Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN PAJAK ATAS AKTIVA TETAP :

REVALUASI

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Desiana Indrawati
Fara Alicia Dienswari
Helga Rustanti
Astri Swastiarmi
Debora Pratiti Dewi
Yulius Galendra Tulis
Muhamad Ihsan
Clarissa Wigrha Pangestika
Aisyta Artha Putri

(232014025)
(232014083)
(232014089)
(232014095)
(232014096)
(232014101)
(232014102)
(232014136)
(232014184)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2016
PENDAHULUAN
Pajak adalah suatu kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang atau
badan yang sifatnya memaksa namun tetap berdasarkan pada Undang-Undang dan tidak
mendapat imbalan secara langsung serta digunakan untuk kebutuhan negara juga kemakmuran

rakyat (UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1). Indonesia merupakan Negara yang salah satu
pendapatan terbesarnya berasal dari sektor perpajakan. Pajak memiliki kontribusi yang
sangat besar bagi pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan yang adil merata
dan berkesinambungan. Bagi badan usaha, pajak yang di kenakan terhadap penghasilan yang di
terima atau di peroleh dapat dianggap sebagai beban atau biaya (expense) dalam menjalankan
usaha kepada pemerintah. Pajak sebagai beban akan membuat badan berusaha untuk
menekannya. Cara yang dipakai untuk menekan beban pajak adalah dengan menggunakan
perencanaan pajak. (Katuuk 2013)
Dalam keadaan ekonomi yang sering mengalami fluktuasi, nilai buku suatu aset dianggap
tidak relevan karena tidak mencerminkan nilai aktiva atau aset yang sebenarnya sehingga badan
memerlukan revaluasi/penilaian kembali suatu aktiva atau aset untuk menekan beban pajak.
Revaluasi/penilaian kembali merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva atau aset
yang dimiliki perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus dibayar.
Banyak hal yang perlu diperhatikan apabila badan ingin melakukan revaluasi terhadap aktiva
atau aset yang dimilikinya.
Dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian penilaian kembali aktiva tetap
atau yang sering disebut revaluasi aktiva tetap dan dasar hukum yang berkaitan dengan revaluasi
aktiva tetap, syarat dan prosedur penilaian kembali aktiva tetap/revaluasi aktiva tetap,
keuntungan dan kerugian perusahaan/badan melakukan revaluasi/penilaian kembali aktiva tetap,
pelunasan Pajak Penghasilan Final atas penilaian kembali aktiva tetap oleh Wajib Pajak,
pengalihan aktiva tetap setelah penilaian kembali, serta contoh kasus ilustrasi perusahaan/badan
yang melakukan revaluasi aktiva tetap.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian penilaian kembali aktiva tetap atau
yang sering disebut revaluasi aktiva tetap dan dasar hukum yang berkaitan dengan revaluasi
aktiva tetap, syarat dan prosedur penilaian kembali aktiva tetap/revaluasi aktiva tetap,
keuntungan dan kerugian perusahaan/badan melakukan revaluasi/penilaian kembali aktiva tetap,
pelunasan Pajak Penghasilan Final atas penilaian kembali aktiva tetap oleh Wajib Pajak,
pengalihan aktiva tetap setelah penilaian kembali, serta contoh kasus ilustrasi perusahaan/badan
yang melakukan revaluasi aktiva tetap.

PEMBAHASAN
Pengertian Penilaian Kembali Aktiva Tetap/Revaluasi Aktiva Tetap dan Dasar Hukumnya
Revaluasi aktiva tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan
adanya kenaikan nilai aktiva tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aktiva tetap
dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga
nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar (Katuuk 2013).
Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid V yang diumumkan dalam siaran
pers pada tanggal 22 Oktober 2015 oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution.
Adapun paket kebijakan ekonomi jilid V terdapat 3 (tiga) kebijakan ekonomi yakni:
1. Revaluasi asset
Salah satu kebijakan ekonomi Jilid V yaitu Revaluasi Aset merupakan kebijakan Pajak
Penghasilan (PPh) berupa penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi
permohonan penilaian kembali aktiva tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun
2016. Sebelum terbitnya kebijakan ekonomi mengenai revaluasi aktiva, Menteri
Keuangan telah menerbitkan aturan terkait aspek perpajakan atas revaluasi atau penilaian
kembali aktiva oleh Wajib Pajak dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor
79/PMK/03/2008 dengan tarif PPh yaitu sebesar 10% dari selisih lebih penilaian kembali
aktiva tetap diatas nilai sisa buku fiskal semula. Melalui paket kebijakan ekonomi jilid V,
pemerintah memberikan insentif pajak berupa pengurangan PPh untuk Wajib Pajak yang
mengajukan permohonan penilaian kembali aktiva tetap yang diajukan pada tahun 2015
dan tahun 2016 yang di atur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.010/2015.
2. Menghilangkan pajak berganda dana investasi Real Estate, Properti dan Infrastruktur.
3. Deregulasi di bidang perbankan syariah.
Syarat dan Prosedur Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Tarif dan Jangka Waktu Permohonan Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Berikut ini tabel tarif PPh Final dan Jangka waktu perlakuan khusus yang diberikan kepada
Wajib Pajak atas permohonan penilaian kembali aktiva tetap:

Tarif
3%
4%
6%

Permohonan Diajukan
20 Oktober 2015 s.d 31 Desember 2015
01 Januari 2016 s.d 30 Juni 2016
01 Juli 2016 s.d 31 Desember 2016
Pajak Penghasilan bersifat Final ini harus dilunasi sebelum permohonan penilaian

kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak. Wajib
pajak yang berhak mengajukan permohonan adalah :
1.
2.
3.
4.

Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.


Bentuk Usaha Tetap.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pembukuan.
Wajib Pajak yang telah memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dengan Bahasa

Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.


5. Wajib Pajak yang masih berada dalam jangka waktu 5 tahun sejak dilakukannya penilaian
kembali terakhir berdasarkan PMK 79/PMK.03/2008.
Wajib pajak bisa mengajukan permohonannya ketika telah melakukan penilaian kembali
maupun ketika belum melakukan penilaian kembali.
Dasar Pengenaan Pajak atas Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Tarif PPh Final atas permohonan penilaian kembali aktiva tetap dikenakan atas selisih lebih
nilai aktiva tetap berdasarkan :
a. Hasil Penilaian Kembali
Hasil penilaian kembali merupakan nilai aktiva tetap yang ditetapkan oleh Kantor Jasa
Penilai Publik (KJPP) atau ahli penilai yang telah memperoleh izin dari Pemerintah. Nilai
aktiva tetap yang telah memperoleh izin dari pemerintah harus berdasarkan nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap.
b. Hasil Perkiraan Penilaian Kembali Oleh Wajib Pajak
Hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak tetap harus dilakukan penilaian
kembali dan ditetapkan oleh KJPP atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah
paling lambat tanggal :
Tanggal Jatuh Tempo Penilaian Kembali
31 Desember 2016
30 Juni 2017
31 Desember 2017

Permohonan Diajukan
20 Oktober 2015 sd 31 Desember 2015
1 Januari 2016 sd 30 Juni 2016
1 Juli 2016 sd 31 Desember 2016

Objek penilaian kembali aktiva tetap dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, penilaian
aktiva tetap secara keseluruhan dan yang kedua yaitu penilaian aktiva tetap hanya sebagian saja.
Kedua jenis penilaian tersebut meliputi aktiva yang ada di Indonesia, dimiliki dan digunakan
sebagai sarana untuk memperoleh, menagih, ataupun memelihara penghasilan bagi wajib pajak
dan aktiva tersebut merupakan objek pajak.
Prosedur Pengajuan Permohonan Penilaiaan Kembali Aktiva Tetap
Syarat pengajuan permohonan Wajib Pajak telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap :
1. Permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar (KPP Domisili), dengan menggunakan format sesuai contoh formulir
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PER-37/PJ/2015; (Pasal 2 ayat (1) PER37/PJ/2015)
2. Permohonan diajukan dengan menggunakan nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali
aktiva tetap berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap serta harus
melampirkan: (Pasal 5 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015)
a. Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas penilaian kembali
aktiva tetap;
b. Daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali;
c. Fotokopi surat izin usaha kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang
berwenang menerbitkan surat izin usaha tersebut;
d. Laporan penilaian aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai
yang memperoleh izin dari Pemerintah
e. Laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap
Syarat pengajuan permohonan Wajib Pajak belum melakukan penilaian kembali aktiva tetap :
Saat Permohonan :
1. Permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan oleh Wajib Pajak kepada
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar (KPP Domisili), dengan menggunakan format sesuai contoh
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PER-37/PJ/2015; (Pasal 2
ayat (1) PER-37/PJ/2015)

2. Permohonan Wajib Pajak diajukan dengan menggunakan perkiraan nilai pasar


atau nilai wajar aktiva tetap menurut Wajib Pajak. (Pasal 2 ayat (5) PER37/PJ/2015)
3. Nilai aktiva tetap hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak ini harus
dilakukan penilaian kembali dan ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau
ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, LAMPIRAN IV PER37/PJ/2015 (Pasal 1 ayat (4) PMK-191/PMK.010/2015)
Saat pengajuan kelengkapan dokumen :
1. Wajib pajak harus melengkapi surat tambahan dokumen kelengkapan,
LAMPIRAN V PER-37/PJ/2015
2. SSP bukti pelunasan PPh atas penilaian kembali aktiva tetap dalam hal terjadi
kekurangan pembayaran pajak terutang
3. Daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali, LAMPIRAN VI PER-37/PJ/2015
4. Laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap
5. Fotokopi surat izin usaha kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang
berwenang menerbitkan surat izin usaha tersebut;
6. Laporan penilaian aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai
yang memperoleh izin dari Pemerintah.
Keuntungan dan Kerugian Perusahaan/Badan Melakukan Revaluasi/Penilaian Kembali
Aktiva Tetap
Penilaian aktiva tetap memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Berikut
keuntungan dari perusahaan/badan yang melakukan revaluasi/penilaian kembali aktiva tetap :
a) Nilai Asset dalam laporan keuangan akan menjadi lebih baik, yang akan berpengaruh pada
nilai total asset.
b) Perhitungan biaya dan penghasilan dilakukan secara lebih wajar. Perhitungan harga pokok
akan menghasilkan nilai yang mendekati harga pokok yang wajar.
c) Terjadi peningkatan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman atau Debt
to Equity Ratio (DER) dengan modal sendiri menjadi membaik. Dengan membaiknya Debt
to Equity Ratio (DER), perusahaan akan lebih mudah menarik dana melalui pinjaman dari
pihak ketiga.
Kerugian dari revaluasi/penilaian kembali aktiva tetap adalah sebagai berikut :

a) Naiknya beban penyusutan aktiva tetap yang dibebankan dalam laba rugi atau dibebankan
ke harga pokok produksi.
b) Dari sisi perpajakan, selisih lebih yang diakibatkan dari revaluasi aktiva tetap merupakan
objek pajak yang dikenai pajak final 10%.
Pelunasan Pajak Penghasilan Final atas Penilaian Kembali Aktiva Tetap oleh Wajib Pajak
Dalam rangka Pembinaan wajib pajak 2015, Pemerintah melalui Menteri Keuangan
menerbitkan satu lagi fasilitas bagi Wajib Pajak, yaitu pemotongan tarif PPh Final atas selisih
nilai aktiva tetap. Pelunasan PPh Final terkait dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
dilakukan SEBELUM Diajukannya Permohonan (baik yang belum maupun yang telah
melakukan penilaian kembali oleh KJPP/ahli penilai) dan / atau SEBELUM Dilengkapinya
Tambahan Dokumen Kelengkapan dalam hal permohonan diajukan dengan menggunakan Nilai
Perkiraan penilaian kembali Wajib Pajak. Dengan catatan, dalam hal Wajib Pajak telah
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, DPP PPh Final harus dikonversi terlebih dahulu ke
dalam satuan mata uang Rupiah berdasarkan kurs KMK yang berlaku pada saat pembayaran PPh
Final.
Perlakuan Selisih Nilai Penilaian Kembali KJPP/Ahli Penilai dengan Nilai Perkiraan Wajib
Pajak
Jika penilaian kembali KJPP atau ahli penilai lebih besar dari nilai perkiraan penilaian Wajib
Pajak, maka tarif yang diberikan bagi insentif revaluasi aktiva tetap ini terbagi menjadi 3 macam
dan ketiganya bersifat final. Pembagian tarif ini disesuaikan dengan saat wajib pajak melakukan
pemanfaatan insentif perpajakan revaluasi :
-

3% untuk permohonan yang dilakukan sejak 15 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 31

Desember 2015
4% untuk permohonan yang dilakukan sejak 1 Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016
6% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31

Desember 2016
Perlu diingat, pemotongan tarif PPh final tersebut hanya sampai tanggal 31 Desember
2016 dengan kata lain mulai 1 Januari 2017, tarif PPh Final atas revaluasi kembali ke
tarif semula yaitu 10% (Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan 2016)

Akan tetapi, jika penilaian kembali KJPP atau ahli penilai lebih kecil dari nilai perkiraan
penilaian Wajib Pajak maka dapat di artikan kelebihan pembayaran merupakan pajak yang
seharusnya tidak terutang. Dengan catatan, Wajib Pajak tidak melakukan penilaian kembali
melalui KJPP/ahli penilaidan/tidak melengkapi dokumen dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, Permohonan dianggap batal dan pajak yang telah dibayarkan merupakan pajak yang
seharusnya tidak terutang.
Pengalihan Aktiva Tetap Setelah Penilaian Kembali
Dalam hal perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap perusahaan yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat baru, maka atas
pengalihan tersebut dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% dari
selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan
dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya.
Batas waktu yang ditentukan tersebut adalah sbb :
a. Aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru.
b. Aktiva tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan, dan tanah yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
Keuntungan atau kerugian dari pengalihan aktiva tetap perusahaan sebesar selisih antara
nilai pengalihan dengan nilai sisa buku fiskal pada saat pengalihan merupakan penghasilan atau
pengurang penghasilan bruto berdasarkan ketentuan umum Undang-undang Pajak Penghasilan.
Tambahan PPh tersebut diatas tidak berlaku bagi :
a)

Pengalihan aktiva tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atas
kebijakan Pemerintah atau keputusan Pengadilan. Force majeur merupakan kejadian atau
keadaan yang terjadi diluar kuasa dari para pihak yang bersangkutan, dalam hal ini
perusahaan dan pekerja/buruh. Biasanya merujuk pada tindakan alam (act of God), seperti
bencana alam (banjir, gempa bumi), epidemik, kerusuhan, pernyataan perang, perang dan
sebagainya.

b) Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha yang mendapat persetujuan.
c)

Penarikan aktiva tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang
tidak dapat diperbaiki lagi.

Ketentuan Lain
1. Tidak dapat dilakukan penilaian kembali untuk tujuan perpajakan dalam 5 tahun.
2. Saham bonus yang berasal dari kapitalisasi selisih penilaian kembali bukan merupakan
objek pajak.
3. Permohonan berdasarkan PMK 79/2008 dapat dialihkan sepanjang belum keluar
keputusan.

Contoh Kasus Ilustrasi Perusahaan/Badan yang Melakukan Revaluasi Aktiva Tetap


Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva adalah merupakan objek pajak penghasilan (Pasal
4m UU PPh No. 36 tahun 2008). Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan,
nilai sisa buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10%.
Contoh :
PT MAN pada awal tahun 2006 membeli aktiva tetap berupa mesin pabrik seharga Ro 920 juta.
Dari data pembukuan diinformasikan, perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus
dan digolongkan dalam aktiva tetap kelompok 2 (masa manfaat 8 tahun). Pada awal tahun 2010,
perusahaan jasa penilai (appraiser) yang diakui pemerintah melaporkan nilai wajar mesin saat ini
sebesar Rp 700 juta.
Pertanyaan :
Apakah perusahaan PT MAN sebaiknya melakukan revaluasi, bila :
a)PT MAN tidak mengalami rugi fiskal.

b) PT MAN mengalami rugi fiskal tahun 2006 sebesar Rp 800 juta dan hingga tahun
2010 baru dilakukan kompensasi kerugian sebesar Rp 500 juta, sedangkan laba tahun
berjalan tahun 2011 diprediksi sebesar Rp 500 juta.
Jawab:
a. Bila perusahaan tidak mengalami rugi fiskal (s/d tahun 2010)
Harga perolehan mesin
Rp 920 juta
Akumulasi penyusutan (2006-2010)

5
Rp 575 juta ( 8 920 juta)

Nilai buku mesin


Rp 345 juta
Nilai revaluasi
Rp 700 juta
Selisih lebih penilaian kembali
Rp 355 juta
Selisih lebih penilaian kembali tersebut bukanlah perkiraan pendapatan bagi
perusahaan, tetapi terwujud dalam penambahan atau penurunan nilai aktiva tetap akibat
revaluasi, serta perkiraan lawannya (contra account) dibukukan dalam akun modal
(ekuitas) dengan nama selisih penilaian kembali aktiva tetap, sehingga penyusutan di
tahun berikutnya didasarkan atas nilai baru setelah revaluasi. Atas selisih lebih penilaian
kembali tersebut dikenakan PPh Final 10% atau sebesar RP 35,5 juta.
Karena perusahaan tidak mengalami rugi fiskal, maka pertimbangannya adalah dengan
cara membandingkan nilai tunai (present value) dari kenaikan biaya penyusutan setelah
revaluasi dengan cash flow perusahaan yang keluarkan untuk membayar PPH Final. Bila
nilai oenyusunan tersebut lebih besar dari PPh Final 10%, maka tindakan revaluasi
tersebut dapat dijalankan.
b. Bila perusahaan mengalami rugi fiskal
Rugi fiskal tahun 2006 sebesar
Kompensasi kerugian terhadap laba th. 2011
Kompensasi kerugian yang hangus bila perusahaan
tidak melakukan revaluasi

Rp 800 juta
Rp 500 juta
Rp 300 juta

Sesuai Pasal 6 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kompensasi kerugian
ditetapkan selama 5 tahun. Kompensasi kerugian terhadap laba perusahaan telah dilaksanakan
dari tahun 2006 hingga tahun 2010 (4 tahun) tinggal sisanya 1 tahun lagi. Dalam situasi yang
demikian, daripada kompensasi kerugian tersebut hangus, lebih baik perusahaan melakukan
revaluasi pada awal tahun 2011, karena Selisih lebih penilaian kembali tersebut harus di
kompensasi dulu terhadap rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan PPh final. Bila tidak dilakukan

revaluasi, maka perusahaan akan rugi karena kompensasi kerugian yang hangus sebesar Rp 300
juta. Bagaimana bila perusahaan melakukan revaluasi, apa dampaknya terhadap PPh final?
Selisih lebih penilaian kembali

Rp 355 juta (kredit)

Rugi fiskal tahun 2011

Rp 800 juta (debit)

Selisih lebih penilaian kembali setelah kompensasi Rp 415 juta (debit)


Artinya, dari contoh di atas, bila perusahaan melakukan revaluasi, maka perusahaan tidak perlu
membayar PPh final 10 % karena akun selisih lebih penilaian kembali setelah kompensasi
masih negatif. Tambahan biaya yang timbul dari selisih lebih penilaian kembali sebesar Rp 355
juta tersebut dapat dibiayakan secara bertahap melalui penyusutan sesuai dengan umur aktiva
yang bersangkutan setelah revaluasi.

PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya, nilai aktiva tetap bisa mengalami kenaikan atau penurunan. Agar nilai
aktiva tetap mampu mencerminkan nilai yang wajar dalam laporan keuangan maka perlu adanya
revaluasi atau penilaian kembali aktiva tetap. Revaluasi atau penilaian kembali aktiva tetap
bermanfaat untuk menunjukkan nilai wajar dari setiap aktiva tetap tersebut, sehingga perusahaan
dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya secara wajar sesuai dengan kemampuan dan
nilai perusahaan yang sebenarnya. Tarif yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebelumnya
sebesar 10% mengalami pengurangan pada tahun 2015 dan 2016. Tarif yang digunakan sebagai
dasar penilaian kembali aktiva tetap saat ini yaitu sebesar 3%, 4%, dan 6%, sesuai dengan jangka
waktu permohonan penilaian kembali aktiva tetap.
Saran
Penerapan peraturan tentang revaluasi aktiva tetap saat ini sebaiknya dilakukan secara
konsisten dan apabila terjadi perubahan pada peraturan, perubahan peraturan tersebut kiranya
tidak terjadi secara mendadak atau dalam waktu dekat agar wajib pajak tidak mengalami

kebingungan dan nantinya akan merugikan wajib pajak karena harus melakukan penyesuaian
terhadap peraturan secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Dewi. Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. Januari 7, 2016.
http://www.pajak.go.id/content/article/revaluasi-aset-apa-untungnya-bagi-perusahaan.
Direktorat

Jenderal

Pajak

Kementerian

Keuangan.

Januari

12,

2016.

http://pajak.go.id/content/article/revaluasi-aktiva-tetap-insentif-perpajakan-yang-ramah.
Katuuk, Yolanda C. "Analisis Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aktiva Tetap Pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) Bandara Sam Ratulangi." JURNAL RISET EKONOMI,
MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI, 2013: 540-550.
Ortax Observation and Research of Taxation. April 22, 2016. http://www.ortax.org/ortax/?
mod=studi&page=show&id=96.
Pohan, Chairil Anwar. "Manajemen Perpajakan." Gramedia, n.d.

Anda mungkin juga menyukai