Modelling Di Karang Lebar Dan Karang: Oleh: Anggi Afif Muzaki C64104035
Modelling Di Karang Lebar Dan Karang: Oleh: Anggi Afif Muzaki C64104035
Oleh:
ANGGI AFIF MUZAKI
C64104035
SKRIPSI
ii
RINGKASAN
ANGGI AFIF MUZAKI. Analisi Spasial Kualitas Ekosistem Terumbu
Karang Sebagai Dasar Penentuan Kawasan Konservasi Laut dengan Metode
Cell Based Modelling di Karang Lebar Dan Karang Congkak Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh SETYO BUDI SUSILO dan
SYAMSUL BAHRI AGUS.
Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap : pengolahan citra pada bulan April
2008, survey lapang dan pengambilan sampling kualitas air pada tanggal 12- 18
Mei 2008 dan 22 26 Juli 2008, dan analisa akhir pada bulan Mei Agustus
2008 yang dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis , Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penentuan stasiun dilakukan secara acak
dan menyebar di daerah tubir Gugusan Karang Congkak dan Karang Lebar.
Survei lapang bertujuan untuk ground truth citra hasil klasifikasi serta
pengambilan sampel kualitas air dan kondisi ekosistem terumbu karang.
Parameter yang digunakan unruk penentuan kawasan konservasi laut meliputi
jenis substrat dasar perairan, jumlah jenis ikan karang, kelimpahan ikan karang,
kedalaman, jarak dari jalur pelayaran, dan jarak dari lokasi penelitian. Dari semua
parameter yang di dapat kemudian di spasialkan dan dilakukan analisis spasial
berbasis raster.
Penempakan substrat dasar secara maksiaml diterapkan metode penajaman
multiimage yang mengkombinasikan band 2 dan band 3 berdasarkan algoritma
penurunan Standard Exponential Attenuation Model. Setelah mengekstrak
nilai digital band 2 dan band 3 maka didapat nilai koefisien atenuasi perairan
(Ki/Kj) sebersar 0,59289. Dengan demikian, persamaan algoritma yang
digunakan untuk mengekstrak substrat dasar menjadi Y= ln (k1) -0,59289* ln
(K2) (Green et all.,2000). Banyak kelas juga terlihat pada histogram yang
diwakili oleh puncak puncak piksel yang dominan yaitu dengan sebaran nilai
antara 7,54692 sampai 8,171772. Luasan turunan substrat dasar diantaranya
karang hidup 131,8336 ha, karang mati 102,4704 ha, lamun 316,9920 ha, dan
pasir 316,9920 ha. Hasil uji akurasi citra hasil klasifikasi menunjukkan nilai
akurasi mencapai 90,12 %, ini menandakan bahwa citra sudah terkelaskan dengan
benar.
Analisi spasial pada data raster merupakan dasar dari Cell Based
Modelling, resolusi satelit yang tinggi yaitu 8 x 8 m menambah keakuratan dari
hasil pengolahan citra. Dari hasil analisa spasial daerah yang termasuk dalam
kategori sangat sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi laut memiliki luas
118,2976 ha banyak terletak di bagian tubir Karang Lebar dan Karang Congkak.
Daerah dengan kategori sesuai memiliki luas 789,0176 ha banyak berada di reef
flat Karang Lebar dan Karang Congkak, sedangkan daerah tidak sesuai
mempunyai luasan sebesar 462,9760 ha.
iii
Oleh:
Anggi Afif Muzaki
C64104035
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
iv
SKRIPSI
Judul Penelitian
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: C64104035
Departemen
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas semua rahmat dan karunia yang telah
diberikan kepada penulis sehingga skripsi dari penelitian ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini berjudul Analisi Spasial Kualitas Ekosistem Terumbu Karang Sebagai
Dasar Penentuan Kawasan Konservasi Laut dengan Metode Cell Based Modelling
di Karang Lebar dan Karang Congkak Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:
1. Orang Tua serta kakak, adik penulis yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi, inspirasi, doa dan semangatnya yang tak kunjung henti.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. dan Bapak Syamsul B. Agus,
S.Pi, M.Si. selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA. yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan kritik serta bantuan mengenai penelitian ini.
4. Tim Riset Insentif Dasar 2008 atas bantuan dan kerjasamanya.
5. Fisheries Diving Club atas pengajaran dan pengalamannya selama ini.
6. Roshyana Wahyu N.J. atas dukungan dan bantuan selama pengerjaan
skripsi ini.
7. Seluruh warga Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut
Pertanian Bogor atas kebersamaannya selama masa perkuliahan.
8. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar belakang
.................................................................................... 1
1.2. Tujuan penelitian ................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Kondisi umum lokasi penelitian .............................................................. 3
2.1.1. Topografi dan geologi ..................................................................... 3
2.1.2. Iklim ............................................................................................... 4
2.1.3. Kondisi hidro-oseanografi ............................................................... 4
2.2. Konservasi .............................................................................................. 5
2.2.1. Sejarah konservasi ........................................................................... 5
2.2.2. Kawasan konservasi Laut ................................................................ 8
2.3. Ekosistem utama wilayah pesisir ............................................................. 9
2.3.1. Ekosistem hutan mangrove ......................................................... 10
2.3.2. Ekosistem padang lamun............................................................... 12
2.3.3. Ekosistem terumbu karang .......................................................... 14
2.4. Lingkungan sosial ekonomi .................................................................. 15
2.5. Penginderaan jauh ................................................................................. 16
2.7. Sistem informasi geografis .................................................................... 19
2.8. Cell based modeling ............................................................................. 22
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
20. Peta sebaran pH Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu
Jakarta ........................................................................................................ 65
21. Peta sebaran Oksigen Terlarut Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep.
Seribu Jakarta .......................................................................................... 66
22. Peta sebaran kecerahan Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep.
Seribu Jakarta .......................................................................................... 68
23. Grafik Pasang Surut Tunggal Perairan Kepulauan Seribu .......................... 70
24. Peta pola arus permukaan Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep.
Seribu Jakarta .......................................................................................... 71
25. Peta sebaran Kedalaman Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep.
Seribu Jakarta .......................................................................................... 73
26. Profil 3D Karang Lebar, Kepulauan Seribu Jakarta .................................. 74
27. Profil 3D Karang Congkak, Kepulauan Seribu Jakarta ............................. 74
28. Peta sebaran Jumlah Jenis Ikan Karang Perairan Karang Lebar dan
Congkak, Kep. Seribu Jakarta .................................................................. 76
29. Histogram Kelimpahan Ikan Karang .......................................................... 77
30. Peta sebaran Jumlah Individu Ikan Karang Perairan Karang Lebar dan
Congkak, Kep. Seribu Jakarta .................................................................. 79
31. Peta Buffer Kawasan Pemukiman Pulau Kecil Perairan Karang Lebar dan
Congkak, Kep. Seribu Jakarta .................................................................. 81
32. Peta Buffer Jalur Pelayaran Perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep.
Seribu Jakarta .......................................................................................... 83
33. Peta keseuaian daerah perlindungan laut Perairan Karang Lebar dan
Congkak, Kep. Seribu Jakarta .................................................................. 97
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
I. PENDAHULUAN
: 0 - 10 m
: 10 - 20 m
: lebih dari 20 m
2.1.2. Iklim
Iklim di Kawasan Kepulauan Seribu adalah Iklim tropis yang didominasi
dua musim, yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat berlangsung mulai
akhir November sampai akhir bulan Febuari. Pada musim ini angin bertiup
kencang disertai arus laut yang kuat bergerak dari barat ke timur disertai hujan
yang cukup deras. Akibat arus yang kuat, kejernihan air laut menjadi berkurang.
Kecepatan arus dapat mencapai 4-5 knot sedangkan tinggi gelombang mencapai 2
meter. Musim timur berlangsung mulai akhir bulan Mei sampai akhir Agustus.
Angin bertiup kencang ke arah barat, demikian juga arus laut yang ada. Hujan
jarang turun dan kejernihan laut bertambah. Di antara kedua musim tersebut
terdapat musim peralihan. Kondisi laut pada saat itu biasanya berubah-ubah,
tetapi relatif tenang (LAPI-ITB, 2001).
Kepulauan Seribu tergolong lemah, kecuali di daerah antar pulau, akibat masa air
melewati bagian yang relatif sempit. Arah arus secara umum dominan dari arah
timur laut sampai tenggara. Hal ini menunjukan bahwa pola arus permukaan di
perairan tersebut diakibatkan oleh pola angin yang terjadi, sebagaimana sifat fisik
arus permukaan di perairan Laut Jawa pada umumnya.
Variasi salinitas horizontal maupun vertikal pada perairan Kepulauan
Seribu relatif kecil. Salinitas rata-rata berkisar 300/00 - 34 0/00. Variasi rata-rata
suhu di perairan Kepulauan Seribu berkisar antara 28,5 0C 31 0C. Adanya
variasi tersebut disebabkan oleh adanya gugusan pulau-pulau yang tentunya
mempunyai kedalaman yang bervariasi (LAPI-ITB, 2001). Secara umum apabila
kedalaman laut semakin kecil maka temperatur air laut pada siang hari akan
semakin besar, karena adanya pengaruh penetrasi cahaya matahari. Meskipun
demikian mekanisme naik turunnya air pasang surut membuat suhu perairan akan
berkisar pada temperatur normal (28 0C) pada umumnya (Wyrtki,1961).
2.2. Konservasi
2.2.1. Sejarah konsevasi
Pada awalnya konservasi dianggap sebagai suatu upaya perlindungan dan
pelesatarian yang menutup kemungkinan dilakukannya pemanfaatan sumberdaya
alam. Namun demikan bila suatu kawasan itu dilindungi, dirancang dan dikelola
secara tepat, dapat memberikan keuntungan yang lestari bagi masyarakat dan
sebagai sumber devisa negara. Oleh karena itu konservasi memegang peranan
penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi di lingkungan pedesaan dan turut
menyumbangkan ekonomi pusat perkotaan serta meningkatkan kualitas hidup
penghuninya.
pembuatan dan pemeliharaannya. Namun hal ini memang tidak mudah. Mereka
menyebutkan bahwa adalah sangat sulit untuk menampilkan dalam bentik uang
(moneter) keuntungan kawasan lindung laut dalam hal-hal (variable) seperti
inspirasi, pusaka (heritage) alam dan budaya, atau masalah kebanggaan lokal,
nasional dan bahkan internasional. Hal ini kelihatannya menjadi penyebab masih
sedikitnya suatu kajian tentang manfaat kawasan lindung terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat setempat.
Walaupun terdapat kendala-kendala didalam menilai keberadaan KKL,
tetapi penelitian sumberdaya lingkungan KKL sangat diperlukan dengan semakin
meningkatnya pembangunan di berbagai bidang yang dapat mengancam
kelestarian sumberdaya alam kealutan. Sumberdaya alam kelautan tidak
semuanya dapat dinilai secara moneter. Sumberdaya alam kelautan ini selain
mengahasilkan barang dan jasa yang dapat dinilai secara moneter, juga
mempunyai atribut yang tidak dapat dinilai secara moneter. Saat ini telah
berkembang metoda untuk menilai atribut-atribut sumberdaya alam dan
lingkungan yang tidak bisa dinilai secara moneter yang disebut sebagai nonmarket valuation.
10
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976).
Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir merupakan suatu himpunan
integral dari berbagai komponen hayati atau kumpulan dari organisme hidup dan
kondisi fisik dimana ia hidup yang saling berinteraksi . Hubungan saling
ketergantungan tersebut terangkai diantara rantai makanan, dimana organisme
akan hidup saling tergantung satu dengan yang lain, sehingga bila salah satu
komponen organisme terganggu maka akan mempengaruhi keseluruhan sistem
yang ada. Jenis-jenis ekosistem yang dapat ditemukan di wilayah pesisir antara
lain : ekosistem hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, dune/ bukit
pasir, estuari, laguna, delta, pulau-pilau kecil dan lain-lain (DKP, 2002).
Kepulauan Seribu memilik ekosistem yang lengkap yaitu ekosistem
mangrove, ekositem lamun, dan ekosistem terumbu karang. Sebagaian besar
ekosistem pesisir ini di lindungi oleh negara sebagai kawasan lindung, cagar alam,
suaka margasatwa, dan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Keseluruhan
ekosistem yang ada sangat menunjang perekonomian masyarakat lokal, terutama
di sektor perikanan, industri, transportasi, pariwisata, perdagangan, dan jasa.
11
juga tumbuh pada pantai berpasir, pantai yang terdapat terumbu karang dan di
sekitar pulau-pulau. Mangrove tidak mampu tumbuh di pantai yang terjal dan
berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tidak
memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, substrat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya (Nontji, 1993).
Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang
tinggi, dengan jumlah jenis sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5
jenis palem, 10 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Hutan mangrove
sering juga disebut hutan bakau walau sebenarnya istilah ini kurang tepat. Hutan
bakau di Indonesia pada umumnya didominasi oleh empat famili, yaitu
Rhizpphoraceae, Avicenniaceae, Meliaceae dan Sonneratia (Bengen, 2002).
Sebagai suatu ekosistem yang khas wilayah pesisir, hutan mangrove
memiliki fungsi ekologis penting. Pengaruh yang menguntungkan dari hutan
mangrove terhadap ekologi laut adalah sebagai dasar dari rantai makanan yang
kompleks, tempat memijah, tempat asuh bagi larva berbagai biota, menyaring
polusi, menjaga kestabilan dari substrat mangrove dan menjaga pantai dari erosi
(Riley, 2001). Selain berfungsi sebagai penyaring bahan nutrien dan penghasil
bahan organik, mangrove juga berfungsi sebagai daerah penyangga antara daratan
dan lautan dan penstabil bagi habitat satwa liar serta sebagai sumber produk
perikanan dan sumber fotosintesis yang besar.
Mangrove di Kepulauan Seribu tumbuh di daerah pasang surut dengan
tanah lumpur berpasir. Walaupun demikian, tidak semua jenis mangrove bisa
tumbuh di pulau. Kalaupun ada, tidak tumbuh dominan di Kepulauan Seribu.
Penyebabnya adalah kondisi pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Walaupun
12
13
Padang lamun dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus
dan gelombang sehingga menyebabkan perairan sekitarnya menjadi lebih tenang,
dengan demikian padang lamun bertindak sebagai perangkap sedimen dan
pelindung pantai, pencegah erosi (Nontji, 1993). Padang lamun juga berfungsi
sebagai produsen detritus dan zat hara, serta sebagai tudung pelindung yang
melindungi penghuni padang lamun dari sengatan sinar matahari. Hal ini menarik
perhatian beberapa jenis biota laut seperti ikan, penyu, dugong dan berbagai jenis
biota lainnya untuk mencari makan, tumbuh besar dan memijah di tempat ini.
Padang lamun di Indonesia menyebar di seluruh perairan terutama di
perairan yang dangkal dan jernih, yang terdiri dari tujuh marga lamun. Tiga genus
dari suku Hydrocaritaceae yaitu Enhalus, Thalassia dan Halophila, sedang empat
genus lainnya dari suku Pomagetonaceae yaitu Halodule, Cymodocea,
Syringodium dan Thalassodendron ( Nontji, 1993).
Berdasarkan temuan pihak Taman Nasional Kepulauan Seribu, jenis lamun
yang ditemukan di kawasan Kepulauan Seribu terdiri dari enam jenis yaitu
Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Cymodocea
rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium (Kepulauan seribu,
2007). Padang lamun biasa terdapat pada daerah teratas pasang surut, dibatasi
oleh kondisi yang terbuka terhadap kekeringan. Sewaktu surut, biasanya padang
lamun tidak sampai mengalami kekeringan karena masih digenangi oleh air laut
walaupun terlihat dangkal. Pada waktu pasang, air menutup padang lamun,
membentuk daerah yang terendam air pasang.
14
15
dimensi yang menjadi rumah bagi ratusan jenis organisme laut dan memiliki
warna yang indah. Ekosistem terumbu karang berada di daerah perairan dangkal
di sekitar daratan daerah tropis. Keberadaannya terbatas di perairan hangat
dimana suhu rata-ratanya tidak kurang dari 18oC pada musim dingin. Lamanya
proses pembentukkan ekosistem ini dan keberadaanya menjadikan ekosistem
terumbu karang dapat dikatakan sebagai salah satu ekosistem tertua di dunia dan
komunitas hewan dan tumbuhan yang paling kompleks didunia setara dengan
hutan hujan tropis.
Setiap terumbu karang memiliki ciri khas tersendiri, tergantung dari
bagaimana lokasi dipengaruhi oleh salinitas, suhu, arus, deposit sedimen, dan
bentuk dasar bawah laut (Wilson dan Wilson, 1985). Menurut bentuk dan
letaknya, terumbu dibedakan menjadi empat tipe yaitu : fringing reef, barrier reef,
pacth reef dan atol.
Kepulauan Seribu berada di pusat kawasan segitiga karang (coral trianglie),
kawasan dengan kekayaan terumbu karang tertinggi di dunia, termasuk di
antaranya Indonesia, Filipina, Papua Nugini , dan Australia Utara. Marga yang
banyak ditemukan di kawasan ini antara lain Montipora, Fungia, Seriatopora,
Acropora, Porites, Galaxea, Lobophyllia, Pachyseris, Echinopora, dan
Hydnophora (Estradivari, 2007). Meskipun memiliki kekayaan terumbu karang
yang tinggi, kawasan ini mengalami berbagai ancaman setiap harinya.
16
Kepulauan Seribu kepadatan penduduk pada tahun 2003 tercatat sebesar 2213
jiwa/km2 untuk pulau berpenghuni (BPS, 2005).
Perhitungan persentasi mata pencaharian masyarakat Kepulauan Seribu di
tahun 2002 menunjukkan 69,3% adalah nelayan, 10,4% pedagang, dan sisanya
berbagai jenis pekerjaan (PNS, pemandu wisata, wirausaha, dan polisi).
Masyarakat sangat tergantung pada terumbu karang, terutama nelayan ikan
konsumsi (palele), pelaku budidaya ikan, nelayan ikan dan karang hias, dan
penambang karang. Pemanfaatan sember daya terumbu karang di utara
Kepulauan Seibu lebih intensif ketimbang di bagian Selatan. Kondisi perairan
yang lebih baik membuat nelayan mendapat tangkapan yang lebih. Nelayan di
bagian selatan Kepulauan Seribu lebih memilih menangkap ikan di luar
Kepulauan Seribu karena kondisi perairan yang sangat buruk. Sayang karena
rendahnya tingkat pendapatan memaksa mereka menangkapan dengan cara yang
merusak lingkungan untuk mendapatkan hasil tangkapan lebih (Napitupulu et all.,
2005). Metode penangkapan ikan sepeti penggunaan sianida, muroami, dan
bagan, serta penambangan karang dan pasir yang masih sering dijumpai di
Kepulauan Seribu.
17
18
19
oleh material-material di atmosfer dan konfigurasi permukaan air dimana klorofila berada (Gaol, 1997).
20
menjadikan SIG lebih unggul dibandingkan cara konvensional. Dengan SIG, saat
ini orang dapat secara cepat memadukan data hasil survey GPS, citra satelit
penginderaan jauh dan data atribut lainya sebagai sumber data sebuah peta
(Gambar 2).
Vegetation
Land Ownership
Roads
Rivers
Special Status Species Locations
All Layer
21
2) Data non-spasial
Data non-spasial atau lebih dikenal dengan data atribut adalah data yang
melengkapi keterangan dari data spasialnya baik dalam bentuk statistik maupun
deskriptif. Data atribut ini dibedakan menjadi dua: data kualitatif (nama, jenis,
tipe) dan data kuantitatif (angka, bagian/besar jumlah, tingkatan, kelas interval)
yang mempunyai hubungan satu-satu dengan data spasialnya.
Berkaitan dengan perencanaan kawasan konservasi yang memerlukan
banyak parameter, tentu saja memerlukan analisis yang kompleks. Pekerjaan ini
apabila dikerjakan dengan cara konvensional tentu tidak mudah dilakukan.
Namun demikian dengan perkembangan SIG dan metode analisis spasial seperti
sekarang, permasalahan tersebut mendapat jalan keluarnya. Analisis spasial
bedasarkan cell based modelling, secara khusus dapat membantu dalam
perencanaan kawasan konservasi laut yang tepat dan berkelanjutan .
22
Salah satu analisis spasial dalam SIG yang dapat digunakan untuk
memodelkan keadaan di alam adalah cell based modelling (ESRI, 2002). Secara
umum suatu model merepresentasikan kekompleksitasan interaksi di alam dengan
suatu penyerdehanaan. Pemodelan tersebut akan membantu kita untuk mengerti,
menggambarkan, dan memprediksikan banyak hal di alam. Ada dua model yang
dikenal dalam analisis spasial, yaitu model yang merepresentasikan objek /
kenampakan di alam (representation models) dan model yang mensimulasikan
proses di alam (process models).
Representation models akan menggambarkan kenampakan di bumi seperti
bangunan, taman atau hutan. Cara untuk menampilkan objek tersebut di dalam
SIG melalui layer-layer, di mana untuk analisis spasial, layer tersebut dapat
berupa raster. Struktur raster dapat dilihat di Gambar 4. Layer raster akan
menampilkan objek-objek kenampakan di bumi dengan bidang bujursangkar yang
saling bertautan atau disebut grid, dan setiap lokasi di raster layer akan berupa
grid cell yang memiliki nilai tertentu.
Process models menggambarkan interaksi dari objek di bumi yang terdapat
di dalam representation models. Process modelling dapat digunakan untuk
menggambarkan suatu proses, tetapi lebih sering digunakan untuk memprediksi
apa yang terjadi pada suatu lokasi tertentu. Salah satu dasar dari anasilis spasial
dalam model ini adalah operasi penambahan dua data raster bersamaan, dan
kemudian konsep ini dapat diterapkan untuk berbagai macam operasi aljabar pada
lebih dari dua data raster.
23
Number of Columns
Cell Size
Number of Rows
Rows
(Xmin, Ymin)
Coloms
(0,0)
24
Operasi piksel pada cell based modelling dibagi menjadi lima kelompok :
1. Local fuction adalah operasi piksel yang hanya melibatkan satu sel. Nilai
piksel output ditentukan oleh satu piksel input.
2. Focal fuction adalah operasi piksel yang hanya melibatkan beberapa sel
terdekat.
3. Zonal fuction adalah operasi piksel yang melibatkan suatu kelompok sel
yang memiliki nilai atau keterangan yang sama.
4. Global fuction yang melibatkan keseluruhan sel dalam data raster dan
gabungan antara keempat kelompok tersebut.
5. Aplication fuction adalah gabungan dari keempat operasi di atas yang
meliputi local fuction, focal fuction, zonal fuction, dan global fuction
( Gambar 5).
Sumber data raster yang digunakan dalam pendekatan cell based modeling salah
satunya adalah dari citra satelit. Pemilihan metode cell based modeling
berdasarkan pada keunggulan metode ini dalam pemodelan kawasan perlindungan
laut yang lebih representatif karena berdasarkan analisis spasial pada data raster.
Menurut Meaden dan Tang (1996); Molenaar (1998), analisis overlay, pembuatan
jarak, dan pengkelasan parameter lebih mudah dilakukan secara cepat dan teratur
pada setiap sel. Keunggulan lain metode ini dibandingkan analisis lainnya adalah
struktur data raster yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dalam pemodelan
dan analisis serta kompatibel dengan data citra satelit serta memiliki variabilitas
spasial yang tinggi dalam merepresentasikan suatu kondisi lapangan.
25
Local function
Focal function
Zonal function
Global fuction
27
K Congkak
K. Lebar
Pramuka
Island
Teluk Jakarta
Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap : pengolahan citra pada bulan April
2008, survey lapang dan pengambilan sampling kualitas air pada tanggal 12- 18
Mei 2008 dan 22 26 Juli 2008, dan analisa akhir pada bulan Mei Agustus
2008 yang dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
27
28
3.2.2. Bahan
Bahan dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Citra satelit Formosat-2 Akusisi 29 Agustus 2007.
2. Peta Lingkungan Pantai daerah Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu
dari Bakosurtanal
3. Data kondisi ekosistem terumbu karang dan kualitas air dari survei lapang
Program Insentif Riset Dasar 2008.
29
30
Data sekunder
Dinas Perikanan
Citra Satelit
Peta Lingkungan
Pantai
Transformasi citra
Koreksi radiometrik
Substrat dasar
1.
2.
3.
4.
5.
Y = ln K1 + ki/kj*ln K2
Klorofil-a
Koreksi geometrik
Infrastruktur
pH
Salinitas
Oksigen terlarut
Kawasan pemukiman pesisir
MPT
100.6678 + 5.5085*K3 + 0.4563*K2 +
Komposit citra
0.9775*K2*K3
Kawasan mangrove
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pH
Salinitas
Suhu
Oksigen terlarut
Posisi stasiun
Persen cover terumbu
karang
7. Kelimpahan ikan karang
8. Batimetri
Keterlindungan lokasi
Re-Interpretasi
dan editing
Tidak diterima
Konsultasi Pakar
Parameter penentu
kawasan konservasi laut
Basis data spasial
Diterima
30
31
3.4.2.1.
32
K1
K2
33
Keterangan : MPT(mg/l)
3.4.2.4.
K3
K2
34
35
Bujur
106,5636
106,5694
106,5807
106,5929
106,6003
106,6136
106,6067
106,6003
106,5900
106,5752
106,5731
106,5665
106,5777
106,5811
106,5883
106,5960
106,5846
106,5894
106,5963
106,6184
106,6214
106,6142
106,5860
106,5944
106,6100
106,5625
106,5768
106,5935
106,5884
106,5694
106,6117
106,5959
106,5759
Lintang
-5,7286
-5,7252
-5,7219
-5,7177
-5,7156
-5,7239
-5,7276
-5,7293
-5,7337
-5,7303
-5,7114
-5,7098
-5,7087
-5,6972
-5,6953
-5,6961
-5,7138
-5,7108
-5,7044
-5,7386
-5,7414
-5,7518
-5,7424
-5,7475
-5,7346
-5,7134
-5,6997
-5,7070
-5,7200
-5,7336
-5,7165
-5,7312
-5,7372
Keterangan
LIT
RRA1
RRA2
RRA3
RRA4
RRA5
LIT
RRA6
RRA7
RRA8
LIT
RRA9
RRA10
RRA11
RRA12
LIT
LIT
RRA13
RRA14
LIT
RRA15
RRA16
LIT
RRA17
RRA18
LIT
LIT
LIT
LIT
LIT
LIT
LIT
LIT
36
37
38
Pengamatan data ikan karang mencakup visual sensus ikan karang dan
estimasi biomassa ikan target (Gambar 9).
menggunakan transek yang sama dengan transek untuk pengambilan data karang.
Pengamat bergerak sepanjang transek garis dengan kecepatan konstan dan
mencatat spesies ikan sejauh 2.5 meter ke kanan dan 2.5 meter ke kiri. Data yang
diambil untuk data visual sensus meliputi spesies dan jumlah ikan yang teramati.
Untuk metode RRA, transek yang digunakan adalah transek maya dengan
ukuran 10 x 10 m. Penentuan sampel secara random, pengamat mencatat data
karang dan ikan selama kurang lebih 5 - 10 menit. Data karang yang dicatat
merupakan estimasi dari persen cover tutupan karang berdasarkan lifeform,
sedangkan data ikan berupa jumlah dan spesies yang teramati selama 10 menit.
39
ni
x100%
L
Keterangan :
Li = Persentase penutupan biota karang ke-i
ni = Panjang total kelompok biota karang ke-i
L = Panjang total transek garis
Kriteria persentase penutupan karang hidup berdasarkan Gomez and Yap (1988)
dapat dilihat pada Tabel 3.
40
Kategori/ Kriteria
0 24.9
Buruk
25 49.9
Sedang
50 -74.9
Baik
75 -100
Sangat Baik
41
PARAMETER
BOBOT
Substrat dasar
X 0.30
Jumlah
kelimpahan ikan
karang
X 0.20
RASTER OVERLAY
X 0.20
KKL
Kedalaman
Jarak dari
pemukiman(panta
X 0.10
X 0.10
uan)
X 0.10
42
43
6. Lokasi KKL seharusnya tidak berada di dekat mulut sungai yang sangat
rawan terhadap sedimentasi dan akibat dari poluso darat.
7. Lokasi KKL merupakan daerah penyelaman atau berpotensi untuk lokasi
penyelaman.
8. Kawasan yang merupakan lokasi biota tertentu atau spesies yang langka
bertelur atau mencari makan juga merupakan lokasi yang ideal bagi
KKL.
9. Sangat berguna untuk menetapkan lokasi dengan bentuk yang mudah
dilihat (seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lainnya), atau
mengikuti kontur fisik alam dan menempatkan batas berdasarkan letak
geografis alami yang dikenal oleh masyarakat setempat (seperti batas
tanjung, lekukan, tepi karang, batas hutan mangrove, bukit, dan lainlain).
44
menilai faktor pembatas pada setiap parameter. Parameter yang digunakan dalam
penentuan zona potensial KKL melibatkan faktor biofisik perairan, kawasan
konservasi, aktivitas manusia yang kemungkinan dapat mengganggu ekosistem
dan letak pemukiman yang berhubungan dengan jarak pantauan masyarakat.
Konsep dasar suatu "analisis kesesuaian biofisik lokasi untuk suatu
penggunaan tertentu" atau sering secara singkat disebut sebagai "analisis
kesesuaian", pada prinsipnya adalah melakukan perbandingan antara karakteristik
biofisik lokasi tersebut dengan kondisi biofisik yang seharusnya dipenuhi untuk
suatu ekosistem tertentu agar ekosistem tersebut dapat hidup secara optimal.
Karakteristik biofisik zona ini dinyatakan dalam berbagai parameter yang masingmasing mempunyai nilai dengan satuan pengukuran tertentu. Kondisi biofisik
yang seharusnya dipenuhi untuk suatu ekosistem tertentu tersebut tidak lain
adalah nilai-nilai berbagai parameter biofisik yang sesuai dengan kebutuhan
ekosistem tersebut. Apabila nilai dari suatu parameter biofisik suatu di lokasi
berada pada kisaran optimum dari nilai yang dibutuhkan oleh suatu ekosistem
tertentu maka untuk parameter tersebut, lokasi tersebut dapat dinilai sebagai
sangat sesuai. Sebaliknya, jika di antara kondisi biofisik tersebut ada yang nilai
parameternya berada di luar kisaran nilai optimum, maka secara keseluruhan,
lokasi tersebut dapat dinyatakan sebagai sesuai; atau bahkan tidak sesuai,
tergantung dari seberapa jauh nilai-nilai parameternya memiliki jarak
dibandingkan nilai optimum yang diinginkan untuk suatu ekosistem tertentu.
Pemberian bobot untuk setiap parameter dalam kajian ini adalah 10 30 %
dan pemberian nilai (skor) dalam kisaran 1-3. Kriteria matriks kesesuaian untuk
45
penentuan zona potensial kawasan konservasi laut dapat dilihat pada Tabel 4.
Seluruh bobot dan skor pada keseluruhan kriteria konservasi akan diproses
melalui software yang digunakan dan akan dihasilkan klasifikasi zona kawasan
konservasi laut berdasarkan tingkat kesesuaian faktor-faktor konservasi. Nilai
tiap kelas didasarkan pada perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
N =Bi x Si
Keterangan : N = Total bobot nilai
Bi = Bobot pada tiap kriteria
Si = Skor pada tiap kriteria
Tabel 4. Sistem penilaian kesesuaian kawasan konservasi laut
No
Parameter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bobot
(%)
Sangat
sesuai
Skor
Sesuai
Skor
Tidak
sesuai
Skor
Substrat dasar
30
3
3
Pasir,
lamun
< 15
20
Karang
mati
15-20
Karang
hidup
> 20
20
>300
100-300
<100
10
10-25
3-<10
10
.>2000
10
500 m
>1000 dan
<2000
500 -1500
m
<3 dan
>25
<1000
1500
m
46
47
47
48
tempat yang berbeda yang menyebar di bagian citra (Gambar 11), sehingga pada
akhirnya didapatkan nilai Root Mean Square (RMS) dibawah 0,5 (Lampiran 1).
49
(a)
(b)
Gambar 12. Citra komposit RGB 423 (a) dan RGB 123 (b)
50
Pada citra model Lyzengga dapat dibedakan dengan jelas objek pasir ,lamun
(seagrass), karang hidup, dan karang mati. Pada pengolahan menggunakan
51
perangkat lunak ER Mapper 7.0 dengan pallete warna Rainbow, objek pasir
memberikan warna kuning, degradasi warna merah ke kuning menunjukkan
tingkat ketebalan / kerapatan tutupan lamun, sedangkan objek karang mati
berwarna merah dan terumbu karang berwarna cyan. Kemudian berdasarkan
acuan warna tersebut dilakukan klasifikasi terbimbing (supervised).
Pada peta klasifikasi substrat dasar (Gambar 14) terlihat substrat perairan
dangkal menyebar di perairan Karang Lebar dan Karang congkak, Kecamatan
Pulau Panggang . Substrat karang mati yang ditunjukkan oleh warna merah
hampir mendominasi seluruh wilayah kajian. Bentuk morfologi perairan yang
berbentuk seperti kolam (gobah), membuat sebaran karang hidup banyak berada
didalam goba dan luar gosong (pacth reef). Sebaran pasir dan tutupan lamun juga
banyak ditemukan didalam gobah.
Kegiatan aktivitas penduduk sekitar seperti menangkap ikan dengan
potasium / sianida disinyalir yang menyebabakan kerusakan terumbu karang
diperairan Kepulauan Seribu. Substrat dasar karang hidup merupakan area yang
paling ideal untuk kawasan konservasi laut karena wilayah ini merupakan relung
bagi ikan karang yang perlu kita jaga. Luasan masing-masing substrat dasar dapat
dilihat pada Table 5.
Tabel 5. Luasan turunan substrat dasar perairan Karang Lebar dan Karang
Congkak
Substart dasar
m2
hektar
Karang hidup
Karang mati
Lamun / makro alga
Pasir
1 318 336
1 024 704
3 169 920
8 357 696
131,8336
102,4704
316,9920
835,7696
Gambar 14. Peta sebaran substrat dasar perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
52
53
Substrat dasar karang hidup merupakan substrat dasar yang paling sesuai sehingga
digolongkan ke dalam kelas sangat sesuai, sedangkan karang mati merupakan
substrat dasar yang sesuai dan substrat pasir dan lamun merupakan kelas yang
paling tidak sesuai. Substrat dasar karang hidup merupakan substrat dasar yang
paling cocok karena karang hidup merupakan tepat yang paling cocok bagi hidup
ikan karang, dimana ikan karang bertelur, berpijah, merawat anak, dan mencari
makan diwilayah ini. Habitat terumbu karang merupakan relung bagi ikan karang.
Karang hidup
24
Total
baris
28
Karang mati
Lamun
Pasir
36
39
Total kolom
26
12
39
54
54
producer accuracy
Kelas
Akurasi
Land cover
Akurasi
Karang hidup
24/28
0,86
24/26
0,92
Karang mati
4/5
0,80
4/4
Lamun
9/9
9/12
0,75
Pasir
36/39
0,92
36/39
0,92
Rata-rata
0,89
Rata-rata
0,90
55
Gambar 15. Peta sebaran klorofil a perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
56
Gambar 16. Peta sebaran MPT perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
57
58
Gambar 17. Peta keterlindungan wilayah perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
59
60
4.2.2. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter biofisik yang menentukan keberadaan
ikan. Ikan karang mempunyai karakter yang menyukai suhu perairan tertentu.
Suhu juga merupakan salah satu factor pembatas bagi keberadaan ekosistem
terumbu karang. Karang akan tumbuh secara optimal pada kisaran suhu rata-rata
tahunan 23-25 C. Toleransi suhu sampai dengan 36-40 C . Sebaran suhu
perairan Karang Lebar dan Karang Congkak dapat dilihat pada Gambar 18. Nilai
sebaran suhu permukaan laut berkisar antara 28,6 32,49 0C. Kondisi ini ideal
bagi pertumbuhan terumbu karang. Semakin ke laut lepas suhu semakin
berkurang, hal ini disebabkan pengaruh panas dari daratan dimana pada siang hari
darat lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan.
4.2.3. Salinitas
Salinitas adalah kadar gram garam yang terkandung dalam 1 kilogram air
laut. Salinitas merupakan salah satu faktor biofisik perairan yang berpengaruh
dalam penentuan zona perlindungan laut, dimana salinitas juga merupakan salah
satu faktor pembatas bagi petumbuhan terumbu karang. Terumbu karang hanya
dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 32-35 .
Sebaran nilai salinitas dapat dilihat pada Gambar 19. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa sebaran salinitas di perairan Karang Lebar dan Karang Congkak
secara horizontal cocok untuk pertumbuhan terumbu karang yaitu 32-35.
Semakin ke arah laut lepas salinitas meninkat, hal ini disebabkan tidak adanya
masukan air tawar (run off ) dari daratan.
Gambar 18. Peta sebaran suhu perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
61
Gambar 19. Peta sebaran salinitas perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
62
63
4.2.3. pH
Potential of Hydrogen (pH) adalah konsentrasi ion hidrogen di dalam air.
Secara umum, tingkat kemasaman atau kebasaan (pH) perairan Karang Lebar dan
Karang Congkak adalah normal, dengan nilai berkisar 8,3 8,6. Sebaran spasial
pH hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 20. Dari sebaran spasial ini
terlihat bahwa pada daerah tempat terjadinya percampuran antara air laut dan air
tawar pH relative lebih rendah yaitu daerah dekat darat
Gambar 20. Peta sebaran pH perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
64
Gambar 21. Peta sebaran oksigen terlarut perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
65
66
4.2.5. Kecerahan
Intensitas cahaya matahari yang menembus ke dalam suatu perairan
mempengaruhi kehidupan sebagian besar organisme perairan. Selain penting,
sinar matahari juga membatasi kehidupan organisme tersebut. Intensitas sinar
(masukan energi) yang mengenai lapisan autotrofik mengendalikan seluruh
ekosistem melalui pengaruhnya pada produksi primer (Odum, 1971). Oleh karena
itu, tingkat kecerahan perairan perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas
primer yang dapat terjadi di perairan tersebut. Kecerahan juga salah satu faktor
pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang.
Penentuan sebaran kecerahan perairan diperoleh dari hasil interpolasi titik
titik pengambilan sampel yang menyebar diseluruh perairan. Metode interpolasi
yang digunakan adalah Inverse Distance Weighted (IDW). Nilai kecerahan
perairan Karang Lebar dan Karang Congkak berkisar antara 1,20 9 m ( lihat
Gambar 22). Diwilayah gosong Karang Lebar dan Karang Congkak kecerahan
perairan cukup bagus bagi pertumbuhan terumbu karang yaitu antara 4 7 m.
Dititik titik tertentu kecerahan perairan sangat bagus yaitu diwilayah dekat pulau
layar, sebab pengambilan data pada titik itu cuaca sangat mendukung. Nilai
kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan
dan padatan tersusupensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Gambar 22. Peta sebaran kecerahan perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
67
68
Tabel 8. Tabel pasang surut perairan Kepulauan Seribu (Stasiun Tanjung Priok)
pada saat survey lapang tanggal 13-17 Mei 2008
Tipe pasut di perairan Kepulauan Seribu adalah harian tunggal (diurnal) dimana
dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Grafik pasang surut
dapat dilihat pada Gambar 23. Tinggi pasut bisa berkisar antara 40 80 cm.
69
Fluktuasi pasut tertinggi terjadi pada tanggal 17 Mei 2008 dan terendah terjadi
pada tanggal 14 Mei 2008.
Arus diperairan Karang Lebar dan Congkak berkisar antara 10.5 cm/s - > 50
cm/s (Gambar 24). Pola arus di perairan Karang Lebar dan Congkak sangat
dipengaruhi oleh kecepatan angin dan pasang surut. Kecepatan arus dominan
tinggi pada bagian timur perairan dimana pada bagian ini perairan langsung
berhubungan dengan laut lepas yaitu laut jawa. Kecepatan arus mulai mengecil
pada wilayah dekat gosong Karang Lebar dan Congkak.
Gambar 24. Peta pola arus permukaan perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
70
71
4.2.7. Batimetri
Data batimetri diperoleh dari sounding batimetri dengan echosounder
pada tanggal 14 -17 Mei 2008. Kemudian dari data tersebut digabunng dengan
data batimetri dari Disidros TNI AL sehingga titik yang digunakan untuk
interpolasi semakin banyak. Tehnik interpolasi yang digunakan adalah natural
neighbors . Fungsi natural neighbor merupakan toolbar dari ekstensi 3D analyst
pada perangkat lunak ArcGIS versi 9.2. Keunggulan metode natural neighbor
adalah dapat menginterpolasi titik-titik yang relatif banyak dan hasil output yang
diperoleh akan lebih mendekati dengan keadaan sesuangguhnya di alam (nature).
Output piksel hasil interpolasi yaitu 8 x 8 m.
Peta batimetri perairan Karang Lebar dan Karang Congkak (Gambar 25)
menunjukkan bahwa daerah gosong memiliki kedalaman yang relative dangkal
yaitu antara 1- 20 m. Didaerah ini banyak ditemukakan terumbu karang.
Semakin menjauhi gosong kedalaman terus bertambah hingga mencapai 100 m.
Dari profil 3D (Gambar 26 dan 27) terlihat bahwa didalam Karang Lebar maupun
Karang Congkak terdapat goba yang kedalamannya bisa mencapai 10 m.
Kedalaman merupakan merupakan faktor yang turut serta berperan dalam
penentuan kawasan konservasi laut karena adanya stratifikasi kedalaman
berpengaruh dengan jumlah ikan karang. Karakteristik perairan daerah
Kepulauan Seribu juga turut serta dalam pembentukkan jenis geomorfologi dari
terumbu karang itu sendiri yaitu fringing reef, barier reef, dan pacth reef.
Gambar 25. Peta sebaran kedalaman perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
72
73
74
Gambar 28. Peta sebaran jumlah jenis ikan karang perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
75
76
77
Sebaran Jumlah Ikan karang diperoleh dari interpolasi tiap tiap stasiun
pengamatan. Metode interpolasi yang digunakan adalah inverse distance
weighted (IDW). Dari gambar 30 terlihat bahwa perairan karang Lebar dan
Congkak memiliki kelimpahan ikan karang yang cukup bervariatif, berkisar antara
42 - > 400 ekor. Kelimpahan terbesar berada di selatan Karang Congkak (stasiun
17) dengan nilai kisaran 256 456 ekor.
Hasil sebaran jumlah ikan karang kemudian dikelaskan kembali untuk
penentuan kawasan konservasi laut. Kelimpahan ikan karang > 300 ekor di
kategorikan kelas sangat sesuai, kelimpahan 100 300 ekor dikategorikan kelas
sesuai, dan kelimpahan < 100 ekor dikategorikan kelas tidak sesuai. Peta hasil
klasifikasi jumlah ikan karang dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 30. Peta sebaran jumlah individu ikan karang perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
78
79
Gambar 31. Peta buffer kawasan pemukiman pulau kecil perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu -
80
81
Alat transportasi laut yang digunakan antara lain perahu motor, baik perahu
motor tempel maupun permanen. Alat transportasi ini sering menghasilkan sisa
pembakaran berupa minyak yang dapat mencemari perairan. Sisa minyak ini
yang perlu kita perhitungkan dalam penentuan zona konservasi laut.
Jarak dari jalur pelayaran komersial dan domestik dapat dispasialkan
dengan mengasumsikan parameter di atas sebagai line/garis. Jalur pelayaran
komersial diperoleh melalui track GPS kapal Ojek dari Muara Angke hingga
Pulau Pramuka, sedangkan jalur pelayaran domestik (nelayan ) diperoleh dari
route pelayaran kapal penelitian yang digunakan untuk mengambil titik sampel.
Penentuan jarak zona konservasi laut terhadap jalur pelayaran komersial maupun
domestik dilakukan pada raster data.
Pembuatan jarak/buffer dari jalur pelayaran dibagi atas 3 kelas, yaitu 0
1000 m, 1000 2000 m, 2000 3000 m, dan lebih dari 3000 m. Zona Konservasi
laut ideal dilakukan pada jarak lebih dari 2000 m. Zona sesuai digolongkan pada
kelas lebih besar dari 1000 m dan kurang dari 2000 m, sedangkan zona tidak
sesuai digolongkan pada kelas kurang dari 1000 m. Peta buffer dari jalur
pelayaran komersial dan domestik dapat dilihat pada Gambar 31.
4.3.3. Analisis zona konservasi laut (kawasan konservasi laut ) dengan Cell
Based Modelling
Kawasan konservasi laut (KKL) memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1)
Melindungi seluruh ekosistem dengan cara mengkonservasi berbagai spesies dan
habitat-habitat utama (critical habitat) seperti daerah pemijahan (spawning
grounds) dan daerah asuhan/pembesaran (nursery grounds), dan (2) Stok ikan
Gambar 32. Peta buffer jalur pelayaran perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
82
83
(biota laut lainnya) dalam KKL dapat berfungsi seperti tabungan (bank account)
atau jaminan yang dapat menyangga fluktuasi dan penurunan populasi yang
terjadi di luar KKL akibat kesalahan manajemen maupun fluktuasi alamiah.
Analisis zona potensial dilakukan dengan melihat berbagai faktor yang terkait
dengan pengembangan dan kelangsungan kegiatan konservasi laut. Analisis
kawasan konservasi laut mempertimbangkan faktor biofisik perairan,
keanekaragaman hayati laut, faktor konservasi, dan faktor aktivitas manusia.
Faktor biofisik terdiri dari substrat dasar, kedalaman. Keanekaragaman hayati
laut meliputi jumlah jenis ikan karang, dan kelimpahan ikan karang. Faktor
aktivitas manusia meliputi jarak pantauan dari pemukiman penduduk, dan jarak
dari jalur pelayaran.
Analisis spasial pada data raster merupakan dasar dari Cell Based Modelling
karena setiap sel memiliki nilai tertentu sehingga akan memudahkan dalam
analisis spasial. Penentuan zona kawasan konservasi laut memerlukan suatu
model yang dapat mengintegrasikan seluruh parameter yang mempengaruhi
kriteria konservasi laut. Pemodelan zona kawasan konservasi laut dilakukan
dengan menspasialkan setiap parameter.
Setiap parameter (raster) yang telah diturunkan, baik melalui transformasi
citra maupun dengan interpolasi point-point atau line kemudian dikelasifikasi
ulang menjadi kelas-kelas kesesuaian. Pengelompokkan masing-masing
parameter merupakan salah satu bentuk operasi sel dari zonal function. zonal
function merupakan salah satu bentuk operasi sel pada Cell Based Modelling,
karena akan mengelompokkan sel ke dalam kategori tertentu berdasarkan
kesamaan nilai yang dimiliki oleh sel tersebut. Begitu tiap sel dikelompokkan,
84
pengkodean sel dilakukan secara otomatis menurut selang nilai parameter yang
ditentukan, kemudian seluruh informasi spasial siap di overlay. Metode overlay
akan lebih mudah dan efisien bila dilakukan pada data raster dibandingkan pada
data vektor. Overlay yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay dengan
sistem pembobotan (weighted overlay). Weighted overlay merupakan salah satu
terapan dari Cell Based Modelling yang melibatkan seluruh sel dalam suatu data
raster secara bersamaan (global function). Setiap sel pada parameter yang akan
dilakukan proses overlay telah dikelompokkan ke dalam kode/nilai berdasarkan
Tabel 4.
Skor 1 untuk kriteria sangat sesuai, skor 2 untuk kriteria sesuai dan skor 3
untuk kriteria tidak sesuai. Jumlah sel untuk masing-masing kode dalam setiap
parameter merupakan hasil pengkelasan parameter dapat dilihat dalam Tabel 8.
Proses reclassify menggunakan operator Add atau penambahan sehingga
jumlah setiap sel yang memiliki kode yang sama setelah diberi skor akan
dijumlahkan dan akan membentuk suatu zona dengan kriteria tertentu. Proses
overlay setiap layer dengan menggunakan menu raster calculatorsecara
matematis dapat dilihat dibawah ini.
[[Substrat Dasar Perairan] * 0.3 + [Kedalaman] *0.1 + [Jenis ikan
karang]*0.2+[ ikan karang]*0.2 + [Jarak dari Jalur Pelayaran] * 0.1 + [Jarak dari
Kawasan Pemukiman] * 0.1]
85
Tabel 9. Jumlah sel hasil klasifikasi parameter dengan Cell Based Modelling
Parameter
Jumlah Sel
Sangat sesuai (S1)
Sesuai (S2)
Substrat dasar
20 599
16 011
180 119
Kedalaman (m)
127 735
186 817
593 360
206 936
66 199
671
2 285
167 397
104 120
1 279 657
628 452
735 841
48 825
336 651
1 280 717
Jumlah Sel
Luas (Ha)
18 484
118,2976
Sesuai (S2)
123 284
789,0176
72 340
462,9760
Gambar 33. Peta keseuaian kawasan konservasi laut perairan Karang Lebar dan Congkak, Kep. Seribu - Jakarta
86
87
Zona sangat sesuai banyak terdapat di daerah goba, baik di Karang Lebar
maupun Karang Congkak. Wilayah perairan ini sangat sesuai untuk dijadikan
kawasan konservasi laut, dimana faktor- faktor yang dijadikan paramerter
kesesuian sangat mendukung. Zona sangat sesuai ini mempunyai luas sebesar
118,2976 Ha.
Zona sesuai terlihat dominan pada wilayah gosong Karang Lebar dan
Karang Congkak.direpresentasikan dengan warna kuning. Zona ini mempunyai
luasan sebesar 789,0176 Ha. Wilayah ini merupakan zona yang cukup potensial
untuk dijadikan kawasan konservasi laut sebab parameter parameter kawasan
konservasi laut yang digunakan sebagai faktor pembatas cukup mendukung
Zona tidak sesuai direpresentasikan dengan warna merah, dimana kawasan
ini tidak cocok untuk dijadikan kawasan konservasi laut. Wilayah perairan ini
mempunyai parameter- parameter faktor pembatas yang tidak mendukung.
Kegiatan konservasi tidak dapat berlangsung meskipun diberikan berbagai
perlakuan tambahan seperti pembuatan fish shelter sebab faktor oseanografi dan
biologi tidak mendukung. Zona ini mempunyai luas sebesar 462,9760 Ha.
Visualisasi kelas kesesuaian hasil overlay dengan metode Cell Based
Modelling berupa grid yang setiap grid-nya mempresentasikan spot-spot
potensial kawasan konservasi laut. Resolusi spasial digunakan sebagai alat ukur
akurasi SIG berbasis raster, semakin kecil nilai piksel maka semakin tinggi
akurasi data tersebut begitu pula sebaliknya. Dalam penentuan kawasan
konservasi laut kali ini, spot spot zona potensial yang digunakan mempunyai
resolusi yang tinggi yaitu 8 x 8 m, sehingga akan tampak jelas.
88
Dari hasil ground check lapangan daerah yang sangat sesuai pada Karang
Congkak antara lain terdapat pada bagian selatan (ST17L) dan utara (ST27L) .
Pada stasiun ST17L kondisi lingkungannya mendukung baik itu dari segi
oseanografi (suhu 29 0C; salinitas 33 ; pH 8,9; dan DO 5,9 mg/l) maupun
biologi (persen cover karang hidup di 3 m: 71,77%; 10 m: 50,93%; dan jumlah
individu ikan karang 3m : 509 ind; 10 m:403 ind), dan pada stasiun ST27L
kondisi biologi (persen penutupan karang hidup 3m : 56,73%; 10m : 48,17 %;
dan jumlah individu ikan karang 3m : 164 ind; 10m : 179 ind) juga sangat
mendukung. Untuk daerah Karang Lebar daerah yang sangat sesuai ada pada
bagian utara (ST29L) sebab dilihat kondisi ekosistem terumbu karang juga
mendukung yaitu persen penutupan karang keras di 3m : 80,23% dan 10 m:
50,83% ; jumlah individu ikan karang di 3m : 205 ind dan 10m : 269 ind .
89
89
90
5.2. Saran
91
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelauatan DKI Jakarta. 2001. Laporan Akhir
Pemetaan Lokasi dan Kegiatan Prioritas Kelurahan Pulau Panggang.
PKSPL-IPB. Bogor.
English, S.,C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Australian Institut of Marine Science. Townville.
91
92
Green, Edmund P.; Alasdair J. Edwards dan Peter J. Mumby. 2000. Mapping
Bathymetry. P : 219-233 dalam Edwards, A. J. (ed.) Remote Sensing
Handbook for Tropical Coastal Management. UNESCO Publishing. Paris.
93
Lyzenga, D.R., 1978, Passive remote sensing techniques for mapping water depth
and bottom features. Applied Optics 17: 379-383.
Napitupulu, D.L., S.N. Hodijah, A. C. Nugroho & K. Anggraini. 2005. Socioeconomic assessment: In the use of reef resources by local community and
other direct stakeholder. Yayasan TERAGI.Jakarata.
94
Salm, Rodney V, John R, Clark; and Erkki Siirila. 2000. Marine and Coastal
Protected Areas : A Guide for Planner and Managers. IUCN. Washington
D.C.
Salm RV, J.R Clark, and E. Sirilia. 2000. Marine and Coastal Protected area: A
Guide For Planners and Mangers. Third Edition. International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources. Gland, Switzerland.
95
Sorokin, Y. I. 1995. Coral Reef Ecology (Edisi kedua). Springer Verlag Berlin
Heidelberg German.
Wilson R and Wilson JQ. 1985. Watching Fishes : Life and Behavior on Coral
Reef. Harper and Row, Publishers Inc. New York.
Wyrtki K. 1961. The Physical Oceanography of South East Asian Waters. Naga
Report vol 2. University of California Press. La Jolla. California.
96
On
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Locked
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
Cell-X
1408.283
1471.031
1380.919
929.238
915.23
913.084
902.952
879.306
827.444
915.797
657.501
633.083
617.062
645.35
649.915
2363.154
2290.23
2280.353
2288.074
2244.294
2337.533
2654.61
2654.956
2850.383
2872.923
2949.457
2869.028
2840.732
Cell-Y
3246.544
3291.831
3328.305
1722.48
1710.462
1723.783
1707.79
1737.764
1735.106
1710.402
809.517
811.851
833.286
835.853
831.108
1995.326
2014.924
1940.194
2079.449
2083.49
2090.454
2182.373
2182.344
2379.709
2345.556
2407.401
2463.65
2507.605
To-X
1.860217
1.860241
1.860208
1.860036
1.86003
1.86003
1.860026
1.860017
1.859998
1.860031
1.859933
1.859924
1.859918
1.859928
1.85993
1.860567
1.86054
1.860536
1.860539
1.860523
1.860557
1.860675
1.860675
1.860748
1.860756
1.860784
1.860755
1.860744
To-Y
-0.10058
-0.10059
-0.10061
-0.10001
-0.1
-0.10001
-0.1
-0.10001
-0.10001
-0.1
-0.09967
-0.09967
-0.09967
-0.09968
-0.09967
-0.10011
-0.10011
-0.10009
-0.10014
-0.10014
-0.10014
-0.10018
-0.10018
-0.10025
-0.10024
-0.10026
-0.10028
-0.1003
To-Z
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
97
Cell-X
1408.283
1471.031
1380.919
929.238
915.23
913.084
902.952
879.306
827.444
915.797
657.501
633.083
617.062
645.35
649.915
2363.154
2290.23
2280.353
2288.074
2244.294
2337.533
2654.61
2654.956
2850.383
2872.923
2949.457
2869.028
2840.732
Cell-Y
3246.544
3291.831
3328.305
1722.48
1710.462
1723.783
1707.79
1737.764
1735.106
1710.402
809.517
811.851
833.286
835.853
831.108
1995.326
2014.924
1940.194
2079.449
2083.49
2090.454
2182.373
2182.344
2379.709
2345.556
2407.401
2463.65
2507.605
Cell-X
1407.979
1470.91
1381.35
929.337
914.791
913.267
903.002
879.153
827.213
916.208
657.444
632.869
617.109
645.429
650.193
2363.533
2290.162
2279.896
2287.76
2244.275
2337.74
2654.416
2655.365
2850.282
2872.756
2949.257
2869.456
2840.769
Cell-Y
3246.33
3291.862
3328.281
1722.669
1710.469
1723.991
1708.079
1737.354
1735.235
1710.528
809.775
811.496
833.32
835.79
830.759
1995.137
2015.255
1940.044
2079.649
2083.584
2090.647
2182.638
2182.125
2380.045
2345.554
2407.092
2463.593
2507.254
RMS
0.3712
0.1245
0.431
0.2129
0.4385
0.2767
0.293
0.4377
0.2642
0.4298
0.2644
0.414
0.0577
0.1012
0.446
0.4233
0.3385
0.4816
0.3714
0.0963
0.2839
0.3283
0.4635
0.3514
0.167
0.3685
0.4316
0.3533
98
Band1
----134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.106
134.557
88.328
Band2
----150.419
147.366
145.407
150.327
146.829
145.621
133.333
143.133
135.571
140.143
145.932
145.621
135.949
137.217
136.806
140.387
144.14
139.45
144.853
143.824
142.429
134.814
148.059
142.986
145.932
143.478
134.931
137.345
147.151
156.071
110.036
Var
covar
a
Ki/kj
0.00678
17.0227
0.54688
0.59289
29.65605
Band3
----150.564
150.059
147.5
150.95
149.943
148.2
141.545
145.667
140.857
145.143
147.435
147.776
142.908
143.362
143.015
145.014
146.675
144.887
148.529
148.147
145.946
141.529
149.529
147.069
146.97
145.5
141.552
141.414
148.11
154.214
133.011
11.03732
Band4
----37.374
32.911
32.519
34.327
33.429
33.484
34.424
33.333
33.5
33.4
36.463
34.931
33.449
34.522
36.284
36.697
37.026
33.587
34.529
33.971
35.232
35.294
34.255
33.333
36.985
36.911
35.552
41
35.452
34.386
32.565
99
100
Lampiran 4. Peta klasifikasi ulang sebaran jumlah jenis ikan karang dan
kelimpahan ikan karang
101
Lokasi
Bujur
Keterangan
Suhu
(celcius)
Salinitas
(ppm)
pH
DO
(mg/l)
Kecerahan
(m)
Arus
(cm/s)
Lintang
ST01L
106.56361
-5.72856
LIT
29.6
35
8.56
8.2
17.5
ST02R
106.569389
-5.72519
RRA 1
30.9
34
8.48
8.3
5.2
19
ST03R
106.58072
-5.72189
RRA 2
31.2
32
8.71
7.8
8.25
20
ST04R
106.59289
-5.71767
RRA 3
30.7
33
8.66
6.6
30
ST05R
106.60033
-5.71564
RRA 4
30.1
33
8.54
7.2
55.5
ST06R
106.613583
-5.72394
RRA 5
30.1
35
8.64
60
ST07L
106.60667
-5.72756
LIT
30.8
33
8.8
6.9
50.8
ST08R
106.600278
-5.72925
RRA 6
29.7
33.3
8.55
6.7
2.4
44.6
ST09R
106.589972
-5.73369
RRA 7
29.6
33
8.43
6.8
3.8
40.6
ST10R
106.57522
-5.73031
RRA 8
29.7
33
8.68
6.8
2.1
10.5
ST11L
106.57311
-5.71141
LIT
30
32.5
8.65
7.3
4.7
11.6
ST12L
106.56648
-5.70976
RRA 9
30.3
33
8.51
7.5
5.5
12.7
ST13R
106.57766
-5.70868
RRA 10
32.5
34
9.09
6.7
1.2
18.5
ST14R
106.58105
-5.69717
RRA 11
30.8
34
8.31
7.4
29.5
ST15R
106.58833
-5.69528
RRA 12
30.1
33
8.67
7.3
5.1
30.7
ST16L
106.59601
-5.69612
LIT
30.2
34
8.9
5.6
43.2
ST17L
106.58455
-5.71377
LIT
29.6
33
8.9
5.9
5.7
20.7
ST18R
106.58942
-5.71079
RRA 13
30.2
34
8.6
5.7
22.5
ST19R
106.59633
-5.70443
RRA 14
31.7
33.5
8.5
5.9
6.1
36.9
ST20L
106.61839
-5.73856
RRA 15
29.7
34
8.9
6.9
2.3
42.4
ST21R
106.62141
-5.74143
LIT
28.6
34
8.5
2.8
44.2
ST22R
106.61419
-5.75177
RRA 16
30
34
8.8
7.6
2.5
44.5
ST23L
106.58599
-5.74236
LIT
30.7
33
8.8
8.6
7.5
20.5
ST24R
106.59444
-5.74746
RRA 17
31.3
33
8.5
5.5
22.6
ST25R
106.61002
-5.73463
RRA 18
30
33
8.3
25.3
ST26L
106.5625
-5.71338
LIT
32
5.5
13
ST27L
106.576833
-5.69965
LIT
31
9.2
30
ST28L
106.593483
-5.70697
LIT
33
4.7
20.2
ST29L
106.58835
-5.71998
LIT
33
8.2
28.7
ST30L
106.569367
-5.73363
LIT
33
4.7
17.6
ST31L
106.6117
-5.71652
LIT
34
5.2
58.4
ST32L
106.595883
-5.73123
LIT
33
3.1
43.6
ST33L
106.575917
-5.73717
LIT
32
7.3
42.1
102
ST01L
3m
10 m
43.13
44.23
5.60
0.00
1.70
0.00
2.87
0.00
3.13
2.27
0.00
0.00
4.10
4.20
0.00
0.00
20.20
24.77
1.57
10.60
0.00
0.00
3.97
2.40
16.93
16.17
2.57
0.00
14.37
16.17
20.23
19.60
9.23
17.00
5.37
0.00
5.63
2.60
13.73
18.60
9.17
6.43
4.13
9.63
0.43
2.53
5.97
1.40
0.27
1.40
5.70
0.00
100.00
100.00
ST07L
3m
5m
15.93
36.27
1.67
12.03
1.37
2.17
1.53
0.00
0.53
0.60
0.00
0.17
7.80
14.67
0.00
0.00
2.17
6.63
0.00
0.00
0.57
0.00
0.30
0.00
73.27
36.97
1.40
0.00
71.87
36.97
10.33
24.60
7.37
19.93
0.00
0.87
2.97
3.80
0.00
2.17
0.00
0.00
0.00
0.47
0.00
1.70
0.47
0.00
0.47
0.00
0.00
0.00
100.00
100.00
ST11L
3m
10 m
70.13
30.13
34.23
1.17
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.40
0.73
1.67
0.30
6.23
0.00
0.00
4.17
14.70
0.00
0.00
1.37
0.00
29.33
4.97
3.90
23.13
0.00
1.57
3.90
21.57
24.60
41.80
15.33
0.00
0.00
0.00
9.27
41.80
0.70
4.20
0.70
1.53
0.00
0.00
0.00
2.67
0.67
0.73
0.67
0.73
0.00
0.00
100.00
100.00
ST16L
3m
51.27
6.47
0.00
7.37
9.23
0.00
23.43
0.00
4.70
0.00
0.07
0.00
34.97
0.00
34.97
12.13
8.63
0.00
3.50
0.80
0.00
0.00
0.80
0.83
0.83
0.00
100.00
10 m
37.53
2.87
0.00
1.20
1.80
1.47
15.23
0.00
12.07
0.00
1.63
1.27
25.10
0.53
24.57
22.83
12.67
0.00
10.17
9.13
0.27
6.83
2.03
5.40
3.13
2.27
100.00
ST17L
3m
10 m
71.77
50.93
16.67
3.73
0.00
0.00
15.50
3.27
15.57
3.17
1.90
2.30
7.83
14.97
0.00
0.00
0.67
17.63
0.00
0.00
8.27
1.53
5.37
4.33
17.83
20.40
0.00
0.00
17.83
20.40
1.70
17.17
0.63
4.10
0.00
0.00
1.07
13.07
0.00
4.07
0.00
0.00
0.00
1.87
0.00
2.20
8.70
7.43
8.70
7.43
0.00
0.00
100.00
100.00
ST20L
3m
10 m
31.57
23.27
6.17
0.73
0.27
0.00
0.27
0.00
1.03
0.40
0.03
2.63
12.93
8.30
0.63
1.33
9.37
3.07
0.00
0.00
0.00
6.33
0.87
0.47
46.53
57.50
0.00
0.00
46.53
57.50
11.63
14.23
7.07
11.47
2.70
0.00
1.87
2.77
8.67
3.27
4.73
0.00
1.00
0.40
2.93
2.87
1.60
1.73
1.60
1.73
0.00
0.00
100.00
100.00
ST23L
3m
63.93
38.80
0.00
1.10
6.67
0.00
7.60
0.00
3.03
0.00
4.63
2.10
14.03
0.00
14.03
17.37
11.57
4.37
1.43
1.83
0.00
0.00
1.83
2.83
2.83
0.00
100.00
10 m
17.97
2.33
0.00
0.00
2.17
0.40
8.20
0.00
4.73
0.00
0.00
0.13
16.13
0.47
15.67
62.90
4.73
0.00
58.17
3.00
1.30
0.00
1.70
0.00
0.00
0.00
100.00
102
103
Lampiran 6. (lanjutan)
ST26L
3m
10 m
30.97
28.90
2.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
13.73
12.40
0.00
1.70
0.00
8.23
0.00
0.00
12.83
2.73
0.93
0.20
0.17
0.73
1.30
2.90
54.67
34.77
0.00
0.00
54.67
34.77
8.17
23.37
8.17
8.07
0.00
0.00
0.00
15.30
1.07
11.33
0.00
3.77
0.00
0.00
1.07
4.60
0.00
2.97
5.13
1.63
5.13
1.63
0.00
0.00
100.00 100.00
ST27L
3m
10 m
56.73
48.17
43.10
17.73
0.00
0.00
0.00
0.40
0.00
0.00
0.00
1.97
0.00
0.00
0.33
9.77
0.00
0.00
4.37
12.73
3.23
0.00
2.20
0.00
3.50
5.57
16.97
38.77
0.00
0.00
16.97
38.77
0.00
6.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.03
25.47
6.63
3.67
0.00
1.03
0.00
20.10
5.70
0.93
0.67
0.83
0.40
0.83
0.40
0.00
0.00
100.00 100.00
ST28L
3m
10 m
34.27
20.20
1.13
0.00
0.00
0.57
0.00
0.00
0.00
2.60
11.80
8.03
0.00
0.70
2.83
2.17
0.00
0.00
17.87
1.77
0.00
0.00
0.00
1.33
0.63
3.03
48.87
68.50
0.00
0.00
48.87
68.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
14.70
11.30
2.23
0.33
1.87
0.00
9.77
10.97
0.83
0.00
2.17
0.00
2.17
0.00
0.00
0.00
100.00 100.00
ST29L
3m
10 m
80.23
50.83
36.43
15.90
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.00
0.67
0.90
0.00
0.00
ST30L
3m
10 m
30.17
26.33
0.00
2.33
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.37
3.60
1.57
0.00
0.00
39.97
0.00
3.17
0.00
0.00
0.00
19.77
0.00
19.77
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
100.00
0.57
0.00
20.80
0.00
0.00
0.50
64.03
0.00
64.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.70
0.00
0.00
0.00
18.63
0.00
10.90
0.50
0.83
0.17
41.57
0.00
41.57
0.00
0.00
0.00
0.00
5.83
0.00
0.67
1.70
3.47
1.77
1.77
0.00
100.00
0.70
5.10
5.10
0.00
100.00
8.97
0.00
7.87
0.00
0.00
7.93
65.27
0.00
65.27
5.40
0.00
0.00
5.40
1.87
0.00
1.13
0.73
0.00
1.13
1.13
0.00
100.00
ST31L
3m
10 m
18.13
7.17
0.00
1.47
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.63
0.00
0.37
0.00
0.00
0.00
2.63
0.00
1.03
8.03
0.97
0.00
0.00
0.00
0.00
5.07
2.10
32.83
51.87
0.00
0.00
32.83
51.87
8.30
0.00
0.00
8.30
0.00
0.00
0.00
0.00
40.73
39.93
0.00
0.00
32.97
36.83
2.03
2.57
5.73
0.53
0.00
1.03
0.00
1.03
0.00
0.00
100.00 100.00
ST32L
3m
10 m
36.93
48.33
16.23
19.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.63
8.33
1.97
0.00
0.00
ST33L
3m
10 m
35.23
41.40
0.00
7.03
0.00
3.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.33
3.53
0.00
0.83
0.50
0.00
1.97
4.60
2.30
1.37
32.80
0.00
32.80
22.50
4.40
0.00
16.50
0.90
0.00
2.00
58.83
0.00
58.83
0.00
0.00
0.00
0.00
5.93
0.00
0.00
5.93
0.00
0.00
0.00
0.00
100.00
22.50
0.00
0.00
1.30
1.30
0.00
0.00
0.00
6.47
6.47
0.00
100.00
14.57
0.00
7.47
3.33
1.03
0.93
31.60
0.00
31.60
0.00
0.00
0.00
0.00
19.10
0.00
0.50
11.43
7.17
0.97
0.97
0.00
100.00
16.43
0.00
16.87
0.00
0.53
4.03
48.20
0.00
48.20
0.00
0.00
0.00
0.00
8.77
0.00
5.67
1.10
2.00
1.63
1.63
0.00
100.00
103
104
ACB
ACD
ACT
CB
CF
CHL
CM
CME
CMR
CS
DCA
MA
OT
RB
RCK
S
SC
SP
ZO
TOTAL
RRA
1
15
0
30
15
5
0
15
0
5
5
0
5
0
0
0
5
0
0
0
100
RRA
2
20
0
35
5
10
0
15
0
0
0
5
0
0
5
0
0
5
0
0
100
RRA
3
25
0
5
35
5
0
15
3
0
0
10
0
0
0
0
0
2
0
0
100
RRA
4
0
0
5
15
4
0
15
0
0
0
5
5
0
20
0
30
1
0
0
100
RRA
5
3
0
2
0
5
0
10
0
0
0
20
5
0
45
0
5
3
2
0
100
RRA
6
5
0
15
5
30
0
5
0
3
0
5
0
0
10
0
20
2
0
0
100
RRA
7
0
0
5
0
0
2
5
0
2
0
5
10
0
70
0
1
0
0
0
100
RRA
8
0
0
0
3
0
0
15
0
0
0
5
0
2
0
0
75
0
0
0
100
RRA
9
3
0
0
5
2
1
5
0
2
0
0
0
2
5
0
75
0
0
0
100
RRA
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
0
0
0
75
0
0
0
100
RRA
11
35
0
5
0
15
5
10
0
0
5
5
0
5
15
0
0
0
0
100
RRA
12
0
0
0
0
0
0
20
0
0
5
15
35
0
15
0
10
0
0
0
100
RRA
13
5
0
0
10
0
5
35
0
0
0
0
0
5
20
0
15
5
0
0
100
RRA
14
0
0
10
5
5
0
35
0
0
0
10
0
0
15
0
15
5
0
0
100
RRA
15
1
0
2
0
1
1
0
0
0
0
20
50
0
15
0
10
0
0
0
100
RRA
16
5
0
5
5
0
0
0
0
5
0
25
15
0
40
0
0
0
0
0
100
RRA
17
0
0
10
5
5
0
45
5
0
0
0
0
5
5
20
0
0
0
0
100
RRA
18
0
0
5
5
15
0
5
0
0
0
0
0
0
40
0
30
0
0
0
100
104
104
105
Lampiran 8. . Famili ikan dan spesies yang ditemukan untuk menilai komposisi
dan kelimpahan ikan karang.
No
Nama Famili
Nama Spesies
No
Nama Famili
Nama Spesies
APOGONIDAE
Apogon compressus
37
LABRIDAE
Thalassoma hardwickei
APOGONIDAE
Apogon melas
38
LABRIDAE
Thalassoma lunare
APOGONIDAE
Apogon nigrofasciatus
39
LETHRINIDAE
Lethrinus olivaceus
BLENNIIDAE
Blenniella chrysospilos
40
LUTJANIDAE
Lutjanus biguttatus
BLENNIIDAE
Cirripectes filamentosus
41
LUTJANIDAE
Lutjanus decussatus
CAESIONIDAE
Caesio cuning
42
LUTJANIDAE
Lutjanus fulviflamma
CENTRISCIDAE
Aeoliscus strigatus
43
LUTJANIDAE
Lutjanus russeli
CHAETODONTIDAE
Chaetodon octofasciatus
44
LUTJANIDAE
Lutjanus vulpinus
CHAETODONTIDAE
Chelmon rostratus
45
MULLIDAE
Parupeneus bifasciatus
10
DASYATIDAE
Taeniura lymma
46
NEMIPTERIDAE
Nemipterus isacanthus
11
EPHIPPIDAE
Platax batavianus
47
NEMIPTERIDAE
Pentapodus bifasciatus
12
EPHIPPIDAE
Platax teira
48
NEMIPTERIDAE
Pentapodus caninus
13
GOBIIDAE
Istigobius decoratus
49
NEMIPTERIDAE
Pentapodus setosus
14
HAEMULIDAE
Plectorhincus polytaenia
50
NEMIPTERIDAE
Pentapodus trivittatus
15
HEMIRHAMPHIDAE
Hemirhampus far
51
NEMIPTERIDAE
Scolopsis bilineatus
16
LABRIDAE
Anampses
caeruleopunctatus
52
NEMIPTERIDAE
Scolopsis lineatus
17
LABRIDAE
Anampses melanurus
53
NEMIPTERIDAE
Scolopsis margaritifer
18
LABRIDAE
Bodianus axillaris
54
NEMIPTERIDAE
Scolopsis taeniopterus
19
LABRIDAE
Bodianus mesothorax
55
NEMIPTERIDAE
Scolopsis trilineatus
20
LABRIDAE
Cheilinus fasciatus
56
PEMPHERIDAE
Pempheris oualensis
21
LABRIDAE
Cheilinus trifasciatus
57
PINGUIPEDIDAE
Parapercis diplospilus
22
LABRIDAE
Choerodon fasciatus
58
PLESIOPIDAE
Calloplesiops altivelis
23
LABRIDAE
Gomphosus varius
59
POMACANTHIDAE
Chaetodontoplus
mesoleucus
24
LABRIDAE
Halichoeres biocellatus
60
POMACENTRIDAE
Abudefduf bengalensis
25
LABRIDAE
Halichoeres chloropterus
61
POMACENTRIDAE
Abudefduf
septemfasciatus
26
LABRIDAE
Halichoeres dussumieri
62
POMACENTRIDAE
Abudefduf vaigiensis
27
LABRIDAE
Halichoeres hortulanus
63
POMACENTRIDAE
28
LABRIDAE
Halichoeres leucurus
64
POMACENTRIDAE
29
LABRIDAE
Halichoeres marginatus
65
POMACENTRIDAE
Chromis alpha
30
LABRIDAE
Halichoeres melanochir
66
POMACENTRIDAE
Chromis atripectoralis
31
LABRIDAE
Halichoeres melanurus
67
POMACENTRIDAE
Chromis elerae
32
LABRIDAE
Halichoeres ornatissimus
68
POMACENTRIDAE
Chromis
scotochilopterus
33
LABRIDAE
Halichoeres trimaculatus
69
POMACENTRIDAE
Chromis viridis
34
LABRIDAE
Hemygymnus fasciatus
70
POMACENTRIDAE
Chromis xanthura
35
LABRIDAE
Labroides dimidiatus
71
POMACENTRIDAE
Chrysiptera rollandi
LABRIDAE
Macropharyongodon
negrosensis
72
POMACENTRIDAE
Chrysiptera springeri
36
Amblyglyphidodon
batunai
Amblyglyphidodon
curacao
106
Lampiran 8. (lanjutan )
No
Nama Famili
Nama Spesies
73
POMACENTRIDAE
Dascyllus trimaculatus
74
POMACENTRIDAE
Dischistodus
chrysopoecilus
75
POMACENTRIDAE
Dischistodus melanotus
76
POMACENTRIDAE
Dischistodus perspicillatus
77
POMACENTRIDAE
78
POMACENTRIDAE
79
POMACENTRIDAE
Neoglyphidodon crossi
80
POMACENTRIDAE
Neoglyphidodon melas
81
POMACENTRIDAE
82
POMACENTRIDAE
83
POMACENTRIDAE
84
POMACENTRIDAE
Pomacentrus alexanderae
85
POMACENTRIDAE
Pomacentrus amboinensis
86
POMACENTRIDAE
Pomacentrus coelestis
87
POMACENTRIDAE
Pomacentrus cyanomos
88
POMACENTRIDAE
Pomacentrus melanochir
89
POMACENTRIDAE
Pomacentrus moluccensis
90
POMACENTRIDAE
Pomacentrus
nagasakiensis
91
POMACENTRIDAE
Stegastes nigricans
92
SCARIDAE
Chlorurus sordidus
93
SCARIDAE
Scarus flavipectoralis
94
SCARIDAE
Scarus globiceps
95
SCARIDAE
Scarus niger
96
SCARIDAE
Scarus oviceps
97
SCARIDAE
Scarus psittacus
98
SCARIDAE
Scarus rivulatus
99
SCARIDAE
Scarus rubroviolaceus
100
SCORPAENIDAE
Pterois volitans
101
SERRANIDAE
Cephalopholis boenack
102
SERRANIDAE
Cephalopholis microprion
103
SERRANIDAE
Cromileptes altivelis
104
SERRANIDAE
Epinephelus sexfasciatus
105
SIGANIDAE
Siganus puellus
106
SIGANIDAE
Siganus vulpinus
107
SYNODONTIDAE
Synodus sp.
108
TETRAODONTIDAE
Arothron mappa
Dischistodus
prosopotaenia
Hemiglyphidodon
plagiometopon
Neopomacentrus
violascens
Plectroglyphidodon
lacrymatus
Plectroglyphidodon
nigroris
No
Nama Famili
Nama Spesies
107
Kapal penelitian
DO meter
Secci disk
Floating gauge
GPS sounder
108
Lampiran 9 . (lanjutan)
Refraktometer
Lokasi ST17L
Lokasi ST17L
Lokasi ST27L
Lokasi ST27L
109
Lampiran 9 . (lanjutan)
Lokasi ST29L
Lokasi ST29L