Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Eko, Yudy, Anindito mahasiswa teknik
mesin, program pasca sarjana Universitas Brawijaya pada tahun 2011, dengan judul Pengaruh
Kuat Arus Dan Campuran Gas Argon CO2 Pada Pengelasan GMAW Terhadap Kekuatan Tarik
Dan Impact Pada Baja Karbon Medium Fasa Ganda. Mereka menyimpulkan bahwa
penggunaan kuat arus semakin besar mengasilkan nilai kuat tarik, hardness dan impact semakin
tinggi pada penggunaan gas pelindung Argon, CO 2 dan campuran Argon + CO2. Nilai kuat tarik,
hardness dan impact tertinggi pada penggunaan gas pelindung campuran Argon + CO 2. Kuat
arus berpengaruh terhadap masukan panas pada logam las yang mengakibatkan logam las
berfusi dengan baik, yang berakibat terhadap kekuatan tarik, hardness dan kekuatan impact.
[1]

2.2Prses Pengelasan FCAW

Flux cored arc welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluk inti tengah / pelindung
inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber
energi pengelasan yaitu dengan menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik
atau melalui trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler
elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler
elektroda dan metal induk. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon dioxida
CO2 biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan
pengelasan biasa disebut dengan super anemo.
Flux cored arc welding atau las busur berinti flux mirip dengan proses las GMAW, yaitu
menggunakan elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara kontinyu dari sebuah
gulungan. Elektroda diumpankan melalui gun atau torch sambil menjaga busur yang terbentuk
diantara ujung elektroda dengan base metal. FCAW menggunakan elektroda dimana terdapat
serbuk flux di dalam batangnya. Butiran-butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau
semua shielding gas yang diperlukan. Jadi berlawanan dengan GMAW, dimana seluruh gas
pelindung berasal dari sumber luar. FCAW bisa juga menggunakan gas pelindung tambahan,
tergantung dari jenis elektroda, logam yang dilas, dan sifat dari pengelasan yang dikerjakan.
Ada dua jenis variasi FCAW yang memiliki kegunaan berbeda-beda tergantung dari metode gas
pelindung.
1. Gas Shielded (FCAW-G).
2. Self-shielded (FCAW-SS).
Berdasarkan metode pelindung, FCAW dibedakan :
1. Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang mencair dengan
gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks
2. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) = dual gas, yaitu melindungi las yang mencair
selain dengan gas sendiri juga ditambah gas pelindung dari luar sistem.Kedua jenis pelindung di
atas sama2 menghasilkan terak las yang memadai untuk melindungi metal las yang akan beku.
Berikut adalah Gambar 2.1 Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) sedangkan Gambar 2.2
Gas shielding FCAW (perlindungan gas).

Gambar 2.1 Self shielding FCAW[2] Gambar 2.2 Gas shielding FCAW[2

Berikut adalah sekema sistim pengelasan menggunakan proses FCAW yang di tunjukan pada

Gambar 2.3 berikut.


Gambar 2.3 Skema pengelasan FCAW[2]

1.3 Jenis-jenis Gas lindung


Gas Lindung (Shielding Gas) adalah suatu gas yang berfungsi melindungi cairan logam
las (bahan logam pengisi maupun logam induk) dari udara lingkungan sekitarnya untuk
mencegah terjadinya proses oksidasi antara logam las dengan udara luar.[3]
2.3.1 Argon (Ar)
Adalah gas inert yang monoatomik dengan berat molekul 40 yang dapat diperoleh dengan
mencairkan udara. Digunakan untuk pengelasan merupakan gas Argon murni (min 99,95 %)
untuk metal yang tidak reaktif, namun untuk metal reaktif dan metal tahan panas, tingkat
kemurniannya lebih tinggi (99,997%).[3]

2.3.2 Karbon Dioksida (CO2)


Karbon Dioksida memiliki sifat perpindahan panas yang baik menghasilkan penetrasi las
sangat dalam tetapi dengan busur yang tidak stabil, karena kereaktifannya banyak terdapat
percikan atau spatter. Karbon dioksida dapat digunakan murni (only for short-circuiting) atau
campuran dengan 5% sampai 25% argon, kadang-kadang sampai dengan 50%. Meningkatnya
persentase karbon dioksida meningkatkan lebar dan kedalaman penetrasi las. Untuk pengelasan
baja tahan karat di mana karbon mengontrol konten yang diperlukan, argon-helium dicampur
dengan 1-2% karbon dioksida juga dapat digunakan.[3]
2.3.3 Campuran Carbondioksida (CO2) dan Argon (Ar)

Komposisi mix gas yang umum ; 98-2 , 82-18 (percentage Argon C0 2), pemilihan dari
komposisi gas pelindung tentunya berdasarkan material, serta weldability. C02 tergolong active
gas, (arc core active gas) lebih panjang dibanding mix gas sehingga membantu penetrasi lebih
baik. Secara umum penggunaan dari mix gas akan mempunyai mechanical properties lebih
tinggi dibanding pure carbon dioxide. Pemilihan pure CO2 lebih ke faktor ekonomis.[3]

1.4 Kawat las

FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda secara mekanis
terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal induk.
Elektroda pada FCAW terbuat dari metal tipis yang digulung cylindrical, diisi dengan flux sesuai
kegunaannya. Pelindung proses pengelasan ini dari kemungkinan kontaminasi dari luar
terlaksana dengan :
a. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasan.
b. Terak / slag yang dihasilkan cukup banyak karena berada pada inti elektroda.
c. Tambahan gas pelindung dari luar jika diinginkan.
Proses FCAW pada dasarnya= GMAW dan yang menjadi pembeda utamanya adalah
elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks. Elektroda FCAW-G dapat digunakan
untuk mengelas carbon steel, low alloy steel dan stainless steel. Berpedoman pada AWS,
elektroda-elektroda yang digunakan pada pengelasan FCAW dibicarakan pada pasal 1.3.3. Pada
pengelasan carbon steel dan low alloy steel, elektroda berinti flux yang banyak dipakai adalah
dari jenis T-1 (acid slag), T-2 (single pass welding) dan T-5 (basic slag).
Elektroda T-1 memiliki sifat-sifat pengelasan bagus, tetapi acid slag tidak membantu
menjaga logam las menjadi rendah hydrogen kecuali bila dibuat secara khusus. Hanya sejumlah
tertentu elektroda berinti flux yang memenuhi syarat low hydrogen (kurang dari 10 ml/100 g
logam las), dan ini adalah yang paling banyak tersedia dari jenis T-1. Elektroda tipe T-1 bisa
digunakan baik dengan gas pelindung CO 2 ataupun campuran argon-CO2. Elektroda T-1 akan
memiliki busur lebih halus dan percikan las lebih sedikit bila menggunakan gas pelindung argon-
CO2, meskipun logam las mempunyai unsur Mn dan Si sedikit lebih tinggi. Elektroda EX0T-1
didisain hanya untuk mengelas pada posisi datar dan horizontal saja. Elektroda EX1T-1 dibuat
untuk pengelasan semua posisi dengan diameter hingga 1/16 inch. Pengelasan posisi vertikal
umumnya dikerjakan dengan arah las naik. Elektroda tipe T-2 dirancang untuk pengelasan single
pass pada logam-logam berkarat, dan mempunyai deoxidizer Mn dan Si lebih tinggi. Elektroda
T-2 ini jangan sekali-kali digunakan untuk pengelasan multipass karena peningkatan unsur Mn
dan Si menyebabkan tensile strength logam las yang tidak terlarut akan bertambah besar (lebih
dari 100 ksi), sehingga menimbulkan masalah retak ketika sedang dilas atau pada kondisi
pemakaian sour service.
Elektroda tipe T-5 mempunyai basic slag dengan kandungan hydrogen logam las lebih
rendah dan memperbesar impact properties dan daya tahan terhadap retak yang memuaskan.
Meskipun demikian, elektroda ini juga mempunyai sifat-sifat pengelasan lebih buruk
dibandingkan dengan elektroda T-1. Saat ini elektroda T-1 terbaru sudah dikembangkan yang
menggabungkan dua jenis elektroda yang paling baik, sehingga elektroda T-5 menjadi jarang
dipakai lagi.[4]

1.5 Baja karbon


Baja karbon merupakan material yang masih banyak digunakan di dunia industry
kontruksi, perkapalan, otomotif, dll. Baja-baja yang pada pemakaianya mengalami perlakuan
seperti pengelasan harus dengan perlakuan khusus agar dihasilkan produk lasan yang memenuhi
persyaratan. Pada umumnya baja karbon dapat dilas dengan seluruh proses pengelasan baik
pengelasan busur listrik,las gas, las tahan listrik atau jenis las lainya. Akan tetapi kualitas yang
dihasilkan dari masing-masing proses pengelasan tidak sama. Data komposisi kimia baja SA 36
dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Komposisi kimia baja SA 36[5]


C Si Mn P S
0,17 % 0,29 % 0,94 % 0,020 % 0,011 %

Baja karbon terdiri dari 3 jenis yaitu baja karbon rendah (C<0,2%), baja karbon medium
(0,2%<C<0,5%), dan baja karbon tinggi (0,5%<C<1,7). Baja karbon tersebut yang memiliki sifat
weldability baik adalah baja karbon rendah. Dari dua factor yaitu hardenability dan kepekaan
terhadap retak, baja karbon rendah dilas menggunakan elektroda yang terbuat dari baja karbon
rendah juga. Maka harga kekerasan yang di hasilkan relatif rendah sehingga kepekaan terhadap
retak relatif rendah juga. Baja seperti mill steel dapat di las dengan baik tanpa menggunakan pre
heat, PWHT ataupun prosedur pengelasan jika ketebalan kurang dari 1 inchi. Bila pada baja
tersebut mengandung karbon sekitar 0,3% dan mangan kurang atau lebih dari 8x kandungan
sulfur, maka weladability tetap baik dan cukup peka terhadap retak dingin (cold crack) karena
meningkatkan sifat hardenebility dan kekuatan material. Untuk itu mungkin perlu di terapkan
pre heat dan penggunaan elektroda berkadar hidrogen rendah.[4]

1.6 Pengujian Spesimen


2.6.1 Pengujian mekanik
Pengujian bahan bertujuan mengetahui sifat-sifat mekanik bahan atau cacat pada
bahan atau produk, sehingga pemilihan bahan dapat dilakukan dengan tepat untuk suatu
keperluan. Cara pengujian bahan dibagi dalam dua kelompok yaitu pengujian dengan merusak
(destructive test) dan pengujian tanpa merusak (non destructive test). Pengujian dengan merusak
dilakukan dengan cara merusak benda uji dengan cara pembebanan atau penekanan sampai
benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan dan sifat
mekanik bahan. Pengujian tanpa merusak dilaksanakan memberi perlakuan tertentu terhadap
bahan uji atau produk jadi sehinga diketahui adanya cacat berupa retak atau rongga pada benda
uji atau produk tersebut.[5]
2.6.2 Tensile test (uji tarik )

Tensile test (uji tarik) merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.
Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan
yang tinggi (highly stiff). Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil
tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 1. Kurva ini
menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat
diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.
Berikut adalah kurva tegangan dan regangan yang di tunjukan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kurva tegangan dan regangan[5]

2.6.3 Bend test ( Pengujian lengkung )

Bending test atau pengujian tekuk merupakan pengujian material pengelasan untuk
mengetahui derajat kelengkungan. Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk
pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan
untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik
di weld metal maupun HAZ. Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan
menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Padat transversal, pengambilan
spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian transversal bending di bagi menjadi tiga :
a. Face Bend ( Bending pada permukaan las )
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada
permukaan las yang mengalami tegangan tarik.
b. Root Bend
Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan permukaan las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangantarik.[5]
c. Side Bend ( Bending pada sisi las ).
Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las. Pengujian ini dilakukan
jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada
sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya,apakah di weld metal, HAZ atau di fusion line(garis perbatasan WM dan HAZ).
Berikut adalah Ukuran test piece untuk bend test yang di tunjukan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Ukuran test piece untuk bend test[5]


2.6.4 Hardness test (uji kekerasan)

Uji kekerasan merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini, kita
dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran
hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Dengan dengan melakukan uji keras, material dapat dengan
mudah di golongkan sebagai material ulet atau getas. Untuk yang berbentuk bola disebut IRHD
(International Rubber Hardness Degrees) dan yang kerucut : Shore hardness degrees. Satuan
atau unit untuk hardness adalah derajat (degrees). Berikut adalah metode pengujian kekerasan.

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)


dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang
dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force), dalam hal ini bidang
keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik (Metallurgy
Engineering). Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban
identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan
menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan yaitu :

1. Brinnel (HB / BHN)

2. Rockwell (HR / RHN)

3. Vikers (HV / VHN)

4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)

a. Pengujian Kekerasan Brinell

Pengujian brinell adalah salah satu cara pengujian kekerasan yang paling banyak
digunakan. Pada pengujian brinel digunakan bola baja yang dikeraskan sebagai
indentor. Kekerasan Brinel dihitung sebagai berikut.

BHN=Luas tampak tekan

P= gaya tekan (kg)

D = diameter bola indentor [mm]

d = diameter tampak tekan [mm]


b. Pengujian kekerasan Rockwell

Pada cara rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin
langsung menunjukan angka kekerasan dari bahan yang di uji. Cara ini lebih cepat dan
lebih akurat. Pada cara rockwell yang normal, permukaan logam yang di uji di tekan
oleh indentor dengan gaya tekan 10 kg, sehinga ujung indikator menembus permukan
sedalam h. Selama itu penekanan di teruskan dengan memberikan beban utama
dilepas, hanya tinggal beban awal pada saat ini kedalaman penetrasi ujung indentor
adalah Dengan cara rokwell dapat digunakan beberapa skala tergantung pada
kombinasi jenis indentor dan besar beban utama yang digunakan. Macam skala dan
jenis indentor serta besar beban utama dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Rockwell Hardness Scales[5]

Scale Indentor F0(kgf) F1(kgf) F(kgf) E


Jenis Material Uji
A Diamond cone 10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen carbides, dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 130 Medium hard materials, low dan medium
carbon steels, kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 100 Hardened steels, hardened and tempered alloys
D Diamond cone 10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale

C. Pengujian kekerasan Vickers


Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir sama dengan
Brinell hanya identornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
metode pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut:
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan:
Permukaan harus rata dan halus.

Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horisontal.

2. Identor yang digunakan adalah intan yang berbentuk pyramid yang beralas bujur
sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136o
3. Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis harus
digunakan beban yang ringan.
4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor
pada permukaan specimen selama 10 30 detik.
5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Vickers Diamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal identasi dengan persamaan
sebagai berikut :

DPH = { 2P sin (/2) } / d2


= 1,854 P/d2

Untuk : = 136o
Dimana : P = Gaya tekan (kgf).
d = diagonal identasi (mm).
Gambar 2.6 Indentor Vickers[5]

Gambar 2.7 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers[5]


d = d1+d2 / 2
X = d Cos 45o
2
=d
Y = X / Cos 22o
2
= ( d ) / Cos 22o
L AOB = X.Y
2 2
= ( . d .d ) / Cos 22o
= (1/8 d2) / Cos 220
A = 4 L AOB
= 4 (1/8 d2) / Cos 220
= ( d2) / Cos 22o
HVN = P/A
= 1,854 P/d2

6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10


Dimana : 150 = Nilai Kekerasan
DPH = Metode Pengujian Vickers
150 = Gaya Pembebanan
10 = Waktu Pembebanan
Sama dengan pengujian kekerasan dengan Brinells, karena pengukuran dilakukan
secara manual maka memberi kemungkinan untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan
itu dimungkinkan terutama pada saat pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur
pada objek dan pembacaan pengukurannya.
Pada mikro vickers, indentor yang di gunakan juga sama seperti pada vickers biasa,
juga cara perhitungan angka kekerasannya, hanya saja gaya tekan yang di gunakan kecil
sekali , 1 sampai 1000 garam dan panjang diagonal indentasi diukur dalam
mikron.Angka kekerasan dihitung sebagai berikut:
HK=14,229P/l
Dimana: P = gaya tekan (kg)
l = panjang diagonal tamapak tekan yang panjang (micron)
mengingat bentuk indentornya maka knoopakan menghasilkan indentitas yang sangat
dangkal (dibandingkan dengan vickers), sehingga sangat cocok untuk pengujian
kekerasan pada lapisan yang sangat tipis. Pemilihan masing-masing skala (metode
pengujian) tergantung pada :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji

. 1. Metalografi
Metalografi merupakan suatu metode untuk mengamati struktur mikro logam dengan
menggunakan miroskop optis dan mikroskop electron. Sedangkan struktur yang terlihat
pada mikroskop tersebut tersebut disebut mikrostruktur. Pengamatan tersebut dilakukan
terhadap spesimen yang telah diproses sehingga bisa diamati dengan pembesaran
tertentu. Agar permukaan logam dapat diamati secara metalografi, maka terlebih
dahulu dilakukan persiapan sebagai berikut :
1) Pemotongan Spesimen
Pada tahap ini, diharapkan spesimen dalam keadaan datar, sehingga
memudahkan dalam pengamatan.
2) Grinding and Polishing
Proses grinding dan pemolesan dilakukan dengan bantuan grinding machine.
Tujuan proses ini adalah untuk meratakan permukaan spesimen kemudian
menghaluskannya. Pada proses grinding dilakukan dengan menggosokan permukaan
material pada kertas gosok mulai dari grid 120 secara bertahap sampai 2000 (120-240-
360-500-1000-1200-1500-2000). Penggantian kertas gosok dilakukan apabila alur gosok
pada permukaan spesimen telah searah. Dan setiap terjadi pergantian dilakukan
pembentukan alur baru yang tegak lurus terhadap alur lama. Sehingga menghapus alur
lama. Untuk mencegah terjadinya pemanasan pada permukaan spesimen digunakan air
sebagai media pendingin yang dialirkan secara terus menerus. Setelah mencapai grid
2000 selanjutnya dilakukan proses polishing yang bertujuan untuk menghilangkan alur
yang terbentuk akibat proses grinding. Caranya yaitu: dengan menggosokan spesimen
pada polisher yang telah dibasahi dan dibubuhi bubuk alumina. Juga dialirkan air setetes
demi setetes untuk melarutkan bubuk aluminanya secara perlahan (air berfungsi sebagai
partikel abrasive).
3) Etching atau etsa
Proses etsa dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengamati adanya perbedaan
struktur mikro pada spesimen. Prinsip etsa adalah dengan mengkorosikan bagian
tertentu pada permukaan spesimen atas dasar tingkat kelarutan kimianya. Dan sesuai
dengan prinsip tersebut maka yang nantinya terlarut bersama etching reagent-nya adalah
bagian batas butir. Cara pengujiannya yaitu dengan mencelupkan permukaan spesimen
ke media etsa selama 2-3 detik. Tetapi apabila spesimen terlalu lama kontak dengan
media etsa maka bukan hanya batas butirnya saja yang terlarut. media etsa yang
digunakan adalah nital, yaitu : 1 sampai 5 mL HNO3 dalam 100 mL ethanol (95%) atau
methanol (95%). Setelah dietsa untuk membersihkan sisa-sisa media etsa pada
permukaan spesimen, spesimen dibersihkan dengan alkohol dan kemudian dikeringkan
dengan dryer.
4) Observasi
Setelah dietsa maka selanjutnya spesimen diamati di bawah mikroskop. Dan
struktur mikro yang tampak kemudian dicocokkan dengan struktur mikro yang ada pada
handbook sesuai standard spesimen. Prosedur untuk uji makro hampir sama dengan
prosedur uji mikro. Hanya saja pada proses grinding dilakukan hanya sampai kertas
gosok mencapai grid 1000. Dan pada proses etsa dilakukan dengan media etsa picral,
yaitu: larutan jenuh 4 gram picrid acid dalam 100 mL methonol atau ethanol (95%).
Untuk observasinya dilakukan pengukuran terhadap lebar HAZ. Mekanisme
pengamatannya seperti terlihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Mekanisme pengamatan spesimen yang sudah di etsa.

1.7 Analysis of Variance (ANOVA)

Analisis varians (analysis of varience, ANOVA), adalah suatu metode analisis statistika
yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur indonesia metode ini dikenal
dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam, sidik ragam, dan analisis variasi. Analisis
varians dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung jika kelompok sampel yang diuji
lebih dari dua buah yang berasal dari populasi yang berbeda. Namun, jika dikehendaki ia dapat
juga dipergunakan walau kelompok itu hanya dua buah.dengan demikian, anova dapat dipandang
sebagai teknis t-tes yang diperluas. Hasil dari perhitungan uji analisis varians dinyatakan
dengann nilai F. Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher, bapak
statistika modern. Dalam praktek, analisis variansi dapat merupakan uji hipotesis (lebih sering
dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya dibidang genetika terapan).[6]
Secara umum, analisis varians menguji varian (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol
bahwa kedua varians itu sama. Varian pertama adalah varian antar contoh (among sample) dan
varians kedua adalah varian didalam masing-masing contoh (within sample). Dengan ide
semacam ini, analisis varian dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama dengan uji-T
unuk untuk rata-rata (mean).
Agar datanya valid dalam menafsirkan hasilnya, analisis varian menggantungkan diri
pada empat yang harus dipenuhi dalam perancangan percobaan, diantaranya:
1. Data berdistribusi normal, karena pengujiannya menggunakan uji F snedector

2. Varians atau ragamnya homogen, dikenal sebagai homo skedastisitas, karena hanya
digunakan satu penduga (estimate) untuk varians dalam contoh

3. Masing-masing contoh saling independent, yang harus dapat diatur dengan perancangan
percobaan yang tepat

4. Komponen-komponen dalam modelnya bersifat aditif (saling menjumlah).

Ide dasar ANOVA adalah perbedaan rata-rata populasi yang akan ditentukan oleh dua
faktor yaitu variasi data dalam satu sampel. Perbedaan rata-rata antar populasi nyata jika variasi
antar sampel besar sedangkan variasi data dalam satu sampel kecil.
Analisis varians adalah suatu teknik yang dipakai untuk membandingkan dua atau lebih
parameter populasi. Teknik ini sering dipakai untuk penelitian terutama pada rancangan
penelitian eksperimen, penelitian-penelitian yang memiliki implikasi pengambilan keputusan
untuk menggunakan teknologi baru, prosedur-prosedur baru dan kebijakan baru. Asumsi-asumsi
dasar yang dikemukakan yaitu:
1. Tiap-tiap dari populasi memiliki independent random sampling

2. Tiap-tiap populasi memiliki distribusi normal dengan 1 yang sama atau berbeda dan
memiliki varians yang sama.
2.6.1 Analisis Variansi dua arah (two way ANOVA)
Analisis variansi dua arah adalah suatu prosedur uji perbedaan rata-rata lebih dari satu
macam. Analisis variansi dua arah digunakan untuk menguji hipotesis perbandingan lebih dari
dua sampel dan setiap sampel terdiri atas dua jenis atau lebih secara bersama-sama. Anova dua
arah dapat terdiri 1,2,3, atau lebih klasifikasi tergantung dari desain yang direncanakan.
Pengujian banyak kelompok yang melibatkan klasifikasi ganda akan menjanjikan perolehan
informasi yang lebih banyak dan lebih teliti. Anova dua arah terdapat tiga hipotesis yang akan
diuji yaitu kemungkinan terjadi interaksi, tidak terjadi interaksi, dan tidak ada interaksi terhadap
sesuatu yang dibandingkan.
Dalam analisis varians dua arah, baik perhitungan berdasarkan kolom maupun baris,
keduanya sama-sama dilakukan, karena ada lebih dari satu efek yang dihitung. Keduanya
merupakan variabel independen atau faktor-faktor yang masing-masing mempunyai efek.
Dengan demikian, akan didapatkan perhitungan-perhitungan X, XX, XX untuk kolom (faktor A)
dan untuk baris (faktor B). Bahkan masih ada sumber variasi baru sebagai akibat adanya
interaksi dari faktor A dan faktor B yang disebut sebagai efek interaksi (faktor A vs B).
1) Analisis variansi dua arah tanpa interaksi
Analisis variansi dua arah tanpa interaksi merupakan analisis varians yang
lebih dengan dua faktor yang berpengaruh dan interaksi antara kedua faktor tersebut
ditiadakan.
Langkah langkah analisis variansi dua arah tanpa interaksi :
1. Menentukan formulasi hipotesis

a. Ho : 1 = 2 = 3 = k (pengaruh baris nol)

H1 : sekurang-kurangnya satu 1 tidak sama dengan nol


b. Ho : 1 = 2 = 3 = . . .= k

H1 : sekurang-kurangnya satu 1 tidak sama dengan nol


2. Menetukan taraf nyata () beserta F tabel

Taraf nyata () ditentukan dengan derajat pembilang dan derajat penyebut masing-
masing
a. untuk baris: v1 = b 1dan v2 = (k 1)(b 1)
b. untuk kolom: v1 = k 1 dan v1 = (k 1)(k 1)

3. Menentukan kriteria pengujian

a. Ho diterima apabila Fo F (v1:v2)

Ho ditolak apabila Fo > F (v1:v2)

b. Ho diterima apabila Fo F (v1:v2)

Ho ditolak apabila Fo > F (v1:v2)


4. Membuat analisis variansinya dalam bentuk tabel ANOVA yang ditunjukan pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel ANOVA dua arah tanpa interkasi secara manual

Jumlah Derjat
Sumber Variansi Rata-rata kuadrat Fo
kuadrat bebas

JKB s 1
s 1= f 1=
rata-rata baris JKB b-1 db s 3

JKK s 2
s 2= f 2=
Rata-rata kolom JKK k-1 db s 3
JKE
(K-1)(b-1) s 3 =
Error JKE db

Total JKT Kb-1


n

x ij Tkb ..
2

j=l
k
JKT=
i=l

Ti T ..
JKB= i=l
k kb
k

Ti T ..
JKB= i=l
b kb
JKE = JKT JKB JKK
Dimana :
K : banyak kolom r : banyak baris/blok
Xij : data pada baris ke-i, kolom ke-j Ti* : total (jumlah) baris ke-i
T*j : total (jumlah) kolom ke-j T** : total (jumlah) seluruh pengamatan

Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak dengan membandingkan antara langkah ke-4 dengan
kriteria pada langkah ke-3.

2) Analisis varians dua arah dengan interaksi


Analisis varians dua arah dengan interaksi merupakan analisis varians lebih dengan dua
faktor yang berpengaruh dan interaksi antara kedua faktor tersebut diperhitungkan.
langkah-langkah analisis variansi dua arah dengan interaksi :
1. Menentukan formulasi hipotesis

a. Ho : 1 = 2 = 3 = k = 0

H1 : sekurang-kurangnya satu 1 0
b. Ho : H1 : 1 = 2 = 3 = . . .= k = 0

H1 : sekurang-kurangnya satu 1 0
c. Ho : ( )11 = ( )12 = ( )13 = . . . = ( )hk = 0

H1 : sekurang-kurangnya satu ( )ij 0


2. Menentukan taraf nyata () beserta F tabel

Taraf nyata () dan F tabel ditentukan dengan derajat pembilang dan derajat penyebut
maisng-masing
a. Untuk baris : v1 = b-1 dan v2 = kb(n-1)

b. Untuk kolom : v1 = k = 1 dan v2 = kb (n-1)

c. Untuk interaksi : v1 = (k-1)(b-1) dan v2 = kb (n-1)

3. Menentukan kriteria pengujian

a. Untuk baris

Ho diterima apabila Fo F (v1:v2)

Ho ditolak apabila Fo > F (v1:v2)

b. Untuk kolom

Ho diterima apabila Fo F (v1:v2)

Ho ditolak apabila Fo > F (v1:v2)

4. Membuat analisis variansinya dalam bentuk tabel ANOVA yang ditunjukan pada
Tabel 2.4
Tabel 2.4 Tabel ANOVA dua arah dengan interaksi secara manual

Rata-rata
Derajat
Sumber variansi Jumlah kuadrat o
bebas kuadrat

JKB
s 1=
db s 1
f 1=
Rata-rata baris JKB b-1 s 4

JKK s 2
s 2= f 2=
Rata-rata kolom JKK k-1 db s 4

JKI s 3
s 3 = f 3=
Interaksi JKI (b-1)(k-1) db s 4

JKE
s 4 =
Error JKE (k-1)(b-1) db

Total JKT Bkn-1

x ij bT. k... n
2

j=l
k
JKT =
i=l

Ti
T ..
JKB= i=l
k .n b.k .n
k

T . j
T ..
JKK = i=l
b.n b.k .n

b k b k

T ij Ti T . j T
JKI = i=l j=l
i=l j=l
=
b.n k .n b .n n . k .n
JKE = JKT JKB JKK JKI
Dimana :
r : banyak baris i = 1, 2, 3, . . .r
k : banyak kolom j = 1, 2, 3, . . .k
n : banyak ulangan m = 1, 2, 3, . . n
Xijm : data pada baris ke-i, kolom ke-j dan ulangan ke-m
Ti** : Total baris ke-I
5. T*j* : Total kolom ke-j
Tij* : Total Sel di baris ke-i dan kolom ke-j
T*** : Total keseluruhan pengamatan
6. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak, dengan membandingkan antara langkah ke- 4
dengan kriteria pengujian pada langkah ke-5.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flow Chart
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metodologi yang sesuai pada flow chart di bawah ini:

Mulai
Mulaimasalah
Perumusan

Study literatur

Persiapan spesimen dan alat


Proses pengelasam
A 100 A 120 A 140

CO2 100% (2 Joint ) CO2 100% (2 Joint ) CO2 100% (2 Joint )

Argon 99.99 (2 Joint ) Argon 99.99 (2 Joint ) Argon 99.99 (2 Joint )


Proses pengujian
CO2 50% + Argon 50% CO 2 50% +
-Tensile Argon 50%
test CO2 50% + Argon 50%
(2 Joint ) (2 Joint
-Harnest test )
Analisis (2 Joint )
-Bending test
Pembahasan dan kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.2 Studi Literatur


Studi literatur meliputi pengumpulan sumber-sumber referensi dan data yang dijadikan
sebagai acuan untuk pembuatan spesimen, pelaksanaan proses pengelasan dan pengujian serta
penyelesaian laporan tugas akhir, laporan penelitian, beberapa referensi yang berhubungan
dengan objek yang akan di bahas serta sumber-sumber lainnya.
3.3 Persiapan Spesimen Dan Alat

Penelitian ini membutuhkan peralatan-peralatan yang akan mendukung dalam proses


pembentukan dan penganalisaan specimen benda uji untuk mendapatkan
ukuran dan bentuk specimen yang sesuai dengan standar alat yang dibutuhkan : 3.3.1 Material
Penyediaan material yang sejenis yaitu SA36. Spesimen yang digunakan berbentuk plat
dengan dimensi seperti Gambar 3.2 di bawah ini:
Panjang : 250 mm
Lebar : 300 mm
Tebal : 10 mm

Gambar 3.2 persiapan specimen


3.3.2 Filler
Untuk proses pengelasan FCAW ini mengunakan elektroda khusus yaitu E71T dengan
diameter elektroda 1,2 mm yang ditunjukkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Elektroda E71T

3.3.3 Shielding Gas


Untuk proses pengelasan FCAW ini dengan tiga jenis shielding gas yang berbeda, yaitu
yang pertama CO2, Argon dan campuran CO2 + Argon. Yang di tunjukan pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Shielding gas CO2, Argon dan mixing CO2+Argon


3.4Langkah langkah proses pengelasan

3.4.1 Fit up
Langkah pertama melakukan fit up pada spesimen yang akan dilakukan pengelasan
seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.5

Gambar 3.5 Fit up spesimen sebelum pengelasan


3.4.2 Proses pengelasan

Proses pengelasan ini dilakukan di kampus Politeknik Perkapalan Negeri


Surabaya (PPNS) tepatnya di bengkel las . dengan menggunakan 3 varisai ampere dan 3
variasi gas pelindung. setelah itu dalam pembuatan spesimen benda uji dilakukan di bengkel
fabrikasi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Untuk Pengujian Tarik bending dan
hardness dilakukan di laboratorium uji bahan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Peralatan pengelasan
1. Mesin las FCAW
2. Alat bantu las lainnya :
- Meja las - Gerinda tangan
- Temperature gun - Penggaris
- Sikat baja - Welding gauge
3. Alat ukur (jangka sorong)
4. Alat pelindung diri ( APD )
a. Kacamata las e. Safety shoes
b. Helmet f. Pakaian kerja
c. Sarung tangan g. Apron

Pengelasan FCAW dilakukan dengan 3 variasi Ampere yaitu, 100 , 120 dan 140 .Dan 3 varisi
Gas pelindung yaitu CO2 99.999 % , Argon 99.999% dan mixing CO2 50%+ Argon 50%
Sebagi perbandingan. proses pengelasan FCAW posisi 1G dan jenis elektroda E71T.
Berikut ini adalah data parameter pengelasan yang ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Parameter pengelasan


Travel Flow
Volt
Filler Metal Current Speed. Rate
Weld Layer (V)
Marking Process (mm/min) (lt/min)
(s)
AWS Dia. Type of Ampere
Class (mm) Polarity (A)
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:20 9-10
A1.B1 1 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:26 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:5 9-10
A1.B1 2 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:15 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:19 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:15 9-10
A1.B2 1 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:10 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 1:58 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:13 9-10
A1.B2 2 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 1:59 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:3 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:12 9-10
A1.B3 1 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:10 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:20 9-10
A1.B3 2 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:29 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:5 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:15 9-10
A2.B1 1 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:15 9-10
A2.B1 2 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:10 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 1:58 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:13 9-10
A2.B2 1 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 1:59 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:3 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:12 9-10
A2.B2 2 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:19 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:10 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:20 9-10
A2.B3 1 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:29 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:5 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:12 9-10
A2.B3 2 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:15 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:15 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:10 9-10
A3.B1 1 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 1:58 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:13 9-10

Tabel 3.1 Parameter pengelasan (lanjutan)


Current Travel Flow
Marking Process Volt
Filler Metal Speed. Rate
(V)
Weld Layer (mm/mim) (lt/min)
(s)
AWS Dia. Type Ampere
Class (mm) of Polarity (A)
A3.B1 2 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:20 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 100 10-15 2:26 9-10
A3.B2 1 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:5 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:19 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:15 9-10
A3.B2 2 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:10 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 1:58 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 120 10-15 2:13 9-10
A3.B3 1 1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 1:59 9-10
2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:3 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:12 9-10
1st FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:19 9-10
A3.B3 2 2nd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:10 9-10
3rd FCAW E71-T 1.2 DCSP 140 10-15 2:29 9-10

Langkah kedua setelah fit uap adalah proses pengelasan dengan menggunakan proses las
FCAW dengan parameter di tabel 3.1 . selanjutnya proses pengelasan di tunjukan oleh Gambar
3.6

Gambar 3.6 Proses pengelasan FCAW

Kemudian data sekema variasi proses pengelasan telah dicatat, dikumpulkan dalam suatu
bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Skema variasi pengelasan
Ampere Shielding Gas (A)
(B) CO2 100% Argon 99.99% CO250% +
(1) (2) Argon 50%
(3)
100 A (1) A1.B1 (1) A2.B1 (1) A3.B1 (1)
A1.B1 (2) A2.B1 (2) A3.B1 (2)

120 A (2) A1.B2 (1) A2.B2 (1) A3.B2 (1)


A1.B2 (2) A2.B2 (2) A3.B2 (2)

140 A (3) A1.B3 (1) A2.B3 (1) A3.B3 (1)


A1.B3 (2) A2.B3 (2)
A3.B3 (2)

Setelah pengelasan selesai selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui

data sifat mekanik pada hasil pengelasan.

3.5Pengujian

Setelah dilakukan proses pengelasan dengan variasi yang berbeda, kemudian dilakukan
pengujian untuk mengetahui sifat mekanik yaitu pengujian tarik ,pengujian bending dan
pengujian kekerasan pada material tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah :
3.5.1 Tensile test
Dalam pengujian ini ada dua spesimen yang akan dilakukan pengujian tarik,untuk ukuran
dari tiap-tiap spesimen sesuai dengan standart yang digunakan yaitu ASME section IX figure
QW-462.1(b) yang di tunjukan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Ukuran test piece untuk tensile test

Langkah Kerja :
1. Menyiapkan spesimen
Mengambil spesimen dan menjepit spesimen pada ragum.Kemudian meratakan dengan
kikir pada ujung ujungpermukaan spesimen bekas proses pemotongan agar
mendapatkan hasil pengukuran yang lebih presisi, dan langkah ini dilakukan pada setiap
spesimen uji tarik.
2. Membuat gauge length
Menandai spesimen sepanjang 60 - 70 mm menggunakan penitik yaitu dengan
memposisikan gauge lenght tepat ditengah - tengah spesimen dan langkah ini dilakukan
pada setiap spesimen uji tarik.
3. Mengukur dimensi
Mengambil spesimen dan mengukur dimensinya, kemudian mencatat jenis spesimen
dan data pengukurannya pada form lembar kerja. Langkah ini dilakukan pada setiap
spesimen uji tarik.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
a. Mencatat data proses pengujian pada form lembar kerja.
b. Mengambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
c. Mengambil spesimen dan letakkan pada ragum penjepit pada mesin uji tarik.
d. Setting beban dan pencatat grafik pada mesin uji tarik. Secara otomatis beban akan
naik secara kontinyu sampai daerah ultimate kemudian Turun bebannya sampai
spesimen patah.
e. Amati dan catatbesarnya beban pada saatyield, ultimate dan patahsebagaimanayang
tampak pada monitor beban.
f. Mengambil spesimen dan mengukur panjang, diameter penampang yang patah.

Mengulangi langkah tersebut untuk seluruh spesimen

3.5.2 Bend test


Dalam pengujian ini ada 4 test couponyang harus disiapkan dengan ukuran dan dimensi
sesuai dengan ASME IX figure QW-462.3(a) seperti dibawah ini :
Dari 4 spesimen yang telah disiapkan terdiri dari 2 spesimen yang digunakan untuk root bend
dan 2 spesimen yang digunakan untuk face bend. Yang di tunjukan pada Gambar 3.8
Peralatan :
1. Mesin Uji Bending.
2. Gerinda tangan.
3. Kacamata pelindung.
4. Jangka sorong.
5. Kaca pembesar.
6. Stamping.
7. Palu.
Gambar 3.8 ukuran test piece untuk bend test

Langkah Kerja :
1. Menyiapkan Spesimen
Mengambil spesimen, menggerinda pada permukaan yang akan diamati di daerah weld
metal, HAZ, dan sedikitbase metal, dengan panjang luasan yang digerinda sekitar 50 mm.
Menggerinda sudut-sudut spesimen sepanjang luasan di atas sehingga menentukan
radius.
Dalam menggerinda pertama kalid ilakukan gerinda menggunakan batu gerinda kasarter
lebih dahulu, setelah rata baru di gerinda menggunakan batu gerinda yang halus.
Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.

Mengambil stamping dan tandai tiap spesimen dengan kode sebagai berikut :

1. Untuk spesimen face bend.


2. Untuk spesimen root bend.
Mengambil spesimen danmengukur dimensinya.
Mencatatkodespesimen dan data pengukuran pada lembar kerja.

Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

2.Pengujian pada mesinbending


Mencatat data mesin pada lembarkerja.

Mengambil spesimen dan meletakkan pada tempatnya secara tepat.

Setting beban dan aplikasi beban secara kontinyu.

Mengambil spesimen dan mengamati permukaannya. Bila terdapat cacat, ukur dan catat
pada lembar kerja mulai dari bentuk, dimensi, tempat dan jenis cacat. Sketsa juga gambar
cacat pada lembar kerja.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3.5.3 Uji Metallography


Metalografi merupakan pengamatan struktur logam baik secara makro maupun mikro
dimana intinya adalah pengamatan struktur dan pengenalan yang meliputi tipe, ukuran, distribusi
dan kuantitas. Tipe mewakili nama kelas pada logam tertentu misalnya ferrit, perlit, eutectoid
dan sebagainya. Ukuran mewakili dimensi dari fase dibandingkan dengan dimensi yang lain,
misalnya ukuran butir. Distribusi mewakili daerah penyebaran masing-masing fase diantara
luasan yang menjadi pengamatan dalam sample tersebut,dalam pengujian ini tujuan utamanya
adalah mengetahui kedalaman fusi dari pengaruh amper dan shielding gas. Adapun langkah
dalam pengujian adalah sebagai berikut.
1. Pengamplasan spesimen.
Hal ini dilakukan untuk dapat menghaluskan permukaan pada spesimen uji, agarkerak pada
spesimen menghilang dan mendapatkan kehalusan pada permukaannya Pengamplasan spesimen
menggunakan amplas ukuran 500, 800, 1000, 1200, 1500.

2. Polishing spesimen.
Proses polishing ini bertujuan untuk mendapatkan permukaan yang mengkilap, supaya pada
saat pengambilan gambar tidak terjadi gangguan pada gambar hasil struktur mikronya. Pada
tahap ini dilakukan menggunakan kain bludru serta bahan polishmenggunakan autosol supaya
permukaanya mengkilap, setelah itu dibersihkan menggunakan pasta gigi supaya bekas dari
bahan polishnya bersih dan tidak menghalangi hasil gambar struktur mikronya.
3. Etching
Etching pada spesimen ini menggunakan larutan etsa aqua regia yang merupakan paduan
dari HNO3 dan HCl. Dilakukan pada base metal,weld metal dan HAZ stainless steel.Proses
etching ini bertujuan untuk menampilkan struktur mikro dan menampilkan batas batas
butirnya.
4. Observasi
Mengamati gambar struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik, sehingga dapat
melakukan pengambilan gambar struktur mikro, jika gambar belum sesuai atau masih ada
gangguan, dapat dilakukan lagi proses polishing dan etching sampai gambar terlihat jelas.
5. Pengambilan gambar struktur mikro
Setelah diamati gambar struktur mikro pada mikroskop sudah terlihat jelas, dapat
dilakukan pengambilan gambar dengan metode capture di komputer yang dihubungkan pada
mikroskop optik.
3.5.4 Hardness Test
Kekerasan adalah ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus
dari bahan lain yang lebih keras . Nilai kekerasan dapat diketahui dengan beberapa metode
diantaranya rockwell test,brinnel test dan vickers test. Metode pengujian Vickers menggunakan
indentor berbentuk piramida intan. Piramida pada ujung penekan mempunyai bentuk dasar
persegi dan pada ujungnya mempunyai sudut yang saling berhadapan. Indentor ditekan
dengangaya tertentu. Beban ini ditekankan pada periode selama sepuluh hingga 15 detik, tujuan
untuk mengerahui pengaruh shielding gas dan ampere terhadap nilai kekerasan.
Untuk menghemat spesimen pengujian maka untuk tes kekerasan ini menggunakan
spesimen yang telah di mikrografi selanjutnya digunakan untuk pengujian kekerasan, pada saat
diuji spesimen di polish kembali setelah itu di etsa lagi dengan langkah yang sama seperti
langkah sebelum pengujian metalografi, adapun langkah dalam pengujian adalah sebagai berikut:
1. Pengamplasan spesimen.
Hal ini dilakukan untuk dapat menghaluskan dan meratakan permukaan pada spesimen
uji, agar kerak sisa hasil etching sebelumnya pada spesimen menghilang dan mendapatkan
kehalusan pada permukaannya. Pengamplasan spesimen menggunakan amplas ukuran 500, 800,
1000, 1200, 1500.
2. Pengukuran kerataan.
Pengukuran kerataan ini bertujuan untuk mendapatkan spesimen yang rata dan sejajar,
supaya pada saat di uji tidak menimbulkan hasil yang berbeda karena efek dari benjolan
permukaan. Proses pengukuran menggunakan mistar siku, jika spesimen belum sejajar maka
spesimen kembali di amplas sampe permukaan sejajar atau rata.
3. Polishing spesimen.
Spesimen yang sudah rata dapat langsung di polish supaya mengkilap, pada tahap ini
dilakukan menggunakan kain bludru serta bahan polishnya menggunakan autosol supaya
permukaanya mengkilap, setelah itu dibersihkan menggunakan pasta gigi supaya bekas dari
bahan polishnya bersih.
4. Etching.
Setelah selesai dipolish spesimen dapat di etsa menggunakan etsa jenis aqua regina
supaya batas pada base metal, HAZ, dan weld metal dapat terlihat pada mikroskop untuk diuji
kekerasanya.
5. Pengambilan titik
Sebelum proses pengambilan titik kekerasan, terlebih dahulu mnentukan pemetaan
pengambilan titiknya, setelah itu menentukan berat pembebanan dan lama pembebanan.

6. Nilai kekerasan
Hasil nilai kekerasan yang didapat berupa diagonal bekas pembebanan, dalam satuan
ukuran m. Setelah itu dihitung diagonal rata - rata, baru dikonversi pada rumus VHN.

3.5.5 Analisis
Pembahasan selanjutnya yang akan dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan
2 (dua) kriteria. Sehingga, analisa data akan menggunakan metode two ways ANOVA. Tujuan
dilakukan pengujian ANOVA ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai
kriteria yang diuji terhadap hasil yang diinginkan. Pengolahan data-data dalam pengujian
ANOVA ini dengan menggunakan software MINITAB, adapun langkah kerjanya adalah sebagai
berikut :
1) Memasukkan data ke MINITAB

Langkah-langkahnya antara lain :


a. Membuka lembar kerja baru

Dari menu utama file, klik STAR, lalu pindahkan pointer mouse ke ke program kemudian geser
ke grup Minitab.
Lalu klik icon Minitab kemudian pilih Ok
b. Menamai variable dan property yang diperlukan / INPUT DATA

Data Minitab dapat berasal dari file atau dimasukan dari keyboard. File data dapat berupa file
Minitab (mempunyai ekstension MTW) atau file ASCII (mempunyai ekstension DAT). Data
dalam Minitab dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu : konstanta (K1, K2, K3,....), kolom (C1,
C2, C3,....) dan matriks (M1, M2, M3,....).
Input data konstanta dapat dilakukan dengan perintah LET.

Input data Kolom dapat dilakukan dengan menulis langsung pada Worksheet sesuai dengan
kolom yang diinginkan. Sedangkan untuk data berpola akan lebih praktis jika input data
dilakukan dengan perintah SET.

Untuk lebih mudah dalam mengingat variabel-variabel yang berupa data dalam masing-masing
kolom, maka setiap kolom dapat diberi nama sesuai dengan kehendak kita. Pemberian nama
dapat langsung menulis pada sel paling atas (dibawah C1, C2 dan seterusnya).

Input data matriks dapat dilakukan dengan perintah READ.

Atau dengan memanfaatkan fasilitas baris menu diatas sesi command, yaitu :
Klik Calc
Pindahkan kursor ke Matrices

Klik Read

Isilah banyak baris pada kotak Number of rows

Isilah banyak kolom pada kotak Number of column

Isilah tempat pentimpanan data pada kotak Read into matrix

Klik OK

Masukkan data

Untuk selanjutnya untuk operasi matriks, seperti menentukan transpose, invers,


nilai eigen maupn aritmatika dapat dilakukan dengan perintah-perintah yang disajikan
dalam menu Calc Matrices
c. Pengolahan data dengan Minitab

Masukkan koding data pada sel dan beri nama sesuai dengan variabel-variabel yang ada

Lalu klik Start

Pilihlah ANOVA

Kemudian klik Two-Way

Kemudian lakukan pengisian terhadap :

Kotak Respons

Kotak Row factor

Kotak Column Factor

Isilah confidence level yaitu (1 )

Klik OK
Minitab tidak dapat menjalankan prosedur seperti di atas, jika banyak data tiap sel
tidak sama. Untuk keperluan tersebut, Minitab menyediakan GLM dalam menyelesaikan
anova dua arah dengan sel tidak sama.
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan Minitab yang tiap selnya tidak sama
adalah sebagai berikut :
Masukkan koding data pada sel dan beri nama sesuai dengan varibel-variabel yang ada

Lalu klik Start

Pilihlah ANOVA

Klik General Linear Model

Kemudian lakukan pengisian terhadap :

Kotak Respons

Kotak Model

Lalu klik Comparisons

Pilihlah Pairwise Comparisons dan masukkan variabel yang akan dikomparasi

Conterng metode perbandingan ganda yang diinginkan

Lalu klik OK

Pada anova dua arah terdapat faktor yang terkadang kurang tepat dalam
menginterpretasikan makna kata interaksi. Untuk memperjelas dalam Minitab disediakan
perintah untuk membuat plot interaksi sehinggga lebih mudah untuk dipahami. Adapun
langkah-langkah dalam menggunakan Minitab dengan interaksi adalah sebagai berikut :
Masukkan koding data v pada sel dan beri nama sesuai dengan variabel-variabel yang
ada

Lalu klik Start


Pilihlah ANOVA

Klik Interactions Plot

Kemudian lakukan pengisian terhadap :

Kotak Respons

Kotak Factors

Contreng Display full interction plot matrix

Lalu klik OK

Anda mungkin juga menyukai