A. Sejarah Ringkas
Dinas SDA Cipta Karya Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara yang
1953.
menjadi :
Sumatera Utara.
1. Awal berdirinya Dinas PSDA Air Provinsi Sumatera Utara sekitar tahun
2. Sekitar tahun 1945 – 1949 dimana Dinas PSDA dikepalai oleh “Teuku
3
2) Ir. M. Taher 1955 - 1957
4
2. Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jln. Sakti Lubis
No. 7 Medan. Sebagai Kepala Dinasnya Ir. Bastomi Harahap yang bertugas
Dinas Bina Marga, Sub Dinas Pengairan, Sub Dinas Cipta Karya). Dulu sebagai
atasan Sub Dinas ketiga ini adalah Kepala Dinas PU Provinsi Sumatera Utara.
Gubernur Kepala Daerah Tk. Sumatera Utara. Dalam otonomi daerah sekarang
Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera
Utara
Utara.”
5
1. Mempertahankan dan memelihara keberadaan sifat dan fungsi sumber daya
daya rusak air) sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor
air.
abrasi pantai dan kerusakan lain akibat dampak dari daya rusak air yang
lain-lain.
sumber daya air khusus yang berkaitan dengan irigasi untuk dapat
air.
sarana dan prasarana sumber daya air serta pengalokasian sumber daya air
itu sendiri.
sumber daya air kepada masyarakat untuk menjadi mitra kerja dalam rangka
6
B. Struktur Organisasi
kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu perusahaan atau instansi pemerintah
disusun secara teratur sehingga tujuan usaha yang telah ditetapkan sebelumnya
pemerintah selalu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk
menetapkan struktur organisasi harus dilihat sesuai dengan jenis dan lingkup
tujuan, jika struktur organisasi dapat dibentuk dengan tepat dalam mendukung
pencapaian tujuan usaha. Tetapi sebaliknya bila struktur organisasi tidak tepat
kegiatan kantor atau usaha, sehingga akan berpengaruh pada hasil usaha.
Provinsi Sumatera Utara adalah struktur orgaisasi garis. Hal ini dapat dilihat
7
DINAS SUMBER DAYA AIR
SEKRETARIS
SEKSI
HIDROLOGI & SEKSI RAWA & SEKSI SEKSI
PENGOLAHAN PANTAI PEMELIHARAAN KERJASAMA
DATA ANTAR
LEMBAGA
SEKSI SEKSI SUNGAI,
PENGKAJIAN & DANAU & SEKSI SEKSI
PEMBERDAYAAN WADUK BENCANA PENGAWASAN &
ALAM PENGENDALIAN
UPTD
Gambar 2.1
8
C. Job Description
1. Kepala Dinas
Dinas.
fungsinya.
fungsi Dinas.
9
i. Menyelenggarakan fasilitasi penyelenggaraan program rancang bangun,
pengendalian kebijakan.
Teknis Dinas.
10
r. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan gubernur melalui
2. Sekretaris
dinas.
kesekretariatan.
sekretaris.
11
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) sesuai ketentuan
yang berlaku.
administrasi kepegawaian.
fungsional.
Dinas.
12
t. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
Dinas.
kepegawaian.
13
g. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karir dan mutasi serta
pemberhentian pegawai.
peraturan perundang-undangan.
undangan.
layanan kantor.
14
q. Melaksanakan pengelolaan dan penyusunan laporan inventaris Barang
ditetapkan.
Dinas.
dengan tugasnya.
15
c. Melaksanakan penyusunan perencanaan dan program kegiatan
Daerah
lainnya.
pertanggungjawaban keuangan.
administrasi keuangan.
16
n. Melaksanakan pengendalian administrasi dan pembayaran biaya
undangan.
dengan tugasnya.
17
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) sesuai ketentuan
yang berlaku.
administrasi kepegawaian.
tugasnya.
ditetapkan.
daya air.
18
c. Menyelenggarakan perencanaan dan program kegiatan di bidang
kriteria dalam bidang tata teknik, hidrologi dan data, pengkajian dan
peraturan perundang-undangan.
/ Kota.
19
m. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
Kota.
20
g. Melaksanakan penyusunan penetapan kebijakan pengelolaan sumber
peraturan perundang-undangan.
ditetapkan.
Provinsi.
21
d. Melaksanakan sosialisasi, evaluasi dan pengendalian atas penerapan
kegiatan hidrologi.
ditetapkan.
22
pemberdayaan rancang bangun dalam bidang sumber daya air sesuai
ditetapkan.
ditetapkan.
lainnya.
23
Rawa, Pantai, Sungai, Danau, Waduk dan sumber-sumber air lainnya
yang ditetapkan.
tahunan.
24
b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan / data
yang ditetapkan.
25
c. Melaksanakan sosialisasi, evaluasi dan pengendalian atas penerapan
yang ditetapkan.
26
Waduk dan Sumber Air lainnya sesuai standart dan ketentuan yang
ditetapkan.
yang ditetapkan.
bidang sumber daya air sesuai ketentuan dan standart yang ditetapkan.
27
d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengadaan kegiatan Operasi dan
pengambilan kebijakan.
bidang operasi di bidang sumber daya air sesuai ketentuan dan standart
yang ditetapkan.
28
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan operasi dan
29
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Operasi
bidang sumber daya air, sesuai ketentuan dan standart yang ditetapkan.
prasarana / sarana sumber daya air akibat bencana alam sesuai ketentuan
30
f. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
ditetapkan.
dan saluran / jaringan serta prasarana dan sarana sumber daya air sesuai
sumber daya air dan pembuangan limbah cair pada sumber daya air
31
peningkatan kerjasama antar lembaga dan kemitraan sesuai dengan
wadah koordinasi sumber daya air tingkat Provinsi dan / atau pada
wilayah sungai lintas Kabupaten / Kota dan Komisi Irigasi Provinsi dan
ditetapkan.
bidang pemanfaatan sumber daya air sesuai ketentuan dan standart yang
ditetapkan.
32
dan daerah sempadan pada sumber-sumber air sesuai ketentuan dan
prasarana dan sarana sumber daya air sesuai ketentuan dan standart yang
ditetapkan.
mineral bukan logam dan batuan dan pembuangan limbah cair pada
ditetapkan.
33
20. Seksi Kerjasama Antar Lembaga dan Kemitraan
wadah koordinasi sumber daya air tingkat Provinsi dan / atau pada
ditetapkan.
inventarisasi dan naskah kerjasama dan peran serta sesuai ketentuan dan
34
f. Melaksanakan penyelesaian sengketa antar lembaga dalam pengelolaan
ditetapkan.
35
e. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
ditetapkan.
D. Jaringan Kegiatan
Sumatera Utara tak hanya menangani soal irigasi tetapi juga terkait sumber daya
dan penanganan sungai dan rawa. Dinas PSDA Sumut optimis bisa mencapai
target yang bertujuan mendukung capaian sektor pertanian dan pangan. Irigasi
yang baik menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan Sumatera Utara yang
dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan oleh Dinas Pengelolaan
36
2. Menjalankan program berbasis kajian penelitian untuk mengetahui seberapa
F. Rencana Kegiatan
program untuk mencapai kondisi jaringan irigasi mantap atau sebesar 95 persen
37
1.1 Alat dan Perlengkapan
a. Total Station (Theodolit Digital)
Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam satu unit alat.
Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga dapat menghitung
jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa perlu kalkulator lagi.
38
d. Meteran
Meteran sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita
dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini
pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol. Kegunaan
utama meteran mengukur jarak atau panjang. Dalam praktikum poligon sendiri,
meteran digunakan untuk mengukur tinggi total station pada statif dari permukaan
tanah.
39
Gambar 1.6. Rambu Ukur /Rod
g. Jaloon
Jaloon adalah salah satu alat penyangga selain statif, yakni alat berdiri untuk prisma
agar sasaran ke prisma oleh total station tepat.
40
2.1 Teori poligon
Gambar 2.1
Pengukuran Jarak
Caranya :
Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik A
Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak melengkung
Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan skala inilah
yang merupakan jarak antara titik A dan titik B
41
B. Pengukuran jarak pada tanah miring, seperti pada gambar
Gambar 2.2
Pengukuran Jarak pada Tanah Miring
Caranya :
Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi dalam beberapa
selang (pada gambar di atas bagi dua selang)
Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan unting-
unting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh
d1
Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga didapat d2
Maka :
dAB = d1 + d2
Gambar 2.3
Pengukuran Sudut Mendatar
Caranya :
Alat dirikan di titik P alalu diatur sesuai ketentuan
Target dipasang di titik A dan di tiik B
Alat dalam kedudukan “biasa” diarahkan ke target di titik A (arah pertama)
Atur tabung okuler dengamemutar sekrup yang ad pada okuler sehingga dapat melihat
garis-garis diafragma (benang silang) denga jelas
Atur sekrup penjelas bayangan sehingga dapat melihat bayangan target di tiik A
dengan terang dan jelas
42
Tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup penggerak
halus horisontal dan vertikal, baca dan catat skala lingkaran horisontalnya. Ulangi
pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian hitung rata-rata harga hasil bacaannya, catat
sebagai L1 (B)
Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B, dengancara yang
sama seperti di atas, catat sebagai L2 (B)
Teropong dibalikkan dalam kedudukan “luar biasa” an diputar seearah jarum jam,
dengan kedudukan tetap mengarah ke titikk B. dnegan cara yang sama seperti di atas, baca
skala lingkarannya dan catat sebagai L2 (LB)
Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam kedudukan luar biasa),
dengan menggunakan cara yang sam seperti di atas, bacalah skala lingkran horisontalnya
dan catat sebagai L1 (LB)
Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah pengukuran sudut 1
seri.
Bila dikehendaki koordinat dalam sistem umum (sistem yang berlaku di wilayah
negara) digunakan titik triangulasi (cukup satu titik saja). Dengan demikian kerangka
dasar harus diikatkan ke titik triangulasi tersebut.
Bila diketahui koordinat dalam sistem umum tetapi tidak terdapat titik triangulasi,
maka di salah satu titik kerangka dasar dilakukan pengukuran astronomis untuk
menentukan lintang bujurnya. Dari lintang da bujur geografi ini dapat ditentukan
koordinat (x,y) dalam sistem
Bila tidak terdapat titik triangulasi dan tidak dikehendaki koordinat dalam sistem
umum, maka salah satu titik kerangka dasar dapat dipilih sebagai titik awal dengan
koordinat sembarang (diusahakan pemilihan koordinat ini mempertimbangkan
koordinat titik-titik yang lain agar bernilai positif). Sistem demikian sesitem koordinat
setempat (lokal).
43
2.1.3. Prinsip hitungan poligon
Diketahui :
koordinat titik A
sudut jurusan αA1
diukur dilapangan :
jarak datar dA1
sudut mendatar β1
dihitung :
koordinat titik 1 (X1, Y1)
koordinat titik 2 (X2, Y2)
Tahapan hitungan :
Menghitung koordinat titik 1 :
X1 = XA + ∆XA1 Y1 = YA + ∆YA1
X1 = XA + dA1 Sin αA1 Y1 = YA + dA1 Cos αA1
Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2 dapat dihitung menggunakan
koordinat titik 1, apabila d12 dan αA1 diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut yang
diukur dilapangan adalah sudut mendatar β1. α12 dapat dihitung dari αA1 dan β1
α12 = {( αA1+ 180˚) + β1 } – 360˚
= αA1 + β1 - 180˚
Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat dilakukan secara brtahap
dan berurutan menggunakan data koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan titik
selanjutnya, dapat dihitung menggunakan α12 dan sudut mendatar yang diukur di titik
tersebut.
44
2.1.4 Rumus Urutan Koreksi Poligon
A. Kesalahan penutup sudut
Total Error = X – X’
= (Σ sudut dalam ) – (n-2)180°
Error = Total Error / n
Keterangan :
X = Jumlah Sudut Observasi
X’ = Sudut sebenarnya
n = Jumlah titik
B. Adjusted ( ∆ X ) dan ( ∆ Y )
Keterangan :
C-∆ Xmn = Koreksi absis
∑(∆X) = Jumlah jarak ditinjau dari sumbu X (Departure)
∑d = Jumlah jarak
dmn = Panjang satu sisi
C-∆ Ymn = Koreksi ordinat
∑(∆Y) = Jumlah jarak ditinjau dari sumbu Y (Departure)
C. Toleransi
Toleransi pengukuran dalam polygon adalah:
T = i √n
Dimana :
i = skala terkecil bacaan pada alat thedolit (ketelitiannya)
n = jumlah titik yang diukur
2.3.3. Rumus Mencari Azimuth
αBC = αAB + sudut B – 180° , atau
αBC = αAB – sudut B + 180°
NB : Dalam penggunaannya tergantung keadaan
XB = XA + ∆ X AB
YB = YA + ∆ Y AB
Keterangan :
Xm = Absis titik m
∆ X AB = Jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)
Ym = Latitude
∆ YAB =Jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)
45
2.1.5. Macam-macam bentuk poligon
A. Poligon lepas
Poligon lepas adalah poligon yang hanya mempunyai satu titik ikat yaitu di awal dan
untuk orientasi sudut jurusan awalnya sudah diketahui. Bentuk poligon lepas dapat dilihat
pada gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.5
Bentuk Poligon Lepas
B. Poligon terikat
Pada poligon terikat diberikan satu titik ikat awal berikut jurusan awal dan juga titik
ikat akhir atau sudut jurusan akhir.
a). Poligon dikontrol dengan sudut jurusan akhir
Titik awal diikatkan ke titik A dan untuk orientasi diberikan sudut jurusan awal, sedangkan
titik terakhir diberikan sudut jurusan akhir. Akibat adanya sudut jurusan awal awal dan
akhir, maka semua ukuran sudut yang sehadap dapat dikontrol.
46
Gambar 2.6
Poligon Terikat dan Dikontrol pada Sudut Jurusan Akhir
Diukur dilapangan :
Jarak datar d1, d2, d3, d4, dan d5
Sudut datar β1, β2, β3, β4
Setelah koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A, untuk menghitung titik 2 diperlukan
α12 dimana :
α12 = {( α0+ 180˚) + β1 } – 360˚
= α0 + β1 - 180˚
Dan
α45 = {( α34+ 180˚) + β4 } – 360˚
= α34 + β4 - 180˚
= α0 + β1 + β2 + β3 + β4 – 720˚
αa – α0 = β1 + β2 + β3 + β4 – 720˚
β1 + β2 + β3 + β4 = ( αa – α0 ) + 720˚
47
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sudut jurusan akhir (α45 = αa ) dan sudut jurusan
awa (α0) sudah diketahui. namun setiap pengukuran sudut biasanya mengandung kesalahan,
sehingga dapat dibentuk suatu persamaan dengan memberikan koreksi :
Dimana f(α) adalah besarnya koreksi yang diberikan untuk pengukuran sudut.
48
Gambar 2.7
Prinsip Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Datar
2.2.2 Jenis Peralatan Sipat Datar
Berdasarkan Konstruksinya alat ukuyr penyipat datar dapat di bagi dalam empat
macam utama :
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan diatas
teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumber
putar.
b. Alat ukur Penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada teropong.
Dengan demikian, teropong selain dapat diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu
putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu
putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah
alat ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi nivo
tidak diletakan pada teropong, melainkan ditempatkan di bawah, lepas dari teropong.
Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan landasan yang berbentuk
persegi, sedang nivo ditempatkan di teropong.
49
2. Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu. Misalnya letak garis nol sakal
pada rambu A dan B tidak benar, maka hasil pembacaan pada rambu A harus dikoreksi
Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya dalam keadaan rambu tegak pembacaan
akan menunjukkan angka a, sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring sebesar
α. Dari penelitian pengaruhmiringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk
mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah digunakan nivo rambu yang
baik.
B. Kesalahan yang Bersumber pada Alam
Adapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu
1. Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam hal ini, sinar cahaya yang
datang dari rambu ke alat penyipat datar karean melalui lapisan-lapisan udara yang
berbeda baik kepadatan, tekanan maupun suhunya, maka sinar yang datang bukanlah
lurus melainkan melengkung.
2. Kesalahan karena melengkungnya bumi.
3. Kesalahan karena masuknya Statif alat penyipat datar ke dalam tanah. Hal ini dapat
memberi pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya statif penyipat datar ke
dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara pengkuran sebagai berikut
- Baca rambu belakang, kemudian rambu muka,
- Alat penyipat datar dipindah
- Baca rambu muka, kemudian rambu belakang.
4. Kesalahan karena panasnya sinar matahai dan geratan udara. Hal ini akan menimbulkan
perubahan pada gelembung nivo sehingga akan mengakibatkana kesalahan pada hasil
pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada waktu pengukuran
alat penyipat datar haris dilindungi dengan payung atau pengkuran dilakukan pada saat
lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan sore.
50
8. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun negatif (-).
9. Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke arah turun.
10. Pasa sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke arah turun.
11. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di dalam bangunan.
Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada
besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan
ketinggian tersebut disebut dengan „interval kontur“ (contour interval). Untuk menentukan
besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu :
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang
berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur
disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya
angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki.
Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang
ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5
m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5
m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur
yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk
interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m,
150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
51
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya
nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara
dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang
melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian
antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang
melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya
semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka
semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau
datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan
(relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng
terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
52
6) Setelah pengukuran dengan total station selesai dilakukan, masukkan data yang
telah didapatkan tersebut ke dalam komputer. Caranya adalah dengan menggunakan
aplikasi “Topcon Link” yang merupakan Operating System dari Total Station yang
akan mentransfer data dari Total Station ke komputer. Kemudian masukkan data
tersebut ke dalam microsoft excel.
7) Setelah data dimasukkan ke microsoft excel, perbaiki data sedemikian rupa, seperti
merubah notasi sudutnya, dan lain-lain. Kemudian save data yang telah diolah
dengan format .csv
8) Setelah di save, close microsoft excel. Kemudian buka aplikasi “Autocad Civil
Design” dan import data microsoft excel yang telah di save dalam format .csv, maka
akan muncul point-point pada layar di aplikasi “Autocad Civil Design” tersebut.
Point-point yang terdapat pada layar tersebut, sesuai dengan data yang telah
diperoleh saat pengambilan data kontur.
9) Point-point yang ada pada layar dihubungkan dengan layer yang berbeda-beda
sesuai dengan keterangan yang terdapat pada point. Misalnya point-point jalan,
maka buatlah layer dengan nama ‘Jalan’ dan dengan warna layer, misalnya merah.
Setelah itu hubungkan tiap point-point jalan tersebut dengan menggunakan
polyline. Cara seperti ini juga digunakan untuk point-point bangunan dan pagar.
10) Untuk mempermudah mengidentifikasi point, misalnya keterangan pohon, maka
pada point-point pohon dapat diberikan simbol. Cara untuk memberikan simbol
pohon misalnya dengan memilih menu utilities kemudian pilih submenu simbol
manager , maka akan tersedia jendela simbol manager, pilih ‘plant’ untuk
memberikan simbol pohon, pilihlah model simbol yang diinginkan.
11) Setelah setiap point dihubungkan dan diberi simbol, kita masukkan 3D-Line pada
layar cara Terrain > Edit Surface > Import 3D-Line. Setelah 3D-Line muncul pada
layar, kita gunakan flip face untuk menyesuaikan 3D-Line dengan polyline.
12) Setelah itu, kita bisa memasukkan kontur pada layar dengan cara Terrain > Create
Contour > Klik OK.
53