Efektivitas Usia Layan Waduk Cirata Berdasarkan Laju Sedimentasi
Efektivitas Usia Layan Waduk Cirata Berdasarkan Laju Sedimentasi
SEDIMENTASI
DISUSUN OLEH :
Nanda Yogi Setiyanto
Insani Qori Aina
Yoga Kaloka
Ninin Hendika Agistina
Syihabuddin Al-Ansor
Abstrak ............................................................................................................................. .v
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR GRAFIK
iv
EFEKTIVITAS USIA LAYAN WADUK CIRATA BERDASARKAN LAJU
SEDIMENTASI
Nanda Yogi Setiyanto1* , Insani Qori Aina1 , Yoga Kaloka1 , Ninin Hendika Agistina1 , dan
Syihabuddin Al Ansor1
1)
Mahasiswa Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta,
Indonesia
4nandayogi@gmail.com
ABSTRAK
v
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waduk ini hanya mempunyai satu fungsi utama (single purpose) yaitu sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air. Air merupakan sumber energi utama yang digunakan
untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik sebanyak 8 unit. Oleh karena itu dibangun
Waduk Cirata seluas 62 Km2 dengan tampungan total 2.165.000.000 m3.
Salah satu parameter dari pengukuran usia layan bendung yaitu menggunakan
perhitungan laju sedimentasi pada waduk. Masalah pada sedimentasi terjadi karena
buruknya pengelolaan daerah aliran sungai pada bagian hulu. Jika sedimentasi tidak
sesuai dengan perhitungan dalam perencanaan bahkan cenderung mendekati 2 (dua)
kali lipatnya dari hasil perhitungan, maka usia layan waduk bisa berkurang sampai
setengahnya. Oleh karena itu diperlukan upaya upaya antisipasi guna memperpanjang
usia layan waduk dari bahaya pendangkalan akibat sedimentasi .
1
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a. Mengetahui usia waduk dengan menggunakan perhitungan hasil pemeruman.
b. Mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi besarnya laju
sedimentasi pada Waduk Cirata .
c. Memberikan solusi alternatif yang dapat digunakan untuk memperpanjang usia
layan dari Waduk Cirata .
Manfaat yang didapatkan dari penulisan ini berupa sumbangan pemikiran serta saran
yang diberikan untuk pengelolaan Waduk Cirata yang lebih baik. Agar usia layan waduk
bisa dimanfaatkan sesuai dengan perencanaan demi keberlangsungan hidup masyarakat
di sekitar waduk di masa mendatang.
a. Data yang digunakan adalah data hasil pemeruman dan sedimentasi Waduk
Cirata pada Inspeksi Besar 5 Tahunan Waduk Cirata tahun 2012.
b. Kondisi Sub-DAS Cimeta dianggap paling banyak terjadi sedimentasi.
c. Solusi yang diberikan hanya berupa saran , tanpa memperhitungkan metode
konstruksinya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode perhitungan, yaitu berdasarkan
rumus laju sedimentasi dan rumus hasil pemeruman. Pengukuran dengan laju
sedimentasi dimulai dengan mencari data kapasitas awal tampungan mati (dead storage)
dan data laju sedimentasi tahunan mulai dari tahun 1987-2012, selanjutnya dibandingkan
dengan hasil pengukuran hasil pemeruman yang dilakukan oleh Badan Pengelola Waduk
Cirata (BPWC).
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan yang dihasilkan oleh proses erosi yang
terbawa oleh suatu aliran air / angin pada suatu tempat yang kecepatannya lambat /
2
berhenti. Sedangkan menurut Robert J. Kodoatie (2010:162) Sedimentasi merupakan
proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material
tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang
tersangkut di tempat yang lain.
Einstein (1964) menyatakan bahwa dua kondisi harus dipenuhi oleh setiap partikel
sedimen yang melalui penampang melintang tertentu dari suatu sungai :
1. Partikel tersebut merupakan hasil erosi di daerah pengaliran di hilir potongan melintang
itu.
2. Partikel tersebut terbawa oleh aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang
melintang itu.
Kedua kondisi tersebut akan mempengauhi laju transpor sedimen dalam dua
kontrol besaran relatif : kapasitas transport berasal saluran dan ketersediaan material di
DAS (Einstein, 1964). Untuk tujuan rekayasa ada dua sumber sedimen yang terangkut
oleh sebuah sungai :
1. Material dasar pembentuk dasar sungai
2. Material halus yang datang dari tebing-tebing sungai dan daerah aliran sungai sebagai
muatan terhanyutkan (washload) (Richardson dkk, 1990).
3
B. Menentukan tingkat laju sedimentasi dengan rumus hasil pemeruman :
Vs
Sr = t2t1
Dimana :
Sr = tingkat laju sedimentasi waduk, dalam m3/tahun
Vs = volume sedimen yang diendapkan, dalam m3
t 2 = tahun terakhir pemeruman, dalam tahun
t 1 = tahun awal perencanaan, dalam tahun
Untuk menghitung perkiraan sisa umur layan waduk dapat dihitung dengan
Rumus (Laporan Inspeksi Besar 5 Tahun Waduk Cirata ) :
Va
Lt =
Sr
4
Dimana :
Lt = sisa umur layan waduk, dalam tahun
Va = volume waduk saat ini (aktual), dalam m3
Sr = tingkat laju sedimentasi waduk, dalam m3/tahun
D. Pemeruman
Pemeruman merupakan suatu metode pengukuran perubahan dasar waduk
dengan tujuan mengetahui hasil sedimen tahunan atau musiman . Volume waduk dapat
dihitung melalui peta kontur dengan cara interpolasi data kedalaman dan jarak-jarak
setiap jalur sesuai patok tetap. Besarnya sedimen yang terendam dalam waduk dapat di
ketahui dari perbandingan antara volume waduk saat pengukuran dan volume waduk dari
pengukuran sebelumnya. Perbandingan volume tersebut harus dihitung dengan
perbandingan volume yang sama. Sisa usia guna waduk cirata dapat diketahui dari
pengukuran laju sedimentasi yang didapat dari pengukuran hasil pemeruman.
5
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Studi
Waduk Cirata terletak di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered
Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Waduk Cirata terletak pada koordinat 6,5o LS 111o BT
sekitar 60 KM sebelah barat laut dari kota Bandung. Lokasi waduk terletak pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum, dan memiliki 4 Sub-DAS yaitu DAS Cimeta, DAS Cikundul,
DAS Cisokan, dan DAS Cibalagung. Luas daerah genangan 62 KM2, tampungan total
2.165.000.000 m3, tampungan banjir (El.+220~El+223) 192.000.000 m3, tampungan
efektif 1.177.000.000 m3, dan tampungan mati (Dead Storage) 988.000.000 m3.
6
3.2. Data
Data-data yang diambil antara lain :
3.2.1. Data hidrologi Waduk Cirata :
a. Curah Hujan 1988-2014.
b. Inflow 1988-2014.
c. Muka Air Waduk 1988-2014.
d. Outflow 1988-2014.
e. Sedimen 1988-2014.
3.2.2. Laporan sedimentasi Waduk Cirata.
3.2.3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
3.2.4. Peta.
3.2.5. Laporan inspeksi besar 5 tahunan Waduk Cirata.
7
4. ANALISA
4.1. Data Laju Sedimentasi Waduk Cirata Tahun 1988-2012
.Tabel 1. Nilai Laju Sedimentasi Waduk Cirata 1988 - 2012
1 1988-1997 5,2
2 1997-2000 5,3
3 2000-2007 11,85
4 2007-2012 8,6
Sumber : perhitungan laju sedimentasi BPWC
Tabel 2. Nilai Laju Sedimentasi Waduk Cirata Elevasi +185, +205, dan +220
1 + 220 7,566
2 + 205 5,951
3 + 185 3,663
Sumber : perhitungan laju sedimentasi BPWC
Grafik 1 Grafik 2
Penambahan sedimen pada elevasi +220 Penambahan sedimen pada elevasi +205
8
Grafik 3
Penambahan sedimen pada elevasi +185
Tabel 3. Nilai Laju Sedimentasi Waduk Cirata Pemeruman Tahun 2012
Volume Pengangguran
Elevasi
Perencanaan Pemeruman Kapasitas Tampungan
9
155 50 7,076 23,4 46,80
10
masyarakat di sepanjang wilayah Waduk Cirata, diperlukan adanya terobosan agar
dilakukan upaya pengelolaan Waduk Cirata khususnya pada bagian hulu DAS secara
terpadu. Diperlukannya penghijauan pada daerah resapan (catchment area), karena
seperti yang kita ketahui penyebab laju sedimentasi meningkat salah satunya adalah
erosi pada bagian hulu sungai yang mengakibatkan pengendapan di derah tersebut.
Oleh karena itu perlu diadakannya penghijauan agar tanah diderah yang ditanami
tersebut dapat menjadi tempat untuk derah resapan air agar tidak mudah tererosi
ataupun longsor.
Apabila rencana penghijauan sudah dilakukan , perlu juga dilakukan
pengelolaan untuk menjaga daerah tersebut. Misalnya harus dilakukan pengecekan
pada pohon itu , jangan sampai bagian dari pohon itu juga menjadi masalah pada
daerah aliran seperti : ranting pohon , daun maupun bagian pohon yang lain tersebut
mengotori daerah aliran dan membuat aliran mejadi tersumbat. Oleh karena itu
penghijauan perlu dilakukan untuk menjadi resapan air dan perlu juga dilakukan
pengelolaan yang baik.
b. Multi-Level Intake
Multi-Level intake ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk
memperpanjang usia layan pada waduk, dengan cara membuat intake baru yang
memiliki elevasi yang lebih tinggi dari elevasi intake awal pada waduk. Ilustrasi Multi-
Level intake dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
11
Gambar 4 Profil Memanjang Multi Level Intake
12
Dengan menggunakan Multi-Level intake ini, usia layan waduk dapat dikembalikan ke
semula menjadi :
- Mencari elevasi
Volume tampungan = usia layan waduk (2012)x laju sedimentasi (2012)
= 76 tahun x 8,6 Juta m3/tahun
= 653,6 Juta m3
c. Sabo Dam
Sabo dam berfungsi untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara
fluvial dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke
hilir tidak berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan
seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran air sungainya, sehingga
sedimentasi pada daerah kipas pengendapan dapat dihindarkan.
Sabo Dam untuk waduk cirata rencananya akan dibangun di Sub DAS Cimeta
yang merupakan Sub DAS dengan tingkat sedimentasi yang paling tinggi.
Dengan dibangunnya Sabo Dam di Sub DAS Cimeta diharapkan laju
sedimentasi pada waduk cirata dapat berkurang sehingga usia layan waduk
cirata tidak cepat berkurang.
13
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Waduk Cirata mengalami penurunan usia layanannya karena laju sedimentasi saat
ini lebih tinggi dari laju sedimentasi rencana.
2. Waduk Cirata direncanakan memiliki usia layan selama 100 tahun
3. Hasil pemeruman tahun 2012, sisa usia layan waduk cirata tinggal 43 tahun lagi
artinya Usia Layan Waduk Cirata Lebih Pendek dari perencanaan
4. Usia Layan Waduk Cirata setelah menggunakan solusi intake ditinggikan
elevasinya (multi-level intake) menjadi +194 m adalah 76 tahun dari tahun 2012
Artinya Usia Layan Waduk Cirata bisa kembali ke Usia Layan Rencana
5.2. SARAN :
Dengan segala masalah yang dialami waduk cirata terutama masalah sedimentasi ,
saran yang diberikan oleh penulis adalah :
1. Membangun intake baru dengan elevasi yang lebih tinggi (multi-level intake).
2. Membangun Sabo Dam pada Sub-DAS Cimeta.
3. Melakukan penghijauan kembali hutan di hulu DAS.
4. Memperketat aturan hukum dalam penebangan pohon secara ilegal di hulu DAS.
14
DAFTAR PUSTAKA
15