Anda di halaman 1dari 16

(PRA) PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANC K1 - K4 DAN


PENGETAHUAN DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI DESA (.......) WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEDATI

Oleh :
Agung Manik Septiana Putra

(07700136)

Dennis Priscilla Setiono

(07700193)

I Putu Candra Sasmita Sutarta

(07700291)

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Surabaya
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil
survey demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003 menunjukkan bahwa
angka kematian ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI,
2008)
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada dasarnya mengacu
pada intervensi strategis Empat Pilar Safe Moother Hood yaitu : Keluarga
Berencana (KB), pelayanan antenatal (ANC), persalinan yang aman dan
pelayanan obstetri essensial. (Depkes RI, 2008)
Antenatal care (ANC) terdiri dari serangkaian kunjungan ibu hamil yang
dikenal dengan istilah K1 dan K4. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti
bahwa ibu hamil harus berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi
setiap kontak tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayana
antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali
pada masa kehamilan sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat atau lebih (Depkes RI, 2004).
Cakupan K1 di Jawa Timur tahun 2010 menurut peta cakupan K1
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mencapai 632.571 ibu hamil atau
96,67% dari 654.382 sasaran ibu hamil. Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten
Jember (100%) dan terendah kabupaten Jombang (91,85%). Cakupan K4 di
Jawa Timur tahun 2010 mencapai 576.297 ibu hamil atau 88,07%, dan angka
ini belum mencapai target nasional 90%. Cakupan tertinggi adalah Kota
Malang (99,59%) dan terendah di Kabupaten Trenggalek (67,85%).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di

kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan
target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu
kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di
bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu
tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang
mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif.
Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih
perlu ditingkatkan. Sedangkan K4 : Kontak minimal 4 kali selama masa
kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal
1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua
kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas
pelayanan antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan
rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric.
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Menurut Syaifudin 2002,
salah satu yang termasuk tujuan dari ANC K1-K4 ini adalah mempersiapkan
ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agara dapat
memberikan ASI secara eksklusif
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
pembangunan di bidang kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan ini,
pemerintah turut dalam Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan
para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan
Bangsa-bangsa di New York pada bulan September 2000 yang menegaskan
kepedulian utama mayarakat dunia untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Develpment Goals-MDGs). Tujuan pembangunan
Milenium di Indonesia 2010 adalah menempatkan manusia sebagai fokus
utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan
akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan terkait dengan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian ASI

Eksklusif karena berdasarkan penelitian World Health Organisation/WHO


(2000) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9-12
bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di
bawah dua bulan, angka kematian meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008).
Studi Huffman & Lamphere juga menunjukkan pentingya peran ASI Eksklusif
di negara berkembang dibandingkan negara maju. Di negara maju ketika
higiene dan sanitasi sudah baik, peran ASI Eksklusif hampir dapat digantikan
oleh susu formula karena susu formula sudah dapat digantikan oleh susu
formula karena susu formula sudah apat disajikan dalam porsi dan kebersihan
yang terjaga dan mendekati kualitas ASI. Sementara di negara berkembang
penyapihan dan pemberian makanan pengganti ASI menyebabkan anak
menjadi mudah sakit dan status gizi kurang (Makara Kesehatan, Vol.14, Juni
2010). Berdasarkan studi huffman & lamphere tersebut, untuk Indonesia yang
tergolong negara berkembang maka peran ASI Eksklusif ini menadi sangat
penting yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status
gizi. Adapun durasi pemberian ASI yang ditetapkan oleh WHO sejak tahun
2002 yaitu diberikan secara Ekslusif pada 6 bulan pertama, kemudian
danjurka untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan
pendamping ASI sampai anak 2 tahun (DepKes RI,2001).
Pencapaian ASI Eksklusif di Jawa Timur masih rendah dan mengalami
penurunan setiap waktu. Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui
bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2010
sebesar 30,72% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar 69,28%.
(Profil Kesehatan Jawa Timur 2009). Target cakupan ASI Eksklusif oleh
Depkes RI sebesar 80% masih sulit dilaksanakan
Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku
pemberian ASI sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Beberapa
factor diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik
salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu. Keengganan ibu untuk menyusui
karena rasa sakit saat menyusui, serta kekhawatiran ibu mengenai perubahan
payudara setelah menyusui. Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai ASI
Eksklusif sangat mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI

Eksklusif pada bayi mereka nantinya. Menyusui memang alamiah. Tapi,


sekedar memahami menyusui sebagai kodrat saja belumlah cukup. Diperlukan
pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik dalam hal manfaat maupun
segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI. Menurut jurnal
Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Indonesia bahwa
pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman ibu adalah faktor predisposisi yang
berpengaruh positif terhadap keberhasilan ASI Eksklusif.
Konsep H. L. Bloom yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan (hereditas). Seseorang untuk memiliki motivasi
berperilaku kesehatan yang baik di pengaruhi oleh tingkat pengetahuan.
Sehingga pemberian ASI Eksklusif sangat dipengaruhi oleh perilaku si ibu,
baik itu pengetahuan tentang ASI maupun pemberian ASI eksklusif itu
sendiri. Pelayanan kesehatan seperti riwayat ANC merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Ibu yang tidak mendapat ane
natal class yaitu penyuluhan pada saat ANC mempunyai kemungkinan yang
lebih kecil untuk menyusui secara eksklusif dan mempunyai durasi menyusui
yang lebih singkat (Scoot & binns, 1998)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan kelengkapan ANC K1-K4 dan pengetahuan
dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa (.....) wilayah kerja PKM Sedati.
B. RUMUSAN MASALAH
a.

Apakah terdapat hubungan kelengkapan ANC K1-K4 dengan


pemberian ASI Eksklusif di Desa (.....) wilayah kerja PKM Sedati?

b.

Apakah terdapat hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI


Eksklusif di Desa (.....) wilayah kerja PKM Sedati?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan kelengkapan ANC K1-K4 dan pengetahuan
dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa (.....) wilayah kerja PKM Sedati.

2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kelengkapan ANC K1-K4 di Desa (.....) wilayah
kerja Puskesmas Sedati.
2) Menganalisis pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI Eksklusif
di Desa (.....) wilayah kerja Puskesmas Sedati.
3) Mengidentifikasi pemberian ASI Eksklusif di Desa (.....) wilayah kerja
Puskesmas Sedati.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Masyarakat :
1.

Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi


masyarakat khususnya ibu

hamil untuk dapat menambah

pengetahuan dan agar dapat melakukan antenatal care secara


teratur.
2.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan


ibu hamil terhadap ASI eksklusif dalam mencapai keberhasilan

3.

pemeberian ASI eksklusif.


Dapat memberikan masukan kepada masyarakat dalam upaya
untuk mencapai program ASI eksklusif.

Peneliti :
1. Sebagai salah satu kewajiban dalam melaksanakan penerapan
praktek kerja lapangan yang terkait dengan Ilmu Kedokteran
2.

Komunitas.
Menambah

referensi

pengetahuan

kesehatan

bidang

masyarakat, khususnya bidang kesehatan ibu dan anak.


Instansi Terkait :
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidoarjo, khususnya Puskesmas Sedati dalam bentuk hasil
analisa hubungan kelengkapan ANC K1-K4 dan pengetahuan
dengan pemberian ASI Eksklusif sehingga dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan dalam rangka meningkatkan pemberian
ASI Eksklusif di masyarakat.

2.

Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut khususnya


yang berkaitan dengan ASI Eksklusif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANTENATAL CARE
1. Definisi
Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil
oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya dilaksanakan
sesuai standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam standar
Pelayanan Kebidanan. Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan
ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang
sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan, deteksi
serta antisipasi dini kelainan janin dan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin. (Depkes RI, 2004)
Antenatal care (ANC) terdiri dari serangkaian kunjungan ibu hamil
yang dikenal dengan istilah K1 dan K4. Kunjungan ibu hamil adalah
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak
mengandung arti bahwa ibu hamil harus berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan tetapi setiap kontak tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan
ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan sedangkan K4 adalah
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih.
(Depkes RI, 2004)
2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau antenatal care
bertujuan untuk :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian
ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran


bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3. Program Pelayanan Antenatal
Upaya pelayanan kesehatan dasar sangat penting karena dengan
pemberian pelayanan dasar secara cepat dan tepat dapat mengatasi
sebagian

besar

meningkatkan

masalah
derajat

kesehatan

kesehatan

masyarakat.

masyarakat

Hal

yang

ini

akan

meningkatkan

pembangunan nasional di bidang kesehatan.


Berbagai pelayanan kesehatan dasar dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan, sebagai contoh puskesmas yang memiliki beberapa
Posyandu dengan pelayan kesehatan ibu dan anak. Gangguan kesehatan
yang dialami ibu dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan
hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum,

bidan,

dan

perawat)

kepada

ibu

hamil

selama

masa

kehamilannya. Program pelayanan antenatal ini menitikberatkan pada


kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
dari cakupan K1 dan K4.
Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran
besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan
standar serta paling sedikit pempat kali kunjungan, dengan distribusi
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga. (Depkes,2005)
B.

Ibu Hamil
1. Definisi
Pengertian ibu hamil (Gravida) adalah wanita yang sedang hamil.
Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin.
Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan
yang optimal.

Menurut Dorland (2002) pengertian wanita hamil (Gravida) adalah


salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi
G-P-Ab, di mana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan
jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri
cirinya adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang
menonjol, striase livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen
perforatus, vagina sempit, dengan rugae, portio runcing dan tertutup.
2. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi
cukup bulan. Ciricirinya adalah payudara lembek dan bekas dan
menggantung, puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung,
striase livide dan ablikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva
terbuka, karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio
tumpul dan terbagi dalam bibir depanbelakang.
C.

Tingkat Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk
dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003),
dimana tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

1. Tahu (know)
Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan yang paling rendah dengan
cara

menyebutkan,

mendefinisikan

dan

menyatukan

sesuatu.

Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI yang baik akan mempengaruhi


ibu dalam memahami tentang manfaat ASI.
2. Memahami (comprehension)
Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat

10

menjelaskan, contohnya ibu menyusui dapat memahami dan mengetahui


cara pemberian ASI yang tepat.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini
dapat diartikan penggunan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu menyusui dapat
menggunakan cara tindakan awal dalam pemberian ASI.
4. Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi di dalam struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, serta mengelompokkan tentang pemberian
ASI.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteriakriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat
penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan serta
kesehatan setiap anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

11

(2003), yaitu :
1. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka ia akan mudah menerima
dan menyesuaikan hal-hal yang baru.
2. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan
pengetahuan yang lebih jelas
3. Kultur Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan
agama yang dianut.
4. Pengalaman
Pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana ibu
dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan
memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap
lebih bijak.
D.

ASI Eksklusif
1. Definisi
ASI eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan kepada Bayi
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain.(PP No. 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif).
Dalam masa 6 bulan setelah kelahiran, bayi tidak diharapkan
mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air
teh, madu, maupun air putih.
2. Komposisi dan Volume ASI
2.1. Komposisi ASI
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari.
1. Kolostrum

12

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh


payudara dengan volume antara 150-300 ml/24 jam. Cairan kolostrum
berwarna

kekuning-kuningan

dan

lebih

kental

karena

banyak

mengandung protein dan vitamin A yang tinggi selain itu kolostrum juga
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi bayi
dari penyakit infeksi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi
daripada ASI masa matur. Walaupun jumlah protein sedikit namun sudah
memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum
jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi
(Soetjiningsih, 1999).
2. ASI Masa Transisi
ASI yang keluar sejak hari ke tiga hingga hari ke sepuluh sesudah
kelahiran yang merupakan peralihan dari kolostrum menuju ASI masa
matur. Kadar protein merendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
meningkat. Kadar energi ASI pada masa transisi lebih rendah
dibandingkan ASI masa matur yaitu 67 kcal/100 cc.(Soetjiningsih,
1999).
3. ASI Masa Matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.
Komposisi relatif konstan pada ibu yang sehat dimana produksi ASI
cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik.
2.2. Volume ASI
Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir
biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi
memerlukan sebanyak 600ml susu per hari. Jumlah tersebut dapat
dicapai

dengan menyusui

bayinya

selama

4-6 bulan pertama

(Proverawati dan Rahmawati, 2010. Menurut Prasetyo (2009), volume


lakstasi dari waktu ke waktu berubah, yaitu sebagai berikut :
1. Enam bulan pertama : 500-700ml ASI/24 jam
2. Enam bulan kedua : 400-600 ml ASI/24 jam
3. Pada tahun kedua

: 300-500 ml ASI/24 jam

13

3. Keuntungan ASI
Pemberian ASI memberikan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga
dan negara. Adapun penjelasannya adalah :
a. Keuntungan ASI bagi bayi, Menurut Depkes RI, (2001)
keuntungan ASI bagi bayi adalah :
1. Kandungan ASI mempunyai komposisi yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi.
3. Bayi tidak mudah terkena diare.
4. Resiko alergi lebih kecil.
5. Mengurangi kejadian gigi keropos.
6. Memberikan keuntungan psikologik, karena bayi berhubungan
eratdengan ibu sehingga bayi merasa aman dan muncul rasa
percaya diri.
b. Keuntungan ASI bagi ibu, Menurut Depkes RI, (2001) keuntungan
ASI bagi ibu adalah :
1. Merangsang kembalinya kandungan ke bentuk dan ukuran
semula, sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2. Menjarangkan kehamilan, pada ibu yang menyusui secara murni
(eksklusif) dapat menekan kesuburan.
3. Mengurangi kejadian kanker payudara
4. Mempunyai keuntungan psikologik, karena menimbulkan rasa
bangga dan diperlukan oleh bayi.
c. Keuntungan ASI bagi keluarga, Menurut Depkes RI, (2001)
keuntungan ASI bagi keluarga adalah :
1. Tidak merepotkan keluarga karena praktis dan ekonomis dan
tidak perlu membeli.
2. Mengurangi pengeluaran rumah tangga.
3. Kelahiran yang lebih jarang menyebabkan hubungan bayi dan
keluarga lebih dekat.
d. Keuntungan ASI bagi negara, Menurut Roesli Utami, (2002)
keuntungan ASI bagi negara adalah :

14

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.


2. Mengurangi subsidi biaya perawatan ibu dan anak.
3. Membantu program keluarga berencana.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemberian ASI tanpa MPASI
Status kesehatan seorang anak bayi sangat dipengaruhi oleh peran
serta ibu dalam hal ini pemberian ASI tanpa MPASI, dimana seorang ibu
yang mempunyai kesibukan alias ibu yang bekerja, akan berpengaruh pada
lama pemberian ASI sesuai dengan usia bayinya (Depkes RI, 2001). Selain
itu tingkat pengetahuan ibu yang rendah berpengaruh pada lama pemberian
ASI tanpa MPASI pada bayi, yang pada akhirnya berdampak pada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari (Almatsier, 2002). Hasil
penelitian Leni (2007) menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan tidak
bekerja tetapi mempunyai pengetahuan yang kurang baik temtang manfaat
ASI eksklusif sangat berpengaruh besar pada frekuensi pemberian ASI
eksklusif yang berlanjut pada status kesehatan bayinya.

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEP

Ibu
Hamil

Faktor Pelayanan
Kesehatan (ANC K1-K4)

Faktor Perilaku
(pengetahuan)

Pemberia
n ASI
Eksklusif

15

Faktor Keturunan

Faktor Lingkungan

Faktor faktor yang


mempengaruhi pemberian ASI
Eksklusif

16

Anda mungkin juga menyukai