TESIS
STRATEGI PEMASARAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR JILC MAKASSAR UNTUK MENINGKATKAN
JUMLAH PENDAFTAR
Marketing strategy in learning tutoring institution of JILC Makassar
to increase the number of students
kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
MAKASSAR
2015
ii
TESIS
STRATEGI PEMASARAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR JILC MAKASSAR UNTUK MENINGKATKAN
JUMLAH PENDAFTAR
Marketing strategy in learning tutoring institution of JILC Makassar
to increase the number of students
kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
MAKASSAR
2015
iii
iv
: Alfa Poriazis
NIM
: P2100213535
Makassar,
Juli 2015
Alfa Poriazis
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Manajemen pada Program
Pendidikan Magister Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada Ibu Prof Dr. Hj. Mahlia Muis, SE.,M.Si dan Bapak Dr.H.Abdul Razak Munir,
SE.,M.Si., M.Mktg sebagai tim penasihat atas waktu yang telah diluangkan untuk
membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi
yang telah dilakukan.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Direktur Cabang JILC
Cendrawasih, JILC Andalas dan JILC Toddopuli atas pemberian izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di JILC cabang tersebut. Hal yang sama juga peneliti
sampaikan kepada tentor-tentor yang mengajar di cabang JILC tersebut. Semoga
bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada ayah dan ibu beserta saudarasaudara peneliti atas bantuan, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama
penelitian tesis ini. Semoga semua pihak mendapat kebaikan dari-Nya atas bantuan
yang diberikan hingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
Tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari
berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam tesis ini sepenuhnya
vii
menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran
yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini.
Peneliti
viii
ABSTRAK
ALFA PORIAZIS. Strategi Pemasaran di Lembaga Bimbingan Belajar JILC
Makassar untuk Meningkatkan Jumlah Pendaftar (dibimbing oleh Mahlia Muis
dan Abdul Razak Munir)
terhadap
beberapa
orang
direktur
cabang
JILC
dan
ix
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........ i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN....................................... v
PRAKATA.......................................................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar belakang penelitian.................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah penelitian.............................................................. 6
1.3Tujuan penelitian................................................................................. 6
1.4 Manfaat penelitian............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep................................................................. 8
2.1.1 Strategi Marketing Organisasi.......................................................... 8
2.1.2 Bauran pemasaran......................................................................... 12
2.1.3 Pengertian penjualan dan volume penjualan................................. 19
2.1.4 Konsep omzet penjualan.......................................................... 22
2.1.5 Analisis SWOT................................................................................. 24
2.1.6 Teknik analisis SWOT....................................................... 33
2.1.7 Pengertian bimbingan belajar...........................................................44
2.1.8 Customer value sebagai sumber keunggulan bersaing................... 48
2.2 Tinjauan Empiris... 51
2.3 Kerangka Pikir..................................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................
3.2 Metode penelitian..............................................................................
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................
3.4 Data...................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................
4.1 Gambaran Umum..............................................................................
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................
4.3 Pembahasan......................................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................
56
56
56
57
57
62
62
64
85
98
98
99
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir............ 55
Gambar 4.1 Alasan Siswa Memilih JILC........................................................... 72
Gambar 4.2 Bagaimana Tahu Tentang JILC..................................................... 72
Gambar 4.3 Jumlah kelulusan siswa GO di PTN............................................. 79
Gambar 4.4 Jumlah kelulusan siswa GO pada beberapa PTN ternama......... 79
Gambar 4.5 Kuadran SWOT.............................................................................. 92
BAB I
PENDAHULUAN
belajar
bagi
setiap
individu,
tidak
selamanya
dapat
berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat
sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangat tinggi, tetapi juga terkadang sulit
untuk mendapatkan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada
setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas
belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam
keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagai mana mestinya,
itulah yang dinamakan kesulitan belajar. Masalah-masalah pendidikan secara terinci
yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah, mereka
kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para guru, tata
tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses menjalani
program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa keraguan
memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok. Pada tahuntahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi kesulitankesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih tempat bimbingan
tes yang memadai (Abu Ahmadi, 1991: 107-108).
Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan
belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap
proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki
pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan. Pengamat
pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan
mengikuti
bimbingan belajar
berarti
siswa
maupun
orangtua
siswa
yang
lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa semakin
tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak sekolah
tidak dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar kebanyakan
justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya justru relatif
baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu adalah simbol ketidak
percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti bimbingan belajar agar tetap
dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang diberikan bimbingan belajar
dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus bisa mengoreksi cara
pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi layanan pendidikan
yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal. Sekolah-sekolah favorit banyak
berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan dan membebankan hal itu kepada
orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa memberikan pelayanan
pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan belajar dengan jeli
memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa apa yang tidak
bisa diberikan kepada sekolah. Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat Klinik
Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam soal proses
pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi informasi telah
lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah formal.
Berbagai cara ditempuh pengelola LBB (Lembaga Bimbingan Belajar)
untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa kelulusan siswa SD, SMP dan
SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai dari menyebar brosur yang
memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada sekolah favorit, memberi
jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di program studi tertentu,
hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di kepanitiaan SPMB. Masuk
LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren
sejak pertengahan tahun 1990-an. Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan
belajar Siky Mulyono mulai dikenal karena begitu agresif memperkenalkan
lembaganya sebagai tempat bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta
kursus masuk ke sekolah favorit, promosi yang dilakukan memang luar biasa.
Pengelola bisnis kursus pelajaran sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu
ini. Mulai dari tidak pede (percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran
disekolah. Benarkah peran LBB begitu besar dalam mengasah kemampuan anak
terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit, bagaimana dengan janji peserta
pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor tertentu saat try out. Prof Dr
Soesmalijah Soewondo berkata, bohong jika mereka sampai memberikan jaminan
semacam itu. Prof Toemin secara tegas juga menyatakan tidak setuju dengan imingiming seperti itu. Saya tidak percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun
setahun
penuh
akan
meningkatkan
kemampuan
siswa
sehingga
sukses
mengerjakan soal ujian masuk sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan
terasah dengan cara drill, baik itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu
(biasanya unggulan) maupun di LBB. Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak
lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang
tua merasa tidak puas terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di
sekolah. Namun apakah dengan bimbingan belajar prestasi siswa akan lebih baik?
Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya dibutuhkan oleh mereka yang malas
belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa dengan cara instant karena dengan belajar
secara instans tak akan bisa memahami ilmunya, karena pemahaman itu terjadi
lewat proses pembelajaran secara terus menerus.
b. mengetahui pilihan strategi yang dapat digunakan oleh JILC dalam rangka
peningkatan kinerja SDM untuk meningkatkan jumlah pendaftar di JILC
c. memformulasikan strategi baru yang akan diterapkan demi meningkatkan jumlah
pendaftar secara signifikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau IKEA, yang melihat bahwa orang yang ingin furnitur yang baik pada harga yang
jauh lebih rendah dan menciptakan knock-down furniture-semua menggambarkan
pengendalian untuk mengubah pribadi atau sosial yang diperlukan menjadi peluang
bisnis yang menguntungkan melalui pemasaran.
Sebuah buku baru-baru ini, Radical Marketing, memuji perusahaan
seperti Harley-Davidson dapat berhasil dengan melanggar semua aturan marketing.
Dibandingkan komisi riset pemasaran yang mahal, menghabiskan uang dalam
jumlah yang besar untuk iklan, dan biaya operasional divisi pemasaran yang besar,
perusahaan-perusahaan ini meregangkan sumber daya mereka yang terbatas,
tinggal di dekat pelanggan mereka, dan menciptakan solusi yang lebih memuaskan
kebutuhan pelanggan. Mereka membentuk pembeli klub, menggunakan Public
Relation yang kreatif, dan fokus pada memberikan produk-produk berkualitas untuk
memenangkan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang. Tampaknya tidak semua
pemasaran harus mengikuti model dari Procter & Gamble. Bahkan, kita dapat
membedakan tiga tahap di mana praktik pemasaran yang mungkin berhasil:
1. Pemasaran Wirausaha: Sebagian besar perusahaan yang dimulai oleh individu
yang memvisualisasikan peluang dan mengetuk setiap pintu untuk mendapatkan
perhatian. Jim Koch, pendiri Boston Beer Company, yang bir Samuel Adams telah
menjadi bir terlaris, mulai keluar pada tahun 1984 membawa botol Samuel Adams
dari bar ke bar untuk membujuk bartender untuk membawanya. Selama 10 tahun, ia
menjual bir melalui penjualan langsung dan akar rumput hubungan masyarakat. Hari
ini usahanya menarik di hampir $ 200 juta, sehingga pemimpin di AS kerajinan bir
market.
10
11
sebagai "seni menjual produk". Tapi Peter Drucker, seorang ahli teori manajemen
terkemuka, mengatakan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk membuat penjualan
berlebihan. Tujuan dari pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami
pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa cocok untuk dia dan menjual
dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap untuk
membeli. The American Marketing Association menawarkan definisi manajerial ini:
Pemasaran (manajemen) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,
harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memenuhi sasaran. Kita melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
menerapkan konsep pemasaran inti untuk memilih target pasar dan mendapatkan,
menjaga,
dan
tumbuh
pelanggan
melalui
penciptaan,
memberikan,
dan
12
membeli satu. Perusahaan harus mengukur tidak hanya berapa banyak orang ingin
produk mereka, tetapi juga berapa banyak sebenarnya akan bersedia dan mampu
membelinya. Namun, pemasar tidak menciptakan kebutuhan: Kebutuhan ada
sebelum dipasarkan. Pemasar, bersama dengan pengaruh sosial lainnya,
mempengaruhi keinginan. Pemasar mungkin mempromosikan gagasan bahwa
Mercedes akan memuaskan kebutuhan seseorang untuk status sosial. Mereka
bagaimanapun, menciptakan kebutuhan akan status sosial.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Dalam konsep pemasaran dewasa ini, kita mengenal suatu konsep
yang paling penting yaitu konsep marketing mix, yang merupakan salah satu
kombinasi cara dan keinginan pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan
suatu perusahaan di dalam usaha utnuk mengejar keuntungan terutama mencapai
profit maksimum.
Kotler (1995, Hal 82) memberikan pengertian marketing mix yaitu:
marketing mix merupakan himpunan seperangkat alat atau variabel
pemasaran yang terkendali yang digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran
Definisi ini memberikan pengertian bahwa variabel-variabel yang ada di
dalam marketing mix merupakanvariabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
dan menjadi sasaran marketing mix adalah tanggapan dari pasar sasaran yang
menjadi target implementasi marketing marketing mix.
Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran
perusahaan adalah marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler (1995)
13
14
katakan bahwa produk dalam pengertian yang luas mencakup apa saja yang bisa
dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa, manusia, tempat, organisasi dan
gagasan.
Dalam merencanakan suatu tawaran pasar atau produk,
pemasar harus berpikir
seorang
adalah manfaat dasar, yaitu jasa/ manfaat dasar yang sebenarnya dibeli oleh
seorang pelanggan.
Seorang pemasar harus mengubah manfaat dasar menjadi suatu
product generic, yaitu versi dasar dari produk. Jadi suatu hotel di dalamnya akan
terdapat meja depan (penerima tamu) dan kamar untuk disewakan. Pada tingkat
produk ketiga, pemasar menyiapkan produk yang diharapkan, yaitu sekumpulan
atribut dan kondisi yang umumnya diharapkan bila membeli barang tersebut.
Pada tingkat pertama, pemasar menyiapkan produk yang lebih baik/
yang diperluas , yaitu memberikan jasa dan manfaat tambahan sehingga
membedakannya penawaran perusahaan lain(pesaing). Pada tingkatan kelima,
berdiri produk potensi, yaitu segala perluasan transformasi yang mungkin akan
dialami produk ini di masa yang akan datang. Disinilah perusahaan-perusahaan
secara agresif mencari cara-cara baru untuk memuaskan konsumen dan
membedakan produk mereka dengan yang lain.
Beberapa perusahaan yang berhasil menambahkan keuntungan yang
tidak hanya memuaskan pelanggan mereka tetapi juga menyenangkan pelanggan.
2. Price (Harga)
Pada setiap jasa atau produk yang ditawarkan, maka bagian
pemasaran berhak menentukan harga produknya. Ditinjau dari perusahaan individu,
15
16
tersebut.
terhadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya.
Seseorang akan berani membayar suatu produk dengan harga mahal apabila dia
menilai kepuasan yang diharapkannya terhadap produk yang akan dibelinya itu
tinggi. Sebaliknya apabila seseorang itu menilai kepuasannya terhadap suatu
produk itu rendah, maka dia tidak akan bersedia untuk membayar atau membeli
produk tersebut dengan harga yang mahal.
3. Promotion (Promosi)
Salah satu komponen dalam marketing mix yang dikenal sebagai
komunikasi antar perusahaan dengan konsumen adalah promosi. Promosi
merupakam salah satu sarana vital dalam dunia usaha guna memberikan informasi
dan membujuk pasar, sehubungan dengan produk yang ditawarkan.
Adapun definisi promosi oleh Kotler (2008, Hal 83): Promosi adalah
bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkonsumsikan dan
mempromosikan kelebihan-kelebihan produknya kepada pasar sasaran.
Jadi promosi dimaksudkan untuk mengakrabkan produk pasar sasaran
agar mengetahui kelebihan produk tersebut.
17
18
Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan
konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk,
seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah
dan tutur kata. Perusahaan juga bisa memberikan semacam reward bagi karyawan
dengan prestasi tertentu.
6. Process
Proses di sini adalah mencakup bagaimana cara perusahaan melayani
permintaan tiap konsumennya. Mulai dari konsumen tersebut memesan (order)
hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Beberapa
perusahaan tertentu biasanya memiliki cara yang unik atau khusus dalam melayani
konsumennya. Seperti halnya di suatu restoran, ada beberapa restoran yang
memberikan fasilitas open kitchen, dimana konsumen bisa melihat tiap proses
pembuatan makanan yang mereka pesan.
7. Physical Evidence
Physical evidence akan menjelaskan bagaimana penataan building dari
suatu perusahaan. Apakah perusahaan menggunakan interior yang unik, lightning
system yang menarik, desain ruangan yang menarik perhatian konsumen, dan lain
sebagainya. Perusahaan tentu akan menyadari bahwa penataan building di suatu
perusahaan tentu akan mempengaruhi mood pengunjung. Desain interior yang
terkesan berantakan juga tentu akan membuat konsumen merasa agak sedikit tidak
nyaman dengan keadaan di perusahaan tersebut. Bangunan harus dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga memberikan pengalaman
kepada pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung.
19
20
21
3. Modal
Akan lebih sulit lagi bagi penjualan barangnya apabila barang yang
dijual tersebut belum dikenali oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh
dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu
membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut
diperlukan adanya sarana usaha yaitu transport, tempat peragaan baik dalam
perusahaan maupun diluar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini
hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan
untuk itu.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani
oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orang-orang tertentu/
ahli dibidang penjualan.
5. Faktor Lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah,
sering
mempengaruhi
penjualan.
Namun
untuk
melaksanakannya
diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat,
kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil
yangmempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Adapun
faktor-faktor yang mempengauhi volume penjualan antara lain:
a. Kualitas barang
Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika
barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan
pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa
22
sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih
baik.
b. Selera konsumen
Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat,
bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang perjualkan
berubah maka volume penjualan akan menurun
c. Pelayanan terhadap pelanggan
Merupakan faktor penting dalam usaha memperlancar penjualan
teradap usaha dimana tingkat persaingan semakin tajam. Dengan
adanya pelayanan yang baik terhadap pelanggan sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan.
6. Persaingan menurunkan harga jual
Potongan harga yang dapat diberikan dengan tujuan agar perusahaan dan
keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan harga
tersebut dapat dibeikan terhadap pihak tertentu dengan syarat-syara tertentu pula.
2.1.4 Konsep Omzet Penjualan
Penjualan
dalam
berbagai
pandangan
ahli,
secara
eksplisit
23
kedua, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau tempat
melakukan transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan.
Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa penjualan
diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang ditimbulkan melalui aktivitas
penawaran penawaran produk dari berbagai perusahaan industri yang menawarkan
pembelian kepada konsumen.
Banyak perusahaan menerapkan tingkat penawaran optimal (omzet
yang menguntungkan) apabila memahami tiga hal yaitu penerapan positioning
penjualan, tergeting penjualan dan segmentasi penjualan. Ketiga hal ini merupakan
bentuk yang sangat diperlukan dalam melakukan proses aktivitas penjualan suatu
produk yang dipromosikan.
Penjualan
yang
meningkatkan
akan
menggambarkan
adanya
terpenuhi
apabila:
(i)
kekuatan-kekuatandari
luar
perusahaan
dapat
24
total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sampai ke tangan konsumen. Hasil
akumulasi anatara total penerimaan berbanding dengan pengeluaran x 100%
merupakan nilai penjualan yang diterima oleh perusahaan.
Keberhasilan suatu pemasaran ditentukan oleh kemampuan perusahaan tersebut
menerapkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang berkaitan dengan
kegiatan peningkatan penjualan produk adalah menerapkan strategi bauran
pemasaran.
Strategi bauran pemasaran menurut Kotler (2000:69) dapat diterapkan
dengan menggunakan strategi 4P. Strategi 4P yang dimaksud adalah product, price,
promotion, place. Penerapan 4P ini secara langsung ataupun tidak langsung
memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan penjualan produk Telkomsel
pada PT. Ardian Masogi Kabupaten Pinrang. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan
kepada kerangka pikir dibawah ini:
25
A. Penggunaan SWOT
SWOT telah digunakan oleh praktisi yang tak terhitung jumlahnya,
peneliti pemasaran, dan merupakan sering dan populer alat untuk pemasaran bisnis
dan
strategi
siswa.
Kesederhanaan
dan
akronim
yang
mudah
diingat
26
27
pendekatan
kualitatif
untuk
penelitian,
memungkinkan
untuk
tujuan
dan
untuk
menggeneralisasi
temuan
mendukung
teori
28
penelitian
atau
metode
untuk
perencanaan
strategis.
Studi-studi
ini
29
untuk usaha para pengusaha sendiri dan skor SWOT dikembangkan untuk setiap
bisnis. Organisasi sebagai prioritas yang diharapkan, analisis SWOT sering
diterapkan
pada
organisasi
penilaian
untuk
perencanaan
strategis.
Studi
30
31
mempelajari ekonomi Bangladesh menggunakan analisis SWOT. Lin dan Lin (2008)
meneliti kapitalisme di Cina.
Sebuah faktor eksternal yang berfokus pada analisis SWOT dilakukan
untuk menyediakan perusahaan-perusahaan Amerika dengan peluang masa depan
dan disertai ancaman melakukan bisnis di Cina. Mereka menemukan bahwa banyak
kali, pemerintah berada di garis depan perencanaan jangka panjang dan
implementasinya tampak terlalu lama. Turki menerapkan analisis SWOT sebagai
bagian dari rencana aksi mereka untuk menerapkan e-government (Kahraman et al.,
2007). Strategi telah dikembangkan sebagai hasil dari analisis dikombinasikan
dengan proses hirarki analisis. Demikian pula, Australia menggunakan analisis
SWOT untuk mengevaluasi efektivitas papan sebagai kunci agen perencanaan dan
pelaksanaan kualitas air (Robins dan Dovers regional, 2007). Saran adalah untuk
menyederhanakan program administrasi, memperkenalkan lebih besar kejelasan
dan konsistensi dalam perjanjian bilateral, tanggung jawab daerah sedang,
memungkinkan fleksibilitas daerah, mendukung langkah-langkah pengembangan
kapasitas yang efektif, dan memastikan sumber daya yang konsisten
F. SWOT sebagai alat
Mengingat besarnya kegunaan dari penggunaan metodologi SWOT
oleh praktisi dan akademisi yang sama, itu tidaklah mengherankan sejumlah studi
penelitian yang memfokuskan pada SWOT sebagai alat untuk analisis strategis.
Grant (2008) menyarankan untuk mengembangkan manajer dengan pengetahuan
dan wawasan yang diperlukan untuk membuat keputusan strategis yang tepat dan
panduan pengembangan organisasi mereka yang terbaik dilayani oleh pengajaran
strategi yang berakar pada teori. Dia kritikus penggunaan kebijaksanaan rakyat
32
(yaitu menurut Warren Buffet) atau menggunakan analisis SWOT yang ia label
sebagai "atheoretic". Namun, Coman dan Ronen (2009) setuju bahwa meskipun
masalah, SWOT tetap menjadi alat strategis utama dan mereka setuju metodologi
SWOT yang terfokus kemudian dapat menyaring kekuatan dan kelemahan dalam
inti kompetensi dan masalah inti. Kompetensi inti dan masalah inti kemudian
dihubungkan ke rencana aksi yang bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan
kompetensi inti organisasi, saat pembelaan terhadap paparan masalah inti.
G. SWOT dalam kasus mengajar
Banyak kasus mengajar diterbitkan di berbagai jurnal pengajaran
akademik langsung dari mahasiswa dan analis lainnya untuk memanfaatkan
kerangka analisis SWOT yang pada awalnya profil organisasi disajikan sebagai
perkembangan alternatif strategi baru. Sebagai contoh, Sale (2007) kasus pada
koperasi listrik Fleming-Mason Energy meminta siswa untuk menggunakan SWOT
untuk memeriksa biaya penyediaan terkait pelayanan individu karena kompetisi
yang dibawa oleh deregulasi. Xie dan Lin (2008) kasus pada Blockbuster, yang
penyedia hiburan film global di rumah dan permainan, disarankan menggunakan
SWOT analisis untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi saat ini serta visi
dan misi. Stotler (2008) dalam kasus di Strayer Education, Incorporated, siswa
diminta untuk menilai lingkungan yang kompetitif menggunakan SWOT bersama
dengan identitas DuPont dan model lima kekuatan strategi bersaing Porter.
Penelitian Rau (2007) berfokus pada evolusi bisnis portal web di Jerman didasarkan
pada studi kasus perusahaan Internet dan untuk mengidentifikasi dan menilai
strategi untuk mengubah sebuah portal internet. Siswa diminta untuk melakukan
metodologi analisis strategis, termasuk analisis SWOT, untuk menganalisis kasus
33
Elrod
(2008)
pada
Pearl
Beer
meminta
siswa
untuk
menggunakan SWOT untuk mempersiapkan analisis dari apa yang salah pada
perusahaan dan menyarankan solusi, sementara Cobb et al. (2006) meminta siswa
untuk membahas isu-isu strategis yang penting dari merger dalam kasus mereka di
Amerika Barat dan US Airways. Don et al. (2005) meminta siswa untuk memeriksa
evolusi perusahaan asli berdasarkan Undang-Undang Alaska Native Klaim
Penyelesaian 1971 dan beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan asli dan
menggunakan SWOT untuk mengembangkan strategi untuk sebuah perusahaan
kampung kecil di Nunivak Island. Holman dan Hinthorne (2004) kasus AS Sapi
Produser dan Box dan Saxton (2004) kasus pada maskapai JetBlue meminta siswa
untuk menggunakan SWOT.
2.1.6 Teknik Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengvalidasi perencanaan
yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
A. Analisis SWOT
Analisis ini merupakan suatu metode untuk menggali aspek-aspek kondisi yang
terdapat di suatu wilayah yang direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai
potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam pengembanganwilayah tersebut. Kata
SWOT itu sendiri merupakan kependekan dari variabel-variabel penilaian, yaitu:
S, merupakan kependekan dari STRENGTHS, yang berarti potensi dan kekuatan
pembangunan.
34
merupakan
kependekan
dari
OPPORTUNITIES,
yang
berarti
peluang
35
36
e. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.
f. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar, catatan, atau justifikasi atas skor
yang diberikan.
g. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan.
Setelah faktor-faktor strategis eksternal diidentifikasi (Matriks EFAS disusun),
selanjutnya disusun Matriks Faktor Strategis Internal (IFAS=Internal Factors
Analysis Summary). Langkah-langkahnya analog dengan penyusunan Matriks
EFAS, yaitu:
a. Buat sebuah tabel yang terdiri atas lima kolom.
b. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dalam kolom 1.
c. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (100%) yang
menunjukkan sangat penting sampai dengan 0,0 (0%) yang menunjukkan hal yang
sangat tidak penting. Namun pada prakteknya nilai-nilai akan terletak di antara dua
nilai ekstrim teoritis tersebut. Hal ini karena dalam analisis faktor-faktor internal (dan
juga analisis lingkungan eksternal), perencana strategi akan memperhitungkan
banyak faktor, sehingga masing-masing faktor tersebut diberi bobot yang besarnya di
antara kutub 0 dan 1 (dimana hal itu menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing
faktor).
d. Beri rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah). Pemberian rating untuk faktor yang tergolong
kategori kekuatan bersifat positif (kekuatan yang besar di beri rating +4, sedangkan jika
kekuatannya kecil diberi rating + 1). Pemberian rating kelemahan adalah kebalikannya,
37
yaitu jika kelemahannya sangat besar diberi rating 1 dan jika kelemahannya kecil
ratingnya 4.
e. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.
f. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar, catatan, atau justifikasi atas skor
yang diberikan.
g. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan.
B. Tahapan Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi strategis, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Pada
studi ini, model yang dipergunakan adalah:
a. Matriks TOWS atau Matriks SWOT
b. Matriks Internal Eksternal
a. Matriks SWOT
Matriks SWOT pada intinya adalah mengkombinasikan peluang,ancaman, kekuatan, dan
kelemahan dalam sebuah matriks.Dengan demikian matriks tersebut terdiri atas empat
kuadran, dimana tiap-tiap kuadran memuat masing-masing strategi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut:
38
39
40
Pada prinsipnya kesembilan sel diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
a.Strategi pertumbuhan
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran I, II, V, VII, atau VIII.
b.Strategi stabilitas
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran IV atau V.
c.Strategi penciutan
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran III, VI, atau IX.Dalam
kaitan dengan proses penyusunan rencana kerja pemerintah daerah,model analisis
SWOT seperti terlihat pada tabel III.2 ini menampilkan matriks enam kotak, dua yang
paling
diatas
adalah
kotak
faktor
eksternal,
yaitu
faktor
peluang
dan
41
TABEL 2.3
MATRIKS ANALISA SWOT - KLASIFIKASI ISYU
Faktor Eksternal
Faktor Internal
STRENGTHS
OPPORTUNITIES
COMPARATIVE
THREATHS
MOBILIZATION
ADVANTAGE
WEAKNESS
INVESTMENT
DAMAGE CONTROL
DIVESTMENT
42
43
ancaman dan peluang (Threats and Opportunities) sebagai basis untuk melihat sejauh
mana kapabilitas potensi internal yang sesuai dan cocok dengan faktor-faktor
eksternal tersebut. Adapun matriks yang dipergunakan untuk penganalisaan ini
adalah seperti yang terlihat pada tabel III.3, berikut ini:
Tabel 2.4
Matriks TOWS
Faktor Internal
STRENGTHS
WEAKNESSES
Faktor Eksternal
OPPORTUNITIES
STRATEGI SO
Pakailah
kekuatan
STRATEGI WO
untuk Tanggulangi
memanfaatkan peluang:
dengan
kelemahan
memanfaatkan
peluang:
1.
1.
2.
2.
3.
3.
THREATS
STRATEGI ST
Pakai
potensi
STRATEGI WT
untuk Perkecil
kelemahan
memanfaatkan ancaman:
hindari ancaman:
1.
1.
2.
2.
3.
3.
dan
44
45
yang perlu dilakukan, adalah dengan menghentikan sementara usaha ekspansi pengembangan,
dengan menunggu ancaman eksternal yang datang menjadi hilang atau reda.
2.1.7 Pengertian Bimbingan Belajar
A. Makna Bimbingan Belajar
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat. Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Dari kedua definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan mengenai
pengertian bimbingan sebagai berikut :
a. Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yang
membutuhkannya, bantuan yang diberikan tidak adanya unsur paksaan serta
diberikan secara berencana dan sistematis.
b. Bimbingan diberikan kepada individu dengan maksud agar ia dapat memahami
dirinya, kemudian
pribadi.
c. Bimbingan belajar atau binbingan akademik adalah suatu bantuan dari
pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi
pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan belajar bisa bermakna sustu
bantuan dari pembimbing kepada terbimbing dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah belajar.
46
2)
3)
4)
5)
47
6)
7) Prilaku mal adiptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman ketika belajar
8)
9)
10)
11)
12)
Pengenalan kurikulum
2)
Pemilihan jurusan
3)
4)
dalam kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada
perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil
latihan belajar tersebut. Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa
mempunyai tujuan yang jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam
aktivitas belajar sebagai seorang siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya
menyangkut
penguasaan
pengembangan
bidang
keterampilan
yang
pengetahuan
merupakan
pembinaan
cita-cita
sikap
sekolah
dan
yang
48
a) Faktor endogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri, hal ini dapat
bersifat
- Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian.
- Fisikologis, ialah hambatan yang bersifat kejiwaan.
b) Faktor eksogen, ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri anak, faktor ini
meliputi : bagaimana cara siswa mengatasi hambatan tersebut tersebut
(i) Faktor lingkungan keluarga.
(ii) Faktor lingkungan sekolah.
(iii) Faktor lingkungan masyarakat.
2.1.8 Customer Value sebagai Sumber Keunggulan Bersaing
Permintaan konsumen yang terus meningkat, persaingan global dan
pertumbuhan ekonomi yang lambat, banyak organisasi mencari cara baru untuk
menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Pada waktu lalu lebih
banyak melihat ke dalam organisasi dengan pengembangan seperti kualitas
manajemen, reengineering, down sizing restructuring. Organisasi kualitas banyak
membantu manajer dalam memperbaiki proses dan produk. Salah satu sumber
keunggulan bersaing di masa datang yang penting adalah orientasi keluar terhadap
konsumen.
Dalam
melakukan
pengembangan,
seorang
manajer
harus
standar
karena
beberapa
alasan.
Pertama,
banyak
organisasi
49
customer value akan kurang bermanfaat bagi manajer untuk menanggapi evaluasi.
Ketiga, walaupun organisasi telah menanggapi masalah pada kepuasan konsumen
kadang-kadang data kepuasan konsumen tidak bertoleransi tinggi dengan
performance organisasi. Terlihat dari konsumen yang berhubungan erat dengan
performance akan menurun dari waktu ke waktu. Sehingga jika organisasi tidak
melakukan perubahan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen maka
akan terjadi penurunan kepuasan konsumen. Masalah di atas menyebabkan
hilangnya kepercayaan manajer untuk melakukan pengukuran kepuasan konsumen.
Untuk memberikan pelayanan aktif, tenaga pemasaran harus kontak
dengan personel untuk mengetahui keinginan pelanggan. Menurut Setianto (2004)
Marketing: Meningkatkan kinerja pemasaran, kontak pelanggan harus perfect
(sempurna):
-Polite (sopan)
Kesopanan harus ditampilkan selama proses komunikasi dengan pelanggan harus
tulus melibatkan sentuhan pribadi yang menyenangkan sehingga membuat lebih
baik dan dijaga apapun situasi serta tekanannya.
a. Efficient (efisien)
Segalanya harus dilakukan dengan benar dan itu berarti untuk kenyamanan
pelanggan, bukan untuk kesesuaian sistem organisasi, terutama yang berhubungan
dengan birokrasi.
b. Respectful (hormat)
Beberapa pelanggan ingin dihormati, yang lainnya biasa saja tetapi rasa hormat
harus tetap ada. Sebagai contoh adalah pemahaman sikap pelanggan terhadap
waktu, apakah pelanggan ingin segala sesuatunya dilakukan dengan cepat karena
50
sebagai guru? Ataukah mereka menghasilkan waktu pada barang tertentu dengan
maksud lebih teliti memilih.
c. Friendly (ramah)
Tingkat keramahan harus tetap dinilai, tidak setiap pelanggan menginginkannya
secara berlebihan ada waktu yang cepat, tetapi setiap orang menginginkan transaksi
berjalan lancar.
d. Enthusiastic (antusias)
Minat pada pelanggan (sesuatu yang dianggap paling perlu untuk pemeliharaan
pelanggan yang baik) sangat disarankan melalui sikap antusias.
e. Cheerful (menyenangkan)
Hal ini harus dijaga, bahkan jika sedang dalam kemurungan. Pelanggan tidak ingin
merasa bahwa seluruh bisnis mereka sedang ditangani, mengecewakan mereka.
f. Tactful (bijaksana)
Banyak situasi pelanggan yang memilih aspek yang rahasia atau sensitive dan
menghormati aspek itu sangat dihargai.
Hal-hal pokok yang mendasari kualitas layanan adalah dimensi,
dimensinya yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas layanan tanpa
memandang jenis layanannya. Pada penelitian awal Parasuraman, Zenithalm, and
Berry dalam Setianto (2004) mengidentifikasikan 10 dimensi pokok dari
kualitas pelayanan, yaitu:
1. Reabilitas
2. Daya tangkap
3. Kompetisi
4. Akses komunikasi
51
5. Kesopanan
6. Kredibilitas
7. Keamanan
8. Kemampuan memahami pelanggan
9. Komunikasi
10. Bentuk fisik
Garvil (1907) dalam Setianto (2004) menegaskan 8 dimensi kualitas:
1. Performance (tampilan)
2. Features (tambahan fungsi)
3. Reabilitas (kehandalan)
4. Comformaty (kecocokan)
5. Duability (daya tahan)
6. Service ability (kecakapan, kesopanan, dan produk mudah diperbaiki)
7. Aesthetic (estetika)
8. Perceived quality (citra atau reputasi produk yang diterima)
2.2 Tinjauan Empiris
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian dengan
konsentrasi serupa yang telah dilaksanakan oleh peneliti lain. Adapun penelitian
terdahulu yang peneliti telah pelajari sebagaimana tersebut di bawah:
Tabel 2.5 Penelitian terdahulu
No.
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Konklusi Penelitian
dan tahun
1
Analisis Strategi
Juli Hendra
Pemasaran Pada
(2011)
52
Lembaga Bimbingan
Belajar di Kecamatan
Tampan Pekanbaru
2
Analisis Pengaruh
A. Kholil
Kualitas Pelayanan
(2012)
Terhadap Kepuasan
tahun ke tahun
Evaluasi Strategi
Rosemeilia
Pemasaran Pada
Yeny Artati,
SE (2007)
Lembaga Bimbingan
Belajar Primagama
Cabang Sutoyo
Semarang
Analisis Aspek
Pasar,Pemasaran dan
53
Keuangan Terhadap
(2013)
Kelayakan-Kelayakan
Pengembangan
menyediakan fasilitas
Bimbingan Belajar
Panam Pekanbaru
Hery Sepriadi
Pemulihan Pelayanan
(2006)
Kegagalan pelayanan
mempunyai hubungan dengan
pada bimbingan
54
Sri Yati
Prawitasari
(2010)
perusahaanadalahstrategi
investasi, dimanaposisi
Sakti di Semarang
perusahaanberadadiposisi
AMAN dan jenis usahanya
adalah usaha IDEAL.
Zuhrotun
Menentukan Strategi
Nisak (2013)
UD.Damai 4 Gresik
mempunyai posisi yang sangat
55
56
STRATEGI
PEMASARAN SAAT
INI
Analisis SWOT
EKSTERNAL
INTERNAL
STRATEGI
PEMASARAN BARU
57
BAB III
METODE PENELITIAN
58
59
60
61
1. Strategi pemasaran merupakan suatu cara atau alat ukur yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan penerapan
pemasaran produk dan jasa.
2. SWOT adalah pendekatan analisis untuk menentukan formulasi strategi
pemasaran perusahaan di masa yang akan datang.
62
3. Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika
seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFAS dari organisasi
tersebut.
B. Eksternal
1. Menentukan faktor-faktor penting dari kondisi eksternal JILC kemudian
dikelompokkan dalam peluang-peluang dan ancaman-ancaman. Kolom
bobot merupakan nilai tingkat kepentingan tiap-tiap faktor, jika dijumlahkan
akan bernilai 1.
2. Rating merupakan nilai kondisi internal cabang JILC. Rating 4 adalah peluang
yang mempunyai pengaruh paling besar sedangkan 1 adalah yang
mempunyai pengaruh paling kecil. Sedangkan untuk ancaman, rating -4
adalah ancaman yang berdampak sangat besar dan untuk rating -1 adalah
ancaman yang berdampak sangat rendah.
3. Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika
seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai EFAS dari organisasi
tersebut.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
64
65
Kekuatan:
a. Bimbingan belajar JILC memberi perhatian terhadap faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi akademik siswa, seperti motivasi belajar, mental menghadapi ujian,
kesulitan belajar.
b. Bimbingan belajar JILC juga memberi perhatian terhadap pilihan jurusan/PTN
yang diminati siswa tetapi tetap mempertimbangkan kemampuan siswa.
Kelemahan:
a. Bimbingan belajar JILC yang terbiasa memberi solusi praktis dan mudah dalam
penyelesaian soal, sehingga mengabaikan penanaman konsep dasar dalam
menyelesaikan soal-soal.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Bimbingan belajar JILC merupakan jenis perusahaan Franchise, sehingga ada
ketentuan standarisasi hak pakai nama bimbingan belajar JILC.
a. Pengelolaan manajemen
Pengelolaan manajemen adalah serangkaian tindakan untuk melakukan usaha yang
menyangkut aspek pendidikan, keuangan, marketing, administrasi dan petunjuk
teknis operasional pengelolaan lainnya berdasarkan standar performance yang
ditetapkan pemilik selaku pemegang hak paten/lisensi yang dilaksanakan secara
bersama antara pemilik dengan investor sebagai berikut:
1. Pemilik mengontrol dan mengawasi pengelolaan manajemen yang dilaksanakan
investor dalam rangka menjaga dan mempertahankan mutu pendidikannya.
2. Investor menjunjung tinggi kerjasama dan menjaga nama baik lembaga di mata
masyarakat dan pemerintahan setempat.
66
67
Meja administrasi
Lemari
File Cabinet
3. Ruangan Front Officer:
Meja Front Officer
Komputer
Kursi tamu/pendaftar
Kursi tunggu
4. Ruangan istirahat siswa:
Kursi tunggu
Komputer
5. Mushallah
6. Papan nama
Bilboard neon box ukuran 3 x 2 meter bolak-balik, dasar putih, tulisan merah.
7. Line telepon, pesawat telepon dan mesin fax.
8. Gedung:
Ruko atau rumah
Ukuran kelas minimal 5 x 4 meter persegi
Cat dinding luar gedung warna merah latin
9. Buku panduan:
Semua buku panduan yang dipakai oleh cabang adalah asli (bukan fotocopy), dan
kantor cabang tidak dibenarkan mereproduksi buku panduan.
10. Kartu siswa:
68
Kartu siswa disediakan oleh kantor cabang, dengan standar dan format dari JILC
Pusat.
11. Mengikuti standar eksterior dan interior gedung. (dianjurkan memakai kontraktor
JILC).
12. Seluruh kantor bebas dari asap rokok.
13. Handbook mengacu pada SBMPTN, UN, dan Ujian Semester.
14. Bebas akses internet via WIFI 24 jam.
15. Pelatihan Enterpreneurship, Attitude, dan Hypnolearning.
d. Biaya Bimbingan
Berikut daftar biaya bimbingan JILC berdasarkan programnya:
Untuk Program reguler:
1. SD Kelas 4, 5, dan 6
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang
Belajar model kuliah
2. SMP Kelas 1, 2, dan 3
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang
Belajar model kuliah
3. Paket kelas 1, 2, dan 3 SMA
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,- regular Class
Belajar 3 kali sepekan
69
70
71
1. Training
Dilakukan sekali sebulan tujuannya untuk memperdalam materi pembelajaran
sekaligus mengevaluasi materi yang telah diberikan ke siswa.
2. Upgrading tentor
Test akademik dan cara mengajar tentor
3. Evaluasi tentor
Bagian kurikulum dan SDM melakukan evaluasi pembelajaran tentor di kelas di
hadapan seluruh siswa, yang mencakup penguasaan materi, kecerdasan,
komunikasi, dll. Tentor yang hasil evaluasinya kurang bagus akan tereliminasi di
dalam kelas dan ditraining kembali.
Apabila cabang JILC memakai tentor dari cabang lain atau dari pusat,
maka berkewajiban untuk:
a. Membiayai transportasi, akomodasi dan konsumsi tentor bersangkutan.
b. Membayar uang saku tentor bersangkutan sebesar Rp 100.000,- per hari.
c. Tidak memaksakan tentor bersangkutan mengajar di luar batas kemampuan.
d. Memperhatikan permintaan-permintaan khusus tentor bersangkutan.
f. Karyawan (Pegawai Administrasi)
1. Karyawan diberikan tunjangan hari raya
2. Karyawan diberikan tunjangan kesehatan
g. Standar umum
Investor wajib mengikuti aturan umum dalam tata tertib JILC seperti:
1. Waktu libur
2. Jaminan kesehatan
3. Handbook
72
4. SAP
5. Kedisiplinan
6. Jam kerja
h. Program
1. Program umum
a. Uji Kemampuan Akademik (UKA) 2x sebulan
Tujuan : Mengevaluasi materi pembelajaran selama satu bulan berjalan
b. THE MOST CREATIVE STUDENT AWARD (diikuti oleh siswa yang lulus seleksi)
Tujuan : Sebagai sarana motivasi siswa dalam mengembangkan dan memperdalam
materi pelajaran yang diminatinya.
c. MIDNIGHT SHOW (model soal Theater Games)
Tujuan : Membiasakan siswa belajar di tengah malam, sekaligus melatih kecepatan
siswa dalam menjawab soal (HITUNGAN / 2 MENIT, TEORI / 1 MENIT)
d. QUIZ diadakan 2 kali sepekan di akhir pembelajaran
2. Program khusus
a. BILINGUAL
b. FISMAT
c. BIOKIM
d. MAFIA
e. KEMAMPUAN DASAR (KD)
f. KEMAMPUAN IPA
g. KEMAMPUAN IPS
h. Pembahasan prediksi soal Ujian Semester
73
i. Simulasi Ujian Nasional (materi, waktu, serta jumlah soal persis sama dengan UN
yang sebenarnya)
j. Gladi resik pendaftaran SBMPTN secara online pertama di Indonesia hanya ada di
JILC.
i. Alasan memilih JILC
Gambar 4.1 Alasan Siswa Memilih JILC
74
Jumlah siswa
9.463
7.287
9.597
6.448
6.598
Tabel 3.2 Daya tampung PTN UNHAS dan UNM 2015 lewat jalur SBMPTN
NO
1.
NAMA
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
NAMA FAKULTAS
DAYA
TAMPUNG
SBMPTN
FAKULTAS KEDOKTERAN
150
FAKULTAS MIPA
122
FAKULTAS TEKNIK
242
30
56
FAKULTAS FARMASI
51
FAKULTAS KEHUTANAN
63
FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN
PERIKANAN
132
119
75
FAKULTAS PETERNAKAN
72
96
FAKULTAS HUKUM
150
119
112
TOTAL KUOTA
2.
UNIVERSITAS
NEGERI
MAKASSAR
1514
FAKULTAS PSIKOLOGI
50
266
FAKULTAS MIPA
220
FAKULTAS TEKNIK
180
150
189
80
70
FAKULTAS EKONOMI
172
TOTAL KUOTA
1377
Tabel 3.3 Jumlah kelulusan tiap bimbel pada fakultas kedokteran UNHAS
NAMA BIMBEL
JILC MAKASSAR
GANESHA OPERATION
GAMA COLLEGE
PRIMAGAMA MAKASSAR
RANU PRIMA COLLEGE
NURUL FIKRI
GADJAH MADA
MULTI PRIMA COLLEGE
SONY SUGEMA COLLEGE
BIMBEL LAIN-LAIN
TIDAK BIMBEL
2012
107
75
2013
93
42
12
6
16
2
3
3
3
11
9
5
6
2
38
57
21
40
PEMINAT
JILC
MAKASSAR
GO
PRIMAGAMA
GAJAH
MADA
RPC
GAMA
COLLEGE
BIMBEL
LAINLAIN
TIDAK
BIMBEL
76
KEDOKTERAN UNHAS
4,888
122
49
30
31
KEDOKTERAN UMI
4,000
91
32
KEDOKTERAN UNISMUH
1,521
31
KEDOKTERAN GIGI - UH
KEDOKTERAN HEWAN UH
2,273
54
20
595
21
PSIKOLOGI -UH
1,442
22
992
26
KEPERAWATAN - UH
1,743
23
FARMASI - UH
3,260
58
13
FKM - UH
3,616
49
19
17
FISIOTERAPI - UH
7
8
21
12
12
12
33
16
25
13
94
bahwa 48% siswa yang lulus pada kedokteran UNHAS adalah siswa JILC.
Berdasarkan daya tampung dari berbagai PTN di Makassar khususnya
UNHAS dan UNM yaitu 2891 orang, sementara statistik terakhir jumlah siswa JILC
Makassar adalah 6598 orang, dengan asumsi
di Makassar adalah siswa JILC, maka perkiraan jumlah lulusan siswa JILC pada tes
tulis SBMPTN adalah
kelulusan siswa JILC pada PTN di Makassar untuk jalur tulis SBMPTN adalah
sebesar
21%.
77
78
Untuk SMA, dibuka kelas reguler dan VIP. Selain itu, untuk siswa kelas
XII dibuka kelas intensif untuk persiapan menghadapi SBMPTN. Tidak hanya itu,
kelas VVIP pun dibuka untuk siswa kelas XII sebagai persiapan fakultas kedokteran,
dan yang terakhir kelas khusus STAN.
2. Pesaing
Semakin besarnya kepedulian masyarakat terhadap pendidikan,
mendorong kebutuhan mereka terhadap bimbingan belajar sehingga semakin
banyak bimbingan belajar yang menawarkan solusi dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di sekolah. Beberapa bimbingan belajar di Makassar yang telah
memiliki peminat yang cukup banyak, dan merupakan pesaing dari bimbingan
belajar JILC, yaitu :
a. Ganesha Operation (GO)
Sama halnya dengan JILC, GO hadir sebagai solusi bagi siswa dalam
menghadapi persaingan di bidang akademik.
Tempat bimbingan belajar yang paling disukai pelajar SD, SMP,
maupun SMA. Karena di GO ini, memakai revolusi belajar untuk metode
pengajarannya. Di GO ini, para siswa bimbel akan diajarkan cara menyelesaikan
soalnya dengan sepraktis mungkin.
Jadi, tidak perlu terlalu susah untuk mengerjakan soal Matematika,
rumus IPA atau hal yang lainnya. Karena kelebihan itu, GO berani menetaskan
slogan the king of fastest solution yang artinya rajanya untuk menyelesaikan
masalah paling cepat.
Marketing GO saat berbincang mengungkapkan bahwa di GO tidak
pernah menganggap siswa itu adalah siswa. Maksudnya di sini adalah di GO lebih
79
menganggap para siswanya itu seperti saudara. Oleh karena itu, hubungan personal
siswa dan pengajar terjalin dengan baik sehingga saat belajar pun seperti sedang
mengobrol. Situasi ini menimbulkan kondisi yang nyaman bagi siswa dalam
berkonsultasi mengenai pelajaran.
GO pun memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai seperti yang lainnya,
yaitu :
1. Konsultasi pemilihan SMA favorit
2. Try Out
3. Evaluasi hasil try out
4. Opscan 4 U Scanner (OMR) dan DMR
5. Go Smart (GO Executive)
6. Laporan kemajuan siswa
7. Ruang belajar ber-AC
8. Ruang diskusi
9. Psikotes
10. T-Shirt
11. Buku Revolusi Belajar
12. Rumus The King
13. Pengajar berkualitas
14. Ulum Vaganza
15. UN Fiesta
16. Evaluasi VAK
17. Konsultasi belajar (PR, Ulangan Harian)
18. Konsultasi pemilihan jurusan di PTN
80
Gambar 4.4 Jumlah kelulusan siswa GO pada beberapa PTN ternama di Indonesia
81
82
kelulusan tertinggi di Indonesia. Tahun 2004 tim KLC bergabung dengan Multi Niaga
Grup dengan nama baru yakni Multi Prima College dengan tetap di bawah
kepemimpinan Muhammad Ramli Rahim, S.Si sebagai direktur utama selama 4
tahun. Dalam kurun waktu tersebut banyak prestasi yang membanggakan yang
berhasil diraih, salah satunya adalah medali emas olimpiade internasional yang
diraih oleh siswa binaannya.
Pada tahun 2008 mereka memutuskan untuk berdiri sendiri dengan
nama baru yakni Ranu Prima College (RPC). Dengan bendera RPC, Muhammad
Ramli Rahim berlari semakin cepat, di tahun pertama RPC berhasil menjadi
bimbingan belajar dengan persentase kelulusan masuk PTN tertinggi di Indonesia.
Selain itu, di tahun pertamanya RPC telah memiliki 3285 siswa dan di tahun kedua
meningkat menjadi 4725 siswa. Dalam hal jumlah cabang, RPC juga bergerak bak
meteor, satu cabang di tahun pertamanya yakni bulan April 2008, menjadi 6 kantor
cabang pada bulan Juli 2008 dan menjadi 11 cabang di Juli 2010, di bulan Januari
2011 telah memiliki 19 kantor cabang, kini di tahun 2014, pergerakan RPC semakin
tidak terbendung karena selain hadir di hampir seluruh kabupaten Sulawesi Selatan
tetapi juga mulai melangkah ke luar provinsi seperti Provinsi Sulawesi Barat,
Gorontalo dan Manado. RPC juga memberikan bimbingan khusus Olimpiade Sains
secara gratis bagi siswa sebagai bentuk sumbangsih RPC mengharumkan nama
daerah masing-masing ke tingkat nasional dan internasional.
Alumni RPC juga tidak kalah hebatnya, Ikrar Syamar alumni RPC tahun
2008 berhasil lulus di 4 jurusan terbaik di Indonesia masing-masing farmasi ITB,
kedokteran UNHAS, Teknik Industri ITB, dan kedokteran UI.
83
Selanjutnya di tahun 2009 Muhammad Arif berhasil menjadi satusatunya siswa yang lulus program Beasiswa Mombukogakutzo 2010 dan kini kuliah
di Tzuroko National College Of Technology di Jepang. Sebelumnya Muhammad Arif
sempat kuliah di Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Pada tahun 2010, sebanyak 1003 siswa intensif RPC (kelas 12 SMA)
lulus PTN dengan jumlah siswa reguler mencapai 6.275 siswa, dan tahun 2011 RPC
Cendrawasih menjadi cabang bimbel terbaik di Sulsel karena 207 dari 209 siswanya
lulus di PTN atau 99,2% dan 65 siswa di antaranya lulus di PTN Jawa (ITB, UI,
UGM, ITS, IPB, UNDIP, UNPAD, dll) yang merupakan pencapaian cabang bimbel
terbaik di Sulsel. Secara keseluruhan di tahun 2011 sebanyak 1080 dari 1125 siswa
RPC lulus PTN di tahun 2011.
c. Nurul Fikri (NF)
Lembaga Bimbingan dan konsultasi belajar, yang memiliki atmosfer
Islami dalam aktivitas sehari-harinya. Membimbing siswa mulai dari jenjang kelas 45-6 SD, 7-8-9 SMP, 10-11-12 SMA, dan alumni SMA yang mau sukses menembus
gerbang PTN favorit.
d. Gama College
Gama College merupakan salah satu lembaga bimbingan belajar yang
ada di Makassar. Gama College pun telah memiliki 5 gedung di Makassar, salah
satunya berada di Fajar Graha Pena.
Gama College mendatangkan langsung konsultan psikologi dari UGM
sebagai tempat konsultasi prestasi siswa sekaligus untuk membantu siswa-siswi
Gama College mengetahui potensi akademiknya.
84
85
Primagama
tidak
ada
pembocoran-pembocoran
soal,
karena
proses
pembelajarannya memang terstruktur, jelas, terarah, efektif dan efisien yang meliputi
semua aspek pembelajaran secara komprehensif.
Langkah ini dilakukan untuk melengkapi langkah-langkah inovasi
sebelumnya seperti tes potensi dan bakat anak dengan fingerprint (lewat DMI
Primagama) yang bisa diperoleh secara gratis, maupun konsep remedial,
enrichment dan consulting. Selain itu juga terus dikembangkan model-model
pembelajaran dengan pendekatan logika semacam fisitaru (fisika tanpa rumus),
matematika gasing (gampang, asik dan menyenangkan) dan sebagainya.
Dari sisi prestasi manajemen, tak dapat dipungkiri prestasi gemilang
Primagama memang telah mendapat penghargaan dari beberapa pihak antara lain :
Sertifikat ISO 1998, Superbrand, Marketing Award, Franchise Award, Top Brand for
Kid Award dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa kesungguhan manajemen
Primagama tidak main-main dan Primagama merupakan satu-satunya bimbingan
belajar di Indonesia yang terpilih untuk mendapatkan penghargaan bergengsi
tersebut.
Fasilitas dan Layanan
1. Primagama mengedepankan Problem Solving
2. Konsep pengajaran Remedial, Enrichment dan Consulting
86
87
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis SWOT
a. Strength (Kekuatan)
Lokasi
JILC berada di lokasi yang strategis dan terdapat 23 cabang dalam kota MakassarSungguminasa-Maros.
Service (Pelayanan)
1. Tersedia layanan SMS Broadcast dan Interaktif
2. Klinik Hypnotherapy dan pelatihan Hypnotherapy
3. Setiap siswa memiliki penasehat akademik dan tentor konsultan tersendiri
4. THE MOST CREATIVE STUDENT AWARD
5. Prediksi dan bank soal terlengkap dibandingkan dengan bimbel manapun di
Makassar
Program Pembelajaran
1. Midnight show (Model soal Theater Games)
2. Sistem pembelajaran berbasis MIND TECHNOLOGY (memanfaatkan kekuatan
pikiran bawah sadar dalam belajar)
3. Program Semi Private
4. Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang formatnya sama dengan SBMPTN yang
sebenarnya
Fasilitas
1. Kartu siswa (dapat digunakan untuk mendapatkan diskon) karena kartu siswa
disponsori oleh pihak lain, misalnya bank.
2. Fasilitas belajar JILC paling lengkap dan tercanggih di Makassar.
88
Ekuitas Merek
Lainnya
1. Membina kelas akselerasi beberapa sekolah unggulan dan favorit di Makassar.
2. Perayaan ulang tahun JILC yang menghadirkan artis ibukota dan dapat dihadiri
oleh seluruh siswa ataupun alumni JILC secara gratis.
b. Weakness (Kelemahan)
Budaya Organisasi
1. Tidak mengetahui visi, misi perusahaan (budaya organisasi yang buruk)
2. Kurangnya silaturahmi di antara tentor-tentor
Fasilitas
1. Handbook disusun tanpa pembaruan yang aktif dan berkala
2. Jumlah siswa kelas reguler sekitar 30-40 orang sehingga kelas tidak lagi kondusif
dan inefisien serta inefektif.
SDM
1. Staf pengajar (tentor) sebagian besar adalah mahasiswa.
2. Jumlah tenaga pengajar tidak sepadan dengan jumlah kelas, dalam artian bahwa
jumlah tentor terbatas dengan kelas yang banyak.
Lainnya
1. JILC lebih fokus dalam menangani kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan
dengan kegiatan akademik, seperti pada saat perayaan ulang tahun.
2. Peraturan bagi siswa, misalnya jam masuk siswa di kelas hanya diterapkan di
kantor pusat, tetapi di beberapa kantor cabang tidak begitu ketat penerapannya.
3. JILC cenderung lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas.
4. Pembayaran gaji tentor yang sering terlambat bahkan hingga berbulan-bulan.
89
c. Opportunity (Peluang)
Reputasi
Fakta bahwa JILC merupakan bimbingan belajar dengan jumlah kelulusan siswa
yang cukup tinggi pada sekolah dan universitas unggulan dan favorit.
Sosial Budaya
1. Kondisi dimana siswa memilih bimbingan belajar dengan alasan rekomendasi
teman ataupun ikut-ikutan dengan teman menjadi peluang bagi JILC karena JILC
merupakan bimbingan belajar yang sangat tenar di kalangan siswa dan menjadi
pilihan pertama.
2. Orang tua yang sadar akan pentingnya peningkatan prestasi akademik, memilih
bimbingan belajar untuk mendukung akademik anak.
Lainnya
Tuntutan menghadapi ujian sekolah, ujian nasional, dan SBMPTN mendorong siswa
memasuki bimbingan belajar.
d. Threat (Ancaman)
Ekonomi
Banyak bimbingan belajar dengan biaya yang jauh lebih terjangkau
Sosial Budaya
Banyaknya siswa yang lebih memilih untuk bimbingan secara private di rumah.
Pesaing
Banyaknya bimbingan belajar yang muncul dan menawarkan pelayanan terbaik dan
kualitas serta fasilitas memadai.
Lainnya
90
0,06
0,18
0,02
0,04
2
2
0,04
0,08
91
hypnotherapy
Setiap siswa memiliki penasehat akademik dan
tentor konsultan tersendiri
0,02
0,04
0,03
0,06
0,04
0,08
0,05
0,15
0,04
0,08
0,03
0,09
0,03
0,06
0,02
0,06
0,03
0,09
0,07
0,28
0,02
0,04
0,07
0,28
Program semi-private
Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang
formatnya sama dengan SBMPTN yang
11
sebenarnya
Kartu siswa (dapat digunakan untuk
mendapatkan diskon) karena kartu siswa
12
13
14
15
1,61
Kelemahan
0,05
-4
-0,20
0,03
-3
-0,09
0,06
-4
-0,24
0,05
-4
-0,20
0,04
-3
-0,12
0,05
-2
-0,10
5
6
dan berkala
Jumlah siswa kelas reguler sekitar 30-40 orang
sehingga kelas tidak lagi kondusif dan inefisien
serta inefektif
Staf pengajar (tentor) adalah sebagian besar
mahasiswa
Jumlah tenaga pengajar terbatas dengan kelas
92
10
yang banyak
JILC lebih fokus dalam menangani kegiatankegiatan yang tidak berhubungan dengan
kegiatan akademik, seperti pada saat perayaan
ulang tahun
Peraturan bagi siswa, misalnya jam masuk siswa
di kelas hanya diterapkan di kantor pusat, tetapi
di beberapa kantor cabang tidak begitu ketat
penerapannya
JILC cenderung lebih mengutamakan kuantitas
daripada kualitas
Pembayaran gaji tentor yang sering terlambat
bahkan hingga berbulan-bulan
0,03
-3
-0,09
0,05
-3
-0,15
0,03
-2
-0,06
0,03
-4
-0,12
-1,37
1,00
93
NO
A
1.
2.
3.
4.
B
1.
2.
3.
4.
0.08
0.08
0.2
0.8
0.07
0.07
0.2
0.8
1.75
0.25
-4
-1.00
0.1
-3
-0.3
0.05
-1
-0.05
0.05
-1
-0.05
-1.40
1.00
94
Sedangkan faktor ancaman yang tertinggi adalah banyaknya saingan yang muncul
dengan biaya yang lebih terjangkau.
Angka analisis faktor eksternal
Peluang dan ancaman = 1,75 + (-1,40)
= 0,35
Gambar 4.5 Kuadran SWOT
PELUANG
(Opportunity)
Strategi pertumbuhan
0,35
KELEMAHAN
(Weakness)
KEKUATAN
(Strength)
0,24
ANCAMAN
(Threet)
95
dilakukan matriks swot. Matriks swot ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi,
baik secara internal (kekuatan dengan kelemahan) maupun secara eksternal
(peluang dan ancaman).
4.3.3 Analisis Matriks SWOT dalam matriks IFAS dan EFAS
Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah dengan melihat dari hasil
pencapaian jumlah pendaftar di lembaga bimbingan belajar JILC serta pendapatan
yang telah dicapai oleh JILC. Oleh sebab itu dalam menunjang pencapaian tujuan
dan sasaran perusahaan melalui peningkatan strategi pemasaran jasa lembaga JILC
adalah melalui analisis SWOT.
Berkaitan hasil analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman khususnya pada perusahaan JILC Makassar, maka dari hasil analisis
matriks SWOT dalam matriks IFAS, ternyata skor kekuatan lebih besar dari skor
kelemahan atau dengan kata lain skor faktor internal > 0. Sedangkan dilihat dari
matriks EFAS dimana skor peluang lebih besar dari ancaman atau skor faktor
eksternal > 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi yang cocok digunakan oleh
JILC Makassar adalah strategi agresif.
Menurut Fredy Rangkuti (2008 :20) yang menyatakan dalam kuadran I
merupakan situasi yang sangat menguntungkan sebab memiliki peluang dan
kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kuadran ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategic).
Dalam hubungan dengan uraian tersebut di atas dapat disusun 4
strategi yaitu Strenghts Opportunities (S-O), Weakness Opportunities (W-O),
96
IFAS
EFAS
Strengths (S)
Weakness (W)
Opportunity (O)
Strategi SO
Strategi WO
1. Melakukan pembaruan
handbook
2. Mengawasi pemberlakuan
peraturan di setiap cabang
3. Mengadakan pertemuan rutin
untuk para stakeholder JILC
Threats (T)
1. Bimbel lain menawarkan fasilitas
yang memadai
2. Siswa yang lebih memilih
bimbingan secara privat
3. Sekolah membuka bimbingan
persiapan US dan UN
4. Sekolah membuka bimbingan
mandiri mata pelajaran tertentu
Strategi ST
1. Memaksimalkan perayaan ulang
tahun JILC
2. Mengembangkan pelatihan
hypnoteraphy dan mind technology
3. Memaksimalkan promosi program
semi private
4. Melakukan kerjasama dengan sekolah
untuk ujian percobaan UN
Strategi WT
1. Mengurangi jumlah siswa
dalam satu kelas
97
Berdasarkan tabel tersebut di atas akan disajikan uraian pada matriks SWOT yaitu
sebagai berikut :
1. Strategi Strength Opportunities (SO)
Strategi ini kekuatan dan peluang yang dapat dilakukan guna dapat memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ini dapat
meliputi :
a. Menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan
b. Mengadakan kunjungan ke sekolah untuk mensosialisasikan program serta
keunggulan bank soal JILC
c. Memaksimalkan sistem sms broadcast dan interaktif dengan orang tua siswa
d. Memilih sumber daya terbaik untuk menjadi penasehat akademik siswa
2. Strategi Weakness Opportunities (WO)
Strategi ini dijalankan dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan pembaruan handbook
b. Mengawasi pemberlakuan peraturan di setiap cabang
c. Mengadakan pertemuan rutin untuk para stakeholder JILC
3. Strategi Strengths Threats (ST)
Strategi ini dijalankan dengan menggunakan kekuatan yang dimaksud untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memaksimalkan perayaan ulang tahun JILC
b. Mengembangkan pelatihan hypnoteraphy dan mind technology
c. Memaksimalkan promosi program semi private
d. Melakukan kerjasama dengan sekolah untuk ujian percobaan UN
98
NO
INISIATIF STRATEGI
BOBOT
RATING
SCORE
PRIORITAS
INISIATIF
STRATEGI
0.11
0.44
1.
2.
0.068
0.204
3.
0.065
0.13
11
4.
0.072
0.216
5.
0.12
0.36
6.
0.085
0.17
7.
0.055
0.11
12
8.
0.08
0.24
0.1
0.06
2
3
0.2
0.18
7
8
0.075
0.15
10
0.11
1
0.33
9.
10.
11.
12.
Total Bobot
Berdasarkan tabel di atas, maka strategi prioritas yang paling tepat untuk JILC
adalah menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan,
diikuti dengan memaksimalkan promosi pada perayaan ulang tahun JILC. Kedua hal
99
ini yang menjadi faktor pembeda antara JILC dengan lembaga bimbingan lain.
Adapun faktor internal yang harus dibenahi seperti pembaruan handbook, dan
bentuk kerjasama dengan beberapa sekolah-sekolah ternama di Makassar dalam
menyelenggarakan simulasi Ujian Nasional, serta peningkatan kualitas tentor-tentor
pengajar dengan upgrading setiap bulannya.
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan belajar JILC berada pada kuadran I yaitu Strategi Pertumbuhan.
Dimana prioritas strategi yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan
2. Memaksimalkan promosi perayaan ulang tahun JILC
3. Melakukan pembaruan content handbook
4. Melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk ujian percobaan UN
5. Memilih sumber daya terbaik untuk menjadi penasehat akademik siswa
6. Mengadakan kunjungan ke sekolah untuk mensosialisasikan program serta
keunggulan bank soal JILC
7. Mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas
8. Mengadakan pertemuan rutin untuk para stakeholder JILC
9. Mengembangkan pelatihan hypnotheraphy dan mind technology
10. Mengawasi pemberlakuan peraturan-peraturan di tiap cabang
11. Memaksimalkan sistem sms broadcast dan interaktif dengan orang tua siswa
12. Memaksimalkan promosi program semi private
101
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka akan dapat diberikan
beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Disarankan agar perlunya para direktur cabang untuk mengadakan evaluasi
tentor secara berkala setiap bulan, dan upgrading tentor demi meningkatkan kualitas
SDM.
2. Disarankan agar perusahaan lebih mengutamakan pelayanan yang baik daripada
mencari jumlah siswa yang banyak
3. Diharapkan agar dari pihak JILC bisa memberikan data yang lebih lengkap
mengenai jumlah kelulusan siswa pada PTN, karena tingkat keberhasilan dari
sebuah lembaga bimbingan belajar bukan hanya diukur pada kelulusan fakultas
kedokteran saja.
4. Diharapkan JILC dapat memperluas pangsa pasar, bukan hanya di Indonesia
Timur saja.
5. Diharapkan agar JILC bisa menyusun program kerja yang lebih kompetitif
mengingat banyaknya bimbingan lain yang cukup bersaing.
102
DAFTAR PUSTAKA
103
Duarte, C., Ettkin, L.P., Helms, M.M. and Anderson, M.S. (2006), The challenge
of Venezuela: a SWOT analysis, Competitiveness Review, Vol. 16 Nos
3/4, pp. 233-247
Dwivedi, P. and Alavalapati, J.R. 2009. Stakeholders perceptions on forest
biomass-based bioenergy development in the southern US, Energy
Policy, Vol. 37 No. 5, pp. 1999-2018
Elrod, H. 2008. Pearl beer, Journal of the International Academy for Case
Studies, Vol. 14 No. 2, pp. 33-6.
Grant, R.M. 2008. Why strategy teaching should be theory based, Journal of
Management Inquiry, Vol. 17 No. 4, pp. 276-91
Glaister, K.W. and Falshaw, J.R. 1999. Strategic planning still going strong,
Long Range Planning, Vol. 32 No. 1, pp. 107-16
Haberberg, A. 2000. Swatting SWOT, Strategy, Strategic Planning Society,
September
Helms, Marilyn and Nixon, Judy. 2010. Exploring SWOT Analysis Where Are We
Now? Emeraldinsight, USA
Hill, Sam and Rifkin, Glenn. 2000. Radical Marketing: From Harvard to Harley,
Lessons From Ten That Broke The Rules And Made It Big. Paperback
Holman, P. and Hinthorne, T. 2004. The US cattle producer: surviving in a
buyers market, Case Research Journal, Vol. 24 No. 2, pp. 44-59
Houben, G. 1999. A knowledge-based SWOT-Analysis System As An
Instrument For Strategic Planning In Small And Medium Sized
Enterprises. Elsevier, Belgium
Kahraman, C., Demirel, N.C. and Demirel, T. 2007. Prioritization of e
Government strategies using a SWOT-AHP analysis: the case of
Turkey, European Journal of Information Systems, Vol. 16 No. 3, pp.
284-98
Kotler, Philip. 1995. Principles of Marketing, Analysis, Planning and Control.
Terjemahan Herajati Purwoto dan Jaka Wesana, edisi ke dua, Jakarta :
Erlangga.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi milenium, Jakarta : Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2008. Strategic Marketing For Health Care Organizations. JosseyBass, USA
104
Kotler, Philip and Keller, Kevin. 2006. Marketing Management. Pearson Education,
USA
Kotler, Philip. 2002. Marketing Management, Millenium Edition. Prentice-Hall, Inc
Learned, E.P., Christiansen, C.R., Andrews, K. and Guth, W.D. 1969. Business
Policy: Text And Cases, Irwin, Homewood, IL
Leong, F.T. and Leach, M.M. 2007. Internationalizing counseling psychology in
the United States: a SWOT analysis, Applied Psychology, Vol. 56 No.
1, pp. 165-79
Levesque, J. and Walker, H.F. 2007. The innovation process and quality tools,
Quality Progress, Vol. 40 No. 7, pp. 18-23.
Lin, C.C. and Lin, J. 2008. Capitalism in contemporary China: globalization
strategies, opportunities, threats, and cultural issues, Journal of
Global Business Issues, Vol. 2 No. 1, pp. 31-40
Mango, A.W. 2006. Opinion: affinity diagram bring structure amidst chaos,
Knight Ridder Tribune Business News, April 14, p. 1.
Malcolm H.B Mcdonal. 1999. Marketing Plants That Work, Jakarta : Erlangga.
Mehta, A., Armenakis, A., Mehta, N. and Irani, F. 2006. Challenges and
opportunities of business process outsourcing in India, Journal of
Labor Research, Vol. 27 No. 3, pp. 323-38
Nair, K.G.K. and Prasad, P.N. 2004. Offshore outsourcing: a SWOT analysis of
a state in India, Information Systems Management, Vol. 21 No. 3, pp.
34-40
Pandya, K.V. and Arenyeka-Diamond, A.O. 2002. Towards a model of e-tailing: a
SWOT analysis of electronic supermarkets, International Journal of
Services Technology and Management, Vol. 3 No. 1, pp. 96-110
Panagiotou, G. and van Wijnen, R. 2005. The telescopic observations
framework: an attainable strategic tool, Marketing Intelligence &
Planning, Vol. 3 Nos 2/3, pp. 155-71.
Plain, C. 2007. Build an affinity for K-J method, Quality Progress, Vol. 40 No.
3, pp. 88-100
Proctor, R.A. 1992. Structure and Creative Approaches to Strategy Formulation,
Management Research News, Vol. 15 No. 1, pp. 13-19
105
Rajeev, M. and Vani, B.P. 2009. Indias export of BPO services: understanding
strengths, weaknesses, and competitors, Journal of Services
Research, Vol. 9 No. 1, pp. 51-67
Rangkuti, Fredy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Penerbit:Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rau, K. 2007. Transformation from internet portal to the worlds largest
internet communications enterprise, Internet Research, Vol. 17 No. 4,
pp. 435-56
Robins, L. and Dovers, S. 2007. Community-based NRM boards of
management: are they up to the task?, Australasian Journal of
Environmental Management, Vol. 14 No. 2, pp. 111-22
Sale, M.L. 2007. How can I jump, when I have no place to stand? Accounting
to meet the needs of a changing market, Journal of the International
Academy for Case Studies, Vol. 13 No. 6, pp. 29-39.
Salman, A. 2009. Bangladeshs economy: surrounded by deadly threats,
International Journal of Social Economics, Vol. 36 Nos 1/2, pp. 138-51
Setianto, Agus. 2004. Analisis Efektivitas Orientasi Pasar, Inovasi, Kualitas
Layanan dan Kinerja Pemasaran Pengaruhnya Terhadap Keunggulan
Bersaing, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Stotler, J. 2008. Strayer education, incorporated: an equity valuation, Journal
of the International Academy for Case Studies, Vol. 14 No. 4, pp. 83-9
Stuart-Kregor, P. 2005. Can healthcare marketing be classed as excellent?
Journal of Medical Marketing, Vol. 5 No. 2, pp. 116-8.
Swastha, B. dan I. Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta : Liberty
Tjiptono, Fandy, 2002. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta.
Valentin, E.K. 2001. SWOT analysis from a resource-based view, Journal of
Marketing Theory and Practice, Vol. 9 No. 2, pp. 54-69
Winardi. 1989. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy), Bandung : Mandar Maju.
Wheelan, T.L. and Hunger, J.D. 1998. Strategic Management and Business
Policy. Addison-Wesley, Reading, MA.
White, E., Behara, R. and Babbar, S. 2002. Mine customer experiences, Quality
Progress, Vol. 35 No. 7, pp. 63-8
Xie, Y. and Lin, I-H. 2008. Strategic analysis: Blockbuster case study, The
Business Review, Vol. 9 No. 2, pp. 68-75
106
Yu, Larry dan Huimin, Gu. 2005. Cornell Hotel and Restaurant Administration
Quarterly. Sage, Washington
107
KEKUATAN
No
1
Urgensi Penanganan
6
9
10
Program semi-private
Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang formatnya
sama dengan SBMPTN yang sebenarnya
Kartu siswa (dapat digunakan untuk mendapatkan
11
12
13
14
Ekuitas Merek
Membina kelas akselerasi beberapa sekolah
unggulan dan favorit di Makassar
Perayaan Ultah JILC yang menghadirkan artis
15
KELEMAHAN
No
Urgensi Penanganan
6
108
10
PELUANG
No
Urgensi Penanganan
6
ANCAMAN
No
1
Banyak bimbingan belajar yang muncul dengan biaya
berkualitas
Banyaknya siswa yang lebih memilih untuk
bimbingan
secara private di rumah
Sekolah-sekolah pun membuka bimbingan sore dalam
Urgensi Penanganan
6
109
3 = Cukup
2 = kurang urgent
3=
urgent
4 = Agak Baik
4 = sangat urgent
5 = Baik
6 = Sangat Baik