Anda di halaman 1dari 31

BAB I

ALJABAR VEKTOR

I. ANALISIS VEKTOR

1.1. Notasi Vektor


Vektor adalah besaran yang, memiliki besar dan arah
Skalar adalah besaran yang hanya mempunyai besar saja.
Notasi vektor : dinyatakan dengan huruf besar yang ditulis tebal. Misal A
Vektor satuan adalah : vektor tersebut dibagi dengan nilai absolutnya
A
aA dimana : A A. A
A

(1.1)
Vektor yang dinyatakan dengan komponennya dalam ketiga sistim koordinat adalah
A AX a X AY aY AZ a Z (untuk koordinat kartesian)

(1.2)
A Ar a r A .a AZ a Z (untuk koordinat silinder)
(1.3)
A Ar a r A a A a (untuk koordinat bola)
(1.4)
Dimana : AX , AY , AZ ,... adalah komponen vektor.
a X , aY , a Z ,... adalah vektor satuan (atau vektor)

1.2. Aljabar Vektor


1. Penjumlahan dan pengurangan vektor
A B ( AX a X AY aY AZ a Z ) ( B X a X BY aY BZ a Z )

= ( AX B X )a X ( AY BY )aY ( AZ BZ )a Z
(1.5)
2. Hasil kali titik dua vektor
A B AB cos
(1.6)
dimana adalah sudut terkecil antara dua vektor.
A B AX B X AY BY AZ BZ

(1.7)
2
A A A AX2 AY2 AZ2

(1.8)
3. Perkalian silang
AxB ( AB.sin ) an

(1.9)
Dengan operasi perkalian silang ini dalam bentuk komponen memberikan hasil
AxB ( AX a X AY aY AZ aZ ) x( BX a X BY aY BZ aZ )

( AY BZ AZ BY )a X ( AZ BX AX BZ )aY ( AX BY AY BX )aZ

(1.10)
Atau dapat juga dinyatakan dengan bentuk determinan
aX aY aZ
AxB AX AY AZ
BX BY BZ

(1.11)

1.3. Sistim Koordinat


Terdapat tiga sistim koordinat untuk memetakan atau menggambarkan posisi sebuah
objek atau koordinat sebuah benda, yaitu sistim koordinat kartesian, silinder dan bola.
Titik P dinyatakan dalam tiga koordinat, P ( x, y, z ) untuk koordinat kartesian,
P(r , , z ) untuk koordinat silider dan P (r , , ) untuk koordinat bola yang
ditunjukkan dalam Gambar 1.2.

Jika koordinat titik P dikembangkan pada ( x dx, y dy, z dz) atau

(r dr, d , z dz) atau (r dr, d , d ) akan terjadi sebuah volume


differensial dv dan differensial luas ds yang ditunjukkan dalam Gambar 1.3.
dv (dx.dy.dz ) koordinat kartesian

(1.12)
dv ( rdr .d .dz ) koordinat silinder
(1.13)
dv (r 2 sin .dr .d .d ) koordinat bola

(1.14)

Z P(x, y, z) Z P( r , , z )
Z

P(r, ,)
Z

y y r
r
y

x
(a) Kartesian (b) Silinder (c) Bola
Gambar 1.2. Tiga sistim koordinat

Defferensial luas untuk sistim koordinat silinder dalam arah ar adalah


( ds )ar ( r.d .dz ) ar

(1.15)
Untuk differensial luas yang lain yaitu dengan mengambil perkalian dua sisi yang
dihadapi oleh setiap vektor normal terhadap bidang yang tegak lurus atau yang
dihadapi oleh vektor tersebut.
Contoh soal 1
Tentukan vektor C yang didapat dari titik K(3, -6, 5) ke L(0, 7, 2) dalam sistim
koordinat kartesian, dan tentukan pula vektor satuannya yang searah dengan C.
Vektor jarak dari titik K ke titik L R (0 3)a X (7 ( 6))aY (2 5)a Z
Atau R 3a X 13aY 3a Z
R 3 2 13 2 3 2 13.75

3a X 13aY 3a Z
Vektor satuan a R
13.75

Contoh soal 2
Diketahui A 5a X 6a Z dan B 8a X 2a Z , tentukan sudut terkecil dari hasil

perkalian kedua vektor dengan perkalian: (a) titik dan (b) silang.
A B (5)8
A B A B cos cos 1.78
AB 55 ( 68)

AxB
(b) AxB A B sin sin
AB

aX aY aZ a X aY
AxB 5 0 6 5 0 48aY 10a Z 12a X 12a X 10aY 48a Z
8 2 0 8 2

B(0,0, b)

A(r , ,0)

x Gambar 1.5. Contoh soal 3


12 2 10 2 48 2
sin sin 1
55 68

Contoh soal 3
Ekpresikan vektor satuan yang ditarik dari titik A(r , ,0) ke titik z b dalam
koordinat silinder (Gambar 1.4)
Vektor jarak antara dua titik R (0 r )a r ( )a (b 0)a Z

R ra r ba Z
aR
R r 2 b2
Contoh soal 4.
Tentukan luas bidang yang dibatasi oleh permukaan lengkung [dS ]3 yang
ditunjukkan oleh Gambar1.6, jika jari-jari silinder 2 m dan tinggi 10 m.
2 / 3 10 2 / 3 10
2 40
Luas bidang lengkung
dS3 rd.. dz r z 2 100
/6 0 /6 0 3 6 3
Contoh soal 5.
Hitunglah masing-masing elemen luas dS1 dan dS 2 dari Gambar 1.7 untuk
koordinat bola.

dS1 rd .dr

1 1
1 1
S1 r.dr.d r 2 (12 0 2 )( 0)
0 0
2 0 0 2 2
dS 2 rd .r sin .d
/2 1 /2

S 2 r sin .d .d r ( cos ) ( ) (1 0 )()(cos cos 0)
2 2 2 2

0 /3 0 0 /3 2 3

S2
3

BAB II.
FLUKS LISTRIK DAN HUKUM GAUSS

2.1. Muatan total dalam volume


Muatan total yang berada di dalam suatu volume tertentu adalah
dQ .dv

(2.1)
Atau dapat dinyatakan sebagai
Q .dv
v

(2.2)
2.2. Fluks listrik dan Kerapan fluks
Fluks listrik diawali dari muatan positip yang diakhiri pada muatan negatip. Jika
tidak terdapat muatan negatip, fluks listrik menuju tak berhingga sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Muatan satu coulomb menghasilkan fluks listriks satu
coulomb.
Q .......... (C)

(2.3)
Kerapatan fluks D adalah vektor yang mengambil arah garis-garis fluks. Fluks d
yang melalui elemen luas dS , arah normal, maka kerapatan fluks di titik P adalah
d
D an (C/m 2 )
dS
(2.4)
Jika rapat fluks D menembus bidang dS yang membentuk sudut seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 2.2, maka fluks yang dihasilkan adalah
d D.dS . cos

D.dS .a n

D.dS
(2.5)

Integral d melalui permukaan tertutup S menghasilkan muatan total yang


dilingkupinya yang dikenal sebagai hukum Gauss, yaitu :
D.dS Q

(2.6)
Hubungan kerapatan fluks dengan kuat medan listrik dinyatakan sebagai
D r . o .E

(2.7)
Dimana : r adalah permitivitas medium.

Contoh soal 2.1.

Tentukan muatan total didalam volume 1 r 3 m , 0 / 3, 0 z 2 m, jika

kerapatannya adalah 2 z sin 2 (C / m 2 )

Penyelesaian:
3 /3 2
dQ .dv 2 z sin .rd (d )dz
2

0 0 1

3 /3 2
1 sin 2 1 2
2 r 2 (1 / 2) 2 z
2 1 2 0 0

1 2 1 sin / 3 sin 0 4 3
= (2 1) (2 0) ( 0) ( ) 7
3

2 2 3 2 12
Catatan :
1 1 1 sin 2
sin 2
2
(1 cos 2 ) dan 2 (1 cos 2 ).d 2 2

Contoh soal 2.2.



Diberikan D 5 x 2 a X (10 z )a Z (C / m 2 ) . Tentukan fluks yang menembus
permukaan luas 1m 2 yang terletak di x = 2m dan z = 4m.
Penyelesaian :
Dari persamaan (2.5) d D.dS

Fluks total D X (dS )a X DZ (dS )a Z


1 1
11

X (5X ).dydz 5(2 ) y z 20
2 2

00 0 0
1 1
11

Z (10z).dxdy 10( )4 x y 40 d

00 0 0
Fluks total = X Y 60
Contoh soal 2.3.
sin
Diberikan rapat fluks D = 2r cos a (C/m 2 ) dalam koordinat silinder
3r aZ

yang dibatasi oleh r = 3m, z = 0 dan z = 5m dengan 0 / 2 .


Penyelesaian :
D.dS D (dS ) a DZ (dS ) aZ

3 /2
sin
3 5
(2r cos )(dr.dz )
0 0 0

0

3r
(rd .dr )

/2 3 5 /2 3
cos
2 cos (1/ 2).r (z) (r)
2

0 0 0
3 0 0
2[cos / 2 cos 0](1 / 2)(3 2 0 2 )(5 0) (1 / 3)[cos / 2 cos 0](3 0)
44

Soal-soal
2.1. Diketahui kerapatan muatan dalam koordinat bola r 3 m adalah
300
3
( C / m 3 ) Berapakah muatan total yang menembus permukaan r = 4m.
r
2.2. Muatan titik Q 8nC , terletak di titik asal sistim koordinat kartesian. Berapakah
fluks yang menembus bidang yanh dibatasi oleh z = 2m dengan 0 x 4m, dan
4 y 4 m.

2.3. Diberikan
D 45.e r / 4 ar
z
2 (C / m 2 ) dalam koordinat silinder.
4 az

Tentukan fluks yang keluar dari silinder tegak yang dibatasi oleh r = 8m, z = 0 dan z =
20m.

BAB III.
DIVERGEN DAN TEOREMA DIVERGENSI

3.1. Divergensi dalam sistim koordinat


Divergensi dalam ketiga sistim koordinat dinyatakan sebagai :
AX Ay AZ
Div A = (koordinat kartesian)
x y z

(3.1)
1 1 A Az
Div A = (r. Ar ) (koordinat silinder)
r r r z

(3.2)
1 2 1 1 A
Div A = ( r Ar ) ( A sin ) (koordinat bola)
r r
2
r sin r sin
(3.3)
Catatan : A = divergensi A
Divergensi untuk rapat fluks D dinyatakan sebagai :

D.dS
Q
(C / m 3 ) (3.4)
v v

3.2. Teorem divergensi

D.dS .dv Q
(3.5)
Atau

D.dS D dv D

(3.6)
Contoh soal 3.1
Diberikan A ( x ) ax ( yz ) ay ( xyz ) az , tentukan A
3

Penyelesaian :
( x 3 ) ( yz ) ( xyz )
A 3 x 2 z xy
x y z

Contoh 3.2.
Diberikan D (r sin ) ar ( 4r cos ) a 6r.z , carilah D di (2; / 2;3)
3

Penyelesaian :
1 (r sin ) 1 (4r cos ) (6r.z 3 ) sin
D (4 sin ) 6r (3 z 2 )
r r r z r

Contoh 3.3.
Diberikan bahwa D (50r 2 ) ar (2rz sin ) az dalam koordinat silinder, hitunglah
muatan total dengan kedua ruas teorema divergensi yang dilingkupi oleh r = 2m, z =
0 dan z = 4m.
Penyelesaian :
2 4 2 2

D.dS Dr (dS ) ar D z (dS ) az (50r )(rd .dz ) (2rz sin )(rd.dr )


2

0 0 0 0
2 2 4 4 2 2
13
50r () (z) 2z ( r ) ( cos)
3

0 0 0 0 0
3 0
50(2 3 0)[ 2 0](4 0) 2(4 0)(1 / 3)( 2 3 0)(cos 2 cos 0)

3200
1 (r )(50r 2 ) ( 2rz sin ) 1
D 50(3r 2 ) 2rz cos
r r r
2 2 4 2 2 4

( D)dv 150r (rdr .d .dz ) 2rz cos (rdr .d .dz )


2

0 0 0 0 0 0

2 2 4 2 2 4
150 3 23 16
r () (z) r (sin) (z) 50(8)2 ( )4 (sin 2 sin 0)4
3 0 0 03 0 0 0 3
3200
Soal-soal
x
3.1. Diketahui A (45 x 3 ) ax (4 xy sin ) ay (60 ) az , carilah A di (2; -1; 4)m.
z

3.2. Diberikan D (2r 2 sin ) ar (50rz 4 ) az , tentukan rapat muatannya.


3.3. Diketahui D (20 sin ) ar (2 cos ) a , hitunglah muatan totalnya dengan kedua
ruas teorema divergensi untuk volume dalam permukaan r = 3m.

BAB IV
EERGI POTENSIAL LISTRIK

Dalam medan listrik E suatu muatan titik Q mengalami gaya


F QE

(4.1)
Untuk mengimbangi gaya ini perlu diimbangi dengan gaya lain Fa dengan besar
sama tapi arah berlawanan dengan gaya tadi
Fa QE

(4.2)

Usaha didefinsikan sebagai gaya selama perpindahan.


dW Fa d. cos Fa .d jika gaya Fa membentuk sudut.
(4.3)
Atau dinyatakan sebagai
dW QE.d

(4.4)
d dx ax dy ay dz az (koordinat kartesian)
(4.5)
d drar rd a dz az (koordinat silinder )

(4.6)
d drar rd a r sin .d a (koordinat bola)

(4.7)

Contoh soal 4.1.


Berapa usaha yang dilakukan untuk memindahkan muatan 5C dari titik asal ke titik
(3m; / 2;6m) dalam koordinat silinder dalam medan listrik
E 45r ar (10 sin ) a

Penyelesaian :

3 /2 3 /2
1
dW Q.E.d Q (45r )dr Q (10 sin )rd Q45 r 2 Q10( cos )
0 0
2 0 0
1 2
5(10 6 )45 (3 0) 5(10 6 )(cos / 2 cos 0)
2
5(10 6 )(2023 / 2) J

4.1. Potensial Distribusi Muatan


Muatan yang disebar secara merata dalam volume, permukaan luas, dan garis, maka
potensial titik diluar dapat dinyatakan sebagai
dQ
dV
4 0 R

(4.8)
Integral persamaan (4.8) memberikan hasil
.dv
V 4 0 R
dQ .dv

(4.9a)
S .ds
V 4 0R
dQ S .ds

(4.9b)
.d
V 4 0R
dQ .d

(4.9c)
Contoh soal 4.2.
Muatan 50 nC disebarkan secara merata pada suatu cincin berjari-jari 3m. Tentukan
potensial pada suatu titik di poros cincin itu sejauh 5m dari bidang cincin.
Penyelesaian :
.d Q 5010 9 2510 9
Dengan persamaan (4.9c) V 4 0 R
kel

2 (3)

3

R (0 3)a r ( ) a (5 0) a z R 3 2 5 2 34

2 2
(2510 9 / 3 ) 2510 9 2510 9
V (3d ) 3 V
0 4 0 34 12 0 34
2
0 4 0 34

4.2. Gradien Potensial


Gradien dalam ketiga koordinat dituliskan
V V V
V (kartesian)
x ax y ay z az

(4.10a)
V 1 V V
V (koordinat silinder)
r ar r a z az

(4.10b)
V 1 V 1 V
V (koordinat bola) (4.10c)
r ar r a r sin a

Potensial juga dinyatakan sebagai


dV E d
(4.11)
Atau juga dinyatakan sebagai
dV V dr
(4.12)
V E
(4.13)

4.3. Energi Dalam Medan Listrik Statis


Usaha untuk memindahkan sejumlah muatan dalam suatu daerah tertentu yang
mengandung sejumlah n muatan titik dinyatakan sebagai :
1 n
WE QmVm
2 m 1
(4.14)
Dalam bentuk yang lain dinyatakan sebagai :
1 1 1 D2
2 2 2
WE D. E .dv E 2
.dv dv

(4.15)
Khusus untuk medan kapasitor, energi yang tersimpan dinyatakan sebagai :
1 1
WE QV CV 2
2 2
(4.16)

Contoh soal 4.3


Diketahui potensial V 8 x 15 z 2 (V). Tentukan energi yang tersimpan dalam
volume yang dibatasi oleh 0 x 2 m, 1 y 2 m, dan 1 z 3 m.
Penyelesaian :
1
Dengan persamaan (4.15) WE
2 E 2 .dv
(8 x ) (15 z 2 )
E V aX aZ (8) a X (30 z ) a Z
x z

E 2 (64 900 z )

2 2 3 223
223
1 1 1 2
WE (64 90 z)dx.dy.dz 0(64xyz) 0(90 xyz / 2)
2011 2 0 1 2 011
1
1 1
WE 0 64( 2 0)(2 1)(3 1) 0 900( 2 0)((2 1)(3 2 12 ) / 2 1928 0 J.
2 2
Soal-soal
4.1. Tentukan usaha untuk memindahkan muatan titik Q 5C dari titik (0,1,3) ke
(3,2,0) dalam medan E (4 x 2 y )a x (6 z )a z untuk lintasan y = 3x.
4.2. Muatan 60 nC disebar secara merata pada permukaan piringan dengan jari-jari
3m. Tentukan potensial oleh muatan itu pada titik poros sejauh 4m dari piringan.
4.3. Sebuah muatan titik Q = 2 nC dititik (2,1,4) m dalam koordinat kartesian.
Tetapkan beda potensial V AB jika A adalah (2,4,6) m dan B (1,0,3) m.
4.4. Diberikan medan E (5 / r )a r V/m untuk 0 r 2 m dan E (5)a r V/m untuk

r > 2 m. Tetapkan beda potensial V AB untuk A(2,0,0) m dan B(3,0,0).

BAB V
HUKUM AMPERE DAN MEDAN MAGNETIK

5.1. Hukum Biot-Savart


I .dlxa R
dH
4R 2
Dimana :
R = vektor jarak dari elemen arus I.dl ke titik dH (pengamat)
R
a R = vektor satuan
R
H = kuat medan magnetik

Contoh soal 5.1


Arus I pada konduktor panjang di sumbu z dalam koordinat silinder (lihat gambar).
Tetapkan harga H disebuah titik di bidang z = 0.
Penyelesaian :

I .dlxa R ( I .dZ ) az r z
dH = x ar az ===== penyelesaian dng integral

4R 2
4 (r z ) r 2 z 2
2 2


I ( r ) a I r I
H 4 (r

2
z2) 3/ 2
dZ (
4
a ) 2

(r z )
2 3/ 2
dZ
2r
a

Untuk selanjutnya, jika terdapat arus I panjang tak-terhingga, maka kuat medan

I
magnet yang terjadi adalah H ar
2r
5.2. Hukum Ampere

H dl I
Integral garis dari komponen tangensial H sepanjang lintasan tertutup adalah sama
dengan besarnya arus yang dilingkupi litasan itu.
Contoh soal 5.2
Tetapkan kuat medan H oleh arus I pada koduktor panjang dan lurus .menggunakan
persmaan hukum Ampere.
Penyelesaian :
I
H dl H (2r ) I ======= H
2r
a

Opertor Curl

lim A.dl
(Curl A).a n
s 0 S

A Ay A A A A
Curl A Z a X X Z a y Y X a Z koord. Kartesia
y z z x x y

1 AZ A A A 1 (rA ) Ar
Curl A a r r Z a a Z ko. Silinder
r Z z r r r
1 ( A sin ) A 1 1 Ar (rA ) 1 (rA ) Ar
Curl A a r a a
r sin r r sin r r r

5.3. Rapat Arus J dan xH


lim I X
(Curl H ) a X jX ====== adalah rapat arus
S 0 S
Operator curl adalah
xH j

5.4. Rapat Fluks Magnetik B


B .H Tesla
Dimana 0 r adalah permeabilitas medium (bahan) tersebut.
0 4 .10 7 Henry/

Fluks magnetik
B.dS
S
Weber

Contoh soal 1.
Tentukan besarnya fluks yang melalui bagian bidang / 4 yang dibatasi oleh
0.01 r 0.05 m dan 0< z < 2 m (lihat gambar). Sebuah arus sebsar 2.5 A mengalir

sepanjang sumbu z dalam arah a Z .


Penyelesaian :
B.dS
S

dS = dr.dz
I
B .H H a
2r

0.05 2
0.05 2
I I 1
0.05 2 7
4 .10 (2.5)

0.01 0
0
2r
dr.dz 0 dr.dz
2 0.01 0 r 2
ln r ( z)
0.01 0
1.61.10 6 Wb.

Contoh 2.
Sebuah rangkaian arus persegi 4 dalam koordinat kartesian ditunjukkan dalam
Gambar 13. Tetapkan kuat medan H di titik pusat dengan persamaan Biot-Savart.

Penyelesaian :
I .dlxa R
dH dengan elemen arus I.dX di titik (x, - L/2, z) m, maka vektor jarak
4R 2
R adalah ditarik dari elemen arus ke titik pusat :
R (0 x )a X (0 L / 2) aY (0 0) a Z ( x) a X ( L / 2) aY

( x)a X ( L / 2)aY
aR
x 2 ( L / 2) 2

[( IdX ) a X ] [( x) a ( L / 2) a IdX ( L / 2)a Z


dH x X Y

4 [ x ( L / 2)
2 2
x ( L / 2)
2 2
4 [( x 2 ( L / 2) 2 ]3 / 2

Maka kuat medan magnet total, semua sisi adalah


L/2
IdX ( L / 2)a Z 2 2I 2 2I
H 8
0
4 [ x ( L / 2) ]
2 2 3/ 2

L
aZ
L
an

Contoh 5.4
Medan magnetik didalam sebuah silinder penghantar dengan jari-jari r0 1 cm,
10 4 2r0 2 2r
H
r ( ) sin( / 2r0 ) cos( / 2r0 ) a A/m

Tetapkan arus total yang melalui penghantar tersebut.
Penyelesaian :
Terdapat dua cara penyelesaian : (1) menghitung J xH kemudian
mengintegrasikannya terhada dS. (2) Menggunakan hukum Ampere.

BAB VI
INDUKTANSI DAN RANGKAIAN MAGNETIK

6.1. Tegangan Induksi Diri


Sebuah tegangan akan timbul pada terminal kumparan N lilit seperti ditunjukkan
dalam Gambar 6.1, jika fluks bersama bagi lilitan itu berubah terhadap waktu.
Menurut hukum Faraday, tegangan induksi ( atau imbas) adalah :
d
v N
dt
(6.1)
Induktansi diri dinyatakan sebagai
d
LN
di
(6.2)
Dengan mengganti harga N .d L.di , persamaan (6.1) menjadi :
di
vL
dt
(6.3)
6.1. Induktor dan Induktansi
Induktor (atau induktansi) dibentuk oleh dua penghantar yang terpisah oleh ruang
bebas, dan tersusun sedemikian hingga fluks magnetik dari yang satu terkait dengan
yang lain. Flus total yang terkait dalam konduktor itu adalah :
N untuk kumparan
(6.4)
untuk yang lain

Maka induktansi dari induktor tadi didefinisikan sebagai



L
I
(6.5)
Contoh soal 6.1
Carilah induktansi per satuan panjang suatu penghantar koaksial (se-sumbu) yang
ditunjukkan dalam Gambar 6.2. (L/panjang)
Penyelesaian :
Arus dalam konduktor panjang, maka kuat medan magnetik adalah :
I 0 I
H a ============ B 0 H a
2 .r 2 .r
Fluks total yang menembus bidang sudut = konstan adalah

b
0 I
b
0 I 0 I
B.dS (dr.dz) ( z) (ln r ) (ln b / a)
0a
2 .r 2 0 a 2
Induktansi per satuan panjang adalah
L
0 ln(b / a ) H/m
I . 2

6.2. Rangkaian Magnetik


Jika hukum Amper diterapkan dalam lintasan tertutup c yang melalui kumparan
panjang berteras (atau inti) udara, ditunjukkan dalam Gambar 6.3.

H .d N .I
(6.6)
Maka
N .I
H

(6.7)
6.3. Kurva Magnetisasi
Sampel bahan feromagnetik dapat diperiksa dengan jalan memberi harga H yang
bertambah besar dan mengukur harga B yang bersangkutan. Gambar 6.4
memperlihatkan kurva magnetisasi atau kurva B-H untuk beberapa bahan
feromagnetik. Permeabiltas r 0 ( B / H ) didapat dari kurva B-H.
Kumparan dengan N lilit dan arus I menghasilkan gaya gerak magnetik (ggm) yang
diberikan oleh NI, yang diberi simbul F. Penerapan hukum Amper pada lintasan teras
yang ditunjukkan dalam Gambar 6.5 menghasilkan :
F N .I H .d
H .d H .d H .d
1
2 3

H 1 .1 H 2 .3 H 3 .3
6.4. Hukum Amper Bagi Rangkaian Magnetik
Sebuah kumparan dengan N lilit dan arus I menghasilkan gaya gerk magnetik (ggm)
yang diberikan oleh NI. Hukum Amper analogi dengan hukum Kirchoof tegangan
untuk loop tertutup bagi rangkaian magnetik yang ditunjukkan dalam Gambar 6.5,
dapat diturunkan

F NI H .d
= H .d H .d H .d H
1 2 3
1 1 H 2 2 H 3 3

Persamaan tegangan Kirchoof dari Gambar 6.5 (c) adalah


V V1 V2 V3 IR1 IR2 IR3
B A .
Penurunan NI H ( ) ( B. A) ()
A A
F NI (1 2 3 )


Dengan H 1 analogi dengan tahanan R
. A .A

6.5. Teras Bercelah Udara dan Teras Paralel

Untuk teras persegi panjang dengan ukuran-ukuran a dan b, luas semu celah udara :
S a (a a )(b a ) (m 2 )
Jika fluks di celah udara diketahui, maka perkalian H a a dapat dihitung,
B 1 a .
H a H a a
0 0 Sa 0 .S a

Penurunan NI untuk Gambar 6.6, dapat dituliskan sebagai


a .
NI H i i H a a H i i
0 .S a
Penurunan NI untuk Gambar 6.7, dapat dituliskan sebagai
F H 11 H 2 2 H 3 3 dengan fluks memenuhi 1 2 3

Contoh Soal 1.
Diketahui rangkaian magnetik Gambar 6.8, tersusun dari bagian I yang buat dari baja
tuang dan bagian C yang terbuat dari besi tuang. Jumlah kumparan 150 lilit, carilah
arus yang diperlukan untuk menimbulkan kerapatan B2 0.45T . Panjang rata-rata
teras 1 dan 2 masing-masing 1 = 0.34 m dan 2 = 0.138 m.
Penyelesaian :
Luas penampang untuk bagian 1 dan 2 masing-masing dihitung :
S1 2.10 2 (2.10 2 ) 4.10 4 m 2 S 2 2.10 2 (1.8)10 2 3.6(10 4 )m 2

Untuk besi tuang, dengan B2 0.45T dengan kurva B-H didapat harga H 2 1270
A/m.
Untuk rangkain magnetik tersebut, fluks yang sama, yaitu :

B2 S 2 (0.45)3.6(10 4 ) 1.62(10 4 ) , maka


1.62(10 4 )
B1 0.41T
S1 4.10 4

Dari kurva B-H untuk baja tuang ( B1 0.41T H 1 233 ) A/m.


Penurunan NI dinyatakan dengan
F NI H 11 H 2 2
150 I 233(0.41) 1270(0.45) I 1.70 A.

Contoh 2.
Selesaikanlah untuk contoh soal 1 dengan menggunakan reluktansi.
Penyelesaian :
B1 0.41
[ 0 r ]1 175.10 5 H/m
H1 233

B2 0.45
[ 0 r ]2 3.54.10 4 H/m
H 2 1270

1 0.34
1 1942 H 1
[ 0 r ]1 175.10 5

2 0.138
2 3898 H 1
[ 0 r ] 2 0.354.10 4
F NI (1 2 )

150 I 1.62(10 4 )[1942 3898]

Anda mungkin juga menyukai