Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke
memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi Negara sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang
melimpah, potensi sumber daya menusia, peluang pasar yang besar dan
demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu
belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor
pembangunan, sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju
pembangunan global dewasa ini.
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peranan yang menentukan
dalam mengelola prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan-keputusan
strategis mulai dari memformulasi kebijakan sampai pada penetapannya
dalam berbagai sektor pembangunan ditetapkan oleh ASN. Untuk
memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok ASN yang profesional,
yaitu mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu
melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien.
Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk pada
ketentuan Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN, CPNS wajib menjalani
masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Dengan pelatihan dasar ini diharapkan ASN mampu
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta
membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya,
sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS yang profesional
dan berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai
1
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu
bangsa.
Pola baru yang sekarang ini sedang diterapkan oleh Lembaga
Administrasi Negara (LAN) adalah diklat latihan dasar dengan pola
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi) ditambah dengan Manajemen ASN, Pelayanan Publik serta
Whole Of Government. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka membentuk
karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak
profesional dalam melayani masyarakat serta berdaya saing. Aktualisasi
ANEKA merupakan suatu perwujudan nyata bagi seorang Pegawai Negeri
Sipil agar dapat secara langsung mengintegrasikan nilai-nilai ANEKA
dalam melakukan tugas dan fungsinya di tempat kerja.

1.2 Visi, Misi, dan Tupoksi Organisasi


1.2.1 Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
“TERWUJUDNYA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
YANG BERKUALITAS, UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PAKPAK BHARAT”.
1.2.2 Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Dalam rangka mencapai visi, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat mengemban misi dengan :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan dan
Pelatihan secara berkesinambungan;
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Bangunan Tata Ruang dan Tata
Kota, prasarana jalan dan jembatan, meningkatkan pendataan
informasi pembangunan daerah dan penataan pengendalian ruang
untuk kontribusi pada transparansi dan akuntabilitas perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan berbasis akurasi data, meningkatkan
sarana perhubungan terminal dan pengujian kendaraan bermotor
sarana air bersih, pengairan dan sarana prasarana keselamatan dan
pendukung keselamatan lalulintas;

2
3. Meningkatkan pembinaan jasa konstruksi kepada Penyedia
Barang/Jasa;
4. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat;
5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara berkesinambungan;
6. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling
menguntungkan;

1.2.3 Nilai Organisasi


Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki tiga
unsur kekaryaan yaitu Tirta, Wisma (Cipta), dan Marga. Seluruh unit
pelaksana teknis dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang menjunjung tinggi nilai, antara lain :
1) Bekerja Keras
Setiap Aparatur Sipil Negara harus memiliki etos kerja sehingga akan
selalu berupaya meningkatkan hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya serta mencurahkan daya
pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya
sebaik-baiknya.
2) Bergerak Cepat
Setiap ASN harus tanggap baik dalam memberikan layanan prima
kepada stake holder dan masyarakat juga dalam menyelesaikan
semua kegiatan dan pekerjaan.
3) Bertindak Tepat
Setiap ASN sesuai dengan kompetensinya yang handal harus dapat
mengidentifikasi dan menganalisa setiap permsalahan yang timbul
serta mampu memecahkan dan menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan tepat sesuai dengan tingkat urgensinya sehingga
mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada
organisasi dan masyarakat luas.

3
1.2.4 Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat

KEPA
LA
DINAS
SEKRETA
RIS
DINAS

Sub Bagian Administrasi


Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Perencanaan,
Evaluasi dan Pelaporan

BIDANG
BIDANG PERTANAH BIDANG BIDANG
BINA AN DAN PENGAIR PERHUBUNG
MARGA TATA AN AN
RUANG

SEKSI SEKSI SEKSI


PEMBANGUN SEKSI PEMBANGUNA LLAJ DAN
AN JARINGAN PERTANAHA N KESELAMAT
JALAN DAN N PEMELIHARAA AN LALU
JEMBATAN N DAN LINTAS
REHABILITASI
SUMBER DAYA
SEKSI SEKSI
AIR
SEKSI PENATAAN, SEKSI TERMINAL,
PEMELIHARAA PEMANFAATAN OPERASI DAN PERPARKIRA
N, JARINGAN DAN BINA MANFAAT N DAN UJI
PENGENDALIAN SUMBER DAYA KENDARAAN
JALAN DAN TATA RUANG AIR KIR
JEMBATAN KOTA/PERDESAA
N
SEKSI SEKSI
PERALATAN PENGEMBANGA
PENGUJIAN N KAWASAN
JALAN DAN EKONOMI
JEMBATAN TERPADU
KOTA/PERDESA
AN

4
1.2.5 Tugas Pokok & Fungsi
Tugas Pokok Organisasi:
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kegiatan teknis, penyiapan bahan
penyusunan rencana kegiatan pembangunan fisik jalan, jembatan dan
gedung kebutuhan pemerintah maupun masyarakat Kabupaten Pakpak
Bharat terhadap pembangunan Pakpak Bharat, serta Pemantauan tindak
lanjut kegiatan pembangunan kabupaten jalan, jembatan dan gedung milik
pemerintah kabupaten.
Fungsi Organisasi :
1. Perumusan kebijakan teknis pembangunan fisik kabupaten Pakpak
Bharat;
2. Melaksanakan kegiatan fisik pembangunan;
3. Pemantauan tindak lanjut hasil kegiatan fisik.

Tugas Pokok dan Fungsi Pengelola Tata Ruang dan Tata Guna
Bangunan
a. Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan tata ruang
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik;
b. Memantau objek kerja sesuai dengan bidang tugasnya, agar dalam
pelaksanaan terdapat kesesuaian dengan rencana awal;
c. Mengendalikan program kerja, sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku, agar tidak terjadi penyimpangandalam pelaksanaan;
d. Mengoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain
dalam rangka pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara
terpadu untuk mencapi hasil yang optimal;
e. Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan
program berikutnya;
f. Melaksanakan tugas kedinasan lain diperintah atasan baik secara
tertulis maupun lisan.

5
1.3 Permasalahan
Dalam pelaksanaan pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat tidak terlepas deri
permasalahan-permasalahan yang dapat mengakibatkan pekerjaan
menjadi terhambat ataupun terganggu. Permasalahan tersebut antara
lain:
1. Belum optimalnya sosialisasi dari bidang Pertanahan dan Tata Ruang
tentang pentingnya sertifikat tanah untuk pelebaran jalan.
2. Belum tertatanya dokumen administrasi pada Bidang Pertanahan dan
Tata Ruang.
3. Kurang tertatanya gedung Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

1.4 Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan Aktualisasi
Tujuan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS (ANEKA) adalah
agar penulis sebagai seorang PNS mampu melayani masyarakat dengan
profesional dan selalu mengedepankan nilai-nilai dasar profesi PNS di
dalam setiap tugas yang diemban. Adapun tujuan aktualisasi nilai-nilai
dasar profesi PNS yang penulis laksanakan di Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang adalah :
1. Mampu menerapkan nilai-nilai akuntabilitas sehingga bertanggung
jawab dan memiliki integritas terhadap apa yang dikerjakan.
2. Mampu menerapkan nilai-nilai nasionalisme sehingga bekerja atas
dasar nilai-nilai pancasila dan berkontribusi penuh terhadap NKRI.
3. Mampu menerapkan nilai-nilai etika publik sehingga menciptakan
lingkungan kerja yang harmonis.
4. Mampu menerapkan nilai-nilai komitmen mutu sehingga mewujudkan
pelayanan yang prima dan profesional di lingkungan kerja.
5. Mampu menerapkan nilai-nilai anti korupsi sehingga bisa
mewujudkan sikap disiplin dan jauh dari korupsi.

6
1.4.2 Manfaat Aktualisasi
Adapun manfaat yang didapat dari aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi ASN (ANEKA) sebagai tenaga teknis di Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat antara lain:
a. Bagi Kabupaten
Membantu mewujudkan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang
sejahtera, serta kepemimpinan yang adil dan demokratis, dan
pemerintahan professional fokus kepada peningkatan perekonomian
masyarakat, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menjunjung tinggi nilai budaya Pakpak dan agama sesuai
dengan visi Kabupaten Pakpak Bharat dengan menerapkan prinsip-
prinsip ANEKA dalam setiap pelayanan ASN.
b. Bagi OPD
Membantu mewujudkan visi dan misi Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat.
c. Bagi Unit Kerja
Mampu mewujudkan pelayanan prima yang berorientasi pada
kepuasan masyarakat. Mampu menghasilkan ASN yang bersikap dan
bertindak profesional dalam melayani masyarakat serta berdaya
saing.

7
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

2.1 Identifikasi Isu


Dalam menyelesaikan permasalahan ditempat kerja, tahap pertama
yang dilakukan adalah mengidentifikasi isu. Isu bisa meliputi masalah,
perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan, atau nilai yang tengah
berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk merumuskan isu ada tiga hal yang perlu diketahui yaitu :
1. Pernyataan yang negatif
2. Memuat focus
3. Memuat lokus
Dalam rancangan aktualisasi ini, isu-isu yang terdapat pada Bidang
Pertanahan dan Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Pakpak Bharat adalah:
1. Belum optimalnya sosialisasi dari bidang Pertanahan dan Tata Ruang
tentang pentingnya sertifikat tanah untuk pelebaran jalan.
2. Belum tertatanya dokumen administrasi pada Bidang Pertanahan dan
Tata Ruang.
3. Kurang tertatanya gedung Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

2.2 Analisis Isu


Dalam hal penyusunan gagasan pemecahan isu perlu adanya
penetapan isu yang akan diangkat dan dianggap paling penting untuk
diselesaikan. Alat bantu penetapan kriteria isu yang digunakan untuk
menganalisis isu yaitu dengan metode APKL aktual, problematik,
kekhalayakan dan kelayakan.
Indikator yang digunakan dalam analisa ini adalah:
- Aktual, artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat atau organisasi kerja;

8
- Kekhalayakan, artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak;
- Problematik, artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya;
- Kelayakan, artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Analisa terhadap isu yang sudah ada berdasarkan analisa kriteria
isu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Analisis Kualitas Isu Melalui Kriteria APKL
Kriteria
No. Isu
A P K L
Belum optimalnya sosialisasi dari bidang
1. Pertanahan dan Tata Ruang tentang pentingnya √ √ √ √
sertifikat tanah untuk pelebaran jalan.
Belum tertatanya dokumen administrasi pada
2. √ √ √ √
Bidang Pertanahan dan Tata Ruang.
Kurang tertatanya gedung Dinas Pekerjaan Umum
3. √ √ √ √
dan Tata Ruang.
Keterangan: A: Aktual, P:Problematik, K:Kekhalayakan, L:Layak

Berdasarkan hasil analisis dengan metode APKL, ketiga isu


tersebut memenuhi kriteria berupa Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Layak.

2.3 Penetapan Isu Terpilih


Selain metode APKL, metode USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth) juga dapat digunakan untuk menentukan prioritas isu/masalah.
Metode ini merupakan salah satu alat untuk memilih masalah prioritas
dengan menggunakan penilaian/pembobotan skala nilai 1-5, sehingga
dapat diketahui urutan kepentingan isu/masalah dengan menggunakan 3
(tiga) komponen/variabel pembanding, yaitu:

9
1. Urgency atau urgensi yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah yaitu dengan
melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak.
3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yaitu dengan melihat
apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit
untuk dicegah.
Nilai dari ketiga isu tersebut akan dijumlahkan, dan isu yang
mempunyai jumlah nilai terbesar merupakan prioritas utama yang harus
diselesaikan. Berikut tabel matriks skala USG:

Tabel 2.2
Analisis Kualitas Isu Melalui Kriteria USG
N Kriteria
Isu Total Peringkat
o U S G
Belum tertatanya dokumen
1 administrasi pada Bidang 4 5 5 14 I
Pertanahan dan Tata Ruang.
Kurang tertatanya gedung Dinas
2 3 3 5 11 IIII
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Belum optimalnya sosialisasi dari
bidang Pertanahan dan Tata Ruang
3 4 4 4 12 II
tentang pentingnya sertifikat tanah
untuk pelebaran jalan.

10
Tabel 2.3
Indikator Skor
Nilai Keterangan
5 Sangat Urgent/Serius/Mendesak
4 Urgent/Serius/Mendesak
3 Cukup Urgent/Serius/Mendesak
2 Kurang Urgent/Serius/Mendesak
1 Tidak Urgent/Serius/Mendesak

Dari analisa yang telah dilakukan terhadap semua isu yang


diangkat, maka isu yang dapat diangkat untuk diaktualisasikan di
lingkungan kerja adalah: kurang tertatanya gedung Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang.

2.4 Penetapan Gagasan Kegiatan


Dari isu yang diangkat tersebut diatas, maka kegiatan yang akan
dilakukan untuk tertatanya gedung Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang adalah:
1. Menetapkan format acuan untuk setiap dokumen surat keluar.
2. Mengklasifikasikan dan memisahkan dokumen sesuai bidang dan
kegiatan.
3. Membuat pemetaan SPJ.
4. Menyimpan dan menata arsip dalam bentuk digital.
5. Membuat pemetaan progres pencapaian Renstra tahun berjalan.

11
2.5 Role Model
Role Model adalah orang yang
perilakunya, kehidupannya,
kepribadian dan
keberhasilannya atau dapat
ditiru oleh orang lain, terutama
oleh bawahannya dalam
kehidupan PNS. Penulis sendiri
mempunyai role model yaitu
atasan penulis yang memangku
jabatan Kepala Seksi Penataan,
Pemanfaatan dan Pengendalian
Tata Ruang Kota/Perdesaan. Beliau adalah Bapak Juanda Tumanggor,
ST. Beliau merupakan sosok yang memiliki motivasi tinggi, kedisiplinan,
dan ketegasan. Beliau dapat berbaur dengan bawahannya. Sehingga
saya sebagai seorang ASN mampu menerapkan nilai-nilai dasar profesi
PNS di lingkungan tempat saya bertugas.

12
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Nilai-Nilai Dasar ASN


ASN yang profesional adalah PNS yang karakternya dibentuk oleh
nilai – nilai dasar prosefesi ASN sehingga mampu melaksanakan tugas
dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai – nilai
dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas ASN, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Selanjutnya kelima nilai dasar
tersebut disingkat menjadi ANEKA.

3.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),


yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang
harus diperhatikan, yaitu :

13
1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan
hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

3.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN
bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai
yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus

14
dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari
bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki
karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
(Widita, 2015)
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa
yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut
chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
dan sekaligus menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1).
Secara politis nasionalisme berarti pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang
ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik.
Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi
dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang
profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala
peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik
untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk
pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk
aparat yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk barang dan
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120). Sebagai pelayan
publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan
pelayanan yang prima.

3.1.3 Etika Publik


Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan

15
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut, Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain
di dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih dipahami sebagai
refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam kaitannya
denganpelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015:6).
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk
memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN,
2015:7).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode
etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.

Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku


ASN yakni sebagai berikut:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;

16
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara;Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
7) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
8) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
9) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
10) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
11) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan,
dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan
netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015:11). Ketiga
dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik
yang beretika. Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak
hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika.
Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa
memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak
peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat
kalangan bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi
kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan

17
diterapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari
penguasa menjadi pelayan, dari wewenang menjadi peranan, dan
menyadari bahwa jabatanpublik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.

3.1.4 Komitmen Mutu


LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat
dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun
mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan
yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI (2015:11)
menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat
evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner).
Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan
persaingan. Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan
alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan
tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya

18
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi.

Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam


mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit,
2010:11), yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya;

19
e. Empatya, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan
pelanggan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan


bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan
melampaui harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara
terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan.
Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar dalam
manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan
komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan ketergantungan
yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus
ditingkatkan secara berkelanjutan. Target utama kinerja aparatur yang
berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang
menerima layanan. Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak mengindahkan
peraturan perundang-undangan.

3.1.5 Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
(Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
b. Peduli

20
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggung Jawab
f. Kerja Keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka
bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya
harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat
untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan
niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik,
hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha
terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan
secara publik.

3.2 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Dalam menjalankan kedudukannya pegawai Aparatur Sipil Negara
(ASN) memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
perekat dan pemersatu bangsa. Pembahasan mengenai Kedudukan dan
Peran ASN dalam NKRI pada intinya mencakup 3 (tiga) hal, yakni
Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik.
Adapun penjelasan singkat mengenai ketiga hal tersebut adalah sebagai
berikut:

3.2.1 Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.

21
Salah satu bentuk manajemen ASN adalah penerapan sistem merit
dalam pengelolaan ASN untuk mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan
untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat
maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas
untuk mencapai visi dan misinya. Pasca recruitment, dalam organisasi
berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit
yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-
prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada
semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan
dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Sedangkan Manajemen PPPK meliputi penetapan
kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan
secara nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk
menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN,
setiap Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan data secara berkala dan
menyampaikannya kepada BKN.

22
3.2.2 Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan
maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan integratif
fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau
keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan,
baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini
pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam
level-level tertentu, yakni:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga yang dapat dilakukan jika
jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan
manageable. Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali
yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah
mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang
ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional,
maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikan.
c. Membangun gugus tugas, yakni bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar
sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut
sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi.
d. Koalisi sosial, yakni bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga,tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus
dalam koordinasi.

23
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis
pelayanan publik yang dikenail dapat didekati oleh pendekatan WoG
sebagai berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP,
status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau
penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti
SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain;
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, ketenagkerjaan, perhubungan dan lain-lain;
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang
yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.

3.2.3 Pelayanan Publik


Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel

24
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
Prinsip-prinsip pelayan prima antara lain:
a. Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan.
b. Membangun visi dan misi pelayanan.
c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan,
sebagai dasar pemberian pelayanan.
d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana
memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi
organisasi.
e. Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan
tugas pelayanannya dengan baik.

3.3. Rancangan Aktualisasi


Rancangan aktualisasi merupakan Argumentasi terhadap Isu
Prioritas (Core Issue) yang dipilih dan dukung konsep pokok mata
pelatihan yang melandasi pemilihan Core Issue dan penetapan inisiatif
pemecahan Core Issue yang dipilih. Usulan-usulan inisiatif baik berupa
pikiran konseptual atau aktivitas-aktivitas dalam rangka memecahkan core
issue tersebut. Proses dan kualitas dalam mengelola dan menjalankan
inisiatif dan identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak (individu, unit,
atau organisasi) dan keberlangsungan inisiatif. Kontribusi hasil kegiatan
terhadap visi, misi dan tujuan organisasi, dan kontribusi hasil kegiatan
terhadap penguatan nilai-nilai organisasi.
Dalam rancangan aktualisasi ini, isu-isu yang terdapat pada
Bidang Pertanahan dan Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat adalah:
1. Belum optimalnya sosialisasi dari bidang Pertanahan dan Tata Ruang
tentang pentingnya sertifikat tanah untuk pelebaran jalan.
2. Belum tertatanya dokumen administrasi pada Bidang Pertanahan dan
Tata Ruang.
3. Kurang tertatanya gedung Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

25
26
Adapun isu yang saya angkat adalah : Belum tertatanya
dokumen administrasi pada Bidang Pertanahan dan Tata Ruang.

Gagasan pemecahan isu yang saya angkat yaitu menyusun dan


memetakan dokumen untuk terciptanya penyimpanan dokumen yang
sistematis.

Untuk mengatasi isu yang diangkat , penulis merencanakan


beberapa kegiatan berupa :

1. Menetapkan format acuan untuk setiap dokumen surat keluar.


2. Mengklasifikasikan dan memisahkan dokumen sesuai bidang dan
kegiatan.
3. Membuat pemetaan SPJ.
4. Menyimpan dan menata arsip dalam bentuk digital.
5. Membuat pemetaan progres pencapaian Renstra tahun berjalan.

Berikut ini merupakan Rancangan Kegiatan Aktualisasi yang akan


penulis lakukan sesuai dengan Kegiatan, Tahapan Kegiatan,
Hasil/Output, Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan, Kontribusi Terhadap
Visi dan Misi Organisasi, serta Penguatan Nilai Organisasi :

27
Tabel 3.1 RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS
Keterkaitan Kontribusi
N Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata Terhadap Visi
o Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 Menetapkan format 1. Meminta Tersedianya Komitmen Mutu Dengan Menguatkan nilai
acuan untuk setiap petunjuk dan format yang dapat Mampu ditetapkannya bergerak cepat dan
dokumen surat keluar arahan kepada menjadi acuan mengerjakan format yang fix bertindak tepat
atasan agar tidak terjadi kegiatan secara untuk setiap dalam
2. Mengumpulkan perbedaan efektif, efisien dan dokumen surat meningkatkan hasil
beberapa sistematika berdaya guna, keluar, dapat kerja.
sampel surat dokumen. karena pegawai berkontribusi
keluar yang tidak perlu membuat dalam pencapaian
pernah dokumen dari awal visi dan misi Dinas
dikeluarkan sehingga PUPR yaitu
bidang tata menghemat waktu pembangunan
ruang untuk pengerjaan. sarana dan
dikaji. prasarana yang
3. Menetapkan berkualitas.
format kosong

28
SPT, SPPD,
Tanda Terima,
dan SPJ.
4. Mensosialisasi
kan kepada rekan
dalam bidang
tentang format
fix.
2 Mengklasifikasikan 1. Meminta Tertatanya 1. Etika Publik Dengan Menguatkan nilai
dan memisahkan petunjuk pada dokumen dan Melakukan diklasifikasikannya bekerja keras dan
dokumen sesuai atasan. adanya konsultasi dokumen, dapat bertindak tepat
bidang dan kegiatan 2. Memilah dan kemudahan dalam dengan tata berkontribusi dalam
memisahkan pencarian krama yang dalam pencapaian meningkatkan hasil
dokumen sesuai dokumen kelak di baik. visi dan misi Dinas kerja.
bidang kemudian hari. 2. Komitmen PUPR yaitu
3. Memilah mutu pembangunan
dokumen bidang Membuat sarana dan
sesuai kegiatan. klasifikasi prasarana yang
4. Membuat media secara aktual. berkualitas.

29
pemisah 3. Akuntabilitas
dokumen. Mengerjakan
5. Mensosialisasi pekerjaan
kan kepada secara teliti
rekan bidang dan tidak
mengenai tata teledor.
cara
penyimpanan
dokumen sesuai
tempatnya.
3 Membuat pemetaan 1. Meminta Terpetakannya 1. Etika Publik Dengan Menguatkan nilai
SPJ petunjuk pada SPJ dalam bidang Melakukan dipetakannya SPJ, bekerja keras dan
atasan untuk agar proses konsultasi dapat berkontribusi bertindak tepat
melaksanakan realisasi lebih dengan tata dalam pencapaian dalam
kegiatan, teratur dan tidak krama baik. visi dan misi Dinas meningkatkan hasil
2. Membuat form terjadi tumpang 2. Komitmen PUPR yaitu kerja.
checklist tindih. mutu pembangunan
kelengkapan Menghasilkan sarana dan
dokumen SPJ. dokumen yang prasarana yang

30
3. Membuat kartu berkualitas berkualitas..
kendali untuk dengan penuh
memetakan pertimbangan
jadwal dinas mutu serta
luar. berinovasi
4. Mensosialisasi dalam
kan kepada melakukan
rekan bidang perencanaan.
tentang
pengisian kartu
kendali.

4 Menyimpan dan 1. Meminta Tersimpannya 1. Etika Publik Dengan Menguatkan nilai


menata arsip dalam petunjuk pada dokumen dalam Melakukan tersimpannya arsip bekerja keras dan
bentuk digital atasan untuk PC dengan konsultasi dalam bentuk bertindak tepat
melaksanakan sistematis untuk dengan tata digital, dapat dalam
kegiatan. memudahkan krama yang berkontribusi meningkatkan hasil
2. Membuat dalam proses baik. dalam pencapaian kerja.
backup/scan pencarian 2. Komitmen visi dan misi Dinas

31
dokumen dokumen di mutu PUPR yaitu
terdahulu dalam kemudian hari. Menghasilkan pembangunan
bentuk soft file. dokumen yang sarana dan
3. Mengklasifikasi berkualitas. prasarana yang
kan dokumen 3. Akuntabilitas berkualitas..
yang ada di pc Data yang
secara disusun dapat
sistematis. dipertanggung
jawabkan
hasilnya.
5. Membuat pemetaan 1. Meminta Terpetakannya 1. Etika Publik Dengan adanya Menguatkan nilai
progres pencapaian petunjuk pada progres pemetaan Melakukan dokumen rencana bekerja keras dan
Renstra tahun berjalan atasan untuk Renstra untuk konsultasi yang lengkap, bertindak tepat
melaksanakan memudahkan dan dengan tata dapat berkontribusi dalam
kegiatan. lebih mengarahkan krama yang dalam pencapaian meningkatkan hasil
2. Berkoordinasi tentang target baik. visi dan misi Dinas kerja.
dengan PEP yang harus 2. Komitmen PUPR yaitu
untuk dicapai. mutu pembangunan
mengumpulkan Menghasilkan sarana dan

32
dokumen dokumen yang prasarana yang
Renstra, berkualitas berkualitas.
RPJMD, dan dengan penuh
Renja tahun pertimbangan
berjalan. mutu.
4. Mengumpulkan 3. Akuntabilitas
informasi dengan Data yang
berkoordinasi diperoleh
dengan Kepala dapat
Bidang terkait dipertanggung
capaian. jawabkan
5. Membuat form hasilnya.
pemetaan.

33
3.4. Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang direncanakan dalam rancangan
aktualisasi dilaksanakan pada masa Off Campus di Bidang Pertanahan
dan Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Pakpak Bharat mulai tanggal 19 November s/d 17 Desember 2019.

Tabel 3.2 Rencana Jadwal Kegiatan


Nov Des
NO KEGIATAN Minggu ke -
III IV I II I
Menetapkan format acuan untuk setiap dokumen surat
1.
keluar
Mengklasifikasikan dan memisahkan dokumen sesuai
2.
bidang dan kegiatan
3. Membuat pemetaan SPJ
4. Menyimpan dan menata arsip dalam bentuk digital
Membuat pemetaan progres pencapaian Renstra tahun
5.
berjalan

34
BAB IV
PENUTUP

Aparatur Sipil Negara (ASN) seyogianya mengerjakan tugas dan


kewajibannya dengan berlandaskan nilai-nilai dasar Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Dengan
adanya pendidikan dan pelatihan prajabatan pola baru yang lebih
menekankan pentingnya internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi ASN di lingkup kerja, diharapkan adanya ASN yang profesional
serta menjadi pelayan masyarakat yang benar-benar mencerminkan
seorang aparatur negara dalam melaksanakan pelayanan publik sehingga
citra negatif yang selama ini berkembang secara perlahan hilang dan
menjadikan citra publik yang kembali baik. Sebagai pelayan publik kita
harus bekerja dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat, sehingga dengan menerapkan nilai-nilai dasar tersebut
kualitas mutu pelayanan publik akan berubah ke arah yang menjadi
semakin baik.

35
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat.
2019. Visi Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Pakpak Bharat. Dikutip 9 November 2019 dari:
https://pu-pr.pakpakbharatkab.go.id/visi-misi

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat.


2018. Perubahan Renstra Tahun 2016-2021 Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pakpak Bharat..

ULP Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Nilai-


nilai Dasar Organisasi. Dikutip 9 November 2019 dari :
https://ulp.pu.go.id/menu/75/visi-misi

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Aktualisasi. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan II. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Akuntabilitas. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Anti Korupsi. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan II Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Etika Publik. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon

36
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Komitmen Mutu. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Manajemen ASN. Modul Pelatihan


Dasar Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Nasionalisme. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Pelayanan Publik. Modul Pelatihan


Dasar Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Whole of Government. Modul


Pelatihan Dasar Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

37

Anda mungkin juga menyukai