Anda di halaman 1dari 101

OLEH : RAHMAT HIDAYAT

FAKULTAS KEHUTAAN UNTAD


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat
membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung
pada jenis komponen yang tergantung didalamnya.
Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran
merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarangan.Zat murni
yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk
campuran.Contohnya, air laut terdiri dari iar dan berbagai zat yang tercampur
didalamnya, misalnya garam.Tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik
dalam wujud padat, cair, atau gas.Udara yang kita hirup setiap hari mengandung
bermacam-macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen, uap air, karbon
monoksida, dan sebagainya.
Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan
pencemar atau pencampuran lainnya pada suatu campuran dengan sistem
pemisahan dan pemurnian.
Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal
tersebut bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung
didalamnya, seperti pemisahan pemisahan zat padat dari suspensi, pemisahan zat
padat dari larutan, pemisahan campuran zat cair, pemisahan campuran dua jenis
padatan.
Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau
lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur


Untuk mengetahui zat murni yang dihasilkan lewat proses dekantasi
Untuk mempelajari perubahan apa saja yang terjadi pada dua zat atu au

lebih yang telah dipisahkan


Mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih
yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak
murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran
tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen
dan heterogen (Ralph H Ptrucci,1996)
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Unsur
adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil.

Sedangkan senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa
unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan
reaksi kimia tersebut. Contohnya dihidrogen monoksida (air,H2O) adalah sebuah
senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Contohcontoh dari larutan dan unsur adalah larutan yang umum dijumpai adalah padatan
yang dilarutkan dalam cairan seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Contoh
unsur adalah hidrogen, dilambangkan dengan (H), termasuk kedalam kategori gas.
Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan dua zat
berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik.Tiap zat dalam campuran ini tetap
mempertahankan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran :
-

Campuran terbentuk tanpa melalui reaksi kimia.

mempunyai sifat zat asalnya

Terdiri dari dua jenis zat tunggal atau lebih.

Komposisinya tidak tetap.

Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan
campuran heterogen.
Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa
yang mempunyai susunan seragam dalam contoh itu tetapi berbeda susunan dari
contoh lain, selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang
semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase. Yang disebut
satu fase adalah zat dan sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian
lain didekatnya dan juga campuran dapat dikatakan campuran homogen jika
antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi
walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen
mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga memiliki sifatsifat yang sama diseluruh cairan.Campuran heterogen adalah campuran yang
komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan
sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih
sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnyatidak sama
diberbagai bejana. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika
antara komponennya masihterdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan

tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran


memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam (Ralph H.Petrucci,1987)
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara
kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat
dipisahkan.Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud,
dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud padat
dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan
bermacam-macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat halus,
contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel. Kertas saring dipakai untuk
memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai
untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukri S,1999)
Karena perbedaan keadaan agregasi (bentuk penampilan materi) sangat
mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka
diadakan pembedaan :
a. Memisahkan zat padat dari suspensi
Suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat kecil
(padat), setengah padat, atau cairan tersebutr secara kurang lebih seragam dalam
medium cair.Suatu suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan (filtrasi) dan
sentrifugasi.
-

Penyaringan (filtrasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya, sasarannya

adalah agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif bebas dari larutan.
Media yang digunakan untuk penyaring adalah:
-

kertas saring

penyaring asbes murni atau platinum

lempeng berpori yang terbuat dari kaca bertahanan misalnya pyrex dari
silika atau porselin.

- Sentrifugasi (pemusingan)
Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang jumlahnya
sedikit. Sentrifugasi digunakan untuk memutar dengan cepat hingga gaya

sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan untuk
mengendapkan partikel tersuspensi.
b. Memisahkan zat padat dari larutan
Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan
penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi).Zat padat terlarut dapat dipisahkan
melalui penguapan atau kristalisasi.
-

Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan

zat terlarut.Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih yang lebih
tinggi daripada pelarutnya.
-

Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut

mengkristal.Hal

itu

terjadi

karena

kelarutan

berkurang

ketika

suhu

diturunkan.Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu


dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui
kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang
lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
-

Rekristalisasi

Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembali) berdasarkan


perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebaiknya
komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu
kamar. Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan.
c. Memisahkan campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi.Campuran
dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan dekantasi
dan corong pisah.
-

Distilasi
Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan

atau lebih. Jika canpuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat kita dapat

menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi komponen secara


bertahap.Pengmbunan terjadi dengan mengalirkan uap ketabung pendingin.
-

Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari

campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massa jenis
yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap,
contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses
diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan:
-

suhu

ph

efek garam

kompleksasi

derajat supersaturasi

sifat pelarut

(Husein H. Bahti,1998)

- Corong Pisah
Untuk pelarut-pelarut yang lebih ringan dari air, dapat digunakan corong
pemisah yang dimodifikasi, yang dirancang untuk menyederhanakan penyingkiran
fase yang lebih ringan.Setelah keadaan seimbang, lapisan yang lebih ringan dan
lapisan air, didesak keatas dengan memasukkan merkurium melalui kran pada
dasar bulatan corong, dengan bantuan sebuah bola pembantu pengatur permulaan
merkurium.
- Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur seperti eter kloroform, karbon tetraklorida dan karbon disulfida.

Diantara berbagai metode pemisahan, ekstraksi merupakan metode yang paling


baik dan paling popular, alasan utamanya karena metode ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau
canggih, melainkan hanya memerlukan corong pisah.Pemisahan yang dilakukan
sangat sederhana, bersih, cepat dan mudah.
-

Sublimasi

Sublimasi adalah dimana suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan
hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali dalam
keadaan padat.
Syarat sublimasi :
-

Padatan akan menyublin bila tekanan uapnya mencapai tekanan atmosfer


di bawah titk lelehnya.

Secara teoritis setiap zat yang dapat didestilasikan tanpa terurai, dapat di
sublimasikan pada suhu dan tekanan yang cocok

(Syukri S,1999)
Senyawa-senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi zat
yang lebih sederhana.Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah unsur.Pada
tahun 1799, seorang ilmuwan Perancis bernama Joseph Lovis Proust (1754-1826)
menemukan suatu sifat yang terpenting dalam senyawa yaitu yang disebut hukum
perbandingan tetap. Proust menyimpulkan bahwa pwebandingan massa unsur
dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan sifat senyawa sebagai berikut :
a. Tergolong zat tunggal
b. Dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana
c. Terbentuk dari dua unsur jenis zat atau lebih zat dengan perbandingan

tertentu
d. Mempunyai sifat tertentu dan berbeda dari sifat unsur penyusun

Suspensi dan koloid : Suspensi adalah campuran kasar dan tampak heteroogen.
Sedangkan koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi. Secara mikroskopis koloid tampak homogen, tetapi jika
diamati dengan mikroskopis ultra akan tampak heterogen masih dapat dibedakan
atas komponennya (James,1999)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-Alat

Alat pemanas
Cawan penguap
Cawan petri
Corong pisah
Gelas kimia 100ml
Sendok (spatula)
Batang pengaduk
Corong gelas
Tabung reaksi
Pipet tetes
erlenmeyer

3.1.2 Bahan

Garam dapur
Naftalena
Norit
Minyak goreng
Kapur tulis
Pasir
Aqudes
Kertas saring
CuSO4.5H2O
Sabun
Tisu

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1

Dekantasi
Dimasukkan 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia
Ditambahkan aquades
Dihomogenkan lalu diamati

3.2.2

Filtrasi
Dimasukkan1 sendok kapur tulis ke dalam gelas kimia sebanyak
Ditambahkan aquades
Dihomogenkan
Disaring kedalam erlenmeyer lalu diamati

3.2.3 Rekristalisasi

Diambil CuSO4.5H2O
Ditambah aquades
Dipanaskan sampai kering lalu diamati

3.2.4

Sublimasi
Diambil garam dan naftalena ke dalam cawan
Ditutup dengan corong kaca yang sudah dilapisi kertas saring
Dipanaskan, lalu diamati

3.2.5

Ekstraksi
Diambil aquades
Dimasukkan ke dalam corong pisah
Ditambah minyak secukupnya
Dikocok corong pisah
Diamati fase yang terbentuk

3.2.6

Kristalisasi
Ditambahkan garam secukupnya
Dilarutkan dengan aquades
Dipanaskan sampai kering, lalu diamati

10

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No
.
1.

Perlakuan

2.

Dekantasi :

Dimasukkan 1 sendok pasir ke


dalam gelas kimia

Ditambah aquades

Dihomogenkan

diamati

Filtrasi :
Dimasukkan 1 sendok kapur tulis
Ditambahkan aquades
Dihomogenkan
Disaring kedalam erlenmeyer
diamati

Pengamatan

Setelah aquades di campur kapur


tulis, air menjadi keruh berwarna
putih susu
Setelah disaring menggunakan
kertas saring dan air campuran
berubah menjadi jernih
Filtrat: Air saringan yang telah
berubah menjadi jernih
Residu: Sisa kapur tulis yang
tertinggal di kertas saring

3.

Rekristalisasi :

Diambil CuSO4.5H2O

Ditambah aquades

Dipanaskan sampai kering

Diamati

4.

Sublimasi :

Diambil garam dan naftalena


kedalam cawan

Ditutup dengan corong kaca


yang sudah dilapisi kertas saring

Dipanaskan

Diamati

setelah dicampur pasir, aquades


menjadi keruh
camnpuran didiamkan beberapa
waktu sehingga menghasilkan
endapan
karena massa pasir berada lebih
besar daripada air maka pasir
berada diatas
campuran pasir dan aquades
merupakan campuran heterogen
sehingga masih bisa dibedakan
antara pasir dan air

Sebelum CuSO4.5H2O dicampur


dengan aquades airnya menjadi biru
Setelah dipanaskan air, akan
menguap dan akhirnya mengkristal

Campuran garam dan naftalena


dipanaskan dan menghasilkan
uapan
naftalena
sedangkan
garam, tetap

11

5.

6.

Ektraksi :
Aquades dan minyak goreng
Diambil aquades
dikocok dan hasilnya minyak dan
Dimasukkan kedalam corong
air tetap terpisah
pisah
Setelah
itu dicampur sabun
Ditambah minyak secukupnya
dimasukkan
kedalam corong pisah.
Dikocok corong pisah
Dikocok dan hasilnya terjadi 3 fase,
Diamati fase yang terjadi
minyak diatas, air ditengah dan
sabun dibawah
Air, minyak bercampur karena
sabun bersifat hidrofolik dan
hidrofobik
Kristalisasi :
Garam yang dicampur dengan
Diambil garam secukupnya
aquades,
didihkan
dan
Dilarutkan dengan aquades
menghasilkan endapan garam
Dipanaskan sampai kering
Diamati

4.2 Reaksi
4.2.1 CuSO4 + H2O Cu+ + SO4 + H2O
4.2.2 Minyak goreng+air+sabun
O
CH2OC(CH2)7CHCH(CH2)7CH3
O
CHOC (CH2)7CHCH(CH2)7CH3
O
CH2OC(CH2)7CHCH(CH2)7CH3
Struktur minyak (trigliserida)

4.2.3 Naftalena
4.2.4 NaCl + H2O NaOH+ HCl+

12

4.3 Pembahasan
Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau
lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian
adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.
Teknik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar dapt
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
-

Penyaringan, adalah proses pemisahan yang didasari pada perbedaan

ukuran partikel
Rekristalisasi adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan

mengkristal kembali
Sublimasi adalah proses pemisahan dan pemurnian zat yang dapat

menyublim dari suatu partikel atau zat yang tercampur


Ekstraksi adalah proses pemurnian zat bercampur dengan menggunakan

sifat kepolaran suatu zat yang menggunakan corong pisah


Kristalisasi adalah proses yang membentuk kristal padat, baik gas, cairan

atau molekul
Rekristalisasi adalah proses pemisahan benda padat berbentuk kristalin
Filtrasi adalah proses sustansi/zat yang telah melewati penyaringan

Yang dimaksud dengan :


-

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih

zat.
Unsur adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang

lebih kecil
Campuran adalah campuran suatu bahan yang terdiri atas satu atau

lebih zat yang masih mempunyai sifat-sifat zat asalnya


Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua

bahan atau lebih dalam fase yang sama


Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua
bahan atau lebih dalam fase yang berbeda

Membahas hasil percobaan :

13

Proses pemisahan campuran pasir dan air dilakukan dengan dekantasi.


Pasir dilarutkan ke dalam air kemudian dibiarkan hingga pasir

mengendap karena massa jenis pasir lebih berat dari air


Proses filtrasi pemisahan suspensi kapur tulis dalam air dilakukan
dengan filtrasi (penyaringan). Kapur tulis didalam air dilakukan
dengan

filtrasi

(penyaringan).

Kapur

tulis

yang

dihaluskan

dimasukkan kedalam air dan campuran tampak keruh. Kemudian


disaring dan kapur tulis tertahan pada kertas saring karena kapur
memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibanding ukuran pori-pori
-

kertas saring
Proses pemurnian naftalena dilakukan dengan cara sublimasi.
Naftalena yang tercemar oleh garam pada cawan penguap ditutup oleh
kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil. Kemudian ditutup lagi
dengan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat oleh
tisu. Kemudian diuapkan hingga naftalena berubah menjadi gas dan
dari wujud gas langsung ke padat pada pendinginan tidak menjadi

cair terlebih dahulu


Proses pemurnian minyak dan air dilakukan dengan ekstraksi air dan
minyak goreng. Kedua dimasukkan kedalam corong pisah dan
terbentuk pada dua fase karena air dan minyak tidak dapat saling

melarutkan. Air bersifat polar dan minyak non-polar


Minyak dan air tidak tercampur karena massa jenis dan sifat
kepolarannya berbeda. Minyak bersifat hidrofobik dan air bersifat
hidrofolik

Fungsi perlakuan adalah perubahan suhu dan reaksi karena adanya dua
campuran yang berbeda bergabung menjadi satu sedangkan fungsi reagen adalah
perlakuan selama percobaan dimulai dari penimbangan untuk menentukan jumlah
berat larutan yang diperlukan dalam suatu percobaan.
Dalam ilmu kimia pengertian Like Dissolved Like sudah sangat umum
digunakan. Suatu kelarutan yang besar dapat terjadi bila molekul-molekul solut
mempunyai persamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekulmolekul solven. Bila ada kesamaan misal momen dipole yang tinggi antara solven

14

dan solut maka gaya tarik menarik yang terjadi antar solut dan solven adalah kuat.
Namun, bila tidak ada kesamaan diantara keduanya maka gaya tarik akan
cenderung lemah. Sehingga dengan begitu suatu senyawa polar H 2O biasanya
merupakan solven yang baik untuk senyawa polar seperti alkohol, akan tetapi
merupakan solven yang buruk untuk senyawa non-polar seperti minyak goreng.
Oleh karena itu senyawa air dan minyak goreng pada perlakuan ekstraksi diatas
merupakan salah satu bukti penerapan prinsip like dissolved like. Jadi like
dissolved like adalah sebuah prinsip kelarutan dimana, suatu zat hanya akan larut
pada pelarut yang sesuai.
Aplikasi pada kehidupan sehari-hari :
-

Dekantasi :

a. Pembuatan campuran air dan kopi


b. Dalam pendulangan emas
c. Pengendapan campuran air dan pasir
Filtrasi :
a. Pembuatan jus mangga
b. Penyaringan santan untuk masakan
c. Penyaringan campuran air dan santan
Ekstraksi :
a. Pemisahan minyak dan alkohol
b. Pemisahan minyak dan air
c. Pemisahan oli dan minyak
Kristalisasi : a. Pembuatan kristal gula
b. Pembuatan garam dari laut
c. Pengolahan air laut menjadi air tawar
Sublimasi : a. Pemisahan naftalena dari pengotornya
b. Penguapan bahan pengawet dari pewangi padatan
c. Pemisahan iodin dari campurannya
Adapun manfaat dari pengadukan pada setiap percobaan ditujukan untuk

mencampur zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi suatu campuran. Dan manfaat
pada percobaan ekstraksi adalah untuk mencampurkan minyak dan air.
Mendiamkan campuran setelah diaduk pada percobaan dekantasi adalah untuk
menunggu zat terlarut pada campuran tersebut mengendap. Pemanasan pada
percobaan kristalisasi adalah untuk menguapkan zat terlarut tersebut hingga
meninggalkan zat terlarutnya. Penyaringan pada percobaan filtrasi adalah untuk
menyaring padatan yang terdapat pada campuran. Pemanasan yang dilakukan
pada pencampuran naftalena dan garam pada percobaan sublimasi adalah untuk

15

memisahkan kedua campuran padatan tersebut dengan menguapkan dahulu zat-zat


yang mempunyai titik uap paling rendah.
Struktur minyak goreng :
CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2-(CH2)6-COOH
Struktur naftalena (CHOH8) :
Struktur air H2O :
H-O-H
Masing-masing percobaan dilakukan karena untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan
kimia yang berkaitan dari suatu bahan.
Perlakuan yaitu tindakan yang kita lakukan pada bahan yang akan kita
reaksikan, range. Manfaat masing-masing percobaan adalah kita dapat mengetahui
kinerja pembuatan dan pemisahan serta pemurnian dari semua cara yang ada
sehingga dalam praktikum yang lainnya kita dapat lancar melakukan dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi pengadukan dan pengocokan zat
yang dicampur ialah membuat kedua zat yang dicampurkan dapat bersatu.
Pemanasan dilakukan bertujuan menguapkan zat yang titik didihnya lebih rendah,
sehingga dapat dipisahkan zat sisa dan hasil reaksi serta didapatkan hasil berupa
zat murni. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan dan memurnikan zat atau
filtrat sebagai hasil-hasil dari zat-zat sisa (residu).
Dalam proses pemisahan dan pemurnian dikenal dua metode penyerapan,
adsorbsi dan absorsi. Perbedaan antara adsorbsi dan absorsi adalah merupakan
pemisahan dengan cara penyerapan pada seluruh bagian permukaan. Sedangkan
adsorbsi merupakan proses pemisahan dan pemurnian dengan cara penyerapan
yang terjadi buih pada permukaan apa saja.
Aquades dalam percobaan ini digunakan sebagai pelarut universal, sebagai
penyerap warna minyak. Digunakan sebagai larutan yang bersifat polar.
Zat-zat yang digunakan dalam praktikum ini adalah zat murni. Zat murni
adalah zat yang belum tercampur apapun dan pada praktikum ini ada yang disebut
pelarut dan larutan yang mempengaruhi semuanya.
Pada praktikum ini prinsip-prinsip berpengaruh pada proses pemurnian
dan pemisahan sehingga perlu diperhatikan prinsip-prinsip dan metode-metode
yang dilakukan pada praktikum kali ini. Pada setiap praktikum harus banyak
16

memperhatikan semuanya, mulai dari metode-metode, prinsip-prinsip dan yang


lainnya.
Pengaplikasian percobaan ini dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
adalah proses filtrasi digunakan pada kegiatan rumah tangga yaitu untuk
menyaring teh dan pembuatan tahu, proses dekantasi pada industri besar yaitu
untuk pengendapan limbah yang ada. Kristalisasi digunakan untuk penjernihan air
dengan kaporit karena pada proses ini menggunakan prinsip adsorbsi dan absorsi
serta penjernihan minyak. Sublimasi yaitu proses penyubliman dimana pada
proses ini terjadi pada kapur barus, iodium dan belerang yang menyublim ketika
dibiarkan pada suatu ruangan dengan sinar panas. Kapur barus digunakan untuk
menghilangkan bau pada pakaian. Aplikasi-aplikasi diatas dapat kita temukan
pada kehidupan sehari-hari.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, zat murni yang dihasilkan lewat

dekantasi adalah endapan pasir yang telah bebas dari kotoran


Setelah melakukan percobaan, kita dapat memisahkan dua zat atau lebih yang
bercampur dengan metode dekantasi, filtrasi, kristalisasi, rekristalisasi,

sublimasi, dan ekstraksi


Pada saat ekstraksi minyak goreng dengan aquades , warna minyak goreng
tidak lagi kuning cerah karena partikel air ikut larut dalam minyak. Begitu
pula yang terjadi pada air, warna air menjadi keruh karena ada partikel minyak

yang ikut larut dalam air


Ada bermacam-macam jenis pemisahan dan pemurnian. Misalnya, dekantasi,
kristalisasi, filtrasi, sublimasi, ekstraksi, dan rekristalisasi

17

5.2. Saran
Bagi praktikum selanjutnya dapat menggunakan tekhnik yang lain-lain
selain yang dipercobakan, seperti pemusingan (sentrifugal) agar didapat hasil
yang berbeda dan lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1996.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Petrucci, Ralph H.1987.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga
S,Syukri.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB
S,Syukri.1991.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB
H,Bahti Husein.1998.Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika.Jakarta:Ganeca
James.1999.Metode Pemisahan.Yogyakarta:F.Farmasi UGM Yogyakarta

18

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya
adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari komponen. Komponen
yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan
komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute.
Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam
sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara,
antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainnya. Molaritas yaitu
jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram
ekuivalen solute dalam 1 liter larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua
reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai
campuran serba sama dari dua komponen atau lebi yang saling berdiri sendiri.
Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari
dua zat atau lebih. Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut
komponen-komponen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya lagi. Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat

19

dari bentuk gulanya, hal ini terjadi karena larutan sudah tercampur secara
homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi titak dapat dengan yang diinginkan untuk itu diperlukan praktikun dan
pada praktikum kali ini akan dilaksanakan pembuatan larutan dan standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan
perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang di dapatkan sesuai dengan yang
diharapkan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan
maka dilakukan standarisasi.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan pembuatan larutan ini
untuk membuat suatu larutan standar yang dibutuhkan dalam analisa kuantitatif
suatu reagen untuk metode penelitian yang tepat, disamping pembuatan larutan ini
menjelaskan bagaimana sifat dan karakter suatu larutan ini yang banya ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya adalah untuk menatileen larutan yang
lama kadaluarsa (tidak layak pakai) disuatu larutan.
1.2 Tujuan Percobaan
-

Menghitung konsentrasi larutan dari masing-masing bahan yang


digunakan(NaOH, HNO3)

Untuk mengetahui macam-macam kosentrasi dalam larutan

Untuk mengetahui atau menghitung molaritas

20

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan mengenai cara pembuatan larutan sangat penting karena
sebagian besar reaksi kimia terjadi melalui bentuk cairan atau larutan, terutama
dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan sendiri merupakan suatu sistem
homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut homogen jika zat-zat yang ada dalam sistem tersebut fasenya sama dan
susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian atau
fasenya terpisah (Baroroh,2004).
Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel).
Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran
fase gas jarak pisah antaranya molekul relatif jauh, sehingga tidak dapat saling
tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada
pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering
terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengerahkan
beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi
atau lubang dalam kisi planet. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom
terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut
(Syukri S,1991).

21

Pada umumnya larutan berfase cair. Salah satu komponen (penyusun) larutan
semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut
medium pelarut (solven) komponen lain yang dapat dibentuk padat,cair ataupun
gas, dianggap sebagai zat kedalam komponen pertama. Zat terlarut itu disebut
solute. Faktor utama yang berpengaruh dalam kemampuan terjadi larutan adalah
kemampuan atau gaya tarik-menarik antara partikel larutan dan pelarut yang
menghasilkan bentuk partikel tertentu. Interaksi molekul-molekul pelarut dengan
partikel zat terlarut dalam bentuk gugusan disebut solvasi. Jika pembentukan
larutan dapat disebut sebagai proses hipotorus tahap pertama. Jarak antar molekul
meningkat menjadi jarak rata-rata yang tampil pada larutan. Tahap ini
memerlukan banyak energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi.
Pada tahap ini disuntai dengan peningkatan entalpi dengan reaksi endoterm
(penyerapan panas). Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya
menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan
demikian, setiap sistem konsentrasi harus mengatakan hal-hal sebagai berikut:
a) Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b) Kuantitas jedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c) Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi

Dalam perhitungan muncul masalah konsentrasi-konsentrasi yang menyatakan


banyak solut dalam sejumlah larutan, misalkan 2 gelas air minum dan terisi air
gula sama banyak (sama volume) tapi yang satu berisi gula yang lebih banyak,
maka pada gelas pertama tadi memiliki konsentrasi yang lebih besar dari gelas
kedua. Larutan ini disebut encer bila konsentrasinya kecil. Pengertian encer dan
pekat relatif dan sukar dinyatakan kapan suatu larutan masih pekat, kapan sudah
dapat dikatakan atau disebut encer (respati, 1992).
Untuk perhitungan kimia, masalah konsentrasi harus lebih eksak atau ilmiah
pengertiannya. Ada dua cara menghitung konsentrasi yaitu:
a). Konsentrasi sebagai perbandingan banyaknya solut terhadapa banyaknya

pelarut
b). Konsentrasi sebagai perbandingan banyakanya solut terdapat banyaknya

larutan

22

Jadi banyaknya solut = n dan banyaknya pelarut = m (Baroroh, 2004)


Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.
Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarut sedikit, maka dapat di
katakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi sebaliknya bila
zat yang terlarutnya sedikit sedangkan pelarutnya sangat banyak, maka dapat
dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentarasinya sangat rendah.
Konsentrasi daoat dinyatakann dengan beberapa cara yaitu:
a). Persen volum

Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan,
misalnya: alkohol 76%, berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter
alkohol murni
b).

Persen massa
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contohnya: sirup merupakan larutan gula 80 % artinya dalam 100 gram sirup
terdapat 80 gram gula
c). Molaritas
Molaritas menyatakan bahwa banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut
yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (meter) tidak dapat dihitung dari
konsentrasi molar (M) kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu diketahui
d). Molalitas
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter
larutan. Contohnya NaCl berati 1 liter larutan terdapat 0,1 mol NaCl.
e). Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang
terkandung didalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul
yang berkenaan dengan satu-satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen
adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.
f). Fraksi Mol
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n)
komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan
itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah:

23

X (terlarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (pelarut) = n (pelarut)
n (teralrut) + n (pelarut)
Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen (Haryadi, 1990).
Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk eksperimen
volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian
terlarut itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua
larutan yang di perlukan untuk bereaksi secara kimia. Keterbatasan skala
normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai
normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Konsentrasi molar
larutan sebaliknya merupakan suatu bilangan tetap karena bobot molekul zat itu
tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat
berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat
dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat
terlarut. Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni ditimbang
dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu
dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan
baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium
iodida (Ralph H Petrucci,1989).
Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat:
1) Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang

pasti.
2) Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3) Zat yang digunakan mudah dikeringkan.
4) Stabil diman larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar

larutan yang tidak di ketahui (David W,2001).


Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam satuan N (normalitas)
atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku
dinamakan senyawa baku. Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu:

24

1). Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk

membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang


konsentrasinya larutannya dapat dihitung demi hasil penimbangan
senyawa dan volume larutan yang dibuat. Contohnya: H 2C2O4, 2H2O, asam
benzoat (CoH5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, A52O3, KbrO3, KlO3, NaCL, dll.
Syarat-syarat baku primer:
-

Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air

Mempunyai Mr yang tinggi.

2). Baku skunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku

primer karena sifatnya yang tidak stabil yang kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standar. Contohnya: larutan natrium tiosulfat pada
pembakuan larutan iodium. Syarat-syarat baku skunder:
-

Harus murni atau mudah dimurnikan

Susunan kimianya diketahui dengan pasti

Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis

Bobot ekuivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat


diperkecil

Stabil, baik dalam keadaan murni maupun dalam larutannya (Isfar


Anshary,2002).

Titrasi adalah pentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui


konsentrasinya dengan cara mengukur volume preaksi yang diketahui kadarnya
yang dapat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut. Titrasi asam basa
terbagi dua yaitu:
1) Asidimetri

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan


larutan baku asam
2) Alkalimetri

Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutam asam dengan menggunakan


larutan baku asam basa.

25

Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara


stoikiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah
titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik
ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya,
senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa mempunyai rasa
pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan
cara mencipipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif)
atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan
zat indikator, yaitu zat yang memberi warna pada berbeda dalam lingkungan asam
dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau
bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Indikator adalah zat yang
ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah dicapai. Umumnya
indikator yang digunakan adalah indikator a2o dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan PH. Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang
biasa digunakan adalah indikator buatan dan indikator alami.
1) Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat

dilaboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah


kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan biru. Indikator universal,
fenolptalin dan metal jingga. Indikator universal, fenolptalin, dan metil
jingga selain dapat mengidentifikasi sifat larutan asam basa juga dapat
digunakan untuk menentukan derajat kesamaan (PH) larutan.
2) Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya

dalam larutan asam, basa dan netral. Indikator alam yang biasanya
dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna
mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah dan dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna
merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam
larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa
akan berwarna hijau. Indikator asam basa adalah senyawa holokromik
yang ditambahkan dalam jumlah kecil kedalam sampel, umumnya adalah

26

larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi (PH) larutan
tersebut (Kopkar S. M,1984).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Neraca analitik
- Labu takar 100 ml
- Pipet tetes
- Pipet ukur 10 ml
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 100 ml
- Corong kaca
- Labu erlenmeyer
- Beaker glass
- Buret
3.1.2 Bahan
- Aquades
- HNO3 0,5 M

27

- NaOH
- Indikator pp
- H2SO4
- Tisu
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembahasan larutan HNO3
- Dimasukan aquades kedalam labu takar 100 ml
- Ditambahkan HNO3 0,5 M 2 ml denagan digunakan pipet ukur
- Ditambahkan aquades lagi hingga tanda tera
- Diukur dan dihomogenkan
- Dihitung molaritasnya
3.2.2 Pembuatan Larutan
- Ditimbang 4 gr NaOH
- Dipindahkan ke gelas kimia
- Ditambahkan 25 ml aquades
- Dihomogenkan
- Dipindah ke dalam labu takar 100 ml
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Dihomogenkan
- Dihitung molaritasnya
3.2.3 Standarisasi NaOH
- Diambil 35 ml larutan NaOH 1 M
- Dimasukan larutan kedalam labu erlenmeyer
- Ditambahkan indikator pp 3 tetes
- Dititrasi digunakan HNO3
- Diamati sampai berubah warna
- DIhitung molaritasnya

28

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan
No
1

Perlakuan
Pembahasan larutan HNO3
-

Dimasukkan

Pengamatan
Larutan HNO3 ditambahkan aquades

aquades tidak ada perubahan warna pada

kedalam labu takar 100 campuran, cairannya tetap bening.


ml
-

Molaritas HNO3:

Ditambahkan HNO3 0,5

M1 V1 = M2 . M2

0,15 . 2 = M2 . 98

ml

dengan

menggunakan pipet ukur

1 = M2 . 98

Ditambahkan

M2 =

aquades

lagi hingga tanda tera


-

Ditutup

= 0,01 M
dan

dihomogenkan
Dihitung molaritasnya
Pembuatan Larutan

Campuran NaOH + aquades saat

Ditimbang 4 gr NaOH

dihomogenkan menjadi sedikit kental.

Dipindahkan

ke

gelas Molaritas NaOH:


29

kimia
-

Ditambahkan

M
25

ml

4 1000
x
40 100

aquades
-

Dihomogenkan

= 0,1 x 10

Dipindah ke dalam labu

=1M

takar 100 ml
-

Ditambahkan

aquades

hingga tanda tera

Dihomogenkan

Dihitung molaritasnya

Standarisasi NaOH
-

Saat larutan NaOH distandarisasi dan

Diambil 35 ml larutan ditambahkan 3 tetes indikator pp,


NaOH 1 M

Dimasukan

larutan

larutan lembayung,

kedalam labu erlenmeyer


-

Ditambahkan
Dititrasi

dinetralisasi

larutan

sedikit

berubah

digunakan pucat. Molaritas standarisasi NaOH:


M1V1 = M2V2

Diamati sampai berubah 1.35 = x.10.2


warna

setelah

merah

warna menjadi merah lembayung

HNO3
-

berwarna

dengan nitran dan dihomogenkan

indikator sehinnga

pp 3 tetes
-

menjadi

35 = 20x

DIhitung molaritasnya

x=

35
=1,75 M
20

4.2 Reaksi
4.2.1 HNO3 + H2O HNO3(Ag) H+(Ag) + NO3-(Ag)
4.2.2 NaOH + H2O Na + OH- + H2O + Heat
4.2.3 HNO3 + NaOH NaNO3 + H2O
4.2.4 Indikator pp + H2SO4

30

+ H2SO4

4.2.5 Indikator pp + NaOH


O
H

C
O
H
C
O
O
OK
-

C
O

C
O
+

NaOH

31

Na+OHO

4.3 Perhitungan
4.3.1 Molaritas HNO3
Dik: M1 = 0,5 M
V1 = 2 ml
V2 = 98 ml
Dit: M2 ...?
Jawab: M1 V1 = M2 V2
0,5 . 2 = M2 . 98
1 = M2 . 98
M2 = = 0,01 M
4.3.2 Molaritas NaOH
Dik: gr = 4 gram
32

Mr NaOH = 40
V (ml) = 100 ml
Dit: M NaOH...?
=
= 0,1 . 10 = 1 M
4.3.3 standarisasi NaOH
Dik: V1 = 35 ml

V2 = - V1 = 45 - 35 = 10 ml

= 45 ml M1 = 1 M
Dit: M2...?
Jawab: M1 V1 = N2 . N2
1 . 35 = N2 . 10 . 2
35 = 20 N2
N2 = = 1,75 M
4.4 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlah lebih sedikit didalam larutan disebut zat terlarut atau solute,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi. Contoh dari larutan
adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan seperti garam atau gula dilarutkan
dalam air.
Koloid adalah suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar (1-100 nm), sehingga tekanan efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak berpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya sehinga tidak terjadi pengendapan. Contoh-contoh koloid
adalah susu, agar-agar, sampho, tinta.
Suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat atau
dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan
dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar

33

dari 1 mikrometer sehinnga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya


sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan pada suspensi akan mengalami
pengendapan atau sedimentasi walaupun tidak terdapat gangguan. Contoh
suspensi yaitu: lumpur tanah dan lempung tersuspensi di air, tepung dapat
tersuspensi di air, debu tersuspensi di atmosfer.
Larutan standar primer adalah larutan dengan kemurnian tinggi yang
digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku
yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya
dan volume larutan yang dibuat. Contohnya: H2C2O4, 2H2O4, asam benzoat
(C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3, KBrO3, NaCL, dll.
Syarat-syarat terjadinya larutan standar primer:
1). Mudah diperoleh, dimurnikan atau dikeringkan (jika mungkin pada suhu )

dan disimpan dalam keadaan murni.


2). Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan

diudara
3). Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
4). Mempunyai Mr yang tinggi.

Larutan standar skunder adalah larutan yang telah dibakukan sebelumnya


oleh baku primer atau standar. Contohnya: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Syaratsyarat larutan standar skunder:
1). Kemurnian derajat lebih kecil dari pada larutan standar primer
2). Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3). Larutan relatif stabil dalam penyimpanan
4). Harus murni atau mudah dimurnikan
5). Susunan kimianya diketahui dengan pasti

Titik ekuivalen adalah titik dimana perbandingan yang bereaksi sama dengan
jumlah basa yang bereaksi. Ini biasa dilakukan dalam titrasi asam basa. Biasa
digunakan indikator seperti fenolftalen untuk melihat perubahan yang terjadi jika
warna larutan menjadi merah, maka indikator itu sudah terlihat dan disitulah titik
ekuivalen, titik akhir, saat dimana terjadi perubahan warna indikator terjadi, titrasi
dihentikan. Titrasi adalah suatu jenis volumetric. Larutan yang ditambahkan dari

34

berat disebut titran. Titik akhir titrasi atau biasa disingkat TAT adalah titik dimana
terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik ekuivalen reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titrat adalah larutan yang ditambahi
oleh titran.
Contoh-contoh titik ekuivalen: fenolftalen untuk melihat perubahan warna
yang terjadi, jika warna indikator merah, itu adalah TA. Contoh titik akhir titrasi:
untuk indikator phenolphthalein (pp) dan keadaan tidak terionisasi (dalam larutan
asam) tidak akan berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan
terionisasi. Contoh: titran, larutan skunder NaOH dititrasi dengan 10 ml larutan
HNO3 yang hasilnya menunjukan sifat asam dan basa.
Dari hasil percobaan diatas dapat dibahas yaitu pembuatan larutan HNO 3
dimana pembuatan HNO3 dengan 0,5 ml massa dan volume 2 ml dan 98 ml tetapi
pada HNO3 tidak perlu ditimbang yang selanjutnya larutan itu dilarutkan dengan
sedikit air dalam beaker glass. Kemudian masukan pada labu takar pada saat
didalam labu takar yang telah diisi air terjadi reaksi endoterm yaitu larutan
menjadi terasa dingin kemudian ditambahkan lagi dengan air sampai tanda tera
dengan menggunakan pipet tetes kemudian dihomogenkan dengan cara tutup labu
takar kemudian diputar dibolak-balik hingga menjadi larutan homogen karena
pada HNO3 akan terjadi pencampuran yang akan menghasilkan campuran dengan
jumlah molaritas adalah 0,01 M yang kita dapat. Pembuatan larutan NaOH
dengan 100 ml, massa relatif 40 dan massa 4 gram. Hal pertama yang dilakukan
yaitu menimbang dengan menggunakan neraca analitik yang selanjutnya
dilarutkan dalam beaker glass. Kemudian dipindah pada labu takar, karena NaOH
bersifat basa kuat maka harus terdapat air sebelum dimasukan NaOH dalamnya.
Kemudian ditambahkan air hingga batas tera dan dihomogenkan maka akan terasa
panas pada percobaan diatas didapati molaritas = 1 M dari hasil perhitungan
dalam praktikum ini yang berfungsi sebagai larutan standar adalah HNO3 35 ml
larutan NaOH 1 m larutan NaOH ditambahkan 3 tetes larutan indikator pp.
Indikator didefinisikan sebagai zat yang digunakan untuk menunjukan apakah
suatu larutan saat larutan NaOH distandarisasi dan ditumpahkan 3 tetes pp

35

indikator, larutan menjadi merah lembayung. Setelah dinetralisasi mol yang


didapat dari hasil perhitungan zat larut ini = 1,75 M.
Faktor-faktor kesalahan dalam melakukan percobaan:
1). Pada saat penimbangan NaOH yang digunakan adalah 2109 gram sehingga

larutan encer mengalami kenaikan suhu saat dihomogenkan yang akan


menimbulkan kesalahan yang ada
2). Pada saat larutan diencerkan menggunakan aquades yang terjadi kelebihan

aquades yang seharusnya diencerkan sampai tanda tera yang ada pada labu
takar
Banyak lagi faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum. Keteledoran yaitu
pemegangan tabung reaksi pada saat larutan NaOH di cairkan. Penggunaan pipet
tetes yang kurang baik akan mengurai hasil yang kurang bagus, pemegangan dan
pengambilan larutan NHO3 bila dilakukan dengan salah akan mengakibatkan fatal.
Fungsi reagen, fungsi bahan kimia yang digunakan atau dilarutkan pada
pelarut yang ada pada praktikum kali ini.
Fungsi perlakuan yaitu tindakan yang kita lakukan pada bahan yang kita
reaksikan pada praktikum kali ini.
Konsentrasi suatu larutan merupakan bobot atau volume zat terlarut yang
berubah dalam pelarut, ataupun larutan yang banyak ditemukan. Terdapat
beberapa metode yang lazim untuk mengungkapkan kualitas-kualitas ini, yaitu:
PPM adalah satuan konsentrasi yang sering dipakai dalam di cabang kimia
analisa. Satauan ini sering sering digunakan untuk menujukan kandungan suatu
senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut,
kandungan polutan dalam sungai atau biasanya kandungan yodium dalam garam
juga dinyatakan dalam PPM.
PPB adalah satuan konsentrasi yang digunakan untuk mengukur konsentrasi
suatu kontaminan dalam tanah. PPB juga kadang-kadang digunakan untuk
menggambarkan konsentrasi kecil dalam air.
Normalitas yang bernotasi (N) adalah satuan konsentrasi yang sudah
memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
di definisikan banyaknya zat dalam gram ekuivalen dalam satu liter larutan.

36

Molalitas (m) adalah beberapa mol solute yang terdapat dalam 1000 gr
pelarut. Pernyataan konsentrasi ini lain dengan satuan terdahulu karena banyaknya
solute disini tidak diperbandingkan dengan larutannya tetapi dengan banyaknya
pelarut.
Molaritas (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan
volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah
bercampur.
Fraksi mol adalah beberapa bagian jumlah mol zat dari keseluruhan jumlah
mol semua komponen yang ada dalam larutan. Fraksimol terbagi menjadi 2, yaitu:
a). Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah

total mol yang bersangkuatan dengan zat terlarut


b). Fraksi mol zat pelarut (Xp) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah

total yang bersangkutan dengan pelarut


Persen berat adalah perbandingan massa larutan dikali 100%. Biasanya
dipakai pada larutan padat-cair atau padat-padat.
Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume
larutan dikalikan 100% (untuk campuran 2 cairan atau lebih).
Aplikasi percobaan dapat dilakukan untuk membuat produk dari campuran
HNO3 dengan aquades dan larutan NaOH denagan aquades serta standarisasi
larutan NaOH. Serta kita dapat mencari molaritas pada larutan yang sudah terbuat
dalam peraktikum atau yang sudah ada. Pengaplikasian percobaan ini juga dapat
kita lakukan yaitu membuat teh karena itu adalah hasil percampuran 2 zat,
pembuatan kopi, susu, garam dengan air, dll. Pengadukan atau pembuatan semen
yaitu dengan suspensi.

37

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-

Konsentrasi adalah jumlah zat dalam setiap larutan atau pelarut, macammacam konsentrasi yaitu: persen berat (% w/w), persen volume (% v/v),
persen berat volume (% w/v), gram zat terlarut dalam 1 L larutan,
miligram zat teralrut dalam 1 ml PPM dan PPB. Satuan kimia misalnya
kemolaran (M), kemolalan (m), kenormalan (N), keformalan (f), fraksi
Mol (x) dalam konsentrasi umum menggunakan satuan yang tertera diatas

Untuk menghitung molaritas dapat digunakan rumus-rumus antara lain:


V1.M1 = V2.M2 dan M = Massa/mr x 1000/VP dimana kedua larutan
tersebut dipakai untuk larutan

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya dapat mencoba membuat larutan dengan
pencampuran yang lebih bervariasi lagi. Seperti pembuatan larutan NH 4Cl.
Larutan CH3COONH4 dan lain-lain. Agar pengetahuan mengenal pembuatan
larutan dapat bertambah luas.
38

DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Isfar. 2002. Kimia 1. Surakarta: Srikandi
David, W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Haryadi, W. 1990. Kimia Analitik Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia
Kopkar, S. M. 1980. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bandung. ITB
Petrucci, Ralph H. 1989. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Resnick, 1992. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

39

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan


senyawa-senyawa organik dan anorganik, metode ini berguna untuk fraksionasi
campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode
kromatografi tidak dapat dikelompokan dengan hanya meninjau satu macam sifat,
artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi pelarut,
penukar ion kedalam satu gelas.
Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu campuran. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase
adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap
di dalam pori-pori partikel atau terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat
pada permukaan atau di dalam pori. Ini adalah sorpsi (penyerapan). Laju
perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di dalam kolom atau lapisan tipis
zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian-bagian molekul
tersebut di antara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan penahanan
secara selektif, maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom
dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing penyerapan. Jika
pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada interval
waktu yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena
migrasi secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong
Percobaan ini dilakukan agar dapat diketahui sifat sifat kepolaran larut
maupun pelarut yang dipraktekan serta dapat memisahkan suatu campuran
berdasarkan migrasi dan penerapan metode sederhana dalam praktikum kimia

40

kromatografi.

Dan

juga

dalam

praktikum

ini

dapat

mengetahui

atau

menyimpulkan teknik kromatografi yang ada dengan benar.

1.2.

Tujuan Percobaan
Mengetahui sifatsifat zat pelarut dalam percobaan kali ini
Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada percobaan kecepatan
migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase

diam dan fase gerak)


Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).Bila fase diam
berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan
(adsorption chromatography).Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini

41

disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).Pada awalnya


kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairancairan. Serat
selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah
disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu
sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 %
(bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan
persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom
yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat
campur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah
larutan itu sendiri (Underwood,1999).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas
secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil,
kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas
asam asetil dapat digunakan untuk zatzat hidrofobik (Khopkar, 1990).
Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan kertas
selulosa murni.Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Untuk
memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan
pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing, pembentukan komet serta
laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending dan juga kertas
seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf berbeda dari satu kertas ke kertas
lainnya. Pengotor yang terdapat pada kertas saring adalah ion-ion Ca 2+, Mg2+, Fe3+,
Cu2+. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase
yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam
terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel
atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung
atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke
atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat
dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah
oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven
selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan

42

diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan
berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk
membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu
saja noda-nodanya dapat terlihat (Khopkar S.M,1990)
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis
depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona
dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:
Jarak yang ditempuh sampel
Jarak pelarut
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan

Rf =

(pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap
zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan
menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas
zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan
dengan noda-noda standar. Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting.
Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 23
cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah
kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan
air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis.
Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan
ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Fatma
Lestari,2009)
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul
campuran antara dua fase atau lebih.Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi
partisi cairan dan pertukaran ion.Sistem utama yang digunakan dalam
kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang menggunakan alas tak
bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan tipis.
Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir
bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi
partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang
diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis

43

adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Georgia


Svehla,1979)
-

Jenis-Jenis Kromatografi

Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua


golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography.Masingmasing golongan dapat dibagi lagi seperti yang telah disebutkan pada definisi di
atas.
Skema Pembagian Kromatografi

Pembagian ini selanjutnya dapat dibagi lagi seperti telihat pada skema berikut:
Kromatografi : 1) Kromatografi Gas :

a. GLC
b. GSC

2) Kromatogarafi Cair :

a. HPLC
b. LLC-PC
c. LSC-TLC, Kolom
d. Ion Excange
e. Ekslusi :

- GP
- GF

Keterangan :
GLC = Gas Liquid Chromatography
GSC = Gas Solid Chromatography
LLC = Liquid Liquid Chromatography
LSC = Liquid Solid Chromatography
PC = Paper Chromatography
TLC = Thin Layer Chromatography
GP = Gel Permeation
GF = Gel Filtration
HPLC = High Performance Liguid Chromatography
Liquid Liquid Chromatography (LLC)

44

LLC adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase


gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair.Dalam hal ini fase diam tidak
boleh larut dalam fase gerak. Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan
sebagai fase gerak adalah pelarut organic (Rajbir Singh,2002)
Liquid Solid Chromatography (LSC)
LSC adalah kromatografi penyerapan.Sebagai adsorben digunakan silika
gel, alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipak dalam sebuah kolom
dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase
gerak.Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan teknik
pemisahan yang masuk golongan ini.Ion-exchange chromatography, teknik ini
menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai penukar ion.
Senyawaan yang mempunyai ion-ion dengan afinitas yang berbeda terhadap resin
yang digunakan dapat dipisahkan. Analisa asam-asam amino adalah yang umum
dilakukan dengan cara ini. Contoh lain adalah asam-asam nukleat dan analisis
garam-garam anorganik. Exclusion chromatography, dalam teknik ini, gel
nonionik berpori banyak dengan ukuran yang sama digunakan untuk memisahkan
campuran berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya (BM).Molekul-molekul
yang kecil akan memasuki pori-pori dari gel sedangkan molekul besar akan
melewati sela-sela gel lebih cepat bila dibandingkan dengan molekul yang
melewati pori-porinya. Jadi urutan elusi mula-mula adalah molekul yang lebih
besar, molekul sedang, dan terakhir molekul yang paling kecil.Bila sebagai
penyaring digunakan gel yang hidrofil (Sephadex) maka teknik ini disebut gel
filtration chromatography dan bila digunakan gel yang hidrofob (polystyrenedivinylbenzene) disebut gel permeation chromatography.Teknik kromatografi
yang umum digunakan dibidang farmasi yaitu kromatografi kolom, kromatografi
kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan high performance liquid
chromatography (kromatografi cair kinerja tinggi / KCKT).Martin dan Synge
adalah

yang

pertamakali

menulis

tentang

teori

liquid

partition

chromatography.Prinsip teori yang dikemukakan itu dapat diterapkan untuk semua


jenis kromatografi. Distribusi dari molekul-molekul sampel diantara dua fase

45

ditentukan oleh tetapan kesetimbangan yang dikenal dengan koefisien distribusi.


Faktor kapasitas adalah perbandingan molekul sampel dalam fase diam dengan
fase gerak.Apabila bagian waktu yang dibutuhkan oleh molekul sampel pada fase
gerak dikalikan dengan kecepatan linier (u) dari fase gerak maka diperoleh laju
pemisahan (rate of travel) dari molekul rata-rata. Jadi, laju pemisahan ditentukan
oleh :
1.Kecepatan fase gerak (sama untuk tiap komponen campuran).
2.Perbandingan dari volume fase diam dengan fase gerak (sama untuk tiap
komponen campuran)(Basset J. Ef al,1994)
Faktor yang mempengaruhi dalam kromatografi :
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan
yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahanperubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen
pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih
lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien
partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi
mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi
kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volumevolume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan (M.Adnan,1997)

46

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat alat

Gelas kimia 100ml


Gunting
Lidi
Gelas beaker
Penjepit
Pipet tetes
Gelas ukur 10ml

3.1.2 Bahan bahan

Tinta hitam
Tinta merah
Tinta biru
Ekstrak mawar
Ekstrak kunyit
Ekstrak pandan
Aquadest
Alkohol
Aseton
Tisu
Kertas saring

3.2 Prosedur percobaan


Dibuat kertas kromatografi
Diberi noda sampel pada garis bawah (ekstrak mawar, ekstrak kunyit,

ekstrak pandan, tinta hitam, tinta merah dan tinta biru)


Dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi pelarut (aquades,aseton dan

alkohol) 10ml
Diamati
Dicatat jarak yang dihasilkan oleh noda sampel
47

BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Aquades
No.
Jenis Sampel
1.
Ekstrak Mawar
2.
Ekstrak Pandan
3.
Ekstrak Kunyit
4.
Tinta Merah
5.
Tinta Biru
6.
Tinta Hitam
4.1.2 Alkohol

Jarak Sampel
0 cm
0 cm
0 cm
0 cm
0,5 cm
0 cm

Jarak Pelarut
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm

Rf
0
0
0
0
0,056
0

No.
Jenis Sampel
1.
Ekstrak Mawar
2.
Ekstrak Pandan
3.
Ekstrak Kunyit
4.
Tinta Merah
5.
Tinta Biru
6.
Tinta Hitam
4.1.3 Aseton

Jarak Sampel
5,5 cm
4,5 cm
4,5 cm
5 cm
5,5 cm
4 cm

Jarak Pelarut
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm

Rf
0,61
0,5
0,5
0,56
0,61
0,44

48

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis Sampel
Ekstrak Mawar
Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hitam

Jarak Sampel
4,5 cm
4,5 cm
4,5 cm
5 cm
5 cm
4,5 cm

Jarak Pelarut
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm
9 cm

Rf
0,5
0,5
0,5
0,56
0,56
0,5

4.2. Perhitungan
4.2.1 Aquades
4.2.1.1 Ekstrak mawar

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0 cm
9 cm

Rf =0

4.2.1.2 Ekstak pandan

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0 cm
9 cm

Rf =0

4.2.1.3 Ekstrak kunyit

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0 cm
9 cm

Rf =0

4.2.1.4 Tinta merah

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0 cm
9 cm

Rf =0

4.2.1.5 Tinta biru


49

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0,5 cm
9 cm

Rf =0 , 056

4.2.1.6 Tinta hitam

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

0 cm
9 cm

Rf =0

4.2.2 Alkohol
4.2.2.1 Ekstrak mawar

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

5,5 cm
9 cm

Rf =0,61

4.2.2.2 Ekstrak pandan

Rf =Rf =
Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5

4.2.2.3 Ekstrak kunyit

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5

4.2.2.4 Tinta merah

Rf =Rf =
Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

5 cm
9 cm
50

Rf =0,56
4.2.2.5 Tinta biru

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

5,5 cm
9 cm

Rf =0,61
4.2.2.6 Tinta hitam

Rf =Rf =
Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

4 cm
9 cm

Rf =0,44
4.2.3 Aseton
4.2.3.1 Ekstrak mawar

Rf =Rf =
Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5
4.2.3.2 Ekstrak pandan

Rf =Rf =
Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5

4.2.3.3 Ekstrak kunyit

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5

4.2.3.4 Tinta merah

51

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

5 cm
9 cm

Rf =0,56

4.2.3.5 Tinta biru

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

5 cm
9 cm

Rf =0,56

4.2.3.6 Tinta hitam

Rf =

jarakyangditempu h sampel
JarakPelarut

Rf =

4,5 cm
9 cm

Rf =0,5

4.3. Pembahasan
Seorang botanist Rusia Mikhail Semyonovich Tsvet menemukan teknik
kromatografi untuk pertama kali pada tahun 1900 melalui riset pada klorofil.Dia
menggunakan suatu kolom adsorbsi-liquid column yang mengandung kalsium
karbonat untuk memisahkan pigmen dari tumbuhan.Metoda ini kemudian
dipubikasikan pada 30 desember 1901 di kongres ke-11 Doktor dan Naturalist di
Sain Petersburg.Tulisan deskriptif pertama dipaparkan pada tahun 1903, dalam
laporan rapat Warsaw Society of Naturalists, section of biology.Dia
menggunakan istilah kromatografi untuk pertama kalinya pada 1906 dalam 2
tulisan mengenai klorofil di Jurnal Botani Jerman, Berichte der Deutschen
Botanischen

Gesellschaft.Pada

1907

dia

mendemonstrasikan

kerja

kromatografinya untuk German Botanical Society. Menariknya, nama panggilan


Mikhails berarti warna dalam bahasa Rusia, jadi ada kemungkinan
bahwa penamaan dari prosedur kromatografi (secara harfiah Menulis Warna)
merupakan cara yang dia lakukan untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang

52

rakyat biasa dari Kerajaan Rusia yang bisa menjadi abadi karena karyanya.Pada
1952 Archer John Porter Martin dan Richard Laurence Millington Synge
memenangkan anugerah Nobel bidang Kimia untuk temuannya mengenai
kromatografi partisi.* semenjak itu, teknologi berkembang dengan pesat.para
peneliti menemukan bahwa prinsip yang dikemukakan oleh Tsvet dapat di
aplikasikan pada banyak aplikasi yang berbeda. Pada 1987 Pedro Cuatrecasas dan
Meir Wilchek memenangkan anugerah penghargaan Wolf dalam dunia medis
untuk temuan dan pengembangan kromatografi afinitas dan aplikasinya dalam
ilmu biomedis.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Definisi kromatografi
menurut IUPAC adalah sebuah metode pemisahan yang komponen-komponennya
dipisahkan dan didistribusikan diantara dua fase yang salah satu fasenya tetap
(diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah yang dapat diketahui.
Terdapat berbagai cara penggolongan metode kromatografi. Penggolongan
kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat, dibedakan menjadi :
a. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.


b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa pdatan yang dapat menyerap/mengadsorbsi.
c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana

fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert


d. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase
diamnya berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan.
Dapat digolongkan menjadi :
a) Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak

bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen


terpisahkan berupa zona-zona pita. Pada kromatografi analitik setiap
komponen yang keluar dari kolom akan dicatat oleh rekorder dan disajikan
dalam bentuk puncak (peak) yang menunjukkan konsentrasi efluen

53

maksimum, tinggi atau luasan puncak sebanding dengan konsentrasi


komponen sampel. Pada kromatografi preparatif akan diperoleh sejumlah
fraksi isolat dari komponen sampel dalam fase gerak.
b) Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas),

apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak selama fase gerak dalam
sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda (spot)
yang dapat diketahui dengan bantuan metode fisika, kimia maupun
biologis. Posisi noda menunjukkan identitas suatu komponen/senyawa
sedangkan besar atau intensitasnya menunjukkan konsentrasinya. Pada
kromatografi planar ini beberapa komponen dapat dipisahkan secara
bersamaan maupun dipisahkan dengan dua langkah dimana langkah yang
kedua tegak lurus arahnya dengan langkah yang pertama. Cara ini dikenal
dengan kromatografi dua dimensi.
Pada percobaan kromatografi ini digunakan enam noda yaitu ekstrak mawar,
ekstrak pandan, ekstrak kunyit, tinta hitam, tinta merah, dan tinta biru. Dan juga
digunakan tiga macam pelarut yaitu alkohol, aseton dan aquades. Dari hasil
percobaan kromatografi dari keenam noda tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
tinta biru hanya dapat larut pada pelarut aquades, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tinta biru memiliki sifat polar. Pada ekstrak pandan dapat larut
pada pelarut alkohol dan aseton, dengan demikian dapat dikatakan bakwa ekstrak
pandan bersifat non-polar. Pada ekstrak kunyit dapat terlarut pada pelarut alkohol
dan aquades, dan dapat dikatakan bahwa ekstrak kunyit bersifat non-polar. Tinta
merah dan tinta hitam larut pada pelarut alkohol dan aseton dan dapat dikatakan
bahwa tinta merah dan tinta hitam bersifat non-polar, sedangkan tinta biru bersifat
semi polar karena larut pada pelarut aquades, alkohol dan aseton. Mengapa noda
yang dapat terlarut dalam pelarut aquades, alkohol dan aseton disebut larutan yang
bersifat polar? Karena pada dasarnya aquades memiliki sifat yang polar dan hanya
dapat terlarut dan melarutkan zat atau senyawa yang bersifat polar juga.
Sedangkan alkohol bersifat semipolar yaitu dapat bercampur dengan polar
maupun non-polar. Sedangkan aseton sendiri bersifat non-polar sehingga hanya
dapat bercampur dengan larutan yang non-polar juga.

54

Sifat fisik dan kimia dari air adalah, air memiliki rumus molekul H 2O, massa
molar 18,0153 g/mol. Densitas dan fase 0,998 g/cm 3 (cairan pada 20C) 0,92
g/cm3 (padatan). Titik lebur 0C (273,15K), kalor jenis 4184 J/kgK (cairan pada
20C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
dibawah tekanan dan temperatur standard. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan)
dengan sebuah ion hidroksida (OH) dan memiliki struktur molekulnya : H-O-H
Sifat fisik dari alkohol yaitu alkohol monohidroksida suku rendah (jumlah
atom karbon (-4) berupa cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air. Makin
rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang. Makin tinggi berat molekul
alkohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Alkohol yang
mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang yang tidak
berwarna. Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan
kesan panas dalam mulut. Alkohol memiliki titik didih 82,5C (180,5F), titik
leleh -88,5C (-127,3F), suhu kritis 235F (455F) dan memiliki sifat kimia,
berupa liquid memiliki bau harum menyerupai bau dari campuran aseton dan
etanol, memiliki PH 1% dalam air, mudah larut dalam air, metanol, dietil eter,noctanol, aseton larut dalam larutan garam dan larutan benzena. Memiliki struktur
molekul :

H
H-C-O-H
H

Aseton memiliki rumus molekul CH3COCH3. Sifat fisik dan kimia aseton
diantaranya adalah massa molar 50,08 g/mol, berat molekul 60,1 g/mol, densitas
0,79 g/cm3, titik leleh -94,9C (178,2K), titik didih 56,53C (329,4K). Viskositas
0,32 op pada 20C. Bentuk molekul trigonal planar pada C=O, momen dipol 2,91
D, penampilan cairan tidak berwarna dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai
perbandingan. Stuktur molekulnya : HO

C
O

OH

55

Hubungan kepolaran dengan percobaan kromatografi adalah dimana


kromatografi sendiri menyatakan kepolaran suatu noda atau bahan yang di
gunakan dalam percobaan. Dimana apabila sautu noda bersifat polar akan juga
terlarut didalam pelarut yang bersifat non-polar, sedangkan pada noda yang
bersifat semipolar akan terlarut dalam pelarut yang non-polar maupun polar.
Karena dalam percobaan ini digunakan juga prinsip like dissolved like, adalah
suatu prinsip dimana suatu zat polar yang terlarut akan menyukai pelarut yang
bersifat polar juga, sedangkan senyawa non-polar akan menyukai pelarut yang
bersifat non-polar.
Fungsi reagen dari :
1) Alkohol dari percobaan ini adalah sebagai pelarut yang bersifat semi polar
2) Aquades sebagai pelarut yang bersifat polar
3) Aseton sebagai pelarut yang bersifat non-polar

Fungsi reagen adalah suatu bahan yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau
ditetapkan untuk tujuan analisa.
-

Fungsi penambahan aquades pada percobaan kromatografi ini adalah

sebagai bahan pelarut yang bersifat polar.


Fungsi penambahan alkohol pada percobaan kromatografi ini adalah

sebgai bahan pelarut yang bersifat semipolar


Fungsi penambahan aseton pada percobaan kromatografi ini adalah sebgai
bahan pelarut yang bersifat non-polar

Fungsi perlakuan yaitu sebuah tindakan yang diberikan pada bahan yang akan
kita reaksikan, seperti perlakuan-perlakuan berikut :
-

Pemberian garis sekitar 1cm dari bawah kertas saring dan juga dibagian
atas kertas saring, sebagai batas mulai naiknya air dan juga sebagai batas

berhentinya air didalam kertas saring


Pemberian noda sampel pada bagian batas kertas saring dimaksudkan agar
dapat membandingkan dan menentukan sampel mana yang termasuk
larutan polar. Semi polar dan non-polar dan juga agar dapat diukur jarak

tempuh noda sampel di kertas saring tersebut.


Memasukkan kertas saring yang telah diberi noda kedalam gelas beaker
yang berisi pelarut (aquades, alkohol dan aseton) adalah apabila noda
terlarut didalam pelarut aquades. Hal ini menyatakan noda tersebut bersifat

56

polar. Dan apabila noda terlarut dalam pelarut aseton, itu menunjukkan
noda bersifat non-polar. Sedangkan apabila noda terlarut pada ketiga
pelarut, menyatakan bahwa noda tersebut bersifat semipolar.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi ialah pada saat pengukuran jarak noda
tidak tepat dan menyebabkan ketidakpastian harga RF, sehingga RF menjadi
berubah-ubah terus. Mungkin juga dikarenakan kesalahan saat mencelupkan
kertas saring. Dimana larutan/pelarut merendam hingga melebihi batas noda. Atau
kesalahan pada bahan noda karena terlalu banyak mengandung air sehingga sulit
diamati.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Sifat pelarut pada zat pelarut pada percobaan ini adalah, untuk alkohol

adalah semi polar, aquades adalah polar dan untuk aseton adalah non-polar
Untuk memisahkan komponen-komponen dari suatu zat, dapat dilakukan
dengan teknik kromatografi yang didasarkan pada perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase, yaitu fase

diam dan fase gerak


Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat
diambil dari kertas

dengan jalan memotong sampel yang kemudian

melarutkannya secara terpisah


5.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar bisa menggunakan bahan-bahan yang
lainnya sepertiekstrak jeruk, ekstrak jahe dll. Selain itu bisa juga mengganti
kromatografi kertas dengan kromatografi kolom atau kromatografi planar agar
didapat hasil percobaan yang bervariasi dan dapat dibandingkan hasilnya dengan
yang sebelumnya

57

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Muhammad.1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Basset,J,et al.1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Lestari, Fatma.2009. Bahaya Kimia sampling dan pengukuran kontaminan di
udara. Jakarta: EGC
Singh, Rajbir.2002. Chromatography. New Delhi: Mittal Publications
Svehla, Georgia.1979.Analisis Anorganik Kualitif Makro dan Semi Makro Jilid I
Edisi kelima. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

58

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam bahasa kimia, tiap zat murni yang diketahui baik unsur maupun
senyawa mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk
memberikan suatu reaksi kimia adalah menulis rumus untuk setiap zat yang
terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia
meningkatkan sejumlah besar informasi mengenai zat-zat yang terlibat dalam
reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan
zat-zat yang terlibat. Proses pembuatan perhitungan yang di dasarkan pada rumusrumus dan persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai Stoikiometri (dari
kota yunani : Stoichoion, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Sebagai tahap
pertama dalam perhitungan Stoikiometri akan di jelaskan sedikit penulisan rumus
untuk zat-zat. Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang
bersenyawa secara kimia dalam suatu satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus,
di antaranya rumus molekul dan rumus empiris.
Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya
dalam suatu molekul. Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan
bulat terkecil dalam suatu senyawa. Hal yang melatar belakangi dilakukannya
percobaan ini untuk mengetahui perbedaan suhu larutan sebelum dan sesudah
dicampurkan. Sehingga dapat diketahui titik maksimumnya. Selain itu, percobaan
ini dapat juga diketahui apakah dalam proses pencampuran tersebut terjadi reaksi
eksoterm dan endoterm.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan non-stoikiometri
- Menentukan reaksi eksoterm dan endoterm dari percobaan
- Menentukan reaksi pembatas dari percobaan

BAB 2
59

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu kimia, Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Kata ini berasal dari bahasa yunani Stokheion (elemen) dan metria (ukuran).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan pembekuan senyawa yang
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Alfian,2009).
Persamaan kimia, suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula-mula terdapat dan
kemudian diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi kimia
menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil
reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsur di kiri dan di kanan anak panah sama
misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang di
hasilkan air di tuliskan sebagai berikut :
2H2+O22H2O
Rumus H2 mengatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom.
Itu adalah molekul di atom, sama seperti molekul oksigen, O2, molekul air, H2O
merupakan molekul tria atom karena terdiri dari tiga atom, dua atom hidrogen dan
satu atom oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hidrogen
bereaksi dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air
(Keenan,1984).
Hukum kekekalan massa pada tahun 1744, Lavosier memanaskan timah
dengan oksigen dalam wadah tertutup. Dan menimbang secara teliti, ia berhasil
membuktikan bahwa dalam reaksi itu, tidak terjadi perubahaan massa. Ia
mengemukakan pernyataan yang di sebut hukum kekekalan massa, yang berbunyi
pada reaksi kimia, massa zat pereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi.
Hukum perbandingan tetap, jika Lausier meneliti massa zat, proust mempelajari
unsur-unsur

dalam

senyawa.

Yang

menjadi

pertanyaan

proust

adalah

perbandingan massa unsur tersebut. Misalnya : air, berapakah perbandingan massa


hidrogen dan oksigen, bila reaksinya 10 g oksigen ternyata di perlukan 0,125g
hidrogen. Sesuai dengan hukum Lausier akan terbentuk 10,125 g air.
Oksigen + Hidrogen air

60

Atau

10 g

0,125

10,125 g
9

Sebaiknya, jika 100 g air di uraikan ternyata menghasilkan 88,99 oksigen dan 11,1
g hidrogen
Atau
Air Oksigen + hidrogen
100g
Atau

88,99

11,1 g

Artinya, air mengandung oksigen dan hidrogen dengan perbandingan massa 8 dan
1. Berdasarkan percobaan seperti di atas, akhirnya proust merumuskan pernyataan
yang di sebut hukum perbandingan tetap.
Pada suatu reaksi kimia, massa zat yang bereaksi dengan sejumlah tertentu zat
lain selalu tetap atau senyawa selalu terdiri atas unsur-unsur yang sama dengan
perbandingan massa yang tetap. Rumusan yang pertama berlaku untuk semua
reaksi kimia, sedangkan yang kedua untuk senyawa, baik berupa padat, cair,
ataupun gas.
Hukum perbandingan ganda, Dalton menarik suatu kesimpulan yang di sebut
hukum perbandingan terganda Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu
senyawa, maka perbandingan massa unsur satu yang bersenyawa dengan unsur
lain yang tertentu massanya, merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Hukum pernyataan volume Gay Lusac mereaksikan gas hidrogen dan nitrogen
sehingga terbentuk amnoniak. Pada suhu dan tekanan yang sama, ternyata
hidrogen yang di perlukan tiga kali volume gas nitrogen.
Hidrogen + nitrogen amnoniak
1 vol

3 vol

2 vol

Dalam percobaan kimia juga mendapat hasil sebagai berikut :


Nitrogen + Oksigen + Nitrogen Monoksida
1 vol

1 vol

2 vol

Nitrogen + Oksigen + Nitrogen dioksida


1 vol

2 vol

2 vol

61

Yang menarik perhatian Gay Lusac adalah perbandingan volume pereaksi, yaitu
merupakan bilangan bulat dan sederhana. Kelihat mirip dengan hukum
perbandingan tetap dan berbeda nilai hasilnya. Dalam hukum perbandingan tetap
yang di bandingkan massa pereaksi, sedangkan disini adalah volume gas pada p
dan t yang sama. Berdasarkan kenyataan itu, Lusac membuat pernyataan yang di
sebut hukum perbandingan volume.
Senyawa stoikiometri yaitu senyawa yang atom-atomnya bergabung dengan
nisbah bilangan bulat yang tepat. Bandingkan dengan senyawa dan stoikiometrik.
Rasio atom dalam setiap senyawa juga menunjukkan jumlah satuan berat atom
tersebut. Berat relatif diperoleh dangan mengalikan rasio atom dan berat
atom.Persen berat setiap unsur dihitung dari berat relatifnya dibagi dengan jumlah
berat relatif. Senyawa-senyawa kimia dengan rasio atom integral,seperti nitrat
oksida disebut sebagai senyawa stoikiometri. Contoh adalah oksida alumunium.
Namun kali ini dimulai dengan berat atom dari tabel periodik (Syahrir
syukri,1991)
Rumus empiris ialah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atomatom dari unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa. Rumus molekul ialah
rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu
molekul senyawa. Metoda eksperimen modern membuktikan bahwa banyaknya
atom ialah 6,022 x10-23 . Bilangan raksasa ini disebut bilangan avogadro untuk
memperingati jasa amadeo avogadro rekan sezaman dalton yang cerdas. Bobot
satu mol suatu zat disebut bobot molar. Bobot molar dalam gram suatu senyawa
secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Banyaknya
satu hasil reaksi yang diperhitungkan akan diperoleh jika hasil reaksi itu sempurna
disebut rendemen teoritis. Dalam praktek pemulihan suatu hasil reaksi kurang dari
100%. Kadang-kadang jauh lebih rendah. Rendemen ternyata suatu hasil reaksi
dibagi dengan rendemen persentase. Pereaksi pembatas adalah zat yang habis
bereaksi dan karena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu.
Pereaksi atau pereaksi-pereaksi lain dikatakan berlebihan karena tertinggal
sejumlah yang tak bereaksi. Perhitungan yang didasarkan persamaan berimbang
haruslah dimulai dan banyaknya reaksi pembatas.Apabila zat-zat yang direaksikan

62

tidak ekuivalen maka salah satu pereaksii akan habis terlebih dahulu, sedangkan
pereaksi yang lain tersisa.Jumlah hasil reaksi bergantung pada jumlah pereaksi
yang habis lebih dahulu. Oleh karena itu pereaksi yang habis terlebih dahulu
disebut pereaksi pembatas. Terdapat banyak metoda untuk menentukan persentase
bobot dari unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa. Metoda ini beraneka
ragam, bergantung pada macam-macam senyawa dan unsur-unsur yang
menyusunnya. Dua metoda klasik ialah analisis pengendapan (dapat digunakan
bila berbentuk senyawa yang sedikit sekali larut)dan analisis pembakaran
(digunakan secara meluas). Apabila suatu campuran dari dua jenis zat direaksikan
dengan suatu pereaksi dan kedua komponen itu bereaksi persamaan reaksinya
harus ditulis secara terpisah. Segera setelah susunan suatu senyawa sama-sama
dengan bobot atom yang diketahui kemudian dapat digunakan untuk menghitung
angka banding tersederhana dari atom-atom dalam senyawa itu dan dengan
demikian rumus molekul dapat pula tidak (Keenan,kleinfeiter wood.1980)
Hukum-hukum dasar ilmu kimia:
-

Hukum kekekalan massa dari lavosrer:


massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap atau sama.
Hukum perbandingan tetap dari proust:
tiap-tiap senyawa memiliki perbandingan massa unsur yang tetap.
Hukum perbandingan berganda dari Dalton:
jika dua buah unsur dapat membentuk lebih dari satu macam
persenyawaan, perbandingan massa unsur yang satu dengan yang lainnya

dalah tertentu, yaitu berbanding sebagai bilangan yang mudah dan bulat.
Hukum perbandingan volume dari Gray lussac:
Pada pereaksi gas yang bereaksi berbanding sebagai bilangan mudah dan

bulat asal diukur pada tekanan dan temperatur yang sama.


Hukum boyle Gray lussac:
Untuk gas dengan massa tertentu, maka hasil kali volume dengan tekanan
dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap (Respati,1992)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Percobaan
63

- Gelas kimia 100 ml


- Thermometer
- Gelas ukur 25 ml
- Pipet tetes
- Pipet ukur
3.1.2 Bahan Percobaan
- Larutan NaOH

0,1 m

- Larutan HNO3

0,5 m

- Larutan H3PO4

2m

- Aquades
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Stoikiometri pada NaOH HNO3
-

Diukur larutan NaOH 4 ml, 0,1 m


Diukur suhunya
Diambil HNO3 8 ml diukur suhunya
Diulangi langkah dengan perbandingan volume 6 ml NaOH dan 6 ml
HNO3 8 ml NaOH dan 4 ml HNO3

3.2.2 Skoikiometri NaOH H3PO4


-

Diambil larutan NaOH 4 ml di ukur suhu


Diambil larutan H3PO4 8 ml di ukur suhu
Di campurkan kedua larutan di ukur suhu
Di ulangi langkah dengan perbandingan volume 6 ml NaOH dan 6 ml
H3PO4 8 ml NaOH dan 4 ml H3PO4

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Tabel Persamaan

4.1.1

Pada Sistem NaOH - HNO3

No
.
1.
2.

V NaOH 0,1 m

V HNO3

TNaOH

THNO3

Tcampuran

4 ml
6 ml

8 ml
6 ml

29
36

28
29

29
29

64

3.

8 ml

4.1.2
No
.
1.
2.
3.

4 ml

28

29

29

Pada Sistem NaOH H3PO4


V NaOH

V H3PO4

TNaOH

TH3PO4

Tcampuran

2 ml
4 ml
6 ml

6 ml
4 ml
2 ml

28
29
30

29
29
29

27
28
29

4.2

Reaksi

4.2.1

NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O

4.2.2

3NaOH + H3PO4 Na3PO4 + 3H2O

4.3

Perhitungan

4.3.1

Pada Sistem NaOH HNO3

4 ml NaOH 0,1 M dan 8 ml HNO3 0,5 M


mmol HNO3 = 4 mmol
mmol NaOH= 0,4 mmol
NaOH + HNO3
0,4 mmol
0,4 mmol
-

M:
R:
S:
-

Merupakan reaksi non stoikiometri


Reaksi pembatas adalah NaOH
Reaksi sisanya adalah HNO3
Merupakan reaksi eksoterm
Massa gram yang terbentuk : v = 0,4 x 103 =4 x 10 4 L
Gr = M x Mr = 4 x 10 4 x 85=0,034 gr

6 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml HNO3 0,5 M


mmol NaOH = 0,6 mmol
mmol HNO3 = 3 mmol

HNO3 + NaOH
3 mmol
0,6mmol
2,4 mmol

M:
R:
S:
-

NaNO3 + H2O
4 mmol
0,4 mmol
0,4 mmol 0,4 mmol
3,6 mmol
0,4 mmol 0,4 mmol

NaNO3 + H2O
0,6 mmol
0,6 mmol
0,6 mmol 0,6 mmol
0,6 mmol 0,6 mmol

Merupakan reaksi non-stoikiometri


65

Peraksi sisa adalah HNO3


Pereaksi pembatas adalah NaOH
Merupakan reaksi eksoterm , karena terjadi pertambahan suhu pada reaksi
Massa gram yang terbentuk V=0,6 x + 103 = 6 x 10 4 L
Gr = M x Mr = 6 x 10 4 .85=0,051 gr
8 ml NaOH 0,1 M dan 4 ml HNO3 0,5 M
mmol NaOH = 6 mmol
mmol HNO3 = 2 mmol
HNO3 + NaOH
2 mmol
0,8 mmol
1,2 mmol

M:
R:
S:

NaNO3 + H2O
0,8 mmol
0,8 mmol
0,8 mmol 0,8 mmol
0,8 mmol 0,8 mmol

Merupakan reaksi non stoikiometri


Pereaksi pembatas adalah NaOH
Pereaksi sisa adalah HNO3
Merupakan reaksi eksoterm, karena terjadi peningkatan suhu pada suhu

campuran
Massa gram yang terbentuk v= 0,8 x 103 =8 x 10 4
Gr = M x Mr = 8 x 10 4 .85=0,008

4.3.2. Pada sistem NaOH- H3PO4

4 ml NaOH 0,1 M dan 8 ml H3PO4 2 M


mmol NaOH = 0,4 mmol
mmol H3PO4 = 16 mmol

H3PO4
M:
16 mmol
R : 0,133mmol
S : 15,8667 mmol

+ 3NaOH Na3PO4 + 3H2O


0,4 mmol
0,4 mmol
0,4 mmol 1,2 mmol
0,4 mmol 1,2 mmol

Merupakan reaksi non- stoikiometri


Pereaksi pembatas adalah NaOH
Pereaksi sisa adalah H3PO4
Merupakan rekasi endoterm, karena mengalami penurunan suhu pada suhu

campuran
Massa gram yang terbentuk V = 0,4 x 10 4 L
Gr = M x Mr = 4 x 10 4 x 164=0,0656 gr

6 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml H3PO4 2 M


mmol NaOH = 0,6 mmol

66

mmol H3PO4 = 12 mmol


H3PO4 + 3NaOH
12 mmol
0,2 mmol
11,8 mmol

M:
R:
S:
-

Na3PO4 + 3 H2O
0,6 mmol
0,6 mmol
0,6 mmol 1,8 mmol
0,6 mmol 1,8 mmol

Merupakan reaksi non-stoikiometri


Pereaksi pembatas adalah NaOH
Pereaksi sisa adalah H3PO4
Termasuk reaksi endoterm, karena terjadi penurunan suhu/ kalor pada suhu
campuran
Massa gram yang terbentuk V= 0,6 x 103 =6 x 10 4 L
Gr = M x Mr = 6 x 10 4 . 164 = 0,0984 gr
8 ml NaOH 0,1 M dan 4 ml H3PO42 M
mmol NaOH = 0,8 mmol
mmol H3PO4= 8 mmol

H3PO4
M:
8 mmol
R : 0,2667mmol
S : 7,733mmol

+ 3NaOH
Na3PO4 + 3 H2O
0,8 mmol
0,8 mmol
0,8 mmol 2,4 mmol
0,8 mmol
2,4 mmol

Merupakan reaksi non-stoikiometri


Pereaksi pembatas adalah NaOH
Pereaksi sisa adalah H3PO4
Termasuk reaksi endoterm, karena terjadi penurunan suhu/kalor pada suhu

campuran
Massa gram yang terbentuk V= 0,8 x 103 =8 x 10 4

Gr = M . Mr = 8 x 10 4 .164=0,1312 gr

4.4 Grafik
67

4.4.1 Grafik sistem NaOH-HNO

4.4.2 Grafik sistem NaOH-HPO

4.5

Pembahasan
Kata stoikiometri berasal dari bahasa yunani Stoicheon yang berarti

unsur atau elemen dan Metron yang berarti mengukur dari literatur.
Stoikiometri artinya mengukur unsur. Istilah ini umumnya lebih luas yaitu
meliputi berbagai macam pengukuran kimia yang luas meliputi perhitungan zat
dan campuran kimia. Stoikiometri dapat didefinisikan sebagai hubungan
kuantitatif antara zat yang berkaitan dengan reaksi kimia, sebagai cabang ilmu
reaksi yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat dan reaksireaksinya.
-

Reaksi Stoikiometri
Reaksi stoikiometri adalah pereaksi yang pembatas pereaksi sisanya habis
bereaksi.
Reaksi Non-Stoikiometri
Reaksi non-stoikiometri adalah reaksi yang terdapat pereaksi pembatas
dan pereaksi sisa, yang pereaksi sisanya tidak habis sedangkan pereaksi

pembatasnya habis bereaksi.


Titik Maksimum
Titik maksimum adalah suatu titik dimana merupakan titik tertinggi suatu

zat atau senyawa dalam suatu reaksi stoikiometri.


Titik minimum
Titik minimum adalah suatu titik dimana merupakan titik terendah suatu

zat atau senyawa dalam suatu reaksi stoikiometri.


Titik stoikiometri
Titik stoikiometri adalah dimana reaksi menjadi seimbang dan setara.
Dalam menentukan titik stoikiometri ada perhitungan stoikiometri
merupakan indikasi efisiensi proses dan merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan keseimbangan nilai pereaksi itu. Cara
menentukannya tulis dan setarakan persamaan reaksinya, ubah salah satu

68

unit dalam satuan mol, cari mol spesies yang dinyatakan dengan
menggunakan persamaan reaksi, ubah spesies yang ditanyakan dengan
-

satuan yang diminta.


Reaksi pembatas
Reaksi pembatas adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu pada saat
pereaksi direaksikan, sedangkan pereksi sisa adalah pereaksi yang masih
tersisa saat berlangsungnya reaksi. Pada saat suhu tinggi reaksi semuanya
akan habis bereaksi dan sebaliknya pada saat suhu rendah akan terjadi
non-stoikiometri dan pereaksi tidak akan semuanya habis bereaksi.
Hubungan suhu dan stoikiometri adalah suhu akan terjadi keseimbangan

reaksi stoikiometri, dan reaksi itu semua akan habis bereaksi. Ketika suhu rendah
maka akan terjadi reaksi non-stoikiometri dan pereaksi tidak habis semua
bereaksi.
Adapun fungsi-fungsi dari alat adalah :
- Pipet tetes
Pipet tetes berfungsi sebagai alat untuk mengambil suatu larutan.
- Gelas kimia 100 ml
Gelas kimia 100 ml berfungsi sebagai adah untuk meletakkan zat-zat
-

kimia.
Termometer
Termometer digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu dari larutan.
Gelas ukur 25 ml
Gelas ukur digunakan untuk wadah dari pengambilan larutan yang
ditentukan ukurannya, agar larutan tidak kurang dan tidak lebih.
Pipet Volume
Pipet volume digunakan sebagai alat untuk pengambilan suatu larutan
ditempat yang jauh atau panjang.
Aplikasi stoikiometri dalam kehidupan sehari-hari misalnya adalah saat

kita memanaskan air, memgang es batu, membuat teh atau kopi panas, maka akan
terasa bahwa gelas akan ikut panas juga. Memasak nasi, maka pancinya akan
otomatis panas juga.
- Reaksi eksoterm adalah suatu reaksi yang melepas atau mengeluarkan
kalor dari sistem ke lingkungan. Contohnya es batu jika diletakkan diatas
wadah akan meleleh dan akan menghasilkan kalor, larutan NaOH, larutan
-

HNO3 dan larutan H3PO4.


Reaksi endoderm adalah suatu reaksi yang menyerap kalor atau panas.
Contohnya , amunium clorida dann barium hidroksida.
69

Fakor kesalahan yang mungkin terjadi adalah ketidak telitian dalam melihat
termometer sehingga tidak bisa menentukan dengan baik, kesalahan yang lain
juga menempatkan termometer langsung dan gelas kimia langsung pada
meja/keramik dan tidak diberi alas sehingga termometer / suhu yang dihasilkan
kurang maksimal, dan ada lagi kesalahan yang mungkin terjadi adalah terlalu
menempelkan termometer pada pinggiran gelas kimia, itu juga menyebabkan data
tidak valid.
Setelah melakukan percobaan ini kesimpulan yang dapat ditulis pada sistem
NaOH dan HNO3 pada volume 4 ml dan 8 ml, 6 ml dan 6 ml, serta 8 ml dan 4 ml
dan pada volume 2 ml dan 6 ml, 4 ml dan 4 ml, serta 6 ml dan 2 ml pada larutan
NaOH dan H3PO4. Suhu tertinggi pada larutan NaOH dan HNO3 adalah 29 dan
suhu terendah adalah 28, begitu juga pada larutan NaOH adalah suhu tertinggi
30 dan suhu terendah 28.Namun pada saat dicampurkan antara larutan keduanya
( NaOH-HNO3 ) suhunya antara tertinggi dan terendah adalah 29 C.
Pada larutan NaOH, suhu tertinggi 30 dan terendah adalah 28, namun pada
larutan H3PO4 suhu tertinggi adalah dan terendah adalah sama yaitu 29 . Namun
saat dicampurkan kedua larutan suhu tertingginya adalah 29 , dan suhu
terendahnya adalah 27 .

BAB 5
PENUTUP

70

5.1 Kesimpulan
-

Pada sistem NaOH- HNO3 semua reaksinya merupakan reaksi non


stoikiometri

dan pada sistem NaOH-H3PO4 semua reaksinya juga

merupakan reksi non stoikiometri.


Pereaksi sisa dan peraksi pembatas reaksi non stoikiometri terdapat pada
larutan NaOH-HNO3 semua volumenya 4 ml dan 8 ml, 6 ml dan 8 ml, 8
ml dan 4 ml karena semuanya ada peraksi sisa. Begitu juga dengan
NaOH-H3PO4 2 ml dan 6 ml, 4 ml dn 4 ml, 6 ml dan 2 ml terdapat
pereaksi sisa, karena tidak habis bereaksi sehingga disebut reaksi non

stoikiometri.
Dapat diketahui setelah percobaan ini titik tertinggi pada sistem NaOHHNO3 pada volume yang sama ( 4 dan 6 ml, 6 dan 6 ml, 8 dan 4 ml ) yaitu
29C. Pada larutan NaOH-H3PO4 suhu tertinggi 29C, dan suhu terendah
27C.

5.2 Saran

Setelah kita melakukan percobaan pada laruan NaOH-HNO 3 dan NaOHH3PO4, sebaiknya juga terhadap larutan lain misalnya antara NaOH-H 2SO4, agar
kita dapat membandingkan hasil percobaan,.

DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, Davide. 2003. Kimia Untik Pemula. Jakarta: Erlangga
Keenan, Kleinfer, Wood. 1980. Kimia Untuk Universitas Edisi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Gelora Aksara
Respati. 1992. Dasar-Dasarr Ilmu Kimia. Jakarta: Rineka Cipta
Syukri, Syahrir. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB

71

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Reaksi kimia berjalan pada tingkat kecepatan yang berbeda-beda ada yang

diantaranya yang berjalan sangat lambat, misalnya penghancuran kaleng


aluminium oleh udara atau penghancuran botol plastik oleh sinar matahari yang
memerluhkan waktu bertahuntahun bahakan berabadabad. Ada juga reaksi yang
berjalan sangat cepat, misalnya : nitrogliserin yang mudah meledak. Selain itu
dapat pula kita temukan dalam kehidupan seharihari reaksi yang berjalan cepat
maupun lambat pada kondisi yang berbeda, misalnya : besi mudah berkarat pada
kondisi ynag lemab, tetapi di lingkungan yang kering besi berkarat, akan
memakan waktu yang cukup lama.
Hal ini juga terjadi pada alat transportsi yang kita gunakan dlam
kehidupan, ada kendaraan yang melaju kencang dan ada pula yang lambat.
Demikian pula reaksi kimia ada yang berlangsung lambat. Kebanyakan diantara
kita belum menyadari dan memperhatikan dengan saksama fenomena alam (reaksi
kimia) yang terjadi diantara kita. Untuk itu perlu bagi manusia mempelajari dan
memahami faktorfaktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi kimia.

72

Bagaimanakah hubungan formulasi antara luas permukaan, konsentrasi, suhu, dan


lain sebagainya, dengan kecepatan reaksi kimia ? pertanyaan ini yang muncul
ketika kita mulai mengetahui penyebab dasar suatu reaksi bisa berlangsung cepat
atau berlangsung lambat.
Selain itu kita akan membahas persamaan laju suatu reaksi yang
menggambarkan hubungkan laju reaksi secara menyeluruh dalam suatu reaksi
kimia dengan konsep-konsep dasar molaritas, volume, tekanan, dan jumlah zat
(mole). Serta bagaimana hubungan setiap konsep reaksi yang sangat dipengaruhi
oleh tunbukan partikel penyusun dan molekul-molekul yang terlihat dalam reaksi
tersebut. Semua ini akan menbantu kita mengenali peranan reaksi kimia bagi
sebuah proses kehidupan di alam semesta. Oleh karena itu, percobaan ini
dilakukan agar praktikan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.
Tujuan Percobaan

Mengetahui orde reaksi Na2SO4


Mengetahui nilai k dalam percobaan
Mengetahui total orde reaksi pada pengaruh konsentrasi

73

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perhatikan persamaan umum berikut:
AB
Ketika reaksi awal, yang tersedia adalah konsentrasi A, sedangkan konsentrasi B
belum ada. Setelah beberapa waktu reaksi berlangsung, konsentrasi A akan
berkurang dan konsentrasi B mulai bertambah. Dengan demikian kita dapat
menjelaskan definisi dari laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi tiap satuan waktu atau banyaknya reaksi yang berlangsung per satuan
waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam reaksi yang
dihasilkan tiap detik reaksi. Secara matematis, dirumuskan dengan :
mol
perubahan konsentrasi
liter
V=
waktu ( s )
Orde reaksi adalah banyaknya factor konsentrasi zat reaktan yang

( )

mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan


dari persamaan reaksi kimia tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
Secara umum kecepatan atau laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
V = k (A)x (B)y
Dimana :

V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B

(A) Dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi, (x + y) adalah orde reaksi
keseluruhan. (Petrucci : 1987)

Contoh soal penentuan laju reaksi dengan percobaan :


No.
[NO]
[Br2]
Kecepatan
1. 0,1
2.0,1
3.0,2

0,2
0,4
0,1

12
24
48

74

4.0,4

0,1

192

Dari data percobaan tersebut kita dapat menentukan orde reaksi dan
persamaan laju reaksinya. Pertama-tama kita misalkan : V = k [NO]x[Br2]y. Untuk
menentukan nilai x kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak berubah.
Begitu pula halnya, jika kita mencari nilai y, kita ambil data dimana konsentrasi
NO tidak berubah (Raymond Chang. 2004).
x

V 3 [ 0,2 ] [ 0,1 ]
=
V 4 [ 0,4 ] x [ 0,1 ] y
48
1
=
192 2
1 1 x
=
4 2
x=2

()
()

V 1 [ 0,1 ] [ 0,2 ]
=
V 2 [ 0,1 ] x [ 0,4 ] y
12 2 x
=
24
4
1 1 x
=
2 2
y=2
Orde total = 3

()
()

75

Untuk menentukan nilai k (tetapan laju reaksi) cukup kita ambil satu data
percobaan. Kita gunakan persamaan laju reaksi yang telah kita peroleh
V = k [NO]2 [Br2]
Misalnya data (1) 12 = k [0,1]2 [0,2]1
12 = k (0,01) (0,2)
12
k=
2 10 3
k = 6 103 M-2.s-1
Laju reaksi tidak benar-benar konstan, konstanta dan konsentrasi dalam
suatu reaksi dapat berubah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, diantaranya :
a. Luas permukaan

Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang
batas campuran yang disebut bidang sentuh. Semakin luas permukaan sentuh
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga
laju reaksi menjadi berkurang (kecil). Bentuk serbuk lebih luas permukaan
sentuhnya daripada bentuk padatan sehingga bentuk serbuk lebih cepat bereaksi
(Syukri. 1999).
b. Suhu
Laju reaksi dapat dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhu.
Apabila suhu pada suatu reaksi dinaikkan, maka partikel semakin aktif bergerak
dan tumbukan akan semakin cepat sering terjadi, menyebabkan laju reaksi
semakin besar. Sebaliknya apabila suhu diturunkan, partikel semakin tak aktif
bergerak dan menyebabkan laju reaksi semakin kecil. Berdasarkan pengaruh suhu,
laju reaksi juga dapat dirumuskan dengan :
T

V =V o ( n ) a
dimana, V o = laju reaksi mula-mula, n = setiap kenaikan suhu n kali, T =
perubahan suhu, dan a= setiap kenaikan suhu a

C (Keenan. 1984)

c. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi atau produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan berlangsung

reaksi pada suhu lebih rendah, akibat perubahan yang dipicu terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energy aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu reaksi.
Katalis dapat dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen bekerja dalam reaksi kimia pada fase yang
berbeda dengan pereaksi, sedangkan katalis homogeny berada pada fase yang
sama dengan pereaksi. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik,
dimana C melambangkan katalisnya.
A C AC ..................(1)
B + AC AB + C ..........(2)
Meskipun katalis C termakan oleh reaksi (1),namun selanjutnya dihasilkan
kembali oleh reaksi (2), sehingga reaksi keseluruhan akan menjadi :
A B C AB C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler
Natta yang digunakan untuk produksi massal polietilen dan polipropilen. Reaksi
katalis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak
menggunakan besi sebagai katalis (Syukri,1999).
d. Molaritas (Konsentrasi)
Molaritas atau konsentrasi didefinisikan sebagai banyaknya mol zat
terlarut tiap satuan volume zat pelarut. Karena umumnya persamaan laju reaksi
dalam bentuk konsentrasi reaktan, maka dengan naiknya konsentrasi pereaksi,
akan bertambah pula kecepatan atau laju suatu reaksi. Artinya semakin tinggi
konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia, dengan
demikian tumbukan antar partikel penyusun semakin sering terjadi dan kecepatan
reaksi akan meningkat (Keenan. 1984)
e. Tekanan

Pada reaksi yang melibatkan gas, kelajuan reaksi akan dipengaruhi oleh
tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume menyebabkan
susunan molekul gas lebih rapat sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan
lebih besar dan laju reaksi semakin cepat (Keenan. 1984).
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan
kita tidak perlu memikirkan orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan
tumbukan antara dua fase atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi

menjadi lebih rumit. Sudah merupakan sesuatu yang tek pelak lagi jika keadaan
yang melibatkan dua peartikel dapat bereaksi jika mereka melakukan kontak satu
dengan yang lain. Pertamaa, harus bertumbukan yang memungkinkan terjadinya
reaksi. Kenapa memungkinkan terjadinya reaksi? Kedua partikel tersebut harus
bertumbukan dengan mekanisme yang tepat dan dengan energi yang cukup untuk
memutuskan tiap ikatan kimia yang sudah berjalan. Pertimbangan suatu reaksi
sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etena dan hidrogen klor
dapat digunakan sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasillkan
kloroetan (Keenan. 1984).
CH2CH2 + HCl CH3CH2Cl
Sebagai hasil dari tumbukan, dua molekul dari ikatan rangkap diantara dua
karbon, berubah menjadi ikatan tunggal. Satu hidrogen atom berikatan dengan
satu karbon dan atom klor berikatan satu atom karbon lainnya (Raymond C.
2004).
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang,
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan (laju
reaksi) antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumlah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu, antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan
per satuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan B. Jadi makin besar
konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan yang
terjadi. Hal ini menjelaskan terjadinya peningkatan lajureaksi kimia. Teori
tumbukan ternyata memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

Tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu


yang harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untuk
dapat menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi

tumbukan lebih besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).


Molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang
tidak sama jumlahnya dibandingakan dengan molekul yang sederhana
struktur ruangnya (Raymond C. 2004).
Berdasarkan tumbukan ini laju reaksi bergantung pada tiga hal, yaitu:
1. Frekuensi tumbukan
2. Energi partikel pereaksi
3. Arah tumbukan

Pada suatu reaksi eksoterm dan endoterm diperluka energi aktivasi. Tumbukan
yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif (Syukri, 1999).

Reaksi eksoterm

Reaksi endoterm

Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh teori keadaan transisi atau teori laju
reaksi absolut. Dalam teoriini diandalkan bahwa ada suatu keadaan yang harus
dilewati molekul-molekul bereaksi dalam tjuannya menuju ke keadaan akhir
(produk). Keadaan tersebut dinamakan keeadaan transisi. Mekanismenya ditulis
sebagai berikut:
A + B To C + D
Dimana: A dan B adalah molekul pereaksi, T* adalah molekul dalam keadaan
transisi, C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi.
Secara diagram keadaan traansisi dinyatakan sesuai kurva di bawah ini.

K= A . e

Ea
RT

Seluruh faktor yang termaksud didalam tetapan laju reaksi, dimana sebenarnya
tetap bila kita hanya mengubah konsentrasi dari reaktan. Ketika kita mengubah
suhu maupun katalis tetapan laju reaksi akan berubah. Perubahan ini digambarkan
secara matematis oleh persamaan Arrhenius:
Dengan:

T = temperatur atau suhu


R = konstanta atau tetapan gas (P.V = n.R.T)
Ea = energi aktivasi
e = 2,71828 (satuan matematis)
A = faktor frekuensi, dapat juga disebut faktor pre-eksponensial
atau faktor sterik (Petrucci. 1987)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat

Gelas kimia
Gelas ukur
Stopwatch
Thermometer
Penangas air
Pipet tetes
Pulpen
Botol semprot
Botol reagen

3.1.2. Bahan

Na2S2O3 0,1M
Na2S2O3 0,2M
HNO3 0,1M
HNO3 0,2M
aquadest

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1. Pengaruh Konsentrasi
Disiapkan 10 ml Na2S2O3 0,1 M kedalam gelas kimia
Disiapkan 10 ml HNO3 M didalam elenmeyer
Dicampur HNO3 10 ml 0,1 M kedalam Na2S2O3 10 ml yang ditaruh
kertas putih bertanda silang dibawahnya
Dihitung waktu hingga tanda silang hilang
Dicatat waktunya
Diulangi langkah diatas dengan variasi konsentrasi Na2S2O3 0,2 M
dengan HNO3 0,1 M dan Na2S2O3 0,2 M dengan HNO3 0,2 M
3.2.2 Pengaruh Suhu
Disiapkan 10 ml Na2S2O3 0,1 M kedalam gelas kimia
Disiapkan 10 ml HNO3 M didalam elenmeyer
Dipanaskan HNO3 0,1 M hingga suhu 40C
Dicampur HNO3 10 ml 0,1 M kedalam Na2S2O3 10 ml yang ditaruh
kertas putih bertanda silang dibawahnya
Dihitung waktu hingga tanda silang hilang
Dicatat waktunya
Diulangi langkah diatas dengan variasi konsentrasi Na2S2O3 0,2 M
dengan HNO3 0,1 M dan Na2S2O3 0,2 M dengan HNO3 0,2 M

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Pengamatan

Pengaruh konsentrasi

No

Na2S2O3

HNO3

.
1
2
3

0,1 M
0,2 M
0,2 M

0,1 M
0,1 M
0,2 M

120
60
50

0,0083
0,0167
0,02

Pengaruh suhu (T = 40oC)

No

Na2S2O3

HNO3

T oC

.
1
2
3

0,1 M
0,2 M
0,2 M

0,1 M
0,1 M
0,2 M

40o
40o
40o

240
30
240

0,0041
0,033
0,0041w

4.2 Reaksi
-

Na2S2O3 + HNO3 NaNO3 + H2SO4

Na2S2O3 + HNO3 NaNO3 + H2SO4 + Heat

4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi (Na2S2O3 dan NHO3)
Dimisalkan Persaman :
x
y
V 2 k [ Na2 S2 O3 ] [ HCl ]
=
V 3 k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ] y
t 3 0,1 x 2 y
=
t 2 0,2 2
60
1 x
=
.1
132 2
x
0,45= ( 0,5 )
log 0,45
x=
=1,15
log 0,5

( )( )
()

V 1 k [ Na2 S2 O3 ] [ HCl ]
=
V 2 k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ] y

t 2 0,1 1,15 1 y
=
t1
0,1
2
y
132
1
=1.
181
2
y
0,73= ( 0,5 )
log 0,73
y=
=0,45
log 0,5
Orde total = 1,15 + 0,45 = 1,6
1,15
0,45
V =k [ 0,2 ] [ 2 ]
1
=k ( 0,157 ) ( 1,366 )
60
1
k=
( 60 ) . ( 0,21460 )
1
k=
12,87
k =0,078
Persamaan laju reaksinya adalah:
1,15
0,45
V =( 0,078 ) [ Na 2 S2 O 3 ] [ HCl ]

( ) ()
()

4.3.2 Pengaruh Suhu (Na2S2O3 dan HCl)


Misalkan persamaannya :
x
y
V 2 k [ Na2 S2 O3 ] [ HCl ]
=
V 3 k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ] y

t 3 0,1 x 2 y
=
t 2 0,2 2
x
12 1
=
.1
29 2
0,414=( 0,5 ) x
log 0,414
x=
=1,27
log 0,5
x
y
V 1 k [ Na2 S2 O3 ] [ HCl ]
=
V 2 k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ] y

( )( )
()

t 2 0,1 1,27 1 y
=
t 1 0,1
2
y
29
1
=1.
30
2
0,97=( 0,5 ) y
log 0,967
y=
=0,048
log 0,5
Orde total = 1,27 + 0,048 = 1,318 = 1,32
1,27
0,048
V =k [ 0,1 ] [ 2 ]

( ) ()
()

1
=k ( 0,0537 ) ( 1,0338 )
29
1
k=
( 29 ) . ( 0,056 )
1
k=
1,61
k =0,62
Persamaan laju reaksinya menjadi:
1,15
0,45
V =( 0,078 ) [ Na 2 S2 O 3 ] [ HCl ]

4.4 Grafik
4.4.1 Pengaruh Konsentrasi
4.4.2 Pengaruh suhu

4.5 Pembahasan

Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang


berlangsung per satuan waktu laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut
dalam reaksi yang dihasilkan setiap detiknya. Persamaan laju suatu reaksi kimia
tidak dapat ditentukan melalui stoikiometri reaksinya, tetapi dilakukan melalui
sebuah percobaan di laboratorium. Dari persamaan laju reaksi tersebut dikenali
setelah orde reaksi yaitu nilai yang menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi
pereaksi pada laju reaksi orde nol menunjukkan bahwa pada perubahan
konsentrasi pereaksi tidak mempengaruhi laju reaksi tersebut. Reaksi orde satu
menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi pereaksi akan selalu berbanding lurus
dengan laju reaksi. Reaksi orde dua menunjukkan bahwa laju reaksi merupakan
pangkat dua dari konsentrasi pereaksi. Begitu pula halnya dengan reaksi orde tiga
yang menyatakan bahwa besarnya laju reaksi adalah nilai pangkat tiga dari

konsentrasi setiap pereaksi yang terkait. Sedangkan untuk reaksi dengan orde
negatif menyatakan jumlah pangkat bilangan laju reaksi yang berbanding terbalik
antara konsentrasi dan satuan waktu.
Laju atau kecepatan suatu reaksi dapat berjalan cepat ataupun lambat.
Meningkat dan menurunnya laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya konsentrasi (molaritas), luas permukaan, temperatur (suhu), katalis,
dan tekanan (untuk kreaksi yang bersifat gas).
Konsentrasi suatu reaktan akan selalu berbanding lurus dengan laju reaksi.
Jika konsentrasi suatu zat meningkat (bertambah) maka laju reaksinya akan
semakin besar dan sebaliknya, apabila konsentrasi zat tersebut berkurang
(semakin kecil) maka laju reaksinya semakin kecil pula. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol/liter, tetapi untuk reaksi pada fase gas umumnya satuan
konsentrasi yang digunakan adalah satuan tekanan seperti atm (atmosfer) atau Pa
(pascal).
Suhu pada kondisi apapun memiliki pengaruh yang besar terhadap
kecepatan reaksi kimia. Kecepatan atau laju reaksi akan bertambah seiring dengan
meningkatnya (naik) suhu. Peningkatan suhu menyebabkan semakin cepat
molekul-molekul penyusun suatu zat bergerak dan semakin banyak terjadi
tumbukan antar molekul. Dengan

demikian laju reaksi juga ikut meningkat.

Sebaliknya, pada suhu yang rendah laju reaksi akan berjalan sangat lambat.
Berdasarkan teori tumbukan reaksi kimia dapat berlangsung jika molekulmolekul, atom-atom, atau partikel-partikel penyusun suatu zat yang bereaksi
mengalami tumbukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin halus suatu zat
maka semakin luas permukaannya. Pada zat yang berbentuk serbuk memiiki luas
permukaan yang lebih besar daripada zat yang berbentuk padatan. Semakin luas
permukaan suatu zat yang bereaksi akan mempengaruhi peningkatan laju reaksi
tersebut, Karena kemungkinan bereaksi semakin besar dan semakin cepat reaksi
tersebut berjalan.
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang berperan dalam meningkatkan
suatu reaksi kimia tanpa zat atau senyawa tersebut mengalami perubahan. Sifat
dasar setiap zat kimia yang bereaksi memiliki perbedaan yang sangat jelas,
sehingga ada reaksi yang berjalan cepat dan ada pula reaksi yang berjalan sangat
lambat. Dalam hal ini katalis akan sangat berperan, dengan meningkatkan laju

reaksi tersebut. Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan
atau mengurangi energi aktivitas.
Berdasarkan hsil percobaandengan mereaksikan Na2S2O3 berbentuk larutan
terhadap larutan HCl terbukti bahwa meningkat atau bertambahnya konsentrasi
dan suhu mengakibatkan peningkatan laju reaksi. Namun, dapat dibedakan antara
suhu dan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Ternyata, pengaruh suhu lebih
besar terhadap peningkatan laju reaksi dibandingkan pengaruh konsentrasi, hal
tersebut ditunjukkan dengan semakin sedikitnya waktu yang diperlukan dalam
reaksi.
Setelah menuang larutan HCl kedalam gelas kimia yang telah berisi
larutan Na2S2O3 perlu dilakukan sedikit penggoyangan pada campuran tersebut,
hal ini dimaksudkan agar larutan Natrium triosulfat dapat bercampur sempurna
dengan larutan asam klorida. Selain itu pemanasan juga dilakukan padas uhu 40oC
yang merupakan suhu normal berlangsungnya suatu reaksi. Dikuatirkan pada
pemanasan dengan suhu diatas 40oC akan menyebabkan Na2S2O3 menguap.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada pratikum kali ini adalah tidak
tepatnya volume larutan yang diambil pada saat pemipetan, serta penggunaan
stopwatch yang kurang cermat (teliti). Kemungkinan pula terjadi kesalahan pada
saat pemanasan campuran, misalnya keterlambatan diangkatnya gelas kimia yang
berisi campuran larutan Na2S2O3 dan larutan HNO3, dari penangas air sehingga
suhu lebih dari 40oC ataupun sebaliknya. Ketika dilakukan pencampuran, larutan
yang tadinya berwarna bening dan jernih terlihat berubah sedikit demi sedikit
menjadi keruh.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kosentrasi Na2S2O3 & HNO3
12,8 dimana orde reaksi Na2S2O3 0,2688 & HNO3 1,87 dan persamaan
konsentrasinya (12,8) [Na2S2O3]1,8[HNO3]0,2688 dan berdasarkan pengaruh suhu
Na2S2O3 0,585 dan NHO3 3, jadi orde totalnya 16,0256 dan persamaan laju
reaksinya menjadi (12,0256) [Na2S2O3]3[HNO3]0,585.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Besarnya laju reaksi selalu berbanding lurus dengan konsentrasi zat

pereaksi maka reaksi akan semakin cepat berlangsung. Berdasarkan


percobaan diketahui bahwa peningkatan laju reaksi bertambah seiring
-

bertambahnya konsentrasi Na2S2O3 dan HCl


Suhu memiliki kecenderungan untuk menimgkatkan laju reaksi lebih besar
dibandingkan kecenderungan konsenterasi dalam meningkatkan laju
reaksi. Bertambahnya suhu berbanding lurus dengan peningkatan laju
suatu reaksi. Dari hasil percobaan dapat dibuktikan bahwa suhu memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk meningkat laju reaksi, terbukti
dengan semakin sedikitnya waktu yang dibutuhkan Na2S2O3 untuk beraksi

dengan HCl.
Orde reaksi menyatakan pangkat bilangan (konsentrasi) laju suatu reaksi.
Untuk hasil percobaan diperoleh hasil Na2S2O3 = 12,08 dan orde reaksi
HNO3 = 12,8, sehingga persamaan laju reaksinya dapat ditulis V =
12,8[Na2S2O3]1,8 [HNO3]

0,2688

dimana 12,8 adalah k (kostanta). Sedangkan

untuk laju reaksi yang di pengaruhi suhu di peroleh orde reaksi Na 2S2O3 =
0,585 dan orde reaksi HNO3 = 3. Sehingga persamaan laju reaksi menjadi
V = 16,0256 [Na2S2O3]3[HCl]0,585, dimana 16,0256 adalah kostanta (k).

5.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya perlu dilakukan percobaan laju reaksi karena
pengaruh katalis dan luas permukaan. Selain itu perlu juga dilakukan percobaan
laju reaksi zat dalam fase gas.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti. Jakarta: Erlangga
Keenan, Charles w. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu kimia, kita mengenal apa yang disebut unsur, unsur adalah
zat tunggal yang tidak dapat diuraikan secara kimia menjadi zat kimia lain yang
yang sederhana. Jenis unsur tidak terlalu banyak dialam terdapat kurang lebih 90
jenis unsur. Mengenai unsur-unsur sangatlah penting dalam ilmu kimia . sebab
reaksi kimia pasti terdiri dari unsur-unsur yang bereaksi.dengan mengetahui
sifat-sifat tersebut mudah bereaksi atau sukar bereaksi dengan unsur lainnya.
Melalui percobaan ini kita akan mengenal beberapa unsure yang bergabung pada
golonga IA(alkali) dan IIA(alkali tanah) pada sistem periodik.
Logam alkali adalah logam atau unsur-unsur golongan IA (kecuali
hidrogen) yaitu litium, natrium, kalium, rubidium, seselium, dan fransium.
Sedangkan alakali berasal dari bahas arab yang berarti abu, air atau bersifat basa.
Oleh karena itu, logam-logam golongan IA membentuk basa-basa yang larut
dalam air, maka disebut dengan logam alkali.
Logam alkali tanah meliputi berilium, magnesium, kalsium, stransium,
barium, dan radium. Keenam unsur itu terletak pada golongan IIA. Logam alkali
juga membentuk basa tetapi lebih lemah daripada logam alkali. Unsur-unsur
golongan IIA umumnya ditentukan dalam tanah berupa senyawa tak larut. Oleh
karena itu golongan IIA disebut logam alkali tanah.
1.2 Tujuan
-

Mengetahui kelarutan unsur-unsur satu golongan satu golongan

jika dicampur suatu basa.


Mengetahui sifat-sifat unsur golongan IA & IIA
Mengetahui kelarutan unsur-unsur dalam suatu golongan jika
dicampurkan suatu zat asam.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
1. logam alkali

logam alkali adalah unsure-unsur golongan IA (kecuali Hidrogen) yaitu


litium, natrium, rubidrium, sesium, dan fransium. Kata alkali berasal dari bahasa
arab yang berarti abu, air abu bersifatbasa oleh karena itu logam-logam golongan
IA membentuk basa-basa kuat yang karut dalam air, maka disebut logam alkali.
Kecenderungan bersifat logam alkali sangat beraturan dari atas kebawah, jari-jari
atom dan massa jenis (rapatan) bertambah, sedangkan titik cair dan titik didih
berkurang. Sementara itu, energi pengionan dan keelektronegatifan berkurang
potensial elektrode(besaran yang menggambarkan daya reduksi dalam larutan),
dari atas kebawah cenderung bertambah kecuali litium,litium ternyata mempunyai
potensial electrode yang paling besar. hal ini merupakan penyimpangan
sebagaimana sering di perlihatkan oleh unsure-unsur periode kedua seperti pernah
disebutkan.penyimpangan itu berkaitan dengan kecilnya volume atom unsur
periode kedua tersebut.
Logam alkali merupakan unsur yang sangat reaktif atau mudah bereaksi
dengan unsur lain karena mudah untuk melepaskan satu elekron terluarnya. Sifat
logam unsur alkali dari atas kebawah cenderung bertambah. Reaktivitas unsurunsur logam alkali cenderung berttambah dari atas kebawah (Syukri. 1999).
2. Golongan IIA atau alkali tanah
Anggota unsur alkali tanah adalah berilium (Be), magnesiun (Mg), kalsium
(Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan unsur radioaktif radium (Ra). Diantara
unsur-unsur ini Mg dan Ca yang paling banyak terdapat dikerak bumi. Atom-atom
golongan IIA memiliki konfigurasi elektron np6, (n + 1)S2 kecuali Be. Kerapatan
unsur-unsur golongan ini lebih besar daripada unsur logam alkali dalam satu
periode, unsur-unsur golongan IIA memiliki dua elektron valensi yang terlibat
dalam ikatan logam. Oleh karena itu dibandingkan dengan unsur golongan IA,
unsur-unsur ini lebih keras, energi kohesinya lebih besar, akan tetapi sifat
reduktornya lebih lemah.
Titik leleh unsur-unsur alkali tanah tidak berubah secara teratur karena
mempunyai struktur kristal yang berbeda. Misalnya unsur Be dan Mg memiliki
struktur kristal heksagonal terpejal, sedangkan struktur kristal unsur Sr berbentuk

kubus berpusat muka dan struktur kristal unsur Ba berbentuk kubus berpusat
badan. Unsur alkali tanah dialam terdapat sebagai ion dipositif (positif dua)
kalsium, stronsium, dan barium memiliki sifat yang serupa, namun magnesium
dan berilium berbeda dengan ketiga unsur tersebut yaitu kurang aktif. Unsur alkali
tanah mudah bereaksi dengan unsur non logam membentuk senyawa halida,
hibrida, oksida, sulfida, dan lainnya. Unsur alkali tanah kecuali magnesium dan
berilium dapat bereaksi dengan air (Keenan. 1992).
3. Golongan IIIA

Unsur-unsur golongan IIIA tidak sereaktif golongan IA dan IIA. Anggota


unsur golongan IIIA adalah brom (Br), alumanium (Al), galium (Ga), indium (In),
dan talium (Ti). Bron merupakan unsur pertama dalam golongan IIIA yang
tergolong metaloid, sedangkan unsur-unsur lainnya tergolong logam. Reaktifitas
unsur-unsur golongan ini tidak ada kecenderungan. Potensial reduksi golongan
IIIA negatif. Ini menunjukan bahwa unsur golongan IIIA bersifat lebih logam
dibandingkan hidrogen. Al3+ mempunyai potensial reduksi negatif yang paling
besar diantara kation golongan IIIA lainnya. Oleh karena itu Al merupakan logam
golongan IIIA yang paling aktif (Keenan. 1992).
4. Golongan IVA

Karbon dan silikon termasuk unsur golongan IVA yang umum dikenl dan
ditemui di alam. Anggota unsur golongan IVA lainnya yaitu Germanium (Ge),
Timah (Sn), plumbum (Pb). Karbon dan silikon tidak reaktif pada suhu biasa.
Karbon dan silikon mementuk kation sederhana seperti C 4+ dan Si4+.
Kecenderngan atom karbon membentuk ikatan kovalen tunggal, ikatan rangkap
dua, ikatan rangkap tiga yang membentuk senyawa organik. Semua silikat
membentuk senywa organik. Semua silikat membentuk larutan yang bersifat basa
ketika dilarutkan dalam air.

5. Golongan VA

Nitrogen dan fosfor merupakan unsur golongan VA. Anggota golongan VA


yang lainnya ialah arsen (As), antimonium (Sb), dan bismut (Bi). Yang utama
dibahas dari unsur-unsur golongan VA ialah nitrogen (N), dan fosfor (P). Masing-

masing nitrogen dan fosfor mempunyai 5 elektron valensi dan konfigurasi


elektron ns2, np3. Bilangan oksidassi terbesar adalah +5. Nitrogen merupakan
unsur yang unik dalam golongan, karena dapat membentuk senyawa dalam semua
bilangan oksidasi dari 3 sampai 5. Senyawa nitrogen dapat mengalami reaksi
reduksi maupun reaksi oksidasi. Fosfor dapat membentuk ikatan dengan cara yang
mirip dengan nitrogen. Fosfor dapat membentuk tiga ikatan kovalen, merima tiga
elektron membentuk ion p3- (Syukri. 1999).
6. Golongan VIA

Unsur golongan VIA terdiri dari Oksigen (O), blerang (S), selenium (Se),
tellurium (Te), polonium (Po). Oksigen dan blerang merupakan dua unsur yang
sangat umum dikenal diantara unsur golongan VIA. Oksigen dapat membentuk
senyawa dengan semua unsur kecuali gas-gas mulia ringan. Biasanya oksigen
bereaksi dengan

logam membentuk ikatan yang bersifat ionik dan bereaksi

dengan non logam membentuk ikatan yang bersifat kofalen sehingga akan
membentuk oksida. Semua unsur golongan VIA umumnya membentuk ion
dengan muatan -2, dengan demikian unsur golongan VIA hanya membutuhkan
dua elektron untuk mencapai konfigurasi ns2, np6 seperti gas mulia. Belerang
merpakan unsur yang mudah bereasi dengan unsur lain kecuali emas, platinum,
dan unsur gas mulia (Raymond. 2005).
7. Golongan VIIA atau Halogen

Senyawa dan ion golongan halogen dinamakan halide. Anggota unsur


golongan VIIA adalah flour (F), klor (Cl), brom (Br), iod (I) dan astat (As). Astat
ditemukan dialam dalam jumlah yang sedikit. Semua unsur golongan VIIA
bersifat non logam. Unsur-unsur glongan VIIA mempunyai konfigurasi elektron
ns2, np5 dan merupakan oksidasi -1, kecuali flour yang bersifat univalent. Unsur
flour dapat mempunyai bilangan oksidasi +1, +3, +7. Bilangan oksidasi +4 dan +6
merupakan anomali, terdapat dalam oksida ClO 2, Cl2O6, dan BrO3. Titik leleh dan
titik didih bertambah jika nomor atom bertambah. Hal ini terjadi karena molekul
yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik Van der walls yang lebih besar.
Flour dan klor membantu reaksi pembakaran seperti halnya oksigen. Brom berupa
cairan merah tua, pada suhu kamar mempunyai tekanan uap yang tinggi. Flour

dan

klor

biasanya

berupa

gas.

Semua

unsur

halogen

kecuali

flour

berdisproporsionasi dalam air, artinya dalam reaksi halogen dengan air maka
sebagian zat teroksidasi dan sebagian lain tereduksi. Kereaktifan golongan
halogen menurun secara teratur mulai flour hingga iod. Daya oksidasi halogen
dari atas ke bawah makin berkurang dan daya redduktor terkuat adalah iod. Daya
oksidasi dapat di tentukan dari harga potensial elektrodenya. Semua unur halogen
terdapat sebagai molekul diatom. Unsur halogen mudah dikenali dari bau dan
warnanya. Halogen berbau menyegat (Raymond. 2005).
8. Golongan VIIIA atau gas mulia

Golongan gas mulia terdiri dari unsur helium (He), neon (Ne), argon (Ar),
kripton (Kr), xenon (Xe), dan randon (Rn). Konfigurasi gas mulia selalu
memenuhi aturan okpet dan duplet, hingga unsur dari golongan gas mulia di kenal
stabil. Unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang rendah serta kalor
penguapan yang juga rendah. Gas mulia merupakan gas monoatomik, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Pada tekanan normal gas mulia dapat
dipadatkan kecuali helium.
Beberapa sifat-sifat periodik yang dikeahui dari suatu unsur ialah jari-jari
atom, energi ionisasi, keelektronegatifan, afinitas elektron, sifat logam, dan titik
leleh serta titik didih (Petrucci. 1985)
a. Jari-jari atom, merupakan suatu jarak dari inti atom sampai kulit terluar.

Dalam suatu golongan, konfigurasi unsur-unsur satu golongan mempunyai


elektron valensi yang sama tapi jumlah kulit bertambah (Syukri. 1999)
b. Energi ionisasi, adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron

terluar suatu atom. Energi ionisasi ini dinyatakan dalam satuan Kj/mol.
(Keenan. 1992).
c. Keelektronegatifan, ialah kemampuan atau kecenderungan suatu atom
untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain.
d. Afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses pertambahan satu

elektron pada suatu atom netral dalam wujud gas.. Semua unsur golongan
utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif (Petrucci.1985).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Tabung reaksi
Gelas kimia
Korek api
Pipet tetes
Pinset
Rak tabung reaksi
Pulpen

3.1.2. Bahan
Larutan BaCl2
Larutan MgCl2
Larutan Sr(NO3)2
Larutan H2SO4
Larutan NaOH
Pita Mg
Logam kalium

Aquadest
Kertas label
Indicator pp
Tissue
Kertas label

3.2. Prosedur percobaan


3.2.1. Kelarutan garam sulfat
Dimasukkan BaCl2 1 pipet kedalam tabung reaksi
Ditambahkan H2SO4 sebanyak 1 pipet
Diamati
Diulangi prosedur diatas dengan mengganti BaCl 2 dengan MgCl2
dan Sr(NO3)2
3.2.2. Kelarutan garam hidroksida
Diamsukkan BaCl2 1 pipet kedalam tabung reaksi
Ditambah NaOH sebanyak 1 pipet
Diamati
Diulangi prosedur diatas dengan mengganti BaCl2 dengan MgCl2 dan
Sr(NO3)2
3.2.3. Kereaktifan Unsur
Dimasukkan 2 ml aquades kedalam beaker glass
Ditambahkan pita Mg
Diamati
Dimasukkan aquadest kedalam beaker glass
Dimasukkan logam k
Diamati
Ditambahkan indicator PP
Diamati

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Pengamatan

No Perlakuan
1
Kelarutan garam sulfat
- BaCl2 + H2SO4

MgCl2 + H2SO4
Sr(NO3)2 + H2SO4

Kelarutan Hidroksida
BaCl2 + NaOH
MgCl2 + NaOH

Sr(NO3)2 + NaOH

Pengamatan
- Terbentuk sedikit endapan didasar
wadah
- Larutan menjadi keruh
- larutan bening
- ada sedikit endaoan didasar wadah
- larutan bening

Larutan sedikit keruh


Larutan keruh
Ada sedikit endapan
Larutan bening

Larutan menjadi keruh


Setelah
ditambahkan

3
Kereaktifan unsur
Mg dikerik lalu dibakar
dimasukkan dalam beaker

indicator pp warna menjadi

glass yang berisi aquadest

merah lembayung tetapi agak

lalu ditambahkan indicator


PP
Kalium + aquadest
Lalu ditambah indikator PP

keruh
Kalium terbakar
Larutan
berubah

menjadi merah lembayung


cerah

4.2. Reaksi
4.2.1. Kelarutan garam sulfat
MgCl2 + H2SO4 MgSO4 + 2HCl

Ba Cl 2+ H 2 SO 4 Ba SO 4 +2 HCl
Sr(NO3)2 + H2SO4 SrSO4 + 2HNO3

4.2.2. Kelarutan garam hidroksida


Ba Cl 2+2 NaOH Ba ( OH )2 +2 NaCl
Sr(NO3)2 + 2NaOH SrSO4 + 2NaNO3
BaCl2 + 2NaOH Ba(OH)2 +2NaCl
4.2.3. Kereaktifan unsur
K + H2O KOH + H+
Indikator PP + KOH

warna

Mg+2 H 2 O Mg ( OH )2 + H 2

Mg ( OH )2+ indikator pp

4.3. Pembahasan
Unsur kimia atau hanya disebut unsure, adalah zat kimia yang tidak dapat
dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau tidak dapat diubah menjadi zat kimia
lain dengan menggunakan metode kimia biasa. Senyawa kimia adalah zat kimia
murni terdiri dari dua atau beberapa unsure yang dapat dipecah-pecah lagi
menjadi unsure pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut. Atom adalah suatu
satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom terdiri atas proton yang bermuatan
positif dan neutron yang bermuatan netral.eb\nergi potensial adalah energy yang
mempengaruhi benda karena posisi (ketinggian) benda tersebut yang mana
kecenderungan tersebut menuju tak lain terkait dengan araghbdari gaya yang
ditimbulkan dari energy potensial tersebut.satuan SI untuk mengukur usaha dan
energy adalah joule (J). energy ionisasi adalah dapat didefinisikan sebagai energy
terendah yang dibutuhkan sebuah atom untuk dapat melepaskan electron
valensinya. Afinitas electron adalah besarnya energy yang dibebaskan satu atom
netral dalam wujud gas pada waktu menerima satu electron sehingga terbentuk ion
negative. Jari-jari atom adalah jarak electron dikulit terluar dari inti atom.
Pada percobaan sifat unsure ini kita menggunakan 2 macam pelarut yaitu
NaOH dan H2SO4 yang memiliki sifat asam dan sifat basa dengan dengan
mencampurkan 3 macam campuran yaitu dengan mereaksikan NaOH dan H2SO4
dengan BaCl2, MgCl2 dan Sr(NO3)2, secara bergantian dan juga dalam percobaan
sifat unsure ini kita melakukan percobaan reaktifitas logam kalium dan logam
magnesium, dapat ditentukan secara pasti bahwa kereaktifan logam alkali lebih
besar dibandingkan dengan logam alkali tanah.semakin reaktif suatu unsure maka
akan semakin mudah membentuk suatu ikatan. Dalam percobaan reaksi antara
logam kalium dengan H2O memberikan suatu ledakan kecil dan percikan api serta

gas H2O. hal ini terjadi karena reaksi tersebut bersifat eksotemik. Setelah ditetesi
indicator pp akan terbentuk warna merah lembayung pada larutan yang
menandakan bahwa yang ditetesi indicator pp tidak akan menghasilkan
warna( tetap bening). Ji ka larutan bersifat basa maka setelah ditetesi indicator pp
akan menghasilkan warna merah lembayung .
Reaksi antara BaCl2 dan H2SO4 menimbulkan endapan reaksi antara
Sr(NO3)2 dan H2SO4 menghasilakn sedikit endapan sedangkan reaksi antar MgCl 2
dan H2SO4 tidak mengalami pengendapan, percobaan kelarutan garam sufida ini
membuktikan bahwa kelarutan garam sulfide dalam golongan IIA dari atas
kebawah akan semakin kecil.
MgSO4
CaSO4 SrSO4 BaSO4 kelarutan
Untuk kelarutan garam hidroksida pada CaCl2 lebih kecil dibandingkan
dengan kelarutan garam hidroksida BaCl2. Sehingga dspat diketahui bahwa
kelarutan garam hidroksida pada golongan IIA dari atas kebawah akan semakin
besar. Mg(OH)2 Ca(OH)2 Sr(OH)2 Ba(OH)2. Semakin besar kelarutan suatu zat
maka semakin sulit zat tersebut mengendap. Hal ini sebanding dengan nilai Ksp
masing-masing larutan. Ksp larutan antara lain Mg(OH) 2 1,8 10 11 , Ca(OH)2
8,8 10 6 , Sr(OH)2 3,2 10 4 , Ba(OH)2 8 10 3 , MgSO4 1,1 10 2 ,
CaSO4 9,1 10 6 , SrSO4 7,6 10 7 , dan BaSO4 1,1 10 10 .
Perbedaan antara logam alkali tanah dan logam alkali adalah pada logam AL
sangat relative, karena itu harus disimpan dalam minyak dari tempat yang
gelap.Golongan alkali semakin besar, periode semakin kekanan jari-jarinya
semakin besar. Sedangkan pada logam alkali tanah kereaktifannya lebih reaktif
karena akan bertambah kebawah , makin mudah membentuk ion. Pada jari-jari
atomnya,semakin kebawah jari-jari nya semakin besar, periodenya semakin
kekanan jari-jarinya semakin kecil.
Prinsip percobaan sifat-sifat unsure ini adalah menguji kelarutan NaoH dan
H2SO4 endapan yang terbentuk,serta membuktikan asam dan basa pada logam k
dan mg dengan meneteskan indicator phenolphetalin(PP) hal ini dilakukan untuk
mengetahui kereaktifitas unsure kelarutan asam sulfat(H2SO4) dan kelarutan
garam indroksida) (NaOH).

Fungsi reagen adalah suatu bahan yang berperan dalam suatu reaksi kimia
atau diterapkan untuk tujuan analisa. Dalam percobaan sifat-sifat unsure
dilakukan beberapaa fungsi reagen yaitu :
-

Fungsi penambahan reagen berupa H2SO4 adalah untuk mengetahui

kelarutan dalam asam.


Fungsi penambahan reagen berupa NaOH adalah untuk mengetahui

kelarutan dalam basa.


Fungsi penambahan indikator PP pada percobaan kereaktifan unsur
adalah sebagai indicator pendeteksi asam atau basa suatu larutan.
Fungsi perlakuan yaitu sebuah tindakan yang diberikan pada bahan yang

direaksikan dalam percobaan sifat unsure ini dilakukan berbagai macam perlakuan
yaitu:
- Dimasukkan bahan_bahan percobaan yang akan direaksikankedalam
tabung reaksi bertujuan agar dapat lebih mudah diamati perbedaan
reaksi bahan lain.
- Pemberian nama kertas label pada setiap tabung reaksi adalah bertujuan
agar tidak bertukar atau tidak salah mencampurkan dengan larutan
lain.
- Dikerik lalu dibakarnya pita mg terlebih dahulu sebelum di masukkan
aquades bertujuan untuk membuat mg agar lebih cepat bereaksi.
- Pengerikan/ dikeriknya pita mg dimaksudkan agar mendapat mg yang
murni karena apabila tidak dikerik akan menjadi bertambah O 2
menjadi Mg O2.
Faktor kesalahan pada percobaan ini sifat-sifat unsure ini mungkin
dikarenakan kesalahan memasukkan larutan pada tabung atau tertukar karena
belum di beri label nama dan tertukarnya pipet tetes yang digunakan sehingga
tidak menghasilkan reaksi yang sesuai.
Mengapa logam K harus disimpan dalam gelas yang gelap dan diberi
minyak tanah karena logam K adalah logam yang mudah meledak . kenapa harus
digelas yang gelap karena cahaya dapat mempengaruhi dan kenapa harus minyak
tanah , karena minyak tanah adalah minyak yang memiliki kekentalan yang pas
untuk meredam kereaktifan suatu logam yang mudah meledak.

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini kita dapat mengrtahui sifat-sifat unsur


alkali dan alkali tanah adalah sebagai berikut:
- Sifat garam hidroksida semakin bawah dan semakin besar
-

kelarutannya sehingga makin mudah larut


Sifat garam hidroksida sulfatnya semakin kebawah makin kecil

kelarutannya sehingga makin sukar larut


Unsur alkali dan alkali tanah sangat reaktif dan bereaksi hebat

dengan air
Fungsi dari indikator PP adalah untuk mengetahui sifat suatu larutan basa
atau asam
Suatu larutan jika hasil kali ion-ion asam lebih kecil atau sama dengan ksp
garam, maka campuran akan larut dengan larutannya campuran maka
endapan yang terjadi sedikit atau bahkan tidak ada. Sedangkan hasil kali
ion-ion asam lebih besar dari pada ksp garam. Maka campuran menjadi
kurang larut dengan campuran maka akan terjadi pengendapan.
5.2. Saran

Sebaiknya unsur-unsur yang dipakai untuk percobaan berikutnya ditambah


seperti Na, Li, Be dan yang belum ada pada praktikum sifat-sifat unsur ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. 2002. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates
Petrucci,Ralph.1996.kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Respati.1999. ilmu Kimia. Yogyakarta: Reineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai