Anda di halaman 1dari 49

REGULASI SPEKTRUM

FREKUENSI
Oleh : Agus Priyanto, M.Kom
DEFINISI SPEKTRUM

| Susunan pita frekuensi radio yang mempunyai


frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai
satuan getaran gelombang
l b elektromagnetik,
l k ik
merambat dan terdapat di dalam dirgantara
(ruang udara dan antariksa)

| Menurut PP No.53 tahun 2000,, Spektrum


p
frekuensi radio adalah kumpulan pita
frekuensi radio.
radio
Spectrum Resources ( S
S-R
R ) sebagai limited natural
resources

Setiap Individu atau intansi / korporasi berhak


menggunakan S-R dengan memenuhi persyaratan
Pada pita S-R tertentu dimanfaatkan sebagai media
yyang
g memiliki nilai ekonomis untuk keperluan
p
bidang usaha (penyelenggaraan telekomunikassi
seluler penyiaran TV dan penyelenggaran satelit)
seluler,
Berdasarkan ITU Radio Regulation, frekuensi yang
di
digunakan
k untuk
t k komunikasi
k ik i radio
di adalah
d l h sebagai
b i
berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Spektrum Frekuensi

N
Nomor B
Band
d Kl ifik i
Klasifikasi Ak
Akronim
i F k
Frekuensi
i
4 very low frequency VLF 3 kHz - 30 kHz
5 low frequency LF 30 kHz - 300 kHz
6 medium
di ffrequency MF 300 kHz
kH - 3000 kHz
kH
7 high frequency HF 3 MHz - 30 MHz
8 very high frequency VHF 30 MHz - 300 MHz
9 ultra high frequency UHF 300 MHz - 3000 MHz
10 super high frequency SHF 3 GHz - 30 GHz
11 extra high frequency EHF 30 GHz - 300 GHz
12 . .. 300 GHz - 3000 GHz
KARAKTERISTIK FREKUENSI
Frekuensi tinggi
gg ((HF))
Gelombang dapat dipantulkan sempurna oleh lapisan ionosfer atmosfer bumi dan
juga oleh tanah sehingga jarak propagasi menjadi sangat jauh (ribuan km).

Frekuensi menengah (MF)


Gelombang tidak terlalu sempurna dipantulkan oleh ionosfer dan tanah serta
menimbulkan derau. Jarak jangkauan terbatas beberapa ratus kilometer.

Frekuensi sangat tinggi (VHF)


Perambatannya seperti cahaya, namun tidak dipantulkan oleh ionosfer. Jarak yang
dicapai tidak terlalu jauh.

Semakin tinggi frekuensi maka akan semakin sulit dipantulkan oleh ionosfer. Maka
dalam komunikasi gelombang mikro (microwave) disyaratkan Line of Sight (LOS),
yakni antena pemancar dan penerima harus bisa saling melihat tanpa terhalang
lengkung bumi.
MANFAAT SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

| Komunikasi seluler Pertolongan (SAR)

Pertahanan & Radio & TV siaran Remote control


keamanan
Komunikasi satelit Eksplorasi ruang angkasa Navigasi & komunikasi
penerbangan

R d
Radar
Navigasi & komunikasi pelayaran
PENGGUNAAN FREKUENSI BERKAITAN
DENGAN KESELAMATAN PELAYARAN

Sinyal marabahaya
MENGAPA PENGGUNAAN SPEKTRUM
FREKUENSI RADIO PERLU DIATUR ?
| Mencegah saling interferensi/gangguan
| Merupakan sumber daya alam yang terbatas
y Menjamin ketersediaan spektrum untuk semua
kepentingan seperti untuk tujuan keselamatan (SAR),
pertahanan keamanan,
keamanan pemerintahan,
pemerintahan komersial,
komersial satelit,
satelit
penelitian, penyiaran dll;
| Bernilai strategis bagi negara dan kehidupan manusia
| Memiliki nilai ekonomis
| Memiliki dampak internasional (lintas batas negara)
| Penggunaan yang tidak sesuai, dapat membahayakan
keselamatan jiwa manusia;
y Contoh : gangguan dalam frekuensi navigasi penerbangan
dapat membahayakan keselamatan penerbangan
PENGELOLAAN SPECTRUM
RESOURCES
Prinsip Pengelolaan Spectrum Resources
1. Pengelolaan S-R bersifat komprehensif, sistematik dan
terpadu
2. Penerapan Secara Internasional yang diatur dalam radio
regulations
3
3. Dikembangkan dalam aturan yang bersifat supra-nasional
supra nasional
4. Mampu Mengakomodasikan kebutuhan masa depan
5
5. Berorientasi pada kesejahteraan masyarakat yang
didasarkan pada kebutuhan nasional dan mengikuti
perkembangan teknologi yang selalu berkembang dan
berkelanjutan
Pengelolaan S-R Sebagai Limited
Resources
| S-R Sebagai limited resources harus dikelola secara efektif dan efisien,
melalui :
a) Perencanaan penggunaan S-R yang bersifat dinnamis dan adaptif
terhadap kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi
b) Pengelolaan S-R secara sistematik dan didukung sistem informasi
S-R yang akurat dan terkini
c) Pengawasan dan pengendalian penggunaan S-R yang konsisten
dan efektif
d) Regulasi yang bersifat antisipatif dan memberikan kepastian
e) Kelembagaan pengelolaan S-R yang kuat, didukung oleh SDM
yang profesional serta prosedur dan sarana pengelolaan S-R yang
memada
KELEMBAGAAN PENGELOLAAN
FREKUENSI RADIO
Ditjen Postel ( Dijen SDPPI ) adalah lembaga pengelola S-R yang terdaftar
pada organisasi internasional ( ITU ) sebagai administrasi telekomunikasi,
mewakili negara dalam forum internasional dan regional untuk bidang
pengelolaan
p g S-R ( dalam struktur Kominfo yyang
g baru berada pada
p Ditjen
j
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Telematika )
Bertanggung jawab secara sisstematik penggunaan S-R di wilayah
republik Indonesia
Memiliki aturan nasional dalam pengelolaan S-R ( UU 36/1999 tentang
telekomunikasi, PP 52 dan 53 tahun 2000 dan peraturan teknis lainnya
Menetapkan frekuensi kepada pengguna S-R, baik terhadap individu
maupun institusi / korporasi, melalui mekanisme lisensi sesuai ketentuan
Menyiapakan materi yang komprehensif untuk bahan kebijakan
pengelolaan S-R
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN SPECTRUM
RESOURCES

Radio Regulations
g dijabarkan
j dan dikembangkan
g menjadi
j National
Master Plan S-R dalam beberapa jenis layanan komunikasi radio
Ditjen Postel melakukan penataan dan perencanaan alokasi S-R
terhadap hal-hal berikut :
1. Penyiaran radio dan TV
2. Penyelenggaraan Seluler (cdma, GSM, 3G, LTE)
3. Radio Trunking
4. Broadband wireless access dan Internet access
5. Satelit (C-band, extended C-Band, S-Band, L-Band, Ku-Band)
6. Jaringan mikro ( microwave link )
7
7. Keperluan Hankam, Penerbangan, Maritim, Meteerologi, dll,
8. Penetapan standar teknis radio dan frequency plan
DASAR HUKUM
Peraturan Internasional:
Radio Regulation ITU
Resolusi dan Rekomendasi ITU terkait
Peraturan Nasional
Undang-undang
U d d N
No. 20 T
Tahun
h 1997 T Tentang
t P
Pendapatan
d t N Negara BBukan
k P Pajak
j k
Undang-undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
PP. No. 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
PP. No. 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi
R di dan
Radio d O bit Satelit
Orbit S t lit
PP. No. 28 Tahun 2005 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku Pada Depkominfo
Kepmen No.5/2001 tentang Tabel Alokasi Frekuensi Indonesia
P
Permen 17/PER/M KOMINFO/10/2005 Tentang
17/PER/M.KOMINFO/10/2005 T t T t cara Perizinan
Tata P i i d
dan
Ketentuan Operasional Penggunaan Spektrum Frkuensi Radio.
Permen 19 /PER.KOMINFO/10/2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif
Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Biaya Hak Pengguanaan
S kt
Spektrum F k
Frekuensii Radio
R di
Perdirjen No. 155/Dirjen 2005 Tentang Standar Operasional prosedur
Pelayanan Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio.
PERIZINAN
| Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio untuk
penyelenggaraan
p y gg telekomunikasi wajib
j mendapatkan
p izin dari
Menteri.
Ref: PP No.53/2000 pasal 17 ayat 1

Jenis izin Izin Kelas


frekuensi
Izin Pita Spektrum
Frekuensi Radio
(IPSFR)
Izin Stasiun
Radio (ISR)
JENIS IZIN FREKUENSI
| Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) diberikan untuk mengoperasikan
setiap
i perangkatk komunikasi
k ik i radio
di d
dalam
l suatu bagian
b i darid i pita
i frekuensi
f k i
tertentu pada setiap lokasi di dalam suatu wilayah tertentu dan sesuai batasan
teknis yang ada dalam izin pita frekuensi radio
y Ref: PP.76/2010, PP 53/2000 pasal 17 ayat 2, PM.17/2005 pasal 1 butir 6 dan 9, pasal 4 ayat
1

| Izin Stasiun Radio (ISR) diberikan untuk mengoperasikan perangkat pemancar


atau penerima yang dioperasikan pada kanal frekuensi radio tertentu dengan
beberapa parameter teknis yaitu lebar pita, daya pancar dan kelas emisi.
y Ref: PP 53/2000 pasal 17 ayat 2, PM.17/2005 pasal 1 butir 7 dan 10, pasal 5 ayat 1

| Izin Kelas diberikan untuk mengoperasikan perangkat komunikasi radio pada


frekuensi tertentu yang digunakan secara bersama dengan tidak boleh
menimbulkan gangguan yang merugikan dan tidak mendapatkan proteksi.
y Ref: PP 53/2000 pasal 17 ayat 2, PM.17/2005 pasal 11, pasal 6 ayat 2
PERIZINAN
| Izin Pita Frekuensi Radio atau ISR dapat dicabut apabila :
y atas permintaan sendiri;
y melanggar ketentuan penggunaan spektrum frekuensi
radio;;
y mengalihkan Izin Pita Frekuensi Radio, tanpa persetujuan
Menteri;
y mengalihkan ISR
ISR, tanpa persetujuan Direktur Jenderal;
y melanggar ketentuan dalam izin penyelenggaraan
telekomunikasi;
y tidak melakukan pembayaran BHP Frekuensi Radio
tahunan sesuai waktu yang telah ditentukan; atau
y tidak melaksanakan kegiatan operasional pemancaran
selama 1 (satu) tahun sejak ISR diterbitkan
diterbitkan.
Perbandingan BHP ISR VS BHP Pita

BHP ISR BHP Pita


1. Memerlukan pengendalian/pengawasan 1. Memberikan kepastian pembayaran BHP
yang komplek
kompleks s oleh regulator, sehingga Frekuensi bagi Penyelenggara
biaya manajemen spektrum menjadi tinggi 2
2. Mendorong percepatan dan peningkatan
2. Tidak mendorong pemanfaatan frekuensi kualitas layanan melalui optimalisasi
yang optimal jaringan
3. Tidak mendorong penyelenggara dalam 3. Mendorong pertumbuhan usaha sektor
mempercepat
p p ppembangunan
g dan pperbaikan telekomunikasi
kualitas jaringan 4. Mendorong penggunaan spektrum secara
4. Beban BHP frekuensi bagi penyelenggara efektif dan efisien
yang cepat membangun akan terus naik 5. Memudahkan manajemen spektrum
sesuai pertumbuhan BTS/pemancar, termasuk dalam hal pengawasan
sehingga
hi suatu saat BHP frekuensi
f k i menjadi
j di penggunaan spektrum frekuensi di
faktor yang memberatkan kewajaran pola lapangan
bisnis bagi penyelenggara
BHP Frekuensi berdasarkan ISR:
Lebih cocok untuk komunikasi titik ke titik (non-akses)
Plus
Pl :
Merupakan insentif bagi penyelenggara baru
Terdapat kenaikan BHP Frekuensi seiiring dengan penambahan layanan dan
penggunaan frekuensi
Tidak perlu mengganti formula dan software yang sudah tersedia

Minus :
Perhitungannya cukup rumit dan kompleks
Tidak mendorong pemanfaatan spektrum secara maksimal oleh operator
Operator dapat menguasai spektrum tanpa membangun dan tanpa kewajiban
pembayaran
Susah menghitung jumlah BTS Seluler yang semakin banyak, dan bervariasi (membuka
peluang operator untuk tidak melaporkan jumlah BTS yang sebenarnya)
Tidak fleksibel bagi operator seluler yang perlu mengkonfigurasi ulang jaringannya
setiap periode tertentu untuk meningkatkan kualitas layanan
BHP Frekuensi berdasarkan Pita:
Sejak 2006 diterapkanuntuk pita 3G
2010 diterapkan untuk penyelenggaraan jaringanakses (seluler/BWA/F
WA)
Plus :
Mendorong pemanfaatan spektrumsecara efisien oleh operator
Mendorong peningkatan kualitaslayanan oleh operator
Lebih transparan dan fair
Perhitungan tagihan lebih sederhana
M d h diverifikasi
Mudah di ifik i
Mempermudah pengawasan dan pemantauan
Memberikan kepastian bagi perencanaan operator

Minus :
Penambahan nilai BHP pada titik tertentu akan cenderung stabil
Sulit untuk menentukan nilai ekonomis yang sebenarnya (jika terlalu mahal akan
menghambat pertumbuhan layanan tetapi jika terlalu murah akan tidak menguntungkan
negara)
Perlu proses transisi yang hati-hat idan cermat dari formula lama
TANTANGAN DAN HAMBATAN PEMBANGUNAN
WIRELESS BROADBAND
Kondisi Wireless Broadband
di Indonesia

1 2 4 5
Regulasi Permintaan Ketersediaan
Penggunaan Pasar jenuh Kriminali-
Spektrum Spektrum Target
Spektrum dan sasi
PNBP terus
t
kurang kesulitan Kebijakan
naik
mendukung* refarming Spektrum

KRISIS
SPEKTRUM

4 PILAR SOLUSI

Revisi Peraturan terkait Penguatan Kelembagaan Pendanaan untuk Revisi Peraturan Terkait
Spektrum (Freq sharing, (Kominfo, DeTIKnas, Penggusuran TIK konvergensi,
MVNO fl
MVNO, flexible
ibl use)) BP3TI) pendudukan
d d k frekuensi
f k i b kb
backbone dan
d k
konten

Jangka pendek Jangka panjang


22
MASA KEEMASAN INDUSTRI SELULAR
SUDAH BERAKHIR
Catatan: 3 Operator Utama :
Telkom
Indosat
XL

Referensi:
http://www.telkom.co.id/hubu
ngan-investor/laporan-
laporan/laporan-keuangan/
http://www.indosat.com/Inves
torRelations/Investor_Relation
s/Financial_Statements
http://www.xl.co.id/investor-
relation/AnnualReport
http://www.manajementeleko
munikasi.org/2012/07/pertumb
uhan-industri-telekomunikasi-
di.html
KRISIS SPEKTRUM
| Pertumbuhan trafik data eksponensial
y Smartphone,
p , Tablet,, M2M,, dsb
| Kebutuhan spektrum mobile broadband:
y ITU-R Report M.2078, perlu tambahan 1280 1700 MHz bandwidth
pada tahun 2020
y FCC-US and OFCOM-UK : perlu tambahan 500 MHz pada tahun 2020
y Australia: perlu tambahan 150 MHz pada tahun 2015, 150 MHz
tambahan lagi di tahun 2020. Saat ini punya 800 MHz
y Indonesia: saat ini hanya punya 425 MHz bandwidth efektif.
| Diperkirakan pada tahun 2020, Indonesia membutuhkan 500 MHz
bandwidth tambahan untuk Mobile Broadband.
y Band < 1 GHz (termasuk Digital Dividend 700 MHz opsi paling optimum
untuk kapasitas dan jangkauan)
y Band > 1 GHz (di wilayah perekonomian utama), termasuk WiFi untuk
off-loading
ff l di
| Dengan pertumbuhan komunikasi data dan menurunyya komunikasi
suara, masa emas operator seluler sudah mengalami penurunan
pertumbuhan pendapatan.

y Scissore Effct Scissor Effect

| Regulasi telekomunikasi (UU 36/1999 dan PP53/2000) sudah obsolete


dan perlu diubah, contoh: belum adanya kebijakan Spektrum Sharing,
MVNO, Penggunaan Spektrum yang Fleksibel
DAMPAK KRISIS SPEKTRUM TERHADAP BIAYA
PEMBANGUNAN JARINGAN
Untuk mengatasi krisis spektrum yang
di kib tk
diakibatkan t fik mobile
trafik bil b
broadband,
db d
ada tiga solusi:
menambah bandwidth spektrum
meningkatkan spektrum efisiensi dengan
meng-upgrade
d teknologi
t k l i
menambah jumlah tower

Source:Author

Terkait masalah trafik yang terus


meningkat. Semakin besar spektrum
frekuensi yang dapat dialokasikan
untuk mobile broadband akan
menghemat lebih banyak biaya Capex
dan Opex.

26
Source: PemodelanAkselerasiImplementasiDigitalDividenddiIndonesia(DennySetiawan,2013)
Demand Spectrum Forecast in Indonesia
100
50
13
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
0
2011 2012
-16
-53
-100
z)

-100
100
Spectrum (MHz

-200 -157

-214
-300
-297
297

-400
-383

-500
-500
500

-600

| Asumsi:
y Pertumbuhan Traffic Data 60% per tahun
y Pertumbuhan Site Tower 28.8% per tahun

27
Band Bandwidth Penggunaan Saat ini
450 470 MHz 2 x 7.5 MHz Mobile Cellular (CDMA)

825 845 and


2 x 20 MHz FWA and Mobile Cellular (CDMA)
870 890 MHz
890 915 and
2 x 25 MHz Mobile Cellular (GSM)
935 960 MHz
1710 1785 and
2 x 75 MHz Mobile Cellular (GSM)
1805 1880 MHz
1903.125 1910 and
2 x 6.875 MHz Mobile Cellular (PCS-1900/CDMA)
1983.125 1990 MHz
1920 1980 and
d
2 x 60 MHz Mobile Cellular (UMTS)
2110 2170 MHz
Broadband Wireless Access. 2360 2390 MHz
2300 2390 MHz 90 MHz licensed issued for 15 Regional Zones (Wimax
/ LTE TDD))
Potensi Spektrum Tambahan
Analog TV (Potential of Digital Dividend LTE
694 820 MHz 2 x 45 MHz
700 MHz)

30 MHz BWA (TDD)


2500 2690 MHz
2520 2670 MHz is currently used by
150 MHz
Broadcasting Satellite Services 28
KEBUTUHAN SPEKTRUM
| Jangka pendek: Penataan Frekuensi seluler 450 MHz, 850
MHz, 900 MHz, 1800 MHz, 2.1 GHz dan 2.3 GHz, maka
diperlukan adanya suatu aksi penataan komprehensif yang
mencakup semua pita seluler tersebut.
| Jangka menengah panjang: Digital Dividend extended 850
MHz (Trunking Band), 700 MHz, 2.6 GHz, 3.5 GHz, dan pita-
pita frekuensi lain yg diidentifikasi oleh ITU untuk IMT band
| Unlicensed (Class Licensed) Band : 2.4 GHz, 5.1 GHz, 5.8
GHz, 26 GHz, 60 GHz, dsb untuk off-load traffic.
| Tujuannya adalah agar tercapai efisiensi tertinggi dalam hal
penggunaan spektrum frekuensi.
ROADMAP PENATAAN
SPEKTRUM INDONESIA
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

890
Target MHz D fi it 445
Defisit
390 510 647 677 735 735 s/d 500 MHz
Supply MHz MHz MHz MHz MHz MHz

Menjadi lebih
efisien setelah
penataan
800 MHz 32 MHz 40 MHz ( i i
(minimum GB) 40 MHz

900 MHz 50 MHz 50 MHz


Non-contiguos
1800 MHz 150 MHz Asumsi SmartTel 150 MHz
Lelangg
blok 11-12 migrasi ke
2100 MHz 100 MHz + 20 MHz 2.3GHz, alokasi ex 120 MHz
PCS jadi Band 39
1900 MHz

2300 MHz
13 MHz

30 MHz + 60 MHz

13MHz 30 MHz
Seleksi izin
60MHZ pita
TDD
30 MHz

90 MHz
2.3 GHz
2600 MHz Pelepasan 150 MHz 150 MHz
2.6GHz, masa laku
ISR selesai/ Digital
700 MHz
MH 90 MHz 90 MHz
mengikuti masa Dividend
laku satelit?
450 MHz 15 MHz 15MHz
TABEL BATAS WAKTU IZIN IPSFR

Operator 850MHz 900MHz 1.8 GHz 2.1 GHz 2.3 GHz

Telkomsel 2020 2020 2016, 2019, 2023 2020

XL Axiata
A iata 2020 2020 2016 2020,
2016, 2020 2023 2020
Indosat 2020 2020 2016, 2019 2020
H3I 2020 2016,, 2019 2020
Operator
2020
CDMA800
BWA 2.3 GHz
2019
Regional
Catatan:
Batas waktu izin pita 10 tahun dari sejak izin diterbitkan, dan dapat dipepanjang 10 tahun
Untuk pita 2.1 GHz, berbeda batas waktu antara 1st, 2nd dan 3rd carrier
Untuk CDMA 800MHz, di Kepri masih ISR tergantung hasil koordinasi perbatasan
KEBIJAKAN PENATAAN FREKUENSI 800 MHZ
| Memberlakukan Teknologi Netral pada pita frekuensi band 5 dan band 8
(CDMA dan GSM)
| Tukar Frekuensi Radio:
y Telkom Flexi dengan Btel Esia di JBJB
y Smartfren dengan Telkom Flexi
| FWA hilang?: Telkom Tsel, Jabersel Btel PNBP
| Alokasi frekuensi guard band 2.5 MHz tidak dilakukan
seleksi, melainkan ditetapkan untuk Telkom. Alasannya alokasi tersebut
b k l h pita
bukanlah i ffrekuensi
k i baru,
b melainkan
l i k pita
i frekuensi
f k i yang tersedia
di
sebagai akibat dari penataan frekuensi.
| Kebijakan penetapan 7.5 MHz untuk Telkom (5 MHz ex Flexi dan 2.5
MHz guard-band)
guard band) atas dasar penetrasi akses komunikasi suara dan pita-
pita
lebar dengan basis desa/kelurahan, dan mempercepat target jangkauan
mobile dan fixed dalam Indonesia Broadband Plan yaitu rural 40%
coverage akhir tahun 2017 dengan bitrate 512 kbps, dsb.

32
PENATAAN FREKUENSI 800 MHZ

33
ALOKASI SPEKTRUM IMT SEBELUM PENATAAN
CDMA 800 MHZ

TOTAL
Operator 850MHz 900MHz 1.8 GHz 1.9 GHz 2.1 GHz 2.3 GHz
(MHz)
Telkomsel 0 15 45 30 90
XL Axiata 0 15 45 30 90
Indosat 0 20 40 20 80
H3I 0 0 20 20 40
CDMA 850 36.9 0 0 0 0 0
SmartTel 1900 13.75
13 75 13 75
13.75
Lainnya 0 30 45
Total Bandwidth 345

Catatan:
Operator CDMA 850 adalah Telkom Flexi, Indosat Starone, Bakrie Telekom dan
Smartfren
Operator lain seperti STI di 450 MHz (2 x 7.5
7 5 MHz),
MHz) dan BWA 2.3
2 3 GHz Regional seperti
34
Firstmedia, Internux, IM2, Jasnita dan Berca
ALOKASI SPEKTRUM IMT PASCA PENATAAN
CDMA 800 MHZ SEPT 2014

Operator 850MHz 900MHz 1.8 GHz 1.9 GHz 2.1 GHz 2.3 GHz TOTAL
Telkomsel
T lk l 15 15 45 30 105
(+ Telkom)
XL Axiata 0 15 45 30 90
Indosat 5 20 40 20 85
H3I 0 0 20 20 40
Smartfren & 20 0 0 0 30 50
BTEL
Lainnya 0 30 45
Total Bandwidth 415

Catatan:
Telkom Flexi konsolidasi dengan Telkomsel,
Indosat Starone konsolidasi dengan Indosat
Smartfren konsolidasi dengan Bakrie Telkom
Operator lain seperti STI di 450 MHz (2 x 7.5 MHz), dan BWA 2.3 GHz Regional
seperti Firstmeia, Internux, IM2, Jasnita dan Berca
35
Pita Seluler 900 MHz
Band 8 Uplink
880 915

Band 8 Downlink
925 960

36

36
PENATAAN FREKUENSI 1800 MHz

38
Rencana Penataan Pita 1800 MHz
Pemerintah menetapkan target penataan, namun pelaksanaan
penataan berdasarkan konsensus sesama operator.
p p

Untuk memastikan terlaksananya penataan, Pemerintah


menetapkan insentif ((carrot)
carrot ) penerapan netral teknologi (LTE)
dan sanksi (stick) penundaan penerapan netral teknologi.

Pemerintah akan meminta lima operator untuk menyusun


common proposal yang berisikan konsensus penataan 1800 MHz
yang mencakup: mekanisme, jadwal dan biaya.

Selama proses penataan, sanksi yang tegas akan diterapkan


termasuk penghentian sementara operasional BTS bagi yang tidak
memenuhi konsensus.
konsensus 39
PENATAAN FREKUENSI 2.1
2 1 GHZ

11 12

Posisi pita frekuensi contiguous ini sesuai dengan tujuan penataan menyeluruh yang tercantum
pada Pasal 4A ayat (2) PM 1/2006 jo. PM 31/2012.
Hasil Keputusan Menteri Merger XL-Axis awal 2014, blok 11 dan 12 dikembalikan izinnya ke
Pemerintah.
Blok 11 dan 12 Pita 2.1 GHz direncanakan untuk diseleksi tentatif akhir tahun 2014 dengan
memperhatikan jadwal migrasi PCS-1900.
40
PENATAAN FREKUENSI 2300 MHZ
Saat ini

1 2 3
Rencana
Penataan

Akan dilakukan proses Dialokasikan kpd - Operator BWA Regional (15


seleksi SmartFren sebagai
g Zone) diberikan izin 2009
frekuensi pengganti - Kebijakan Teknologi Netral
migrasi PCS1900 & dimulai tahun 2011
swap CDMA 850 MHz - Terdapat usulan dari
Operator BWA Regional
menjadi
j di operator
t selular
l l
regional.
- Terdapat sejumlah wilayah
yang masih kosong.
41
PENATAAN PITA 2.5/2.6 HZ

2500 2570

Band 7 UL Band 7 DL
2570 2620

Band 38 TDD

Band 41 TDD
2496
2690

2500 2520 2670 2690

BWA BSS (Broadcast satellite service ) BWA

42
KONDISI EKSISTING PITA 2.5/2.6 GHZ

| Pada pita frekuensi 2520 2670 MHz (150 MHz) digunakan untuk
penyelenggaraan infrastruktur telekomunikasi bagi layanan penyiaran
berbayar melalui satelit Indostar II yang dilaksanakan oleh PT. Media
Citra Indostar (MCI).
( )
| Pada pita 2500 2518 (18 MHz) dan 2670 2690 MHz (20 MHz)
digunakan untuk keperluan BWA yang saat ini diberikan kepada PT.
Elang Mahkota di kota (Jabotabek & Surabaya) dan PT. Citra Sari
Makmur (Jakarta,
(Jakarta Bandung,
Bandung Semarang)
| Ekosistem LTE di pita 2.6 GHz terutama band 7 FDD 2.6 Ghz sudah
banyak.
| Perlu rencana strategi
g kebijakan
j p
penataan frekuensi y
yang
g menyeluruh.
y

43
Digital
g Dividend
ERA TV ANALOG 328 MHz
478 806 MHz

TV Analog
Penerimaan Tetap Free To Air (FTA)

PROSES DIGITALISASI PENYIARAN


ERA TV DIGITAL
FFuture
t TV Di
Digital
it l Terestrial
T t i l DIGITAL
DTV Penerimaan Tetap Free To Air (FTA) DIVIDEND
478 526 694 806 MHz
192 MHz
112 MHz
Di dalam 112 MHz (694 806 MHz) Digital
Dividend, terdapat 2 x 45 MHz FDD yang dapat
di
dimanfaatkan
f k sebagai
b i pasangan ffrekuensi
k i untuk
k mobile
bil 44
broadband
Source: PemodelanAkselerasiImplementasiDigitalDividenddiIndonesia(DennySetiawan,2013)
PELUANG IMPLEMENTASI LTE 700 MHZ
DI LUAR JAWA - BALI

Kanal 22-62 :
235 pemancar TV analog ada di
Jawa-Bali dan 465 pemancar TV
analog ada di luar Jawa-Bali

Kanal 48-62 :
86 pemancar TV analog l ada
d di
Jawa-Bali dan 118 pemancar TV
analog di luar Jawa-Bali

LTE 700 cocok untuk daerah


rural, sehingga potensi
mempercepat LTE 700 di luar
Jawa-Bali terlebih dahulu dengan
kompensasi sejumlah 118 pemancar
TV (channel
( h l 48-62)
48 62) oleh
l h pemerintah/
i t h/
operator selular

Ref: Pemodelan Akselerasi


Implementasi Digital Dividend di
Indonesia, (Denny Setiawan, Elektro
UI, Feb 2013)

45
POTENSI DIGITAL DIVIDEND 700 MHZ
| Dengan menggunakan tower eksisting Operator Selular di Indonesia
p 700 MHz LTE Fixed Wireless DSL
o Broadband 2 Mbps
o Cakupan > 90% wilayah Indonesia
| Keterlambatan Digital Switch-over dan Implementasi 700 MHz untuk
Mobile Broadband sampai
p tahun 2018 dibandingkan
g dengan
g
Implementasi Digital Dividend pada akhir tahun 2014 akan secara
signifikan memberikan dampak sosial ekonomi terhadap pertumbuah
ekonomi Indonesia (BCG Report, 2013) Rural Broadband LTE
y Pengurangan
P pertumbuhan
t b h GDP : 54%
y Pengurangan Pendapatan Negara dari Pajak dan lainnhya: 69%
y Pengurangan Penyerapan Tenaga Kerja: 78%

46
SEMUA TEKNOLOGI SELULER BERMUARA DI LTE

Semua teknologi selular, baik GSM, CDMA, maupun Wimax pada akhirnya akan
berevolusi menjadi menuju satu teknologi masa depan : LTE (Long Term Evoluti
47
LTEDEVICE ECOSYSTEM
| As at March 2014, GSA recognises 1,563 LTE end-user
devices with 742 new LTE devices in past 12 months alone.
233 devices (15%) support Category 4 services (full 20
MHz) and 3 devices are Category 6 compliant (ie capable of
LTE-A and using 40 MHz of FDD spectrum)
| LTE is a mainstream technology with all major
manufacturers have embracingg LTE,, including
g Samsung,
g,
Sony, Apple, HTC, Huawei and LG
| Concentration of devices within different LTE frequency
bands is in line with its popularity. 1800MHz has the
largest number but, 850 and 900 MHz bands supported.
| Device availability and spectrum band popularity are
linked and interrelated, as a band is more popular so will
more devices be made for it
| The majority of LTE devices have multi-band capability to
facilitate accessibility to larger markets and to make them
compatible with roaming scenarios

48
THANK U

Anda mungkin juga menyukai