Anda di halaman 1dari 25

Bab I

Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam mengenal konsumenkita perlu mempelajari prilaku konsumen sebagai perwujudan
dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri.
Suatu mendefinisikan sebagai suatu wakil realitas yang di sederhanakan. Model prilaku
dapat didefinisikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang sederhakan untuk
menggambarkan aktitas-aktivitas konsumen.
Model prilaku konsumen dapat pula diartkan sebagai karangka kerja atau suatu yang
mewakili apa yang diyakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.

1
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Bab II (Pembahasan)
TEORI DAN PERILAKU KONSUMEN

Teori konsumen di gunakan untuk menjelaskan dan meramalkan produk produk yg akan
di pilih konsumen padan tingkat pendapatan dan harga tertentu. Teori ini juga digunakan untuk
mendapatkan kurva permintaan. pendekatan yg digunakaan dalam menganalisis penentuan
pilhan konsumen ini ada tiga yaitu pendekatan utilitas (utility approach), atau pendekatan kurva
indifferent (indifrence curve) dan pendekatan (atribute approach) pendekatan terkahir merupakan
pendekatan yang paling baru. Namun demikian pendekatan kurva indifference sekarang ini lebih
sering digunakaan.
Pendekatan utilitas menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari
pengkonsumsian barang barang dan jasa dapat di ukur dengan cara yang sama seperti untuk berat
atau tinggi barang seseorang. Oleh karna itu pendekatan ini disebut juga pengkuran cardinal.
Misalnya seseorang yang mempunyai berat 100kg bias dikatan mempunyai berat 2 kali lebih
berat di banding orang yang mempunya berat 50kg. demikian pula halnya dengan tingkat
kepuasan (utility) misalnya tingkat utilitas sebesar 200 dikatana 2 kali lebih besar dari pada 100.
Pendekatan kurva indiferens menganggap bahwa tingkat kepuasan atau utilitas yg
diperoleh konsumen dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa yang hanya biasa dihitung
dengan pengukuran cardinal. Misalnya tingkat kecerdasan seseorang atau IQ: sebagai contoh si
amat peringkat IQ setinggi 150 dikatakan lebih cerdas dari pada si amin setinggi 75. Tetapi tidak
benar jika kita mengakatan bahwa si amat adalah dua kali lebih Cerdas dari pada si amin. Kita
2
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

tidak bias menambahkan 2 orang yg ber IQ setinggi 75 untuk menyamai seseorang yg ber IQ
setinggi. Menurut pendekatan ordinal ini, kita hanya dapat mengatakan bahwa tingkat utiitas
sebesar 300 adalah lebih besar daripada tingkat utilitas sebesar 150, tetapi kita tidak dapat
mengatakan bahwa utilitas tersebu dua kali lebih besar.
Pendekaan atribut merupakan pendekatan yang relative baru. Pendekatan ini mengatakan
bahwa yang diperhatikan konsumen bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yang terkandung
dalam produk tersebut. Yang dimaksud dengan atribut suatu barang adalah semua jasa yang
dihaslkan dari penggunaan dana tau pemilikan barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara lain
meliputi jasa pengangkutan, prestise, privasi, keamanan, dan sebagainya.

PENDEKATAN UTILITAS
Seperti telah disinggung di muka kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian
barang dan jasa sering disebut utilitas. Istilah utilitas ini berhubungan dengan nama seorang
filosof inggirs yang bernama Jeremy Bentham (1748 1832). Namun demikian tidak ada
seorang ekonom pun pada masa itu yang bias memahami dukungan antara nilai suatu barang
dengan kepuasan yang diperoleh dari pengkonsumsian barang tersebut. Adam Smith (1723
1790) membedakan nilai guna (value in use) dengan nilai tukar (value exchange) dan
memberikan contoh yang sangat terkenal yakni antara berlian dan air. Berlian mempunyai harga
yang tinggi (niai tukar), tetapi tidak begitu penting bagi kehidupan (nilai gunanya rendah). Air
mempunyai harga yang rendah (nilai tukar), tetapi sangat penting bagi kehiudpan (nilai gunanya
tinggi).

3
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

David Ricardo (1722 1823) dan kemudian Karl Marx (1818 1883) menganggap
konsep nilai ini didasarkan pada nilai kerja (congealed labor). Menururt Marx, jika kita
membutuhkan 2 tenaga kerja untuk menghasilkan barang X dan hanya membutuhkan 1 tenaga
kerja untuk menghasilkan barang Y, maka nilai barang X adalah dua kali nilai barang Y. namun
demikian, banyak ekonom yang tidak menyukai pendapat ini.
Adalah seorang ekonom Inggris yang bernama William Stanley Jevons (1835 1882)
yang menjelaskan hubungan antara utilitas dan harga (atau nilai tukar). Dalam papernya yang
disampaikan untuk the British Association for the Advancement of Science pada tahun 1862, dia
memperkenalkan konsep utilitas marginal (marginal utility). Ia mengatakan bahwa utilitas
marginal-lah yang berhubungan dengan harga. Bukunya yang berjudul Theory of Political
Economy (1871) berisi suatu pengembangan konsep utilitas marginal secara sistematis.
Pendekatan utilitas ini bias digunakan untuk menunjukkan bahwa harga dan kuantitas
yang diminta berhubungan terbalik.

Asumsi-asumsi Pendekatan Utilitas


1. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas
berbagai barang yang dikonsumsinya:
Utilitas = U (Barang X, Barang Y, Barang Z .)
2. Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala
anggarannya.
3. Utilitas dapat diukur secara cardinal.

4
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

4. Marginal utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan menurun.
MU adalah perubahan total utility (TU) yang disebabkan oleh tambahan satu unit barang
yang dikonsumsi, ceteris paribus.
Untuk memahami konsep utilitas ini, perhatikan contoh berikut: Tabel 4.1 dibawah ini
menunjukkan skedul total utility dan marginal utility untuk rokok. Skedul MU mempunyai ciri
yang mneurun. Setiap tambahan rokok yang dihisap akan mneghasilkan tambahan TU yang
semakin kecil.
TABEL 4.1
Hubunga Antara TU dengan MU

Kuantitas rokok yang


dihisap
0
1
2
3
4
5

Total
Utility (TU)
0
9
17
24
30
35

Marginal
Utiity (MU)
9
8
7
6
5

Perbandingan antara MU dengan P.


Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan
tunduk kepada kendala anggaran (budget)-nya. Utilitas tersebut akan meksimum jika
perbandingan antar MU dan harga adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsi, misalnya
barang X, Y, dan Z.

5
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

M UX MUY MUZ
=
=
PX
PY
PZ
Contoh: jika kaidah diatas tidak terpenuhi, maka konsumen bisa mengatur lagi alokasi
pengeluarannya untuk menaikkan tingkat utilitas yan diperoleh.
M U X 10
= =2.5
PX
4

M UY 5
= =5
PY
1

Jika konsumen mengurangi konsumsi barang X sebesar satu unit maka konsums barang Y
akan naik sebesar 4 unit dengan jumlah pengeluaran barang yang sama. Utilitas akan turun
sebesar 10 utils (unit utilitas) untuk penurunan satu unit barang X tersebut. Utilitas akan naik
sampai 20 utils jika tambahan konsumsi barang x sebesr 4 unit. Total utility konsumen akan naik.
Jika rasio antara MU dan P sama, maka konsumen tidak perlu mengatur kembaipengalokaisan
pembelian untuk enaikan Total Utility-nya.
Slope Marginal Utility (MU)
Asumsi bahwa Mu semakin meurun (diminishing marginal utility) mencerminkan bahwa
kuva permintaan akan berslop negative. Konsumen akan mengurangi jumlah barang yang di
belinya jika harga barang tersebut naik, sesuai dengan kaidah rasio diatas, ceteris paribus.
PENDEKATAN KURVA INDIFFERENT
Pendekatan kurva indifferent (ordinal utility) yang menggunakan pengukuran ordinal
dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Tingkan-tingkat
utilitas yang di tetapkan pada beberapa kelompok barang menunjukan peringkat dari barang-

6
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

barang tersebut. Sekelmpok barang terdiri dari sejumlah barang dengan kuantitas tertentu.
Misalnya sebuah rumah, dua mobil, atau tiga sepeda motor.
Asumsi-Asumsi Pendekatan Indiferens
Dua asumsi pertama yang digunakan dalam pendekatan kurva indiferens ini sama dengan
asumsi pada pendekatan utilitas (cardinal). Dua sumsi yang terakhir berbeda karena di sini kita
menganggap utilitas bersifat ordinal.
Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Konsumen mendapatan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang dikonsumsinya.
U = U (barang X, barang Y, barang Z)
2. Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran
yang ada.
3. Konsumen mempunyai suatu skala preferensi.
4. Marginal Rate of Substitution (MRS) akan menurun setelah melampaui suatu tingkat
utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X,
pada tingkat kepuasan yang sama.
Skala atau Fungsi Preferensi
Fungsi preferensi adalah suatu system atau serangkain kaidah dalam menentukan
pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi preferensi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Untuk setiap dua kelompok barang, A dan B misalnya, konsumen bisa membuat
peringkat sebagai berikut: A lebih suka daripada B: B lebih disukai daripada A: maka A
indeferens terhadap B.
2. Peringkat tersebut bersifat transitif, yaitu jika A lebih disukai daripada B dan B lebih
disukai daripada C makan A lebih disukai daripada C.
7
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

3. Konsumen selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih banyak, karena
konsumen tidak pernah terpuaskan.
Kurva Indeferens mencerminkan Preferensi Konsumen
Kurva indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi (atau pembelian)
barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Artinya konsumen tidak akan
lebih suka (prefer) kepada suatu titik disbanding titik titik lain yang terletak pada kurva tersebut.
Kumpulan kurva indiferens disebut indifference maps dari setiap konsumen.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut: yaitu skedul indiferens dan kurva
indiferens yang ditunjukkan oleh tabel 4.1 dan gambar 4.1. tampak bahwa jika kuantitas suatu
barang turun, maka kuantitas untuk barang lain naik agar konsumen dapat mempertahankan
tingkat kepuasan yang sama.
TABEL 4.2
Marginal Rate of Subtitution

Kelompok barang

Tongsaeng
(piring)

Sate (Tusuk)

A
B
C
D
E

1
2
3
4
5

20
15
11
8
6

8
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Gambar 4.1
Kurva Indiferens

Sate
Tusuk

30

20
10
U=
6
1

4
1

U=
9
U=
U= 8

Tongsaeng
(piring)

Ciri-ciri Kurva Indiferens


Kurva indiferens mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Semakain kekanan atas (menjauhi titik origin), semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Kurva indiferens tidak berpotongan satu sama lain.
Kurva indiferens berslope negative.
Kurva indiferens cembung kearah origin.

Marginal Rate of Substitution (MRS) Pada Kurva Indierens


MRS akan menurun sepanjang suatu kurva indiferens. Jumlah barang Y yang bisa diganti
oleh satu unit barang X, pada kurva indiferens yang sama, akan me-dnurun jika rasio antara
barang X dan Y. hal tersebut menunjukkan bahwa kurva tersebut akan cembung kearah origin,
9
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.1. nilai absolut slope kurva indiferens tersebut akan
menurun jika jumlah barang X yang dikonsumsi meningkat.

Hubungan Antara MRS dengan Slope Kurva Indiferens


Besarnya MRS sama dengan nilai negative dari slope kurva indiferens. Karena slope
kurva indiferens selalu negative maka MRS akan selalu positif.
MRS=slope=

Y dY
=
X dX

Contoh: semua kelompok barang yang disajikan pada

contoh dimuka menunjukkan

tingkat kepuasan yang sama. Oleh karena itu kita dapat menghitung MRS dari tongseng untuk
sate dengan cara menghitung berapa banyak sate yang akan dikorbankan untuk setiap satu piring
tambahan tongseng (liat gambar 4.2). MRS sama dengan lima tusuk sate antara titik A dan B,
karena konsumen bersedia untuk mengorbankan lima tusuk sate (20 15) untuk setiap tambahan
satu piring tongseng. MRS turun menjadi empat tusuk sate antara titik B dan C. konsumen
tersebut hanya bersedia untuk mengorbankan empat tusuk sate (15-11) untuk setiap tambahan
satu piring tongseng. MRS terus menurun menjadi tiga (antara titik C dan D) dan menjadi satu
(antara titik D dan E) jika perubahan jumlah tusuk sate semakin kecil.

GAMBAR 4.2
10
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Marginal Rate of Subtitution


Sate (tusuk)
30
A

20

C
D
E

10

Tongsaeng
(piring)

Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumah barang yang dapat
dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.
Konsumen hanya mampu membeli sejulah barang yang terletak pada atau sebelah kiri gars
gambaran. Titik titik pada sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat pengeluaran
yang lebih rendah.
Contoh: jika anggaran satu sebesar Rp. 100 ribu dan harga barang X dan Y masingmasing Rp. 5 ribu dan Rp 10 ribu, maka garis angarannya ditunjukkan oleh garis BB (gambar
4.3). Daerah anggarannya (budget set) melukiskan semua kombinasi (X,Y) yang dapat dibeli
dengan anggaran sebesar RP 100 ribu atau kurang.

11
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Gambar 4.3
Garis Anggaran
Oy
15

I/

Py

10

Garis Anggaran
Daerah
Anggaran

I/

PX

B
5

10

15

OX

20

Persamaan Garis Anggaran


Persamaan garis anggaran (dimana I = pendapatan atau anggaran konsumen) bisa
ditukiskan dengan dua cara:
1) I = X.
2) Y =

PX

+ Y.

I . X . PX I
=
PY
PY

PY

PX
PY

Contoh persamaan anggaran untuk gambar 4.3 adalah :


100 = 100X + 10Y

12
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

100 5

10 10

Y=

X atau Y = 10 -

X
2

Ciri-ciri Anggaran
Garis anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Berslope negative
Berbentuk linier selama harga tidak berubah
Nilai dari garis anggaran semakin ke kanan semakin besar
Garis anggaran akan bergeser jika terjadi perubahan anggaran atau harga

Slope Garis Anggaran sama dengan PX / PY


Slope garis anggaran sama dengan nilai negative dari rasio antara harga barang pada
sumbu X (PX) dengan harga barang pada sumbu Y (PY). Kita dapat menghitung slope garis
tersebut dengan mencari titik titik potongnya dengan sumbu X dan Y dan dengan menggunakan
pengertian slope. Titik titik potong tersebut akan diperoleh dengan menganggap bahwa seluruh
anggaran dibelanjakan untuk suau barang tertentu. Oleh karena itu, pada anggran dan harga
tertentu seperti pada contoh dimuka, perpotongan pada sumbu Y akan terjadi pada I/PY =
100/100 = 10. Sedangkan perpotongan pada sumbu X terjadi pada I/PX = 100/5 = 20.

Slope =

Y
I /P

X
I /P

I
PY

PX
I

P X
PY

5 1
=
10
2

13
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Selai itu ada jug acara lain untuk mendapatkan slpe tersebut. Persamaan (dua) garis
anggaran diatas disebut rumus poin slope. Bagian pertama (I/PY) pada persamaan kedua
tersebut menunjukkan titik potong dengan sumbu Y. koefisien hubungan kedua (-PY) merupakan
slopenya. Oleh karena itu, kita tahu bahwa slope tersebut negative (-1/2).

Pergeseran Garis Anggaran


Garis anggaran akan bergeser jika anggaran dana tau harga berbubah. Kenaikan jumlah
anggaran akan menggeser garis anggaran ke kanan (menjauhi titik origin). Sementara itu,
kenaikan harga barang X akan menyebabkan garis anggaran berputar mendekati titik asal
(origin), sepanjang sumbu X.
GAMBAR 4.4
Pergeseran Garis Anggaran
QY

QY
(A)

40

(B)

40

Kenaikan
Anggaran

30

Kenaikan
Anggaran

30

20

20

10

10 B
B
10

20

B
30

40

50

QY

B
10

20

30

40

QY

50

14
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Contoh: jika anggaran naik dari Rp 100 ribu menjadi Rp 200 ribu garis anggaran BB
akan bergeser ke BB, seperti ditujukkan gambar 4.4 (A). jika harga harga barang X turun
menjadi Rp 4 ribu, garis anggaran tersebut akan berputar kea rah luar pada sumbu X yakni B
seperti ditunjukkan oleh gambar 4.4 B. sumbu metoda sederhana untuk menentukan kedudukan
titik titik pada garis anggaran yang baru tersebut (BB) adalah mencari perpotongannya dengan
sumbu X dan Y yang baru. Perpotongan dengan sumbu X adalah 200/5 = 40. Perpotongan
dengan sumbu Y 200/10 = 20.

PILIHAN KONSUMEN
Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang memaksimumkan
kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran yang ada. Sekelompok barang yang
memberikan tingkat keuasan tertinggi tersebut harus memenuhi dua syarat:
1. Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi bersinggungan dengan garis
anggaran.
2. Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indiferens tertinggi
dengan garis anggaran.
Sekelompok barang yang memaksimumkan kepuasan konsumen tesebut ditunjukkan oleh titik C
pada gambar 4.5. titik E juga terletak didalam daerah anggaran, tetapi dibawah kurva indiferens.
Sedangkan titik F diatas kurva indiferens tetapi tidak didalam daerah anggaran.

15
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Syarat Keseimbangan: MRS = PX / PY


Titik C pada gambar 4.5 merupakan titik singgung antara kurva indiferen dengan garis
anggaran. Oleh karena itu, slope kedua kurva tersebut harus sama pada titik tersebut.
Slope kurva induferens = (- / X ) = - MRS)
Slope kurva aggaran = -PX/PY

Gambar 4.5U
Pilihan Konsumen
Qy
5
0

40
30

20

U=
17

U = 12

10

B
0

10

20

U=8

Qx

Oleh karena itu, pada titik C


-MRS = -PX/PY
MRS = PX / PY
16
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Titik C merupakan titik keseimbangan didalam contoh tersebut. Konsumen tidak mempunyai
rangsangan (insentif) untuk mengubah kombinasi barang-barang yang dipilihnya. Dengan
kata lain, tidak ada kombinasi lain yang bisa dicapai yang memberikan tingkat kepuasan
yang sama dengan kendala anggaran yang ada.
Contoh jika MRS = 4 pada titik E (gambar 4.5), dan rasio PX/PY = 2 , maka sekelompok
barang tersebut tidak memaksimumkan tingkat kepuasan karena MRS > PX / PY.
Apakah konsumen akan membeli barang X yang lebih banyak dan barang Y lebih sedikit
untuk memaksimumkan tingkat kepuasannya ataukah sebaliknya? Kurva indiferens tersebut
lebih curam daripada garis angaran. Oleh karena itu, MRS lebih besar dari rasio PX/PY.
Konsumen tersebut dapat mencapai tingat kepuasan yang lebih tinggi dengan
mengkonsumsikanbarng X yang lebih banyak dan barang Y yang lebih sedikit, karena MRS
akan turun jika konsumsi barang X naik.
MRS sebesar 4 mepunyai arti bahwa konsumen bersedia menukarkan 4 unit barang Y
unruk 1 unit barang X. rasio harga sebesar 2 tersebut mempunyai arti bahwa masyarakat
bersedia untuk mempertukarkan 2 unit barang Y untuk 1 unit barang X. jika konsumen
tersebut mengurangi konsumsi sebesar 4 unit dia dapat menaikan konsumsinya akan barang
X sebesar 2 unit. 4 unit barang Y yang bisa digantikan oleh 1 unit barang X dan konsumen
tetap pada kurva indeverens yang sama. Oleh karena itu 2 unit barang X akan menempatkan
konsumen pada suatu kurva indiverens yang lebih tinggi.

17
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Pengaruh Perubahan Pendapatan dan Harga


Pergeseran garis anggaran akan mengubah keseibangan jumlah barang X dan Y yang
dikonsumsi. Jika barang Y naik , garis anggaranakan berputar dari BB ke BB. tingkat
konsumsi barang-barang yang meaksimumkan akan bergeser dari c manjadi c (Gambar 4.6)

Gambar 4.6
Perubahan Pendapatan dan Harga
Qy

B
B
Y
Y

C
C
X

PENURUNAN KURVA PERMINTAAN

Qx

Kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan kurva permintaan, baik secara
grafis maupun matematis. Penurunan tersebut dilakukan dengan 2tahap. Tahap pertama,
gambarkan kurvakonsumsi-harga. Dalam kurung (Price Consumtion Curve= PCC) tahap kedua,
gambarakan kembali kombinasi kombinasi harga-kuantitas dari PCC tersebut. Perhatikan
hubungan antara kurva indiferens dengan kurva permintaan. Kuantitas-kuntitas pada kurva
permintaan adalah jumlah barang yang dibeli (dikonsumsi) yang memaksumumkan kepuasan
konsumen pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus.
18
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Kuantitas yang dipilih tergantung pada Tingkat Harga


Kurva konsumsi harga (PCC) merupakan kumpulan barang (barang X dan Y) yang
memaksimumkan kepuasan konsumen pada berbagai tingkat harga X, dengan menganggap
pendapatan dan harga barang lainnya (Barang Y tidak berubah).
Untuk menggambarkan PCC barang X, pertama kali kita tentukan kelompok barang yang
optimal jika harga barang X tersebut berubah-ubah. Kemudian kita hubungan kelompok barangbarang yang optimal tersebut melalui sebuah garis. Garis ini adalah kurva konsumsi harga
(PCC). Perhatikan bahwa semua garis anggaran pada gambar 4.7 berputar melalui titik A karena
kita menganggap bahwa pendapatan dan harga barangnya tidak berubah.

Penggambaran Kembali Harga dan Kuantitas


Kombinasi-kombinasi antara harga dan kuantitas pada PCC dapat digabarkan dengan
sumbu harga dan kuantitas untuk mendapatkan kurva permintaan (gambar 4.8). Kurva tersebut
akan menunjukkan berbagai kuantitas suatu barang yang kan dibeli konsumen pada berbagai
tingkat harga, ceteris paribus. Ini merupakan pengertian dari kurva permintaan.

Gambar 4.7
Kurva Konsumsi Harga
Qy
PC
C
S1 Manajemen
Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

19

U=
20
U=
8
U=7

U=
12

Qx

X X XX

>

>

P1

Gambar 4.8
Kurva Permintaan
Harga
(Rp/unit)
P

Kurva
Permintaan

P
P

Gambar 4.9

PCC dan Elastisaitas Harga

(a)
Unitary Elastis
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

20

PCC

(b)
Inelastis

PCC

(c)
Elastis

PCC

PCC dan Elastisitas Harga


Slope kurva konsumsi-harga (PCC) menunjukkan nilai elastisitas harga (lihat gambar
4.9).
21
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

1. Jika PCC horizontal, elastisitas harga = 1 (unitary). Tidak ada perubahan pengeluaran
untuk barang X atau Y karena jumah barangnya yang dibeli, harga barang Y, dan
pendapatan tidak berubah.
2. Jika PCC ber slope positif, elastisitas harga <1 (inelastis). Jika harga barang turun,
pengeluaran untuk barang Y naik dan pengeluaran untuk barang X turun.
3. Jika PCC ber slope negative, elastisitas harga > 1 (elastis); jika harga barang X turun,
pengeluaran untuk barang Y turun dan pengeluaran untuk barang X naik.

Kegunaan Kurva Indiferens


Kurva indiferens dapat digunakan setiap saat jika anda mencoba untuk menganalisis
pilihan antara dua barang. Dengan memberi batasan bahwa suatu barang adalah segala sesuatu,
maka cara ini dapat diterapkan didalam permasalahan pilihan konsumen yang sangat luas.
Misalnya jika anda menghadapi suatu permasalahan: analisis pengaruh program xxx terhadap
konsumsi barang Y, anda seharusnya memperhatikan penerapan kurva indiferens ini.
Contoh: analisislah pengaruh dari usulan berikut ini. Pajak penggunaan bensin super
diturunkan dan pajak penggunaan premium dinaikkan. Pajak tersebut akan menurunkan harga
bensin super, sedangkan harga premium akan naik. Garis anggaran akan bergeser dari BB ke B.
seorang konsumen akan menaikkan proporsi penggunaan bensin super untuk mobilnya (dari S0
menjadi S), lihat gambar 4.10.
Gambar 4.10
Kegunaan Kurva Indiferens
Q (bensin super)
22
B
S
S
B

S1 Manajemen Reg. Sore


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

P'r

Pr

Q (premium)

23
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Bab III
Penutup

24
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Daftar pustaka

1. Arsyad,Lincolin.2008.Ekonomi Manajerial :Ekonomi Terapan untuk Bisnis: Yogyakarta


BPFE.

25
S1 Manajemen Reg. Sore
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Univesitas Mataram

Anda mungkin juga menyukai