Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS SIKLUS HIDUP PROYEK 

KERETA CEPAT JAKARTA-BANDUNG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Proyek

Dosen Pengampu: 
Dr. Dr. Drs. Rahman Mulyawan, M.Si.
  Yayan Nuryanto, S.Sos., M.Si 
  Agus Taryana, S.AP., M.AP

Disusun oleh:
Kelompok 1
Asri Maharani 170410200017
Yosari Febrian Martha 170410200026
Frida Nur Oktaviani 170410200032
Merdeka Safa Chaitra 170410200054
Krisna Yuliana Sari 170410200056
Fitriyani Aprilia 170410200064
Deviana Nur Azizah 170410200065
Qothrunnada 170410200066

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur terlimpah curah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat ridha dan izin-Nya lah laporan hasil analisis ini dapat selesai
disusun. Adapun judul dari makalah ini adalah “Analisis Siklus Hidup Proyek
Kereta Cepat Jakarta-Bandung”.
Penyusunan laporan hasil analisis ini ditujukan untuk memenuhi
komponen penilaian tugas pada mata kuliah Manajemen Proyek. Adapun
kelebihan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan hasil analisis ini,
penyusun mengharapkan umpan balik yang dapat membangun demi
pengembangan kompetensi penyusun dalam penyusunan ilmiah.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya disampaikan kepada kepada Bapak
Dr. Dr. Drs. Rahman Mulyawan, M.Si., Bapak Yayan Nuryanto, S.Sos., M.Si.,
Bapak Agus Taryana, S.AP.,M.AP., selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Manajemen Proyek yang telah memberikan tugas kepada penyusun, dan
memberikan kami kesempatan untuk memahami serta membahasnya. Selain dari
itu, ucapan terimakasih dan apresiasi disampaikan kepada beberapa pihak yang
telah membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Jatinangor, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Metode.......................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................5
2.1 Manajemen Proyek....................................................................................5
3.2 Siklus Hidup Proyek..................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................11
3.1 Definisi KCJB.........................................................................................11
3.2 Analisis Teori Siklus Hidup Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung......12
3.3 Analisis SWOT Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.........................22
BAB IV PENUTUP..............................................................................................30
4.1 Simpulan..................................................................................................30
4.2 Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan manusia menjadi semakin
kompleks. Tuntutan akan kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk terus
melakukan perubahan dan perbaikan pada berbagai hal. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan proyek. Istilah proyek mungkin
tidaklah terdengar asing di telinga kita karena istilah ini telah sering digunakan
oleh masyarakat luas. Proyek merupakan usaha yang memiliki parameter awal dan
akhir yang spesifik dan dirancang untuk mencapai target yang ditentukan.
Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh proyek adalah bersifat sementara
(memiliki periode waktu dalam pelaksanaannya), unik (memiliki target atau
objektif spesifik yang berbeda dengan pekerjaan rutin), terdapat interdependensi
antara beberapa pihak, memiliki kendala, menghasilkan output (produk atau
layanan), dan memberikan peluang perbaikan dan peningkatan pada proyek
selanjutnya.
Dalam rangka mencapai target yang telah ditentukan, setiap aspek proyek
harus melalui beberapa tahap, diantaranya tahap inisiasi, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian, serta penutupan. Proses atau tahapan
tersebut disebut dengan siklus hidup manajemen proyek. Supaya proses tersebut
dapat berjalan lancar dan memiliki peluang keberhasilan yang tinggi, maka
diperlukan sebuah pengaturan, yang mana manajemen proyek akan memegang
peran penting di dalamnya. Menurut H. Kerzner dalam (Soeharto, 2001)
Manajemen proyek merupakan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya perusahaan
dengan tujuan mencapai target jangka pendek yang telah ditetapkan. Dalam
praktiknya, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki,
termasuk arus kegiatan vertikal dan horizontal. Manajer proyek akan menerapkan
praktik terbaik untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan dengan prosedur
yang telah direncanakan dan mencapai tujuan akhir yang diharapkan.
Salah satu proyek strategis yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
adalah proyek kereta kecepatan tinggi. Sebagai salah satu Proyek Strategis

1
2

Nasional (PSN), proyek ini tercantum dalam Perpres Nomor 93 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung.
Proyek ini telah dicanangkan sejak tahun 2015, tetapi baru diresmikan pada
tanggal 21 Januari 2016 oleh Presiden Joko Widodo. Proyek kereta cepat ini
menghubungkan dua provinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rute
Jakarta-Bandung yang memiliki panjang trase 142,3 km. Oleh karena itu, proyek
ini disebut dengan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Skema
pendanaan proyek ini dilakukan melalui pinjaman senilai US$5 miliar (Rp75
triliun) dengan Cina Development Bank (CDB).
Akan tetapi, dalam prosesnya proyek biasanya mengalami kendala, baik
dari lingkungan internal maupun eksternal. Begitu pula halnya dengan proyek
KCJB, pada rentang tahun 2016 – 2018 proyek ini sempat tertunda karena adanya
permasalahan pembebasan lahan, sehingga Departemen Transportasi Kementerian
Perhubungan tidak dapat memberikan izin konstruksi sebelum semua lahan dapat
diakuisisi. Selain itu, dilansir dari laman TEMPO.CO, proyek KCJB mengalami
pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar (Rp18,24 triliun) dan
memiliki kendala pada skema penyaluran pinjaman karena Cina Development
Bank (CDB) menginginkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
sebagai jaminan apabila terjadi kegagalan dalam pembayaran, hal tersebut
disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut
Binsar Pandjaitan setelah melakukan pertemuan dengan pihak Cina.
Berdasarkan informasi yang dilansir dari laman resmi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, proyek KCJB
rencananya akan melakukan uji coba pada akhir bulan Mei tahun 2023 ini dan
mulai beroperasi tanggal 18 Agustus tahun 2023. Melihat besarnya upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam proyek ini, maka tentunya proyek KCJB ini
akan memberikan dampak yang cukup besar juga pada kehidupan masyarakat.
Dengan melihat setiap proses yang terjadi dalam siklus hidup proyek KCJB, kita
dapat mengetahui perjalanan proyek ini mulai dari tahap inisiasi sampai dengan
penutupan, apakah target pemerintah untuk meningkatkan efektivitas pada
mobilisasi masyarakat dapat tercapai atau tidak. Dengan demikian, penyusun
3

tertarik untuk menganalisis siklus hidup proyek KCJB melalui penyusunan


makalah yang berjudul “Analisis Siklus Hidup Proyek Kereta Cepat Jakarta-
Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
(KCJB)?
2. Bagaimana siklus hidup proyek dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
berdasarkan teori manajemen proyek?
3. Bagaimana analisis Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) (SWOT) terhadap proyek
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang, pelaksanaan, dan hal-hal yang berkaitan
dengan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)
2. Untuk mengetahui dan memahami siklus hidup proyek dari proyek Kereta
Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) berdasarkan teori-teori manajemen proyek
yang relevan
3. Untuk mengetahui hasil analisis Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) (SWOT)
terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)

1.4 Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan metode penelitian kualitatif
melalui studi literatur dengan menelaah secara seksama kepustakaan yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan melalui studi kepustakaan yang relevan dengan teori dan konsep
manajemen proyek, diantaranya buku teks, jurnal, periodikal, dan peraturan
perundang-undangan. Seluruh referensi tersebut ditelaah secara seksama dan
menyeluruh untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat dan berkaitan dengan teori
dan konsep manajemen proyek, khususnya mengenai siklus hidup proyek
terhadap isu yang dipilih.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek terbagi dalam dua kata yaitu manajemen dan proyek.
Asal kata manajemen yaitu to manage yang artinya mengelola. Mengelola disini
dapat diartikan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih
dengan memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu (Pujiyono,
2014). Manajemen menurut H. Koontz (1982) dalam Soeharto (1999) merupakan
“proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan
anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah ditentukan”.
Proyek menurut DI Cleland dan Wr. King (1987) dalam Karaini (2010)
merupakan kumpulan berbagai sumber daya yang dikumpulkan dalam suatu
organisasi sementara dalam rangka mencapai tujuan. Proyek juga dapat diartikan
sebagai susunan kegiatan yang memiliki sifat khusus dalam mencapai hasil yang
memiliki sifat khusus juga. Khusus dalam hal ini menunjukkan bahwa jika hasil
telah terselesaikan, maka kegiatan tersebut juga akan berhenti dan tidak akan
dilakukan lagi (modul). Kegiatan dari proyek merupakan kegiatan yang bersifat
sementara dengan jangka waktu yang telah ditetapkan (terbatas). Kegiatan proyek
dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk dengan ukuran dasar kualitas
yang telah ditentukan secara jelas dengan penentuan sumber daya yang telah
ditentukan pula. Jadi, ciri-ciri dari proyek sendiri, diantaranya (Soeharto, 1999):
a. memiliki tujuan yang menghasilkan produk akhir;
b. memerlukan biaya, jadwal, serta kriteria mutu yang telah ditentukan;
c. memiliki sifat sementara yang berarti terdapat batasan dalam penyelesaian
tugasnya;
d. tidak berulang-ulang.
Suatu proyek hadir dari beberapa sumber seperti rencana pemerintah,
permintaan pasar, dalam perusahaan, serta kegiatan penelitian dan pengembangan.
Rencana pemerintah yang menimbulkan adanya suatu proyek seperti rencana
untuk membangun prasarana. Pembangunan prasarana berupa membuat jalan,

5
6

jembatan, pelabuhan, dan lain sebagainya merupakan suatu proyek dengan fokus
tujuannya yaitu untuk kepentingan umum dan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan manajemen yang dilihat dari fungsi, maka manajemen proyek
sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Kerzner (1982) dalam Soeharto (1999)
merupakan “merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan”. Sehubungan dengan pengertian dari H. Kerzner tersebut, definisi
serupa pun dikemukakan oleh PMI (Project Management Institute) yaitu
“ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir
sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan
menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya serta
memenuhi keinginan para stakeholder” (dalam Soeharto, 1999).
Fungsi manajemen proyek sendiri terdiri dari empat fungsi, sebagai
berikut (Dimyati dan Nurjaman, 2014 dalam Arianie & Puspitasari, 2017):
1. Fungsi perencanaan (planning). Fungsi perencanaan dapat diartikan
sebagai fungsi untuk mengambil suatu keputusan dalam mengelola data dan
informasi yang telah ditentukan untuk dilaksanakan di masa mendatang.
Dalam fungsi ini dapat berupa penyusunan rencana baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
2. Fungsi organisasi (organizing). Fungsi organisasi dapat diartikan sebagai
fungsi yang dilakukan untuk mengumpulkan kegiatan manusia dengan
aktivitasnya masing-masing dan saling berhubungan serta berinteraksi untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini dapat berupa penyusunan lingkup aktivitas.
3. Fungsi pelaksanaan (actuating). Fungsi pelaksanaan dapat diartikan
sebagai fungsi untuk menyesuaikan pelaku organisasi mengenai kegiatan
pelaksanaan proyek. Dalam hal ini dapat berupa mengarahkan tugas, memberi
motivasi, dan lain sebagainya.
4. Fungsi pengendalian (controlling). Fungsi pengendalian dapat diartikan
sebagai fungsi untuk mengukur dari kualitas penampilan dan analisis serta
evaluasi kegiatan. Dalam hal ini dapat berupa pemberian saran perbaikan.
7

3.2 Siklus Hidup Proyek


Siklus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya “perputaran
waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara
tetap dan teratur”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa siklus
merupakan suatu rangkaian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang secara
berurutan. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa proyek merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa siklus hidup proyek merupakan rangkaian
kegiatan atau tahapan yang dilakukan untuk dapat mencapai hasil dari tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam siklus hidup proyek ini artinya akan melihat tahapan proyek mulai
dari perencanaan hingga pengawasan. Terdapat lima tahapan dalam siklus hidup
proyek, diantaranya tahapan inisiasi (initiating), tahapan perencanaan (planning),
tahapan pelaksanaan (executing), tahapan pengontrolan (controlling), dan tahapan
penutupan atau pengakhiran (closing).
a. Tahapan Inisiasi (Initiating)
Tahapan inisiasi merupakan tahapan awal dari suatu proyek. Tahapan ini
dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan dari kegiatan proyek yang akan
dilakukan. Tahapan ini dapat berupa membuat penyusunan rencana implementasi
kegiatan tahap awal seperti mengumpulkan kebutuhan, desain kasar, dan lain
sebagainya (Wijaya & Cahyono, 2022). Dengan kata lain, pada tahap inilah
dilakukan identifikasi dari masalah yang akan diselesaikan (kebutuhan). Setelah
dilakukan pengidentifikasian tersebut, kemungkinan besar lahir solusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut, sehingga selanjutnya akan terbentuk tim proyek
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2017). Identifikasi yang dilakukan juga
sekaligus untuk memberikan informasi mengenai alasan suatu proyek dilakukan.
Tahapan inisiasi dapat dikatakan juga tahapan pada taraf konseptual. Artinya
bahwa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa pengidentifikasian dan
penyusunan gagasan, pengembangan menjadi alternatif disertai lingkungan kerja,
jadwal, dan biaya. Akan tetapi, belum sampai pada tahap dimana dapat dijadikan
sebagai dasar pengambilan keputusan akhir suatu proyek akan dilaksanakan
8

(Soeharto, 1999). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa tahapan inisiasi berupa
perencanaan strategis maupun pemilihan proyek.
Tahapan inisiasi menjadi salah satu tahapan yang memiliki peran penting
dalam memberikan nilai tambah suatu proyek sebelum memasuki tahap
selanjutnya. Tahapan ini memiliki peran dalam memberikan keyakinan bahwa
proyek yang akan dilakukan layak dilaksanakan. Selain itu, berperan juga dalam
menentukan informasi kepada pemilik kepentingan, sehingga sumber daya yang
diperoleh sesuai dengan keperluan; mendapatkan visibilitas proyek; serta
mencegah hambatan dalam suatu proyek (MacNeil, 2022).
b. Tahapan Perencanaan (Planning)
Tahapan perencanaan merupakan tahapan lanjutan setelah tahapan
sebelum yaitu tahapan inisiasi. Dimana pada tahapan ini, akan disusun dokumen
proyek secara rinci sebagai petunjuk untuk tim proyek selama proyek
dilaksanakan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman,
dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2017).Perincian dokumen proyek ini
akan memudahkan tim proyek untuk memahami proyek yang akan dilaksanakan
serta yang dibutuhkan dalam proyek. Tahapan perencanaan juga dilakukan untuk
membantu proyek dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
batasan seperti waktu, anggaran, dan sumber daya (Team Asana, 2022).
Pada tahapan perencanaan, kegiatan yang dilakukan dapat berupa:
● Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam
arti lebih mendalam dan terinci, sehingga kesimpulannya cukup
mantap untuk dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan
perihal kelangsungan investasi atau proyek.
● Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi
teknik, engineering dan komersial yang selanjutnya dipakai
untuk membuat RFP, dokumen dan kontrak.
● Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis yang
berkaitan dengan garis penyelenggaraan proyek.
● Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik,
kontraktor, konsultan, arsitek, dan lain-lain (Soeharto, 1999).
Pada tahap inisiasi telah disinggung perihal lingkup, jadwal dan biaya,
serta mutu. Dalam tahap perencanaan, keempat sasaran tersebut ditetapkan
batasan dan kriteria, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan proyek
sebelum sampai tahap pelaksanaan (Soeharto, 1999). Hasil dari tahap ini dapat
berupa pembuatan dokumen perencanaan proyek, perencanaan anggaran,
9

perencanaan risiko, perencanaan komunikasi, kontrak, dan lain sebagainya (Pusat


Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, 2017).
c. Tahapan Pelaksanaan (Executing)
Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan dimana rencana proyek yang
telah dibuat sebelumnya mulai dilaksanakan. Sebelum proyek dilaksanakan,
dilakukan juga persiapan oleh pemimpin proyek dengan tujuan untuk menyiapkan
pelaksanaan proyek saat di lapangan ataupun tujuan proyek yang akan dibangun
secara fisik. Seluruh kegiatan yang telah dibuat dalam dokumen perencanaan akan
dieksekusi secara langsung pada tahap ini (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan,
Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2017).
Langkah yang dilakukan pada tahap ini sering kali berupa pelaksanaan rencana
dan pencapaian target proyek yang telah ditentukan; pembuatan sistem dari
pelaksanaan proyek (softwaregenuine.id, 2020). Jadi, inti dari dari tahapan
pelaksanaan yaitu tindak lanjut secara langsung dari rencana yang telah dibuat
dalam project management plan.
Tujuan dari tahapan pelaksanaan, antara lain:
1. Merealisasikan perencanaan proyek yang tertuang dalam
perencanaan manajemen proyek.
2. Mengkoordinasi kinerja tim proyek dan juga
mengoptimalkannya, serta pemanfaatan sumber daya non-
personil.
3. Merealisasikan perubahan perencanaan proyek yang telah
disetujui (Lesmana & Antika, 2019).

d. Tahapan Pengontrolan (Controlling)


Tahapan pengontrolan merupakan kegiatan untuk mengontrol aktivitas
suatu proyek. kegiatan pengontrolan atau pemantauan ini dilakukan untuk melihat
langkah demi langkah pelaksanaan kegiatan proyek dilakukan dengan sesuai atau
tidak sesuai dengan project management plan atau sesuai dengan rencana awal
ataupun sesuai target atau tidak (Lesmana & Antika, 2019). Tujuan dari
pengontrolan proyek sendiri, antara lain:
1. Memastikan pencapaian tujuan proyek apakah sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
2. Mengontrol pelaksanaan proyek agar sesuai dengan estimasi
dan rencana awal.
10

3. Dengan melakukan kontrol, diharapkan adanya masukan


apakah project management plan perlu diperbarui atau tidak
(Lesmana & Antika, 2019).

e. Tahapan Penutupan (Closing)


Tahapan penutupan merupakan tahap akhir dari suatu proyek. Pada
tahapan penutupan, kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan laporan hasil
proyek yang telah dilaksanakan. Pelaporan ini berbentuk dokumen laporan.
Dokumen ini akan diserahkan kepada semua stakeholder terkait bahwa kegiatan
proyek selesai dilaksanakan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 2017). Pada tahap ini,
harus dapat meyakinkan bahwa semua tujuan dari proyek yang dilaksanakan telah
terpenuhi. Selain itu, aktivitas yang belum terselesaikan pun harus dicatat untuk
diselesaikan. Setelah pelaporan semuanya telah selesai dan dituangkan dalam
dokumen laporan resmi, selanjutnya sebagai langkah akhir yaitu membubarkan
tim proyek. Dokumen pelaporan pada tahap ini dapat berupa laporan pelaksanaan
pekerjaan, laporan penyelesaian pekerjaan, berita acara penyelesaian pekerjaan,
dan berita acara serah terima pekerjaan (Lesmana & Antika, 2019).
11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi KCJB


Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB merupakan proyek kereta cepat
pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara. Kereta Cepat Jakarta-Bandung
(KCJB) dirancang untuk beroperasi dengan kecepatan maksimal 350 kilometer
per jam dan akan menempuh jarak kurang lebih 142 kilometer yang terbentang
dari Jakarta hingga Bandung beserta empat stasiun pemberhentian di Halim,
Karawang, Padalarang, dan Tegalluar dengan satu depo yang berlokasi di
Tegalluar. Proyek ini diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh antara Jakarta
dan Bandung dari sekitar tiga jam menggunakan kendaraan mobil menjadi hanya
40 menit menggunakan kereta ini.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dikembangkan oleh PT
Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan yang dibentuk pada
Oktober 2015 antara konsorsium BUMN Indonesia bernama PT Pilar Sinergi
BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya dan perusahaan lainnya
seperti PT Kereta Api Indonesia, PT Perkebunan Nusantara VIII serta PT Jasa
Marga, dan konsorsium Tiongkok yang dikepalai oleh Beijing Yawan HSR Co
Ltd, dimana didalamnya terdiri dari China Railway International, anak perusahaan
China Railway Group (CREC). PT KCIC bertanggung jawab untuk mengelola
konstruksi proyek, pengadaan peralatan dan material, serta mengawasi
pengoperasian dan pemeliharaan sistem perkeretaapian. PT KCIC juga telah
terlibat dalam berbagai inisiatif sosial dan lingkungan untuk mendukung
masyarakat yang terkena dampak pembangunan proyek.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dilakukan secara bisnis-ke-
bisnis, dengan Indonesia memiliki 60% saham dalam usaha patungan tersebut
dengan pembagian 38% dipegang oleh PT Wijaya Karya, 25% dipegang oleh PT
Perkebunan Nusantara VIII, 25% dipegang oleh PT KAI dan 12% dipegang oleh
PT Jasa Marga, sementara itu China memiliki 40% saham yang dipegang oleh
Beijing Yawan HSR Co Ltd.
Pada mula di tahun 2015, China menargetkan dana yang akan dihabiskan
pada proyek ini adalah senilai US$5,13 miliar atau sekitar Rp76,95 triliun (asumsi
12

kurs Rp 15 ribu). Anggaran ini lebih murah dari penawaran Jepang yang
memasang angka investasi di US$6,2 miliar atau setara Rp94,2 triliun. Dalam
perjalanan awal proyek disepakati dana dengan China pada angka US$6,07 miliar
atau setara Rp91,5 triliun. Namun, seiring perjalanan proyek ditemukan biaya
yang terus membengkak. Hingga kini, terhitung biaya proyek Kereta Cepat
Jakarta-Bandung (KCJB) dengan estimasi awal US$6,07 miliar ditambah dengan
kesepakatan cost overrun US$1,2 miliar, biaya proyek ini menjadi total US$7,27
miliar atau setara dengan Rp110,5 triliun.
Untuk spesifikasinya, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)
menggunakan tipe kereta CR400AF EMU yang diproduksi oleh CRRC Qingdao
Sifang dari China dengan jumlah 8 gerbong. Tipe ini menyesuaikan dengan
kondisi iklim di Indonesia, yang berada di daerah tropis dengan musim hujan
yang lebih panjang. Kondisi geografis trase Kereta Cepat Jakarta - Bandung dari
arah Jakarta yang menanjak, sangat cocok dengan spesifikasi CR400AF. Kereta
Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) berkapasitas 576 penumpang dan diperkirakan
memiliki harga tiket lebih kurang Rp.150.000-Rp.350.000 yang akan dijual secara
offline dan online yang terintegrasi dengan aplikasi KAI Access dan online travel
agent (OTA).
Progres dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan selesai
dalam waktu dekat. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
(Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah menyatakan bahwa Kereta Api
Cepat Jakarta Bandung (KCJB) bakal diresmikan oleh Presiden Joko Widodo
pada 18 Agustus 2023.
Proyek ini diharapkan menghasilkan ribuan hingga puluhan ribu pekerjaan
per tahun selama konstruksi yang akan menciptakan dampak ekonomi yang
positif. Industri terkait seperti peleburan, manufaktur, infrastruktur, pembangkit
listrik, elektronik, jasa, dan logistik juga akan mendapat dorongan, sehingga
mengarah pada pertumbuhan yang seimbang di semua sektor. Area stasiun dan
sekitarnya akan mengalami peningkatan aktivitas dan perkembangan, yang akan
menghasilkan peluang baru bagi sektor real estate. Daerah perkotaan dan
pedesaan di sepanjang jalur tersebut juga akan mengalami perkembangan yang
seimbang.
13

3.2 Analisis Teori Siklus Hidup Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

1. Tahap Inisiasi (Initiating)


Tahap Inisiasi merupakan tahap awal dalam menjalankan suatu proyek
dimulai setelah tercapainya kesepakatan untuk melaksanakannya. Pada tahap ini,
dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ingin diatasi serta merumuskan
beberapa alternatif solusi untuk menyelesaikannya. Dalam beberapa kasus,
dilakukan studi kelayakan untuk memilih solusi terbaik yang paling mungkin
direkomendasikan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Proyek kereta cepat telah direncanakan sejak tahun 2008 dengan rute awal Jakarta
– Surabaya dengan Jepang sebagai negara pengekspor teknologi kereta cepat
tersebut. Namun, karena terdapat berbagai pertimbangan terkait pendanaan
proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tersebut, rute dipangkas menjadi Jakarta-
Bandung yang juga dinilai dapat meningkatkan pendapatan perkapota yang
signifikan. Studi Kelayakan secara terperinci terkait proyek ini kemudian
disepakati oleh pemerintah Indonesia dan Jepang yang mulai dilaksanakan pada
Januari 2014. Kemudian pada tahun 2014, setelah presiden Jokowi merasakan
kereta cepat Beijing-Tianjin dengan jarak tempuk 120 km yang ditempuh hanya
dalam waktu 33 menit kemudian dibuatlah kesepakatan antara China dengan
Indonesia melalui penandatanganan nota kesepakatan (MoU) kereta cepat Jakarta-
Surabaya antara China Railway Construction Limited dengan PT. Resteel Industry
Indonesia. Sehingga pemegang proyek kereta cepat berganti menjadi China. Tepat
2 minggu setelahnya investor kereta cepat China datang ke Indonesia untuk
menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut.
Awalnya pemerintah Indonesia juga membuka peluang bagi negara-negara
lainnya untuk dapat turut serta pada pembangunan proyek kereta cepat ini.
Terdapat penawaran proposal dari Jepang dan China. Dalam penawaran proposal
proyek kereta super cepat di Indonesia dari Jepang dan China, Jepang
menawarkan kereta super cepat tipe Shinkansen E5 dengan biaya estimasi sekitar
6,2 miliar dolar AS, sedangkan China menawarkan kereta super cepat tipe
CRH380A dengan biaya estimasi sekitar 5,6 miliar dolar AS. Meskipun demikian,
terdapat perbedaan yang signifikan antara Jepang dan China dalam hal
14

kepemilikan saham dan tingkat bunga yang ditawarkan. Dalam proyek yang
diajukan oleh Jepang, bunga yang diminta oleh Jepang adalah sekitar 0,1 persen
per tahun dari total biaya proyek, sedangkan dalam proyek China, negara tersebut
meminta bunga sebesar 2 persen per tahun untuk pengerjaan proyek kereta super
cepat di Indonesia (Wulandari, 2015). Terlepas dari kepemilikan saham,
pengalaman lapangan, dan tingkat bunga hutang ke depannya, serta tingkat
kontribusi investasi dan jumlah kerja sama, Indonesia memilih China daripada
Jepang dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang terbilang mengejutkan.
Namun, jika melihat tabel realisasi investasi, Jepang lebih dominan dalam
memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia dibandingkan dengan
China. Seperti yang telah dibahas pada awal tulisan, penting bagi Indonesia untuk
menjaga keseimbangan dalam mempertahankan pengaruh negara-negara lain yang
beroperasi di dalam negaranya. Oleh karena itu, Indonesia secara tidak langsung
merasa perlu untuk menjalin kemitraan strategis dengan negara lain yang
dianggap mampu menyaingi dominasi Jepang di Indonesia. Setelahnya, oleh
berbagai pertimbangan dipilihlah China sebagai partner Indonesia dalam
pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung ini. Pembangunan kereta cepat
Jakarta merupakan pembangunan transportasi massal yang disinyalir berguna
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai kemudahan
dalam bentuk penggunaan teknologi kereta berkecepatan tinggi. Pembangunan ini
diharapkan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia
terkhusus wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta serta daerah di sekitarnya dan juga
berkontribusi dalam peningkatan pembangunan, pertumbuhan, pemgembangan
perekonomian di wilayah tersebut. Pembangunan kereta cepat ini direalisasikan
salah satunya sebagai sebuah solusi dari kemacetan yang banyak terjadi dengan
memindahkan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi massal karena
kerugian yang diakibatkan dari kemacetan sangat besar.
2. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Perencanaan adalah Setelah ruang lingkup proyek ditetapkan dan
tim proyek dibentuk, tahap perencanaan dimulai sebagai aktivitas awal proyek.
Pada tahap ini, dokumen perencanaan yang terperinci akan disusun sebagai
panduan bagi tim proyek selama pelaksanaan proyek. Beberapa kegiatan yang
15

dilakukan pada tahap perencanaan antara lain menyusun dokumen rencana


proyek, rencana sumber daya, rencana keuangan, rencana risiko, rencana
penerimaan, rencana komunikasi, rencana pengadaan, kontrak pemasok, dan
melakukan peninjauan tahap awal proyek.
Pada tanggal 2 Oktober 2015, terbentuklah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia
(PSBI) sebagai konsorsium yang melibatkan empat BUMN yang terlibat dalam
pembangunan kereta kecepatan tinggi, yaitu Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya,
PTPN VIII, dan Jasa Marga. Pada tanggal 6 Oktober, pembentukan konsorsium
ini dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan disahkan oleh Presiden Joko
Widodo melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 107 Tahun 2015 tentang
Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara
Jakarta dan Bandung. PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia akan menyertakan
modalnya dalam sebuah perusahaan patungan. PT. Kereta Cepat Indonesia China
yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Badan Usaha Milik
Negara Indonesia (BUMN) melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan
konsorsium perusahaan perkeretaapian China melalui Beijing Yawan HSR
Co.Ltd, dengan bisnis utama di sektor transportasi publik dengan skema business
to business (B2B) yang juga telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia didirikan pada tanggal 16 Oktober 2015. Kemudian dibuatlah
struktur organisasi dari KCIC ini yang nantinya memiliki berbagai tugas dalam
pembangunan proyek kereta cepat ini. Struktur organisasi PT. Kereta Cepat
Indonesia China (KCIC) dalam perencanaan pembangunan Proyek Kereta Cepat
Jakarta Bandung mencakup beberapa unit dan bagian, antara lain:
1. Direktur Utama: Bertanggung jawab atas seluruh operasional PT. KCIC,
termasuk koordinasi dengan pihak terkait dan stakeholders.
2. Wakil Direktur Utama Bidang Teknik: Bertanggung jawab atas segala
aspek teknis pembangunan proyek, seperti perencanaan, desain,
konstruksi, dan pengujian infrastruktur.
3. Wakil Direktur Utama Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia:
Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia
PT. KCIC, termasuk anggaran, investasi, dan pengelolaan SDM.
16

4. Wakil Direktur Utama Bidang Operasional: Bertanggung jawab atas


pengelolaan operasional proyek, termasuk pengelolaan konstruksi,
pengadaan, dan manajemen risiko.
5. Divisi Konstruksi: Bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi dan
instalasi infrastruktur proyek, serta pengelolaan proyek dan supervisi
terhadap kontraktor.
6. Divisi Pengadaan: Bertanggung jawab atas pengadaan material dan
perlengkapan proyek, termasuk pengelolaan supplier dan negosiasi
kontrak.
7. Divisi Keuangan: Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan proyek,
termasuk pengelolaan anggaran, investasi, dan akuntansi.
8. Divisi Hukum dan Perizinan: Bertanggung jawab atas pengelolaan
perizinan dan perizinan proyek, serta koordinasi dengan pihak terkait dan
stakeholders.
9. Divisi Komunikasi dan Hubungan Masyarakat: Bertanggung jawab atas
manajemen hubungan masyarakat dan stakeholder, termasuk komunikasi
internal dan eksternal, serta publikasi proyek.
Struktur organisasi tersebut dirancang untuk memastikan pengelolaan
proyek yang efektif dan efisien, serta pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
dalam setiap aspek pembangunan proyek.
Kemudian dalam mempersiapkan pembangunan proyek ini KCIC mengumumkan
beberapa tender terbuka untuk mencari jasa konsultan berbagai penyusunan
berbagai keperluan seperti Kajian Bisnis dan Pendampingan Seleksi Mitra
Strategis Pengembangan Bisnis, Pemecahan Dokumen Alas Hak dan Sertifikasi
Lahan Pengganti Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum yang terdampak Trase
Kereta Cepat Jakarta – Bandung, Jasa Konsultasi Penyusunan Persetujuan Teknis
(Pertek) Lingkungan Hidup dan Addendum Studi ANDAL, RKL, RPL untuk
Rencana Kegiatan Pembangunan Jalan ,Pengadaan Jasa Manajemen Fasilitas
Terintegrasi (IFM), pengadaan jasa konsultan penyusunan dokumen KAK dan
HPS untuk pengadaan kontraktor, serta penyusunan kepentingan lainnya.
Kemudian dibuatlah penilaian risiko yang mana Perencanaan manajemen proyek
dan evaluasi risiko sangatlah krusial dalam memastikan sukses dan kelancaran
17

proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Ada beberapa risiko yang harus


diperhatikan dalam proyek ini, seperti masalah regulasi dan hukum, masalah
keuangan, masalah teknis, dan masalah lingkungan. Oleh karena itu, perencanaan
manajemen proyek yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi risiko
tersebut, dengan memperhatikan aspek penting seperti manajemen jadwal,
manajemen biaya, manajemen sumber daya manusia, manajemen kualitas, dan
manajemen risiko.
Kemudian disiapkan jadwal persiapan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
terdiri dari beberapa tahapan yang harus diikuti, seperti:
● Melakukan studi kelayakan (feasibility study) pada periode 2015 hingga
2016 untuk menilai kecocokan proyek.
● Menandatangani perjanjian kerjasama antara Indonesia dan China pada
bulan Maret 2016.
● Membentuk perusahaan patungan PT. Kereta Cepat Indonesia China
(KCIC) pada bulan Oktober 2016.
● Menyusun desain awal pada tahun 2016 hingga 2017.
● Mendapatkan izin lingkungan pada tahun 2017.
● Menyelesaikan rancangan teknis pada tahun 2018.
● Membebaskan lahan yang diperlukan untuk pembangunan pada periode
2018 hingga 2020.
● Memulai konstruksi pada tahun 2021 dengan target selesai pada tahun
2024.
● Melakukan uji coba pada periode 2024 hingga 2025.
● Memulai operasional komersial pada tahun 2025.
3. Execute (Pelaksanaan)
Siklus hidup proyek yang ketiga adalah tahap pelaksanaan proyek di mana
rencana proyek yang telah disusun mulai dieksekusi agar proyek yang diinginkan
dapat berhasil dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Namun sebelum
memulai pelaksanaan proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung (KCJB), terdapat
serangkaian persiapan yang harus dilaksanakan oleh pemilik proyek sebagai
berikut:
a. Menyusun sistem pelaksanaan dan keamanan teknis
18

1) PT KCIC melakukan pengembangan kawasan hijau Walini


sebanyak 30% yang akan dijadikan sebagai stasiun Transit
Oriented Development (TOD).
2) PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) bekerjasama
dengan Lembaga Afiliasi Peneliti dan Industri (LAPI)
Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk meminimalisir
kemungkinan terburuk apabila terjadi bencana patahan
seperti Cesar Lembang dan Cesar Paribis serta memiliki
peta lengkap wilayah rawan patahan tanah baik yang masih
aktif atau pun yang sudah tidak aktif.
3) PT KCIC melakukan koordinasi dengan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk
operasionalisasi KCJB dengan memanfaatkan penggunaan
sistem persinyalan CTCS-3 yang telah mendapatkan
sertifikasi dari Loyd’s dan TUV serta sertifikasi Safety
Implementation Level (SIL) level IV, yang merupakan
sistem keamanan tertinggi di dunia.
4) PT KCIC akan memasang sensor pendeteksi setiap gerakan
tanah sepanjang trase yang akan dikirimkan ke control
center untuk memberikan peringatan dini kepada rolling
stock yang sedang beroperasi.
5) PT KCIC bersama LAPI ITB melakukan pemasangan alat
crackmeter di area permukiman warga yang mungkin
terdampak aktivitas blasting.
6) PT KCIC membantu membersihkan tumpukan sampah di
Kali Jambe yang semula tersumbat dan menyebabkan
banjir.
7) PT KCIC melakukan tindakan pemulihan terhadap
kerusakan akses jalan di samping jalan tol Cikampek Km+4
sekitar exit tol Jatiwaringin.
19

8) PT KCIC memantau sejumlah pintu air sungai dan saluran


air yang berada di sekitar lokasi proyek untuk memastikan
berfungsi dengan normal agar terhindar dari banjir dan
longsor.
b. Menyusun standar kualitas proyek
1) Standar kualitas proyek KCJB dapat terlihat dari beton-
beton yang menopang lintasan KCJB yang dibangun
dengan material kelas satu dan standar pengawasan mutu
yang tinggi. Standar mutu beton yang digunakan pada
proyek KCJB tidak memakai standar mutu K dan FC (Mpa)
yang umum digunakan di Indonesia, melainkan standar
mutu C yang memiliki keunggulan dalam hal spesifikasi
additive beton yang lebih menyesuaikan kondisi
lingkungan.
2) Penerapan metode Cast in Situ untuk full span girder. Cast
in Situ adalah metode cor ditempat langsung 1 span penuh.
c. Menyusun proses administrasi, perizinan, dan pembayaran proyek
1) Per Oktober 2015, semua persyaratan lisensi untuk
mendukung percepatan pembangunan KCJB telah
disiapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sejak 20
Januari 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan mengeluarkan izin Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Proyek KCJB juga telah
memiliki izin lisensi untuk mendirikan badan usaha
perkeretaapian.
2) Skema pembayaran proyek masih dalam proses negosiasi,
China Development Bank (CDB) meminta pembayaran
utang tersebut dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Akan tetapi, pihak Indonesia
menginginkan adanya pembayaran melalui PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia.
d. Melakukan rapat dan koordinasi
20

1) PT KCIC melakukan rapat koordinasi dengan Sekretariat


Daerah Provinsi Jawa Barat dan Kepala Bagian
Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait
keluhan masyarakat terhadap proyek KCJB.
2) PT KCIC melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
konsorsium kontraktor secara berkala.
3) PT KCIC selaku pemilik proyek melakukan rapat secara
berkala kepada pemerintah pusat seperti Kementerian
BUMN dan Kementerian Perhubungan, untuk melaporkan
progress kemajuan proyek.
e. Menetapkan asuransi masing-masing pekerja
1) Saat Pandemi Covid-19 berlangsung, seluruh jajan proyek
KCJB menerapkan protokol pencegahan penyebaran
Covid-19 di seluruh lingkungan proyek, melakukan
menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 di
seluruh lingkungan proyek, melakukan screening
kesehatan, memantau dan melaporkan kesehatan seluruh
karyawannya setiap hari, menyediakan peralatan sanitasi di
dalam lingkungan proyek, serta para pekerja ataupun tamu
diwajibkan mengenakan perlengkapan pelindung seperti
masker dan gloves.
2) Memberikan Asuransi Jasindo dan BPJS Ketenagakerjaan
terhadap perlindungan risiko kerugian dalam proyek
pembangunan KCJB.
4. Monitor and Control (Pemantauan dan Pengendalian)
Tahap pemantauan dan pengendalian proyek merupakan pengambilan
langkah-langkah yang dibutuhkan agar pengoperasian proyek berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan rencana. Sebab selama pelaksanaan proyek,
memungkinkan terjadi beberapa perihal yang tidak sesuai dengan perkiraan.
Tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan hasil terbaik dengan pengeluaran
seminimal mungkin. Dalam proyek KCJB, telah dilakukan berbagai kegiatan yang
terdiri dari:
21

a. Memantau biaya dan jadwal pelaksanaan proyek


Pada awalnya, proyek KCJB direncanakan beroperasi pada tahun
2021. Namun hingga saat ini, proyek ini mengalami hambatan dalam
penyelesaiannya dan diperkirakan mulai dioperasikan tahun 2023.
Salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian
proyek ini adalah overrun cost akibat situasi tidak terduga, seperti
kelemahan nilai tukar rupiah yang mengakibatkan biaya impor
material melonjak naik dan penggantian rugi kepada masyarakat yang
terdampak proyek KCJB memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Saat ini, pengerjaan proyek KCJB sudah mencapai hampir 84% dan
diperkirakan akan rampung pada Juni 2023. Semula, proyek ini
ditargetkan hanya memakan dana sebesar US$5,13 miliar atau sekitar
Rp76,95 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu) oleh Pemerintah China pada
2015 silam. Namun dalam perjalanannya, terjadi pembengkakan biaya
KCJB mencapai US$7,27 miliar atau Rp110,5 triliun.
b. Melakukan pengendalian proyek
1) Pemantauan proyek KCJB dilakukan oleh pemerintah
melalui Kemenko Perekonomian bersama Kemenko Bidang
Kemaritiman dan Investasi, bahkan pada 18 mei 2021 lalu,
Presiden Joko Widodo meninjau secara langsung
perkembangan pembangunan konstruksi proyek KCJB.
2) Pemantauan di lapangan turut dilakukan oleh Komnas
HAM untuk melihat komitmen PT KCIC terkait adanya
aduan kerusakan lingkungan.
Pada saat proses pemantauan, terjadi sejumlah keluhan dari masyarakat
sebagai berikut:
a) Bencana banjir di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
Barat yang menyebabkan penyempitan saluran air sehingga
beberapa area pesawahan warga menjadi kering.
b) Laporan kerusakan dan pencemaran lingkungan dari
Paguyuban Margawangi Estate Cijawaru. Sejumlah rumah
masyarakat di Perumahan Tipar Silih Asih, Padalarang,
22

Kabupaten Bandung Barat mengalami kerusakan akibat getaran


saat pembangunan terowongan. Getaran timbul karena adanya
ledakan bertubi-tubi tanpa ada pemberitahuan dari PT KCIC.
Pembuatan terowongan dengan memakai peledak bukan
menggunakan alat bor berpegas yang lebih ramah lingkungan
yang tidak terlalu menyebabkan polusi udara juga sangat
membahayakan lingkungan.
c) Adanya gangguan polusi udara saat pembuatan tiang-tiang
pancang.
d) Adanya ledakan pipa Pertamina di daerah Cimahi.
e) Pabrik-pabrik instalasi pembuatan girder banyak yang belum
memiliki izin.
f) Adanya penyumbatan saluran-saluran air drainase oleh tanah
urugan proyek.
g) Sebelum adanya komplain dari masyarakat, banyak masyarakat
di Walini yang tanahnya dijadikan tempat pembuangan tanah
disposal.
h) Adanya pergeseran Jembatan Cisomang yang menjadi bukti
bahwa konstruksi proyek sangat rawan akan hal-hal bencana
alam.
5. Close (Penutupan)
Tahap penutupan merupakan tahapan akhir dari aktivitas proyek. Pada
tahap ini, tim proyek akan dibubarkan dan dilakukan pemberian laporan kepada
semua stakeholder. Namun, tidak semua proyek akan melalui setiap tahapan yang
sama. Proyek dapat berhenti sebelum memasuki tahap penutupan. Merujuk pada
kasus proyek KCJB yang mengalami hambatan sehingga penyelesaiannya
memakan waktu yang lebih lama, bisa dikatakan tahap penutupan ini belum
dilalui karena sampai saat ini proyek KCJB masih dalam proses penggarapan dan
rencananya baru akan selesai pada bulan Agustus tahun 2023.

3.3 Analisis SWOT Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung


1. Analisis Strengths (Kekuatan)
1.1 Kekuatan Struktur Prasarana
23

PT KCIC mengklaim bahwa struktur bangunan Kereta Cepat


Jakarta - Bandung (KCJB) dirancang tahan gempa. Hal ini dibuat sebagai
bentuk mitigasi potensi bencana gempa di sekitar trase KCJB. Dwiyana
Slamet Riyadi yang menjabat sebagai Direktur Utama PT KCIC
mengatakan, bahwa desain struktur proyek KCJB memang dibuat untuk
tahan menghadapi berbagai potensi bencana alam, termasuk gempa bumi.
Dalam pelaksanaan konstruksinya selalu memperhatikan kualitas agar
hasil pembangunan berfungsi secara optimal. Struktur Prasarana KCJB
sudah mempertimbangkan kondisi di Indonesia yang sering terjadi gempa
bumi. Struktur Prasarana KCJB telah di desain tahan gempa dan bertahan
hingga 100 tahun. Gempa tertinggi yang pernah terjadi di Jawa yaitu
memiliki kekuatan 8,0 magnitudo. Kondisi ini sudah diantisipasi dalam
pembangunan Struktur KCJB sehingga mampu menghadapi gempa yang
menyebabkan kerusakan parah, keretakan pada tanah hingga
mengakibatkan longsor.
Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi geologis sepanjang trase. Struktur
prasarana Kereta Cepat Jakarta - Bandung (KCJB) di desain tahan gempa
sebagai mitigasi potensi bencana gempa di sekitar trase KCJB. Dengan
mempertimbangkan referensi zona gempa dan kondisi seismik yang ada di
Indonesia, Prasarana KCJB seperti jembatan, subgrade hingga terowongan
yang berada di sepanjang trase, sudah dirancang supaya memiliki
ketahanan gempa hingga 8,0 sampai dengan 9,0 Skala Intensitas Seismik
(Setara dengan 8 magnitudo).
Selain struktur pembangunan yang tahan gempa, dalam hal ini
sarana kereta api cepat penumpang (EMU) dan kereta api cepat inspeksi
(CIT) Juga sudah dilengkapi dengan fitur disaster monitoring atau
pendeteksian bencana, disematkan untuk keamanan operasi KCJB.
Diharapkan bisa memitigasi dampak apabila terjadi bencana.
1.2 Mempersingkat Waktu Tempuh
Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung diharapkan dapat
meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi waktu tempuh antara kedua
24

kota layaknya jalur KA Cepat pertama kali di Tiongkok yaitu Beijing-


Tianjin. Sama dengan di Indonesia, pada tahap awal pemerintah Tiongkok
membangun Kereta Api Cepat untuk menghubungkan kedua kota penting
di wilayah yang memiliki jarak 148,7km. Jarak tersebut serupa dengan
panjang jalur KCJB sejauh 142,3km. Sebelum adanya KA Cepat
perjalanan Beijing-Tianjin dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam
dengan menggunakan kendaraan roda 4. Namun setelah hadirnya Kereta
Api Cepat waktu perjalanan dapat dipangkas menjadi 33 menit.
Hal tersebut serupa dengan layanan KCJB yang nantinya akan
menempuh waktu 30 menit saja untuk rute Stasiun Halim menuju Stasiun
Padalarang atau 46 menit jika menuju Stasiun Tegalluar. Jika ditempuh
dengan mobil, waktunya dapat mencapai 2-3 jam perjalanan. General
Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry mengatakan
kehadiran KCJB di Indonesia akan membawa berbagai kemudahan dan
dampak perekonomian yang akan dirasakan berbagai lapisan masyarakat.
Tersedianya layanan kereta api cepat yang tepat waktu, stasiun dan kereta
yang bersih, juga akan menghadirkan budaya baru bagi masyarakat
Indonesia.
2. Analisis Weaknesses (Kelemahan)
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyampaikan sejumlah
kendala utama yang dihadapi dalam melakukan pembangunan Kereta Cepat
Jakarta - Bandung (KCJB) yang belum rampung sampai saat ini. Dwiyana Slamet
Riyadi yang menjabat sebagai Direktur Utama KCIC menyampaikan tiga kendala
yang menjadi masalah perusahaan dalam proyek pembangunannya, yang termasuk
kedalam tiga permasalahan tersebut yaitu :
1. Pendanaan
2. Pandemi Covid-19
3. Teknis konstruksi
BUMN sponsor sampai dengan April 2021 belum dapat memberikan
setoran modal secara penuh. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan bahwa PT
KAI yang akan mengambil alih pihak sponsor. Menurutnya, PT KAI sebagai
leading sponsor menggantikan WIKA. Adapun penggunaan setoran modal dari PT
KAI akan digunakan untuk pembayaran sewa BMN Rumija Tol, Penggantian
25

investasi PLN, investasi untuk clearance peralatan Telkomsel untuk implementasi


GSM-R, Pembayaran progres pekerjaan kepada kontraktor konsultan supervisi,
asuransi, pajak dan material offshore penting. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19
juga menjadi masalah karena pekerja terpapar Corona. Dan dampaknya minimal
3-5 pekerja yang melakukan karantina mandiri. Terakhir, kendala yang masih
menjadi catatan adalah masalah kondisi geologi dan clay shale di tunnel 2.
Penyelesaian ekskavasi tunnel 2 yang awalnya akhir Agustus 2021 menjadi April
2022 dan mempengaruhi tahapan pekerjaan berikutnya mencakup Erection Girder,
Preloading, dan Track Laying Subsystem.
3. Analisis Opportunities (Peluang)
3.1. Peluang dalam Sektor Ekonomi
Melalui pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
(KCJB), terdapat peluang meningkatnya minat investasi dalam negeri dan
mancanegara yang dapat meningkatkan pemasukan negara secara periodik.
Bahkan kontribusi proyek KCJB terhadap penerimaan negara per 31
Desember 2021 telah mencapai besaran Rp5,34 triliun; dengan rincian
anggaran sebesar Rp3,73 triliun melalui Penerimaan Negara dari Pajak
yang meliputi setoran kewajiban pajak dan yang lainnya merupakan
penerimaan Negara Bukan Pajak pembayaran seperti penggantian PBB
rumija Rp 16,9 miliar, pembayaran sewa BMN untuk stasiun Halim
hingga 50 tahun ke depan sebesar Rp 1,16 triliun, dan pembayaran sewa
rumija tol trase KCJB Rp 436,8 miliar. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa terdapat kemungkinan kemungkinan besar mengenai
penyumbangan terhadap penerimaan negara yang lebih besar lagi ketika
proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ini telah selesai 100% dan
beroperasi sesuai analisis dan rencana yang telah dibentuk.
Pernyataan mengenai Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dapat
menjadi pelengkap ekosistem transportasi kereta api yang berpotensi
membuka sejumlah lahan perekonomian baru di Indonesia khususnya di
wilayah Jawa Barat serta DKI Jakarta dan bahkan daerah-daerah di
sekitarnya (daerah penyangga yang dilewati oleh rel Kereta Cepat Jakarta-
Bandung (KCJB)) yang sangat mungkin dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kuantitas serta percepatan pembangunan, pertumbuhan,
26

pengembangan perekonomian wilayah dan kawasan pun telah disampaikan


oleh Kepala Bidang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian Asisten Deputi
Bidang Perhubungan dan Pekerjaan Umum Deputi Bidang Kemaritiman
dan Investasi Sekretariat Negara, M. Faisal Yusuf. Kereta Cepat Jakarta-
Bandung (KCJB) yang berpotensi untuk mempercepat pengembangan
kawasan ekonomi baru dan kota-kota baru di Jawa Barat, dapat membawa
multiplier effect (efek berganda) yang besar untuk masyarakat dalam
bentuk peluang usaha, terutama investasi di bidang properti dan pariwisata
kawasan-kawasan berbasis transit oriented development (TOD). Yang
dimaksud dengan multiplier effect (efek berganda) adalah sebuah pengaruh
yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan ekonomi yang terjadi secara meluas
dan beruntun (semacam domino effect; bertautan satu sama lain). Namun,
peluang-peluang yang disampaikan sebelumnya, harus dibersamai dengan
tindakan pemerintah daerah yang jeli dalam memanfaatkan peluang
tersebut sebesar-besarnya untuk mendorong ekonomi masyarakat. Terlebih
untuk daerah yang berada di titik poin stasiun, mereka memiliki tanggung
jawab besar untuk mencari daya ungkit bagi pembangunan kota serta
daerahnya.
Tak hanya itu, melalui pembangunan Kereta Cepat Jakarta-
Bandung (KCJB), kerugian akibat kemacetan di DKI Jakarta yang hamper
menyentuh angka Rp100 triliun per tahun serta semakin membengkak
menjadi Rp130 triliun apabila ditambah dengan kemacetan Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi (Bodetabek) dan Bandung, dapat ditekan. Apabila
pengintegrasian transportasi telah terlaksana, total kerugian serta subsidi
pemerintah kepada transportasi dapat diminimalisir. Sehingga,
pemborosan dana untuk subsidi energi dapat dialokasikan kepada
pembangunan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.
3.2. Peluang dalam Sektor Sosial dan Politik
Mempererat hubungan politik antara Indonesia dan Cina melalui
kerja sama bilaeral di bidang ekonomi, dapat mendatangkan peluang
berupa meningkatnya sektor pariwisata melalui promosi secara masif
kepada wisatawan asing asal Cina. Berdasarkan data Kepabeanan
27

Tiongkok, total nilai perdagangan kedua negara, Indonesia dan Tiongkok


per Oktober 2022 telah mencapai 122,47 miliar dolar AS, meningkat
sebesar 26,29% dari tahun sebelumnya, melalui data tersebut dan fakta di
lapangan mengenai meningkatnya hubungan dagang kedua negara, optimis
bagi Indonesia untuk melakukan peningkatan kerja sama yang signifikan
di berbagai bidang, khususnya pariwisata. Bahkan, anggota DPR RI Albert
Yaputra yang juga ketua Hubungan Antar Parlemen Indonesia-Cina pun
mengharapkan adanya peningkatan kunjungan masyarakat Cina ke
Indonesia.
Jika ditilik dari data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Maret 2023 telah
tercatat sebesar 809.960 kunjungan, dan dari banyaknya turis yang
melancong ke Indonesia tersebut, data Badan Pusat Statistk (BPS)
menunjukkan turis dari Cina memiliki rata-rata waktu tinggal paling lama
di Indonesia . Kepala BPS Margo Yuwono menyebut, rata-rata lama
tinggal wisatawan dari negeri tirai bambu sebanyak 26,99 hari, lebih
banyak 17 hari ketimbang wisatawan mancanegara lain yang
menghabiskan waktu rata-rata selama 9,82 hari. Selain itu, jumlah
kunjungan wisatawan asing dari Cina pada Maret 2023 telah mencapai
52.000 kunjungan. Tingginya angka tersebut dihasilkan dari upaya
pemerintah Cina yang secara gencar mempromosikan keindahan
pariwisata Indonesia dalam berbagai kesempatan.
4. Analisis Threat (Ancaman)
4.1. Ancaman dalam Sektor Ekonomi
Adalah hal yang lumrah adanya hitam putih dalam setiap hal, tak
terkecuali dengan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
(KCJB). Di tengah-tengah peluang yang ditawarkan, terdapat pula
ancaman yang mungkin terjadi. Potensi menumpuknya utang secara
berkepanjangan sebagai skenario terburuk (worst scenario) akan
membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dilansir
dari pernyataan Dwiyana, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina
(KCIC), proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), 75% didanai
melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), 25% dari ekuitas
28

PSBI 60% dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Cina 40%. Namun,
dikarenakan pandemi Covid-19, empat Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sponsor Indonesia hingga bulan April 2021, belum dapat
melakukan penyetoran modal secara penuh dan pemerintah pun
memutuskan untuk menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN)
kepada PT KAI yang berperan menjadi pengganti WIKA sebagai leading
sponsor. Adapun penyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada
PT KAI tersebut saat ini dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan yang bersifat mendesak dalam upaya percepatan pelaksanaan
proyek seperti pembayaran sewa BMN Rumija Tol dan penggantian PBB
Jasa Marga, biaya penyambungan UJL PLN, investasi untuk implementasi
GSM-R, pembayaran progres pekerjaan kepada kontraktor dan konsultasi
supervisi, asuransi, pajak, dan material offshore penting.
Meski begitu, pemberlakuan utang dari negara Cina kepada
Indonesia, terhitung sangat merugikan. Karena, terdapat peningkatan suku
bunga pinjaman yang semula berada di angka 2% meningkat menjadi
sebesar 3,4%. Meningkatnya suku bunga ini dikhawatirkan dapat
menambah beban bagi para Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ikut
serta dalam proyek tersebut. Dibandingkan dengan negara lain seperti
Jepang, pemberlakuan utang Cina kepada Indonesia masih terbilang
mahal. Dimana rata-rata bunga pinjaman untuk proyek infrastruktur
tertinggi adalah 0,55% – 1,1% untuk jangka waktu selama 20 hingga 30
tahun. Pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)
sebesar US$ 560 juta atau setara dengan Rp 8,3 triliun dari total biaya
Rp17,9 triliun. Belum lagi, Cina mensyaratkan utang proyek dijamin oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Lalu, total
jumlah target harian penumpang kereta cepat ini direncanakan sebanyak
30.000 penumpang perhari, yang mana dinilai sangat sulit untuk dicapai
karena melihat rata-rata penumpang harian kereta Argo Parahyangan
Bandung-Jakarta hanya mencapai 10.000-14.000 penumpang dalam
kondisi normal. Sehingga, dengan prospek bisnis pengoperasian kereta
cepat yang cenderung tidak terlalu menguntungkan ditambah biaya
29

pengelolaan serta pemeliharaan yang mahal, pinjaman sebesar itu dengan


bunga sebesar 3,4%, jelas sangat mungkin untuk menjadi bom waktu yang
dapat merugikan Indonesia dan berpotensi menjadikan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terlibat dalam proyek tersebut menjadi korbannya.
Bom waktu berupa potensi gagal bayar tersebut yang pada akhirnya hanya
menyisakan dua opsi pahit bagi Indonesia, yaitu bail out (bank mengalami
masalah keuangan dan mereka mendapatkan injeksi bantuan keuangan dari
eksternal (biasanya dari pemerintah) melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan
kehilangan konsesinya terhadap proyek kereta cepat serta potensi bisnis
lainnya seperti pengembangan area potensial bisnis di sekitar stasiun.
Selain itu, keengganan Cina untuk menurunkan suku bunga
pinjaman hingga di bawah 2% dan penolakan Cina untuk menurunkan
suku bunga pinjaman meski pemerintah telah menawarkan keterlibatan
Cina dalam sejumlah proyek strategis menandakan lemahnya posisi
bargaining atau tawar Indonesia terhadap Cina dalam proyek kereta cepat
ini.. Tentunya Cina sudah melakukan kalkulasi terkait risiko bisnis pra,
saat, dan pasca serta pengelolaan kereta cepat sebelum menentukan arah
tindakan mereka dan ini menunjukkan bahwa pandangan Cina terhadap
Indonesia, hanyalah sebelah mata. Pemerintah menjanjikan Cina untuk
menggarap pembangunan jalur kereta api cepat Jakarta-Surabaya, lalu
pembangunan proyek strategis lainnya seperti pelabuhan, pertambangan,
dan proyek terkait Ibu Kota Nusantara (IKN) pun tidak dihiraukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diumumkan pada 2015 dan
diresmikan pada Januari 2016 oleh Presiden Joko Widodo. Proyek ini
menghubungkan DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rute sepanjang 142,3 km dan
didanai melalui pinjaman senilai US$5 miliar dari Cina Development Bank
(CDB). Namun, proyek ini mengalami kendala dalam pembebasan lahan dan
pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar serta kendala pada skema penyaluran
pinjaman karena CDB menginginkan APBN sebagai jaminan.
Seiring dengan pelaksanaan proyek KJCB yang terus berjalan, penyusun
melakukan analisis terhadap bagaimana siklus hidup dari proyek KCJB ini dengan
lima tahap analisis, yaitu tahapan inisiasi (initiating) dimana Pemerintah
Indonesia mulai membuka peluang kepada negara-negara lain untuk ikut serta
dalam proyek kereta cepat ini hingga dipilihlah Cina sebagai partner. Lalu, masuk
ke tahapan perencanaan (planning) dimana pada tahap ini, tim proyek akan
menyusun dokumen perencanaan terperinci sebagai pedoman selama pelaksanaan
proyek seperti penyusunan dokumen rencana proyek, sumber daya, keuangan,
risiko, penerimaan, komunikasi, pengadaan, kontrak pemasok, serta melakukan
tinjauan awal proyek. Setelah itu, dilakukanlah tahapan pelaksanaan (executing),
yaitu fase di mana rencana proyek yang telah disusun dilaksanakan, sehingga
proyek yang diinginkan dapat berhasil dan berjalan sesuai dengan harapan.
Kemudian, pada tahapan pengontrolan (controlling) dilakukan pemantauan dan
pengendalian proyek dengan melakukan pemantauan biaya dan jadwal
pelaksanaan proyek, melakukan pengendalian proyek serta memantau keluhan
masyarakat dan berakhir pada tahapan penutupan atau pengakhiran (closing),
dimana Pada tahap akhir, tim proyek akan dibubarkan dan stakeholder akan
diberikan laporan. Namun, Proyek KCJB ini mengalami hambatan sehingga
belum mencapai tahap penutupan dan masih dalam proses penggarapan,
dijadwalkan selesai pada Agustus 2023.
Selain itu, analisis terhadap SWOT pun dilakukan mengingat setiap
proyek akan selalu memiliki SWOT tersebut. Proyek KJCB memiliki strengths
(kekuatan) berupa kekuatan dalam aspek struktur sarana dan dapat mempersingkat

30
31

waktu tempuh, namun terdapat weakness (kelemahan), yakni dari segi pendanaan,
terhalang pandemi Covid-19, serta teknis konstruksi. Dari kekuatan dan
kelemahan ini memunculkan opportunity (peluang), diantaranya dapat membantu
memajukan sektor ekonomi serta melakukan peningkatan kerja sama yang
signifikan diantara Indonesia dan Cina. Hal ini juga memunculkan threats
(ancaman) dalam sektor ekonomi terkait pemberlakuan utang dari negara Cina
kepada Indonesia yang terhitung sangat merugikan.
4.2 Saran
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memiliki banyak tantangan dalam
pelaksanaannya, namun ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Peningkatan Manajemen Proyek: Proyek kereta cepat Jakarta-
Bandung membutuhkan manajemen proyek yang efektif untuk
memastikan proyek berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal
yang telah ditetapkan. Pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu
meningkatkan manajemen proyek yang lebih baik untuk
mengurangi risiko keterlambatan dan biaya yang berlebihan.
2. Memperkuat Kemitraan dengan Swasta: Kemitraan dengan sektor
swasta dapat membantu dalam mempercepat pelaksanaan proyek
dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pemerintah dapat memperkuat kemitraan dengan swasta dalam
proyek kereta cepat Jakarta-Bandung untuk memastikan proyek
dapat segera terealisasi dan berjalan dengan baik.
3. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat: Proyek kereta cepat Jakarta-
Bandung harus memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa proyek ini dapat
diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, seperti membangun
stasiun-stasiun di daerah yang terjangkau oleh transportasi umum
dan memberikan harga tiket yang terjangkau.
4. Pengelolaan Lingkungan yang Baik: Proyek kereta cepat Jakarta-
Bandung membutuhkan pengelolaan lingkungan yang baik untuk
meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu
32

memperhatikan dampak lingkungan dari proyek ini dan membuat


rencana untuk meminimalkan dampak negatifnya
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from kcic.co.id: https://kcic.co.id/


Anggraeni, R. (2022, Desember 20). BPJS Ketenagakerjaan Tanggung WNA
Korban Kecelakaan di Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung? Retrieved
from Bisnis.com:
https://finansial.bisnis.com/read/20221220/215/1610220/bpjs-
ketenagakerjaan-tanggung-wna-korban-kecelakaan-di-proyek-kereta-
cepat-jakartabandung
Anggraeni, R. (2022, Desember 20). Jasindo Ungkap Asuransi dalam Kecelakaan
di Jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung. Retrieved from Bisnis.com:
https://finansial.bisnis.com/read/20221220/215/1610208/jasindo-ungkap-
asuransi-dalam-kecelakaan-di-jalur-kereta-cepat-jakarta-bandung

Arianie, G. P., & Puspitasari, N. B. (2017). PERENCANAAN MANAJEMEN


PROYEK DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI DAN
EFEKTIFITAS SUMBER DAYA PERUSAHAAN (Studi Kasus : Qiscus
Pte Ltd). J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri, 12(3), 189–196.
https://doi.org/10.14710/jati.12.3.189-196

Asmara, C. G. (2022, Februari 11). Proyek Kereta Cepat Sudah Setor Duit ke
Negara Rp 5,34 T. Diambil kembali dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220211140433-4-314736/proyek-
kereta-cepat-sudah-setor-duit-ke-negara-rp-534-t

Berita Resmi PT Kereta Cepat Indonesia China. (2015). Rencana Penyertaan


Modal PT Kereta Cepat Indonesia China. Retrieved from
https://kemenkeu.go.id/publikasi/berita-resmi-pt-kereta-cepat-indonesia-
china-rencana-penyertaan-modal-pt-kereta-cepat-indonesia-china/

BUMN.Info. (2023, April 18). Waduh! BUMN Mendapat Beban Baru dari
Proyek KCJB. Diambil kembali dari https://bumn.info/2023/04/18/waduh-
bumn-mendapat-beban-baru-dari-proyek-kcjb/

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2012, Januari 17). Indonesia-


China Terus Tingkatkan Kerjasama Bilateral. Diambil kembali dari
https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/3521/t/Indonesia-
China+Terus+Tingkatkan+Kerjasama+Bilateral

Dewi, H. K. (2023, Mei 3). Turis dari China Singgah Lebih Lama di Indonesia
daripada Turis Negara Lain. Diambil kembali dari
https://nasional.kontan.co.id/news/turis-dari-china-singgah-lebih-lama-di-
indonesia-daripada-turis-negara-lain
Fauzia, D. W., & Gelora, A. A. (2020). Laporan Kerja Praktek Proyek Kereta
Cepat Jakarta – Bandung Section 4 (Bandung) DK. 114+547 – DK.
139+723 PT Wijaya Karya (Persero) TBK. Surabaya.
Heri, P. (2023, April 11). China Minta APBN Jadi Jaminan Proyek KCJB, Luhut
Bilang Gini. Retrieved from okefinance:

30
31

https://economy.okezone.com/read/2023/04/11/320/2796644/china-minta-
apbn-jadi-jaminan-proyek-kcjb-luhut-bilang-gini
Idris, M. (2022, Desember 23). Rentetan Kecelakaan Kerja di Proyek Kereta
Cepat Jakarta-Bandung. Retrieved from Kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2022/12/23/143151826/rentetan-
kecelakaan-kerja-di-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung?page=all

Indonesian Ministry of State-Owned Enterprises. (2016). Peraturan Menteri


BUMN Nomor: PER-06/MBU/07/2016 tentang Penunjukan PT Kereta
Cepat Indonesia China sebagai Badan Usaha Pelaksana Proyek Kereta
Cepat Jakarta-Bandung. Retrieved from
https://jdih.bumn.go.id/produk_hukum/view/4304

Karaini, A. A. (2010). Pengantar Manajemen Proyek. Universitas Gunadarma.

Kementerian Luar Negeri Indonesia. (2022, Desember 1). Optimalkan Hubungan


Perdagangan Indonesia dan Tiongkok, KBRI Beijing Fasilitasi Kegiatan
Penandatanganan Kerja Sama antar Pelaku Usaha. Diambil kembali dari
https://kemlu.go.id/beijing/id/news/22066/optimalkan-hubungan-
perdagangan-indonesia-dan-tiongkok-kbri-beijing-fasilitasi-kegiatan-
penandatanganan-kerja-sama-antar-pelaku-usaha

Kurniawati, S. L. (n.d.). Indonesia di antara Jepang dan Tingkok: Persaingan


Pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Lesmana, I. P. D., & Antika. E. (2019). Manajemen Proyek dengan Scrum.


Yogyakarta: CV.ABSOLUTE MEDIA.

MacNeil, C. (2022, Desember 14). Inisiasi proyek: langkah pertama menuju


manajemen proyek yang sukses. Retrieved Mei 9, 2023, from Asana:
https://asana.com/id/resources/project-initiation

MNC. (2023, April 16). Utang Baru Proyek Kereta Cepat Berpotensi Jadi Bom
Waktu. Diambil kembali dari
https://www.mnctrijaya.com/news/detail/58982/utang-baru-proyek-kereta-
cepat-berpotensi-jadi-bom-waktu

Petriella, Y. (2022, Oktober 4). Mengintip Prospek Proyek Kereta Cepat Jakarta
Bandung . Diambil kembali dari
https://bisnisindonesia.id/article/mengintip-prospek-proyek-kereta-cepat-
jakarta-bandung
PT KCIC. (2020, Januari 7). Proyek KCJB Lakukan Tindakan Preventif Hadapi
Kondisi Ekstrim. Retrieved from KCIC: https://kcic.co.id/kcic-siaran-
pers/proyek-kcjb-lakukan-tindakan-preventif-hadapi-kondisi-ekstrim/
PT. KCIC. (2020, April 2). Hadapi Covid-19, KCJB Salurkan Bantuan &
Terapkan Prosedur Kerja di Lingkungan Proyek. Retrieved from KCIC:
https://kcic.co.id/hadapi-covid-19-kcjb-salurkan-bantuan-terapkan-
prosedur-kerja-di-lingkungan-proyek/
32

PT. KCIC. (2021, November 7). Kokoh dan Kuat! Ini Rahasia di Balik Megahnya
Konstruksi Untuk KCJB. Retrieved from KCIC: https://kcic.co.id/kcic-
siaran-pers/kokoh-dan-kuat-ini-rahasia-di-balik-megahnya-konstruksi-
untuk-kcjb/

Pujiyono, B. (2014). Konsep Manajemen Proyek. In Manajemen Proyek (pp. 1–


42). Universitas Terbuka.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ADPU4338-M1.pdf

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan


Pengembangan Infrastruktur Wilayah. (2017). Modul Pengendalian
Pelaksanaan Proyek. SIMANTU (Sistem Manajemen Pengetahuan).
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/e99f9_Manajemen_Pengendalian_Pelak
sanaan_Proyek.pdf
Putri, S. S. (2023, Januari 11). Menanti Tanggung Jawab Pemulihan Lingkungan
dan Warga Terdampak Megaproyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Retrieved from BandungBergerak.id:
https://bandungbergerak.id/article/detail/14883/menanti-tanggung-jawab-
pemulihan-lingkungan-dan-warga-terdampak-megaproyek-kereta-cepat-
jakarta-bandung

Rinaldi, M. (2023, Januari 30). https://www.industriproperti.com/nasional/capai-


84-pemerintah-kawal-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung/. Diambil
kembali dari https://www.industriproperti.com/nasional/capai-84-
pemerintah-kawal-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung/
Sanjaya, F., & Puspitasari, V. (2020). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dalam Perspektif Kritis
Environmentalisme. Padjadjaran Journal of International Relations, 2(2),
170-186.

Soeharto, I. (1999). Manajemen Proyek (Dari Konseptual sampai Profesional) :


Jilid I Konsep, Studi Kelayakan, dan Jaringan Kerja. Penerbit Erlangga.

softwaregenuine.id. (2020, Agustus 13). 5 Tahapan dalam Siklus Hidup Proyek.


Retrieved Mei 9, 2023, from Software Original:
https://softwaregenuine.id/siklus-hidup-proyek/
Sugianto, D. (2021, Oktober 18). Ada Teknologi Baru di Proyek Kereta Cepat
Jakarta-Bandung, Apa Itu? Retrieved from detikfinance:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-5772515/ada-teknologi-baru-di-
proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung-apa-itu

Team Asana. (2022, Desember 5). Panduan manajemen integrasi proyek (proses
7 langkah). Retrieved Mei 9, 2023, from Asana:
https://asana.com/id/resources/project-integration-management
Tim Okezone. (2022, Desember 18). 4 Pekerja Dikabarkan Jadi Korban
Kecelakaan Kereta Konstruksi Proyek Kereta Cepat di Padalarang.
Retrieved from Okenews:
https://news.okezone.com/read/2022/12/18/525/2729591/4-pekerja-
33

dikabarkan-jadi-korban-kecelakaan-kereta-konstruksi-proyek-kereta-
cepat-di-padalarang

Wijaya, R. M. W., & Cahyono, A. B. (2022). Pengembangan Aplikasi Sajiloka


Menggunakan Metode Scrum. Automata, 3(2).
https://journal.uii.ac.id/AUTOMATA/article/view/24196

Yusuf, M. F. (2022, September 10). Kereta Cepat Jakarta Bandung, Upaya


Meningkatkan Kinerja Transportasi Massal di Indonesia. Retrieved from
setkab.go.id: https://setkab.go.id/kereta-cepat-jakarta-bandung-upaya-
meningkatkan-kinerja-transportasi-massal-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai