Anda di halaman 1dari 8

Keadilan Sosial:

Teori Keadilan Menurut John Rawls Dan Implementasinya Bagi Perwujudan Keadilan Sosial Di
Indonesia
ANIL DAWAN
PENDAHULUAN
Keadilan merupakan prasyarat untuk terselenggaranya citanegara persatuan dan menegakkan
sistem pemerintahan yang demokratis. Karena itu tidak bisa dipungkiri oleh semua manusia di semua
negara bahwa tuntutan keadilan perlu diwujudkan dalam tata kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Unsur keadilan juga merupakan hal yang esensi dalam kehidupan manusia. Terwujudnya
keadilan juga bisa dikatakan sebagai prasyarat utama bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Sebaliknya bahwa ketidakadilan hanya akan membawa manusia pada penderitaan dan menjadi pemicu
dari rangkaian masalah-masalah sosial yang bisa mengancam kelangsungan peradaban manusia itu
sendiri.
Di negara Indonesia, keadilan sosial merupakan bagian dari cita-cita bangsa Indonesia seperti
yang termaktub dalam Pancasila sila yang ke V (lima). Artinya bahwa keadilan sosial merupakan
sesuatu yang ideal dicita-citakan oleh semua rakyat bahkan dirumuskan dengan jelas dalam dasar
negara kita Pancasila. Jadi tuntutan keadilan sosial adalah hal yang sangat penting. Namun dalam
kenyataannya praktek keadilan sosial itu belum terwujud seiring dengan harapan dan cita-cita
masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa ketidakadilan terjadi dalam banyak bidang dan peristiwa,
terlebih dalam masa Orde Baru di mana hegemoni rezim yang berkuasa melakukan ketidakadilan
dalam segala bidang. Moment Reformasi tampaknya juga belum memberikan titik balik pada upaya
mewujudkan keadilan di semua bidang. Dalam konteks latar belakang seperti itu, menjadi sesuatu
yang penting untuk mengkaji ulang makna keadilan. Apa yang dimaksud adil, bagaimana keadilan
itu diwujudkan dalam teori dan prakteknya di Indonesia? Untuk itu, saya ingin mengangkat salah satu
gagasan keadilan yang paling komprehensif untuk ditelaah yaitu: Teori Keadilan menurut John
Rawls. Harus diakui, bahwa teori keadilan menurut John Rawls mempunyai kedalaman perspektif
yang tidak isolatif. Masalah keadilan sosial yang ia tampilkan mengalami pendalaman lewat dialog
dan diskusi panjang yang melibatkan banyak filsuf, ahli politik, ekonom, sosiolog dan para ahli hukum
dan memiliki elemen-elemen yang kompleks. Tanpa mengesampingkan kritik-kritik yang dilontarkan
kepada teori keadilan menurut Rawls, teori ini menarik untuk dikaji dan ditarik makna positifnya bagi
perwujudan keadilan sosial di Indonesia.
BATASAN MASALAH
Sesuai dengan tema atau judulnya Keadilan Sosial: Telaah tentang pemikiran John Rawls dan
implementasinya dalam mewujudkan keadilan sosial di Indonesia, maka saya akan mengungkapkan
beberapa hal yang berkaitan dengan judul tersebut, yaitu:
Pertama, elemen-elemen utama teori keadilan John Rawls (yang mencakup: tujuan, bidang utama,
problem, prinsip-prinsip, prioritas, dasar kebenaran, dan model struktur masyarakat yang adil
menurutnya). Kedua, keterkaitan dengan sila V (lima) Pancasila khususnya inti dan harapan yang mau
diwujudkan untuk masyarakat Indonesia. Ketiga, konteks Indonesia, masalah, ketidakadilan dan
upaya-upaya perwujudan keadilan yang kontekstual. Juga peranan agama, gereja dan pendeta dalam

mewujudkan keadilan dalam konteks Indonesia sehingga dapat memerankan diri sebagai agen, atau
duta keadilan sosial.
TEORI KEADILAN MENURUT JOHN RAWLS
Tujuan Teori Keadilan
Tujuan teori keadilan Rawls adalah untuk mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umum
keadilan yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh
dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus. Yang dimaksud dengan keputusan moral adalah
sederet evaluasi moral yang telah kita buat yang menyebabkan tindakan sosial. Keputusan moral yang
sungguh-sungguh dipertimbangkan menunjuk pada evaluasi moral yang kita buat secara reflektif.
Teori keadilan versi Rawls diasumsikannya memiliki kemampuannya menjelaskan keputusan moral
yang terkait dengan keadilan sosial.
Bidang Utama Keadilan
Bidang utama keadilan adalah susunan dasar masyarakat, semua institusi sosial, politik, hukum,
dan ekonomi. Mengapa demikian? Karena susunan institusi sosial tersebut mempunyai pengaruh
yang mendasar terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, tetapi juga dalam perilaku, keputusan dan
penilaian individual. Mengingat kompleksnya masalah keadilan, maka Rawls memusatkan diri pada
bidang utama keadilan yang menurutnya adalah susunan dasar masyarakat. Susunan dasar masyarakat
meliputi: konstitusi, pemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi, pasar kompetitif, dan susunan
keluarga monogami. Dari penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa Rawls menitikberatkan pada
bentuk-bentuk hubungan sosial yang membutuhkan kerjasama. Fungsi susunan dasar masyarakat
adalah mendistribusikan beban dan keuntungan sosial di antara warga masyarakat. Keuntungan
kerjasama sosial meliputi kekayaan, pendapatan, makanan, perlindungan, kewibawaan, kekuasaan,
harga diri, hak-hak dan kebebasan. Beban kerjasama sosial meliputi segala macam bea dan kewajiban
seperti misalnya kewajiban membayar pajak.
Problem Utama Keadilan
Problem utama keadilan adalah merumuskan dan memberikan alasan pada sederetan prinsipprinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat yang adil. Prinsip-prinsip sosial
tersebut akan menetapkan bagaimana struktur masyarakat harus mendistribusikan prospek
mendapatkan barang-barang pokok (yaitu: hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan,
kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan). Dalam struktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip
keadilan harus mengerjakan dua hal yaitu: pertama, memberi penilaian yang konkret tentang adil
tidaknya institusi-institusi dan praktek-praktek institusional. Kedua, harus membimbing kita dalam
mengembangkan kebijakan-kebijakan dan hukum yang mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar
masyarakat tersebut.
Prinsip-prinsip Keadilan
Prinsip-prinsip keadilan merupakan solusi bagi problem utama keadilan yaitu:

Prinsip kebebasan yang sama besarnya (principle of greatest equal liberty). Prinsip ini
mencakup kebebasan untuk berperan serta dalam kehidupan politik yaitu hak bersuara dan
mencalonkan diri dalam pemilihan. Kebebasan berbicara termasuk kebebasan pers, kebebasan
berkeyakinan termasuk kebebasan beragama, kebebasan menjadi diri sendiri, kebebasan dari
penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang, kebebasan untuk mempertahankan milik pribadi.
Menurut prinsip-prinsip tersebut tiap-tiap orang mempunyai hak yang sama atas seluruh sistem yang
terbangun/tersusun dari kebebasan-kebebasan dan yang cocok dengan kebebasan-kebebasan tersebut.
Prinsip perbedaan (the difference principle). Inti prinsip ini adalah bahwa perbedaan sosial
dan ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar kepada mereka yang paling
kurang beruntung (yaitu mereka yang kurang memiliki peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan,
pendapatan dan otoritas). Misalnya: Penanam-penanam modal harus menikmati kekayaan dan
kekuasaan yang lebih besar daripada orang lain dalam masyarakat. Karena, menurut prinsip
perbedaan, ketidaksamaan dalam prospek kebutuhan-kebutuhan utama harus dibenarkan jika investasi
dimaksudkan untuk maksimalisasi prospek hidup mereka yang paling kurang beruntung atau mereka
yang kurang punya keterampilan.
Yang kedua pada bagian ini, adalah prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (The
principle of fair equality of opportunity). Inti prinsip ini terumus sebagai berikut bahwa ketidaksamaan
sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi
semua yang ada di bawah kondisi persamaan kesempatan yaitu memberi jaminan bahwa orang-orang
dengan keterampilan, kemampuan, dan motivasi yang sama dapat menikmati kesempatan yang sama
pula.
Sebagai contoh: A dan B sama-sama ingin mencapai suatu kedudukan yang membutuhkan latihan
teknis tertentu. Tetapi keluarga A sangat miskin dan tak dapat membiayai pelatihan teknis tersebut.
Sedangkan si B dari keluarga kaya dan mampu membiayai pelatihan itu. Pada prinsip persamaan hak
atas kesempatan yang diajukan Rawls akan menuntut penyusunan intitusional yang mampu menjamin
bahwa A yang lahir dalam keluarga miskin tidak kehilangan kesempatan mencapai kedudukan tertentu
seperti B.
Selain itu pandangan Rawls yang penting adalah tentang harga diri (self respect) dalam
kerangka teorinya, bahwa kebutuhan manusia yang paling pokok barangkali adalah harga diri, karena
menurut Rawls struktur dasar masyarakat bukan hanya harus diatur sesuai dengan prinsip-prinsipnya,
melainkan juga harus mendukung penghormatan terhadap harga diri seseorang. Hal itu dapat
ditempuh dengan prioritas pada komitmen masyarakat untuk menjamin kebebasan yang sama dan
kesempatan yang sama bagi setiap orang harus tampak sebagai ekspresi umum penghargaan tak
bersyarat pada setiap orang.
Dasar Kebenaran Prinsip-prinsip Keadilan Rawls
Ada 3 (tiga) dasar kebenaran bagi prinsip-prinsip keadilan Rawls, dua di antaranya pada daya
penilaian moral yang sungguh dipertimbangkan, dan yang ketiga berdasarkan apa yang disebut sebagai
interpretasi kantian terhadap teorinya. Dasar kebenaran pertama bersandar pada tesis: jika sebuah
prinsip mampu menerangkan penilaian dan keputusan moral kita yang sungguh dipertimbangkan
tentang apa itu adil dan tidak adil, maka prinsip tersebut dapat diterima. Menurut dasar kedua
kebenaran kedua, jika menurut keputusan moral kita, sebuah prinsip dipilih di bawah kondisi yang
cocok untuk pemilihan, maka prinsip keadilan itu dapat diterima. Prinsip tersebut akan cocok dengan
pertimbangan moral kita. Kedua dasar kebenaran yang cocok dengan pertimbangan moral kita

mengacu pada apa yang disebut adil dan tidak adil serta kondisi-kondisi yang sesuai dengan
prinsip keadilan. Pertimbangan-pertimbangan moral tentang adil atau tidak adil dengan kondisi bagi
pemilihan prinsip terdapat penyesuaian timbal balik. Rawls menyebutnya sebagai keseimbangan
refleksif (reflektive equilibirium). Menurut gagasan dasar Rawls, cara mencapai aturan sosial yang
adil adalah memulai dengan situasi awal yang ditandai dengan kejujuran atau kesamaan. Prinsipprinsip yang disetujui oleh individu-individu yang rasional dalam situasi itu akan merupakan prinsipprinsip yang adil. Dalam dasar kebenaran ketiga Rawls mengembangkan gagasan Kant tentang
pelaku otonom. Penekanannya adalah pada sifat otonom yang ditentukan oleh prinsip-prinsip
rasional, bukan oleh dorongan-dorongan sementara. Dalam posisi asli manusia melihat dirinya dalam
perspektif otonom dan rasional. Jika diterapkan pada fakta, prinsip-prinsip tersebut menurut Rawls
menghasilkan penilaian moral kita tentang apa itu adil dan tidak adil, serta penilaian tentang
keadilan institusi sosial.
Model Struktur yang Adil Menurut Rawls
Model ini tidak akan menyediakan blue print komprehensif tentang masyarakat yang adil,
melainkan lebih akan menjadi penuntun untuk lebih lanjut menetapkan isi prinsip-prinsip keadilan
Rawls dengan meninjau implikasi praktisnya. Sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip keadilan
pada struktur dasar masyarakat, terutama aplikasi pertimbangan moral yang ada di dalamnya. Model
ini memusatkan diri terutama pada susunan institusional masyarakat yang menurut Rawls akan
memenuhi prinsip perbedaan. Syarat-syarat prinsip perbedaan (difference principle) dapat diperoleh
melalui pengadaan empat cabang pengatur: cabang alokasi, cabang pencipta kestabilan, cabang
transfer, cabang distribusi. Cabang alokasi semacam itu dipakai untuk mempertahankan sistem pasar
bebas. Cabang pencipta kestabilan fungsinya mengadakan lapangan kerja yang layak juga ada.
Sedang cabang transfer menjamin pendapatan (income) minimum masyarakat entah dengan jaminan
khusus bagi si sakit atau penganggur. Atau meningkatkan income secara bertahap. Cabang distribusi
bertugas menjaga keadilan dalam pembagian dengan sarana pajak dan penyesuaian hak milik yang
meliputi penentuan sejumlah pajak warisan dan penentuan pajak untuk menaikkan pendapatan yang
dituntut prinsip keadilan yaitu redistribusi murni. Menurut Rawls sendiri prinsip perbedaan dalam
masyarakat kita dewasa ini atau di masa depan dapat dilaksanakan melulu dengan redistribusi
pendapatan (income) dan kekayaan lewat penggenaan pajak pada kelompok ekonomi kuat (the better
off) dan mengalihkan hasil bagi kelompok lemah (the worst off). Maksimalisasi prospek pendapatan
dan kesejahteraan sebagian golongan lemah dapat dicapai dengan menaikkan upah kerja dalam pasar
bebas. Keadilan dapat dicapai tanpa perubahan ke arah pemilikan umum atas sarana-sarana produksi.
Meski demikian Rawls juga menekankan bahwa dalam keadaan khusus, pemenuhan prinsip perbedaan
membenarkan atau bahkan menuntut sosialisme dalam arti pemilikan bersama atas alat-alat produksi.
Rawls tidak membahas pertentangan antara dua jenis kepemilikan, tapi pada tahap aplikasi hal tersebut
dapat dilihat dan dijelaskan dengan prinsip-prinsip keadilan.
RELEVANSI KEADILAN SOSIAL MENURUT RAWLS DI INDONESIA
Relevansi Keadilan Sosial Rawls di Indonesia
Mencari relevansi keadilan sosial menurut teori Rawls di Indonesia, adalah penting untuk
melihat sejauh mana teori tersebut dapat diimplementasikan. Namun perlu diingat bahwa teori tadi
muncul dalam masyarakat yang berbeda dengan masyarakat di Indonesia. Misalnya sistem ekonomi

Kapitalis di Amerika Serikat dan model masyarakat yang liberal. Sedangkan di Indonesia tidak
menganut sistem ekonomi kapitalis ataupun masyarakatnya tidak liberal. Namun harus diakui juga
paham-paham seperti kapitalisme, sosialisme, liberalisme telah bercampur dengan tujuan-tujuan
mengenai keadilan di Indonesia baik dalam masyarakat, kebudayaan pribumi, nilai-nilai agama dan
aliran-aliran kepercayaan di kalangan bangsa Indonesia. Keadilan sosial tidak boleh dipisahkan
dengan aspek ke-Tuhan-an, kemanusiaan, kesatuan dan integrasi dari pluralitas dan jiwa musyawarah
dan gotong royong. Sehingga para pendiri bangsa Indonesia, tampaknya tidak mau mempertentangkan
keadilan sosial1 dengan hidup keagamaan, dengan kemanusiaan dan dengan hubungan yang harmonis
yang saling mempengaruhi dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila. Bangsa Indonesia tidak begitu
saja mengadakan pilihan-pilihan di antara salah satu sistem atau aliran-aliran yang berlainan dan
bertentangan dalam sejarah Barat. Tetapi juga tidak menutup diri dari pengalaman-pengalaman bangsa
lain, termasuk pengalaman dunia barat dan pengalaman negara-negara komunis, atau bahkan negara
yang berdasarkan agama dan bersifat fundamentalis. Pengalaman itu memberikan unsur pembelajaran
dan membentuk suatu kesadaran sejarah2 sehingga kita tidak mengulang sebuah kesalahan dalam
mewujudkan keadilan sosial. Ada beberapa hal yang bisa disumbangkan dari teori keadilan Rawls
yaitu:
Tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Diakui bahwa keadilan adalah sebagai daya
hidup manusia yang subtansial bagi kehidupan manusia, sehingga di dalam Dasar dan Ideologi Negara
Pancasila, yang dituangkan dalam dua buah sila, yaitu: Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab
dan sila kelima (mewakili mengungkap ciri khas keadilan yang bersifat integralistik secara moral), dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (mewakili ciri khas keadilan sosial. Khususnya sila
kelima yang merupakan salah satu tujuan atau cita-cita yang perlu dicari realisasinya. Jadi
bagaimana pelaksanaan keadilan sosial itu dapat dipraktekkan? Bagaimana pembagian pendapatan dan
keuntungan koperasi, misalnya diatur dalam prinsip-prinsip keadilan? Karena ada kesamaan antara
perhatian utama Rawls mengenai koperasi dengan koperasi di Indonesia, barangkali prinsip-prinsip
keadilan Rawls dapat berperan sebagai pembatas pembagian yang adil.
Kedua, soal hak milik. Negara Indonesia mengakui adanya hak milik pribadi. Negara berperanan
melindunginya, tetapi tidak berarti memaksakan hak-hak milik itu demi tujuan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Mengacu pada pandangan Rawls yang mengatakan bahwa keadilan dapat dicapai
tanpa perubahan ke arah pemilikan umum atas sarana-sarana produksi. Menurut saya, untuk konteks
Indonesia tidak menjadi suatu persoalan apakah sarana-sarana produksi itu dimiliki secara umum,
pribadi atau negara, namun yang terpenting adalah: apakah pemanfaatannya sudah secara adil dan
merata dirasakan oleh semua masyarakat Indonesia, khususnya golongan yang kurang beruntung?
Meski Rawls juga menekankan bahwa dalam keadaan khusus, pemenuhan prinsip perbedaan
membenarkan atau bahkan menuntut sosialisme dalam arti pemilikan bersama atas alat-alat produksi.
Bagi saya, untuk konteks Indonesia, keadaan-keadaan khusus itu harus dijelaskan dan harus ada
pembatasan sehingga tidak didominasi oleh pribadi (konglomerat) yang bisa menyelewengkannya
untuk kepentingan pribadi atau kroni-kroninya.
1

Di Barat kita melihat pertentangan antara kapitalisme dengan berbagai aliran sosialisme. Sedangkan dalam aliran
sosialisme sendiri terdapat pula perbedaan bahkan pertentangan-pertentangannya. Pertentangan yang paling ekstrim adalah
pertentangan antara kapitalisme dan komunisme. Komunisme menuduh kapitalisme mengorbankan keadilan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya kapitalisme menuduh komunisme dengan dalih keadilan sosial telah
mengorbankan kemanusiaan dan perkembangan hidup keagamaan. Maka di Indonesia perjuangan mewujudkan keadilan
sosial merupakan unsur yang penting dalam perjuangannya.
2
Kesadaran sejarah adalah kesadaran diri di mana seseorang tahu menempatkan dirinya dalam hubungan reflektif
dengan dirinya dan tradisi. Sehingga seseorang mengerti dirinya oleh atau melalui sejarahnya sendiri. Istilah ini
dipopulerkan oleh Hans Georg Gadamer.

Ketiga, tekanan Rawls pada prinsip kebebasan dan harga diri. Hal ini, mengingatkan kita pada
keadilan yang berdasarkan HAM. Di Indonesia bisa disoroti masalah penggusuran tanah atau rumah
yang sedang marak terjadi sekarang ini di kota-kota besar. Penggusuran tersebut sering kali dilakukan
dengan alasan ketertiban dan keindahan kota, namun tidak dilandaskan pada hak-hak warga yang
tergusur dan harga diri mereka yang terlindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah dan aparat
ketertiban kota.
Keempat, subsidi silang pada sektor pajak penghasilan pada mereka yang berpenghasilan tinggi dan
mengalihkannya untuk mendukung peningkatan kesejahteraan golongan ekonomi lemah.
Permasalahan di Indonesia, apakah pengelolaan dan pemanfaatan pajak dilakukan secara transparan
dan tepat sasaran? Hal ini patut dipertanyakan supaya hasil pajak itu tidak dikorupsi oleh tikus-tikus
berdasi di birokrasi.
Dengan demikian teori Rawls membantu kita untuk tetap kritis terhadap praktek-praktek ketidakadilan
yang timbul dan dialami masyarakat.
PERANAN AGAMA-AGAMA, GEREJA DAN PENDETA DALAM MEMPERJUANGKAN
KEADILAN SOSIAL
Berdasarkan Pancasila, peranan agama-agama merupakan sumber daya yang tak pernah kering
dalam memperjuangkan masyarakat yang adil dan makmur. Berdasarkan sila ke-1 (pertama) dikatakan
bahwa negara berdasarkan Ke-Tuhan-an yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab dipahami bahwa penyelenggaraan masyarakat yang berkeadilan sosial tidak hanya didasarkan
pada pertimbangan rasional keduniaan semata, melainkan diimbangi dengan pertimbangan moral keTuhan-an.3 Dalam hal ini disadari perlu adanya dialog antaragama, sebab pada hakikatnya semua
agama memiliki tanggungjawab dalam membangun keadilan sosial. Kerjasama dialogdialog itu tidak
hanya mengenai masalah-masalah yang menyangkut kebebasan dan kerukunan beragama saja,
melainkan mengenai tanggungjawab bersama untuk mengembangkan dasar-dasar etis dan moral yang
kuat bagi pengamalan semua sila Pancasila dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan sosial.
Pertanyaan sekarang adalah bagaimanakah nilai-nilai agama-agama dan kepercayaan kepercayaan itu
bersama-sama secara sinergis dapat memperkokoh dasar-dasar kemanusiaan (hak-hak dasar dan asasi),
persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial?4 Seharusnya dalam dialog agama-agama masalah
keadilan sosial menjadi titik fokus perhatiannya. Concern dialog hendaknya pada tema keadilan.
Dalam masyarakat Pancasila, Indonesia disebut sebagai negara yang sosialis religius. Selanjutnya
agama-agama memiliki tugas pada era sekarang ini untuk menjawab bagaimana agama-agama
memberi makna pada ungkapan tersebut dalam aksi mereka. Iman Kristen memberikan arti yang
utama kepada keadilan. Dalam karya-Nya Kristus memberitakan keadilan. Melalui kematian dan
kebangkitan-Nya menegaskan bahwa misi menegakkan keadilan manusia sama halnya dengan
mewujudkan sifat Allah tentang keadilan dan kebenaran-Nya. Kepercayaan akan karya Kristus juga
mengingatkan gereja dan pendeta sebagai hamba-Nya untuk memberi arti dan makna pada kehidupan
dunia yang fana dan sia-sia, dari sikap acuh tak acuh, dari kelesuan dan ketakutan, kepada kehidupan
yang penuh kegembiraan dan berpengharapan. Dalam kuasa Kristus Gereja dan Pendeta dipanggil
3

Yang saya pahami dari pertimbangan moral menurut Rawls adalah bahwa pertimbangan moral dilandasi pada
alasan rasional dan sifat otonom manusia. Moralitas Rawls diidentikkan dengan rasionalitas. Menurut saya orang yang
rasional belum tentu bermoral. Rasionalitas hanya membantu menjelaskan prinsip-prinsip keadilan, namun tidak menjamin
pelaksanaan keadilan itu sendiri.
4
Disini saya menggugat dan mempertanyakan kehadiran agama-agama secara eksistensial untuk menunjukkan
perannya secara moral dan etis dari nilai-nilai ajaran yang dimiliki masing-masing sehingga menjadi sumbangan yang
bermakna bagi perwujudan keadilan sosial di Indonesia.

untuk bangkit, bekerja, dan berjuang mengikuti teladan Kristus yang kita percayai masih bekerja dan
berkarya dalam sejarah manusia yang diliputi ketidakadilan sosial seperti sekarang ini. Gereja dan
Pendeta dipanggil untuk memberikan makan kepada yang lapar, memberi minum kepada yang haus,
pakaian kepada yang telanjang (Mat. 25:31-36). Hal ini dapat dilakukan secara langsung. Secara kritis
dan partisipatif, Gereja dan Pendeta harus menanyakan dan terlibat sebagai bagian dari struktur
masyarakat apakah primary goods itu sudah didistribusikan secara adil dan merata kepada seluruh
masyarakat? Di dalam perjuangan kita mewujudkan keadilan sosial harus selalu diupayakan apakah
semua orang telah memperoleh makan? Apakah semua orang sudah mendapatkan minum, pakaian,
kesempatan bekerja dengan upah yang layak? Apakah semua orang sudah mendapatkan kesempatan
mendapatkan pendidikan, penghargaan dan kebebasan? Saya ingin mengutip beberapa bagian dari
pesan Sidang Raya Gereja VII yang diadakan di Pematang Siantar sebagai berikut:
Gereja diutus ke dalam dunia untuk memberitakan injil Yesus Kristus. Injil adalah berita
kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang tersedia bagi manusia (Mrk. 1:15), serta
kebebasan, keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk manusia dan
dunia (Luk. 4:18-21). Kita terpanggil untuk turut serta secara bertanggung jawab dalam usaha
membebaskan manusia dari penderitaannya yang disebabkan oleh keterbatasan, kemiskinan,
penyakit, ketakutan, dan ketidakpastian hukum. Kita dipanggil untuk turut mengusahakan
keadilan di bidang ekonomi, politik, keadilan antarmanusia dan antargolongan, keadilan dalam
susunan masyarakat dan keadilan internasional. Kita dipanggil untuk melenyapkan kepalsuan
dan terus berjuang melawan kemunafikan, korupsi dan ketidakjujuran. Kita dipanggil untuk
bekerja meningkatkan kesejahteraan semua manusia baik jasmani maupun rohani.
Dari uraian di atas, berarti Tuhan mengutus gereja (sebagai organisasi maupun organisme) dan
pendeta (sebagai hamba sekaligus pemimpin umat) untuk berpartisipasi dengan penuh tanggungjawab
dalam melaksanakan keadilan masyarakat bangsa dan negara, untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.
Dalam mewujudkan keadilan sosial hendaknya Gereja dan Pendeta memperhatikan pertumbuhan
ekonomi dan keterkaitannya dengan swadaya masyarakat (self-reliance) untuk membangun sebuah
kemandirian karya sehingga tidak tergantung pada pihak lain. Maka dalam rangka itu saya ingin
mengajukan usulan yang praktis yaitu:
Dari ketiga orde dalam sejarah Indonesia (Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi) tidak ada yang
tampaknya memberikan perhatian kepada keadilan sosial. Gereja dan pendeta harus memfokuskan
perhatian kepada keadilan sosial ini, dan secara gradual harus memberikan saran-saran dan kritik-kritik
kepada pemerintah lewat saluran di lembaga eksekutif, legislatif ataupun yudikatif sehingga bidangbidang dalam struktur masyarakat seperti politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan
seterusnya yang kiranya berguna dalam perencanaan dan pelaksanaan pendistribusian primary goods
tersebut, sehingga unsur keadilan sosial menjadi lebih tampak.
Gereja dan pendeta harus terus berjuang untuk mengkonkretkan keprihatinan kita pada keadilan sosial.
Sebab konteks Indonesia tidak hanya terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin, namun juga
terjadi ketidakseimbangan antarpulau Jawa dan pulau lainnya dalam jumlah penduduk, juga terjadi
ketidakseimbangan antara desa dan kota. Arus urbanisasi membuat kota begitu padat dengan manusia
yang datang dari desa, sedangkan pada umumnya pendidikan dan keterampilan mereka rendah.
Sedangkan potensi-potensi yang ada di desa tidak tergarap dengan baik. Komposisi tersebut
menyebabkan mereka tidak memperoleh akses kesempatan dalam bidang pendidikan. Di sini gereja
dan pendeta dapat memelopori melalui proyek-proyek pendidikan sehingga akses dan kesempatan
pendidikan ini bisa dinikmati oleh semua pihak, khususnya di kalangan bekas tukang-tukang becak

(yang becaknya digusur dari Jakarta), para anak-anak jalanan (yang dianggap mengganggu ketertiban
kota), para petani-petani yang kurang pengetahuan dalam mengelola lahan pertanian mereka. Juga
masalah TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang sering berangkat
bekerja ke luar negeri dan bekerja pada sektor jasa sebagai buruh. Sering karena keterampilan dan
pengetahuan mereka rendah akibatnya mereka menjadi objek pemerasan dan pelecehan di luar negeri,
sementara perangkat hukum kurang peka dan kurang memberikan jaminan kepada mereka. Gereja dan
pendeta harus berusaha untuk terlibat dalam usaha-usaha kecil, dalam rangka menerjemahkan cita-cita
dan pandangan kita dalam proyek-proyek yang konkret. Kita perlu mendorong kepada pemerintah dan
semua struktur dasar masyarakat untuk mengarahkan industrialisasi yang mampu menyerap tenaga
kerja. Dengan cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia, membina hubungan baik dan
mantap antara perusahaan dan karyawan melalui prinsip ikut memiliki dan mengawasi jalannya
perusahaan, penyebaran tenaga kerja berpengetahuan dan terampil ke daerah-daerah yang mempunyai
potensi sumber daya alam dalam rangka perluasan dan pendalaman struktur industri yang ada. Juga
meningkatkan dukungan sektor ekonomi serta bidang-bidang lain maupun partisipasi seluruh rakyat
dalam mewujudkan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai