Anda di halaman 1dari 30

Dokumen.

tips
Upload Login / Signup

What are you looking for?

LEADERSHIP
TECHNOLOGY
EDUCATION
MARKETING
DESIGN
MORE TOPICS
SEARCH
HomeDocumentsPresentasi Kasus Hipospadia

PRESENTASI KASUS BEDAH ANAKANAK LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN DENGAN


HIPOSPADIA TIPEPENOSCROTAL DENGAN CHORDAE Oleh :Lanny Margaretha
BarutuG9911112088Pembimbing :dr. Suwardi, Sp.B, Sp.BAKEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDIS U R A K A R T A

2012BAB 1STATUS PENDERITAI. IDENTITAS PASIENNama : An. Iqbal RahmanUmur :


12 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Karang Widodo 2/2
Nglembe. Sambi BoyolaliTanggal Masuk : 26 Juni 2012Tanggal Pemeriksaan : 2 Juli
2012 No. CM : 10124276II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama: Kencing lewat bawah
penis sejak lahirB. Riwayat Penyakit Sekarang:Seorang anak laiki-laki berumur 12
tahun dibawa ke poli bedah anakRSDM dengan keluhan kencing lewat bawah penis
sejak lahir. Pasien lahirprematur pada usia kehamilan 30 minggu dengan persalinan
ditolong bidan.Keluhan pasien ini sudah pernah dikonsulkan ke dokter sewaktu
pasienmasih kecil, namun disarankan untuk menunggu pasien cukup besar dan
siapuntuk dilakukan operasi. Karena merasa sudah siap, keluarga membawapasien

ke RSDM dan dilakukan operasi.C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat ibu demam
tinggi saat kehamilan : disangkalRiwayat mengkonsumsi antibiotik : disangkal2

Riwayat paparan sinar X : disangkal D. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat sakit


serupa : disangkalRiwayat sakit jantung : disangkalRiwayat tekanan darah tinggi :
disangkalE. Riwayat ANC dan PersalinanANC di bidanLahir di bidan F. Anamnesa
SistemikKeluhan utama : Kencing lewat bawah penisKepala : Pusing (-), nggliyer
(-), jejas (-)Mata : Pandangan kabur (-), mata kuning (-), pandangandobel (-),
berkunang-kunang (-)Hidung : Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)Telinga :
Pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-),berdenging (-)Mulut : Mulut
terasa kering (-), bibir biru (-), sariawan (-),gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir
pecah-pecah (-)Tenggorokan : Sakit telan (-), serak (-), gatal (-)Respirasi : Sesak (-),
batuk (-), dahak (-), batuk darah
(-),mengi (-)Cardiovaskuler : Nyeri dada (-),
pingsan (-), kaki bengkak (-),keringat dingin (-), berdebar-debar
(-)Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-),nafsu makan menurun (-),perut
membesar (-), muntah darah (-), BAB warnahitam (-), BAB darah lendir (-), BAB sulit
(-)3

Genitourinaria : BAK warna seperti teh (-), BAK batu (-), BAKpanas (-), BAK warna
merah (-), nyeri saat BAK(-)Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak
sendi (-),kesemutan (-)Extremitas : atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-),luka (-/-), terasa dingin (-/-)
bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-),luka (-/-), terasa dingin (-/-) Kulit : kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning
(-),kebiruan (-) B. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : KU sedang, CM, gizi kesan
cukupTanda vital:a. Nadi : 102 x / menit, ireguler, isi cukup.b. Respirasi : 24 x /
menitc. Suhu : 36,8 0 C (per axiller)Kulit : Warna sawo matang, pucat (-),
ikterik (-), petechie (-),venectasi (-), spider nevi (-), turgor baik (+)Kepala :
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidakmudah dicabutMata :
Cekung (-/-), conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),reflek cahaya (+/+),
pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra(-/-)Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis
(-/-)Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-),gusi
berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidahtremor (-), papil lidah atrofi
(-)Tenggorokan : Tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-)4
Leher : Simetris, trachea di tengah , JVP tidak meningkat, KGBservikal
membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-)Thorax : Normochest, simetris,
retraksi supraternal (-), spider nevi (-),pernapasan tipe thoraco-abdominalJantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampakPalpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Auscultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)Paru : Inspeksi : Simetris
statis dan dinamis Palpasi : Fremitus raba kanan = kiriAuskultasi : Suara dasar
vesikuler (+/+), ST (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut
sejajar dinding dada, distended (-) Auskultasi : Bising usus (+) normalPerkusi :
TimpaniPalpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba.Extremitas : Atas : Pitting edem
(-/-), akral dingin (-/-), luka (-/-),clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-)Bawah : Pitting
oedem (-/-), akral dingin (-/-),luka (-/-),clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-) STATUS
LOKALISR. GenitourinariaInspeksi : Ostium uretra di penoscrotal, chordate (+),
radang (-)Palpasi : nyeri tekan (-)C.PEMERIKSAAN PENUNJANGa.i.1. Laboratoriu
mTgl 20 Juni 2012Hemoglobin : 9,6 g/dLHematokrit : 31 %Jml eritrosit : 3,45 x
106 /uL5
Jml leukosit : 3,6 x 103 /uLJml trombosit : 383 x 103/uLGol. Darah : AAPTT
30,6PT : 13,66

D. ASSESMENTHipospadia tipe penoscrotal dengan chordaeE. TERAPIPro


ChordectomyF. LAPORAN OPERASI (27 Juni 2012)- Posisi supine dalam general
anestesi , toilet medan operasi , tutupdengan duk steril berlubang - Pasang DC no.
8. Fiksasi dengan silk 2.0 pada ujung penis- Buat irisan flap pada preputium circulerDilakukan release chordae sehingga penis bisa tampak tegak- Flap preputium dijahit
untuk menutup row surface pada penis- Op selesaiG. ASSESMENT POST
OPERASIPost chordectomy atas indikasi hipospadia tipe penoscrotal dengan
chordaeH. PLANNING POST OPERASI- Inf. KAEN 3C 15 tpm- Inj. Ceftriaxone 500 mg/
12 jam- Inj. Metronidazol 20 mg/ 12 jam- Medikasi luka- Pertahankan DC sampai 7
hari post op- Diet TKTP7
BAB 11TINJAUAN PUSTAKADefinisi Hipospadia adalah suatu kelainan yang terjadi
bila penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis (Dorland, 2006).PatofisiologiHipospadia terjadi
karena gangguan perkembangan uretra anterior yangtidak sempurna sehingga
uretra terletak dimana saja sepanjang batang penissampai perineum.
Semakin proksimal muara meatus maka semakin besarkemungkinan ventral
penis memendek dan melengkung karena adanya chordae.Sampai saat ini
terjadinya hipospadia masih dianggap karena kekuranganandrogen atau
kelebihan estrogen pada proses maskulinisasi masa embrionalDevine, 1970
mengatakan bahwa deformitas yang terjadi pada penderitahipospadia
disebabkan oleh Involusi sel-sel interstitial pada testis yang sedangtumbuh yang
disertai dengan berhentinya produksi androgen dan akibatnya terjadimaskulinisasi
yang tak sempurna organ genetalia eksternaEtiologiPenyebab hipospadia
sebenarnya multifaktor dan sampai sekarang belumdiketahui penyebab pastinya.
Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahlidianggap paling berpengaruh
antara lain :1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormonHormon yang dimaksud
di sini adalah hormon androgen yang mengaturorganogenesis kelamin (pria).
Atau bisa juga karena reseptor hormonandrogennya sendiri di dalam tubuh

yang kurang atau tidak ada. Sehinggawalaupun hormone androgen sendiri


telah terbentuk cukup akan tetapiapabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek8
yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis
hormoneandrogen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.2. GenetikaTerjadi
karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karenamutasi pada
gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehinggaekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.3. LingkunganBiasanya faktor lingkungan yang menjadi
penyebab adalah polutan dan zatyang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi.KlasifikasiDari kegagalan perkembangan penis tersebut akan
terjadi 5 macam letakosteum uretra eksternum yaitu di : 1. Glans, 2. Koronal
glandis, 3. Korpus penis,4. Penoskrotal, 5. Perineal.Metropolitan Congenital Defects
Program (MCDP) membagi hipospadiaatas 3 derajat, yaitu :* Derajad I : OUE letak
pada permukaan ventral glans penis & koronaglandis.* Derajat II : OUE terletak
pada permukaan ventral korpus penis* Derajat III: OUE terletak pada permukaan
ventral skrotum atau perineumBiasanya derajat II dan derajat III diikuti oleh
melengkungnya penis keventral yang disebut chordae . Chordae ini disebabkan
terlalu pendeknya kulitpada permukaan ventral penis.
9
Gambar 1. Jenis Hipospadia Berdasarkan Letak Lubang Saluran
KemihManifestasi klinisGejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain :a.
Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penisb. Penis
melengkung ke bawahc. Penis tampak seperti kerudung karena kelaianan pada kulit
di depan penis.d. Ketidakmampuan berkemuh secara adekuat dengan posisi
berdirie. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagianbawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.f. Preputium tidak
ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagianpunggung penisg. Adanya
chordae, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus danmembentang hingga
ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitarh. Kulit penis bagian bawah
sangat tipis10
i. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak adaj. Dapat timbul tanpa
chordae, bila letak meatus pada dasar dari glans penisk. Chordae dapat timbul
tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkokl. Sering disertai undescended
testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)m. Kadang disertai kelainan congenital
pada ginjaln. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan
pada ujunguretra eksterna.DiagnosisKelainan hipospadia diketahui segera
setelah kelahiran. Kelainan inidiketahui dimana letak muara uretra tidak diujung
gland penis tetapi terletak diventroproksimal penis. Kelainan ini terbatas di uretra
anterior sedangkan lehervesica urinaria dan uretraposterior tidak terganggu
sehingga tidak ada gangguanmiksi.PenatalaksanaanUntuk penatalaksanaan
hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukandengan prosedur
pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untukmerekontruksi
penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normalatau dekat normal

sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilanpembedahan atau


operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis.Semakin kecil
penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukartehnik dan
keberhasilan operasinya.a. Langkah Langkah Pada Operasi Hipospadia1. Koreksi
meatus2. Koreksi chordae bila ada3. Rekonstruksi uretra11
4. Pengalihan kulit dorsal penis yang berlebihan ke ventral5. Koreksi malformasi
malformasi yg berhubungan Teknik operasib. Teknik Operasi Secara Garis Besar 1.
Perbaikan multi tahapPerbaikan dua tahapTahap I : Chordectomy, Chordectomy dgn
memotong uretra plat distal,meluruskan penis sehingga meatus tertarik lebih
proksimal.Tahap II: Urethroplasty, Penutupan kulit bagian, ventral
dilakukandengan memindahkan preputium dorsal dan kulit penismengelilingi
bagian ventral dalam tahap uretroplasti12
2. Perbaikan Satu Tahap Akhir tahun 1950, pelepasan chordae kendala utama,
tetapi dapatdihilangkan sejak ditemukan teknik ereksi buatan.Contoh : Broadbent
(1961), McCormack (1954), Devine & Horton(1961), Teknik Y-Vmodifikasi
Mathieu, Teknik Lateral Based (LB)Flapa. Teknik Y-V Modifikasi Mathieu13
b. Teknik Lateral Based (LB) FlapDAFTAR PUSTAKABarroso, U. 2009. Hypospadias
repair. Journal of Pediatric Urology. 5: 90-9214
Dorland. 2006. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGCPurnomo, B. 2008. Dasar-Dasar
Urologi. Jakarta: Sagung SetoSnodgrass, W. 2011. Hypospadia dilemmas. Journal of
Pediatric Urology. 20:1-13 15
Download
8
of 15 Reader embed your logo!

...
PRESENTASI KASUS HIPOSPADIA
by gabriel-arnie
on Aug 14, 2015
Report

Category:
DOCUMENTS

Download: 3
Comment: 0
463
views

Share

Comments

Description

Hipospadia anak
Download Presentasi Kasus Hipospadia
Transcript

PRESENTASI KASUS BEDAH ANAK ANAK LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN DENGAN


HIPOSPADIA TIPE PENOSCROTAL DENGAN CHORDAE Oleh : Lanny Margaretha
Barutu G9911112088 Pembimbing : dr. Suwardi, Sp.B, Sp.BA KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
2012 BAB 1 STATUS PENDERITA I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin
Agama Alamat Tanggal Masuk : An. Iqbal Rahman : 12 tahun : Laki-laki : Islam :
Karang Widodo 2/2 Nglembe. Sambi Boyolali : 26 Juni 2012 Tanggal Pemeriksaan : 2
Juli 2012 No. CM : 10124276 II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama: Kencing lewat bawah
penis sejak lahir B. Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang anak laiki-laki berumur 12
tahun dibawa ke poli bedah anak RSDM dengan keluhan kencing lewat bawah penis
sejak lahir. Pasien lahir prematur pada usia kehamilan 30 minggu dengan persalinan
ditolong bidan. Keluhan pasien ini sudah pernah dikonsulkan ke dokter sewaktu
pasien masih kecil, namun disarankan untuk menunggu pasien cukup besar dan
siap untuk dilakukan operasi. Karena merasa sudah siap, keluarga membawa pasien
ke RSDM dan dilakukan operasi. C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat ibu demam
tinggi saat kehamilan Riwayat mengkonsumsi antibiotik Riwayat paparan sinar X :
disangkal : disangkal : disangkal 2 D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit
serupa Riwayat sakit jantung : disangkal : disangkal Riwayat tekanan darah tinggi :
disangkal E. Riwayat ANC dan Persalinan ANC di bidan Lahir di bidan F. Anamnesa
Sistemik Keluhan utama Kepala Mata : Kencing lewat bawah penis : Pusing (-),
nggliyer (-), jejas (-) : Pandangan kabur (-), mata kuning (-), pandangan dobel (-),
berkunang-kunang (-) Hidung Telinga : Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-) :
Pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-), berdenging (-) Mulut : Mulut terasa
kering (-), bibir biru (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir
pecahpecah (-) Tenggorokan Respirasi : Sakit telan (-), serak (-), gatal (-) : Sesak (-),
batuk (-), dahak (-), batuk darah mengi (-) Cardiovaskuler : Nyeri dada (-), pingsan
(-), kaki bengkak (-), keringat dingin (-), berdebar-debar (-) Gastrointestinal : Mual
(-), muntah (-),nafsu makan menurun (-), perut membesar (-), muntah darah (-),
BAB warna hitam (-), BAB darah lendir (-), BAB sulit (-) Genitourinaria : BAK warna
seperti teh (-), BAK batu (-), BAK panas (-), BAK warna merah (-), nyeri saat BAK (-)
Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), kesemutan (-) (-),
3 Extremitas : atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-), luka (-/-), terasa dingin
(-/-) bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-) Kulit
: kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning (-), kebiruan (-) B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : KU sedang, CM, gizi kesan cukup Tanda vital: a. Nadi b. Respirasi c.
Suhu Kulit : 102 x / menit, ireguler, isi cukup. : 24 x / menit : 36,8 0 C (per axiller) :
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider nevi (-),
turgor baik (+) Kepala : Bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidak
mudah dicabut Mata : Cekung (-/-), conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-) Telinga Hidung Mulut :
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-) : Napas cuping hidung (-/-), sekret
(-/-), epistaksis (-/-) : Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-),
gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah
atrofi (-) Tenggorokan : Tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-) Leher : Simetris,

trachea di tengah , JVP tidak meningkat, KGB servikal membesar (-), tiroid
membesar (-), nyeri tekan (-) Thorax : Normochest, simetris, retraksi supraternal (-),
spider nevi (-), pernapasan tipe thoraco-abdominal Jantung : Inspeksi Palpasi
Auscultasi : Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis tidak kuat angkat : BJ I-II
intensitas normal, reguler, bising (-) 4 Paru : Inspeksi Palpasi : Simetris statis dan
dinamis : Fremitus raba kanan = kiri Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ST
(-/-), wheezing (-/-) Abdomen : Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada,
distended (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi Palpasi : Timpani : Supel,
Hepar/Lien tidak teraba. Extremitas : Atas : Pitting edem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-) Bawah : Pitting oedem (-/-), akral dingin
(-/-),luka (-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-) STATUS LOKALIS R. Genitourinaria
Inspeksi Palpasi : Ostium uretra di penoscrotal, chordate (+), radang (-) : nyeri tekan
(-) C. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Tgl 20 Juni 2012 Hemoglobin
Hematokrit Jml eritrosit Jml leukosit : 9,6 g/dL : 31 % : 3,45 x 106 /uL : 3,6 x 103 /uL
Jml trombosit : 383 x 103/uL Gol. Darah APTT PT :A : 30,6 : 13,6 5 D. ASSESMENT
Hipospadia tipe penoscrotal dengan chordae E. TERAPI Pro Chordectomy F. LAPORAN
OPERASI (27 Juni 2012) Posisi supine dalam general anestesi , toilet medan operasi ,
tutup dengan duk steril berlubang Pasang DC no. 8. Fiksasi dengan silk 2.0 pada
ujung penis Buat irisan flap pada preputium circuler Dilakukan release chordae
sehingga penis bisa tampak tegak Flap preputium dijahit untuk menutup row
surface pada penis Op selesai G. ASSESMENT POST OPERASI Post chordectomy atas
indikasi hipospadia tipe penoscrotal dengan chordae H. PLANNING POST OPERASI
Inf. KAEN 3C 15 tpm Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam Inj. Metronidazol 20 mg/ 12 jam
Medikasi luka Pertahankan DC sampai 7 hari post op Diet TKTP 6 BAB 11 TINJAUAN
PUSTAKA Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan yang terjadi bila penyatuan di
garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral penis (Dorland, 2006). Patofisiologi Hipospadia terjadi karena gangguan
perkembangan uretra anterior yang tidak sempurna sehingga uretra terletak
dimana saja sepanjang batang penis sampai perineum. Semakin proksimal muara
meatus maka semakin besar kemungkinan ventral penis memendek dan
melengkung karena adanya chordae. Sampai saat ini terjadinya hipospadia masih
dianggap karena kekurangan androgen atau kelebihan estrogen pada proses
maskulinisasi masa embrional Devine, 1970 mengatakan bahwa deformitas yang
terjadi pada penderita hipospadia disebabkan oleh Involusi sel-sel interstitial pada
testis yang sedang tumbuh yang disertai dengan berhentinya produksi androgen
dan akibatnya terjadi maskulinisasi yang tak sempurna organ genetalia eksterna
Etiologi Penyebab hipospadia sebenarnya multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pastinya. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain : 1. Gangguan dan ketidakseimbangan
hormon Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada
tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang

berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak
sama. 7 2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya
terjadi karena mutasi pada gen yang mengkode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 3. Lingkungan Biasanya faktor
lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Klasifikasi Dari kegagalan
perkembangan penis tersebut akan terjadi 5 macam letak osteum uretra eksternum
yaitu di : 1. Glans, 2. Koronal glandis, 3. Korpus penis, 4. Penoskrotal, 5. Perineal.
Metropolitan Congenital Defects Program (MCDP) membagi hipospadia atas 3
derajat, yaitu : * Derajad I : OUE letak pada permukaan ventral glans penis & korona
glandis. * Derajat II : OUE terletak pada permukaan ventral korpus penis * Derajat
III: OUE terletak pada permukaan ventral skrotum atau perineum Biasanya derajat II
dan derajat III diikuti oleh melengkungnya penis ke ventral yang disebut chordae .
Chordae ini disebabkan terlalu pendeknya kulit pada permukaan ventral penis. 8
Gambar 1. Jenis Hipospadia Berdasarkan Letak Lubang Saluran Kemih Manifestasi
klinis Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain : a. Lubang penis
tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis b. Penis melengkung ke
bawah c. Penis tampak seperti kerudung karena kelaianan pada kulit di depan
penis. d. Ketidakmampuan berkemuh secara adekuat dengan posisi berdiri e. Glans
penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis
yang menyerupai meatus uretra eksternus. f. Preputium tidak ada dibagian bawah
penis, menumpuk di bagian punggung penis g. Adanya chordae, yaitu jaringan
fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba
lebih keras dari jaringan sekitar h. Kulit penis bagian bawah sangat tipis i. Tunika
dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada j. Dapat timbul tanpa chordae,
bila letak meatus pada dasar dari glans penis k. Chordae dapat timbul tanpa
hipospadia sehingga penis menjadi bengkok l. Sering disertai undescended testis
(testis tidak turun ke kantung skrotum) m. Kadang disertai kelainan congenital pada
ginjal 9 n. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung
uretra eksterna. Diagnosis Kelainan hipospadia diketahui segera setelah kelahiran.
Kelainan ini diketahui dimana letak muara uretra tidak diujung gland penis tetapi
terletak di ventroproksimal penis. Kelainan ini terbatas di uretra anterior sedangkan
leher vesica urinaria dan uretraposterior tidak terganggu sehingga tidak ada
gangguan miksi. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi
dan anak biasanya dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama
pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus
uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing
arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe
hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe
hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya. a. Langkah
Langkah Pada Operasi Hipospadia 1. Koreksi meatus 2. Koreksi chordae bila ada 3.
Rekonstruksi uretra 4. Pengalihan kulit dorsal penis yang berlebihan ke ventral 5.
Koreksi malformasi malformasi yg berhubungan Teknik operasi b. Teknik Operasi
Secara Garis Besar 1. Perbaikan multi tahap Perbaikan dua tahap Tahap I :

Chordectomy, Chordectomy dgn memotong uretra plat distal, meluruskan penis


sehingga meatus tertarik lebih proksimal. 10 Tahap II: Urethroplasty, Penutupan
kulit bagian, ventral dilakukan dengan memindahkan preputium dorsal dan kulit
penis mengelilingi bagian ventral dalam tahap uretroplasti 2. Perbaikan Satu Tahap
Akhir tahun 1950, pelepasan chordae kendala utama, tetapi dapat dihilangkan sejak
ditemukan teknik ereksi buatan. 11 Contoh : Broadbent (1961), McCormack (1954),
Devine & Horton (1961), Teknik Y-V modifikasi Mathieu, Teknik Lateral Based
(LB)Flap a. Teknik Y-V Modifikasi Mathieu b. Teknik Lateral Based (LB) Flap 12
DAFTAR PUSTAKA Barroso, U. 2009. Hypospadias repair. Journal of Pediatric Urology.
5: 90-92 Dorland. 2006. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC Purnomo, B. 2008. DasarDasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto Snodgrass, W. 2011. Hypospadia dilemmas.
Journal of Pediatric Urology. 20:113 13

RECOMMENDED
Kasus Hipospadia Buat Mhs
Kasus Hipospadia Buat Mhs
kasus urinari

KASUS 3 HIPOSPADIA
KASUS 3 HIPOSPADIA
KASUS II HIPOSPADIA 41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan
konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena selain
berfungsi sebagai pengeluaran

laporan kasus hipospadia


laporan kasus hipospadia
hipospadia

laporan kasus hipospadia


laporan kasus hipospadia
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa
terletak di glandular

kasus 3 hipospadia
kasus 3 hipospadia
askep pada anak dengan hipospadia

123478524 Laporan Kasus Hipospadia

123478524 Laporan Kasus Hipospadia


lapus

Kasus Bedah Uro Hipospadia Tika


Kasus Bedah Uro Hipospadia Tika
LAPORAN KASUS BEDAH UROLOGI SEORANG LAKI-LAKI 14 TAHUN DENGAN
HIPOSPADIA TIPE MIDSHAFT DENGAN CHORDAE Diajukan guna melengkapi tugas
Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Bedah

Laporan Kasus ISK + Hipospadia Stage IV + DHF Grade I


Laporan Kasus ISK + Hipospadia Stage IV + DHF Grade I
Sebuah laopran kasus mengenai ISK pada pasien hipospadia dengan infeksi lain
berupa DHF

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
gcggshichiwheifhcdskcsdcsKDbchsnjbcjsckascacjsacudscdshchsicisiwedeeuhfuehfu
wefgjcdgvdjvjdvkjhdfvhdfvnfvkdnvndvnndfvndfnvndfvndvd,snnsd,vdv,nnvnnbfdnbd
nfb,dnfbnnb,

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION INFERIOR RV
INFARCTION NAWAL FIDA Pembimbing: dr. ADI PURNAWARMAN, Sp.JP-FIHA
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERANVASKULAR

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
prsentasu kasus

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
goiter noduler toksik, struma nodusa toksik, toxic noduler goiter

Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
k

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS THALASEMIA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam
Mengikuti Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Diajukan Kepada
Yth: dr. Dwi Ambarwati,

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS KARSINOMA NASOFARING Disusun untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu THT Rumah Sakit Umum
Daerah Saras Husada Purworejo

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE Pembimbing: Dr. Tuti Rahayu, Sp.
A. Disusun Oleh : Fahria Aldiana110.2008.099 KEPANITERAAN KLINIK ILMU
KESEHATAN ANAK RSUD Pasar Rebo

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS

STATUS PASIEN I. Nama Jenis kelamin Usia Alamat Agama Pekerjaan Status Suku
Bangsa MRS II. ANAMNESIS Autoanamnesis, tanggal 07 Juni 2012, pukul. 15.30 WIB
A. Keluhan utama

Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
Presentasi Kasus PENGELOLAAN ANESTESI UMUM PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS
KRONIS Oleh : HASAN ASARI G0006090 Pembimbing : dr. R. TH. SUPRAPTOMO, Sp.
An KEPANITERAAN KLINIK

PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS NEURODERMATITIS SIRKIMSKRIPTA Disusun Untuk Memenuhi
Sebagai Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin di BPRSUD Salatiga

Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
Presentasi Kasus Farmakologi Klinik RSUD AWS FK Unmul Tanggal: 22 April 2010
No Reg : 10.01.30.47 No RM : 42.21.96 I. Identitas pasien: : Tn. MN : 38 tahun :
Kawin : Swasta

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

Your email

NEWLETTER
About Terms DMCA Contact
STARTUP - Share & Download Unlimited

Hipospadia dan Epispadia


Hipospadia

http://www.medicastore.com

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung
penis.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu
pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau
pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum(kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini
seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan
penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Gejalanya adalah:
Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis
Penis melengkung ke bawah
Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis
Jika berkemih, anak harus duduk.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik.
Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya.
Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan
pada pembedahan nanti.
Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini,
perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan.

Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat
dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

Epispadia
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian
punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Terdapat 3 jenis epispadia:
Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis
Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis
Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.

Gejalanya adalah:
Lubang uretra terdapat di punggung penis
Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.
Untuk menilai beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut:
Radiologis (IVP)
USG sistem kemih-kelamin.
Epispadia biasanya diperbaiki melalui pembedahan

RYRI LUMOET
BERJUANGLAH UNTUK ORANG YANG ANDA CINTAI
RSS
HomeAbout UsContactFAQ
Free Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree
Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter
text generator
Free Glitter text generatorFree Glitter text generator
Free Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree
Glitter text generator
Free Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree
Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generator

Free Glitter Text Generator


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPOSPADIA DAN EPISPADIA
Posted in
Kamis, 25 November 2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Epispadia merupakan kelainan yang terjadi pada satu dalam 30.000 kelahiran
hidup. Pada kondisi ini atap penis tidak ada sehingga uretra merupakan saluran
yang terbuka. Dalam bentuk yang paling berat dinding abdomen bagian bawah dan
tulang pubis merupakan celah dari umbilicus sampai perineum, dan kandung kemih
bagian anterior terbuka (ekstrofi dari kandung kemih). Pada bentuk ini baik laki-laki
dan perempuan dapat terkena, tetapi lebih sering terjadi pada laki-laki.
Di Amerika Serikat, hipospadia diperkirakan terjadi sekali dalam kehidupan dari 350
bayi laki-laki yang dilahirkan . Angka kejadian ini sangat berbeda tergantung dari
etnik dan geogafis. Di Kolumbia 1 dari 225 kelahiran bayi laki-laki, Belakangan ini di

beberapa negara terjadi peningkatan angka kejadian hipospadia seperti di daerah


Atlanta meningkat 3 sampai 5 kali lipat dari 1,1 per 1000 kelahiran pada tahun 1990
sampai tahun 1993. Banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia yang
bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita asumsikan ke
negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data pasti berapa jumlah
penderita hipospadia dan berapa angka kejadian hipospadia. Maka berdasarkan
data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut kelompok umur dan jenis kelamin
usia 0 4 tahun yaitu 10.295.701 anak yang menderita hipospadia sekitar 29 ribu
anak yang memerlukan penanganan repair hipospadia.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas keperawatan anak yang telah di berikan.
Tujuan Khusus : Mempelajari tentang pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis dan penanganan pada epispadia dan hipospadia. Mempelajari
askep tentang epispadia dan hipospadia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Epispadia adalah suatu anomali kongenital yaitu meatus uretra terletak permukaan
dorsal penis. (Sylvia A. Price, edisi 2, 2005).
Epispadia adalah orifisium meatus uretra terletak pada permukaan dorsal penis.
(Donna L Wong, 2009).
Hipospadia merupakan anomali penis yang tersering terdapat pada 1-3,3/1000
kelahiran hidup dan diakibatkan kegagalan atau hambatan fusi garis tengah dari
lipatan-lipatan uretra. (Nelson, hal. 166).
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus urtera eksternus terletak
dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal pada
ujung galns penis. (Ilmu Bedah FKUI, hal. 428).
Hipospadia adalah lubang uretra yang terletak di belakang glans penis atau di
tempat lain, di sepanjang permukaan ventralis korpus penis. (Donna L Wong, hal.
1184).
Hipospadia adalah suatu anomali perkembangan dimana letak meatus uretra lebih
rendah dari pada letak normal. Pada bayi laki-laki meatus terbuka digaris tengah

bawah permukaan penis atau pada perineum. Pada wanita meatus terbuka kedalam
vagina. Epispadia yang juga terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi terutama pada
laki-laki, merupakan kelainan kongenital dimana dinding uretra bagian atas tidak
ada. (Bobak, hal. 923).

2.2 Etiologi
Kelainan pada hipospadi ini disebabkan oleh maskulinisasi yang inkomplit dari
genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstital dari testis.
2.3 Patofisiologi
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan merupakan
anomali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro dimulai sekitar
usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan
lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari
kanalisai funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan
lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis tengah
lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis.
Ada berbagai derajat kelainan letak ini seperti pada glandular (letak meatus yang
salah pada glands), korona (pada sulkus korona), penis (di sepanjang batang penis),
penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skotum), dan perineal (pada
perineum). Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutupi sisi dorsal glans. Pita jaringa fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada
sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir
atau pada anak anak remaja. Penanganan hipospadia dengan chordee dan
restrukturisasi lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan harus dilakukan
sebelum usia saat belajar untuk menahan berkemih, yaitu sekitar usia 2 tahun.
Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi, oleh karena itu bayi dengan
hipospadia tidak boleh disirkumsisi. Chordee dapat juga terjadi pada hipospadia,
dan diatasi dengan melepaskan jaringan fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan
penampilan penis.
Epispadia adalah suatu anomali kongenital yaitu meatus uretra terletak pada
permukaan dorsal penis. Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000
laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomali
saluran kemih. Epispadia diklasifikasikan berdasarkan letak meatus kemih
disepanjang batang penis: glandular (pada glans bagian dorsal), penis (antara
simfisis pubis dan sulkus koronarius), dan penopubis (pada permulaan antara penis
dan pubis). Meatus uretra meluas, dan perluasan alur dorsal dari meatus terletak
dibawah glans. Prepusium menggantung dari sisi ventral penis. Penis pipih dan kecil
dan mungkin akan melengkung ke dorsal akibat adanya chordee. Inkontinensia

urine timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis (75%) karena
perkembangan yang salah dari spingter urinarius. Perbaikan dengan pembedahan
dilakukan untuk memperbaiki inkontinensia, membuang chordee, dan memperluas
uretra ke glans. Prepusium digunakan dalam proses rekonstruksi, sehingga bayi
baru lahir dengan epispadia tidak boleh di sirkumsisi. (Sylvia A. Price, hal. 1317).

2.4 Manifestasi Klinis


Kondisi hipospadia mudah dikenal saat lahir. Aliran urin dapat membengkok kearah
bawah atau menyebar dan mengalir kembali sepanjang batang penis. Anak dengan
hipospadia penoskretal atau perincal berkemih dalam posisi duduk. Pada hipospadia
glandurel atau koronal anak mampu untuk berkemih berdiri, dengan sedikit
mengangkat penis keatas. Untuk epispadia, lubang uretra terdapat di punggung
penis, lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.

2.5 Penanganan
Meskipun pada kepustakaan disebutkan ada lebih dari teknik operasi untuk
hipospadi tapi yang paling populer adalah teknik dari Thiersch Duplay (Byars),
Dennis Brown, Cecil Culp, dll.
Pada semua teknik operasi tersebut pada tahap pertama dilakukan eksisi dari
chordee. Penutupan luka operasi dilakukan dengan menggunakan preputium bagian
dorsal dan kulit penis. Tahap pertama ini dilakukan pada usia 1 - 2 tahun bila
ukuran penis sesuai usianya. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus,
tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Pada tahap kedua akan dilakukan
uteroplasti yang dikerjakan setelah tahap pertama.
Pada hampir semua perbaikan preputium diperlukan sumber kulit ekstra. Karena itu
tidak dilakukan sirkumsisi pada neonatus.
1. Koreksi bedah, ini harus dilakukan sebelum anak mulai sekolah untuk
menghindarkan masalah sosial dan emosional. Tujuan dari terapi adalah
membentuk penyesuaian dan panjang uretra adekuat, membuka pada ujung dari
glans; untuk memberikan orifisum yang tidak tersumbat yang diarahkan kedepan
untuk mencegah penyebaran dan memberikan penis yang cukup lurus untuk
memungkinkan hubungan seksual. Koreksi dari demormitas biasanya dalam dua
stadium. Pembedahan pertama dilakukan jika anak berumur tiga tahun untuk
mengkoreksi korde. Dengan tujuan melurusakan penis dan menyiapkan jalan untuk
uretroplasti. Operasi kedua dilakukan beberapa bulan kemudian untuk membawa
orifisium sedekat mungkin pada ujung glans. Ini memerlukan diversi dari aliran urin,
biasanya melalui uretrostomi foley kateterdiinsersikan kedalam kandungan kemih.

Hal ini memungkinkan penyembuhan luka. Kulit penis dibalik kedalam untuk
membentuk tuba urinarius yang baru.
2. Persiapan bedah.
3. Penatalaksanaan pasca bedah :
a. Anak harus dalam tirah baring hingga kateter diangkat. Harus berhati-nati agar
anak tidak menaik kateter. Kemungkinan diperlukan penahan terapi sedapat
mungkin hal ini dihindarkan.
b. Baik luka penis dan tempat luka donor dijaga tetap bersih dan kering. Swab harus
diambil jika dicurigai adanya infeksi.
c. Perawatan kateter.
d. Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bekteri.
e. Masukkan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan
mengencerkan toksin.
f. Pengankatan jahitan kulit setelah 5 sampai 7 hari.
g. Anak dipulangkan segera setelah kateter diangkat dan dapat berkemih secara
memuaskan. Orang tua diberi saran mengenai setiap masalah yang menyangkut
luka atau jika anak mempunyai kesulitan untuk mengeluarkan urin.

Penatalaksanaan anak utuk pembedahan stadiun kedua hampir sama seperti untuk
stadium pertama.
1. Pada beberapa unit kateter diinsersikan kedalam kandung kemih apakah melalui
uretrostomi sementara yang dibuat dalam perineum atau dengan katerisasi
suprapublik. Hal ini memungkinkan penyembuhan dari uretra yang baru dibentuk.
Kateter diangkat pada hari kesepuluh dan sinus menutup secara spontan dalam 3
sampai 4 hari.
2. Diperlukan perawatan keteter.
3. Pembalut karet busa atau katun yang ringan perlu dikenakan pada penis. Ini
harus dibiarkan tidak terganggu kecuali jika terdapat lembab yang berlebihan pada
daerah ini menunjukkan adanya hematoma. Edema pada glans penis dan terutama
pada preputium sering terjadi tetapi hilang dalam beberapa hari.
4. Observasi aliranurin penting dilakukan ketika anak mulai mengeluarkan urin
melalui uretra yang baru dibentuk. Jika anak mengalami kesukaran maka mandi
hangat dapat diminta untuk berkemih dalam bak. Ini seringkali membantu

memulihkan kepercayaandiri dan kemampuannya untuk mengeluarkan urin dan


umumnya tidak terdapat kesukaran lanjutan untuk berkemih.
5. Observasi komplikasi dapat terjadi sumbatan terhadap kateter. Hal ini dapat
dihindari dengan perawatan kateter setiap 4 jam dan memasukkan suatu antiseptik
urinarius seperti ko-trimoksazol. Jika terjadi hematoma, anak perlu kembali keruang
bedah untuk evakuasi hematoma. Kemingkinan juga terjadi kerusakan dari
perbaikan uretra yang menimbulkan suatu fistula. Pada kasus ini urin akan
dikeluarkanmelalui apertura yang abnormal dan diperlukan perbaikan lebih lanjut
empat sampai enam bulan berikutnya. Juga dapat terjadi penyempitan dari apertura
meatus yang baru dan stktura uratra. Ini memerlukan dilatasi periodik secara
berkala.
6. Dukungan dan bimbingan bagi orang tua sangat penting. Kondisi ini akan dibahas
secara penuh dengan mereka tetapi mereka masih memerlukan jaminan dan
informasi setelah dilakukan koreksi. Karena anak masih muda, maka dianjurkan
agar orang tua tetap tinggal bersamamereka dan diberikan dorongan untuk
berpartisipasi dalam perawatan.

Perbaikan dari epispadia serupa dengan apa yang diuraikan untuk hipospadia. Jika
kandung kemih mengalami ekstrofi, terdapat dua metode pembedahan :
1. Diversi urin kedalam suatu ansa ileum (Konduit ileal). Mukosa kandung kemih
diangkat dan otot kandung kemih dijabit.
2. Dinding kandung kemih dimobilisasi dan ditutup, setelah membebaskan tulang
ileum dan pubis untuk mempersempit pembukaan. Didinng abdomen kemudian
diperbaiki. Suatu kateter ditinggalkan secara suprapubis untuk drainase. Kontinensi
urinarius sukar untuk dicapai dan karena itu pengalihan urinarius lebih sering
dilakukan.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata
Identitas bayi
Jenis kelamin laki-laki.

2. Fisik
Pemeriksaan genetalia
Palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau pembesaran pada ginjal.
Kaji fungsi perkemihan
Adanya lekukan pada ujung penis
Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
Terbukanya urethral pada ventral (hipospadia) atau dorsal (epispadia)
Pengkajian setelah pembedahan, pembengkakan penis, perdarahan, disuria,
drainage.
3. Mental
Sikap pasien sewaktu diperiksa
Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
Tingkat kecemasan
Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kurangnya pengetahuan orang tua b/d diagnosa, prosedur pembedahan, dan
perawatan setelah operasi.
2. Nyeri b/d ansietas
3. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d munculnya zat-zat patogen/kontaminan dalam
prosedur invasif.

3.3 Intervensi
1. Diagnosa keperawatan : Kurangnya pengetahuan orang tua b/d diagnosa,
prosedur pembedahan, dan perawatan setelah operasi.

Kriteria Hasil : mengutarakan pemahaman tentang proses operasi dan harapan


pasca operasi.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji tingkat pemahaman orang tua. Berikan fasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi.
Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan. Bahan
yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping dan dosis serta waktu
pemberian. Penjelasan tentang obat analgesik, selang dan jalur IV dan kateter.
Ajarkan orang tua untuk partisipasi dalam perawatan sebelum dan sesudah operasi.
Meningkatkan pemahaman/kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam
perawatan pasca operasi.

2. Diagnosa keperawatan : Nyeri b/d ansietas


Kriteria Hasil : menunjukkan nyeri hilang.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10). Membantu
evaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau menyatakan
terjadinya komplikasi.
Perhatikan aliran dan karakteristik urin. Penurunan aliran menunjukkan retensi urin
dengan peningkatan tekanan pada saluran perkemihan atas atau kebocoran pada
ronggga peritoneal. Urin keruh mungkin normal (adanya mukus) atau
mengidentifikasi adanya infeksi.
Berikan tindakan kenyamanan. Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi. Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif
dan memfokuskan kembali perhatian, dapat meningkatkan kemampuan koping,
menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi (analgesik). Menghilangkan nyeri, meningkatkan


kenyamanan, dan meningkatkan istirahat.

3. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial.


Kriteria Hasil : menetapkan pola nafas yang normal/efektif dan bebas dari tandatanda hipoksia.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hipereksi rahang,
aliran udara faringeal oral. Mencegah obstruksi jalan nafas.
Auskultasi suara nafas, dengar adanya mur-mur. Kurangnya suara nafas adalah
indikasi adanya obstruksi oleh mukus dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi
atau penghisapan.
Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada,
retraksi/pernafasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara. Dilakukan untuk
memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera
dilakukan.
Pantau TTV secara terus menerus. Meningkatnya pernafasan, takikardia,
bradikardia, menunjukkan kemungkinan terjadinya hipoksia.
lakukan penghisapan lendir jika diperlukan. Obstruksi jalan nafas terjadi karena
adanya darah atau mukus dalam tenggorok atau trakea.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan. Untuk meningkatkan pengambilan O2
yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anestesi dan mendorong
pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi.
Berikan alat bantu pernafasan (ventilator) Dilakukan tergantung penyebab depresi
pernafasan atau jenis pembedahan.

4. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi terhadap infeksi b/d munculnya zat-zat


patogen/kontaminan dalam prosedur invasif.
Kriteria Hasil : mengurangi potensial infeksi, dan pertahankan lingkungan aseptik
yang aman.

Intervensi Rasional
Mandiri
Tetap pada fasilitas, kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur aseptik. Tetapkan
mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
Gunakan teknik steril pada waktu pergantian kateter. Mencegah masuknya bakteri,
mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Pertahankan gravitasi drain dependen dari kateter indwelling. Mencegah stasis dan
refluks cairan tubuh.
Kolaborasi
Berikan antibiotik sesuai petunjuk Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai
terjadinya infeksi atau kontaminasi.

3.4 Implementasi
1. Memberikan penjelasan pada orang tua sebelum dan sesudah operasi tentang
prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman.
3. Menormalkan pola pernafasan dari obstruksi.
4. Mencegah infeksi

3.5 Evaluasi
1. Tercipta rasa aman dan nyaman.
2. Pola pernafasan normal.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Input dan output seimbang.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Epispadia adalah orifisium meatus uretra terletak pada permukaan dorsal penis.
Hipospadia merupakan anomali penis yang tersering terdapat pada 1-3,3/1000
kelahiran hidup dan diakibatkan kegagalan atau hambatan fusi garis tengah dari
lipatan-lipatan uretra.
Kelainan pada hipospadi ini disebabkan oleh maskulinisasi yang inkomplit dari
genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstital dari testis.
Penanganan epispadia dan hipospadia ini adalah dengan melakukan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC, 2004.


Ilmu Bedah FKUI. Jakarta: EGC.
M Sacharin, Rosa, Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC, 1996.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak Bagian 3. Jakarta : EGC, 1999.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit,
Jakarta: EGC, 1995.
Suriadi dan Yuliani,Rita.(2001). Askep Pada Anak,edisi 1. Jakarta : Fajar
Interpretama.
Diposkan oleh RYRI LUMOET di 07.05
Reaksi:
Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit Twitter rss

0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Search

About Me
About Me
My Champus
Photobucket
Clock

Calendar

Free Blog Content


Blog Archive
2008 (8)
2009 (16)
2010 (16)
Maret (2)
April (4)
Mei (1)
November (5)
PERAN MAHASISWA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPOSPADIA DAN EPIS...
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEPSIS NEONATORUM
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROMA NEFRO...
Desember (4)
2011 (1)
2012 (14)

Ada kesalahan di dalam gadget ini


Ada kesalahan di dalam gadget ini
Pengikut

SEPUTAR KESEHATAN
Seputar Kesehatan Institute dot Com
Nursing Begin

Colorlicious blog
CoLouRLiciOus bLog
Blog My Friend

dr. Suparyanto, M.Kes


ECHERICHIA COLI
3 bulan yang lalu

Dini_Blog
Sahabat
1 tahun yang lalu
SN Iztyqomah
Intro :: ceria.bkkbn.go.id - Pusat Informasi Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Jalan-Jalan
Catatan Kecil

Copyright 2009 RYRI LUMOET. All rights reserved.


Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by
EZwpthemes.

Bloggerized by Miss Dothy | Blogger Templates

Anda mungkin juga menyukai