Anda di halaman 1dari 121

i

TESIS
STRATEGI PEMASARAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR JILC MAKASSAR UNTUK MENINGKATKAN
JUMLAH PENDAFTAR
Marketing strategy in learning tutoring institution of JILC Makassar
to increase the number of students

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister


disusun dan dijukan oleh
ALFA PORIAZIS
P2100213535

kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
MAKASSAR
2015

ii

TESIS
STRATEGI PEMASARAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR JILC MAKASSAR UNTUK MENINGKATKAN
JUMLAH PENDAFTAR
Marketing strategy in learning tutoring institution of JILC Makassar
to increase the number of students

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Program Magister Manajemen


Kekhususan Manajemen Strategi

disusun dan dijukan oleh


ALFA PORIAZIS
P2100213535

kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
MAKASSAR
2015

iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


nama

: Alfa Poriazis

NIM

: P2100213535

jurusan/program studi : Magister Manajemen


menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul :
STRATEGI PEMASARAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR JILC
MAKASSAR UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH PENDAFTAR
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah
tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan
diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20
tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar,

Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

Alfa Poriazis

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Manajemen pada Program
Pendidikan Magister Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada Ibu Prof Dr. Hj. Mahlia Muis, SE.,M.Si dan Bapak Dr.H.Abdul Razak Munir,
SE.,M.Si., M.Mktg sebagai tim penasihat atas waktu yang telah diluangkan untuk
membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi
yang telah dilakukan.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Direktur Cabang JILC
Cendrawasih, JILC Andalas dan JILC Toddopuli atas pemberian izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di JILC cabang tersebut. Hal yang sama juga peneliti
sampaikan kepada tentor-tentor yang mengajar di cabang JILC tersebut. Semoga
bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada ayah dan ibu beserta saudarasaudara peneliti atas bantuan, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama
penelitian tesis ini. Semoga semua pihak mendapat kebaikan dari-Nya atas bantuan
yang diberikan hingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
Tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari
berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam tesis ini sepenuhnya

vii

menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran
yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini.

Makassar, Juli 2015

Peneliti

viii

ABSTRAK
ALFA PORIAZIS. Strategi Pemasaran di Lembaga Bimbingan Belajar JILC
Makassar untuk Meningkatkan Jumlah Pendaftar (dibimbing oleh Mahlia Muis
dan Abdul Razak Munir)

Penelitian ini bertujuan mencari tahu strategi pemasaran yang


dilakukan oleh JILC saat ini, kemudian mempelajari kekuatan dan kelemahan
dari strategi tersebut; mengetahui pilihan strategi yang dapat digunakan oleh
JILC dalam rangka peningkatan kinerja SDM untuk meningkatkan jumlah
pendaftar; dan menformulasikan strategi baru yang akan diterapkan demi
meningkatkan jumlah pendaftar secara signifikan.
Metode penelitian yang digunakan, yaitu deskriptif kualitatif dengan
menggunakan analisis SWOT. Pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara

terhadap

beberapa

orang

direktur

cabang

JILC

dan

mengedarkan kuesioner kepada sejumlah siswa JILC.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan beberapa
strategi ternyata jumlah siswa yang mendaftar di Lembaga Bimbingan Belajar
JILC belum meningkat secara signifikan. Untuk masa berikutnya perlu
mengoptimalkan diferensiasi produk, lebih menekan harga, promosi yang
lebih intensif dan efektif serta servis yang lebih baik, dan memberikan
tambahan ilmu psikologi kepada para tentor untuk melaksanakan program
pemecahan masalah.

ix

ABSTRACT

ALFA PORIAZIS. Marketing strategy in learning tutoring institution of JILC


Makassar to increase the number of students (Supervised by Mahlia Muis
and Abdul Razak Munir)

The aims of the study were to acknowledge the current marketing


strategy (including strengths and the weaknesses) of the strategy of JILC; to
acknowledge the strategy option by JILC in enhancing human resource to
increase the number of students; and to formulate new applicable strategy to
significantly increase the number of students.
The research method was descriptive qualitative with SWOT analysis.
The data were collected through observation and interview with some branch
directors of JILC and distribution of questionnaires to some students.
The results of the research indicated that after conducting the
strategies, the number of students registering in JILC did not increase
significantly. Next time, it is recommended to optimize product diversification,
reduce costs, more intensive and effective promotion and better services in
conducting problem solving programs by providing additional psychology
knowledge to the tutors.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........ i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN....................................... v
PRAKATA.......................................................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar belakang penelitian.................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah penelitian.............................................................. 6
1.3Tujuan penelitian................................................................................. 6
1.4 Manfaat penelitian............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep................................................................. 8
2.1.1 Strategi Marketing Organisasi.......................................................... 8
2.1.2 Bauran pemasaran......................................................................... 12
2.1.3 Pengertian penjualan dan volume penjualan................................. 19
2.1.4 Konsep omzet penjualan.......................................................... 22
2.1.5 Analisis SWOT................................................................................. 24
2.1.6 Teknik analisis SWOT....................................................... 33
2.1.7 Pengertian bimbingan belajar...........................................................44
2.1.8 Customer value sebagai sumber keunggulan bersaing................... 48
2.2 Tinjauan Empiris... 51
2.3 Kerangka Pikir..................................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................
3.2 Metode penelitian..............................................................................
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................
3.4 Data...................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................
4.1 Gambaran Umum..............................................................................
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................
4.3 Pembahasan......................................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................

56
56
56
57
57
62
62
64
85
98
98
99

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 100

xi

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Contoh tabel IFAS EFAS........... 38


Tabel 2.2 Tabel skor IFAS EFAS...................................................................... 40
Tabel 2.3 Matriks Analisa SWOT-Klasifikasi ISYU............................................ 41
Tabel 2.4 Matriks TOWS................................................................................... 43
Tabel 2.5 Penelitian terdahulu.......................................................................... 51
Tabel 3.1 Jumlah siswa JILC Makassar tahun 2009-2013.............................. 73
Tabel 3.2 Daya Tampung PTN UNHAS dan UNM 2015 lewat jalur SBMPTN.. 73
Tabel 3.3 Jumlah kelulusan tiap bimbel pada fakultas kedokteran UNHAS.... 74
Tabel 3.4 Fakta 2014 (UNHAS-UMI-UNISMUH).............................................. 74
Tabel 3.5 Matriks IFAS.................................................................................... 89
Tabel 3.6 Matriks EFAS.................................................................................... 91
Tabel 3.7 Matriks IFAS EFAS........................................................................... 94
Tabel 3.8 Prioritas Inisiatif Strategi................................................................... 96

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir............ 55
Gambar 4.1 Alasan Siswa Memilih JILC........................................................... 72
Gambar 4.2 Bagaimana Tahu Tentang JILC..................................................... 72
Gambar 4.3 Jumlah kelulusan siswa GO di PTN............................................. 79
Gambar 4.4 Jumlah kelulusan siswa GO pada beberapa PTN ternama......... 79
Gambar 4.5 Kuadran SWOT.............................................................................. 92

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang penelitian


Dengan AFTA dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi,
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia akan terancam. Secara institusional,
lembaga pendidikan dari Singapura dan Malaysia yang menjadi pemicunya.
Singapura sudah lama mengembangkan sumber daya manusia untuk menjadi
knowledge employee. Malaysia dengan wawasan 2000. Philipina dengan kebiasaan
mereka yang cukup lama di pasar kerja internasional akan menjadi pesaing yang
sangat pesat bagi Indonesia.
Dari data World Economic Forum, kemampuan daya saing bangsa
Indonesia dibandingkan dengan bangsa lain adalah sebagai berikut: tahun 1994
ranking 31 dari 41 negara, tahun 1995 ranking 33 dari 48 negara, dan tahun 1996
ranking 41 dari 46 negara.
Menurut UUD 1945 pasal 31 dan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak hanya di sekolah formal
saja tetapi dapat juga diselenggarakan oleh lembaga luar sekolah semacam
bimbingan belajar. Oleh karena itu, lembaga bimbingan belajar mempunyai dasar
yang kuat sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Konsep Tri Pusat Pendidikan yang dicetuskan oleh bapak pendidikan


nasional kita Ki Hajar Dewantara merupakan peletak dasar pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam hal ini
lembaga bimbingan belajar. Masing-masing wadah pendidikan mempunyai wilayah
dan mekanisme penyelenggaraan yang berbeda namun tujuan akhirnya sama yaitu
ingin menciptakan manusia yang unggul atau mempunyai keunggulan kompetitif
membangun bangsa dan negara kita.
Perubahan-perubahan pola pendidikan yang begitu cepat, silih berganti
serta globalisasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan, memunculkan
persaingan yang sangat ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal
seperti bimbingan belajar harus selalu siap dengan perubahan-perubahan yang
dikeluarkan pemerintah di bidang pendidikan, juga harus siap bersaing tidak hanya
bimbingan belajar sejenis, tetapi sekolah yang menyelenggarakan bimbingan belajar
juga merupakan saingan.
Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk
mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan,
mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Output
pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini
disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui
proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk
mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa depan.
Aktivitas

belajar

bagi

setiap

individu,

tidak

selamanya

dapat

berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat

sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangat tinggi, tetapi juga terkadang sulit
untuk mendapatkan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada
setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas
belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam
keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagai mana mestinya,
itulah yang dinamakan kesulitan belajar. Masalah-masalah pendidikan secara terinci
yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah, mereka
kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para guru, tata
tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses menjalani
program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa keraguan
memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok. Pada tahuntahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi kesulitankesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih tempat bimbingan
tes yang memadai (Abu Ahmadi, 1991: 107-108).
Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan
belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap
proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki
pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan. Pengamat
pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan
mengikuti

bimbingan belajar

berarti

siswa

maupun

orangtua

siswa

yang

mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak


percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih
berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan antara

lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa semakin
tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak sekolah
tidak dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar kebanyakan
justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya justru relatif
baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu adalah simbol ketidak
percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti bimbingan belajar agar tetap
dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang diberikan bimbingan belajar
dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus bisa mengoreksi cara
pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi layanan pendidikan
yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal. Sekolah-sekolah favorit banyak
berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan dan membebankan hal itu kepada
orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa memberikan pelayanan
pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan belajar dengan jeli
memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa apa yang tidak
bisa diberikan kepada sekolah. Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat Klinik
Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam soal proses
pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi informasi telah
lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah formal.
Berbagai cara ditempuh pengelola LBB (Lembaga Bimbingan Belajar)
untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa kelulusan siswa SD, SMP dan
SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai dari menyebar brosur yang
memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada sekolah favorit, memberi
jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di program studi tertentu,
hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di kepanitiaan SPMB. Masuk

LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren
sejak pertengahan tahun 1990-an. Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan
belajar Siky Mulyono mulai dikenal karena begitu agresif memperkenalkan
lembaganya sebagai tempat bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta
kursus masuk ke sekolah favorit, promosi yang dilakukan memang luar biasa.
Pengelola bisnis kursus pelajaran sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu
ini. Mulai dari tidak pede (percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran
disekolah. Benarkah peran LBB begitu besar dalam mengasah kemampuan anak
terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit, bagaimana dengan janji peserta
pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor tertentu saat try out. Prof Dr
Soesmalijah Soewondo berkata, bohong jika mereka sampai memberikan jaminan
semacam itu. Prof Toemin secara tegas juga menyatakan tidak setuju dengan imingiming seperti itu. Saya tidak percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun
setahun

penuh

akan

meningkatkan

kemampuan

siswa

sehingga

sukses

mengerjakan soal ujian masuk sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan
terasah dengan cara drill, baik itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu
(biasanya unggulan) maupun di LBB. Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak
lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang
tua merasa tidak puas terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di
sekolah. Namun apakah dengan bimbingan belajar prestasi siswa akan lebih baik?
Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya dibutuhkan oleh mereka yang malas
belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa dengan cara instant karena dengan belajar
secara instans tak akan bisa memahami ilmunya, karena pemahaman itu terjadi
lewat proses pembelajaran secara terus menerus.

Dengan latar belakang bahwa dengan adanya penetapan nilai minimal


kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh pemerintah, dengan demikian para
orang tua serta siswa merasa perlu menambah jam belajar di luar jam belajar di
sekolah formal.
Dari latar belakang diatas, masalah bimbingan belajar terhadap
prestasi siswa yang terjadi diluar sekolah, masih perlu diteliti. Dengan demikian
penulis ingin mengevaluasi bagaimana meningkatkan strategi pemasaran pada
bimbingan belajar terkemuka di Makassar yaitu JILC. Oleh sebab itulah penulis
mengambil judul Strategi Pemasaran pada Lembaga Bimbingan Belajar JILC
Makassar Untuk Meningkatkan Jumlah Pendaftar.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan data di atas dan semakin ketatnya persaingan, maka
diperlukan adanya penelitian khusus agar dapat mendongkrak jumlah siswa yang
mendaftar pada bimbingan belajar JILC di beberapa cabang di Kota Makassar.
Untuk melakukan penelitian tersebut perlu adanya beberapa pertanyaan penelitian
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh
bimbingan belajar JILC Makassar?
2. Bagaimana menentukan alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan dalam
menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan yang terjadi?
1.3 Tujuan Penelitian
a. mencari tahu strategi pemasaran yang dilakukan oleh JILC saat ini, kemudian
mempelajari kekuatan dan kelemahan dari strategi tersebut.

b. mengetahui pilihan strategi yang dapat digunakan oleh JILC dalam rangka
peningkatan kinerja SDM untuk meningkatkan jumlah pendaftar di JILC
c. memformulasikan strategi baru yang akan diterapkan demi meningkatkan jumlah
pendaftar secara signifikan

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan JILC ke
depannya. Karena adanya beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah
siswa di luar masalah ekonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk
pengembangan JILC ke depannya.
1.4.3 Manfaat Kebijakan
Melalui kebijakan, agar dapat ditentukan kebijakan pemasaran yang
lebih baik demi pembangunan JILC ke depannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep


2.1.1 Strategi Marketing Organisasi
Menurut Philip Kotler (2002, hal. 12) bahwa perubahan yang terjadi
pada masa percepatan; hari ini tidak seperti kemarin, dan besok akan berbeda dari
hari ini. Saat ini melanjutkan strategi cukup menimbulkan banyak resiko; sehingga
menimbulkan perubahan untuk membuat strategi baru. Oleh karena itu, perusahaan
yang akan sukses esok hari harus memperhatikan tiga hal mutlak berikut ini:
a. Kekuatan global akan terus mempengaruhi bisnis dan kehidupan pribadi semua
orang.
b.Teknologi akan terus maju dan membuat kita berdecak kagum.
c.Akan ada dorongan terus menerus menuju deregulasi sektor ekonomi.
Ketiga perkembangan ini yaitu :globalisasi, kemajuan teknologi, dan deregulasi
memberikan kesempatan tak terbatas. Tetapi apa yang diperlukan pemasaran dan
apa ada hubungannya dengan perkembangan ini?
Penawaran pemasaran dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi terpendek pemasaran adalah
"pertemuan membutuhkan keuntungan." Apakah pemasar seperti Procter & Gamble,
yang melihat bahwa orang yang merasa kelebihan berat badan dan ingin selalu
mencicipi yang lezat tapi kurang lemak makanan dan menciptakan Olestra; atau
CarMax, yang mencatat bahwa orang ingin kepastian lebih kapan mereka membeli
mobil bekas dan menciptakan sistem baru untuk menjual digunakan mobil-mobil;

atau IKEA, yang melihat bahwa orang yang ingin furnitur yang baik pada harga yang
jauh lebih rendah dan menciptakan knock-down furniture-semua menggambarkan
pengendalian untuk mengubah pribadi atau sosial yang diperlukan menjadi peluang
bisnis yang menguntungkan melalui pemasaran.
Sebuah buku baru-baru ini, Radical Marketing, memuji perusahaan
seperti Harley-Davidson dapat berhasil dengan melanggar semua aturan marketing.
Dibandingkan komisi riset pemasaran yang mahal, menghabiskan uang dalam
jumlah yang besar untuk iklan, dan biaya operasional divisi pemasaran yang besar,
perusahaan-perusahaan ini meregangkan sumber daya mereka yang terbatas,
tinggal di dekat pelanggan mereka, dan menciptakan solusi yang lebih memuaskan
kebutuhan pelanggan. Mereka membentuk pembeli klub, menggunakan Public
Relation yang kreatif, dan fokus pada memberikan produk-produk berkualitas untuk
memenangkan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang. Tampaknya tidak semua
pemasaran harus mengikuti model dari Procter & Gamble. Bahkan, kita dapat
membedakan tiga tahap di mana praktik pemasaran yang mungkin berhasil:
1. Pemasaran Wirausaha: Sebagian besar perusahaan yang dimulai oleh individu
yang memvisualisasikan peluang dan mengetuk setiap pintu untuk mendapatkan
perhatian. Jim Koch, pendiri Boston Beer Company, yang bir Samuel Adams telah
menjadi bir terlaris, mulai keluar pada tahun 1984 membawa botol Samuel Adams
dari bar ke bar untuk membujuk bartender untuk membawanya. Selama 10 tahun, ia
menjual bir melalui penjualan langsung dan akar rumput hubungan masyarakat. Hari
ini usahanya menarik di hampir $ 200 juta, sehingga pemimpin di AS kerajinan bir
market.

10

2. Marketing yang diformulasikan: Sebagai perusahaan kecil yang mencapai sukses,


mereka pasti bergerak ke arah pemasaran yang lebih dirumuskan. Boston Beer
baru-baru ini memulai televisi $ 15.000.000 kampanye iklan. Perusahaan ini
sekarang mempekerjakan lebih dari 175 tenaga penjualan dan memiliki departemen
pemasaran yang menjalankan riset pasar, mengadopsi beberapa alat digunakan
dalam menjalankan perusahaan pemasaran profesional.
3. Intrepreneurial marketing: Banyak perusahaan besar terjebak dalam rumusan
pemasaran,
meneliti peringkat terbaru, pemindaian laporan penelitian, berusaha untuk
menyempurnakan hubungan agen dan pesan iklan. Perusahaan-perusahaan ini
tidak memiliki kreativitas dan semangat pemasar secara bergerilya. Kewirausahaan
merek mereka dan produk manajer harus mulai hidup dengan pelanggan mereka
dan memvisualisasikan cara-cara baru untuk menambahkan nilai kehidupan
pelanggan mereka. Intinya adalah bahwa pemasaran yang efektif dapat mengambil
banyak bentuk. Meskipun mudah untuk belajar perumusan sisi (yang akan
menempati sebagian besar perhatian kita dalam hal ini book), kami juga akan
melihat bagaimana kreativitas dan gairah dapat digunakan oleh hari ini dan manajer
pemasaran esok hari.
Definisi Pemasaran
Kita dapat membedakan antara definisi sosial dan manajerial untuk
pemasaran. Menurut definisi sosial, pemasaran adalah proses sosial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk dan jasa dari nilai bebas
dengan orang lain. Sebagai definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan

11

sebagai "seni menjual produk". Tapi Peter Drucker, seorang ahli teori manajemen
terkemuka, mengatakan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk membuat penjualan
berlebihan. Tujuan dari pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami
pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa cocok untuk dia dan menjual
dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap untuk
membeli. The American Marketing Association menawarkan definisi manajerial ini:
Pemasaran (manajemen) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,
harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memenuhi sasaran. Kita melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
menerapkan konsep pemasaran inti untuk memilih target pasar dan mendapatkan,
menjaga,

dan

tumbuh

pelanggan

melalui

penciptaan,

memberikan,

dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.


Kebutuhan, kemauan dan tuntutan
Para marketer yang sukses akan mencoba untuk memahami
kebutuhan target pasar, keinginan, dan tuntutan. Kebutuhan menjelaskan kebutuhan
dasar manusia seperti makanan, udara, air, pakaian, dan tempat tinggal. Orang juga
memiliki kebutuhan yang kuat untuk rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan
ini menjadi keinginan bila diarahkan kepada objek tertentu yang mungkin memenuhi
kebutuhan. Amerika membutuhkan makanan tetapi menginginkan hamburger,
kentang goreng, dan minuman ringan. Seseorang di Mauritius membutuhkan
makanan tetapi menginginkan mangga, beras, kacang, dan kacang-kacangan.
Jelas, keinginan yang dibentuk oleh seorang masyarakat. Tuntutan terhadap
keinginan untuk produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar.
Banyak orang ingin Mercedes; hanya sedikit yang mampu dan bersedia untuk

12

membeli satu. Perusahaan harus mengukur tidak hanya berapa banyak orang ingin
produk mereka, tetapi juga berapa banyak sebenarnya akan bersedia dan mampu
membelinya. Namun, pemasar tidak menciptakan kebutuhan: Kebutuhan ada
sebelum dipasarkan. Pemasar, bersama dengan pengaruh sosial lainnya,
mempengaruhi keinginan. Pemasar mungkin mempromosikan gagasan bahwa
Mercedes akan memuaskan kebutuhan seseorang untuk status sosial. Mereka
bagaimanapun, menciptakan kebutuhan akan status sosial.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Dalam konsep pemasaran dewasa ini, kita mengenal suatu konsep
yang paling penting yaitu konsep marketing mix, yang merupakan salah satu
kombinasi cara dan keinginan pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan
suatu perusahaan di dalam usaha utnuk mengejar keuntungan terutama mencapai
profit maksimum.
Kotler (1995, Hal 82) memberikan pengertian marketing mix yaitu:
marketing mix merupakan himpunan seperangkat alat atau variabel
pemasaran yang terkendali yang digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran
Definisi ini memberikan pengertian bahwa variabel-variabel yang ada di
dalam marketing mix merupakanvariabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
dan menjadi sasaran marketing mix adalah tanggapan dari pasar sasaran yang
menjadi target implementasi marketing marketing mix.
Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran
perusahaan adalah marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler (1995)

13

yang menyatakan bahwa marketing mix as the set of controllable marketing


variables that the firm bleads to produce the response it wants in the target market.
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran
merupakan variabel-variabel terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan
tanggapan yang diharapkan dari pasar sasaran. Dan untuk usaha jasa terdapat 7
unsur marketing mix (Marketing Mix-7P) yaitu : Produk, Price, Promotion, Place,
Participant(People), Process, dan Physical Evidence.
1. Product (Produk)
Sebagai salah satu dari bauran pemasaran, produk tentu saja
mempunyai peranan yang penting dalam pencapaian. Untuk itu perusahaan harus
menetapkan suatu kebijaksanaan produk dan terkait di dalamnya dengan sebaikbaiknya.
Menurut Kotler (2008, Hal 194) bahwa Produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau suatu kebutuhan.
Sehingga besar produk adalah produk fisik (atau barang). Akan tetapi
jasa, misalkan pemangkasan rumput, konser musik, dan wisata juga merupakan
produk (kadang disebut juga produk jasa). Sebuah tempat seperti Hawai, juga dapat
dipasarkan, dalam arti orang bisa membeli sebidang tanah di sana atau berwisata
ke sana. Organisasi seperti Palang Merah Amerika, misalnya dapat dipasarkan,
dalam arti bahwa kita merasa positif pada organisasi ini dan bersedia
mendukungnya. Bahkan gagasan/ pendapat pun dapat dipasarkan, seperti gagasan
keluarga berencana atau cara mengemudi dengan aman, dalam arti bahwa kita
berperilaku seperti yang diasosiasikan oleh gagasan tersebut. Maka dapat kita

14

katakan bahwa produk dalam pengertian yang luas mencakup apa saja yang bisa
dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa, manusia, tempat, organisasi dan
gagasan.
Dalam merencanakan suatu tawaran pasar atau produk,
pemasar harus berpikir

seorang

melalui lima tingkat produk. Tingkat yang paling dasar

adalah manfaat dasar, yaitu jasa/ manfaat dasar yang sebenarnya dibeli oleh
seorang pelanggan.
Seorang pemasar harus mengubah manfaat dasar menjadi suatu
product generic, yaitu versi dasar dari produk. Jadi suatu hotel di dalamnya akan
terdapat meja depan (penerima tamu) dan kamar untuk disewakan. Pada tingkat
produk ketiga, pemasar menyiapkan produk yang diharapkan, yaitu sekumpulan
atribut dan kondisi yang umumnya diharapkan bila membeli barang tersebut.
Pada tingkat pertama, pemasar menyiapkan produk yang lebih baik/
yang diperluas , yaitu memberikan jasa dan manfaat tambahan sehingga
membedakannya penawaran perusahaan lain(pesaing). Pada tingkatan kelima,
berdiri produk potensi, yaitu segala perluasan transformasi yang mungkin akan
dialami produk ini di masa yang akan datang. Disinilah perusahaan-perusahaan
secara agresif mencari cara-cara baru untuk memuaskan konsumen dan
membedakan produk mereka dengan yang lain.
Beberapa perusahaan yang berhasil menambahkan keuntungan yang
tidak hanya memuaskan pelanggan mereka tetapi juga menyenangkan pelanggan.
2. Price (Harga)
Pada setiap jasa atau produk yang ditawarkan, maka bagian
pemasaran berhak menentukan harga produknya. Ditinjau dari perusahaan individu,

15

harga merupakan determinan utama bagi permintaan di pasaran. Karena harga


akan mempengaruhi posisi persaingan dan market share juga merupakan titik fokus
perhatian terhadap program pemasaran perusahaan.
Swastha dan Sukotjo (1995, Hal 211), memberikan perhatian tentang
harga dengan singkat dan sederhana yaitu:
harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta peserta
pelayanan.
Dari pengertian diatas, maka dapat dimengerti bahwa harga yang
dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual,
bukanpenjualan yang menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Dalam kenyataannya, besar kecilnya nilai atau harga itu tidak hanya ditentukan
faktor fisik saja yang diperhitungkan, akan tetapi faktor-faktor psikologis dan faktor
lain pun ikut berpengaruh terhadap harga yang ditetapkan.
Selanjutnya Kotler (2000, Hal 296) mengemukakan definisi harga yaitu:
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan mendapatka
manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut , atau dengan
kata lain bahwa harga merupakan jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk
atau jasa.
Definisi diatas menjelaskan dimana suatu produk atau jasa memiliki
sejumlah nilai dan biasanya dinilai dalam sejumlah uang, yang saat ini sering kita
sebut dengan istilah harga, dan kemudian pihak konsumen akan menukarkan
sejumlah nilai yang tentu saja dengan sejumlah uang tentunya yang mereka miliki
dengan tujuan agar mereka dapat memiliki dan menggunakan produk atau jasa

16

tersebut.

Jadi bisa dikatakan

bahwa harga suatu produk merupakan ukuran

terhadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya.
Seseorang akan berani membayar suatu produk dengan harga mahal apabila dia
menilai kepuasan yang diharapkannya terhadap produk yang akan dibelinya itu
tinggi. Sebaliknya apabila seseorang itu menilai kepuasannya terhadap suatu
produk itu rendah, maka dia tidak akan bersedia untuk membayar atau membeli
produk tersebut dengan harga yang mahal.
3. Promotion (Promosi)
Salah satu komponen dalam marketing mix yang dikenal sebagai
komunikasi antar perusahaan dengan konsumen adalah promosi. Promosi
merupakam salah satu sarana vital dalam dunia usaha guna memberikan informasi
dan membujuk pasar, sehubungan dengan produk yang ditawarkan.
Adapun definisi promosi oleh Kotler (2008, Hal 83): Promosi adalah
bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkonsumsikan dan
mempromosikan kelebihan-kelebihan produknya kepada pasar sasaran.
Jadi promosi dimaksudkan untuk mengakrabkan produk pasar sasaran
agar mengetahui kelebihan produk tersebut.

Harga tersirat arti bahwa brand

image dapat dibangun melalui promosi.


Lewat promosi suatu produk dapat dikomunikasikan kepada konsumen,
dalam mempromosikan produknya hendaknya faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk, sehingga
bentuk promosi yang diberikan hal-hal yang bersifat persuasive sehingga konsumen
dapat tertarik untuk menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan.

17

4. Place (Distribusi/ Tempat)


Distribusi juga merupakan salah satu faktor penting dalam bauran
pemasaran karena hal itu menyangkut bagaiman suatu produk dapat sampai ke
tangan konsumen. Untuk itu suatu perusahaan perlu menentukan saluran distribusi
yang tepat agar produk yang dihasilkan dengan mudah diperoleh konsumen.
Adapun definisi distribusi menurut Winardi (1989, Hal 299) Distribusi
adalah sekelompok perantara yang berhubungan erat satu sama laindan yang
menyalurkan produk-produk kepada pembeli.
Dalam perekonomian yang telah maju ini, kebanyakan produsen tidak
menuai hasil produknya secara langsung kepada konsumen akhir. Diantara para
produsen dan pemakai akhir, terdapat sejumlah besar pedagang perantara yang
menjalankan berbagai fungsi. Pedagang perantara itu antara lain:
a. Merchant Middleman yaitu pedagang besar dan pembeli, memiliki hak atas
barang tersebut dan menjual kembali barang yang bersangkutan.
b. Agent Middleman yaitu makelar atau broker perwakilan dagang atau agen
penjualan yang mencari pembeli, melakukan negosiasi atas nama produsen
tetapi tidak memiliki hak atas barang yang bersangkutan.
5. Participant (People)
People di sini mengarah kepada bagaimana kinerja karyawan di dalam
suatu perusahaan. Apakah karyawan tersebut memiliki performance tinggi atau
sebaliknya, apakah karyawan tersebut loyal atau sebaliknya, apakah karyawan
tersebut mampu melayani konsumen dengan baik atau sebaliknya. Faktor penting
lain dalam people adalah attitude dan motivation dari karyawan dalam industri jasa.

18

Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan
konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk,
seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah
dan tutur kata. Perusahaan juga bisa memberikan semacam reward bagi karyawan
dengan prestasi tertentu.
6. Process
Proses di sini adalah mencakup bagaimana cara perusahaan melayani
permintaan tiap konsumennya. Mulai dari konsumen tersebut memesan (order)
hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Beberapa
perusahaan tertentu biasanya memiliki cara yang unik atau khusus dalam melayani
konsumennya. Seperti halnya di suatu restoran, ada beberapa restoran yang
memberikan fasilitas open kitchen, dimana konsumen bisa melihat tiap proses
pembuatan makanan yang mereka pesan.
7. Physical Evidence
Physical evidence akan menjelaskan bagaimana penataan building dari
suatu perusahaan. Apakah perusahaan menggunakan interior yang unik, lightning
system yang menarik, desain ruangan yang menarik perhatian konsumen, dan lain
sebagainya. Perusahaan tentu akan menyadari bahwa penataan building di suatu
perusahaan tentu akan mempengaruhi mood pengunjung. Desain interior yang
terkesan berantakan juga tentu akan membuat konsumen merasa agak sedikit tidak
nyaman dengan keadaan di perusahaan tersebut. Bangunan harus dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga memberikan pengalaman
kepada pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung.

19

2.1.3 Pengertian Penjualan dan Volume Penjualan


Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan
rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan
keinginan pemmbeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Penjualan merupakan sumber hidup sebuah perusahaan, karena dari penjualan
dapat diperoleh labaserta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk
mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui produk yang dihasilkan.
Penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari
keseluruhan sistem pemasaran (Malcolm H. B. Mcdonald, 1999, Hal 105).
Dalam kegiatan pemasaran yang sangat komplek dan saling berkaitan
satu dengan yang lainnya, seperti promosi dan penjualan hendaknya dikelola
dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu laba. Promosi berfungsi untuk
meningkatkan volume penjualan juga sebagai strategi untuk menjangkau pembeli
untuk melakukan penukaran. Sedangkan penjualan adalah pemindahan barang dan
jasa yang dilakukan oleh penjual. Pada umumnya perusahaan yang ingin
mempercepat proses peningkatan volume penjualan akan melakukan untuk
mengadakan kegiatan promosi melalui iklan, personal setting, dan publisitas.
Volume penjualan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya
dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan menanamkan sebagian dari dananya
dalam modal kerja karena modal kerja diperlukan untuk menunjang kegiatan
operasional yang bertumpuh pada penjualan
Dalam praktek, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:

20

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual


Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas
barang dan jasa itu pada prinsipnya meliibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai
pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapa
meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan
yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa
masalah penting yang saling berkaitan, yakni:
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan
b. Harga produk
Syarat penjualan, seperti pembayaran, penghantaran, pelayanan
sesudah penjualan, garansi, dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran
dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktorfaktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
a. Jenis pasarnya
b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya
c. Daya belinya
d. Frekuensi pembelian
e. Keinginan dan kebutuhan

21

3. Modal
Akan lebih sulit lagi bagi penjualan barangnya apabila barang yang
dijual tersebut belum dikenali oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh
dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu
membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut
diperlukan adanya sarana usaha yaitu transport, tempat peragaan baik dalam
perusahaan maupun diluar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini
hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan
untuk itu.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani
oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orang-orang tertentu/
ahli dibidang penjualan.
5. Faktor Lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah,

sering

mempengaruhi

penjualan.

Namun

untuk

melaksanakannya

diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat,
kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil
yangmempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Adapun
faktor-faktor yang mempengauhi volume penjualan antara lain:
a. Kualitas barang
Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika
barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan
pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa

22

sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih
baik.
b. Selera konsumen
Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat,
bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang perjualkan
berubah maka volume penjualan akan menurun
c. Pelayanan terhadap pelanggan
Merupakan faktor penting dalam usaha memperlancar penjualan
teradap usaha dimana tingkat persaingan semakin tajam. Dengan
adanya pelayanan yang baik terhadap pelanggan sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan.
6. Persaingan menurunkan harga jual
Potongan harga yang dapat diberikan dengan tujuan agar perusahaan dan
keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan harga
tersebut dapat dibeikan terhadap pihak tertentu dengan syarat-syara tertentu pula.
2.1.4 Konsep Omzet Penjualan
Penjualan

dalam

berbagai

pandangan

ahli,

secara

eksplisit

memberikan pengertian bahwa pemasaran suatu produk sangat berkaitan dengan


besarnya jumlah penawaran yang ditawarkan kepada pelanggan sesuai tingkat
kepuasan atas produk yang digunakannya.
Tjiptono (2002:118) definisi mengenai penjualan, esensinya diterapkan
dalam tiga apresiasinya yaitu: pertama, tingkat tingkat penjualan yang ingin dicapai,

23

kedua, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau tempat
melakukan transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan.
Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa penjualan
diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang ditimbulkan melalui aktivitas
penawaran penawaran produk dari berbagai perusahaan industri yang menawarkan
pembelian kepada konsumen.
Banyak perusahaan menerapkan tingkat penawaran optimal (omzet
yang menguntungkan) apabila memahami tiga hal yaitu penerapan positioning
penjualan, tergeting penjualan dan segmentasi penjualan. Ketiga hal ini merupakan
bentuk yang sangat diperlukan dalam melakukan proses aktivitas penjualan suatu
produk yang dipromosikan.
Penjualan

yang

meningkatkan

akan

menggambarkan

adanya

keuntungan atau perolehan manfaat dalam mengembangkan perusahaannya atau


meningkatkan suatu produk ke jenjang pemenuhan tingkat pencapaian hasil yang
diraih oleh perusahaan.
Kotler (2002:168) menyatakan bahwa perolehan peningkatan penjualan yang tinggi
akan

terpenuhi

apabila:

(i)

kekuatan-kekuatandari

luar

perusahaan

dapat

memberikan keuntungan. (ii) kinerja perusahaan secara rata-rata mengalami


peningkatan setiap periode waktu, (iii)setiap omzet penjualan perusahaan tidak
mengalami penurunan, (iv) setiap omzet perusahaan meningkat sesuai dengan
besarnya jumlah pelanggaan, (v) tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang kurang
komaparatif dalam mempengaruhi penjualan yang diterima.
Mengukur peningkatan penjualan dengan menggunakan metode
aplikasi terhadap total penjualan yang diterima oleh perusahaan berbanding dengan

24

total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sampai ke tangan konsumen. Hasil
akumulasi anatara total penerimaan berbanding dengan pengeluaran x 100%
merupakan nilai penjualan yang diterima oleh perusahaan.
Keberhasilan suatu pemasaran ditentukan oleh kemampuan perusahaan tersebut
menerapkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang berkaitan dengan
kegiatan peningkatan penjualan produk adalah menerapkan strategi bauran
pemasaran.
Strategi bauran pemasaran menurut Kotler (2000:69) dapat diterapkan
dengan menggunakan strategi 4P. Strategi 4P yang dimaksud adalah product, price,
promotion, place. Penerapan 4P ini secara langsung ataupun tidak langsung
memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan penjualan produk Telkomsel
pada PT. Ardian Masogi Kabupaten Pinrang. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan
kepada kerangka pikir dibawah ini:

2.1.5 Analisis SWOT


Asal usul istilah "SWOT" tidak diketahui. Analisis SWOT digambarkan
oleh Learned et al. (1969) dan telah berkembang sebagai alat utama untuk
menangani situasi strategis kompleks dengan mengurangi jumlah informasi untuk
meningkatkan pengambilan keputusan. Haberberg (2000) menyatakan SWOT
adalah sebuah konsep yang digunakan oleh akademisi Harvard di tahun 1960-an,
sementara Wheelan dan Hunger (1998) menggunakan SWOT untuk mencari
perbedaan dan perbandingan antara kompetensi dan sumber daya dan lingkungan
bisnis.

25

A. Penggunaan SWOT
SWOT telah digunakan oleh praktisi yang tak terhitung jumlahnya,
peneliti pemasaran, dan merupakan sering dan populer alat untuk pemasaran bisnis
dan

strategi

siswa.

Kesederhanaan

dan

akronim

yang

mudah

diingat

melanggengkan penggunaannya dalam bisnis dan di luar sebagai alat yang


digunakan untuk menilai situasi alternatif dan keputusan yang kompleks. Dalam
arena bisnis pengelompokan masalah internal dan eksternal merupakan titik awal
untuk perencanaan strategis. Itu bisa dibangun dengan cepat dan bisa mendapatkan
keuntungan dari beberapa sudut pandang sebagai pengilhaman soal latihan.
Biasanya, manajer pertama mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan internal
(di baris atas dari 2 2 grid) yang dapat mencakup gambar, struktur, akses ke alam
sumber daya, kapasitas dan efisiensi, dan sumber daya keuangan. Di baris bawah
SWOT grid, peluang dan ancaman eksternal termasuk pelanggan, pesaing, tren di
pasar, mitra dan pemasok, perubahan sosial dan teknologi baru, dan berbagai
masalah ekonomi, politik dan peraturan lingkungan yang disertakan. SWOT analisis
membantu dalam identifikasi hubungan lingkungan serta pengembangan jalur yang
sesuai untuk negara, organisasi, atau badan lainnya untuk diikuti (Proctor, 1992).
Glaister dan Falshaw (1999) setuju bahwa analisis SWOT adalah salah satu yang
paling dihormati dan alat umum dari perencanaan strategis. Dickson (2002) setuju
SWOT tradisional analisis dapat kembali dikonseptualisasikan dalam hal arah dan
momentum di mana pasar masih bisa berubah.
Hal ini memberikan wawasan tentang strategi mengajar pemasaran
dan keterampilan kompetitif rasionalitas. Valentin (2001) menganjurkan analisis
SWOT sebagai cara tradisional untuk mencari wawasan kerajinan dan memelihara

26

kesesuaian keuntungan antara usaha komersial dan lingkungannya. SWOT


digunakan untuk mengidentifikasi hambatan budaya dan keuntungan dan peran
pemerintah eksternal dan juga sebagai masalah internal perusahaan. Glaister dan
Falshaw (1999) menemukan analisis SWOT salah satu alat dengan peringkat
tertinggi dari alat dan teknik analisis yang digunakan dalam perencanaan strategis
pada perusahaan di Inggris. Panagiotou (2003) berpendapat analisis SWOT
digunakan lebih dari alat perencanaan strategis lainnya.
B. Metodologi
Selama dekade terakhir dari 1 Juni 1999 hingga 30 Juni 2009, dicari
penulis penelitian akademik peer-review yang dimasukkan dalam database
ABInform Globalw untuk Studi analisis SWOT dan artikel untuk SWOT identitas
menggunakan, tren, dan rekomendasi. Database ini mencakup lebih dari 3.020
publikasi, terutama tentang kondisi bisnis, teknik manajemen, tren bisnis, praktik
manajemen dan teori, strategi perusahaan dan taktik, dan landasan kompetitif
(Www.proquest.com) yang merupakan domain khas untuk analisis penelitian SWOT.
Cakupan bisnisnya dan jurnal manajemen dari waktu ke waktu, disediakan unik
perspektif sejarah ratusan topik, termasuk strategi perusahaan, teknik manajemen,
pemasaran, pengembangan produk, dan kondisi industri di seluruh dunia. "SWOT"
digunakan sebagai satu-satunya istilah pencarian dan pencarian terbatas penelitian
akademik, yang diterbitkan dalam jurnal hanya peer-review. Sebanyak 145
penelitian studi muncul dengan menggunakan kriteria pencarian; tiga tersingkir
karena mereka menduplikasi dalam database dan artikel lain yang tersingkir sebagai
referensi "SWOT" tidak berhubungan dengan analisis SWOT, meninggalkan total
141 penelitian selama dekade penelitian.

27

Sebagai bidang manajemen strategis telah berkembang dengan


perubahan internasional landasan ekonomi, sepuluh tahun terakhir terpilih sebagai
kerangka waktu yang penting untuk menilai baik penggunaan metodologi dan
perubahan dalam penggunaan dari waktu ke waktu. 142 studi diperiksa untuk tren,
masalah, penggunaan SWOT, dan nilai tambah dalam perencanaan jangka panjang.
Secara khusus, studi yang dicari yang menunjukkan penggunaan tunggal Analisis
SWOT atau jika SWOT digunakan dalam kombinasi dengan jarak strategis alat
perencanaan lainnya.
Para penulis selanjutnya digunakan diagram afinitas untuk kelompok
dan mengklasifikasikan studi yang dikumpulkan menggunakan ringkasan pada kartu
indeks. Diagram afinitas adalah teks yang populer dalam teknik pengelompokan
yang digunakan untuk mengkategorikan sejumlah besar komentar yang tampaknya
terpisah (Dobrzynski, 2007; Levesque dan Walker, 2007; Plain, 2007; White et al,
2002;. Mango, 2006). Metodologi Diagram afinitas dipilih karena pentingnya sebagai
interpretatif,

pendekatan

kualitatif

untuk

penelitian,

memungkinkan

untuk

penyelidikan dan munculnya beberapa variabel kontekstual atau skema klasifikasi.


Tujuan dari metodologi adalah dengan memanfaatkan data kualitatif untuk
explanatory

tujuan

dan

untuk

menggeneralisasi

temuan

mendukung

teori

berdasarkan distilasi dari berbagai komentar responden. Pengelompokan masalah


ke dalam kategori-kategori logis membantu menarik kesimpulan dari data yang
dikumpulkan. Jadi tujuannya adalah untuk lebih memahami kategori kegagalan
layanan dan mengidentifikasi kegagalan layanan yang mengakibatkan pembelotan
pelanggan.

28

Para peneliti ini diringkas, dikelompokkan, dan dikerumuni komentar


oleh tema kunci dan fokus area. Melalui proses berulang, kelompok utama yang
diidentifikasi kelompok studi. Bekerja sendiri, penulis awalnya menggunakan afinitas
diagram dan kemudian bekerja bersama-sama mereka mengembangkan kerangka
klasifikasi akhir organisasi terutama didasarkan pada tingkat analisis dan
penggunaan analisis SWOT dalam penelitian, yaitu pada tingkat individu analisis,
pada tingkat organisasi, untuk seluruh industri, dan untuk seluruh negara. Dalam
masing-masing kategori utama, daftar selanjutnya dibagi untuk analisis tunggal,
dipasangkan perbandingan atau beberapa perbandingan. Dua kelompok tambahan
studi muncul dari diagram afinitas Analisis yang tidak cocok dengan klasifikasi
sebagai analisis bisnis. Yang pertama berfokus pada penggunaan SWOT sebagai
alat

penelitian

atau

metode

untuk

perencanaan

strategis.

Studi-studi

ini

dikelompokkan secara terpisah seperti kelompok kedua kasus bisnis yang


ditargetkan untuk analisis siswa dan diterbitkan dalam jurnal terutama kasus bisnis.
Dalam setiap studi kasus metodologi SWOT direkomendasikan sebagai alat bagi
siswa dalam pengambilan keputusan.
C. Individu
Sedangkan analisis SWOT utamanya digunakan untuk membantu
strategi masa depan dari rencana organisasi, kerangkanya juga dapat diterapkan
untuk individu. Meskipun tidak ada penelitian yang hanya melihat satu individu atau
sepasang individu, sebuah studi memang fokus pada pengusaha sebagai sebuah
kelompok. Ames dan Runco (2005) menggunakan kerangka analisis SWOT untuk
menentukan mengapa pengusaha tertentu yang sukses. Studi mereka yang disurvei
47 pengusaha sukses menggunakan format pensil dan kertas dan diterapkan SWOT

29

untuk usaha para pengusaha sendiri dan skor SWOT dikembangkan untuk setiap
bisnis. Organisasi sebagai prioritas yang diharapkan, analisis SWOT sering
diterapkan

pada

organisasi

penilaian

untuk

perencanaan

strategis.

Studi

penggunaan laporan alat bagi individu organisasi, untuk membandingkan dua


perusahaan, dan untuk menilai beberapa perusahaan (tapi tidak seluruh kelompok
perusahaan yang terdiri dari industri). Studi individu yang dikelompokkan ke dalam
subkategori pendidikan:
a. kesehatan;
b. pemerintah dan bukan untuk profit; dan
c. untuk keuntungan perusahaan.
D. Industri
Salah satu industri USA Seperti yang diharapkan, setiap studi industri
yang diterbitkan adalah sesuatu yang unik. Salah satu dari dua studi yaitu tentang
menetapkan tujuan industri keperawatan berdasarkan hasil analisis SWOT dan
selanjutnya menilai hasil menggunakan ukuran kepuasan karyawan, retensi, dan
produktivitas (Conway-Morana, 2009). Penelitian lain menggunakan analisis SWOT
untuk menghadapi kekurangan dalam keperawatan (Contino, 2001;. Gagak et al,
2008). Dalam industri bioenergi AS, persepsi berbeda antara para pemangku
kepentingan bersama dengan peringkat dari elemen-elemen SWOT (Dwivedi dan
Alavalapati, 2009).
Sebuah SWOT analisis di industri teknologi informasi ritel meneliti
aplikasi tertentu untuk perbaikan (Bielski, 2006). Peningkatan alat penilaian dalam
industri kesehatan yang berusaha untuk menghasilkan rencana pemasaran yang
lebih baik menggunakan hasil SWOT (Stuart-Kregor, 2005). Bradley et al. (2003)

30

menggunakan analisis SWOT untuk mengevaluasi efek dari populasi Hispanik


usaha kecil di Arkansas. Hasil yang menguntungkan pada ekonomi meningkatkan
jumlah pekerja untuk produksi, awal untuk bisnis yang baru, lebih banyak produk
konsumen, dan peningkatan pembeli real estate. Sebuah analisis SWOT digunakan
untuk mengembangkan model e-tailing untuk supermarket elektronik untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dengan Pandya dan Arenyeka Diamond (2002).
Itu Divisi Konseling Psikologi dari American Psychological Association belajar dari
berbagai negara untuk meningkatkan status penggunaan konseling. Dalam
penelitian di AS, Leong dan Leach (2007a) peluang laporan termasuk perhatian
baru-baru ini untuk keadilan sosial sebagai daerah inti penyelidikan dan intervensi
konseling.
E. Negara
Duarte et al. (2006) menggunakan analisis SWOT untuk meninjau
tantangan yang dihadapi Venezuela, khususnya di bidang produksi minyak. Karena
pentingnya proses bisnis outsourcing (BPO) di India, analisis SWOT bersaing
bersama dengan indeks daya tarik negara yang digunakan untuk sampai pada
rekomendasi untuk kesuksesan (Rajeev dan Vani, 2009). Dalam studi kedua BPO,
Mehta et al. (2006) mewawancarai 28 eksekutif di perusahaan pada proses
outsourcing dalam bisnis di India dan menemukan empat dunia lembaga penelitian
dan asosiasi perdagangan nasional yang didukung temuan mereka. Perubahan
organisasi untuk menggunakan hasil analisis SWOT dalam pembangunan. Studi
ketiga menilai kondisi bisnis, infrastruktur fisik, informasi infrastruktur teknologi,
lembaga keuangan dan dukungan pemerintah yang digunakan analisis SWOT untuk
outsourcing lepas pantai di India (Nair dan Prasad, 2004). Salman (2009)

31

mempelajari ekonomi Bangladesh menggunakan analisis SWOT. Lin dan Lin (2008)
meneliti kapitalisme di Cina.
Sebuah faktor eksternal yang berfokus pada analisis SWOT dilakukan
untuk menyediakan perusahaan-perusahaan Amerika dengan peluang masa depan
dan disertai ancaman melakukan bisnis di Cina. Mereka menemukan bahwa banyak
kali, pemerintah berada di garis depan perencanaan jangka panjang dan
implementasinya tampak terlalu lama. Turki menerapkan analisis SWOT sebagai
bagian dari rencana aksi mereka untuk menerapkan e-government (Kahraman et al.,
2007). Strategi telah dikembangkan sebagai hasil dari analisis dikombinasikan
dengan proses hirarki analisis. Demikian pula, Australia menggunakan analisis
SWOT untuk mengevaluasi efektivitas papan sebagai kunci agen perencanaan dan
pelaksanaan kualitas air (Robins dan Dovers regional, 2007). Saran adalah untuk
menyederhanakan program administrasi, memperkenalkan lebih besar kejelasan
dan konsistensi dalam perjanjian bilateral, tanggung jawab daerah sedang,
memungkinkan fleksibilitas daerah, mendukung langkah-langkah pengembangan
kapasitas yang efektif, dan memastikan sumber daya yang konsisten
F. SWOT sebagai alat
Mengingat besarnya kegunaan dari penggunaan metodologi SWOT
oleh praktisi dan akademisi yang sama, itu tidaklah mengherankan sejumlah studi
penelitian yang memfokuskan pada SWOT sebagai alat untuk analisis strategis.
Grant (2008) menyarankan untuk mengembangkan manajer dengan pengetahuan
dan wawasan yang diperlukan untuk membuat keputusan strategis yang tepat dan
panduan pengembangan organisasi mereka yang terbaik dilayani oleh pengajaran
strategi yang berakar pada teori. Dia kritikus penggunaan kebijaksanaan rakyat

32

(yaitu menurut Warren Buffet) atau menggunakan analisis SWOT yang ia label
sebagai "atheoretic". Namun, Coman dan Ronen (2009) setuju bahwa meskipun
masalah, SWOT tetap menjadi alat strategis utama dan mereka setuju metodologi
SWOT yang terfokus kemudian dapat menyaring kekuatan dan kelemahan dalam
inti kompetensi dan masalah inti. Kompetensi inti dan masalah inti kemudian
dihubungkan ke rencana aksi yang bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan
kompetensi inti organisasi, saat pembelaan terhadap paparan masalah inti.
G. SWOT dalam kasus mengajar
Banyak kasus mengajar diterbitkan di berbagai jurnal pengajaran
akademik langsung dari mahasiswa dan analis lainnya untuk memanfaatkan
kerangka analisis SWOT yang pada awalnya profil organisasi disajikan sebagai
perkembangan alternatif strategi baru. Sebagai contoh, Sale (2007) kasus pada
koperasi listrik Fleming-Mason Energy meminta siswa untuk menggunakan SWOT
untuk memeriksa biaya penyediaan terkait pelayanan individu karena kompetisi
yang dibawa oleh deregulasi. Xie dan Lin (2008) kasus pada Blockbuster, yang
penyedia hiburan film global di rumah dan permainan, disarankan menggunakan
SWOT analisis untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi saat ini serta visi
dan misi. Stotler (2008) dalam kasus di Strayer Education, Incorporated, siswa
diminta untuk menilai lingkungan yang kompetitif menggunakan SWOT bersama
dengan identitas DuPont dan model lima kekuatan strategi bersaing Porter.
Penelitian Rau (2007) berfokus pada evolusi bisnis portal web di Jerman didasarkan
pada studi kasus perusahaan Internet dan untuk mengidentifikasi dan menilai
strategi untuk mengubah sebuah portal internet. Siswa diminta untuk melakukan
metodologi analisis strategis, termasuk analisis SWOT, untuk menganalisis kasus

33

dan mengidentifikasi contoh pelatihan terbaik untuk sukses berwirausaha di dunia


internet.
Kasus

Elrod

(2008)

pada

Pearl

Beer

meminta

siswa

untuk

menggunakan SWOT untuk mempersiapkan analisis dari apa yang salah pada
perusahaan dan menyarankan solusi, sementara Cobb et al. (2006) meminta siswa
untuk membahas isu-isu strategis yang penting dari merger dalam kasus mereka di
Amerika Barat dan US Airways. Don et al. (2005) meminta siswa untuk memeriksa
evolusi perusahaan asli berdasarkan Undang-Undang Alaska Native Klaim
Penyelesaian 1971 dan beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan asli dan
menggunakan SWOT untuk mengembangkan strategi untuk sebuah perusahaan
kampung kecil di Nunivak Island. Holman dan Hinthorne (2004) kasus AS Sapi
Produser dan Box dan Saxton (2004) kasus pada maskapai JetBlue meminta siswa
untuk menggunakan SWOT.
2.1.6 Teknik Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengvalidasi perencanaan
yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
A. Analisis SWOT
Analisis ini merupakan suatu metode untuk menggali aspek-aspek kondisi yang
terdapat di suatu wilayah yang direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai
potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam pengembanganwilayah tersebut. Kata
SWOT itu sendiri merupakan kependekan dari variabel-variabel penilaian, yaitu:
S, merupakan kependekan dari STRENGTHS, yang berarti potensi dan kekuatan
pembangunan.

34

W, merupakan kependekan dari WEAKNESSES, yang berarti masalah dan tantangan


pembangunan yang dihadapi.
O,

merupakan

kependekan

dari

OPPORTUNITIES,

yang

berarti

peluang

pembangunan yang didapat.


T, merupakan kependekan dari TREATS, yang merupakan faktor eksternal yang
berpengaruh dalam pembangunan.
Analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan suatu strategi yang tepat. Sebagai sebuah konsep dalam
manajemen strategik, teknik ini menekankan mengenai perlunya penilaian lingkungan eksternal
dan internal, serta kecenderungan perkembangan/perubahan di masa depan
sebelum menetapkan sebuah strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats).
Tahapan Analisis SWOT
Sebagai salah satu alat untuk formulasi strategi, tentunya analisis SWOT tidak dapat
dipisahkan dari proses perencanaan strategik secara keseluruhan. Secara umum penyusunan
rencana strategik melalui tiga tahapan, yaitu:
1.Tahap pengumpulan data
2.Tahap analisis
3.Tahap pengambilan keputusan
A. Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dapat dibedakan menjadi dua yaitu data
eksternal dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar organisasi, yaitu berupa

35

peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) terhadap eksistensi organisasi. Sedangkan


data internal diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri, yang terangkum dalam profil
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) organisasi. Model yang dipakai
pada tahap ini terdiri atas matriks faktor strategis eksternal dan matriks faktor
strategis internal. Secara teknis, penyusunan Matriks Faktor Strategis Eksternal
(EFAS=External Factors Analysis Summary) pada studi ini mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Buat sebuah tabel yang terdiri atas lima kolom.
b. Susun sebuah daftar yang memuat peluang dan ancaman dalam kolom 1.
c. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (sangat tidak penting). Semua bobot tersebut jumlah/skor
totalnya harus 1,00 (100%). Nilai-nilai tersebut secara implisit menunjukkan angka
persentase tingkat kepentingan faktor tersebut relatif terhadap faktor-faktor yang
lain. Angka yang lebih besar berarti relatif lebih penting dibanding dengan faktor yang lain. Sebagai
contoh faktor X diberi bobot 0,10 (10%),sedangkan faktor Y diberi bobot 0,05 (5%). Berarti dalam
analisis lingkungan eksternal organisasi, faktor X dianggap lebih penting dibandingkan faktor Y
dalam kaitannya dengan kehidupan organisasi atau terhadap permasalahan yang
sedang dikaji.
d. Beri rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah). Pemberian rating untuk faktor peluang
bersifat positif (peluang yang besar di beri rating + 4, sedangkan jika peluangnya kecil diberi
rating + 1). Pemberian rating ancaman adalah kebalikannya, yaitu jika ancamannya
sangat besar diberi rating 1 dan jika ancamannya kecil ratingnya 4.

36

e. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.
f. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar, catatan, atau justifikasi atas skor
yang diberikan.
g. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan.
Setelah faktor-faktor strategis eksternal diidentifikasi (Matriks EFAS disusun),
selanjutnya disusun Matriks Faktor Strategis Internal (IFAS=Internal Factors
Analysis Summary). Langkah-langkahnya analog dengan penyusunan Matriks
EFAS, yaitu:
a. Buat sebuah tabel yang terdiri atas lima kolom.
b. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dalam kolom 1.
c. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (100%) yang
menunjukkan sangat penting sampai dengan 0,0 (0%) yang menunjukkan hal yang
sangat tidak penting. Namun pada prakteknya nilai-nilai akan terletak di antara dua
nilai ekstrim teoritis tersebut. Hal ini karena dalam analisis faktor-faktor internal (dan
juga analisis lingkungan eksternal), perencana strategi akan memperhitungkan
banyak faktor, sehingga masing-masing faktor tersebut diberi bobot yang besarnya di
antara kutub 0 dan 1 (dimana hal itu menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing
faktor).
d. Beri rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah). Pemberian rating untuk faktor yang tergolong
kategori kekuatan bersifat positif (kekuatan yang besar di beri rating +4, sedangkan jika
kekuatannya kecil diberi rating + 1). Pemberian rating kelemahan adalah kebalikannya,

37

yaitu jika kelemahannya sangat besar diberi rating 1 dan jika kelemahannya kecil
ratingnya 4.
e. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.
f. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar, catatan, atau justifikasi atas skor
yang diberikan.
g. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan.
B. Tahapan Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi strategis, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Pada
studi ini, model yang dipergunakan adalah:
a. Matriks TOWS atau Matriks SWOT
b. Matriks Internal Eksternal
a. Matriks SWOT
Matriks SWOT pada intinya adalah mengkombinasikan peluang,ancaman, kekuatan, dan
kelemahan dalam sebuah matriks.Dengan demikian matriks tersebut terdiri atas empat
kuadran, dimana tiap-tiap kuadran memuat masing-masing strategi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut:

38

Tabel 2.1 Contoh tabel IFAS EFAS

Matriks SWOT merupakan pendekatan yang paling sederhana dan cenderung


bersifat subyektif-kualitatif. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Keseluruhan faktor internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi dalam matriks EFAS dan IFAS dikelompokkan dalam matriks SWOT yang kemudian
secara kualitatif dikombinasikan untuk menghasilkan klasifikasi strategi yang meliputi
empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu:
1. Strategi S-O (Strengths Opportunities)
Kategori ini mengandung berbagai alternatif strategi yang bersifat memanfaatkan peluang
dengan mendayagunakan kekuatan/kelebihan yang dimiliki. Strategi ini dipilih bila skor
EFAS lebih besar daripada 2 dan skor IFAS lebih besar daripada 2.
2.Strategi W-O (Weaknesses Opportunities)
Kategori yang bersifat memanfaatkan peluang eksternal untuk mengatasi kelemahan.
Strategi ini dipilih bila skor EFAS lebih besar daripada 2 dan skor IFAS lebih kecil atau sama
dengan 2.
3.Strategi S-T (StrengthsThreats)

39

Kategori alternatif strategi yang memanfaatkan atau mendayagunakan kekuatan


untuk mengatasi ancaman.Strategi ini dipilih bila skor EFAS lebih kecil atau sama dengan 2
dan skor IFAS lebih besar daripada 2.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats)
Kategori alternatif strategi sebagai solusi dari penilaian atas kelemahan dan
ancaman yang dihadapi, atau usaha menghindari ancaman untuk mengatasi kelemahan.
Strategi ini dipilih bila skor EFAS lebih kecil atau sama dengan 2 dan skor IFAS lebih kecil atau
sama dengan 2.
b. Matriks Internal Eksternal (Matriks I-E)
Pada Matriks Internal Eksternal, parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan
internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Total skor faktor strategik internal (IFAS)
dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu kuat (nilai skor 3,0 4,0), ratarata/menengah (skor 2,0 3,0), dan lemah (skor 1,0 2,0). Demikian pula untuk
total skor faktor strategik eksternal (EFAS) juga dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu tinggi
(nilai skor 3,0 4,0), menengah (skor 2,0 3,0), dan rendah (skor 1,0 2,0). Dengan
demikian dari hasil kombinasi akan diperoleh sembilan sel sebagai alternatif strategi
sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut:

40

Tabel 2.2 Tabel skor IFAS EFAS

Pada prinsipnya kesembilan sel diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
a.Strategi pertumbuhan
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran I, II, V, VII, atau VIII.
b.Strategi stabilitas
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran IV atau V.
c.Strategi penciutan
Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran III, VI, atau IX.Dalam
kaitan dengan proses penyusunan rencana kerja pemerintah daerah,model analisis
SWOT seperti terlihat pada tabel III.2 ini menampilkan matriks enam kotak, dua yang
paling

diatas

adalah

kotak

faktor

eksternal,

yaitu

faktor

peluang

dan

ancaman/tantangan. Sedangkan dua kotak yang terdapat di sebelah kiri adalah


kotak faktor internal, yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan.

41

TABEL 2.3
MATRIKS ANALISA SWOT - KLASIFIKASI ISYU

Faktor Eksternal
Faktor Internal
STRENGTHS

OPPORTUNITIES
COMPARATIVE

THREATHS
MOBILIZATION

ADVANTAGE
WEAKNESS

INVESTMENT

DAMAGE CONTROL

DIVESTMENT

Kotak-kotak lainnya merupakan kotak-kotak isu strategis yang perlu dikembangkan,


yang timbul sebagai hasil dari kontak antar faktor-faktor eksternal dan internal. Keempat
isu strategis tersebut diberi nama sebagai berikut:
a. Comparative Advantage
Apabila di dalam proses kajian telah dapat dilihat peluang-peluang yang tersedia
ternyata juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan
komparatif. Dua elemen potensial eksternal dan internal yang baik ini tidak boleh dilepaskan
begitu saja, tetapi akan menjadi issue utama pengembangan. Meskipun demikian, di
dalam proses pengkajiannya, tidak boleh dilupakan adanya berbagai kendala dan
ancaman perubahan kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya, sebagai usaha untuk
mempertahankan keunggulan komparatif tersebut.
b. Mobilization

42

Kotak ini merupakan kotak kajian yang mempertemukan interaksi antara


ancaman/tantangan dari luar yang diidentifikasikan, dengan potensi internal. Disini
para perencana dituntut untuk memberikan keputusan untuk menggali sumber-sumber daya yang
dapat dimobilisasikan untuk memperlunak ancaman/tantangan dari luar tersebut, dan
sedapat mungkin merubahnya menjadi sebuah peluang bagi pengembangan selanjutnya.
c. Investment/Divestment
Kotak ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang
dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar disini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan
pengelolaan pembangunan. Pertimbangan harus dilakukan secara hati-hati untuk memilih
untung dan rugi dari usaha untuk menerima peluang tersebut, khususnya dikaitkan dengan
keterbatasan potensi sumberdaya pembangunan.
d. Damage Control
Kotak ini merupakan tempat untuk menggali berbagai kelemahan yang akan
dihadapi. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan antara ancaman dan tantangan dari luar
dengan kelemahan yang terdapat di dalam suatu sistem. Strategi yang harus ditempuh adalah
mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami, dengan sedikit demi
sedkit membenahi sumber daya internal yang ada.
B. Analisis TOWS
Pada dasarnya analisis TOWS merupakan pengembangan dari model analisis
SWOT diatas. Model TOWS yang dikembangkan oleh David pada tahun 1989 ini dikenal cukup
komprehensif dan secara terperinci dapat melengkapi dan merupakan kelanjutan dari
metoda analisis SWOT yang biasa dikenal. Pada prinsipnya komponen-komponen
yang akan dikaji di dalam analisis ini mirip dengan komponen-komponen pada analisis
SWOT, tetapi pada model TOWS, David lebih mengetengahkan komponen-komponen eskternal

43

ancaman dan peluang (Threats and Opportunities) sebagai basis untuk melihat sejauh
mana kapabilitas potensi internal yang sesuai dan cocok dengan faktor-faktor
eksternal tersebut. Adapun matriks yang dipergunakan untuk penganalisaan ini
adalah seperti yang terlihat pada tabel III.3, berikut ini:

Tabel 2.4
Matriks TOWS

Faktor Internal

STRENGTHS

WEAKNESSES

Faktor Eksternal
OPPORTUNITIES

STRATEGI SO
Pakailah

kekuatan

STRATEGI WO
untuk Tanggulangi

memanfaatkan peluang:

dengan

kelemahan
memanfaatkan

peluang:

1.

1.

2.

2.

3.

3.
THREATS

STRATEGI ST
Pakai

potensi

STRATEGI WT
untuk Perkecil

kelemahan

memanfaatkan ancaman:

hindari ancaman:

1.

1.

2.

2.

3.

3.

dan

44

Berdasarkan matriks tersebut di atas, maka dapat ditetapkan beberapa rencana


strategis yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Strategi SO
Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan
eksternal. Dengan kata lain, penyelenggara dan pengelola perusahaan harus
mampu meraih semua peluang berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Setiap
peluang harus ditangkap berdasarkan pertimbangan kekuatan yang dmiliki, bukan
sekedar karena adanya peluang tersebut.
b. Strategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang
dari lingkungan yang terdapat di luar. Setiap peluang yang tidak dapat dipenuhi
karena adanya kekurangan yang dimiliki, harus dicari jalan keluarnya dengan
memanfaatkan kekuatan-kekuatan lainnya yang tersedia.
c. Strategi ST
Strategi ST digunakan untuk menghindari, paling tidak memperkecil dampak negatif dari
ancaman atau tantangan yang akan datang dari luar. Jika ancaman tersebut tidak bisa
diatasi dengan kekuatan internal maupun kekuatan eksternal yang ada, maka perlu dicari
jalan keluarnya, agar ancaman tersebut tidak akan memberikan dampak negatif yang
terlalu besar.
d. Strategi WT
Strategi WT adalah taktik mempertahankan kondisi yang diusahakan dengan
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dengan kata lain, jika
sekiranya ancaman yang akan datang lebih kuat dari upaya pengembangan, maka hal

45

yang perlu dilakukan, adalah dengan menghentikan sementara usaha ekspansi pengembangan,
dengan menunggu ancaman eksternal yang datang menjadi hilang atau reda.
2.1.7 Pengertian Bimbingan Belajar
A. Makna Bimbingan Belajar
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat. Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Dari kedua definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan mengenai
pengertian bimbingan sebagai berikut :
a. Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yang
membutuhkannya, bantuan yang diberikan tidak adanya unsur paksaan serta
diberikan secara berencana dan sistematis.
b. Bimbingan diberikan kepada individu dengan maksud agar ia dapat memahami
dirinya, kemudian

mengarahkan dirinya sehingga tercapai kebahagiaan hidup

pribadi.
c. Bimbingan belajar atau binbingan akademik adalah suatu bantuan dari
pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi
pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan belajar bisa bermakna sustu
bantuan dari pembimbing kepada terbimbing dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah belajar.

46

B. Tujuan bimbingan belajar


Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang
dalam proses perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu
individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal; sehingga tidak
menghambat perkembangan belajar sisqwa. Siswa yang perkembangannya
terlambat atau terganggu akan berpengeruh terhadap perkembangan atau
kemampuan belajarnya.
Selain tujuan secara umum di atas, secara lebih khusus berdasarkan
pengertian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar adalah agar
siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.dalam
konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dalam
belajar.
C. Aspek-Aspek Bimbingan Belajar
Siswa di sekolah dan madrasah baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat memiliki masalah yang satu sama lain berbeda tingkat
kompleksitasnya. Masalah siswa di sekolah dan madrasah ada yang disebabkan
oleh kondisi dari luar diri siswa.
Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan bimbingan belajar atau
bimbingan akademik adalah:
1)

Kemampauan belajar yang rendah

2)

Motivasi belajar yang rendah

3)

Minat belajar yang remda

4)

Tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu

5)

Kesulitan berkonsentrasi dalam belajar

47

6)

Sikap belajar yang tidak terarah

7) Prilaku mal adiptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman ketika belajar
8)

Prestasi belajar yang rendah

9)

Penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya

10)

Pemilihan dan penyaluran jurusan

11)

Pemilihan pendidikan lanjutan

12)

Gagal ujian atau tidak naik kelas


Menurut Surya (1988) beberapa aspek masalah individu (atau) yang

memerlukan layanan bimbingan belajar (bimbingan pendidikan) adalah


1)

Pengenalan kurikulum

2)

Pemilihan jurusan

3)

Cara belajar yang tepat

4)

Perencanaan pendidikan. Dan lain sebagainya

D. Fungsi Bimbingan Belajar


Belajar

adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi

dalam kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada
perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil
latihan belajar tersebut. Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa
mempunyai tujuan yang jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam
aktivitas belajar sebagai seorang siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya
menyangkut

penguasaan

pengembangan

bidang

keterampilan

yang

pengetahuan
merupakan

pembinaan
cita-cita

sikap

sekolah

dan
yang

diselenggarakan lewat pendidikan dan pengajaran. Menurut Dewa Ketut Sukardi


ada dua faktor yang timbul dalam kesulitan belajar, yaitu :

48

a) Faktor endogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri, hal ini dapat
bersifat
- Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian.
- Fisikologis, ialah hambatan yang bersifat kejiwaan.
b) Faktor eksogen, ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri anak, faktor ini
meliputi : bagaimana cara siswa mengatasi hambatan tersebut tersebut
(i) Faktor lingkungan keluarga.
(ii) Faktor lingkungan sekolah.
(iii) Faktor lingkungan masyarakat.
2.1.8 Customer Value sebagai Sumber Keunggulan Bersaing
Permintaan konsumen yang terus meningkat, persaingan global dan
pertumbuhan ekonomi yang lambat, banyak organisasi mencari cara baru untuk
menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Pada waktu lalu lebih
banyak melihat ke dalam organisasi dengan pengembangan seperti kualitas
manajemen, reengineering, down sizing restructuring. Organisasi kualitas banyak
membantu manajer dalam memperbaiki proses dan produk. Salah satu sumber
keunggulan bersaing di masa datang yang penting adalah orientasi keluar terhadap
konsumen.
Dalam

melakukan

pengembangan,

seorang

manajer

harus

mempertimbangkan pengukuran kepuasan konsumen sebagai suara dari konsumen


untuk perbaikan kualitas. Aplikasi pengukuran kepuasan konsumen menurun dari
beberapa

standar

karena

beberapa

alasan.

Pertama,

banyak

organisasi

menempatkan strategi kepuasan konsumen. Kedua, meskipun diukur tetapi hasilnya


kurang ditindaklanjuti. Jika evaluasi tidak diteruskan dengan mempelajari tentang

49

customer value akan kurang bermanfaat bagi manajer untuk menanggapi evaluasi.
Ketiga, walaupun organisasi telah menanggapi masalah pada kepuasan konsumen
kadang-kadang data kepuasan konsumen tidak bertoleransi tinggi dengan
performance organisasi. Terlihat dari konsumen yang berhubungan erat dengan
performance akan menurun dari waktu ke waktu. Sehingga jika organisasi tidak
melakukan perubahan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen maka
akan terjadi penurunan kepuasan konsumen. Masalah di atas menyebabkan
hilangnya kepercayaan manajer untuk melakukan pengukuran kepuasan konsumen.
Untuk memberikan pelayanan aktif, tenaga pemasaran harus kontak
dengan personel untuk mengetahui keinginan pelanggan. Menurut Setianto (2004)
Marketing: Meningkatkan kinerja pemasaran, kontak pelanggan harus perfect
(sempurna):
-Polite (sopan)
Kesopanan harus ditampilkan selama proses komunikasi dengan pelanggan harus
tulus melibatkan sentuhan pribadi yang menyenangkan sehingga membuat lebih
baik dan dijaga apapun situasi serta tekanannya.
a. Efficient (efisien)
Segalanya harus dilakukan dengan benar dan itu berarti untuk kenyamanan
pelanggan, bukan untuk kesesuaian sistem organisasi, terutama yang berhubungan
dengan birokrasi.
b. Respectful (hormat)
Beberapa pelanggan ingin dihormati, yang lainnya biasa saja tetapi rasa hormat
harus tetap ada. Sebagai contoh adalah pemahaman sikap pelanggan terhadap
waktu, apakah pelanggan ingin segala sesuatunya dilakukan dengan cepat karena

50

sebagai guru? Ataukah mereka menghasilkan waktu pada barang tertentu dengan
maksud lebih teliti memilih.
c. Friendly (ramah)
Tingkat keramahan harus tetap dinilai, tidak setiap pelanggan menginginkannya
secara berlebihan ada waktu yang cepat, tetapi setiap orang menginginkan transaksi
berjalan lancar.
d. Enthusiastic (antusias)
Minat pada pelanggan (sesuatu yang dianggap paling perlu untuk pemeliharaan
pelanggan yang baik) sangat disarankan melalui sikap antusias.
e. Cheerful (menyenangkan)
Hal ini harus dijaga, bahkan jika sedang dalam kemurungan. Pelanggan tidak ingin
merasa bahwa seluruh bisnis mereka sedang ditangani, mengecewakan mereka.
f. Tactful (bijaksana)
Banyak situasi pelanggan yang memilih aspek yang rahasia atau sensitive dan
menghormati aspek itu sangat dihargai.
Hal-hal pokok yang mendasari kualitas layanan adalah dimensi,
dimensinya yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas layanan tanpa
memandang jenis layanannya. Pada penelitian awal Parasuraman, Zenithalm, and
Berry dalam Setianto (2004) mengidentifikasikan 10 dimensi pokok dari
kualitas pelayanan, yaitu:
1. Reabilitas
2. Daya tangkap
3. Kompetisi
4. Akses komunikasi

51

5. Kesopanan
6. Kredibilitas
7. Keamanan
8. Kemampuan memahami pelanggan
9. Komunikasi
10. Bentuk fisik
Garvil (1907) dalam Setianto (2004) menegaskan 8 dimensi kualitas:
1. Performance (tampilan)
2. Features (tambahan fungsi)
3. Reabilitas (kehandalan)
4. Comformaty (kecocokan)
5. Duability (daya tahan)
6. Service ability (kecakapan, kesopanan, dan produk mudah diperbaiki)
7. Aesthetic (estetika)
8. Perceived quality (citra atau reputasi produk yang diterima)
2.2 Tinjauan Empiris
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian dengan
konsentrasi serupa yang telah dilaksanakan oleh peneliti lain. Adapun penelitian
terdahulu yang peneliti telah pelajari sebagaimana tersebut di bawah:
Tabel 2.5 Penelitian terdahulu
No.

Judul Penelitian

Nama Peneliti

Konklusi Penelitian

dan tahun
1

Analisis Strategi

Juli Hendra

Pemasaran Pada

(2011)

Penambahan kenaikan siswa


di kecamatan Tampan sebesar

52

Lembaga Bimbingan

10% setiap tahunnya

Belajar di Kecamatan
Tampan Pekanbaru
2

Analisis Pengaruh

A. Kholil

Kualitas Pelayanan

(2012)

Kualitas layanan cukup


berpengaruh terbukti dari tren

Terhadap Kepuasan

kenaikan jumlah siswa dari

dan Loyalitas Siswa

tahun ke tahun

Pada Bimbingan Belajar


Avins Medan
3

Evaluasi Strategi

Rosemeilia

Dari penelitian sampai bulan

Pemasaran Pada

Yeny Artati,

Maret 2007 terjadi penurunan

SE (2007)

siswa dari tahun kemarin pada

Lembaga Bimbingan
Belajar Primagama

bulan yang sama, hal tersebut

Cabang Sutoyo

disebabkan ada salah

Semarang

satu SMA Teresiana yang


mengadakan bimbingan
belajar sekolah,
munculnya Primagama
Cabang-Cabang baru serta
jam belajar di
Primagama Cabang Sutoyo
bersamaan dengan lembaga
bimbingan Bahasa
Inggris LIA.

Analisis Aspek
Pasar,Pemasaran dan

Neng Sri Novi


Fitri Yani

Dari analisis aspek


pemasaran diketahui bahwa

53

Keuangan Terhadap

(2013)

para responden menginginkan

Kelayakan-Kelayakan

pihak Bimbel Nurul Fikri

Pengembangan

menyediakan fasilitas

Bimbingan Belajar

pendukung dalam belajar,

Nurul Fikri di Daerah

lokasi yang strategis, adanya

Panam Pekanbaru

diskon serta promosi yang


dilakukan dengan cara
langsung terjun ke sekolahsekolah.

Perilaku Keluhan dan

Hery Sepriadi

Pemulihan Pelayanan

(2006)

Kegagalan pelayanan
mempunyai hubungan dengan

Jasa yang Diharapkan

perilaku keluhan pelanggan

Pelanggan Suatu Studi

pada bimbingan

Pada Bimbingan Belajar


Ganesha Operation di
Bengkulu

belajar Ganesha Operation,


terbu
kti bahwa penyampaian
keluhan secara langsung
kepada
pihak Ganesha Operation
merupakan keluhan pelanggan
yang dominan mempengaruhi
pemulihan pelayan jasa oleh
pihak Ganesha Operation
terhadap siswanya.

54

Analisis SWOT Sebagai


Dasar Perumusan
Strategi Pemasaran

Sri Yati
Prawitasari
(2010)

Hasil penelitian menunjukkan


bahwa strategi pemasaran
yang dilakukan

Berdaya Saing Pada

perusahaanadalahstrategi

Dealer Honda Tunggul

investasi, dimanaposisi

Sakti di Semarang

perusahaanberadadiposisi
AMAN dan jenis usahanya
adalah usaha IDEAL.

Analisis SWOT Untuk

Zuhrotun

Menentukan Strategi

Nisak (2013)

UD.Damai 4 Gresik
mempunyai posisi yang sangat

Kompetitif Pada UD.


Damai 4 Gresik

strategis untuk mendukung


perkembangan memperoleh
keunggulan strategi, terletak
pada kuadrat I, artinya pada
posisi ini produk suatu
perusahaan sangat
mendukung untuk dilakukan
strategi pertumbuhan agresif
untuk mendapatkan
keunggulan perusahaan agar
dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain

55

2.3 Kerangka Pikir


Kerangka pemikiran penelitian ini mengacu kepada pemikiran peneliti di
dalam membuat sebuah gambaran tentang penelitian yang peneliti lakukan
mengenai strategi pemasaran pada Lembaga Bimbingan Belajar JILC Makassar.
Strategi pemasaran ini diterapkan mengingat banyaknya pesaing baru yang mulai
gencar melakukan promosi ke sekolah-sekolah.
Untuk menghindari berkurangnya jumlah siswa, maka pihak JILC
berupaya untuk menerapkan strategi pemasaran yang dapat meningkatkan jumlah
pendaftar untuk memperoleh keuntungan. Penerapan strategi pemasaran yaitu
dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT ini untuk melihat adanya
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di dalam menghadapi dinamika
aktivitas lembaga bimbingan belajar yang melakukan persaingan dengan lembaga
bimbingan belajar lain.
Aktivitas dalam pemasaran jasa yang ditawarkan digunakan strategi
pemasaran yang dapat memberikan adanya kekuatan dan peluang bagi pihak JILC
untuk meraih pelanggan dan berupaya menghindari kelemahan dan ancaman dari
adanya persaingan dari pihak lembaga lain.
Berikut ini akan disajikan skema kerangka pikir yang dapat dilihat
melalui gambar berikut:

56

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

LBB JILC MAKASSAR

STRATEGI
PEMASARAN SAAT
INI

Analisis SWOT

EKSTERNAL

INTERNAL

STRATEGI
PEMASARAN BARU

Peningkatan Penjualan Pangsa


Pasar

57

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa cabang Lembaga Bimbingan Belajar
JILC Makassar yaitu JILC Perintis, JILC Andalas dan JILC Toddopuli.

3.2 Metode Penelitian


Dalam riset ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
dengan menggunakan analisis SWOT. Metode deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi dan
suatu sistem pemikiran serta peristiwa yang akan terjadi. Tujuannya adalah untuk
membuat eksploratif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara berbagai gejala yang akan
diteliti. Berdasarkan pemikiran tersebut dan dengan menggunakan metode
observasi langsung, panduan wawancara, melakukan wawancara mendalam dan
studi dokumen, dibuat deskripsi apa yang terjadi dan berusaha mendapatkan fakta
yang terkait dengan strategi pengembangan lembaga bimbingan belajar tersebut.
Sedangkan analisis SWOT dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal
yang menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha bimbingan
belajar yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan
eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities), dan yang menjadi ancaman

58

(Treathment) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai


kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Untuk internal, populasinya adalah karyawan-karyawan yang bekerja di
JILC mulai dari direktur cabang, divisi marketing, pegawai administrasi dan tentortentor.
Untuk eksternal, populasinya adalah siswa-siswa khususnya kelas 3
SMA dan beberapa direktur cabang dari bimbingan lain.
3.3.2 Sampel
Untuk internal, sampelnya adalah direktur cabang dari beberapa
cabang JILC terbesar di Makassar, seperti Cendrawasih, Perintis, Andalas dan
Toddopuli, divisi pemasaran JILC dan 5 orang tentor JILC di cabang yang berbeda.
Untuk eksternal, penulis memberikan kuisioner kepada 50 siswa kelas
3 SMA yang berbeda sekolah.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data kualitatif yakni data
berupa persepsi siswa dan karyawan mengenai bidang pemasaran JILC. Data
diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan panduan
penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data literatur yang
diperoleh dari Lembaga Bimbingan Belajar JILC Makassar.

59

3.5 Metode Pengumpulan Data


Oleh karena penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
maka metode pengumpulan data dibagi dalam dua macam, yaitu:
1. Data Primer
a. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan pemasaran JILC
maupun para pesaingnya. Dengan cara mengamati produk yang ditawarkan oleh
Lembaga Bimbingan Belajar JILC maupun lembaga bimbingan lain yang letaknya
cukup berdekatan dengan JILC seperti Ganesha Operation atau Ranu Prima
College.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berbagai sumber untuk menentukan faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang. Wawancara dilakukan dengan
beberapa sumber yaitu:
1. Internal
-Direktur cabang JILC Andalas
-Direktur cabang JILC Toddopuli
-Direktur cabang JILC Cendrawasih
-Tentor pengajar JILC Andalas, JILC Cokroaminoto, dan JILC Cendrawasih
-Divisi marketing JILC BTP, JILC Cokroaminoto dan JILC Perintis
2. Eksternal
-Pimpinan, pengajar dan divisi marketing Ganesha Operation
-Pimpinan, pengajar dan divisi marketing Ranu Prima College
-Beberapa guru di sekolah-sekolah

60

-Siswa-siswa JILC di cabang Cokroaminoto, Perintis dan BTP


c. Kuesioner
Metode kuisioner berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Dalam penelitian ini kuisioner di bagikan
kepada sebagian populasi atau sampel beberapa direktur cabang JILC Makassar.
Adapun alasan yang digunakan dalam metode kuisioner ini sebagai alat pengumpul
data dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Interprestasi subyek terhadap pertanyaan yang diajukan kepada responden
adalah sesuai dengan maksud peneliti.
b. Dalam menjawab pertanyaan responden dapat lebih leluasa, karena tidak
dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antar responden dengan peneliti.
c. Data yang terkumpul dapat dengan mudah dianalisa, masing-masing
jawaban akan diberi skala nilai sesuai dengan pilihan jawaban.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur, studi kepustakaan, jurnal-jurnal penelitian
yang berkaitan dan dapat mendukung penelitian, serta data-data yang diperoleh dari
Lembaga Bimbingan Belajar JILC Makassar. Peneliti juga mengkaji arsip yang ada
di Lembaga Bimbingan Belajar JILC Makassar. Misalnya arsip data siswa pada
tahun 2006 hingga 2014 yang mengikuti bimbingan belajar di JILC Makassar.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Untuk mengidentifikasikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian
ini, maka definisi operasional yang dikemukakan adalah :

61

1. Strategi pemasaran merupakan suatu cara atau alat ukur yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan penerapan
pemasaran produk dan jasa.
2. SWOT adalah pendekatan analisis untuk menentukan formulasi strategi
pemasaran perusahaan di masa yang akan datang.

3.7 Teknik Analisis Data


Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka digunakan analisis
SWOT sebagai berikut: Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh JILC
dalam penerapan strategi pemasaran. Dalam menentukan kekuatan dan kelemahan
ditinjau dari segi internal, sedangkan dalam menentukan peluang dan ancaman
dilihat dari segi eksternal.
A. Internal
1. Menentukan faktor-faktor penting dari kondisi internal JILC kemudian
dikelompokkan dalam kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan. Kolom
bobot merupakan nilai tingkat kepentingan tiap-tiap faktor, jika dijumlahkan
akan bernilai 1.
2. Rating merupakan nilai kondisi internal cabang JILC. Rating 4 adalah
kekuatan yang mempunyai pengaruh paling besar sedangkan 1 adalah yang
mempunyai pengaruh paling kecil. Sedangkan untuk kelemahan, rating -4
adalah kelemahan yang berdampak sangat tinggi dan untuk rating -1 adalah
kelemahan yang berdampak sangat rendah.

62

3. Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika
seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFAS dari organisasi
tersebut.
B. Eksternal
1. Menentukan faktor-faktor penting dari kondisi eksternal JILC kemudian
dikelompokkan dalam peluang-peluang dan ancaman-ancaman. Kolom
bobot merupakan nilai tingkat kepentingan tiap-tiap faktor, jika dijumlahkan
akan bernilai 1.
2. Rating merupakan nilai kondisi internal cabang JILC. Rating 4 adalah peluang
yang mempunyai pengaruh paling besar sedangkan 1 adalah yang
mempunyai pengaruh paling kecil. Sedangkan untuk ancaman, rating -4
adalah ancaman yang berdampak sangat besar dan untuk rating -1 adalah
ancaman yang berdampak sangat rendah.
3. Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika
seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai EFAS dari organisasi
tersebut.

63

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Sejarah singkat berdirinya JILC
Sejak tahun 1993 JILC telah mulai berkiprah di dunia pendidikan non
formal khususnya di wilayah Makassar, awalnya JILC hanya memiliki 1 kantor yang
bertempat di Jalan HOS Cokroaminoto Makassar, yang jumlah siswanya setiap
tahunnya hanya berkisar 500-an siswa, seiring dengan perjalanannya dari tahun ke
tahun hingga saat ini JILC telah memiliki 23 cabang yang tersebar di seluruh kota
Makassar. Jumlah siswanya jika ditotal dapat mencapai 10000-an siswa per
tahunnya. Tenaga pengajar beserta staff saat ini berjumlah 300-an. Tenaga
pengajarnya umumnya berasal dari kalangan mahasiswa, guru dan dosen pada
PTN.
Prestasi yang ditorehkan JILC setiap tahunnya sangatlah fantastis
dimana ribuan siswa setiap tahunnya dapat terjaring di berbagai perguruan tinggi
dan sekolah tinggi yang sangat difavoritkan, seperti di UI, UGM, ITB, UNHAS,
STAN, STIS, IPDN, dll, dan untuk fakultas kedokteran sendiri baik yang ada di
UNHAS, UMI, dan UNISMUH setiap tahunnya alumni JILC sangat mendominasi,
begitupun untuk sekolah-sekolah favorit baik itu tingkat SMP maupun SMA alumni
JILC juga selalu mendominasi. Hal ini dapat terlihat dari data yang kami peroleh
setiap tahunnya (lihat fakta tak terbantahkan/data siswa yang lulus di fakultas
kedokteran di UNHAS, UMI dan UNISMUH lengkap di JILC), dengan prestasi yang
fantastis ini masyarakat/orang tua siswa sudah tidak ragu lagi untuk memasukkan

64

putra/putrinya di bimbingan belajar JILC dengan kata lain tingkat kepercayaan


masyarakat/orang tua siswa kepada lembaga bimbingan belajar JILC sangatlah
besar.
4.1.2 Tujuan Perusahaan
a. Meningkatkan wawasan berpikir dan motivasi belajar siswa
b. Melatih siswa untuk memahami pelajaran dengan mudah dan memecahkan soalsoal yang rumit secara sederhana dan praktis.
c. Mempersiapkan siswa sejak dini untuk menghadapi UN dan SBMPTN baik mental
maupun akademik.
d. Membantu siswa menyusun strategi dalam memilih jurusan/PTN yang diminati.
e. Memberikan konseling bagi siswa yang mempunyai kesulitan belajar, baik di
sekolah maupun di rumah.
Analisis, visi, misi dan tujuan perusahaan
Para tenaga pengajar bahkan direktur cabang pun tidak mengetahui
visi dan misi perusahaan yang mereka jalankan, yakni bimbingan belajar JILC. Dari
hal tersebut, dapat dinilai bahwa budaya organisasinya tidak berjalan baik.
Jika pengajar bahkan direkturnya pun tidak mengetahui visi dan misi
perusahaan, bagaimana bimbingan belajar JILC ini dapat dinilai kinerjanya. Karena
tidak tampak pencapaian terhadap visi-misi.
Mengenai tujuan bimbingan belajar JILC, tujuan ini memiliki keunggulan
serta kelemahan.

65

Kekuatan:
a. Bimbingan belajar JILC memberi perhatian terhadap faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi akademik siswa, seperti motivasi belajar, mental menghadapi ujian,
kesulitan belajar.
b. Bimbingan belajar JILC juga memberi perhatian terhadap pilihan jurusan/PTN
yang diminati siswa tetapi tetap mempertimbangkan kemampuan siswa.
Kelemahan:
a. Bimbingan belajar JILC yang terbiasa memberi solusi praktis dan mudah dalam
penyelesaian soal, sehingga mengabaikan penanaman konsep dasar dalam
menyelesaikan soal-soal.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Bimbingan belajar JILC merupakan jenis perusahaan Franchise, sehingga ada
ketentuan standarisasi hak pakai nama bimbingan belajar JILC.
a. Pengelolaan manajemen
Pengelolaan manajemen adalah serangkaian tindakan untuk melakukan usaha yang
menyangkut aspek pendidikan, keuangan, marketing, administrasi dan petunjuk
teknis operasional pengelolaan lainnya berdasarkan standar performance yang
ditetapkan pemilik selaku pemegang hak paten/lisensi yang dilaksanakan secara
bersama antara pemilik dengan investor sebagai berikut:
1. Pemilik mengontrol dan mengawasi pengelolaan manajemen yang dilaksanakan
investor dalam rangka menjaga dan mempertahankan mutu pendidikannya.
2. Investor menjunjung tinggi kerjasama dan menjaga nama baik lembaga di mata
masyarakat dan pemerintahan setempat.

66

3. Investor memberikan laporan pendidikan, keuangan dan marketing secara


periodik kepada pemilik setiap bulannya.
4. Tahun tutup buku/sistem pembukuan akan diaudit oleh akuntan publik
berdasarkan penunjukan bersama.
b. Manajer Cabang
1. Manajer cabang berkewajiban untuk mengikuti training yang diselenggarakan
pemilik di Makassar selama paling sedikit 2 (dua) minggu dengan cara magang
pada kantor cabang JILC yang sudah stabil dan segala biaya yang berkaitan dengan
training tersebut adalah sepenuhnya ditanggung oleh investor.
2. Manajer cabang diangkat minimal selama 1 (satu) tahun dan maksimal selama 2
(dua) tahun, yang prestasi kerja atau tingkat kualitas kemampuan manajemennya
akan ditinjau setiap tahun.
c. Standar fasilitas
Standar fasilitas bimbingan belajar JILC sebagai berikut:
1. Ruangan belajar:
Full AC
White board
Kursi kuliah
Audio
Meja tentor
Kursi tentor
2. Ruangan administrasi:
Full AC
Komputer

67

Meja administrasi
Lemari
File Cabinet
3. Ruangan Front Officer:
Meja Front Officer
Komputer
Kursi tamu/pendaftar
Kursi tunggu
4. Ruangan istirahat siswa:
Kursi tunggu
Komputer
5. Mushallah
6. Papan nama
Bilboard neon box ukuran 3 x 2 meter bolak-balik, dasar putih, tulisan merah.
7. Line telepon, pesawat telepon dan mesin fax.
8. Gedung:
Ruko atau rumah
Ukuran kelas minimal 5 x 4 meter persegi
Cat dinding luar gedung warna merah latin
9. Buku panduan:
Semua buku panduan yang dipakai oleh cabang adalah asli (bukan fotocopy), dan
kantor cabang tidak dibenarkan mereproduksi buku panduan.
10. Kartu siswa:

68

Kartu siswa disediakan oleh kantor cabang, dengan standar dan format dari JILC
Pusat.
11. Mengikuti standar eksterior dan interior gedung. (dianjurkan memakai kontraktor
JILC).
12. Seluruh kantor bebas dari asap rokok.
13. Handbook mengacu pada SBMPTN, UN, dan Ujian Semester.
14. Bebas akses internet via WIFI 24 jam.
15. Pelatihan Enterpreneurship, Attitude, dan Hypnolearning.
d. Biaya Bimbingan
Berikut daftar biaya bimbingan JILC berdasarkan programnya:
Untuk Program reguler:
1. SD Kelas 4, 5, dan 6
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang
Belajar model kuliah
2. SMP Kelas 1, 2, dan 3
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang
Belajar model kuliah
3. Paket kelas 1, 2, dan 3 SMA
Biaya bimbingan : Rp 3.500.000,- regular Class
Belajar 3 kali sepekan

69

Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang


Belajar model kuliah
4. Exclusive Class
Biaya bimbingan : Rp 4.000.000,Exclusive Chinese and Exclusive Moslem only
Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 30-40 orang
Belajar model kuliah
Kelas lebih terarah dan homogen
5. VIP Class
Biaya bimbingan kelas sore : Rp 5.000.000,Biaya bimbingan kelas malam : Rp 6.500.000,Belajar 3 kali sepekan
Jumlah siswa dalam kelas 20-25 orang
Fasilitas internet dalam kelas
Belajar dengan multimedia projector
Model kelas berbentuk U
6. VVIP Class (persiapan fakultas Kedokteran)
Biaya bimbingan kelas sore : Rp 7.000.000,Biaya bimbingan kelas malam : Rp 10.000.000,Belajar setiap hari @2 jam
Jumlah siswa dalam kelas maksimal 20 orang
Fasilitas internet di dalam kelas
Belajar dengan multimedia projector

70

Model kelas berbentuk U


7. Kelas Unggulan (ITB-UI-UGM)
Biaya sama dengan reguler, fasilitas VVIP (diseleksi)
Belajar tiap hari
Jumlah siswa dalam kelas maksimal 20 orang
Fasilitas internet di dalam kelas
Belajar dengan multimedia projector
Model kelas berbentuk U
Lulus seleksi
8. Executive Class
Biaya bimbingan kelas sore : Rp 10.000.000,Biaya bimbingan kelas malam : Rp 15.000.000,Belajar setiap hari @2 jam
Jumlah siswa maksimal 6 per kelas
Belajar sistem semi privat
9. By Request Class
Biaya bimbingan kelas sore Rp 3.000.000,Biaya bimbingan kelas malam Rp 4.000.000,Booking kelas sore Rp 25.000.000/kelas
Booking kelas malam Rp 35.000.000/kelas
Belajar 2 kali seminggu @2 jam
Bidang studi yang dipelajari sesuai permintaan siswa
e. Tenaga Pengajar
Jumlah tenaga pengajar sebanyak 350 orang lulusan dari berbagai PTN.

71

1. Training
Dilakukan sekali sebulan tujuannya untuk memperdalam materi pembelajaran
sekaligus mengevaluasi materi yang telah diberikan ke siswa.
2. Upgrading tentor
Test akademik dan cara mengajar tentor
3. Evaluasi tentor
Bagian kurikulum dan SDM melakukan evaluasi pembelajaran tentor di kelas di
hadapan seluruh siswa, yang mencakup penguasaan materi, kecerdasan,
komunikasi, dll. Tentor yang hasil evaluasinya kurang bagus akan tereliminasi di
dalam kelas dan ditraining kembali.
Apabila cabang JILC memakai tentor dari cabang lain atau dari pusat,
maka berkewajiban untuk:
a. Membiayai transportasi, akomodasi dan konsumsi tentor bersangkutan.
b. Membayar uang saku tentor bersangkutan sebesar Rp 100.000,- per hari.
c. Tidak memaksakan tentor bersangkutan mengajar di luar batas kemampuan.
d. Memperhatikan permintaan-permintaan khusus tentor bersangkutan.
f. Karyawan (Pegawai Administrasi)
1. Karyawan diberikan tunjangan hari raya
2. Karyawan diberikan tunjangan kesehatan
g. Standar umum
Investor wajib mengikuti aturan umum dalam tata tertib JILC seperti:
1. Waktu libur
2. Jaminan kesehatan
3. Handbook

72

4. SAP
5. Kedisiplinan
6. Jam kerja
h. Program
1. Program umum
a. Uji Kemampuan Akademik (UKA) 2x sebulan
Tujuan : Mengevaluasi materi pembelajaran selama satu bulan berjalan
b. THE MOST CREATIVE STUDENT AWARD (diikuti oleh siswa yang lulus seleksi)
Tujuan : Sebagai sarana motivasi siswa dalam mengembangkan dan memperdalam
materi pelajaran yang diminatinya.
c. MIDNIGHT SHOW (model soal Theater Games)
Tujuan : Membiasakan siswa belajar di tengah malam, sekaligus melatih kecepatan
siswa dalam menjawab soal (HITUNGAN / 2 MENIT, TEORI / 1 MENIT)
d. QUIZ diadakan 2 kali sepekan di akhir pembelajaran
2. Program khusus
a. BILINGUAL
b. FISMAT
c. BIOKIM
d. MAFIA
e. KEMAMPUAN DASAR (KD)
f. KEMAMPUAN IPA
g. KEMAMPUAN IPS
h. Pembahasan prediksi soal Ujian Semester

73

i. Simulasi Ujian Nasional (materi, waktu, serta jumlah soal persis sama dengan UN
yang sebenarnya)
j. Gladi resik pendaftaran SBMPTN secara online pertama di Indonesia hanya ada di
JILC.
i. Alasan memilih JILC
Gambar 4.1 Alasan Siswa Memilih JILC

Gambar 4.2 Bagaimana Tahu Tentang JILC

74

Tabel 3.1 Jumlah siswa JILC Makassar tahun 2009-2013


Tahun
2009-2010 (P18)
2010-2011 (P19)
2011-2012 (P20)
2012-2013 (P21)
2013-2014 (P22)

Jumlah siswa
9.463
7.287
9.597
6.448
6.598

Tabel 3.2 Daya tampung PTN UNHAS dan UNM 2015 lewat jalur SBMPTN
NO

1.

NAMA
UNIVERSITAS

UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR

NAMA FAKULTAS

DAYA
TAMPUNG
SBMPTN

FAKULTAS KEDOKTERAN

150

FAKULTAS MIPA

122

FAKULTAS TEKNIK

242

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

30

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

56

FAKULTAS FARMASI

51

FAKULTAS KEHUTANAN

63

FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN
PERIKANAN

132
119

75

FAKULTAS PETERNAKAN

72

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

96

FAKULTAS HUKUM

150

FAKULTAS ILMU BUDAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK

119
112

TOTAL KUOTA

2.

UNIVERSITAS
NEGERI
MAKASSAR

1514

FAKULTAS PSIKOLOGI

50

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

266

FAKULTAS MIPA

220

FAKULTAS TEKNIK

180

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

150

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA

189

FAKULTAS ILMU SOSIAL

80

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

70

FAKULTAS EKONOMI

172

TOTAL KUOTA

1377

Tabel 3.3 Jumlah kelulusan tiap bimbel pada fakultas kedokteran UNHAS
NAMA BIMBEL
JILC MAKASSAR
GANESHA OPERATION
GAMA COLLEGE
PRIMAGAMA MAKASSAR
RANU PRIMA COLLEGE
NURUL FIKRI
GADJAH MADA
MULTI PRIMA COLLEGE
SONY SUGEMA COLLEGE
BIMBEL LAIN-LAIN
TIDAK BIMBEL

2012
107
75

2013
93
42

12
6
16
2
3
3

3
11
9
5
6
2
38
57

21
40

Tabel 3.4 Fakta 2014 (UNHAS-UMI-UNISMUH)


NAMA BIMBINGAN BELAJAR
PRODI/JURUSAN

PEMINAT

JILC
MAKASSAR

GO

PRIMAGAMA

GAJAH
MADA

RPC

GAMA
COLLEGE

BIMBEL
LAINLAIN

TIDAK
BIMBEL

76

KEDOKTERAN UNHAS

4,888

122

49

30

31

KEDOKTERAN UMI

4,000

91

32

KEDOKTERAN UNISMUH

1,521

31

KEDOKTERAN GIGI - UH
KEDOKTERAN HEWAN UH

2,273

54

20

595

21

PSIKOLOGI -UH

1,442

22

992

26

KEPERAWATAN - UH

1,743

23

FARMASI - UH

3,260

58

13

FKM - UH

3,616

49

19

17

FISIOTERAPI - UH

7
8

21

12

12

12

33

16

25

13

94

Dari data tersebut menunjukkan statistik untuk fakultas kedokteran


antara siswa yang bimbel dan tidak bimbel yaitu
bimbel dan

88% untuk yang

12% untuk yang tidak bimbel. Dari data juga menjelaskan

bahwa 48% siswa yang lulus pada kedokteran UNHAS adalah siswa JILC.
Berdasarkan daya tampung dari berbagai PTN di Makassar khususnya
UNHAS dan UNM yaitu 2891 orang, sementara statistik terakhir jumlah siswa JILC
Makassar adalah 6598 orang, dengan asumsi

48% jumlah lulusan PTN

di Makassar adalah siswa JILC, maka perkiraan jumlah lulusan siswa JILC pada tes
tulis SBMPTN adalah

1388 orang, yang berarti tingkat

kelulusan siswa JILC pada PTN di Makassar untuk jalur tulis SBMPTN adalah
sebesar

21%.

4.2.2 Faktor-faktor Lingkungan Eksternal


a. Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap keikutsertaan
siswa dalam bimbingan belajar. Karena biaya bimbingan belajar cukup merogoh

77

kocek masyarakat. Sehingga keberadaan bimbingan belajar yang biayanya


terjangkau dan berkualitas dapat menjadi alternatif. Ini merupakan salah satu
ancaman bagi bimbingan belajar JILC.
b. Sosial Budaya
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak
mereka. Sehingga kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat. Sebagian besar
masyarakat berpendapat bahwa belajar di sekolah tidaklah cukup, sehingga mereka
menjadikan bimbingan belajar sebagai solusi dalam meningkatkan prestasi
akademik siswa.
Tidak hanya itu, tuntutan belajar lebih giat lagi untuk menghadapi ujian
sekolah, ujian nasional, maupun SBMPTN menjadi alasan bagi siswa dan orang tua
memilih bimbingan belajar.
Beberapa hal di atas menjadi peluang besar bagi eksistensi bimbingan
belajar JILC.
c. Pasar, pesaing, dan strategic Group
1. Pasar
Pasar yang dituju oleh bimbingan belajar JILC adalah para siswa yang
ingin meningkatkan prestasi akademiknya di berbagai bidang mata pelajaran seperti
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, Fisika, Biologi, Ekonomi,
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dll. JILC membagi segmentasi pasarnya berdasarkan
jenjang pendidikan. JILC membuka kelas untuk SD, SMP, dan SMA.
Untuk SMP, JILC membuka kelas reguler untuk kelas VII dan VIII, kelas
reguler untuk kelas IX dan VIP untuk kelas IX.

78

Untuk SMA, dibuka kelas reguler dan VIP. Selain itu, untuk siswa kelas
XII dibuka kelas intensif untuk persiapan menghadapi SBMPTN. Tidak hanya itu,
kelas VVIP pun dibuka untuk siswa kelas XII sebagai persiapan fakultas kedokteran,
dan yang terakhir kelas khusus STAN.
2. Pesaing
Semakin besarnya kepedulian masyarakat terhadap pendidikan,
mendorong kebutuhan mereka terhadap bimbingan belajar sehingga semakin
banyak bimbingan belajar yang menawarkan solusi dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di sekolah. Beberapa bimbingan belajar di Makassar yang telah
memiliki peminat yang cukup banyak, dan merupakan pesaing dari bimbingan
belajar JILC, yaitu :
a. Ganesha Operation (GO)
Sama halnya dengan JILC, GO hadir sebagai solusi bagi siswa dalam
menghadapi persaingan di bidang akademik.
Tempat bimbingan belajar yang paling disukai pelajar SD, SMP,
maupun SMA. Karena di GO ini, memakai revolusi belajar untuk metode
pengajarannya. Di GO ini, para siswa bimbel akan diajarkan cara menyelesaikan
soalnya dengan sepraktis mungkin.
Jadi, tidak perlu terlalu susah untuk mengerjakan soal Matematika,
rumus IPA atau hal yang lainnya. Karena kelebihan itu, GO berani menetaskan
slogan the king of fastest solution yang artinya rajanya untuk menyelesaikan
masalah paling cepat.
Marketing GO saat berbincang mengungkapkan bahwa di GO tidak
pernah menganggap siswa itu adalah siswa. Maksudnya di sini adalah di GO lebih

79

menganggap para siswanya itu seperti saudara. Oleh karena itu, hubungan personal
siswa dan pengajar terjalin dengan baik sehingga saat belajar pun seperti sedang
mengobrol. Situasi ini menimbulkan kondisi yang nyaman bagi siswa dalam
berkonsultasi mengenai pelajaran.
GO pun memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai seperti yang lainnya,
yaitu :
1. Konsultasi pemilihan SMA favorit
2. Try Out
3. Evaluasi hasil try out
4. Opscan 4 U Scanner (OMR) dan DMR
5. Go Smart (GO Executive)
6. Laporan kemajuan siswa
7. Ruang belajar ber-AC
8. Ruang diskusi
9. Psikotes
10. T-Shirt
11. Buku Revolusi Belajar
12. Rumus The King
13. Pengajar berkualitas
14. Ulum Vaganza
15. UN Fiesta
16. Evaluasi VAK
17. Konsultasi belajar (PR, Ulangan Harian)
18. Konsultasi pemilihan jurusan di PTN

80

19. Buku petunjuk pemilihan jurusan


20. Passing Grade SMA/PTN
Tidak hanya fasilitas, tetapi GO telah memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, berupa menjadi tim pembahas soal UMPTN Rayon C di Harian Umum
Fajar Makassar, tim pembuat soal lomba MIPA Nasional (LOMINAS) tingkat SLTP.
Tingkat kelulusan siswa GO pada SPMB/UMPTN pun tidak kalah.
Berikut grafiknya :

Gambar 4.3 Jumlah kelulusan siswa GO di PTN

Gambar 4.4 Jumlah kelulusan siswa GO pada beberapa PTN ternama di Indonesia

81

b. Ranu Prima College (RPC)


Ranu Prima College adalah bimbingan belajar dengan persentase
kelulusan tertinggi di Indonesia. Tahun 2008 97,2%, di tahun 2009 mencapai 96,3%
dan di tahun 2010 mencapai 97,38%.
Presiden Direktur Ranu Group, Muhammad Ramli Rahim, RPC yang
berkantor pusat di Jl. Cendrawasih no. 191 Makassar, hadir di Makassar sejak tahun
2008.
Ranu Prima College adalah sebuah lembaga bimbingan belajar yang
secara resmi berdiri pada 11 April 2008. RPC didirikan atas prakarsa beberapa
orang yang sangat berpengalaman di dunia bimbingan belajar. Muhammad Ramli
Rahim, S.Si adalah perintis dan pendiri Ranu Prima College. Sebelum beliau
mendirikan Ranu Prima College tercatat pada tahun 2000 beliau mendirikan Kukana
Learning Center (KLC) dan tercatat sebagai Direktur Utama pada bimbingan
tersebut.
Pada tahun 2002 di bawah kepemimpinan Muhammad Ramli Rahim,
S.Si Kukana Learning Center (KLC) menjadi bimbingan belajar dengan persentase

82

kelulusan tertinggi di Indonesia. Tahun 2004 tim KLC bergabung dengan Multi Niaga
Grup dengan nama baru yakni Multi Prima College dengan tetap di bawah
kepemimpinan Muhammad Ramli Rahim, S.Si sebagai direktur utama selama 4
tahun. Dalam kurun waktu tersebut banyak prestasi yang membanggakan yang
berhasil diraih, salah satunya adalah medali emas olimpiade internasional yang
diraih oleh siswa binaannya.
Pada tahun 2008 mereka memutuskan untuk berdiri sendiri dengan
nama baru yakni Ranu Prima College (RPC). Dengan bendera RPC, Muhammad
Ramli Rahim berlari semakin cepat, di tahun pertama RPC berhasil menjadi
bimbingan belajar dengan persentase kelulusan masuk PTN tertinggi di Indonesia.
Selain itu, di tahun pertamanya RPC telah memiliki 3285 siswa dan di tahun kedua
meningkat menjadi 4725 siswa. Dalam hal jumlah cabang, RPC juga bergerak bak
meteor, satu cabang di tahun pertamanya yakni bulan April 2008, menjadi 6 kantor
cabang pada bulan Juli 2008 dan menjadi 11 cabang di Juli 2010, di bulan Januari
2011 telah memiliki 19 kantor cabang, kini di tahun 2014, pergerakan RPC semakin
tidak terbendung karena selain hadir di hampir seluruh kabupaten Sulawesi Selatan
tetapi juga mulai melangkah ke luar provinsi seperti Provinsi Sulawesi Barat,
Gorontalo dan Manado. RPC juga memberikan bimbingan khusus Olimpiade Sains
secara gratis bagi siswa sebagai bentuk sumbangsih RPC mengharumkan nama
daerah masing-masing ke tingkat nasional dan internasional.
Alumni RPC juga tidak kalah hebatnya, Ikrar Syamar alumni RPC tahun
2008 berhasil lulus di 4 jurusan terbaik di Indonesia masing-masing farmasi ITB,
kedokteran UNHAS, Teknik Industri ITB, dan kedokteran UI.

83

Selanjutnya di tahun 2009 Muhammad Arif berhasil menjadi satusatunya siswa yang lulus program Beasiswa Mombukogakutzo 2010 dan kini kuliah
di Tzuroko National College Of Technology di Jepang. Sebelumnya Muhammad Arif
sempat kuliah di Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Pada tahun 2010, sebanyak 1003 siswa intensif RPC (kelas 12 SMA)
lulus PTN dengan jumlah siswa reguler mencapai 6.275 siswa, dan tahun 2011 RPC
Cendrawasih menjadi cabang bimbel terbaik di Sulsel karena 207 dari 209 siswanya
lulus di PTN atau 99,2% dan 65 siswa di antaranya lulus di PTN Jawa (ITB, UI,
UGM, ITS, IPB, UNDIP, UNPAD, dll) yang merupakan pencapaian cabang bimbel
terbaik di Sulsel. Secara keseluruhan di tahun 2011 sebanyak 1080 dari 1125 siswa
RPC lulus PTN di tahun 2011.
c. Nurul Fikri (NF)
Lembaga Bimbingan dan konsultasi belajar, yang memiliki atmosfer
Islami dalam aktivitas sehari-harinya. Membimbing siswa mulai dari jenjang kelas 45-6 SD, 7-8-9 SMP, 10-11-12 SMA, dan alumni SMA yang mau sukses menembus
gerbang PTN favorit.
d. Gama College
Gama College merupakan salah satu lembaga bimbingan belajar yang
ada di Makassar. Gama College pun telah memiliki 5 gedung di Makassar, salah
satunya berada di Fajar Graha Pena.
Gama College mendatangkan langsung konsultan psikologi dari UGM
sebagai tempat konsultasi prestasi siswa sekaligus untuk membantu siswa-siswi
Gama College mengetahui potensi akademiknya.

84

Tentor-tentor yang ada di Gama College, kebanyakan merupakan


alumni beberapa PTN di Indonesia. Kalaupun mahasiswa, ia harus berasal dari PTN
dan memiliki indeks prestasi minimal 3,3.
e. Primagama
Primagama adalah suatu lembaga bimbingan belajar yang lahir di kota
pelajar Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 1982 dan berkantor pusat di
Yogyakarta. Selama 29 tahun kami sebagai pendamping siswa dalam belajar telah
banyak mengalami perkembangan serta penyempurnaan dalam berbagai hal.
Sehingga langkah pencapaian Primagama adalah bimbingan belajar, dan bimbingan
belajar Primagama telah sukses dilalui. Sekarang harus lebih komprehensif dalam
mendampingi belajar siswa, sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dan
kebutuhan siswa maupun orang tua siswa.
Untuk saat ini Primagama telah menyiapkan inovasi-inovasi baru dalam
pelayanan yang makin qualified. Dengan dukungan 766 kantor cabang di seluruh
Indonesia, kurang lebih 20.511 Instruktur Smart (baca: tentor, guru), 3.540 para
SDM profesional atau karyawan, 400 mitra usaha yang ikut mengelola usaha ini.
Memang dibutuhkan manajemen yang modern dan solid untuk mengawal
Primagama yang sedemikian besar ini. Maka Primagama saat ini semakin percaya
diri melangkah ke depan untuk membuktikan bahwa Primagama memang layak
menjadi yang terbesar, terdepan dan terunggul.
Untuk mendukung pelayanan akademik dengan basic IT, Primagama
telah menggandeng PT Microsoft Indonesia agar proses pembelajaran lebih efisien
dengan model bimbel online. Dan ini satu-satunya dan pertama bagi bimbel di
Indonesia. Para siswa Primagama akan mendapatkan layanan belajar di rumah

85

melalui layanan online melalui situs www.primagamaplus.com. Situs tersebut


memberikan layanan berupa e-module, video pembelajaran, try out online, games
edukatif, konsultasi online, dan chatting antar siswa.
Tak cukup dengan itu Primagama juga selalu meng-up grade sarana
dan prasarana belajar, instruktur smartnya, sarana evaluasi belajar dan sebagainya.
Di

Primagama

tidak

ada

pembocoran-pembocoran

soal,

karena

proses

pembelajarannya memang terstruktur, jelas, terarah, efektif dan efisien yang meliputi
semua aspek pembelajaran secara komprehensif.
Langkah ini dilakukan untuk melengkapi langkah-langkah inovasi
sebelumnya seperti tes potensi dan bakat anak dengan fingerprint (lewat DMI
Primagama) yang bisa diperoleh secara gratis, maupun konsep remedial,
enrichment dan consulting. Selain itu juga terus dikembangkan model-model
pembelajaran dengan pendekatan logika semacam fisitaru (fisika tanpa rumus),
matematika gasing (gampang, asik dan menyenangkan) dan sebagainya.
Dari sisi prestasi manajemen, tak dapat dipungkiri prestasi gemilang
Primagama memang telah mendapat penghargaan dari beberapa pihak antara lain :
Sertifikat ISO 1998, Superbrand, Marketing Award, Franchise Award, Top Brand for
Kid Award dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa kesungguhan manajemen
Primagama tidak main-main dan Primagama merupakan satu-satunya bimbingan
belajar di Indonesia yang terpilih untuk mendapatkan penghargaan bergengsi
tersebut.
Fasilitas dan Layanan
1. Primagama mengedepankan Problem Solving
2. Konsep pengajaran Remedial, Enrichment dan Consulting

86

3. Metode belajar Smart Solution


4. Layanan belajar paripurna
5. 3 jenis belajar siswa
6. Benefit layanan baru Primagama
7. Fakta-fakta kelulusan
f. Multi Prima College
Multi Prima College (MPC) adalah salah satu lembaga bimbingan
belajar ternama di Makassar. Dengan rata-rata persentase kelulusan sejak
berdirinya enam tahun yang lalu sebesar 92% (tertinggi di Indonesia). Kantor pusat
beralamat di Jalan Sultan Alauddin no.212.

Jadi, dari beberapa bimbingan belajar di Makassar, dapat disimpulkan


bahwa yang menjadi pesaing utama bimbingan belajar JILC adalah Ganesha
Operation (GO). Hal ini dikarenakan :
1. Biaya bimbel di GO tidak jauh berbeda dengan di JILC.
2. Menawarkan fasilitas yang memadai
3. Menjamin kelulusan siswa atas UN
4. Klaim atas kelulusan siswa terbanyak di perguruan tinggi ternama dan terbaik di
berbagai fakultas yang menjadi favorit
5. Klaim atas pengajar-pengajar terbaik, yakni lulusan S1 bukan lagi mahasiswa
6. Menawarkan solusi praktis dalam menghadapi soal-soal rumit seperti Matematika,
Fisika, Kimia, Biologi
7. Membuka kelas khusus dalam menghadapi ujian tes masuk di berbagai
universitas, misalnya SIMAK UI, STAN, UMB, dan SBMPTN

87

4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis SWOT
a. Strength (Kekuatan)
Lokasi
JILC berada di lokasi yang strategis dan terdapat 23 cabang dalam kota MakassarSungguminasa-Maros.
Service (Pelayanan)
1. Tersedia layanan SMS Broadcast dan Interaktif
2. Klinik Hypnotherapy dan pelatihan Hypnotherapy
3. Setiap siswa memiliki penasehat akademik dan tentor konsultan tersendiri
4. THE MOST CREATIVE STUDENT AWARD
5. Prediksi dan bank soal terlengkap dibandingkan dengan bimbel manapun di
Makassar
Program Pembelajaran
1. Midnight show (Model soal Theater Games)
2. Sistem pembelajaran berbasis MIND TECHNOLOGY (memanfaatkan kekuatan
pikiran bawah sadar dalam belajar)
3. Program Semi Private
4. Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang formatnya sama dengan SBMPTN yang
sebenarnya
Fasilitas
1. Kartu siswa (dapat digunakan untuk mendapatkan diskon) karena kartu siswa
disponsori oleh pihak lain, misalnya bank.
2. Fasilitas belajar JILC paling lengkap dan tercanggih di Makassar.

88

Ekuitas Merek
Lainnya
1. Membina kelas akselerasi beberapa sekolah unggulan dan favorit di Makassar.
2. Perayaan ulang tahun JILC yang menghadirkan artis ibukota dan dapat dihadiri
oleh seluruh siswa ataupun alumni JILC secara gratis.
b. Weakness (Kelemahan)
Budaya Organisasi
1. Tidak mengetahui visi, misi perusahaan (budaya organisasi yang buruk)
2. Kurangnya silaturahmi di antara tentor-tentor
Fasilitas
1. Handbook disusun tanpa pembaruan yang aktif dan berkala
2. Jumlah siswa kelas reguler sekitar 30-40 orang sehingga kelas tidak lagi kondusif
dan inefisien serta inefektif.
SDM
1. Staf pengajar (tentor) sebagian besar adalah mahasiswa.
2. Jumlah tenaga pengajar tidak sepadan dengan jumlah kelas, dalam artian bahwa
jumlah tentor terbatas dengan kelas yang banyak.
Lainnya
1. JILC lebih fokus dalam menangani kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan
dengan kegiatan akademik, seperti pada saat perayaan ulang tahun.
2. Peraturan bagi siswa, misalnya jam masuk siswa di kelas hanya diterapkan di
kantor pusat, tetapi di beberapa kantor cabang tidak begitu ketat penerapannya.
3. JILC cenderung lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas.
4. Pembayaran gaji tentor yang sering terlambat bahkan hingga berbulan-bulan.

89

c. Opportunity (Peluang)
Reputasi
Fakta bahwa JILC merupakan bimbingan belajar dengan jumlah kelulusan siswa
yang cukup tinggi pada sekolah dan universitas unggulan dan favorit.
Sosial Budaya
1. Kondisi dimana siswa memilih bimbingan belajar dengan alasan rekomendasi
teman ataupun ikut-ikutan dengan teman menjadi peluang bagi JILC karena JILC
merupakan bimbingan belajar yang sangat tenar di kalangan siswa dan menjadi
pilihan pertama.
2. Orang tua yang sadar akan pentingnya peningkatan prestasi akademik, memilih
bimbingan belajar untuk mendukung akademik anak.
Lainnya
Tuntutan menghadapi ujian sekolah, ujian nasional, dan SBMPTN mendorong siswa
memasuki bimbingan belajar.
d. Threat (Ancaman)
Ekonomi
Banyak bimbingan belajar dengan biaya yang jauh lebih terjangkau
Sosial Budaya
Banyaknya siswa yang lebih memilih untuk bimbingan secara private di rumah.
Pesaing
Banyaknya bimbingan belajar yang muncul dan menawarkan pelayanan terbaik dan
kualitas serta fasilitas memadai.
Lainnya

90

1. Sekolah-sekolah pun membuka bimbingan sore dalam rangka persiapan


menghadapi ujian sekolah ataupun ujian nasional.
2. Sekolah membuka bimbingan mandiri untuk mata pelajaran tertentu (tergantung
pilihan siswa) dengan biaya yang lebih murah, dan jumlah pertemuannya pun sama
dengan jumlah pertemuan pada bimbingan belajar.
4.3.2 Penentuan bobot dan rating dari analisis lingkungan internal dan
eksternal bimbingan belajar JILC
Berikut akan ditinjau analisis lingkungan internal dan eksternal dari JILC. Penentuan
bobot dan rating berdasarkan pada hasil wawancara dari direktur cabang JILC
Andalas dan JILC Toddopuli. Berdasarkan hasil tersebut, maka faktor-faktor internal
dan eksternal tersebut dapat dikategorikan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman seperti tabel di bawah ini :
A. MATRIKS IFAS
Dari Identifikasi Faktor internal diatas disusunlah Matriks Internal Strategic Factor
Analysis (IFAS) dengan tahapan kerja sebagai berikut :

Tabel 3.5 Matriks IFAS


NO
A
1
2
3

FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL


Kekuatan
JILC berada di lokasi yang strategis dan terdapat
23 cabang dalam kota dan sekitarnya
Tersedia layanan SMS broadcast dan interaktif
Klinik Hypnotherapy dan pelatihan

BOBOT RATING SCORE

0,06

0,18

0,02
0,04

2
2

0,04
0,08

91

hypnotherapy
Setiap siswa memiliki penasehat akademik dan
tentor konsultan tersendiri

0,02

0,04

THE MOST CREATIVE STUDENT AWARD

0,03

0,06

Prediksi dan Bank soal terlengkap

0,04

0,08

MIDNIGHT SHOW (model soal Theater Games)


Sistem pembelajaran berbasis MIND
TECHNOLOGY (memanfaatkan kekuatan pikiran

0,05

0,15

0,04

0,08

0,03

0,09

0,03

0,06

0,02

0,06

0,03

0,09

0,07

0,28

0,02

0,04

0,07

0,28

bawah sadar dalam belajar)


9
10

Program semi-private
Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang
formatnya sama dengan SBMPTN yang

11

sebenarnya
Kartu siswa (dapat digunakan untuk
mendapatkan diskon) karena kartu siswa

12
13
14

15

disponsori oleh pihak lain, misalnya bank


Fasilitas belajar JILC paling lengkap dan
tercanggih di Makassar
Ekuitas Merek
Membina kelas akselerasi beberapa sekolah
unggulan dan favorit di Makassar
Perayaan ulang tahun JILC yang menghadirkan
artis ibukota dan dapat dihadiri oleh seluruh
siswa ataupun alumni JILC secara gratis

1,61

Total Skor Kekuatan


B

Kelemahan

Budaya organisasi yang buruk

0,05

-4

-0,20

Kurangnya silaturahmi di antara tentor-tentor


Handbook disusun tanpa pembaruan yang aktif

0,03

-3

-0,09

0,06

-4

-0,24

0,05

-4

-0,20

0,04

-3

-0,12

0,05

-2

-0,10

5
6

dan berkala
Jumlah siswa kelas reguler sekitar 30-40 orang
sehingga kelas tidak lagi kondusif dan inefisien
serta inefektif
Staf pengajar (tentor) adalah sebagian besar
mahasiswa
Jumlah tenaga pengajar terbatas dengan kelas

92

10

yang banyak
JILC lebih fokus dalam menangani kegiatankegiatan yang tidak berhubungan dengan
kegiatan akademik, seperti pada saat perayaan
ulang tahun
Peraturan bagi siswa, misalnya jam masuk siswa
di kelas hanya diterapkan di kantor pusat, tetapi
di beberapa kantor cabang tidak begitu ketat
penerapannya
JILC cenderung lebih mengutamakan kuantitas
daripada kualitas
Pembayaran gaji tentor yang sering terlambat
bahkan hingga berbulan-bulan

0,03

-3

-0,09

0,05

-3

-0,15

0,03

-2

-0,06

0,03

-4

-0,12

Total skor kelemahan


Total bobot kekuatan dan kelemahan

-1,37
1,00

Berdasarkan tabel tersebut di atas, nampak bahwa hasil perhitungan


bobot x rating untuk matriks strategi pemasaran bimbingan belajar melalui faktor
internal yakni kekuatan terletak skor tertinggi yaitu ekuitas merek dan perayaan
ulang tahun JILC yang menghadirkan artis ibukota dan dapat diikuti oleh seluruh
siswa JILC secara gratis. Kedua indikator tersebut terletak pada skor tertinggi yaitu
0,28. Sedangkan untuk kelemahan ditempati oleh handbook yang tanpa pembaruan.
Angka analisis faktor internal
Kekuatan dan kelemahan = 1,61 +(-1,37)
= 0,24
B. MATRIKS EFAS
Dari Identifikasi Faktor eksternal diatas disusunlah Matriks External Strategic Factor
Analysis (EFAS) dengan tahapan kerja sebagai berikut :
Tabel 3.6 Matriks EFAS

93

NO
A
1.

2.

3.

4.

B
1.

2.

3.

4.

FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL


Peluang(Opportunity)
Fakta bahwa JILC merupakan bimbingan
belajar dengan jumlah kelulusan siswa yang
cukup tinggi pada sekolah dan universitas
unggulan dan favorit.
Psikologi siswa yang mengikut pada pilihan
teman terhadap bimbingan belajar
Orang tua, yang sadar akan pentingnya
peningkatan prestasi akademik, memilih
bimbingan belajar untuk mendukung
akademik anak.
Tuntutan menghadapi ujian sekolah, ujian
nasional, dan SBMPTN mendorong siswa
memasuki bimbingan belajar.
Total skor peluang
Ancaman (Threat)
Banyak bimbingan belajar yang muncul
dengan biaya yang jauh lebih terjangkau,
fasilitas memadai dan berkualitas
Banyaknya siswa yang lebih memilih untuk
bimbingan secara private di rumah
Sekolah-sekolah pun membuka bimbingan
sore dalam rangka persiapan menghadapi
ujian sekolah ataupun ujian nasional
Sekolah membuka bimbingan mandiri untuk
mata pelajaran tertentu (tergantung pilihan
siswa) dengan biaya yang lebih murah, dan
jumlah pertemuannya pun sama dengan
jumlah pertemuan pada bimbingan belajar.
Total skor ancaman
Total bobot peluang dan ancaman

BOBOT RATING SCORE

0.08

0.08

0.2

0.8

0.07

0.07

0.2

0.8
1.75

0.25

-4

-1.00

0.1

-3

-0.3

0.05

-1

-0.05

0.05

-1

-0.05

-1.40
1.00

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa faktor peluang yang


memiliki nilai bobot dan rating tertinggi adalah tuntutan menghadapi ujian sekolah,
ujian nasional dan SBMPTN yang mendorong siswa memasuki bimbingan belajar.

94

Sedangkan faktor ancaman yang tertinggi adalah banyaknya saingan yang muncul
dengan biaya yang lebih terjangkau.
Angka analisis faktor eksternal
Peluang dan ancaman = 1,75 + (-1,40)
= 0,35
Gambar 4.5 Kuadran SWOT
PELUANG
(Opportunity)
Strategi pertumbuhan

0,35
KELEMAHAN
(Weakness)

KEKUATAN
(Strength)
0,24

ANCAMAN
(Threet)

Berdasarkan analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan


belajar JILC berada pada Kuadran I yaitu Strategi Pertumbuhan. Menurut Fredy
Rangkuti (2008:20) bahwa dalam kuadran I merupakan situasi yang sangat
menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat mencapai
peluang yang ada. Strategi yang harus digunakan dalam meningkatkan strategi
pemasaran jasa bimbingan belajar, dimana dalam strategi agresif, dengan adanya
hasil analisis data khususnya dalam menentukan strategi agresif maka dapat

95

dilakukan matriks swot. Matriks swot ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi,
baik secara internal (kekuatan dengan kelemahan) maupun secara eksternal
(peluang dan ancaman).
4.3.3 Analisis Matriks SWOT dalam matriks IFAS dan EFAS
Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah dengan melihat dari hasil
pencapaian jumlah pendaftar di lembaga bimbingan belajar JILC serta pendapatan
yang telah dicapai oleh JILC. Oleh sebab itu dalam menunjang pencapaian tujuan
dan sasaran perusahaan melalui peningkatan strategi pemasaran jasa lembaga JILC
adalah melalui analisis SWOT.
Berkaitan hasil analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman khususnya pada perusahaan JILC Makassar, maka dari hasil analisis
matriks SWOT dalam matriks IFAS, ternyata skor kekuatan lebih besar dari skor
kelemahan atau dengan kata lain skor faktor internal > 0. Sedangkan dilihat dari
matriks EFAS dimana skor peluang lebih besar dari ancaman atau skor faktor
eksternal > 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi yang cocok digunakan oleh
JILC Makassar adalah strategi agresif.
Menurut Fredy Rangkuti (2008 :20) yang menyatakan dalam kuadran I
merupakan situasi yang sangat menguntungkan sebab memiliki peluang dan
kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kuadran ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategic).
Dalam hubungan dengan uraian tersebut di atas dapat disusun 4
strategi yaitu Strenghts Opportunities (S-O), Weakness Opportunities (W-O),

96

Strengths Threats (S-T) dan Weakness Threats (W-T). Adapun penelitian


strategi pemasaran jasa bimbingan belajar dalam rangka peningkatan visi dan misi
perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.7 Matriks IFAS EFAS

IFAS

EFAS

Strengths (S)

Weakness (W)

1. 23 cabang dalam kota yang strategis


2. Sistem pembelajaran berbasis MIND
TECHNOLOGY
3. Perayaan ultah JILC menghadirkan
artis ibukota
4. Kartu siswa (dapat digunakan untuk
mendapatkan diskon)
5. Fasilitas JILC yang paling lengkap
dan canggih
6. Tutor yang telah ditraining dan
diupgrade sebulan sekali
7. Gladi resik SBMPTN yang sama
formatnya dengan SBMPTN
8. Penasihat dan tentor konsultan
tersendiri
9. Klinik hypnoteraphy dan pelatihan
hypnoteraphy
10. Prediksi dan bank soal terlengkap
11. The most Creative Student Award
12. Midnight Show
13. Ekuitas merek
14. SMS broadcast dan interaktif
15. Kelas akselerasi beberapa sekolah
unggulan
16. Program semi privat
17. Reputasi JILC sebagai bimbel
berkualitas

1. Handbook disusun tanpa


pembaruan yang aktif dan
berkala
2. Staf pengajar sebagian besar
masih berstatus mahasiswa
3. Jumlah siswa reguler terlalu
banyak
4. Jumlah tentor yang terbatas
dengan kelas yang banyak
5. Tidak terjalin kerjasama yang
baik untuk mencapai tujuan
bersama
6. JILC lebih fokus menangani
kegiatan non akademik
7. Peraturan bagi siswa tidak
terlalu ketat
8. Kuantitas menjadi hal utama
yang harus dicapai
9. Budaya organisasi yang
buruk
10. Pembayaran gaji tentor yang
sering terlambat

Opportunity (O)

Strategi SO

Strategi WO

1. Psikologi siswa cenderung


mengikuti teman
2. Tuntutan menghadapi US, UN,
dan SBMPTN
3. Orangtua yang sadar akan
peningkatan prestasi akademik
4. Fakta bahwa JILC adalah
bimbingan belajar dengan jumlah
kelulusan siswa yang cukup tinggi
pada sekolah dan universitas
unggulan atau favorit

1. Menerapkan social marketing sebagai


strategi pemasaran perusahaan
2. Mengadakan kunjungan ke sekolah
untuk mensosialisasikan program
serta keunggulan bank soal JILC
3. Memaksimalkan sistem sms
broadcast dan interaktif dengan orang
tua siswa
4. Memilih sumber daya terbaik untuk
menjadi penasehat akademik siswa

1. Melakukan pembaruan
handbook
2. Mengawasi pemberlakuan
peraturan di setiap cabang
3. Mengadakan pertemuan rutin
untuk para stakeholder JILC

Threats (T)
1. Bimbel lain menawarkan fasilitas
yang memadai
2. Siswa yang lebih memilih
bimbingan secara privat
3. Sekolah membuka bimbingan
persiapan US dan UN
4. Sekolah membuka bimbingan
mandiri mata pelajaran tertentu

Strategi ST
1. Memaksimalkan perayaan ulang
tahun JILC
2. Mengembangkan pelatihan
hypnoteraphy dan mind technology
3. Memaksimalkan promosi program
semi private
4. Melakukan kerjasama dengan sekolah
untuk ujian percobaan UN

Strategi WT
1. Mengurangi jumlah siswa
dalam satu kelas

97

Berdasarkan tabel tersebut di atas akan disajikan uraian pada matriks SWOT yaitu
sebagai berikut :
1. Strategi Strength Opportunities (SO)
Strategi ini kekuatan dan peluang yang dapat dilakukan guna dapat memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ini dapat
meliputi :
a. Menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan
b. Mengadakan kunjungan ke sekolah untuk mensosialisasikan program serta
keunggulan bank soal JILC
c. Memaksimalkan sistem sms broadcast dan interaktif dengan orang tua siswa
d. Memilih sumber daya terbaik untuk menjadi penasehat akademik siswa
2. Strategi Weakness Opportunities (WO)
Strategi ini dijalankan dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan pembaruan handbook
b. Mengawasi pemberlakuan peraturan di setiap cabang
c. Mengadakan pertemuan rutin untuk para stakeholder JILC
3. Strategi Strengths Threats (ST)
Strategi ini dijalankan dengan menggunakan kekuatan yang dimaksud untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memaksimalkan perayaan ulang tahun JILC
b. Mengembangkan pelatihan hypnoteraphy dan mind technology
c. Memaksimalkan promosi program semi private
d. Melakukan kerjasama dengan sekolah untuk ujian percobaan UN

98

4. Strategi Weakness Threats (WT)


Strategi ini didasari pada karyawan yang bersifat defenitif dan berusaha
menurunkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi WT dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas
Tabel 3.8 Prioritas Inisiatif Strategi

NO

INISIATIF STRATEGI

BOBOT

RATING

SCORE

PRIORITAS
INISIATIF
STRATEGI

0.11

0.44

1.

Menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran


perusahaan

2.

Mengadakan kunjungan ke sekolah untuk mensosialisasikan


program serta keunggulan bank soal JILC

0.068

0.204

3.

Memaksimalkan sistem sms broadcast dan inteaktif dengan


orang tua siswa

0.065

0.13

11

4.

Memilih sumber daya terbaik untuk menjadi penasihat


akademik siswa

0.072

0.216

5.

Memaksimalkan promosi perayaan ulang tahun JILC

0.12

0.36

6.

Mengembangkan pelatihan hypnoteraphy dan MIND


TECHNOLOGY

0.085

0.17

7.

Memaksimalkan promosi program semi private

0.055

0.11

12

8.

Melakukan kerja sama dengan sekolah-sekolah untuk ujian


percobaan UN

0.08

0.24

0.1
0.06

2
3

0.2
0.18

7
8

0.075

0.15

10

0.11
1

0.33

9.
10.

Mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas

11.

Mengawasi pemberlakuan peraturan-peraturan di tiap cabang

12.

Melakukan pembaruan content handbook

Mengadakan pertemuan rutin untuk para stakeholder JILC

Total Bobot

Berdasarkan tabel di atas, maka strategi prioritas yang paling tepat untuk JILC
adalah menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan,
diikuti dengan memaksimalkan promosi pada perayaan ulang tahun JILC. Kedua hal

99

ini yang menjadi faktor pembeda antara JILC dengan lembaga bimbingan lain.
Adapun faktor internal yang harus dibenahi seperti pembaruan handbook, dan
bentuk kerjasama dengan beberapa sekolah-sekolah ternama di Makassar dalam
menyelenggarakan simulasi Ujian Nasional, serta peningkatan kualitas tentor-tentor
pengajar dengan upgrading setiap bulannya.

100

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan belajar JILC berada pada kuadran I yaitu Strategi Pertumbuhan.
Dimana prioritas strategi yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Menerapkan social marketing sebagai strategi pemasaran perusahaan
2. Memaksimalkan promosi perayaan ulang tahun JILC
3. Melakukan pembaruan content handbook
4. Melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk ujian percobaan UN
5. Memilih sumber daya terbaik untuk menjadi penasehat akademik siswa
6. Mengadakan kunjungan ke sekolah untuk mensosialisasikan program serta
keunggulan bank soal JILC
7. Mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas
8. Mengadakan pertemuan rutin untuk para stakeholder JILC
9. Mengembangkan pelatihan hypnotheraphy dan mind technology
10. Mengawasi pemberlakuan peraturan-peraturan di tiap cabang
11. Memaksimalkan sistem sms broadcast dan interaktif dengan orang tua siswa
12. Memaksimalkan promosi program semi private

101

5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka akan dapat diberikan
beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Disarankan agar perlunya para direktur cabang untuk mengadakan evaluasi
tentor secara berkala setiap bulan, dan upgrading tentor demi meningkatkan kualitas
SDM.
2. Disarankan agar perusahaan lebih mengutamakan pelayanan yang baik daripada
mencari jumlah siswa yang banyak
3. Diharapkan agar dari pihak JILC bisa memberikan data yang lebih lengkap
mengenai jumlah kelulusan siswa pada PTN, karena tingkat keberhasilan dari
sebuah lembaga bimbingan belajar bukan hanya diukur pada kelulusan fakultas
kedokteran saja.
4. Diharapkan JILC dapat memperluas pangsa pasar, bukan hanya di Indonesia
Timur saja.
5. Diharapkan agar JILC bisa menyusun program kerja yang lebih kompetitif
mengingat banyaknya bimbingan lain yang cukup bersaing.

102

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta


Ames, M. and Runco, J.M. 2005. Predicting entrepreneurship from ideation and
divergent thinking, Creativity and Innovation Management, Vol. 14
No. 3, pp. 311-25
Beeho, Alison. 1997. Conceptualizing The Experiences of Heritage Tourists.
Elsevier Science Ltd, Great Britain
Bielski, L. 2006. The SWOT for retail IT reveals the interconnections of
technology, ABA Banking Journal, Vol. 98 No. 11, pp. 27-34
Bradley, D.B., Fryar, S. and Riper, D.V. 2003. Effects of the Hispanic population
on Arkansas small business, International Journal of
Entrepreneurship, Vol. 7, pp. 87-113
Cobb, R., Gooding, C.W. and Parker, J.A. 2006. The proposed merger of
America West and US Airways: will it fly?, Journal of the
International Academy for Case Studies, Vol. 12 No. 4, pp. 59-63
Coman, A. and Ronen, B. 2009. Focused SWOT: diagnosing critical strengths
and weaknesses, International Journal of Production Research, Vol.
47 No. 20, pp. 5677-89
Contino, D.S. 2001. Supply and demand: its your business, Nursing
Management, Vol. 32 No. 12, pp. 20-41
Conway-Morana, P.L. 2009. Nursing strategy: whats your plan, Nursing
Management, Vol. 40 No. 3, pp. 25-49
Dickson, P.R. 2002. Dynamic versus static SWOT analysis, American
Marketing Association, Conference Proceedings, Vol. 48 No. 2, pp.
257-79
Dobrzynski, J.H. 2007. It is whats inside that dazzles, Wall Street Journal,
June 7, p. D7
Don, W., Warbelow, A. and Landry, S.P. 2005. Nunivak Island Mekoryuk Alaska
(NIMA) corporation: an examination of a native village corporation
strategy development, Journal of International Academy for Case
Studies, Vol. 11 No. 5, pp. 17-37

103

Duarte, C., Ettkin, L.P., Helms, M.M. and Anderson, M.S. (2006), The challenge
of Venezuela: a SWOT analysis, Competitiveness Review, Vol. 16 Nos
3/4, pp. 233-247
Dwivedi, P. and Alavalapati, J.R. 2009. Stakeholders perceptions on forest
biomass-based bioenergy development in the southern US, Energy
Policy, Vol. 37 No. 5, pp. 1999-2018
Elrod, H. 2008. Pearl beer, Journal of the International Academy for Case
Studies, Vol. 14 No. 2, pp. 33-6.
Grant, R.M. 2008. Why strategy teaching should be theory based, Journal of
Management Inquiry, Vol. 17 No. 4, pp. 276-91
Glaister, K.W. and Falshaw, J.R. 1999. Strategic planning still going strong,
Long Range Planning, Vol. 32 No. 1, pp. 107-16
Haberberg, A. 2000. Swatting SWOT, Strategy, Strategic Planning Society,
September
Helms, Marilyn and Nixon, Judy. 2010. Exploring SWOT Analysis Where Are We
Now? Emeraldinsight, USA
Hill, Sam and Rifkin, Glenn. 2000. Radical Marketing: From Harvard to Harley,
Lessons From Ten That Broke The Rules And Made It Big. Paperback
Holman, P. and Hinthorne, T. 2004. The US cattle producer: surviving in a
buyers market, Case Research Journal, Vol. 24 No. 2, pp. 44-59
Houben, G. 1999. A knowledge-based SWOT-Analysis System As An
Instrument For Strategic Planning In Small And Medium Sized
Enterprises. Elsevier, Belgium
Kahraman, C., Demirel, N.C. and Demirel, T. 2007. Prioritization of e
Government strategies using a SWOT-AHP analysis: the case of
Turkey, European Journal of Information Systems, Vol. 16 No. 3, pp.
284-98
Kotler, Philip. 1995. Principles of Marketing, Analysis, Planning and Control.
Terjemahan Herajati Purwoto dan Jaka Wesana, edisi ke dua, Jakarta :
Erlangga.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi milenium, Jakarta : Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2008. Strategic Marketing For Health Care Organizations. JosseyBass, USA

104

Kotler, Philip and Keller, Kevin. 2006. Marketing Management. Pearson Education,
USA
Kotler, Philip. 2002. Marketing Management, Millenium Edition. Prentice-Hall, Inc
Learned, E.P., Christiansen, C.R., Andrews, K. and Guth, W.D. 1969. Business
Policy: Text And Cases, Irwin, Homewood, IL
Leong, F.T. and Leach, M.M. 2007. Internationalizing counseling psychology in
the United States: a SWOT analysis, Applied Psychology, Vol. 56 No.
1, pp. 165-79
Levesque, J. and Walker, H.F. 2007. The innovation process and quality tools,
Quality Progress, Vol. 40 No. 7, pp. 18-23.
Lin, C.C. and Lin, J. 2008. Capitalism in contemporary China: globalization
strategies, opportunities, threats, and cultural issues, Journal of
Global Business Issues, Vol. 2 No. 1, pp. 31-40
Mango, A.W. 2006. Opinion: affinity diagram bring structure amidst chaos,
Knight Ridder Tribune Business News, April 14, p. 1.
Malcolm H.B Mcdonal. 1999. Marketing Plants That Work, Jakarta : Erlangga.
Mehta, A., Armenakis, A., Mehta, N. and Irani, F. 2006. Challenges and
opportunities of business process outsourcing in India, Journal of
Labor Research, Vol. 27 No. 3, pp. 323-38
Nair, K.G.K. and Prasad, P.N. 2004. Offshore outsourcing: a SWOT analysis of
a state in India, Information Systems Management, Vol. 21 No. 3, pp.
34-40
Pandya, K.V. and Arenyeka-Diamond, A.O. 2002. Towards a model of e-tailing: a
SWOT analysis of electronic supermarkets, International Journal of
Services Technology and Management, Vol. 3 No. 1, pp. 96-110
Panagiotou, G. and van Wijnen, R. 2005. The telescopic observations
framework: an attainable strategic tool, Marketing Intelligence &
Planning, Vol. 3 Nos 2/3, pp. 155-71.
Plain, C. 2007. Build an affinity for K-J method, Quality Progress, Vol. 40 No.
3, pp. 88-100
Proctor, R.A. 1992. Structure and Creative Approaches to Strategy Formulation,
Management Research News, Vol. 15 No. 1, pp. 13-19

105

Rajeev, M. and Vani, B.P. 2009. Indias export of BPO services: understanding
strengths, weaknesses, and competitors, Journal of Services
Research, Vol. 9 No. 1, pp. 51-67
Rangkuti, Fredy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Penerbit:Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rau, K. 2007. Transformation from internet portal to the worlds largest
internet communications enterprise, Internet Research, Vol. 17 No. 4,
pp. 435-56
Robins, L. and Dovers, S. 2007. Community-based NRM boards of
management: are they up to the task?, Australasian Journal of
Environmental Management, Vol. 14 No. 2, pp. 111-22
Sale, M.L. 2007. How can I jump, when I have no place to stand? Accounting
to meet the needs of a changing market, Journal of the International
Academy for Case Studies, Vol. 13 No. 6, pp. 29-39.
Salman, A. 2009. Bangladeshs economy: surrounded by deadly threats,
International Journal of Social Economics, Vol. 36 Nos 1/2, pp. 138-51
Setianto, Agus. 2004. Analisis Efektivitas Orientasi Pasar, Inovasi, Kualitas
Layanan dan Kinerja Pemasaran Pengaruhnya Terhadap Keunggulan
Bersaing, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Stotler, J. 2008. Strayer education, incorporated: an equity valuation, Journal
of the International Academy for Case Studies, Vol. 14 No. 4, pp. 83-9
Stuart-Kregor, P. 2005. Can healthcare marketing be classed as excellent?
Journal of Medical Marketing, Vol. 5 No. 2, pp. 116-8.
Swastha, B. dan I. Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta : Liberty
Tjiptono, Fandy, 2002. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta.
Valentin, E.K. 2001. SWOT analysis from a resource-based view, Journal of
Marketing Theory and Practice, Vol. 9 No. 2, pp. 54-69
Winardi. 1989. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy), Bandung : Mandar Maju.
Wheelan, T.L. and Hunger, J.D. 1998. Strategic Management and Business
Policy. Addison-Wesley, Reading, MA.
White, E., Behara, R. and Babbar, S. 2002. Mine customer experiences, Quality
Progress, Vol. 35 No. 7, pp. 63-8
Xie, Y. and Lin, I-H. 2008. Strategic analysis: Blockbuster case study, The
Business Review, Vol. 9 No. 2, pp. 68-75

106

Yu, Larry dan Huimin, Gu. 2005. Cornell Hotel and Restaurant Administration
Quarterly. Sage, Washington

107

KEKUATAN
No
1

Penilaian Kondisi Saat Ini


1

Urgensi Penanganan
6

Lokasi yang strategis dan terdapat 23 cabang


dalam kota dan sekitarnya

Tersedia layanan SMS broadcast dan interaktif

Klinik hypnotherapy dan pelatihan hypnotherapy

Setiap siswa memiliki penasehat akademik dan


tentor konsultan tersendiri

THE MOST CREATIVE


5 STUDENT AWARD
6

Prediksi dan Bank soal terlengkap

MIDNIGHT SHOW (Model soal Theater Games)


Sistem pembelajaran berbasis MIND TECHNOLOGY

(memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar


dalam belajar)

9
10

Program semi-private
Melaksanakan gladi resik SBMPTN yang formatnya
sama dengan SBMPTN yang sebenarnya
Kartu siswa (dapat digunakan untuk mendapatkan

11

diskon) karena kartu siswa disponsori oleh pihak


lain, misalnya bank

12

Fasilitas belajar JILC paling lengkap dan tercanggih


di Makassar

13
14

Ekuitas Merek
Membina kelas akselerasi beberapa sekolah
unggulan dan favorit di Makassar
Perayaan Ultah JILC yang menghadirkan artis

15

ibukota dan dapat dihadiri oleh seluruh siswa


ataupun alumni JILC secara gratis

KELEMAHAN
No

Budaya organisasi yang buruk

Kurangnya silaturahmi di antara tentor-tentor

Handbook disusun tanpa pembaruan yang aktif dan


berkala
Jumlah siswa kelas reguler sekitar 30-40 orang

sehingga kelas tidak lagi kondusif dan inefisien serta


inefektif

Penilaian Kondisi Saat Ini

Staf pengajar (tentor) adalah sebagian besar


mahasiswa

Urgensi Penanganan
6

108

Jumlah tenaga pengajar terbatas dengan kelas


yang banyak
JILC lebih fokus dalam menangani kegiatan-kegiatan

yang tidak berhubungan dengan kegiatan akademik,


seperti pada saat perayaan ulang tahun
Peraturan bagi siswa, misalnya jam masuk siswa di

kelas hanya diterapkan di kantor pusat, tetapi


di beberapa kantor cabang tidak terlalu ketat
penerapannya

JILC cenderung lebih mengutamakan kuantitas


daripada kualitas

10

Pembayaran gaji tentor yang sering terlambat bahkan


hingga berbulan-bulan

PELUANG
No

Penilaian Kondisi Saat Ini


1

Urgensi Penanganan
6

Fakta bahwa JILC merupakan bimbingan belajar dengan


1

jumlah kelulusan siswa yang cukup tinggi pada sekolah


dan universitas unggulan dan favorit

Psikologi siswa yang mengikut pada pilihan teman


terhadap bimbingan belajar
Orang tua yang sadar akan pentingnya peningkatan

prestasi akademik, memilih bimbingan belajar untuk


mendukung akademik anak
Tuntutan menghadapi ujian sekolah, ujian nasional dan

SBMPTN mendorong siswa memasuki bimbingan


belajar

ANCAMAN
No

1
Banyak bimbingan belajar yang muncul dengan biaya

yang jauh lebih terjangkau, fasilitas memadai dan

berkualitas
Banyaknya siswa yang lebih memilih untuk
bimbingan
secara private di rumah
Sekolah-sekolah pun membuka bimbingan sore dalam

rangka persiapan menghadapi ujian sekolah ataupun


ujian nasional

Penilaian Kondisi Saat Ini

Sekolah membuka bimbingan mandiri untuk mata


pelajaran tertentu (tergantung pilihan siswa) dengan

Urgensi Penanganan
6

109

biaya yang lebih murah, dan jumlah pertemuannya pun


sama dengan jumlah pertemuan pada bimbingan
belajar

Penilaian kondisi saat ini


1 = Sangat kurang
2 = Kurang

Penilaian Urgensi Penanganan


1 = tidak
urgent

3 = Cukup

2 = kurang urgent
3=
urgent

4 = Agak Baik

4 = sangat urgent

5 = Baik
6 = Sangat Baik

Anda mungkin juga menyukai