Anda di halaman 1dari 6

Analisis kasus pemerkosaan dengan teori sosiologi klasik durkheim

Kata pengantar

Bissmillahirrahmanirrohim

Jurusan sosiologi adalah jurusan yang banyak mengkaji berbagai fenomena sosial
yang terjadi pada masyarakat. Tapi sebelum mengkaji fenomena tersebut kita juga harus
mempelajari teori-teori yang ada dalam ilmu sosiologi, Salah satu mata kuliah yang
mempelajari masalah teori adalah teori sosiologi klasik. Dalam mata kuliah ini kami
mendapatkan tugas untuk menganalisis fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.
Fenomena sosial yang kami analisa adalah mengenai Kasus Pemerkosaan di Jaktim
Tunarungu dan Tunawicara yang Alhamdulillah dapat kami selesaikan tepat waktu.

Terima kasih atas kerja samanya dalam mengerjakan tugas ini. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki.
Kami mohon saran dan kritiknya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman yang membacanya,


khususnya pada jurusan sosiologi.

penyusun
Pendahuluan

1. Latar belakang

Pemerkosaan adalah suatu tindakan kriminal atau kejahatan berwatak seksual,


yang terjadi tanda kehendak bersama dalam arti dipaksakan oleh satu pihak ke pihak
yang lainnya. Korbannya dapat berada di bawah ancaman fisik dan atau psikologis,
kekerasan, dan dalam keadaan tidak sadar dan tidak berdaya, dibawah umur, atau
mengalami keterbelakangan mental, atau dalam kondisi lain yang menyebabkan tidak
dapat menolak apa yang terjadi atau tidak dapat bertanggung jawab atas apa yang terjadi
padanya.

Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat
perhatian di kalangan masyarakat. Sering di koran atau majalah diberitakan terjadi
tindak pidana perkosaan. Dalam makalah ini kami mengambil salah satu tindak
pemerkosaan yang terjadi di Jakbar gerombolan sopir angkot yang paksa 7 ABG
berhubungan badan dan direkam.

Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak pidana ini sudah ada sejak dulu,
atau dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti
perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, ia akan selalu ada dan berkembang setiap
saat walaupun mungkin tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya.

Orang yang melakukan pemerkosaan pada wanita baik normal secara fisik maupun
nonfisik dan sehat secara mental maupun tidak itu sama saja tindakan yang tidak
bermoral. Hal itu perbuatan tercela yang dilaknat oleh Allah Swt.

Namun, dalam zaman yang makin berkembang maju saat pemerkosaan makin
meraja lela dimana-mana. Apalagi di ibu kota Jakarta. Hal inilah yang menjadi sebab
utama kelompok kami melakukan analisa pada kasus ini.
2. Rumusan Masalah

Dari kasus yang dipaparkan diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah kasus ini mampu dianalisa dengan teori moralitas Durkheim?

Kasus

Liputan6.com, Jakarta : Sungguh bejat kelakuan 6 sopir angkutan kota (angkot) di


Depok, Jawa Barat, ini. Mereka memaksa 7 anak baru gede (ABG) untuk berhubungan
badan. Parahnya, gerombolan sopir angkot durjana ini merekam adegan intim tersebut.

"Total korban yang disebutkan ada 7 nama. Ada 4 korban yang sudah diamankan,"
kata Kapolsek Sukmajaya, Depok, Kompol Agus Widodo saat dihubungi Liputan6.com
dari Jakarta, Rabu (20/11/2013).

Empat remaja wanita yang sudah diamankan polisi itu adalah RF (16), ASH (15),
CIS (17), dan RR (16). Tiga lainnya belum diketahui. "RF mengakui kalau memang sering
disuruh oleh inisial AS untuk berhubungan dengan para tersangka," tutur Agus.

Sementara, polisi sudah menangkap 4 sopir angkot yang memaksa para ABG ini
berhubungan badan. Mereka adalah AS (55), RD (23), DTH (18), dan SH (20). Dua lainnya
masih dicari oleh polisi.

Menurut Agus, kasus ini terbongkar setelah warga mencurigai para sopir kerap
membawa perempuan ke rumah AS. Polisi pun melakukan penyelidikan. Pada Selasa
malam kemarin, polisi menggerebek rumah AS. Benar saja, di rumah itu terdapat 4 sopir
angkot dan 2 ABG.

"Jadi setelah itu kita lakukan penyidikan di TKP dan di temukan memang ada 2
wanita," tutur Agus. (Eks)
Pembahasan

Teori yang digunakan

Teori moralitas (Emile Durkheim)

Emile Durkheim adalah tokoh yang sering disebut sebagai eksemplar dari lahirnya
teori fungsionalisme. Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar
belakang akademis dalam ilmu sosiologis.durkheim banyak melahirkan teori diantaranya
fakta sosial, solidaritas sosial, tipe bunuh diri, dan moralitas. Dari sekian banyak teori
yang dilahirkan oleh Durkheim, kelompok kami akan menggunakan teori Moralitas dari
Durkheim.

Moralitas sendiri bisa diartikan sebagai Arti Moralitas: Moralitas terdiri dari suatu
system

kaidah atau norma mengenai tindakan yang menentukan tingkah laku kita. Note:
Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bahwa kita harus bertindak pada situasi-situasi
tertentu, dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat terhadap kaidah
yang telah ditetapkan.

Moralitas ada dua dalam klasik yaitu moralitas teoritis dan moralitas terapan.
Tujuan moralitas teoritis adalah menyusun hukum umum moralitas. Sedangkan tujuan
moralitas terapan adalah menyelidiki bagaimana hukum tersebut diterapkan pada situasi
umum yang bermacam ragam ditemukan dalam hidup.

Dalam kenyataannya kita tidak mengatur perilaku kita berdasarkan pandangan-


pandangan teoritis atau kaidah umum, melainkan berdasakan kaidah khusus yang
diterapkan secara khusus pada situasi tertentu yang tercakup didalamnya.

Fungsi dari moralitas sendiri ada dua, yaitu:


1. Menentukan tingkah laku, menetapkannya, membatasi unsur yang bersifat semaunya
saja.
2. Pada dasarnya moralitas adalah sesuatu yang bersifat tetap dan sejauh kita tidak
berbicara mengenai jangka waktu yang terlalu panjang moralitas itu akan tetap sama
tidak berubah. Tindakan moral haruslah sama baik besok ataupun hari ini, apapun
kecenderungan pribadi dan pelakunya

Jadi moralitas bukan hanya sekedar sistem perilaku yang sudah merupakan
kebiasaan, melainkan suatu sistem perintah. Unsur lain dari moralitas selain unsur
keteraturan, pada dasar kehidupan moral terdapat makna otoritas.

Dalam moralitas terdapat 3 konsep, yaitu:

1. Disiplin
2. Ikatan pada kelompok
3. Otonomi

Analisis kasus dengan teori

Terdapat kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 6 sopir angkot kepada 7 anak
ABG yang terjadi di kota Depok, Jawa barat pada tanggal 20 november 2013. tindak
pidana perkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi:

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan
isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun.

Berdasarkan kasus diatas dapat dianalisis dengan menggunakan teori dasar


moralitas bahwa Moralitas terdiri dari suatu sistem kaidah atau norma mengenai tindakan
yang menentukan tingkah laku sesorang. Namun dalam kasus tersebut 6 sopir angkot
tersebut bertindak tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam undang-undang tersebut.
Dapat dikatakan bahwa 6 sopir angkot tersebut adalah manusia yang kurang bermoral,
karena seharusnya jika aturan telah dibuat maka tingkah laku seseorang harus sesuai
dengan kaidah atau aturan yang telah di buat dan di sepakati bersama.

Kesimpulan
Dari analisa kasus diatas dengan menggunakan teori moralitas Durkheim
maka dapat diambil kesimpulan jika dalam kasus ini mampu dianalisa dengan teori
Durkheim. Pelaku-pelaku dalam pemerkosaan itu mempunyai moral yang kurang. Karena
seharusnya jika aturan telah dibuat maka tingkah laku seseorang harus sesuai dengan
kaidah atau aturan yang telah di buat dan di sepakati bersama.

Daftar Pustaka

Ananta, widji. 2013. Gerombolan sopir angkot paksa 7 Abg berhubungan badan dan
direkam. Jakarta. http://liputan6.berita-gerombolan-sopir-angkot-paksa-7-abg-
berhubungan-badan-dan-direkam.ac/ diakses tanggal 3 desember 2013

Anonim. 2012. Pasal hukum pemerkosaan. Jakarta. http://pasal-hukum-


pemerkosaan.ac.id/

http://chooanna.blogspot.co.id/2014/04/analisis-kasus-pemerkosaan-dengan-
teori.html

Anda mungkin juga menyukai