DISUSUN OLEH :
Kelompok III
Kelas : 5 EGC
Agung Aditya Pratama
Cherly Meigita
Gede Marawijaya
Muhammad Ariq Perdana
Nila Wulandari
Tomi Suharno
Yunita Tri Andani
I.
Tujuan
- Menjelaskan pengertian dan peranan titik didih petroleum ether dan bensin
berdasarkan ASTM D-86
- Menentukan titik didih yan dimiliki oleh petroleum ether dan bensin
- Menyelesaikan perhitungan untuk menentukan panas laten penguapan
II. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan :
Double necked round bottom flask
Heating mantel, 1000 ml
Distillation top after clasein
Liebig cooler
Distilation adapter
Graduated cylinder, 100 ml
Thermometer
Water batch
Klem
Bisshed
Joint clip
b. Bahan yang digunakan :
Petroleum Eter
III.Dasar Teori
A. Analisa Minyak Bumi
Metode yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya adalah :
1. ASTM (American Society for Testing Material)
2. API (American Petroleum Institute)
3. IP (Institude de Petrol)
4. ISI (Indian Spesification Institute)
a. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta dan kerosin
adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan ASTM D-216, dan untuk gas
oil dengan ASTM D-158. Distilasi laboratorium dilakuakn pada volume 100 ml dengan
kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap mula mula menetes (setelah
mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana fraksi
fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat diambil dari minyak
mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam bentuk persen penguapannya.
b. Panas Laten Penguapan
yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya pada tekanan atmosfer.
Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu lain. Panas laten berubah dengan
berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi penguapan. Panas laten pada tekanan atmosfir
untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada grafik 5-5 s/d 5-9 Nelson.
c. Titik Didih
Sifta sifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai hubungan yang erat
dengan titik didih rata rata seperti terlihat pada Table 1. Titik didih rata rata (MABP =
Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan dibandingkan dengan penguapan. Hubungan
titik didih rarta rata dapat dilihat pada grafik 5-4 dan 5-5 Nelson.
Titik didih rata rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling Point) langsung
dapat dihitungdari data distilasi dalam bentuk persen volume distilat terhadap suhu
penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Hubungan titik didih dan sifat fisik
No
1
2
3
(kt+)
Berat molekul (M), factor karakteristik (K),
berat jenis (), tekanan kritis pseudo (P/+Pc)
dan panas pembakaran (Hc)
Grafik Distilasi
ASTM
TBP
Minyak Mentah
tv
Fraksi fraksi
tv
t 20+t 50+t 70
3
tv =
t 30+t 50+t 70
3
tv =
t 10+2t 50+t 90
4
Titik didih rata rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan sudut garis
miring (slpoe) dari grafik 5 4 dan 5 5 Nelson. Slpoe dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : S =
t 70t 10
7010
, oF / %
Hubungan antara titik didih rata rata molal ( MABP) dan titik didih rata rata volumetrik
(VABP)
karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada grafik 5 9 s/d 5 12 Nelson.
2. Distilasi Bertingkat/Fraksionasi
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran
dengan perbedaan titik didih kurang dari 20C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau
dengan tekanan rendah. Aplikasi dari Distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak
mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan Distilasi
fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi
pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap kolomnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari kolomkolom di bawahnya. Sehingga komponen yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan
tetap berada di bawah dan tidak bisa melewati kolom-kolom fraksionasi tersebut sedangkan
yang titik didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari kolom fraksinasi dan terpisah dari
zat lainnya.
3. Distilasi azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan)
biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop
tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Selain itu campuran azeotrop dapat
didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena
atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap DeanStark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan
memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
4. Distilasi uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya cukup tinggi.
Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari
distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masingmasing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang
tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari
distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari
eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan.
5. Distilasi Vakum
Adalah teknik pemisahan dua komponen atau lebih yang titik didihnya sangat tinggi, metode
yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm
sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk
proses distilasinya tidak terlalu tinggi. Distilasi vakum biasanya juga digunakan jika senyawa
yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik
didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang
menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa
vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini
secara parsial
No Volume Destilat (ml)
Temperatur (oC)
Temperatur (oF)
1
0
30
86
maupun
2
10
64
147,2
keseluruhan
3
20
65
149
4
30
66
150,8
pada suhu
5
40
66,5
151,7
maksimal 750
6
50
67
152,6
7
60
68
154,4
F pada tekanan
8
70
70
158
absolut hingga
9
80
71
159,8
1 mmHg dan dikondensasikan menjadi fase liquid pada tekanan pengujian. Tekanan operasi
pengujian berkisar antara 1-760 mmHg absolut. Temperatur diukur dengan perangkat
thermocouple.
d. ASTM method D2887
Metode ini merupakan metode simulasi distilasi yang dilakukan dengan gas chromatography
(GC). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana yang dapat melakukan analisis
cut point dan boiling range fraksi hidrokarbon dengan ketelitian tinggi.
V. Data Pengamatan
Percobaan Minggu Pertama
Keterangan :
-
GRAFIK PERCOBAAN
Temperatur (C)
Linear ()
62
60
58
56
0
10
20
30
40
50
60
=
=
0,64 gr /ml
0,09985936 gr /ml
0,64073
API Gravity =
141,5
spgr
141,5
0,64073
89,34185
131,5
131,5
70
80
90
Slope =
147,2+149+150,8+151,7+ 152,6+154,4+158+159,8
8
152,9375
T 90T 10
8010
F/%
159,8147,2
8010
F/%
= 0,18 F/%
faktor koreksi
ln
0,94402-0,00865 x
(VABP 32)0,6667
ln
0,94402-0,00865 x
ln
0,53806
ln
exp0,53806
ln
1,7127 F
0,180,333
+ 2,999791 x slope
0,333
400 psia
x 1 atm
14,7 psia
= 27,21088
29,9 atm
x 1 atm
27,21008 atm
= 1,09883 atm
BM (normal parafin)
x panas laten normal parafin
BM ( petroleum)
88
btu
x 168
92
lb
160,6957
btu
lb
GAMBAR (LAMPIRAN)
(Distilasi Fraksionasi)