PORTOFOLIO Gea Akut Dehidrasi Ringan Sedang Edit
PORTOFOLIO Gea Akut Dehidrasi Ringan Sedang Edit
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Diare secara epidemiologik biasanya didefinisiskan sebagai keluarnya
tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Namun para orangtua
mungkin menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menggambarkannya,
tergantung pada apakah konsistensi tinjanya lebih lunak, cair, berdarah, atau
berlendir, atau adanya muntah. Sangat penting untuk mengetahui istilah ini apabila
menanyakan apakah anak menderita diare. Bayi yang mendapatkan ASI penuh
biasanya mengeluarkan tinja beberapa kali tinja yang lunak atau agak cair setiap hari.
Untuk hal tersebut, lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya
frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal
oleh ibunya (biasanya lunak, ini jadi lebih lunak lagi).
Diare cair akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Penyebab terbanyak diare
pada usia 0-2 tahun adalah infeksi rotavirus.
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang, dengan perkiraan 3,2 juta kematian tiap tahun pada balita.
Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 episod diare per tahun,
tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episod per tahun. Sekitar 80% kematian
yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab
utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinjanya.
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami lebih dalam tentang diare cair akut
2. Mengetahui cara mendiagnosis dan mengetahui macam-macam diare cair akut
3. Mengetahui penatalaksanan dari diare cair akut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran
tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan
panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang
dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena
dehidrasi.
Penyebab
terpenting
diare
pada
anak-anak
adalah
Shigella,
tidak
sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah
tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini
meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif.
ETIOLOGI
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis)
dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di
samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbuldiare (Poorwo, 2003).
MANIFESTASI KLINIS
Pada Diare cair akut dapat ditemukan ejala dan tanda-tanda sebagai berikut
1. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekwensi lebih dari 3kali sehari
2. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
3. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
4. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun
besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa
menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
a. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan < 5% berat badan):
1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
2) Keadaan umum baik, sadar
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mucosa muluut dan bibir basah
5) Turgor abdomen baik, bising usus normal
6) Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare
frekuen) (Ardhani, 2008).
b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
2) Keadaan umum gelisah atau cengang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik. (Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan
timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal
ginjal akut.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tinja
1. Dapat disertai darah atau lendir
2. PH asam/basa
3. Leukosit > 5/LBP
Darah
1. Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam bassa
2. Analisa gas darah (Poorwo, 2003).
PRINSIP PENATALAKSANAAN DIARE CAIR AKUT
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru
kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.
Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Supplement zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
1. Diare cair akut tanpa dehidrasi
Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara
lain sebagai berikut:
dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan bila
tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak.
Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga diare berhenti. Volume
cairan untuk usia kurang dari 1th : 50-100cc, untuk usia 1-5 th mendapat 100200cc, untuk usia lebih dari 5th dapat diberikan semaunya.
b. Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari
berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak
bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet)
perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari. Zinc
diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare.
c. Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
d. Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah
terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam,
dan tinja berdarah.
e. Anak harus diberi oralit dirumah
Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sevagai
berikut:
Natrium
: 75 mmol/L
Klorida
: 65 mmol/L
:20 mmol/L
Sitrat
:10 mmol/L
Total osmolaritas
:245 mmol/L
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan
untuk dehidrasi berat, karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk
memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting terutama apabila
ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak
teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar).
Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak
memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitarnya dalam waktu 30
menit.
b. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10%
berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti
70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam.
Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit
pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya
100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk
menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap jam bagi setiap
penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat
dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan
lagi dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan.
Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut (sekitar
5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk member
tambahan kalium dan basa, Hal ini biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk
bayi dan 1-2 jam untuk penderita yang lebih besar.
d. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit
dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g
KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama
dan
juga
setelah
rehidrasi
inisial
untuk
mempertahankan
hidrasi.
biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap (Hasan,
2007)
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ
plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan
biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007)
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang
darah.
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Jakarta.