan jati diri santri semacam
hal ini, tentu ada hal-hal yang dapat mempengaruhi kepribadiannya
itu. Panca Jiwa pesantren adalah falsafah bagi kehidupan santri yang
penuh dengan nila-nilai kehidupan. Keikhlasan, kemandirian, ukhuwah
islamiyah, kemerdekaan dan kesederhanaan adalah kandungan dari
penca jiawa pesantren itu.
Para santri menyadari bahwa panca-jiwa pesantren itu, bukan
hanya

sekedar

untuk

dihafal,

melainkan

juga

harus

dapat

diperaktekkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga benar-benar


terwujud dalam kehidupan dunia

nyata, bukan dunia maya atau

bayangan. Pengamalan panca-jiwa pesantren merupakan bagian dari


amal ibadah para santri kepada Allah SWT. Oleh karenanya, mereka
melaksanakan

hal

itu,

penuh

dengan

rasa

percaya

diri

dan

bertangggung-jawab dalam rangka pengabdiannya pada Allah. Maka


tidak heran, jika terlihat jati diri santri yang kerja ikhlas, sederhana,
mandiri, menjaga ukhuwah, dan menjunjung tinggi adab-adab, baik
pada sesama manusia maupun Rabb-nya. Isyarat hal ini, melahirkan
hasrat ingin tahu untuk lebih mendalami tentang jati diri santri dan
falsafah kehidupannya, yaitu Panca Jiwa Pesantren.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pada satu pihak jati diri santri
adalah individu yang mengalami proses perkembangan secara terusmenerus,

baik

pada

aspek

akal,

emosional,

spiritualnya, sedangkan pada sisi lain, jati diri

sosial,

maupun

santri hidup dalam

lingkungan pondok pesantren yang memiliki seperangkat nilai dan


falsafah kehidupannya, yaitu panca jiwa pesantren. Oleh karena itu,
untuk

menelusuri

dan

menelaah

lebih

mendalam

terhadap

permasahan itu, penulis menyikapinya dalam sebuah judul karya tulis


ilmiah, Pembentukan Jati Diri Santri Berasaskan

Nilai Panca Jiwa

Pesantren,yaitu Studi Analisis tentang Penanaman Nilai-nilai Panca


Jiwa Pesantren Terhadap Jati Diri Santri.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka


rumusan masalah
dalam karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :
1.
2.

Apa yang dimaksud dengan jati diri santri ?


Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa

pesantren ?
3.
Bagaimana

analisis

pembentukan

jati

diri

santri

berasaskan nilai panca jiwa pesantren?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
1.
2.

Untuk mengetahui jati diri santri


Untuk
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam

panca jiwa pesantren


3.
Untuk lebih mengetahui analisis pembentukan jati diri
santri berasaskan nilai panca jiwa pesantren.
D. Kegunaan Penulisan
Karya tulis ilmiah ini memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penulisan karya ilmiah ini memberikan wawasan
pengetahuan khususnya dalam hal panca jiwa pesantren.
2. Bagi para ustad sebagai masukan dalam mendidik para
santrinya
3. Bagi pondok pesantren sebagai masukan dalam memberikan
kebijakan yang dilakukan oleh pondok
4. Bagi akademik, penulisan ini dalam rangka memenuhi salah
satu tugas kelas akhir pada Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum Lido.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :
Bab satu adalah pendahuluan yang berisikan uraian tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kegunaan
punulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua adalah kerangka teoritis yang berisikan uraian tentang
jati diri santri, nilai jiwa pesantren dan hubungan antara

jati diri

santri dengan panca jiwa pesantren serta kerangka pemikiran.


Bab tiga adalah analisis pembentukan jati diri santri berasaskan
nilai panca jiwa pesantren yang menjelaskan tentang pembentukan
aqidah

yang

kuat,

kesederhanaa

dalam

menghindarkan

sikap

berlebihan

membentuk karakter jati diri Santri yang terpuji,

memperkokoh persatuan umat, dan membentuk jati diri santri yang


berpengetahuan luas.
Bab IV adalah penutup yang berisikan simpulan dan saran-saran.

BAB II
KERANGKA TEORITIS TENTANG JATI DIRI SANTRI DAN NILAI
PANCA JIWA PESANTREN

A. Jati Diri Santri


1. Definisi Jati Diri Santri
Para santri harus faham betul tentang jati dirinya karena itu
merupakan kemampuan dan kelebihan yang sangat penting bagi
dirinya. Apabila para santri mengabaikan jati dirinya itu adalah salah
besar, kenapa? Karena jati diri sesuatu yang barmakna dan harus
difahami, bagaimana jadinya para santri tidak memiliki jati diri, hidup
para santri akan tanpa arah, tanpa makna dan tanpa arti, seperti
manusia yang hanya berlalu hidup tanpa makna, para santri tidak
boleh mengabaikan akan halnya ini kecuali hidup yang berlalu tanpa
makna. Pada dasarnya para santri harus memiliki prinsip-prinsip
tersendiri jangan hanya mengandalkan orang lain. Beberapa tahapanahapa yang bisa membantu mengembangkan percaya diri :
a. Mulai dengan prinsip
Penting bagi para santri melakukan dengan prinsipnya, untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan mulai dengan tingkah
laku yang seakan-akan para santri sudah memilikinya. Para

santri akan lebih berani apabila mempunyai keberanian yang


besar. Mulai tanamkan

pada diri setiap santri

seolah-olah

menjadi orang yang luar biasa pada diri sendiri.


b. Terima tanggung jawab
Ada satu unsur yang sangat penting bagi para santri untuk
mengembangkan rasa percaya diri adalah rasa tanggung
jawab

dan

menerima

segala

tanggung

jawab

yang

diamanahkan dan diberikan kepadanya untuk hidup para santri


dan

tindakan-tidakannya.

mengatakan

bahwa

rasa

Beberapa
tanggung

konsultan
jawab

bisnis

mempunyai

hubungan erat dengan rasa percaya diri. Karena sifat yang


paling

penting

tanggung

yang

jawab

dimiliki

yang

semua

mendorong

orang
agar

adalah
untuk

rasa
selalu

mengetahui yang berada pada dalam dirinya.


c. Sifat-sifat dan karakter
Setiap manusia pasti memiliki sifat-sifat dan karakter-karakter
sendiri-sendiri, walaupun manusia itu bisa saja memiliki
kemiripan akan tetapi jarang bahkan tidak pernah terjadi akan
halnya sama dalam hal ini, kecuali sifat-sifat dan karakterkarakter yang dimiliki anak yang pada dasarnya dimiliki pada
orang tuanya. Santri yang cerdas dan santri yang tidak cerdas,
santri yang pintar dan santri yang tidak pintar bukan menjadi
masalah,

akan

memandangnya

tetapi

para

ustad

bahkan

orang

lain

dengan sifat-fifat dan karakter-karakter yang

baik yang dimilikinya, karena belum tentu dari segi kelebihan


ilmu akhlak yang lebih perlu diperhatikan, pada akhirnya para
santri sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang
baik.
d. Jangan ada kata-kata yang melemahkan diri
Lepaskan semua kata-kata yang dapat melemahkan dalam diri
terutama para santri karena hal itu dapat meruntuhkan tingkat
rasa kepercayaan diri, dengan ungkapan-ungkapan tersebut.
Pakar psikolog Robert Anthony, PhD., cara menghilangkan

kata-kata yang dapat melemahkan dalam diri adalah dari pada


berkata

saya

harus.

Ganti

dengan,

Saya

ingin.

Hilangkan kata-kata yang kurang termotivasi, seperti kata


yang lainnya Saya tidak bisa tanamkan dalam diri dengan
berkata

Saya

bisa.

menggunakan kata

Jauhilah

dengan

berkata

sulit

manantang dari pada berkata Pada

akhirnya saya harus, lebih baik dengan berkata Sekarang


saya akan. 1
e. Terima tantangan
Untuk para santri jangan mudah menyerah pada rasa takut
dalam diri, lakukan dan cobalah serta ambil resiko yang masuk
akal. Hadapi tantangan yang sudah menunggu di depan
meskipun itu menakutkan dan usahakan untuk tidak meminta
banyak bantuan pada orang lain, karena hal ini tingkat rasa
percaya diri akan timbul dan bangkit pada diri sendiri.
f. Ikuti hal-hal yang positif
Situasi seperti ini sangat berpengaruh sekali bagi setiap
manusia terutama bagi santri dalam setiap kehidupan sehariharinya. Rasa kepercayaan diri mudah menular maksudnya
mudah meresap dalam diri, hal-hal yang positif akan mudah
sekali melekat pada diri jika bergaul dan bermain dengan
orang-orang yang cenderung yang positif, menjadi bahan
motivasi

untuk

diri,

semangat

dalam

segala

hal,

rasa

kepercayaan diri timbul, dan katakan pada diri bahwa tidak


ada yang tidak mungkin selama itu masih bisa dilakukan dan
dikerjakan. Hal positif selalu diiringi dengan sifat yang negatif
atau sebaliknya sifat yang negatif selalu diringi dengan sifat
positif .
g. Kemampuan.
Hiduplah untuk saat ini dengan dilandasi kemampuan yang
dimiliki sendiri itu merupakan ciri khas seseorang yang
1
http://miripan.blogspot.com/2012/01/mengupas-jati-diri-7-langkahyang-bisa.html#ixzz2adOX94yk

dimilikinya , kemampuan haruslah terus diuji dan digali


dengan sebaik-baiknya, dengan cara mengembangkan bakat
dan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam hal seperti itu harus menyadari

bahwa dalam setiap

manusia mempunyai kelebihan masing-masing terutama para


santri

yang

punya

kemampuan

dan

bakat

tersendiri.

Normalnya kemampuan akan selalu kurang bagi semuanya,


karena selalu ada persaingan yang semakin ketat dalam
kehidupan. Kemampuan harus dibarengi dengan kesungguhan
dan keinginan tanpa itu tidak dengan hasil yang maksimal.
Dan kurang rasa kepercayaan diri, sebagaimana Allah SWT
berfirman :


Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap
perempuan, dan kandungan rahim yang kurang Sempurna dan
yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya. (Q.S. Ar-Ra ad, 13 : 8).
Inti ayat diatas adalah di alam semesta ini

memiliki bentuk

dengan tersendiri anugrah-Nya dan kenikmatan-Nya serta masih


banyak lagi apa-apa yang telah diberikan di alam semesta ini Jati diri
merupakan wajah batiniah setiap manusia, Seperti apa jati diri (wajah
batiniah manusia) di hari kiamat kelak? Mendengar pasti akan
datangnya

hari

kiamat

mengingatkan

setiap

manusia

kepada

kematian yang akan menimpanya setiap makhluk hidup yang


mempunya roh pasti akan kembali kepadanya. manusia tidak bisa
mengetahui secara langsung dan kasat mata kapan terjadinya
kematian itu datang dan di hadapan-Nya pula manusia akan
dikumpulkan dalam berbagai golongan sesuai amalan-amalannya
yang telah diperbuat di dunia hanya Allah swt yang mengatur itu
semua

ataukah seperti binatang serigala, monyet, babi dan lain

sebagainya. Pada saat manusia menghembuskan nafas terakhir


bahwa disitulah manusia bisa merasakannya dan memandang diri
setiap manusia di akhirat nanti. Allah swt telah berfirman : Maka
kami singkapkan tirai yang menutup matamu dan tiba-tiba matamu
hari ini menjadi amat tajam. (QS. Qaf [55] : 22).
Di dalam sebuah hadits Rasulullah yang

mengisahkan

bagaimana wujud manusia pada hari kiamat kelak nanti : Pada suatu
ketika ada seorang pemuda yang bernama Muadz bin Jabal yang
duduk dekat dengan Rasulullah Saw, pemuda itu pun bertanya, apa
yang dimaksud dengan ayat ini : Pada hari ditiupkan sangkakala dan
kalian datang dalam bergolong-golongan? (QS. An-Naba [78] : 18).
Rasulullah Saw menjawab : Hai Muadz, kamu telah bertanya tentang
sesuatu yang berat. Rasulullah menjelaskannya dengan berkata,
Umatku akan terbagi ke dalam sepuluh golongan. Allah swt akan
membagikan

Kaum

muslimin

dan

mengubah

bentuk

mereka.

Sebagian ada yang berbentuk binatang seperti monyet, sebagian lagi


ada yang bebentuk babi, sebagian lagi ada yang berjalan terbalik
seraya dengan kaki di atas dan muka di bawah lalu diseret-seret,
sebagian lagi ada yang mengeluarkan lidahnya yang mengeluarkan
cairan yang sangat menjijikan, sebagian lagi ada yang dengan kaki
dan tangan terpotong, sebagian lagi ada yang digantung dan
disalibkan pada tonggak-tonggoak api yang sangat panas, sebagian
lagi ada punya bau yang menyengat lebih dari bangkai, sebagian lagi
ada yang memakai jubah yang sangat ketat yang menggerogoti
tubuhnya dan masih banyak lagi.2
Setiap manusia akan merasakannya pada hari kematiaanya di
alam akhirat nanti. Adapun orang yang berbentuk monyet karena
telah menyebarkan fitnah yang memecah belah masyarakat , adapula
yang berbentuk babi karena telah memakan harta orang lain,
mengambil hak orang yang bukan miliknya (korupsi), ada yang
kepalanya terbalik karena memakan riba, ada yang buta
2

karena

http://www.pustakanilna.com/seperti-apa-wajah-batin-kita-sebenarnya/

penguasa yang zalim, ada yang buta dan tuli (tidak bisa mendengar
apa-apa) karena orang yang takjub dengan amalannya sendiri
sehingga sombong amalan yang dimiliki, ada yang mengeluarkan
lidahnya karena para ulama dan hakim dengan perbuatannya yang
bertentangan dengan omongannya, ada yang dipotong tangan dan
kakinya karena telah menyakiti tetangganya, mencuri hak orang lain,
ada yang disalibkan ke tonggak dengan api yang sangat panas karena
telah menjelek-jelekkan orang lain, ghibah, membuka aib (rahasia)
orang, orang seperti itu Allah swt akan membuka aibnya pula di
hadapannya, ada yang baunya melebihi bau bangkai karena amalanamalan di dunia hanya untuk mengejar kesenangan tersendiri,
menghambur-hamburkan uang tidak membayaran hak Allah dalam
hartanya, ada yang dicekik oleh pakaiannya sendiri karena sombong
dan takabur selama hidup di dunia. Allah telah menetapkan itu
semua pada setiap manusia pada saat hari dimana hari kematian itu
datang dan telah disesuaikan dengan perbuatannya selama hidup di
dunia. Apa sebenarnya yang membentuk jati diri manusia pada saat
menghadap-Nya? Menurut hadits serta beberapa ayat-ayat Al-Quran
yang menentukan jati diri manusia adalah amal-amal dan perbuatan
manusia. Jati diri mempunyai hubungan kuat pada saat manusia di
hadapan-Nya, lakukanlah amalan-amalan yang shaleh, tanamkan
dalam jiwa sesuatu yang baik wujudnya, sehingga manusia dapat
mempertajamkan jati dirinya
2. Cara Mencari Jati Diri Santri
Para santri mungkin sebagian belum bisa memahami apa itu jati
diri, istilah seperti itu akan selalu mengingatkan kembali pada diri
masing-masing manusia. Ada santri yang berkelakuan baik ada yang
tidak, ada yang suka memberi kepada sesama ada yang hanya untuk
kebutuhannya sendiri, dan masih banyak lagi. Itu merupakan jati diri
yang dimiliki masing-masing. Ada yang berkata

Jati diri adalah

karakter seseorang, ada yang berkata pula jati diri adalah yang
tertanam dalam diri manusia sesungguhnya, ada pula jati diri orang

10

yang sejati, dan adapula jati diri akan manusia ketahui dan temukan
pada waktu akan beranjak dewasa. Maka dari itu pelajari baik tentang
jati diri karena begitu pentingnya bagi diri sendiri.
Bagaimana cara para santri mencari jati diri? Ataukah bagaimana
cara mencari jati diri untuk diri manusia dan diri sendiri? Itulah
pertanyaan yang berada dalam benak manusia masing-masing,
sebagai seorang umat muslim harus memahami akan halnya itu
terutama para santri sendiri yang hidup dalam lingkungan pesantren.
Berikut tips cara mencari jati diri sehingga insya allah para santri
berhasil menemukan jati diri masing-masing.
a. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah lakukanlah
introspeksi diri atau perbaiki diri terlebih dahulu, ingat pada
diri sendiri, pelajari diri sendiri. Para santri bisa mempelajari
diri melalui pemikiran yang baik, tingkah laku yang baik
kepada para guru atau yang berada diatasnya, renungkan
sesuatu

yang

dipikirkan

dan

diperhatikan,

dan

cobalah

bertanya pada orang tua selagi waktu kecil. Orang lain tidak
bisa mengetahui apa bakat dan keinginan yang berada pada
diri sendiri, hanya orang tua yang lebih mengetahui akan
halnya itu karena orang tua (ibu) yang telah melahirkan dan
mengasuh dari kecil hingga beranjak dewasa.
b. Sebagai santri harus menerima apa adanya belajar mandiri,
sederhana , dan ihklas dalam hidup di lingkungan pesantren
karena itulah sifat yang harus tertanam dalam diri setiap
santri. Para santri harus lebih bersabar

apa yang telah di

cemooh oleh orang lain mungkin oleh temannya sendiri dan


menerima suatu kritikan yang sifatnya baik, jika buruk itulah
pertanda kembali untuk menginstropeksi diri kembali atau
perbaiki diri sendiri kea rah yang lebih baik. Dan apabila
menerima suatu kritikan yang sifatnya baik patutlah bersyukur
karena hal itu cerminan diri sendiri, terkadang setiap manusia
ingin mendapatkan pujian dan tidak mau sesuatu yang
melemahkan

motivasi

hidupnya,

biasanya

kritikan

itu

11

merupakan cerminan diri sendiri tentang sifat-sifat yang


dimiliki sendiri, dari situlah manusia akan menemukan dan
menyadari siapakah dirinya yang sebenarnya.
c. Coba renungkan dari benak diri masing-masing, yang sedang
dipikirkan, dan diperhatikan, ingatlah masa lalu waktu kecil
bakat apa yang telah dimiliki masa lalu, apakah bakat pada
waktu kecil masih dikembangkan sampai sekarang ataukah
tidak? Orang lain tidak bisa tahu hanya diri sendiri yang
menjawab dan hanya diri sendiri yang bisa mengembangkan
bakat dan kemampuan diri, seperti contoh berbakat dalam hal
seni atau musik orang itu akan dapat menjadi yang luar biasa
dalam bidang itu jika ia kembangkan dan menjadi ahli seni dan
musik di masa depan. Kepada para santri ingatlah masa kecil
bakat apa yang telah dimiliki, bakat para santri bisa di
kembangkan dalam lingkungan pesantren dan bahkan bisa di
luar pesantren seperti halnya dalam lingkungan masyarakat
menjadi penceramah yang luar biasa, menjadi panutan bagi
masyarakat

dan

bakat

itu

bisa

terjadi

apabila

ada

kesungguhan untuk mengembangkannya serta bakat yang


sudah kita kuasai janganlah dipendam untuk diri sendiri
melainkan

ajarkan

kepada

orang

lain

yang

ingin

membutuhkannya.
d. Dalam pesantren mempunyai sebuah perpustakaan yang di
dalamnya

terdapat

beberapa

buku

mulai

dari

ilmu

keagamaan , ilmu social, ilmu alam, dsb. Para santri harus


wajib membaca buku agar tidak tertinggal jauh informasi dan
teknologi, sebagian para santri mengabaikan hal itu tentang
membaca buku padahal begitu pentingnya membaca buku
agar lebih berwawasan luas tidak hanya belajar tentang ilmu
keagamaan saja melainkan harus dibarengi dengan ilmu-ilmu
yang lainnya, seperti ilmu-ilmu umum. Manfaatkan hidup di
lingkungan pesantren dengan membaca buku, agar sesuatu

12

yang tidak tahu menjadi tahu, sesuatu yang buruk

bisa

merubahnya menjadi ke arah yang baik, bacalah buku-buku di


perpustakaan yang sengaja diberikan kepada santrinya agar
banyak membaca dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jalani hidup ini dengan membaca, bukan berarti selama hidup ini
dengan terus membaca akan tetapi mengajak agar membaca buku
dalam keadaan yang sedang dihadapinya, maka dari itu semakin
banyak membaca semakin kuat dalam menjalani hidup dan bisa
serba

tahu

dan

tidak

ketinggalan

zaman,

dengan

banyaknya

membaca dapat lebih bisa membaca situasi atau keadaan yang


terburuk. Hal itu tidak sama sekali memberatkan diri sendiri, itu
karena pernah menjalani rintangan hidup yang berat. Pengalaman
merupakan pengetahuan yang paling berharga dalam kehidupan. Jati
diri ini mempunyai kemanfaatan yang dapat dipergunakan untuk
terus dekat kepada Sang Pencipta.
Dan ingat, manusia diberi kenikmatan yang luar biasa oleh Allah
Swt. Nikmat penglihatan, pendengaran, bernafas, akal dengan
berpikir, dan hati untuk mencari jati diri yang sesungguhnya. Ada satu
hal yang tidak diperbolehkan dalam agama tentang mencari jati diri,
mencari jati diri mengenai jenis kelamin hal ini sangat tidak
diperbolehkan dalam agama tentunya, apabila terjadi inilah orang
yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Di alam
semesta ini Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan dan itu
sudah diatur oleh-Nya maka jangan sekali-kali merubahnya karena
Allah

telah

memberikan

nikmat

masing-masing

kepada

setiap

makhluk hidupnya. Ingatlah kisah tentang Nabi Luth a.s kaumnya


yang terkena azab oleh Allah akibat melakukan tindakan yang tercela.
Dalam ruang lingkup pesantren memiliki pembelajaran yang
efektif dan santri di tuntut untuk bersungguh-sungguh memahaminya
karena niat untuk mencari ilmu tidak ada yang lain. Alangkah baiknya
hidup ini dengan memiliki banyak ilmu tahu sedikit tapi ingin tahu
tentang banyak, akan tetapi harus dilandasi dengan agama, jika
seseorang memiliki banyak ilmu tanpa dilandasi dengan agama islam.

13

Apabila sebagai seorang pelajar harus memiliki prinsip jika tidak


hidup ini akan tanpa arah dan makna sama sekali.
3. Cara Menemukan Jati diri Santri
Dalam setiap manusia memiliki hati, untuk mencari jati diri tidak
begitu

menyulitkan

keinginan dalam

dalam

mendapatkannya

dengan

adanya

potensi diri manusia akan ditemukannya jati diri

yang sesungguhnya, adapula jati diri itu akan manusia itu sendiri.
Santri akan menemukan jati diri yang sesungguhnya sama halnya
seperti mencari ilmu di pesantren dengan cara bersungguh-sungguh
serta keinginan yang kuat. Seiring bertambahnya dewasa para santri
di pesantren sebagian sedikit tahu tentang informasi dan sedikit tahu
tentang mengenal jati dirinya. Bagaimana menemukan suatu jati diri?
Seperti pembahasan sebelumnya cara untuk menemukan jati diri
pada awalnya adalah instropeksi diri atau kembali kepada diri sendiri,
perbaiki diri sendiri terlebih dahulu, lakukanlah amalan-amalan yang
baik. Tapi masih ada banyak cara untuk menemukan jati diri. Berikut
beberapa cara menemukan jati diri yang dapat mengarahkan ke diri
sendiri dan menemukan sebuah kedamaian.
a. Hadir
Syukuri hidup pada saat ini, karena manusia hidup pada saat
ini merupakan untuk menentukan masa depannya entahlah
yang

dilakukannya

negative,

orang

sekarang

lain

tidak

hal

yang

positif

mengetahuinya

ataukah

kecuali

diri

manusia itu sendiri, sesuatu bisa berubah dengan baik


apabila kita mengarahkannya dengan baik, sesuatu tidak
akan berubah kecuali ada yang merubahnya,. Masa lalu
biarlah berlalu, waktu hidup sekarang sangatlah penting
untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya jalani hidup
dengan amal-amal yang baik waktu datangnya kematian
tidak ada yang tahu kecuali Sang Pencipta. Manusia tidak
akan bisa menghidupkan kembali masa lalunya maksudnya
masa lalu tidak akan bisa terjadi apa-apa yang telah
dilakukannya.

Demi

masa

depan

yang

sukses

jangan

14

menengok kebelakang ataupun terlalu memikirkan apa yang


akan terjadi di masa mendatang, manusia boleh beranganberangan besar

tak ada yang perlu dipikirkan kecuali hal

yang bersifat positif

tak perlu memikirkan yang menjadi

beban pikiran sendiri, tak perlu mendengar kata-kata orang


lain yang melemahkan motivasi hidup sendiri, terkadang
pikiran manusia selalu menciptakan yang mengembangkan
rasa takut dan berusaha mungkin untuk menyelamatkan diri.
Santri sebaiknya tidak berdiam diri secara terus menerus,
dengan banyaknya aktivitas ikuti dengan sebaik-baiknya,
berkumpul dengan teman-teman sambil bercakap-cakap,
membantu teman pada saat suka maupun duka. Bermukim
lama di pesantren Sebagai santri bersilaturahmi kepada
saudara-saudara dan masyarakat yang membuat hidup
menjadi lebih sejahtera dan kedamaian.
b. Berolahraga
Badan tidak selamanya hanya diisi

dengan

makanan-

makanan sehat atau sayur-mayur, dengan berolahraga badan


akan terlihat sehat bugar untuk menetlalisir dalam tubuh,
membersihkan racun, memperlancar peredaran darah, dan
masih banyak keuntungan lainnya. Lakukanlah aktivitas yang
membuat kesenangan untuk mengisi kekosongan kehidupan
dan sesuatu yang tidak membosankan. Lakukanlah jalan
sehat rasakan dengan penuh kenikmatan dan bertemu
dengan banyak orang, masih banyak daftar kegiatan yang
dapat mengisi kekosongan hidup serta hidup lebih sehat.
c. Bersatu dengan alam
Duduklah di atas rerumputan dan di bawah pohon rasakan
kenikmatannya, rasakan udara dingin dan teriknya panas
matahari yang menerpa wajah, diamkan diri sejenak dan
rasakan putaran bumi yang tak terlihat secara kasat mata,
pandangilah langit yang menghiasi bumi di jagat raya ini,
bersikap ramahlah terhadap setiap semua binatang yang

15

berada disekelilingmu, berjalan-jalanlah didaerah perbukitan,


itu akan menjadi kedekatan dengan alam yang bagian dari
jagat raya yang maha luas ini.
d. Spiritual (kejiawaan, rohani)
Sadari dan kenali diri karena itu adalal hal yang paling unik
dan penting dalam kehidupan ini. Lakukan duduk dalam
mesjid dengan berzikir dalam suasana kesunyian, renungkan,
fokus, dan

nikmati pada saat itu. Banyak membaca buku

tentang keagamaan, kepribadian atau yang membuat diri


sendiri akan lebih termotivasi kuat dalam hidup.

Buatlah

kehidupan menjadi tidak membosankan tidak selamanya


sesuatu yang diinginkan terwujud tanpa terkecuali dengan
kerja keras mungkin, patut disyukuri atas segala anugrah dan
kenikmatan-Nya

mulai

dari

kesehatan

yang

dimiliki,

kehidupan yang masih dipanjangkan umurnya, tempat tinggal


(rumah), orang-orang yang mencitanya dan dicintai, temanteman disekelilingmu dan yang menemanimu setiap saat
suka

maupun

duka

serta

menjadi

penghibur

dan

menyenangkan dalam ruang lingkup hidup.


e. Memaafkan
Pikirkan tingkah laku diri yang menjengkelkan terhadap orang
lain dan diri sendiri yang bahkan lebih tahu itu, maafkan atas
segala tingkah laku, kekurangan dan ketidaksempurnaan.
Maafkan tingkah laku yang menjengkelkan terhadap orangorang yang telah dibuatnya tidak nyaman dalam hidup.
Maafkan tingkah laku pada masa lalu dan pada waktu masa
kecil, emosi, kemarahan pada masa remaja yang tidak
mengambil resiko pada saat itu. Para santri harus banyak
bersabar dalam hidup di pesantren hanya tempat itu yang
menampung para santri dan para ustad-ustad serta ustadzahustazdah yang mengajari para santri. Saling memaafkan tidak
saling mencemooh terhadap sesama santri padahal telah

16

diajarkan bagaimana berkelakuan dengan baik, memahami


tingkah laku orang lain meskipun berbeda-beda maafkan atas
segala perbuatan yang kurang baik, maafkan tingkah laku
para santri yang kurang baik dalam pandangan para guru,
kerabat-kerabat,
Lepaskan
f.

orang-orang

semua

uneg-uneg.

terdekat

di

pesantren.

Memaafkan

membawa

kedamaian dalam hidup.


Bersenang-senang
Tidak selamanya menjalani dengan penuh kesibukan yang
dimiliki, tetapi alangkah baiknya dengan rileks dan waktu
istirahat karena butuh kenyamanan yang berarti. Di tengah
penuh kesibukan dengan terus menerus belajar para santri
butuh

kenyamanan

manfaatkan

dengan

yang

berarti

dan

sebaik-baiknya

waktu

baca

istirahat

buku

yang

menyenangkan. Keluarkan uang sekali-kali untuk membeli


hal yang dinginkan lakukan kesenangan sehingga tidak ada
hal yang membosankan dan tidak banyak jenuh serta tidak
banyak berdiam diri.
Lakukan dengan hal yang bermanfaat tidak memikirkan
sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak wajar yang dapat
menjadi beban diri.
g. Nutrisi
Turuti kebutuhan tubuh akan tetapi jangan terlalu berlebihlebihan, sedangkan penuhi dengan makanan yang bergizi dan
bernutrisi. Biasanya dalam pesantren memiliki ciri khas dalam
makanan

untuk para santrinya, hanya dengan satu menu

tempe, tahu, serta dengan kerupuk dibalik itu para santri


sebagian ada yang mengeluh kenapa menu makanan hanya
ini-ini saja yang harus di santap. Hanya saja melihat para
santri sedang makanan dengan menu makanan yang di
makan penuh kenikmatan karena tidak ada hal yang lain
selain itu. Dengan keadaan seperti itu santri seharusnya
mensyukuri karena secara tidak langsung para santri untuk

17

hidup dengan kesederhanaan dan seharusnya para santri


untuk mengkonsumsi vitamin karena di pesantren para santri
kurang mengkonsumsi vitamin yang bermanfaat untuk tubuh.
Dengan tubuh yang sehat dan bugar para santri akan selalu
semangat
semangat

dalam
dalam

menjalani

aktivitas

belajar

sehingga

di

pesantren

selalu

dan

membuat

menghargai hidup.
h. Buang penilaian
Berhentilah menilai, menyalahkan orang lain dan diri sendiri.
Jangan dengarkan perkataan orang lain yang membuat hidup
menjadi

gundah

dan

menjengkelkan.

Jangan

lontarkan

perkataan kepada orang lain yang membuatnya sedih serta


kritikan

yang

kurang

hidupnya karena,

baik,

buatlah

kesenangan

dalam

hidup akan menjadi lebih tenang dan

kedamaian. Ucapkan kata-kata yang memberi dorongan pada


diri sendiri dan orang lain yang dijumpai. Tersenyumlah dan
terima orang apa adanya itu akan membuatnya kesenangan
yang timbul pada dirinya, serta terima dengan segala
perbedaan yang dia miliki. Bikin motivasi hidup sendiri
dengan banyak membuat kata-kata dalam diri saya bisa dan
tidak ada yang tidak mungkin selama itu bisa, memberi
dorongan dan bantuan kepada orang lain.
i. Bantu orang lain
Percayalah bahwa di dunia ini masih ada orang yang masih
butuh bantuan untuk kebutuhannya. Datangi dan ulurkan
tangan

pada teman-teman yang membutuhkan. Tawarkan

bantuan kepada orang lain dengan tanpa syarat supaya tidak


memberatkan orang lain, temani dan dampingi orang yang
sedang ingin meminta bantuan. Dalam kehidupan ini santri
untuk selalu berjiwa ukhuwah islamiyah (kebersamaan)
terhadap tali persaudaraan dan saling membantu, bantulah
teman yang sedang kesulitan yang di hadapinya janganlah
hanya berdiam melihat teman kesusahan tetapi beranjak dan

18

lakukan tanpa adanya rasa malas. Jadilah pendengar yang


baik apabila teman sedang ingin berbicara dengan maksud
meminta bantuan solusi terhadapnya ke arah yang baik dan
mendengar

apa

yang

dikatakan

orang

yang

sedang

kesusahan. Pikirkan cara untuk mengurangi beban hidup


orang lain yang membutuhkan dan dengarkan keluhan yang
dia rasakan.
j. Cinta
Allah swt adalah tuhan yang telah menciptakan bumi dan
langit, sedangkan Rasulullah Saw adalah utusan Allah, orang
yang paling sempurna akhlaknya tidak ada yang bisa
menyamainya serta makhluk yang menjadi panutan bagi
umat muslim dan yang membawa kejayaan agama islam
dengan susah payah yang dihadapinya pada saat itu, jadi
cintailah

Allah

dan

Rasulnya

yang

pada

dua-duannya

merupakan pedoman dalam hidup di di dunia dan di akhirat .


Mulailah cintai diri sendiri janganlah merusaknya apa yang
telah diberikannya dalam segala bentuk ukuran. Gunakan
kata-kata yang positif untuk memberi dorongan. Berikan
pujian dan berikan senyuman kepada orang lain dengan
tulus. Janganlah mencintai kepada seseorang melebihi cinta
kepada Allah dan Rasulullah, bicaralah dengan penuh kasih
dan ketulusan dari dasar hati.
Kesepuluh cara itu yang telah disebutkan dan dijelaskan
tidaklah begitu menyulitkan atau bukanlah hal yang paling
menyulitkan

untuk

dilakukan

dan

mempraktekkanya.

Tenangkan sejenak keinginan yang ingin cepat di dapat, dan


lakukanlah kesepuluh hal tersebut. Sehingga hidup akan
terasa lengkap dengan cara itu. Tidak perlu tergesa-gesa
melakukannya

cukup

dengan

mengarahkan ke arah diri sendiri.


4. Pembudayaan dan Jati diri Santri

bertahap-tahap

demi

19

Dalam perkembangan pada zaman modern sekarang orangorang berlomba-lomba untuk mengikuti gaya modis seperti zaman
sekarang ini, seperti mulai dari teknologi handphone yang setiap
tahunnya berganti-ganti, berpakaian, model gaya rambut, dan masih
banyak lagi. Berarti pengaruh budaya barat telah menular dan
tersebar kepada setiap daerah masing-masing termasuk Indonesia ini
yang sangat mudah budaya barat dan tanpa disangka-sangka telah
diikuti oleh masyarakat Indonesia. Negara Indonesia merupakan
Negara dengan jumlah penduduk muslimnya terbanyak di dunia
hampir 80 % di huni oleh penduduk muslim dan agama islam. Dengan
agama islam terbanyak di dunia, Indonesia memiliki lembaga
kepesantrenan yang sangat banyak dan tersebar luas di wilayah
Indonesia, dan para santri didalamnya di tuntut untuk mencari ilmu
sebanyak-banyaknya dan dilandasi dengan agama, terutama agama
islam yang sekarang dianutnya. Lembaga kepesantrenan di Indonesia
memiliki peraturan tersendiri oleh setiap masing-masing pesantren,
para santri tidak boleh melanggar peraturan yang telah di tetapkan
dalam pesantren. Melihat semakin berkembangnya budaya barat dan
tersebar luas di dunia termasuk di Indonesia,

Para guru-guru pun

memberikan arahan kepada para santrinya agar berkelakuan baik


kepada setiap orang terutama orang tua, masyarakat, dan para guru,
para santri pun di tuntut agar bergaya hidup yang baik, seperti halnya
baginda Rasulullah SAW.
Setiap daerah memiliki budaya masing-masing, biasanya budaya
hanya dimengerti oleh masyarakat setempat saja dan itu merupakan
ciri khas yang sudah disepakati dan dilakukan setiap hari raya yang
berada dalam daerah setempat. Budaya yang berada dalam daerah
setempat merupakan bersifat selamanya, utuh

dan

tidak bisa di

ganggu gugat kembali, karenya hanya masyarakat setempatlah yang


bisa menjaga demi

kelestarian budaya mereka dan itu salah satu

daya tarik kebanggaan oleh masyarakat setempat.

20

Jati diri ialah karakter individu yang dimiliki oleh setiap manusia
dalam

kehidupannya,

dan

memiliki

sifat-sifat

keutuhan

dan

kebanggaan tersendiri dan yang mencerminkan diri sendiri yang


sesungguhnya.
Dalam konteks inilah, misalnya, kesungguhan kaum Tionghoa
berniaga melahirkan generasi orang Cina yang cekal dan Berjaya
dalam dunia dagangan. Kebolehan berniaga pada kaum Cina adalah
salah satu sifat jati diri mereka.3
Dalam pengertian seperti ini kini, dunia barat amerika dan yang
lainnya seperti Negara-negara di eropa mulai menyebarkan budaya
mereka dan ilmu-ilmu mereka dengan ciptaanya terutama mulai dari
segi music, film, gaya hidup dan yang lainnya. Justru Amerika dan
Negara-negara di eropa menyebarluaskan

ilmu pengethuan dan

budaya mereka dan hasil pemikiran mereka. Melihat kondisi tersebut


harus berpikir lebih jauh lagi yang mana harus memilih wajar untuk
kebaikan dan mana yang harus dibuang jauh-jauh, agar jati diri
sendiri tetap terjaga keutuhannya, alangkah baiknya ilmu yang hilang
mesti dicari dan didapatkan meskipun dari sumber lainnya, dan
mengamalkannya.
5. Konsep Jati Diri Dalam Islam
Istilah lain dalam jati diri adalah jiwa, semangat dan daya gerak
dari dalam, spriritual ; cirri-ciri, identitas; keadaan atau gambaran
khusus seseorang.4 Dalam Bahasa. Inggris jati diri disebut dengan
istilah characteristic yang berarti

sesuai dengan tabiat atau

coraknya; ganjil, ciri, cirikhas,dan watak. 5 Sedangkan dalam Bahasa


3

http://www.kpkk.gov.my/index.php?
option=com_content&view=article&id=498&Itemid=157&lang=bm

4 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Reality


Publisher, 2006, hal. 227.
5 Willelem Kehelay dan Michael Andreas, Kamus Lengkap Praktis
800.000.000 Inggris-Indonesia Indonesia-inggris, Surabaya, Fajar Mulya,
1993, hal. 51.

21

Arab disebut dengan istilah khashishiyyah ( )yang berarti


kekhasan.6 Berdasarkan pada sumber di atas dapat disimpulkan
bahwa jati diri adalah kekhasan, atau gambaran khusus seseorang
sehingga menjadi identitas dan perilakunya.
Jati diri seseorang sering digambarkan dengan potensi diri dan
citra diri yang dimilikinya. Potensi adalah kemampuan-kemampuan
dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang baik yang sudah
maupun

yang

belum

teraktualisasi

secara

maksimal.

Potensi

tersebut juga dikatakan sebagai salah satu pembeda antara individu


yang satu dengan individu yang lain.
Siapakah diri kita? Bagaimana sifat , perilaku, dan pola berpikir
kita. Hal itulah yang pertama kali terlintas bila kita ingin mengetahui
tentang jati diri kita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jati diri
diartikan sebagai (1) Ciri-ciri gambaran atau keadaan khusus
seseorang; identitas; (2) Inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari
dalam; spiritualitas. Namun jati diri seseorang sering digambarkan
dengan potensi diri dan citra diri yang dimilikinya.
Potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas
yang dimiliki oleh seseorang baik yang sudah maupun yang belum
teraktualisasi secara maksimal. Potensi tersebut juga dikatakan
sebagai salah satu pembeda antara individu yang satu dengan
individu yang lain. Potensi manusia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a.Kemampuan dasar seperti tingkat intelegensia, kemampuan
abstraksi, logika dan daya tangkap.
b. Sikap kerja seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya
tahan terhadap stress.
c.Kepribadian yaitu pola

menyeluruh

semua

kemampuan,

perbuatan serta kebiasaan seseorang baik yang jasmaniah,


mental rohaniah, emosional maupun sosial, yang semuanya
6 Munir Baalbali, Al-Mawrid A Modern English_Arabic Dictionary, BeirutLibanon, Dar El-ilm Lil-Malayen, 1996, hal. 168.

22

telah ditata dalam cara khas dibawah aneka pengaruh dari


luar. Pola ini terwujud dalam bentuk tingkah laku dalam
usahanya menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki

Selain potensi diri, hal lain yang turut menggambarkan jati diri
kita adalah citra diri. Konsep diri atau citra diri merupakan cara
seseorang memandang diri dan situasi di sekeliling kita. Konsep diri
atau citra diri meliputi: (1) Siapa saya menurut pikiran saya; (2)
Dalam posisi mana saya berada dan apa yang boleh dan tidak boleh
saya lakukan. Sementara ahli lain menyatakan bahwa citra diri
memiliku ruang-lingkup sebagai berikut;
a.Konsep Diri : sifatnya tetap dan mendasar.
b. Kepribadian : sifatnya tetap dan multidimensional
c.Nilai-nilai/values

standar

norma

sebagai

pancaran

dari

kepribadian
d. Sikap-sikap (attitudes) : kecenderungan / kesiapan seseorang
terhadap rangsangan dari luar dirinya
e.Gaya atau Style : cara terpadu dan tetap dalam menghadapi
situasi tertentu
f. Perilaku /behaviour : Tindakan seseorang yang dapat diamati
terukur dan mencerminkan gaya seseorang.
Berkaitan dengan citra diri seseorang, La Rose memandang citra
diri menjadi tiga golongan yaitu :
a. Golongan yang menyerah total. Golongan ini memiliki suatu
keyakinan bahwa mereka memang ditakdirkan untuk selalu

23

merugi. Namun yang ditampilkan berbeda dengan kenyataan,


lebih banyak menyalahkan orang lain, menyusahkan dan tidak
konsisten.
b. Golongan tidak menyerah total. Golongan tidak menyerah total
Golongan yang mau bekerja dan mempunyai cita-cita, tapi
tidak mau bekerja lebih keras lagi dan cenderung menyerah.
Sebenarnya golongan ini tidak puas dengan apa yang diraih,
tetapi mau bekerja lebih keras dan menerima tanggung jawab.
c. Golongan yang tidak pernah menyerah.. Golongan ini tidak
membiarkan perasaan putus asa, pesimis menjalani hidup,
selalu optimis, dan merasa kehidupan sebagai suatu tantangan,
ingin berhasil dan memiliki pribadi yang berkualitas. Dan bila
anda ingin mengembangkan jati diri anda, tentu anda akan
memilih golongan yang terakhir ini
Dalam

program

pengembangan

diri,

John

Robert

Power

mengklasifikasikan konsep diri menjadi empat klasifikasi sebagai


berikut :
a.Sebagai penonton (people who watch things happen)
b. Sebagai objek (people to whom things happen)
c.Sebagai orang buta (people who dont know what is happening)
d. Sebagai Pelaku (people who makes things happen)
Yang harus kita pilih adalah alternatif ke 4 yaitu sebagai Pelaku.
Itupun masih ada dua pilihan, ingin menjadi pelaku yang berhasil
(winner) atau pelaku yang gagal (loser). Bila yang dipilih adalah
menjadi pelaku yang berhasil maka anda memiliki citra diri yang
positif (positive self-image), sebaliknya bila pelaku yang tidak berhasil
berarti

memiliki

citra

diri

yang

negatif

(negative

self-image).

Menurut beberapa sumber, citra diri yang positif antara lain sebagai
berikut:

24

a.Mampu

menerima

perubahan

dan

beradaptasi

serta

berkembang selaras dengan perubahan ke arah yang lebih


baik.
b. Memiliki tujuan hidup yang positif
c.Mengembangkan niat dan pemikiran yang positif
d. Memberikan dorongan dan motivasi pada orang lain
e.Kata-kata dan janjinya dapat dipegang
f. Menerima kritik dengan lapang dada
g. Cepat tanggap terhadap perubahan
h. Berusaha

memahami

perilaku

orang

lain.

Sedangkan citra diri yang negatif antara lain sebagai berikut :


a.Selalu berpikiran negatif dan pesimis.
b. Sulit mengakui kesalahan dirinya
c.Berjiwa kerdil, sulit menerima kritik dari orang lain.
d. Kurang dapat beradaptasi dengan perubahan, cenderung
menghindari tantangan.
e.Kurang mampu menerima keberhasilan orang lain.
Dengan mengenali potensi diri dan citra diri adalah salah satu
cara untuk mengetahui jati diri. Dengan mengenal jati diri maka
dapat juga diketahui apakah Anda sudah mencapai perkembangan
diri secara optimal atau menjadi pribadi yang sukses dan mantap.
Dalam artian, memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang

25

tepat dengan menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Hal ini


bisa dilakukan melalui introspeksi diri dan juga dengan meminta
masukkan dari orang lain, bila perlu dapat juga melalui serangkaian
tes psikologi. Demikianlah seseorang yang memahami dan mengenal
jati dirinya dengan mantap akan dapat berperan sesuai dengan
perannya masing-masing, baik sebagai mahluk individual, sosial
maupun mahluk Tuhan yang bertaqwa.

B. Nilai-nilai Panca Jiwa Pesantren


1. Definisi Panca Jiwa Pesantren
Sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai jiwa, agat tetap
eksis dan bertahan hidup. Jiwa ini merupakan jati diri pribadinya,
tanpanya, pendidikan hanyalah tanpa isi, badan tanpa ruh, raga
tanpa jiwa. Sebab jiwa inilah yang mendasari, mewarnai dan
mempengaruhi seluruh gerak kegiatan yang ada didalamnya. Di
pesantren, jiwa ini disebut panca jiwa. Terkait dengan panca jiwa
pondok pesantren, K.H. Imam Zarkasyi makalahnya yang berjudul,
Pembangunan Pondok Pesantren dan Usaha untuk melanjutkan
Hidupnya . Dalam makalah tersebut, panca jiwa Pondok Modern
kemudian

diperkenalkan

ke

khalayak

umum

yang

kemudian

digunakan menjadi Panca Jiwa Pondok Modern Gontor. Panca jiwa


dalam

pandangan K.H. Imam

( perihal menghablur 7)

Zarkasyi merupakan kristalisasi

nilai-nilai yang harus dijadikan pegangan

para santri.
Isi Panca jiwa ialah keikhlasan, kesederhanaan, kesanggupan
menolong diri sendiri, ukhuwah islamiyah yang demokratis antara
para santri, dan kebebasan. Karenanya, pondok yang kehilangan
jiwanya tidak disebut pondok pesantren. K.H. Imam Zarkasyi (w.
1985), salah seorang pendiri Pondok Modern, berpandangan bahwa
7 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Reality Publisher,
2006, hal. 227.

26

hal paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya sematamata, melainkan juga jiwa (ruh)nya. Sebab, jiwa itulah yang akan
memelihara kelangsungan hidup di pesantren dan menentukan logika
hidupnya. Panca jiwa dalam pandangannya merupakan kristalisasi 8
nilai-nilai yang harus dijadikan pegangan para santri. Karenanya,
pondok yang kehilangan jiwanya tidak disebut pondok pesantren. .9
2. Isi Nilai-nilai Panca Jiwa Pesantren
a. Keikhlasan
Keikhlasan, menurut para pendiri Pondok Modern Gontor, artinya
sepi ing pamrih yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh
keinginan

memperoleh

keuntungan

tertentu.

Segala

pekerjaan

dilakukan dengan niat semata-mata ibadah lillahitaala. Untuk itu


perlu mengondisikan dan menciptakan suasana keikhlasan yang
meliputi segenap kehidupan dan aktifitas di Pondok. Misalnya, dimulai
dari keikhlasn kyai dalam mengasuh dan mengajar, keikhlasan para
santri dalam belajar, keikhlasan para staf guru dalam membantu
pondok. Bahkan, segala gerak-gerik dalam pondok dirancang dan
dijalankan agar berjalan dalam suasana keikhlasan. Melalui jiwa
keikhlasan ini diharapkan bahkan diwajibkan bagi seorang santri atau
setiap santri mengerti dan menyadari arti Lillah, arti beramal, taqwa,
dan ikhlas. Ini menjadi penting karena keikhlasan merupakan pangkal
dan kunci diterimanya amal di sisi Allah SWT.10
Internalisasi 11 keikhlasan sebagai sebuah nilai yang menyangkut
persoalan batin tidak cukup melalui pengarahan, pengajaran, diskusi
8 Kristalisasi artinya perihal menghablur, lihat Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Jakarta, Reality Publisher, 2006, hal. 327.
9 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Bogor, Unida Press, 2013, hal. 103.
10 Ibid, hal. 104-105.
11 Internalisasi artinya penghayatan, lihat Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Jakarta, Reality Publisher, 2006, hal. 271.

27

dan sejenisnya. Tetapi juga butuh adanya wujud keteladanan dari


pendiri Pondok. Karena itu, pendidikan keikhlasan harus dimulai dari
refliksi

Kyai

sebagaimana

tertuang

dalam

seluruh

gerak

kehidupannya. Keikhlasan terlebih dahulu dijiwai dan dibahasakan


dalam tidakan praktis dalam bentuk relasi social sehingga aroma
keikhlasan kyai bisa dirasakan oleh orang yang disekitarnya, seperti
keluarga, para pembantu, para guru, dan selanjutnya para santri.
Dengan cara demikian, suasana keikhlasan akan menyebar dan
menaungi kehidupan di Pondok.12
Penyerahan wakaf Pondok Modern oleh para pendirinya pada R.
Awal 1378/12 Oktober 1958 merupakan indikator 13 dan keteladanan
keikhlasan yang kasat mata. Sejak saat itu, para pendiri telah
melepaskan kepemilikan pribadinya atas Pondok, termasuk barang
pusaka peninggalan orang tua mereka. Dengan pewakafan itu seluruh
keturunan para pendiri tidak berhak lagi atas harta wakaf tersebut.14
Suasana keikhlasan juga terlihat pada tidak adanya bagi para
kyai, guru dan pengurus organisasi di lingkungan Pondok Modern,
sebab pemberian gaji mengandaikan orang yang menerimanya
adalah pegawai atau karyawan. Semua orang yang di dalam pondok
berkorban untuk Pondok. Semangat berkorban dengan ikhlas itu
merupakan salah satu faktor yang membuat Pondok Modern mampu
bertahan hingga sekarang. Semangat itu dirumuskan oleh trimurti
dengan kata-kata, Bondo bahu Fikir lek perlu sak nyawane pisan
(berkorbanlah dengan segenap harta, tenaga dan jiwamu, kalau perlu
12 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Bogor, Unida press, 2013, hal.
105.
13 Indikator artinya sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengukur sesuatu (member petunjuk dan keterangan), lihat Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, jakarta, Reality Publisher, 2006, hal. 267.
14 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Bogor, Unida Press, 2013,
hal. 105.

28

dengan nyawa sekalian). Tampaknya rumusan itu hasil kajian


terhadap firman Allah yang senantiasa didengungkan oleh almarhum
K.H. Imam Zarkasyi.15
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, para kyai
sudah

memikirkan,

merencanakan

dan

memiliki

program

jauh

sebelum menghidupkan kembali Pondok Gontor. Bekal hidup mereka


berasal dari sawah-sawah milik mereka sendiri. Uang iuran santri
digunakan untuk kepentingan santri sendiri: untuk makan dan proses
belajarnya. Iuran santri itu pun sesungguhnya belum cukup, sehingga
pondok berusaha memberikan subsidi untuk menutupinya. Hal yang
membuat para pengasuh tidak tergoda untuk memanfaatkan uang
santri untuk kepentingan pribadi ialah karena mereka sudah terbiasa
hidup dengan cara yang sederhana.16
Administrasi keuangan pondok modern juga merupakan wilayah
lain untuk dapat melihat berjalannya system keikhlasan. Administrasi
dikelola oleh para guru yang ditunjuk oleh kyai untuk memegang
amanat itu. Para kyai hanya mengawasi berjalannya adminstrasi,
sementara guru-guru yang lain sama sekali tidak mengetahuinya. Hal
itu dimaksudkan untuk menjaga agar para kyai dan guru dengan
segala sikap, air muka, dan pandangannya mendidik para santri
dengan ikhlas tanpa memisah-misahkan mana santri yang sudah dan
mana yang belum banyar. Iuran mana santri yang kaya dan mana
santri yang miskin. Para guru mengelola administrasipun bukan
karyawan. Mereka beramal dengan ikhlas tanpa digaji. Administrasi
dikelola dengan system Open management atau dengan istilah
sekarang transparansi/keterbukaan.17
b. Kesederhanaan

15 Ibid, hal. 105-106.


16 Ibid, hal. 106.
17 Ibid, hal. 106.

29

Jiwa kesederhanaan ini mengandung arti agung, dan bukan


berarti pasif (bahasa jawa = narimo) dan bukan berarti suatu
kemiskinan atau kemelaratan. Tetapi mengandung unsure kekuatan
atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan
hidup dengan segala kesulitan. Dari balik jiwa kesederhanaan inilah
maka

akan

terpancar

jiwa

besar,

berani

maju

terus

dalam

menghadapi perjuangan hidup dan pantang mundur dalam segala


keadaan. Bahkan, melalui kesederhanaan ini juga akan tumbuh
mental/karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi suksesnya
perjuangan dalam segala kehidupan.18
Salah satu indikator dari seseorang yang memiliki sikap jiwa dan
sikap hidup sederhana ialah adanya kemampuan untuk menimbang
dan

membedakan

suatu

kebutuhan

berdasarkan

perhitungan

kemampuannya. K.H. Imam Zarkasyi memberikan ilustrasi. Orang


yang berangkat dari ponorogo ke solo dengan mengendarai sepeda
bukan orang yang sederhana; orang yang pergi dari Jakarta ke
Surabaya dengan pesawat, tetapi tidak menimbang keuangannya
tidak bisa disebut dengan orang sederhana; begitu juga seorang
pelajar yang cukup memiliki dua pena, lalu melihat ada pena yang
bagus di sebuah toko alat tulis dan membelinya, bukan orang yang
sederhana.19
Pendidikan kesederhanaan diselenggarakan di Pondok Modern
secara integral

20

didalam kehidupan sehari-hari. Semua warga

Pondok Modern hidup dalam kesederhanaan. Akan tetapi, pendidikan


kesederhanaan

tidak

begitu

saja

langsung

menjiawi

suasana

kehidupan para santri di dalam pondok, mengingat latar belakang


ekonomi orang tua mereka berda-beda. Perbedaan itu nampak jelas
18 Ibid, hal. 106-107.
19 Ibid, hal. 107.
20 Integral artinya mencakup keseluruhan, lihat Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Jakarta, Reality Publisher, 2006, hal. 270.

30

pada awal kehidupan mereka dan masih terlihat indikasinya 21 dalam


kehidupan selanjutnya.
Untuk membangun kesederhanaan menjadi mental, tidak cukup
dengan pengarahan secara lisan atau tulisan. Untuk itu, Pondok
Modern mengarahkan para santri kepada praktik langsung. Misalnya,
kesederhanaan dalam berpakaian dengan kemeja dan celana panjang
yang diperagakan para santri memberi kesan lain pada Lanca Castle,
seorang peneliti asal Australia. Menurut pengamatannya, yang lebih
demikian menunjukkan kesan gentleman seperti yang diterapkan di
sekolah elite Australia dan Inggris dengan boarding school-nya.22
Keteladanan untuk menanamkan pola sederhana kepada para
santri ditunjukkan oleh para Kyai. Bahkan, seperti ingin meyakinkan
K.H. Ahmad Sahal berkata dihadapan para santri; Kiranya tempat,
pakaian, makan dan minum saya mewah, lebih bagus, lebih enak,
dari tempat, pakaian, makan dan minum anak-anakku (santri)
sekalian, maka anak-anakku boleh memberontak saya.23
Kesederhanaan telah menjadi pola hidup yang dijalani oleh
Trimurti. Mereka merasa malu jika sekiranya rumah pribadi mereka
lebih baik daripada pondokan santri atau gedung madrasahnya. Yang
demikian itu memang bukan sikap yang dibuat-buat. Semenjak kecil,
Trimurti sudah terbiasa dengan Susana kehidupan yang serba
sederhana.

Meskipun

begitu,

kesederhanaan

menjadi

penuntun

Trimurti untuk tidak berkecil hati dalam merintis pembangunan


pondok. Pengalaman demikian terbukti memberikan pengaruh yang
mendalam terhadap semua santri, sehingga mereka menjadikan

21 Indikasi artinya gejala, lihat Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta,


Reality Publisher, 2006, hal. 267.
22 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Bogor, Unida Press, 2013,
hal. 107.
23 Ibid, hal. 108.

31

kesederhanaan sebagai jiwa dan sikap, seperti tergambar dalam


keteladanan Trimurti.24
Jiwa keikhlasan dan kesederhanaan membuat kehidupan para
santri di Pondok Modern menjadi lebih stabil dan pada gilirannya
mendorongnya untuk hidup secara mandiri.25
c. Kemandirian
Kemandirian atau berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri
selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri
tetapi juga pondok pesantren itu sendiri dengan tidak pernah
menyandarkan kehidupan kepada bantuan atau belas kasihan orang
lain. Hal inilah yang dinamakan zelp bedruiping system ( sama-sama
memberikan iuran dan sama-sama memakai). Tetapi tidak kaku
dengan menerima bantuan dari orang yang hendak membantu. 26
Jiwa ini merupakan senjata hidup yang ampuh dalam pendidikan
di Pondok Modern. Letak kemapuhannya ialah bahwa kemandirian
akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri. Dan kemandirian yang
bersenyawa dengan kepercayaan diri itu pada gilirannya akan
menumbuhkan pada diri seseorang sikap kesiapan, kesanggupan, dan
sikap penuh harapan dalam menghadapi masa depan. Sebaliknya,
pemuda yang tak mandiri dan tidak percaya diri akan senantiasa
ragu-ragu, sehingga tidak dapat kepercayaan diri dari masyarakat.27
Karena kemapuhan inilah Trimurti (para pendiri
Gontor)
menjadikan

kemandirian

sebagai

salah

satu

nilai

yang

mesti

dikembangkan dalam kehidupan Pondok Modern. Anak masuk ke


Pondok Modern Gontor untuk menuntut ilmu, baik sudah diterima
menjadi santri mapun baru terdaftar sebagai calon santri, akan
merasakan suasana kemandirian itu. Calon santri, yaitu anak yang
24 Ibid, hal. 108.
25 Ibid, hal. 108.
26 Ibid, hal 108.
27 Ibid, hal. 108-109.

32

sekedar merasakan nuansa kehidupan di Pondok Modern dalam waktu


singkat unutk mempersiapkan diri guna mengikuti ujian masuk
pondok, atau bermukim pada bulan Ramadhan dan Syawal, sudah
dididik untuk hidup mandiri. Sebab, sejak itu sudah dikondisikan
untuk dapat memenuhi dan mengurus kebutuhan hidupnya sendiri,
seperti membeli buku, alat tulis, perangkat mandi, makan, dan
mengatur buku sesuai dengan jadwal pelajaran. Kondisi hidup yang
disebut dengan sunnah atau disiplin pondok itu terus dikembangkan
dan berada dalam pengawasan kyai dan guru.28
Pembentukan mental kemandirian memang menuntut partisipasi
santri dalam prosesnya, terutama tentang bagaimana sebenarnya
hidup mandiri itu. Agar santri lebih

dapat menghayati arti sebuah

kemandirian, Pondok memberi ruang kepada santri utnuk mengatur


hidupnya sendiri melalui organisasi santri yang disebut Organisasi
Pelajar Pondok Modern (OPPM). Pengelolaan dan kebutuhan santri
terakomodasi29 lewat bagian-bagian yang ada di dalam OPPM, seperti
bagian keamanan, pengajaran, penerangan, kesenian, olahraga,
dapur koperasi pelajar, warung pelajar, dan penerimaan tamu.
Beberapa diantara bagian-bagian itu mengelola dan memenuhi
kebutuhan harian santri seperti kelengkapan belajar, mandi, pakaian,
makanan dan minuman ringan, serta lauk pauk. Karenanya, santri
tidak perlu lagi keluar pondok untuk memenuhi kebutuhan hariannya.
Bahkan dengan terkonsentransinya pemenuhan kebutuhan di dalam
pondok dan jumlah santri cukup besar, peredaran keuangan menjadi
besar sehingga mampu menghidupi organisasi dan memberi bantuan
bagi pembangunan pondok.30 Kemandirian sesungguhnya mempunyai

28 Ibid, hal. 109.


29 Terakomodasi artinya, sesuatu yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan, lihat Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Reality
Publisher, 2006, hal. 26.

33

kaitan dengan aspek-aspek pendidikan lainnya, seperti kebebasan,


kesalingtergantungan, disiplin serta sanksi dan hukuman.31
d. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di pondok pesantren yang berjalan selama 24 jam
diliputi suasana persaudaraan sehingga segala kesenangan dan
dirasakan

bersama

dengan

jalinan

persamaan

senasib

dan

perjuangan. Jiwa ukhuwah ini tidak hanya berlaku ketika seorang


santri tersebut masih menimba ilmu di Pondok, akan tetapi jiwa
ukhuwah ini ditujukan kepada persatuan umat ketika sudah menjadi
alumni dari pondok. Dalam kaitan dengan jiwa ukhuwah ini K.H.
Ahmad

Sahal

berwasiat

kepada

siswa

kelas

yang

telah

menyelesaikan pelajaran mereka di kelas VI KMI Pondok Modern


Gontor: Jadilah anak-anakku perekat ummat; dan fahamilah benarbenar arti perekat ummat.32
Ungkapan K.H. Imam Zarkasyi tentang ukhuwah diniyah biasa
ditambah dengan frasa yang demokratis antar para santri antar para
santri. Pertama, semua agama memiliki nilai persaudaraan; kedua,
nilai persaudaraan yang menjiawi kehidupan para santri di Pondok
Modern didasarkan atas islam; ketiga, persaudaraan dalam islam
sering terganggu oleh suasana yang tidak demokratis; keempat,
suasana demokratis memberi ruang untuk terciptanya suasana saling
menghargai adanya perbedaan latar berlakang mazhab, tradisi
keagamaan, dan politik.33
Ukhuwah
diniyah

dengan

asumsi-asumsinya

tersebut

dikondisikan agar menjiawi kehidupan para santri di Pondok Modern


30 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Bogor, Unida Press, 2013,
hal.109-110.
31 Ibid, hal. 110.
32 Ibid, hal. 110.
33 Ibid, hal. 110.

34

dalam susah dan senangya pergaulan diantara mereka. Dengan


pengondisian

seperti

itu,

ukhuwah

diniyah

diharapkan

dapat

mempengaruhi santri bukan saja selama di dalam pondok pesantren


itu sendiri, tetapi juga mempengaruhi pula kearah persatuan umat
dalam masyarakat sepulangnya dari pondok itu.34
Santri dari sisi daerah asal yang menjangkau segala nusantara
member pengalaman yang nyata dan menghayati nilai ukhuwah
islamiyah. Pada awal kehadirannya di Pondok Modern santri baru
mengenal suatu wadah baru kekeluargaan sedaerah yang disebut
konsulat. Mereka biasanya masih berpegang semangat kedaerahan.
Perasaan jauh dari orang tua mereka terpaksa harus berkumpul dan
berdiskusi

dengan

teman

sedaerahnya.

Sehingga

mereka

menggunakan bahasa mereka masing-masing untuk berkomunikasi.35


Pondok Modern membuat penyusunan program proses
pendidikan dalam pondok. Pertama, ketika resmi diterima sebagai
santri baru, anak dilarang menggunakan bahasa daerah mereka
masing-masing. Dalam setengah tahun pertama, santri baru dapat
dispensasi untuk menggunakan bahasa Indonesia. Baru pada tahun
berikutnya santri baru dituntut agar menggunakan dua bahasa yakni
bahasa Inggris dan bahasa Arab dalam percakapannya. Walaupun
terpaksa santri sebaiknya berbisik-bisik dalam menggunakan bahasa
Indonesia, meninggalkan bahasa daerah masing-masing agar terbiasa
menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Kedua, santri dilarang
berkumpul dengan teman sedaerahnya lebih dari dua orang. Para
santri datang dengan berbagai latar belakang suku dan daerah,
ditempatkan secara acak dalam kamar yang lain.36
Semangat persaudaraan itu sering terdengar dalam program
latihan pidato yang diselenggarakan tiga kali seminggu dengan
34 Ibid, hal. 111.
35 Ibid, hal. 111.
36 Ibid, hal. 111-112.

35

menggunakan tiga bahasa: Indonesia, Arab, dan Inggris. Dalam


program itu, para santri memakai tema-tema jiwa persatuan.
Semangat persaudaraan juga diharapkan dapat dihayati oleh para
santri melihat gedung-gedung yang mencerminkan ke-indonesia-an
dan ke-islaman. Misalnya, gedung tunis, gedung Al-Azhar. Sama
halnya dengan nama sebuah Pondok Modern dengan Darussalam
yang berarti kampung damai yang menunjukkan nilai-nilai dalam
persaudaraan yang kuat dan yang dimiliki oleh para pendirinya.37
Jalan lain yang ditempuh Pondok Modern untuk membangun
Ukhuwah diniyah diantara para santri adalah menjaga agar para
santri tidak jatuh dalam perdebatan khilafiah. Salah satu bentuk
perhatiannya adalah member ruang bebas kepada para santri untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan amalan yang pernah diajarkan
oleh orang tua dan guru. Tidak mengherankan jika shalat subuh di
Pondok Modern kadang-kadang memakai qunut kadang tidak. hal itu
karena imam yang melatarbelakangi hal tersebut. Pondok Modern
Gontor mengajarkan pelajaran fiqh Bidayatul Mujtahid kepada para
santrinya agar membuka pikiran para santri. Dalam pelajaran fiqh
tidak hanya ala al-madzahib al-arbaah, tetapi juga mazhab-mazhab
yang lainnya. Dengan demikian, pemikiran para santri tentang
masalah fiqh sering adanya perdebatan, tetapi dapat diatasi oleh
santri dan kemampuan bahasanya sesuai dengan wawasan yang
luas.38
e. Kemerdekaan
Kemerdekaan disini difokuskan pada perbuatan berpikir dan
berbuat, bebas menentukan masa depan. Dengan prinsip jiwa
kemerdekaan ini para santri harus bebas dalam memilih dan

37Ibid, hal. 112.


38 Ibid, hal. 112-113.

36

menentukan jalan hidupnya di masyarakat kelak, dan optimis


mengahadapi kesulitan.39
Tetapi, sangat disayangkan sekali apabila jiwa kemerdekaan ini
diartikan dengan arti-arti yang negative. Seperti kebebasan yang
keterlaluan (liberal), sehingga tidak ada arah dan prinsip. Sehingga
arti kemerdekaan ini diartikan kea rah yang positif yaitu kedisiplinan
dengan penuh rasa tanggungjawab, baik dalam pesantren maupun
kepada masyarakat. Dan jiwa-jiwa pesantren yang merupakan sistem
pesantren harus dikembangkan dan dipelihara dengan sebaikbaiknya.40
Peranan panca jiwa di Pondok Modern yang menjiawi kehidupan
para santri di Pondok Modern. Salah satu peranan penting panca jiwa
adalah

sebagai

pikiran

logika

para

santrinya.

Dalam

proses

pendidikannya, K.H. Imam Zarkasyi dalam sambutannya pada acara


resepsi kesyukuran setengah abad dan meresmikan Jami Pondok
Modern Gontor mengatakan beberapa semboyan

pendidikan itu

adalah: Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengatahuan luas dan


berpikiran bebas. Semboyan ini bukan hanya sekedar slogan atau
sekedar perencanaan, tetapi sesuatu hal yang sudah terlaksana
bertahun-tahun hingga sekarang. Kini semboyan ini lebih dikenal
sebagai Motto Pondok Modern.41 Dari sinilah keluar logika hidup,
cerminan dari panca jiwa itu, sehingga banyak semboyan-semboyan
pendidikan untuk para santri seperti :
Hidupilah pondok, jangan menggantungkan hidup dari
pondok; Berjasalah dan jangan minta jasa; Jadilah santri
yang: Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup
takut hidup mati saja; Hidup sekali, hiduplah yang berarti;
Jadilah
santri
yang
pandai
menciptakan
pekerjaan;
berkorbanlah dalam berjuang, dengan bondo, bahu, piker, lek
perlu saknyawane pisan ; Patah tumbuh hilang berganti.
39 Ibid, hal. 113.
40 Ibid, hal. 113
41 Ibid, hal. 113.

37

Sebelum patah sudah tumbuh, sebelum hilang sudah berganti


42
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelima panca jiwa
pondok

memiliki

peranan

yang

penting

bagi

santri

dalam

kehidupannya di Pondok Modern, karena Pondok Modern lebih


mementingkan pendidikan dari pengajarannya. Adapun arah dan
tujuan pendidikan di Pondok Modern adalah kemasyarakatan, hidup
sederhana, tidak berpartai dan tujuan pokoknya ibadah talabul
ilmi, bukan untuk menjadi pegawai. Dalam hal ini lebih menekankan
pada masalah jalannya pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern
Darussalam Gontor.43
C. Hubungan Antara Jati Diri Santri dengan Nilai-nilai Panca Jiwa
Pesantren
Salah-satu peranan penting panca-jiwa pesantren adalah sebagai
falsafah hidup jati diri santri. Dan dalam proses pendidikannya, K.H.
Imam Zarkasyi dalam sambutannya pada acara resepsi kesyukuran
setengah Abad dan peresmian masjid Jami Pondok Modern Gontor
menyatakan beberapa semboyan pendidikan yang terilhami dari
panca jiwa pondok modern. Semboyan pendidikan itu adalah:
Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran
bebas.44 Dan semboyan ini bukan hanya sekedar slogan atau
sekedar rencana, tetapi adalah suatu hal yang sudah terlaksana
selama bertahun-tahun hingga sekarang. Dan semboyan ini sekarang
dikenal dengan Motto Pondok Modern.

42 Ibid, hal. 114.


43 Ibid, hal. 114.
44 K.H. Imam Zarkasyi, Sambutan pimpinan dalam acara resepsi kesyukuran
setengah abad dan peresmian masjid jami Pondok Modern Gontor, Kenangkenangan 1926; Peringatan Delapan Windu, 1990, (Gontor: 1990) hal. 43-44.

38

Disamping semboyan yang sudah disebut diatas masih banyak


lagi semboyan-semboyan pendidikan untuk para santri sebagai
pencerminan dari Panca Jiwa tadi. Hal tersebut diungkapkan oleh K.H.
Abdullah Syukri Zarkasyi M.A dalam pidatonya pada acara puncak
kesyukuran delapan windu 1991. Beliau mengungkapkan:
Dari sinilah keluar filsafat hidup, pencerminan dari Panca Jiwa
itu, sehingga banyak semboyan-semboyan pendidikan untuk
para santri seperti:Hidupilah pondok, jangan menggantungkan
hidup dari pondok Berjasalah dan jangan minta jasa, Jadilah
Santri yang: Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup
takut hidup mati saja, Hidup sekali, hiduplah yang berarti,
Jadilah Santri yang pandai menciptakan pekerjaan, bukan yang
mencari pekerjaan,Berkorbanlah dalam berjuang, dengan
Bondo, bahu, piker, lek perlu saknyawane pisan, Patah tumbuh
hilang berganti. Sebelum patah sudah tumbuh, sebelum hilang
sudah berganti45
Kelima panca jiwa pesantren memiliki pernanan penting dalam
menjalan pendidikannya. Karenanya, pesantren lebih mementingkan
pendidikan

daripada

kemasyarakatan,

pengajarannya

hidup

sederhana,

dengan
tidak

tujuannya

berpartai

dan

adalah
tujuan

pokoknya ibadah talabul ilmi, bukan untuk menjadi pegawai. Arah


dan tujuan tersebut adalah wujud kongkrit dari panca jiwa pesantren
yang selalu menjiwai kehidupannya.Uraian di atas tentang hubungan
antara nilai panca-jiwa pesantren dengan pembentukan jati diri santri
dapa disimpulkan sebagai berikut:
1.

Hubungan nilai jiwa pesantren dengan jati diri santri bukanlah


pada pelajaran atau kurikulum melainkan pada nilai-nilai jiwa
pesantren yang mendasari kehidupan para santri.

2.

Panca-jiwa

pesantren

kesederhanaan,

yang

kemandirian,

terdiri
ukhuwah

atas

keikhlasan,

islamiyah,

dan

45 K.H. Abullah Syukri Zarkasyi, Sambutan Pimpinan Pondok Modern dalam Acara
Puncak Kesyukuran Delapan Windu, hal 91-98.

39

kemerdekaan, keseluruhannya merupakan falsafah hidup jati diri


santri..
3.

Hubungan panca-jiwa pesantren sebagai filsafat hidup jati diri


santri merupakan acuan dalam merumuskan tujuan pendidikan
pesantren.

D. Kerangka Pemikiran
Uraian teoritis di atas tentang jati diri santri, nilai panca-jiwa
pesantren dan hubungan antara keduanya, agar dapat lebih jelas
dapat dilihat pada kerangka berpikir di bawah ini:

KERANGKA BERPIKIR PEMBENTUKAN JATI DIRI SANTRI BERASASKAN


NILAI PANCA JIWA PESANTREN

Nilai Panca Jiwa


Pesantren:

Aspek Jati Diri


santri:

1.Keikhlasan

1.Kemantapan diri

2.
Kesederhanaan

2. Mengambil
inisiatif

3. Kemandirian

3. Progresif dan
ulet

4. Ukhuwah
Islamiyah

Hasil analisis:
1. pembentukan aqidah yang
kuat bagi jati diri santri
2. Kesederhanaa dalam
menghindarkan sikap
berlebihan dalam jati diri
santri
3. Membentuk Karakter Jati Diri
Santri yang Terpuji
4. Membentuk Jati Diri Santri
untuk
Memperkokoh
Persatuan Umat

40

BAB III
ANALISIS NILAI-NILAI PANCA JIWA PESANTREN TERHADAP
PEMBENTUKAN JATI DIRI SANTRI

A. Pembentukan Aqidah yang Kuat Bagi Jati Diri Santri


Nilai panca jiwa pesantren yang pertama adalah keikhlasan.
Keikhlasan ini akan membentuk aqidah yang kuat bagi jati diri santri.
Hal ini dapat kita lihat pada pengaruh keikhlasan terhadap jati diri
santri. Ikhlas diwajibkan dalam agama. Dengan keikhlasan aqidah
menjadi sempurna. Ikhlas adalah inti amal dan penentu diterima atau
tidak di sisi Allah SWT. Amal tanpa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi,
raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, dan benih
yang tidak tumbuh. Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab
mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat
erat kaintannya dengan keikhlasan), diantaranya Imam Bukhari dalam
kitab Shahihnya, Imam Al maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam
Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya,
Imam Al Baghowi dalam kitab Masobihis Sunnah serta ulama-ulama

41

lainnya.

Hal

ini

menunjukkan

berapa

pentingnya

keikhlasan

tersebut.46 Hal ini diperkuat oleh perintah Allah SWT dalam Surat AlBayyinah ayat 5 sebagai berikut :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(QS.
Al-Bayyinah, 98 : 5)
Ikhlas yang dimaksud diatas adalah terhindar dari syirik yang
menyebabkan amal menjadi rusak. Ada lima aspek ikhlas yaitu:
a. Ikhlas dalam arti pemurnian agama dari agama-agama lain.
b. Ikhlas dalam arti pemurnian ajaran agama dari hawa nafsu dan
bidah.
c. Ikhlas dalm arti pemurniaan amal dan bermacam-macam
penyakit dan noda yang tersembunyi.
d. Ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata-kata tidak
berguna, kata-kata batil, dan kata-kata bualan.
e. Ikhlas dalam arti pemurnian akhlak dengan mengikuti apa
yang diridhai Allah SWT.47
Ikhlas memiliki peranan yang penting bagi jati diri santri dalam
praktek kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat dilihat bahwa ikhlas
menjadi ukuran diterima atau tidaknya suatu perbuatan sebagai
berikut:
a. Indikator diterima atau ditolaknya sebuah amal.
b. Ikhlas mampu meringankan sesuatu yang berat.
c. Mengokohkan rohani.
d. Cermin keimanan.48

46 Fathia Akhyar, dkk., Mencari Berkah dari Tawaduk, Tawakal, dan Ikhlas,
Bekasi, Al-Magfiroh, Tt, hal. 127.
47 Ibid, hal. 129.
48 Ibid, hal. 152.

42

Ikhlas akan membentuk jiwa santri yang memiliki aqidah yang


kuat. Hal ini sejalan dengan keutamaan yang terkandung pada nilanilai keikhlasan yaitu sebagai berikut:
a. Harapannya ditujukan hanya kepada Allah.
b. Memiliki semangat yang tinggi.
c. Ditolong dari tipu daya Iblis.
d. Ketenangan hati.
e. Orang yang ikhlas akan selalu ditambahkan pentunjuk oleh
f. Orang ikhlas senantiasa akan mendapatkan naungan dari
Allah di Hari Kiamat.
g. Bagi orang-orang yang ikhlas maka derajatnya akan dinaikan
dan dihapus satu kesalahan.49
Orang yang ikhlas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal,
baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik
ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi thalib r.a. berkata,
Orang yang riya memiliki beberapa cirri; malas jika sendirian
dan rajin jika dihadapan banyak orang. Semakin bergairah
dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicel.
b. Terjaga dari segala yang diharamkan Oleh Allah, baik dalam
keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka.50
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa pembentukan
aqidah yang berdasarkan pada keikhlasan memiliki pengaruh yang
kuat terhadap pembentukan jati diri santri. Oleh karena itu, ada
beberapa cara untuk memelihara keikhlasan sebagai berikut:
a. Dekati ikhlas dan jauhkan riya.
b. Tingkatkan ibadah kepada Allah SWT.
c. Berkumpulah dengan orang-orang ikhlas.
d. Meneladani orang-orang ikhlas.
e. Memohonlah kepada sang kholiq.51
B. Kesederhanaan Menghindarkan Sikap Berlebihan dalam Jati Diri
Nilai panca-jiwa pesantren yang kedua adalah kesederhanaan. Sederhana adalah
sedang; bersahaja, tidak berlebih-lebihan; tidak terlalu rumit, tidak banyak seluk
beluknya.52 Hakikat kesederhanaan sebenarnya telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah riwayat yang dituturkan Abu Hurairah,
49 Ibid, hal. 169-172.
50 Ibid, hal. 145-146.
51 Ibid, hal. 158-161.

43

Rasulullah bersabda, Sekiranya aku punya emas sebesar gunung Uhud ini, niscaya aku
tidak akan senang jika sampai berlalu lebih dari tiga hari, meski padaku hanya ada
sedikit emas, kecuali akan aku pakai untuk membayar hutang yang menjadi
tanggunganku (HR Al-Bukhari dan Muslim). Kesederhanaan hidup yang dicontohkan
Rasulullah. Beliau adalah tipe manusia yang paling sederhana di alam ini. Tidak gemar
menumpuk harta, kecuali hanya untuk modal hidup. Dapat dipahami jika saat wafat,
baju besi beliau digadaikan kepada seorang Yahudi untuk ditukar dengan gandum
sebagai warisan bagi keluarga Beliau. Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang
menggenggam kekuasaan dan pengaruh besar, tentu Rasulullah mampu hidup
bergelimang harta. Tetapi beliau lebih memilih hidup secara sederhana. Posisi
terpandang dan disegani seluruh masyarakat Arab tidak lantas beliau manfaatkan
sebagai batu loncatan untuk mengeruk kekayaan bagi diri dan sanak famili. Itulah yang
membedakan Rasulullah dengan pemimpin kebanyakan. Beliau menjadi besar karena
membesarkan umat. Bukan memperalat umat demi membesarkan nama pribadi. Gelar
Al-Amin sudah melekat pada nama beliau sedari muda. Gelar mulia itu diakui oleh
kawan-kawan, masyarakat setempat, istrinya serta amak-anaknya dan sekaligus lawan.
Kesederhanaan juga diajarkan Rasulullah dalam urusan ibadah. Ketika beliau masuk
masjid dan mendapati seutas tali memanjang antara dua tiang, beliau bertanya, Tali
apakah ini? Setelah dijawab bahwa tali itu milik Zainab yang digunakan untuk
bertopang ketika ia lelah melakukan shalat, Rasulullah lantas bersabda, Lepaskan saja.
Hendaklah seseorang melakukan shalat ketika sedang bersemangat. Jika sudah letih,
hendaklah

ia

tidur

(HR

Al-Bukhari

dan

Muslim).

Demikian pula ketika beliau menasihati Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang menyatakan
hendak menghabiskan siang untuk berpuasa dan malam untuk shalat sunnah, sepanjang
hidup.
Jangan begitu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena
sungguh untuk tubuhmu ada hak atas dirimu, kedua matamu ada hak atas dirimu,
isterimu ada hak atas dirimu, untuk tamumu juga ada hak atas dirimu. Ketika
Abdullah bin Amr bin Al-Ash bersikeras ingin memperbanyak puasa sunnah,
beliau bersabda, Kalau begitu berpuasalah seperti Nabi Dawud--berpuasa sehari,
berbuka sehari--dan jangan engkau tambah lagi dari itu (HR Al-Bukhari dan
Muslim).

52 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal. 479.

44

Betapa indah menjalani hidup demikian. Kita bisa bekerja tanpa harus silau
terhadap harta. Selalu ada jeda untuk melangitkan setiap urusan dunia melalui rangkaian
ibadah. Kita juga tidak lari dari realita dunia dengan dalih ibadah. Seperti Rasulullah,
beliau ahli ibadah, tetapi masih memiliki kesempatan untuk menikmati makanan,
minuman, pakaian, dan hiburan. Beliau bahkan tidur dan beristirahat, menikah dan
bercengkerama dengan keluarga.
Kesederhanaan adalah bukan kemelaratan, melainkan faktor
pengendalian

terhadap

hal-hal

yang

berlebihan.

Sering

muncul

kesalahpahaman dalam memaknai kata sederhana, idividu tertentu secara ceroboh


sering mengaitkan kesederhanaan dengan kemiskinan, seolah kesederhanaan merupakan
saudara kandung dari kemiskinan, tentunya pemahaman seperti ini sangat tidak
produktif, di sisi lain hal ini juga merupakan kekeliruan yang mesti dikoreksi, persepsi
seperti ini justru berpeluang membawa konsekuensi negatif , persepsi negatif yang
dimaksudkan adalah munculnya keengganan bahkan ketakutan bagi individu untuk
menjadi pribadi sederhana, takut miskin, tak punya harta dan akhirnya menjadi manusia
melarat. Kesederhanaan pada hakikatnya tidak berbicara tentang banyak atau sedikitnya
harta akan tetapi ia lebih pada tingkat kepemilikan harta secara proporsional,
proporsional yang dimaksudkan adalah tidak berlebihan namun tidak pula
kekurangan, poin lainnya adalah bahwa harta tersebut mesti lebih banyak digunakan
demi kemaslahatan umat, bukan sekedar memuaskan nafsu pribadi.
Lalu apa instrumen tepat untuk memastikan bahwa hidup kita masih berada dalam
koridor kesederhanaan atau telah melampauinya? Dalam persepsi awam penulis
indikator tersebut sangat ditentukan oleh motivasi seseorang dalam kepemilikan harta,
yakni apakah motivasi kepemilikannya terhadap harta (dalam bentuk apapun)
dilatarbelakangi oleh faktor kebutuhan atau lebih karena hasrat (desire)? Jika karena
hasrat maka itu berarti yang bersangkutan telah melaju di luar rel kesederhanaan namun
apabila kebutuhan yang menjadi motif awal kepemilikannya terhadap harta maka
individu tersebut masih berpeluang untuk menjadi pribadi yang sederhana. Kebutuhan
pada dasarnya selalu memiliki relasi dengan manusia lain, maksudnya bahwa jika
tindakan kita dimotifasi oleh faktor kebutuhan maka kita juga minimal akan berhitung
apakan tindakan tersebut tidak merugikan orang lain? Akan tetapi apabila aksi yang kita

45

lakukan dilatarbelakangi oleh hasrat maka kita tidak akan punya waktu untuk
memikirkan konsekuensi negatif dari tindakan kita terhadap orang lain.
Kesederhanaan pada dasarnya lebih merupakan sebuah cara hidup yang
semestinya memayungi segala aspek kehidupan manusia, kesederhanaan mesti
ditransformasikan dalam bentuk karakter baik pada skala mikro (keluarga) terlebih
dalam skala makro (negara), dalam lingkup keluarga maka model transformasi
kesederhanaan adalah dengan munculnya teladan kesederhanaan dari orang tua terhadap
anak, selain teladan maka perlu pula menanamkan nilai kesederhanaan terhadap anak,
harapannya agar kelak anak tersebut mampu tumbuh besar dalam nuansa
kesederhanaan, benar bahwa lingkungan eksternal tetap membawa pengaruh dalam
proses kehidupannya menuju kedewasaan akan tetapi penanaman nilai kesederhanaan
sejak dini akan menjadi tameng dari pengaruh hidup yang serba berlebihan, sedangkan
dalam skala negara maka pola hidup sederhana seharusnya dicontohkan oleh para
pemimpin negeri, pemimpin merupakan cerminan bagi rakyat,setiap prilakunya selalu
terbuka untuk dicontoh oleh rakyat (jika rakyat masih percaya kepadanya), akan sia
sia seorang pemimpin selalu menghimbau rakyatnya agar hidup sederhana sementara ia
sendiri jauh dari prilaku tersebut, justru ia hanya akan menjadi bahan olok olokan.
Hidup sederhana bukan berarti harus hidup miskin sebab substansi kesederhanaan
adalah pola hidup yang tidak berlebih lebihan serta menyisakan ruang bagi orang lain
dalam kehidupannya, jadi tidak perlu takut untuk menjadi pribadi sederhana.
Kesederhanaan dapat menghindari jati diri santri terhadap hal-hal yang berlebihan
(israf). Israf adalah melampaui batas keseimbangan baik dalam hal makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal atau yang lainnya yang termasuk pada kesenangan naluriah
manusia yang tersembunyi di dalam hatinya. Israf merupakan sikap jiwa yang
memperturutkan keinginan yang melebihi semestinya.53
Israf merupakan perbuatan yang menyia-nyiakan sesuatu dan tanpa guna dan
manfaatnya, melebihi batas di setiap perbuatan, misalnya: menyia-nyiakan harta, ini
dilarang dalam agama dan merupakan penyakit hati, mengeluarkan harta tanpa faedah,

53 Sapinah Kurnia Asih, Aqidah Akhlak, Depok, CV Arya Duta, 2010, hal.
178.

46

seperti makan minum yang berlebihan, berpakaian yang terlalu menyolok serta
keterlaluan, dan lain sebagainya. Allah SWT. berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang
Telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(Q.S. Al Maidah, 5 : 87).
Sikap berlebihan (israf) di dalam Al-Quran menggunakan istilah yang berbeda
meskipun pengertiannya adalan sama, seperti tabdzir (pemborosan) tawasut (sikap
moderasi/pertengahan), tawazun (sikap keseimbangan),

iktishad (efesiensi/hemat).

Contoh yang termasuk pada perbuatan israf sebagai berikut:


1. Makan dan minum sampai terlalu kenyang, sebagaiamana firman Allah:

dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. AlAnam, 6 : 141)
2. Memberi pada orang lain sementara untuk kita tidak ada, sebagaimana firman
Allah:

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian. (Q.S. Al-Furqan, 25 : 67).
3. Berbelanja di luar batas kemampuan
Berbelanja atau yang kita kenal dengan shoping, pada kalangan tertentu adalah
sebuah hobi dan bahkan menjadi kebutuhan primer. Ia meluapkan keinginan
serta memuaskan bahwa nafsunya untuk membeli barang-barang yang padahal
kurang bermanfaat baginya. Sikap ini merupakan sikap yang harus dihindari.
Karena jika seseorang selalu memperturutkan hawa nafsunya, dalam hal ini
berbelanja yang banyak dan berlebihan, maka ia menjadi budak dari nafsu itu
sendiri.
4. berpakaian terlalu mewah

47

Pakaian memang berfungsi sebagai penutup aurat, pelindung tubuh dan pakaian
juga berperan untuk menunjukan jati diri seseorang. Dalam hal berpakaian,
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk bersikap sederhana. Adapun memakai
pakaian yang terlalu mewah dan berlebih-lebihan adalah perilaku israf, oleh
karena itu, kita harus senantiasa menjauhi akhlak buruk tersebut.
Dampak negatif dari sikap berlebihan adalah bisa menimbulkan penyakit tubuh,
stress menghadapi ujian, egoisme, cenderung jatuh kepada yang haram, menjadi saudara
setan, dan terhalang untuk memperoleh cinta Allah. Oleh karena itu, perlu usaha-usaha
untuk menghindarinya sebagai berikut:
1. senantiasa memikirkan dan merenungkan akibat dair bahaya israf.
2. mengendalikan hawa nafsu.
3. Senantiasa memerhatikan sunah dan perjalanan hidup Rasulullah SAW.
4. Selalu memerhatikan orang-orang salaf.
5. Tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang israf.
6. Memiliki keinginan yang kuat.
7. Selalu memikirkan dan merenungkan realita kehidupan manusia.
8. Selalu mengingat dan memikirkan kematian.
9. Selalu ingat karakter jalan hidup yang penuh beban dan penderitaan.54
C. Membentuk Karakter Jati Diri Santri yang Terpuji
Nilai panca-jiwa pesantren yang ketiga adalah kemandirian.
Kemandirian merupakan suatu sikap, dan sikap merupakan suatu yang dipelajari, sikap
yang dalam bahasa Inggris disebut Attitude ini oleh Dr. Gerungan diyatakan sebagai
berikut: Sebagai sikap dan kesedian bereaksi terhadap suatu hal. Artinya bahwa kita
tidak dilahirkan dengan dilengkapi sikap-sikap, tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersamasama dengan pengalaman yang kita peroleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian
itu tidaklah terjadi dengan begitu saja, namun sikap ini tertanam pada seorang anak
secara bertahap seirama dengan perkembangan dan lingkungannya.

55

Sedangkan

pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan gambaran saja,
pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi

manusia dan berkenaan

dengan objek tertentu. Charles schaeffer mengistilahkan sikap mandiri dengan berdiri
diatas kaki sendiri atau otonom, yang didefinisikan sebagai:

54 Ibid, hal. 182-183.


55.W.A.Gerungan, Psikologi sosial, Eresco, Bandung, 1996, halaman 149.

48

Keinginan untuk menguasai dalam mengendalikan tindakan-tindakan sendiri


dan bebas dari pengendalin dari luar. Tujuannya ialah untuk menjadi seorang
manusia yang ngatur diri sendiri. Seorang manusia yang berdiri diatas kaki sendiri
mengambil inisiatif, mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan melakukan hal-hal
untuk dan oleh dirinya sendiri.56
Sementara itu Dr. Zakiyah Darajat yang mengemukakan mandiri dengan istilah
berdiri sendiri, memberikan definisi sebagai berikut

bahwa berdiri sendiri yaitu

kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong
kepada orang lain, juga mengukur kemampuan untuk mengarahkan kelakuannya tanpa
tunduk pada orang lain,biasanya anak yang dapat berdiri sendiri lebih mampu memikul
tanggung jawab dan pada umumnya mempuyai emosi yang stabil.57
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar pada hakekatnya
adalah kecenderungan anak untuk melaksanakan kegiatan belajar bebas dari
pengendalian pihak luar, dengan kesadaran bahwa belajar adalah tugas dan tanggung
jawabnya. Kemandirian memiliki aspek-aspek yang dapat membentuk kepribadian
santri Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri
dari beberapa aspek ,yaitu:

1. Emosi aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan


tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
2. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi
dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi.
4. Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.58
Kemandirian santri akan membetuk jati dirinya sebagai berikut:

56 Charles Scaeffer, Bagaimana membimbing Anak secara Efektif,Terj. Dr.R.Tusman


Sirait, Restu Agung, Jakarta, 1987, halaman 59.

57 Zakiyah Darajat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak. Bulan Bintang, Jakarta 1982,
halaman 130.
58 http://gocenkhikey.blogspot.com/

49

1. Memiliki kemantapan diri. Aspek ini menyangkut rasa percaya diri terhadap

kemampuan dirinya sendiri, menerima diri apa adanya, dan puas dengan usaha
yang ia lakukan sendiri.
2. Mengambil inisiatif. Aspek ini melahirkan seseorang untuk menimbulkan cara

berfikir dan bertindak secara kreatif sehingga bisa menimbulkan inovasiinovasi baru.
3. Progresif dan ulet. Aspek menunjukan seseorang untuk mengejar prestasi

dengan penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapanharapannya.


4. Bebas. Hal ini menunjukan dengan tindakan yang dilakukannya adalah

tindakan atas kehendak dirinya sendiri bukan dari orang lain.


D. Membentuk Jati Diri Santri untuk Memperkokoh Persatuan Umat
Nilai panca-jiwa pesantren yang keempat adalah ukhuwah
islamiyah. Nilai ini dapat membentuk jati diri santri untuk menciptakan rasa
persatuan dan kerukunan antar umat. Ukhuwah islamiyah merupakan ajaran
yang dapat menimbulkan persatuan antar umat, sebagai wujud dari saling
persaudaraan antara satu dengan yang lainnya. Ukhuwah islamiyah akan
membentuk jati diri santri sebagai berikut:
1. Saling memberi nasihat dalam bersikap sabar dan dalam rangka
menegakkan kebenaran ilahi.
2. Saling menolong dalam menegakkan kebenaran.
3. Rela memberikan infak dan sedekah sehingga umat islam betul-betul
mempunyai rasa kepedulian terhadap sesamanya.
4. Bersikap keras terhadap orang kafir dan menyayangi serta ramah
antara satu dengan yang lainnya.
5. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman jika berjumpa dengan
saudara.
6. Berjabat tangan dan saling bermaafan ketika bertemu maupun akan
berpisah.
7. Sering bersilaturahmi.
8. Memenuhi hak ukhuwah islamiyah terhadap saudaranya.59
Selain itu sikap ukhuwah islamiyah yang terbentuk pada jati diri santri
akan melahirkan kerukunan umat beragama, karena didalam ukhuwah
islamiyah ada nilai toleransi (tasamuh). Yaitu suatu sikap yang saling
59 Sapinah Kurnia Asih, Aqidah Akhlak, hal. 143-144.

50

menghargai antar sesama. Toleransi tidak memandang suku bangsa dan ras.
Semua manusia pada dasarnya adalah sama dihadapan Allah SWT. Isyarat hal
ini dapat kita temukan pada firman Allah sebagai berikut:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S. Al-Hujarat, 49 : 13).

Toleransi dalam kehidupan sekarang ini sangat dibutuhkan, sekalipun itu


lintas agama. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan toleransi lintas agama. Pada dasarnya toleransi/tasamuh ini
terbagi menjadi dua, yang pertama dengan orang seagama (muslim) yang
kedua dengan orang berbeda agama (nonmuslim).Toleransi terhadap sesama
muslim mutlak dilakukan di samping sebagai tuntutan sosial namun juga
merupakan wujud persaudaraan yang terkait oleh tali akidah yang sama.
Adapun toleransi terhadap nonmuslim ada batasan-batasan tertentu. Selama
mereka mau menghargai kita, mereka pun harus kita hargai karena pada
dasarnya sama sebagai makhluk Allah, seperti anjuran haids Nabi SAW. yang
artinya, Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda,
jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Muslim).
Bersikap tasamuh, bukanlah sikap toleransi tanpa batas dan pendirian.
Akan tetapi, harus tetap berpegang dengan prinsip, yakni sekiranya ada hal
yang memang tidak bisa dikatakan tidak, walaupun akibatnya menyakitkan.
Adapun perbuatan yang termasuk bersikap tasamuh seperti kita berbuat baik
terhadap tetangga, sekalipun itu berlainan agama. Menghadiri undangan ketika
diundang, menjenguk ketika sakit dan sebagainya.
Nilai ukhuwah islamiyah juga akan membentuk jati diri santri yang memiliki
sikap solidaritas. Solidaritas adalah sifat atau rasa senasib, atau perasaan setia
kawan dan sebagainya. Jadi, solidaritas adalah perasaan yang terwujud dalam
rasa senasib dan setia kawan atau saling member jaminan yang dimiliki oleh

51

manusia sehingga menimbulkan rasa aman. Tidak ada kekhawatiran dan


kecemasan dalam menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama
saudara untuk saling memberikan pertolongan. Solidaritas dikalangan umat
islam untuk saling menghargai, mencintai dan tolong-menolong dalam
menjalani hidup diajarkan oleh nabi, sebagaimana hadis Nabi SAW:

:
( )
Dari Anas r.a. dari Nabi SAW. beliau bersabda, tidaklah beriman
seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri. (Mutafaq Alaih).
E. Membentuk Jati Diri Santri yang Berpengetahuan Luas
Nilai panca-jiwa pesantren yang kelima adalah kemerdekaan. Artinya
kebebasan dalam berpikir dan berbuat, bebas menentukan dan memilih jalan
hidupnya dimasyarakat kelak dengan berjiwa besar dan optimis dalam
menghadapi kesulitan hidup. Kebebasan ini bukanlah kebebasan tanpa nilai
yang berbuat sekehendak nafsunya, melainkan kebebasan yang dikembalikan
pada aslinya yaitu kebebasan yang memiliki disiplin positif dengan penuh
tanggungjawab baik pada Allah maupun kepada sesama manusia.
Pengetahuan luas memiliki nilai penting bagi jati diri santri. Sebab hal ini
merupakan bekal bagi para santri dikemudian hari agar tidak berpikir absolute,
sehingga bersikap kaku dan picik dalam menghadapi persoalan perbedaanperbedaan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Imam Zarkasyi sebagai berikut.
Demikian pula dalam masalah khilafiah, bahwa perpecahan di kalangan
umat berpangkal pada masalah yang disebabkan umat tidak mengenal
dan tidak mengerti suatu pandangan yang berbeda dengan
pandangannya, sehingga merasa heran dan memusuhi sesuatu yang
tidak semestinya dimusuhi (al nas adau ma jahilu orang cenderung
memusuhi apa yang tidak ia ketahui). Untuk menghindari semua itu
diperlukan pengetahuan yang luas.60
Selain membentuk jati diri santri yang berpengetahuan luas, nilai
kemerdekaan

juga

membentuk

berpikir

yang

bebas.

Berpikir

bebas

mengandung arti bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh didasarkan atas hawa
60 Emnis Anwar, dkk., Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren Di Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo, hal. 119.

52

nafsu melainkan berpikiran yang objektif atau jujur. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Imam Zarkasyi bahwa kebebasan berpikir sesungguhnya ialah
terbentuknya mujaddid atau mujtahid yang tidak terbelenggu oleh taqlid. Oleh
sebab itu moto berpikir bebas ini diletakkan setelah berpengetahuan luas yang
merupakan syarat mutlak yang dimiliki oleh mujaddid dan mujtahid.61
Berpengetahuan luas akan memiliki pengaruh terhadap pembentukan jati diri
santri sebagai berikut:
1. Menghindarkan fanatisme terhadap suatu pendapat atau pemikiran.
2. Menghilangkan sikap dengki pada orang lain yang berbeda pendapat
dengannya.
3. Menghilangkan tamak kepada kepentingan tertentu tanpa melihat yang
lainnya.
4. Menghindarkan diri dari mengikuti kecenderungan hawa nafsu.
5. Menghindarkan diri dari sikap mementingkan diri sendiri.62
Berpengetahuan luas dan kebebasan berpikir jati diri santri, melahirkan
semangat kepribadian santri untuk senantiasa menuntut ilmu pengetahuan,
sebagai pengamalan dari Hadits Nabi SAW. yaitu







Allah akan memberikan wajah yang berseri-seri pada seseorang
yang
mendengar
ucapanku lalu
disimpannya,
kemudian
disampaikannya sebagaimana yang didengarnya. Banyak juga
orang yang menyampaikan itu lebh pandai menghafal daripada
yang mendengarnya. Hadits Sahih diriwayatkan oleh Tirmizi.

Watak seseorang mumin yaitu senantiasa mencari ilmu, ia tidak pernah


puas dengan ilmu yang telah dimilikinya, sebagaimana Hadits yang dari Abu
Said Al-Khudry r.a. bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

Seseorang Mumin itu sama sekali tidak puas dengan kebaikan yang
didengarnya, sehingga penghabisannya nanti ialah masuk surga .
Hadits Hasan diriwayatkan oleh Tirmizi.63
61 Ibid, hal. 120.
62 Syaikh Thanthawi, Debat Islam Versus Kafir, Jakarta, Daar An-Nahdhah
Misr, 1997, hal. 23.
63 Sayid Sabiq, Unsur-unsur Kekuatan dalam Islam, Surabaya, Toko Kitab
Ahmad Nabhan, 1981, hal. 97.

53

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pembentukan jati diri santri yang
berasaskan pada nilai panca jiwa pesantren dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai keikhlasan dapat membentuk jati diri santri yang kokoh
aqidahnya.
2. Nilai kesederhanaan dapat membentuk jati diri santri yang terhindar
dari sifat yang berlebihan (israf).
3. Nilai kemandirian dapat membentuk jati diri santri yang terpuji.
4. Nilai ukhuwah islamiyah dapat membentuk jati diri santri yang
memperkokoh persatuan umat.
5. Nilai kemerdekaan dapat membentuk

jati

diri

santri

yang

berpengetahuan luas.
B. Saran-saran
Berdasarkan pada simpulan di atas, maka hasil penulisan ini dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Hendaknya pada setiap diri santri untuk senantiasa memahami,
mengkaji, mengamalkan, dan mengembangkan nilai-nilai panca-jiwa
pesantren sebagai asas dalam falsafah kehidupannya.
2. Bagi para ustad hendaknya senantiasa memberikan contoh atau
keteladanan dalam menerapkan pembentukan jati diri santri yang
berasaskan nilai panca-jiwa pesantren.
3. Bagi pondok pesantren hendaknya membuat suatu kebijakan yang dapat
mengembangkan nilai-nilai panca-jiwa pesantren dalam pembentukan
jati diri santri.
4. Bagi akademik hendaknya para santri senantiasa diarahkan dalam
melaksanakan

tugas

akhirnya,

senantiasa

pengembangan nilai-nilai panca-jiwa pesantren.

mengacu

pada

Anda mungkin juga menyukai