LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan amanat RPJPN 2019-2025 dan RPJMN 2020-2024, Pemerintah melalui
program pembangunan nasional dan pencapaian SDGs Tahun 2030, menetapkan bahwa pada
tahun 2024, Indonesia dapat menyediakan 100% layanan air minum yang layak dan 90% sanitasi
layak untuk seluruh rakyat Indonesia. Diantara masyarakat yang belum terlayani, masyarakat
berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran kota termasuk kelompok yang paling minim
dalam mendapatkan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak. Upaya perwujudan
100% akses air minum dan sanitasi ini juga merupakan implementasi Pasal 12 Ayat 1 UU No 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, bahwa pelayanan air minum dan sanitasi merupakan
kewenangan daerah dan menjadi urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Pada
pasal lainnya, yaitu Pasal 298 Ayat 1 disebutkan bahwa belanja daerah diprioritaskan untuk
mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan
standar pelayanan minimal (SPM).
Penyusunan Laporan Akhir pekerjaan penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah, adalah memberikan gambaran yang
jelas dan lengkap tentang Review Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kabupaten Blora Tahun 2014-2028, agar upaya pengelolaan sumberdaya air secara
terpadu, efisien dan berkelanjutan (suistanable) yang dapat memenuhi kebutuhan air untuk
kegiatan manusia, meliputi: Identifikasi permasalahan Pengembangan SPAM di Kabupaten
Blora; Tersedianya sumber-sumber air baku yang bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih yang bersumber dari air permukaan, air tanah dangkal dan air tanah dalam
serta mata air; Identifikasi kebutuhan Pengembangan SPAM di Kabupaten Blora (unit air baku,
produksi, transmisi dan distribusi, dan cakupan pelayanan); Tersusunnya strategi dan program
Pengembangan SPAM di Kabupaten Blora (pola investasi dan pembiayaan, tahapan
pembangunan SPAM).
Diharapkan penyusunan RISPAM Kabupaten Blora dapat terlaksana sebagaimana
mestinya dalam rangka mendukung pencapaian target pelayanan air minum secara nasional,
sekaligus dapat memberikan pelayanan prima di bidang air minum, secara bertahap, terarah, dan
komprehensip sesuai prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Blora.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM ........................ 7-1
7.1 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah ....................................................................... 7-1
7.1.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Blora ......................... 7-1
7.1.2 Struktur Tata Ruang .................................................................................................. 7-3
7.1.3 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah .......................................................................... 7-10
7.2 Pengembangan Wilayah/Daerah Pelayanan ..................................................................... 7-19
7.2.1 Skenario Sistem Pelayanan...................................................................................... 7-22
7.2.2 Sistem Jaringan Sumberdaya Air ............................................................................ 7-24
7.3 Tingkat Pelayanan............................................................................................................. 7-27
7.4 Rencana Pentahapan Pengembangan SPAM .................................................................... 7-30
7.4.1 Rencana Pengembangan SPAM Perkotaan ............................................................. 7-30
7.4.2 Rencana Pengembangan SPAM Perdesaan ............................................................. 7-32
7.4.3 Rekomendasi Khusus .............................................................................................. 7-47
7.5 Kebutuhan Air................................................................................................................... 7-57
7.5.1 Klasifikasi Pelanggan .............................................................................................. 7-57
7.5.2 Kebutuhan Air Domestik......................................................................................... 7-58
7.5.3 Kebutuhan Air Non Domestik ................................................................................. 7-58
7.5.4 Kehilangan Air ........................................................................................................ 7-59
7.5.5 Rekapitulasi Kebutuhan Air .................................................................................... 7-60
7.6 Alternatif Rencana Pengembangan ................................................................................... 7-61
7.7 Penurunan Tingkat Kebocoran ......................................................................................... 7-85
7.7.1 Penurunan Kebocoran Teknis.................................................................................. 7-86
7.7.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis.......................................................................... 7-87
7.8 Potensi Sumber Air Baku ................................................................................................. 7-88
7.8.1 Perhitungan Water Balance ..................................................................................... 7-88
7.8.2 Rekomendasi Sumber Air yang Digunakan ............................................................ 7-90
7.9 Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi......................................................... 7-97
7.9.1 Potensi Pencemaran Air Baku ................................................................................. 7-97
7.9.2 Rekomendasi Penguasaan dan Pengamanan Sumber Air Baku .............................. 7-99
7.10 Perkiraan Kebutuhan Biaya ............................................................................................ 7-102
DAFTAR TABEL
Tabel 3 9 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2011 3-16
Tabel 3 10 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2012 3-16
Tabel 3 11 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2013 3-17
Tabel 3 12 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2014 3-18
Tabel 3 13 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2015 3-18
Tabel 3 14 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2017 3-18
Tabel 3 15 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2018 3-19
Tabel 3 16 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2019 3-20
Tabel 3 17 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2020 3-20
Tabel 3 18 DAK Kabupaten Blora Tahun 2015 3-21
Tabel 3 19 DAK Kabupaten Blora Tahun 2017 3-22
Tabel 3 20 DAK Kabupaten Blora Tahun 2018 3-22
Tabel 3 21 DAK Kabupaten Blora Tahun 2019 3-22
Tabel 3 22 Sumur Dalam di Wilayah Rawan Kekeringan 3-24
Tabel 3 23 Pelayanan Air Minum BUKS Di Kabupaten Blora 3-24
Tabel 3 24 Jaringan Perpipaan (PDAM,BPSPAM) 3-25
Tabel 3 25 Penduduk yang Akses Air Minum 3-26
Tabel 3 26 Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Gali Terlindung 3-27
Tabel 3 27 Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Gali Dengan Pompa 3-27
Tabel 3 28 Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Bor Dengan Pompa 3-28
Tabel 3 29 Bukan Jaringan Perpipaan Terminal Air 3-29
Tabel 3 30 Bukan Jaringan Perpipaan Mata Air Terlindung 3-30
Tabel 3 31 Bukan Jaringan Perpipaan Penampungan Air Hujan 3-30
Tabel 3 32 Aspek Keuangan 3-32
Tabel 3 33 Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kerja KPSPAMS 3-37
Tabel 3 34 Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM 3-44
Tabel 4 1 Tingkat Pemakaian Air Non Domestik 4-4
Tabel 4 2 Rekomendasi International Water Associations Untuk Istilah 4-6
Tabel 4 3 Lingkup Pekerjaan Survey Air Baku 4-8
Tabel 4 4 Kriteria Teknis Pipa Transmisi 4-11
Tabel 4 5 Kriteria Teknis Pipa Distribusi 4-14
Tabel 4 6 Matriks Kriteria Utama Penyusunan RISPAM Untuk Berbagai Klasifikasi 4-18
Kota
Tabel 5 1 RTRW Kabupaten Blora Tahun 2021-2041 5-1
Tabel 5 2 Rata – Rata Laju Pertumbuhan Penduduk 5-28
Tabel 5 3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Blora 5-29
Tabel 5 4 Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perkotaan 5-31
Tabel 5 5 Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perdesaan 5-33
Tabel 6 1 Sungai di Kabupaten Blora 6-2
Tabel 6 2 Waduk dan Embung yang ada di Kabupaten Blora 6-5
Tabel 6 3 Sumber Air yang ada di Kabupaten Blora 6-6
Tabel 6 4 Sumber Air dari Mata Air 6-9
Tabel 6 5 Potensi Air Tanah Kecamatan Blora 6-11
Tabel 6 6 Potensi Air Tanah Kecamatan Cepu 6-11
Tabel 6 7 Potensi Air Tanah berdasarkan lintasan Geolistrik Kecamatan Kunduran 6-12
Tabel 7 25 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-77
III Kecamatan Kradenan
Tabel 7 26 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-78
III Kecamatan Randublatung
Tabel 7 27 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-79
IV Kecamatan Japah
Tabel 7 28 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-81
IV Kecamatan Kunduran
Tabel 7 29 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-82
IV Kecamatan Ngawen
Tabel 7 30 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona 7-83
IV Kecamatan Todanan
Tabel 7 31 Debit Air Saat Musim Hujan dan Kemarau 7-88
Tabel 7 32 Debit Air Baku Existing Yang Belum Dimanfaatkan 7-88
Tabel 7 33 Idle Capacity 7-89
Tabel 7 34 Sumber Potensial 7-89
Tabel 7 35 Tahapan Pelaksanaan Program PSAB 7-101
Tabel 7 36 Kebutuhan Pengembangan Periode I (2022 – 2026) 7-103
Tabel 7 37 Kebutuhan Pengembangan Periode II (2027 – 2031) 7-105
Tabel 7 38 Kebutuhan Pengembangan Periode III (2032 – 2036) 7-106
Tabel 8 1 Pembiayaan Pembangunan SPAM PDAM Sesuai Tahapan 8-4
Tabel 8 2 Pembiayaan Pembangunan SPAM Non - PDAM Sesuai Tahapan 8-5
Tabel 8 3 Perkiraan Porsi Pembiayaan Pengembangan RI-SPAM Kabupaten Blora 8-13
Dari Berbagai Sumber
Tabel 8 4 Harga Air pada saat B=C 8-16
Tabel 8 5 Rekapitulasi Analisis Sensivitas 8-17
Tabel 9 1 Alternatif Lembaga Penyelenggaraan SPAM 9-2
Tabel 9 2 Perbandingan PDAM,UPTD dan BLUD 9-2
Tabel 9 3 Usulan Kegiatan Pelatihan 9-15
DAFTAR GAMBAR
1 BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, pemerintah
menargetkan adanya peningkatan akses sanitasi dan air minum yang layak dan berkelanjutan.
Dalam RPJMN tahun 2020-2024 menargetkan di tahun 2024 terdapat 100% rumah tangga yang
sudah memiliki akses air minum layak dan 90% rumah tangga dengan sanitasi yang layak dan
aman. Dari 90% akses sanitasi tersebut, sudah mencakup 20% aman dengan praktik buang air besar
sembarangan (BABS) di tempat terbuka mencapai 0%. Sementara, akses air minum layak
ditargetkan mencapai 100% sudah mencakup 30% akses perpipaan dan 15% akses air minum aman.
RPJMN 2020-2024 akan mendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) menargetkan akses air minum dan
sanitasi yang layak sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk peningkatkan
kualitas kesehatan, pencegahan stunting, penghapusan kemiskinan, serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Isu sanitasi dan air bersih sangat jarang dianggap sebagai isu yang penting di
beberapa daerah karena biasanya yang jadi perhatian daerah adalah infrastruktur. Padahal secara
global, air bersih dan sanitasi telah masuk ke dalam 17 Tujuan SDGs, yaitu pada Tujuan 6: Air
Bersih dan Sanitasi Layak. Akses universal air minum aman dan terjangkau tidak hanya dicapai
dengan peningkatan sanitasi layak, tetapi juga dengan penghentian praktik Buang Air Besar
Sembarangan (BABS), pengelolaan sampah yang baik, serta pengurangan air limbah yang tidak
diolah. Jika hal-hal itu terus kita perhatikan, kita akan mendapatkan akses hunian yang layak, aman,
dan terjangka. Untuk mencapai target RPJMN 2020-2024 serta SDGs 2030 yakni tersedianya akses
air bersih dan sanitasi layak bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi
masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah
Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam
pengembangan sosial ekonomi mayarakat dan pembangunan wilayah. Menilik dari permasalahan
belum meratanya pelayanan air bersih dan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan
prasarana air minum yang terjadi di masalampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut secara sistemik.
Di sisi lain, kondisi geografis, topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia
yang berbeda di setiap wilayah di Kabupaten Blora, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi
pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu
dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaanair minum bagi masyarakat
sesuai dengan tipologi dan kondisi diwilayah tersebut. RISPAM merupakan jawaban bagi dasar
penyelenggaraan dan pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya
RISPAM, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum yang berkelanjutan pengelolaan yang baik untuk mengelola sumber air baku tersebut agar
dapat memenuhi kebutuhan air minum di Kabupaten Blora. Kewajiban menyusun RISPAM adalah
merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
Pada tahun 2021 ini Kabupaten Blora akan Penyusunan Dokumen RISPAM yang
dimaksudkan untuk memutakhirkan perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum yang
sudah ada sebelumnya yang merupakan pembaharuan dari dokumen RISPAM Kabupaten Blora
Tahun 2014-2028. Review Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Blora Tahun 2014-2028 secara umum sebagai petunjuk, arahan dan pedoman bagi
pemerintah Kabupaten Blora dalam pengembangan sistem penyediaan air minum demi
mendapatkan suatu rumusan kebijakan, rencana dan program pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum diwilayah Kabupaten Blora yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah, baik secara
teknis, keuangan, kelembagaan, maupun secara sosial budaya.
3. Pemutakhiran program yang dibutuhkan untuk pencapaian target pelayanan SPAM yang
terukur pada setiap tahapan rencana (per 5 tahun).
4. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam upaya
mengembangkan prasarana dan sarana air minum di Kabupaten Blora melalui program yang
terpadu dan berkelanjutan.
5. Mengevaluasi, updating data dan informasi terbaru mengenai kebutuhan air masyarakat dan
keberadaan sumber air di Wilayah Kabupaten Blora.
6. Mengevaluasi potensi sumber air baku bagi penyediaan air bersih yang bersumber dari air
permukaan, air tanah dangkal dan air tanah dalam serta mata air di Kabupaten Blora.
7. Menganalisa kebutuhan investasi dalam penyediaan sarana air bersih
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini yaitu menghasilkan Review Dokumen Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Blora Tahun 2014-2028, adalah:
1. Tersedianya pedoman bagi pengambilan dan pemanfaatan sumber air bersih.
2. Terpenuhinya kebutuhan air bersih dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan air minum bagi masyarakat sepanjang tahun.
3. Tersedianya pedoman pengembangan SPAM di Kabupaten Blora hingga (periode 20 tahun).
Sasaran
Berdasarkan Maksud dan Tujuan tersebut diatas, maka sasaran kegiatan ini adalah untuk
memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang Review Dokumen Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Blora Tahun 2014-2028, agar upaya pengelolaan
sumberdaya air secara terpadu, efisien dan berkelanjutan (suistanable) yang dapat memenuhi
kebutuhan air untuk kegiatan manusia, meliputi:
1. Identifikasi permasalahan Pengembangan SPAM di Kabupaten Blora.
2. Tersedianya sumber-sumber air baku yang bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih yang bersumber dari air permukaan, air tanah dangkal dan air tanah dalam serta mata
air.
3. Identifikasi kebutuhan Pengembangan SPAM di Kabupaten Blora (unit air baku, produksi,
transmisi dan distribusi, dan cakupan pelayanan);
4. Tersusunnya strategi dan program Pengembangan SPAM di Kabupaten Blora (pola investasi
dan pembiayaan, tahapan pembangunan SPAM).
Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup Kegiatan Penyusunan Review Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan
Air Minum (RISPAM) Kabupaten Blora Tahun 2014-2028 meliputi:
1. Melaksanakan koordinasi, mengumpulkan data dan konsultasi kepada instansi terkait
2. Menganalisis kinerja badan pengelola air minum daerah
3. Menganalisis kondisi eksisting SPAM untuk mengetahui kebutuhan rehabilitasi dalam rangka
pelayanan air minum
4. Melaksanakan identifikasi potensi Penyelenggaraan pelayanan air minum dan potensi air
baku.
5. Melaksanakan survey sosial, ekonomi masyarakat.
6. Membuat proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan hasil survey kebutuhan nyata (real
demand survey), kriteria dan standar pelayanan.
7. Membuat skematisasi pemakaian air dan hidrolis rencana Penyelenggaraan sistem jaringan
pipa eksisting dan perencanaan jaringan pipa pada SPAM baru.
8. Mengkaji pilihan SPAM yang paling ekonomis dari investasi, serta operasi dan pemeliharaan
untuk pembangunan SPAM baru.
9. Melaksanakan kajian keterpaduan perencanaan Penyelenggaraan SPAM dengan sanitasi.
10. Menyusun strategi dan program Penyelenggaraan pelayanan air minum dengan pola investasi
dan pemeliharaannya.
11. Menyusun materi rencana induk air minum dengan memperhatikan rencana pengelolaan
sumber daya air, rencana tata ruang wilayah, kebijakan dan strategi Penyelenggaraan SPAM.
Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi wilayah perencanaan, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Blora yang
terdiri dari 16 kecamatan, 24 kelurahan, dan 271 desa.
Lingkup Substansi
Mengacu pada tata cara utama penyusunan rencana induk pengambangan SPAM seperti
tertuang pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum, muatan Penyusunan Review Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan
Air Minum (RISPAM) Kabupaten Blora Tahun 2014-2028 sekurang-kurangnya mencakup
beberapa hal di bawah ini:
1 Rencana Umum, yang meliputi:
- Evaluasi kondisi Kabupaten Blora, yang bertujuan untuk mengetahui karakter dan fungsi
strategis Kabupaten Blora dalam konteks regional dan nasional
- Evaluasi kondisi eksisting SPAM, yang dilakukan dengan menginventarisasi peralatan dan
perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting
2 Rencana Jaringan, meliputi sistem perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi.
Sistem distribusi meliputi reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak, baik untuk SPAM
jaringan perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan.
3 Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana induk meliputi identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan kebutuhan air dan identifikasi air
baku.
4 Kriteria dan standar pelayanan, mencakup kriteria teknis yang dapat diaplikasikan dalam
perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data hasil survei maka kriteria
teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat
pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke
pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.
5 Rencana sumber dan alokasi air baku. Dari sekitar sumber banyak air baku yang ada, dibuat
skala prioritas penggunaan sumber air tersebut, dan harus sudah mendapat izin tertulis
(SIPA/surat izin pemakaian air) dari instansi terkait. Kebutuhan kapasitas air baku disusun
untuk menentukan rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang
direncanakan. Kebutuhan kapasitas sumber air baku ditentukan berdasarkan kebutuhan air.
6 Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) sanitasi, meliputi:
- identifikasi potensi pencemar air baku
- identifikasi area perlindungan air baku
- proses pengolahan buangan dari IPA
7 Rencana pembiayaan dan pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan
pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh komponen pekerjaan
perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pajak, pembebasan tanah, dan perizinan.
8 Rencana pengembangan kelembagaan. Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur
organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9 Rekomendasi kebijakan terkait pengembangan SPAM di Kabupaten Blora.
Keluaran
Dari pekerjaan ini diharapkan indikator keluaran yang dihasilkan adalah buku laporan dan
buku Draft/Konsep Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum yang siap ditindaklanjuti
Pemerintah Kabupaten Blora menjadi dokumen legal Rencana Induk Pengembangan SPAM.
Dokumen Rencana Induk Pengembangan SPAM (RI-SPAM) yang susunannya terdiri dari:
1. Rencana Umum
2. Rencana Jaringan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Rencana Program dan Pengembangan SPAM untuk Jangka Pendek (1-2 tahun), Jangka
4. Menengah (5 tahun), dan Jangka Panjang (20 tahun).
5. Rencana Sumber Air Baku dan Alokasi Air Baku
6. Rencana Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi
7. Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi Pengembangan SPAM
8. Rencana Pengembangan Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM
9. Peta sumber dan alokasi air baku serta Rencana Sistem Jaringan dalam GIS dan JPEG/PDF
Selanjutnya di bahas pula standar kebutuhan air yaitu kebutuhan domestik dan
kebutuhan non domestik. Periode perencanaan dan kriteria daerah pelayanan.
BAB 5 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai arah perkembangan kota, rencana
daerah pelayanan, proyeksi jumlah penduduk, dan proyeksi kebutuhan air
minum.
BAB 6 POTENSI AIR BAKU
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai potensi air permukaan, potensi air
tanah, neraca air, alternatif sumber air baku dan perizinan
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai kebijakan, struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah, renacana sistem pelayanan, rencana pengembangan
SPAM dan Kapasitas sistem dan perkiraan kebutuhan biaya.
BAB 8 ANALISA KEUANGAN
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai kebutuhan investasi, sumber dan
pola pendanaan, dasar penentuan asumsi keuangan, analisis kelayakan keuangan
BAB 9 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR MINUM
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai lembaga penyelenggara SPAM,
struktur organisasi, kebutuhan SDM, Rencana pengembangan SDM.
Kabupaten Blora yang luasnya sekitar 195.582.19 hektar terdiri dari 16 kecamatan, 24
kelurahan, dan 271 desa dengan perincian sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2-1 Pembagian dan Luas Wilayah Kabupaten Blora
Jumlah Luas Wilayah
No Kecamatan
Kelurahan Desa Total (ha)
1. Jati 0 12 12 21.537,66
2. Randublatung 2 16 18 23.591,82
3. Kradenan 0 10 10 11.204,35
4. Kedungtuban 0 17 17 10.845,22
5. Cepu 6 11 17 4.903,85
6. Sambong 0 10 10 10.267,78
7. Jiken 0 11 11 16.539,96
8. Bogorejo 0 14 14 6.082,15
9. Jepon 1 24 25 11.918,93
10. Blora Kota 12 16 28 7.232,53
11. Banjarejo 0 20 20 11.064,08
12. Tunjungan 0 15 15 8.935,97
13. Japah 0 18 18 12.922,56
14. Ngawen 2 27 29 10.486,11
15. Kunduran 1 25 26 12.472,27
16. Todanan 0 25 25 15.576,80
Iklim
Berdasar data Klimatologi, kondisi iklim Kabupaten Blora merupakan iklim tropis dengan
dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai
dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret.
Banyaknya hari dan curah hujan selama tahun 2020 relatif lebih banyak dibanding dengan tahun
sebelumnya. Selama tahun 2020, curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebanyak 3.941mm,
untuk hari hujan terbanyak terdapat pada bulan Januari dan Desember sebanyak 14 hari. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel curah hujan dan jumlah hari hujan di Kabupaten Blora di
bawah ini.
Tabel 2-2 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Kabupaten Blora
Curah Hujan Jumlah Hari
No. Bulan
(mm) Hujan (hari)
1 Januari 3.284 14
2 Februari 3.941 12
Kemiringan Lereng
Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian
antara 25-500 mdpl, dengan ketinggian terendah berada di Kecamatan Cepu dan tertinggi berada
di Kecamatan Todanan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan, pegunungan,
lembah, dan gunung dengan kelerengan 0-2 % sebesar 35,06 %, 2-5 % sebesar 12,81 %, 5-15 %
sebesar 43,64 %, 15-40 % sebesar 8,27 %, dan >40 % sebesar 0,22 %.
Geologi
Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 % tanah gromosol, 39 % mediteran, dan
5 % alluvial. Kawasan Karst yang ada di Kabupaten Blora meliputi Kawasan Bentang Alam
Karst Sukolilo dengan luas kurang lebih 753 hektar yang berada di Kecamatan Kunduran dan
Kecamatan Todanan. Kabupaten Blora mempunyai potensi tambang yang tersebar di seluruh
wilayah kabupaten, antara lain: batu gamping, batu lempung / tanah liat, pasir kuarsa, phospat,
ball clay, dan gypsum.
Hidrogeologi
Kabupaten Blora termasuk dalam wilayah aliran Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratun
Seluna, sub DAS Lusi dan Sub DAS Juana serta DAS Bengawan Solo. Sub DAS Lusi meliputi
Kecamatan Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Ngawen, Kunduran dan Todanan bagian
selatan. Sub DAS Juana meliputi Kecamatan Todanan bagian Utara. Sedangkan DAS Bengawan
Solo meliputi Kecamatan Sambong, Cepu, Kedungtuban, Kradenan, Randublatung dan Jati.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Blora tahun 2020 paling besar adalah kawasan hutan,
sebesar 90.426,81 hektar atau sekitar 46 % dari total wilayah. Luas sawah sebesar 60.266,10
hektar atau sekitar 31 %. Sedangkan untuk bangunan dan pekarangan hanya 25.363,04 hektar
atau sekitar 13%. Secara lengkap penggunaan lahan di Kabupaten Blora tersaji pada Tabel
berikut
Tabel 2-3 Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2016-2020
Luas (ha)
No. Jenis Penggunaan Lahan
2016 2017 2018 2019 2020
A. Lahan Sawah 45.948,191 45.948,191 60.266,10 60.266,10 45.885,15
1. Irigasi teknis 7.449,000 7.449,000 N/A N/A 7.449
2. Irigasi setengah teknis 967,000 967,000 N/A N/A 967
3. Irigasi sederhana 4.114,000 4.114,000 N/A N/A 4.114
4. Irigasi desa/Non PU 1.640,000 1.640,000 N/A N/A 1.640
5. Tadah hujan 29.522,191 29.522,191 N/A N/A 24.459,13
6. P2AT 2.256,000 2.256,000 N/A N/A 2.256,01
B. Lahan Bukan Sawah 136.110,604 136.110,604 135.316,09 135.316,09 135.316,09
1. Bangunan dan pekarangan 17.049,323 17.049,323 25.363,04 25.363,04 25.363,04
2. Tegal/kebun 26.188,372 26.188,372 15.708,30 15.708,30 15.708,30
3. Waduk 56,962 56,962 331,41 331,41 331,41
4. Hutan 90.416,521 90.416,521 90.426,81 90.426,81 90.426,81
5. Perkebunan 4,000 4,000 0 0 0
6. Lainnya 2.395,43 2.395,43 3.486,52 3.486,52 3.486,52
Jumlah (A+B) 167.867,192 182.058,797 195.582,19 195.582,19 195.582,19
Sumber: Sistem Informasi Pemerintahan Daerah, 2020
Persampahan
Prasarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Blora merupakan infrastruktur
lingkungan yang terdiri dari truk sampah, truk container, container, gerobak sampah, tempat
pembuangan sementara (TPS), transfer depo, tempat pemrosesan akhir (TPA), truk tinja, dan alat
berat. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Blora dapat dikatakan belum terkelola dengan
baik, serta belum adanya pengelolaan sampah yang terpadu dan kondisi TPA yang masih open
dumping. Berikut jumlah prasarana pengelolaan persampahan Kabupaten Blora dan volume
sampah rata-rata per hari yang dihimpun dari tahun 2019, serta persentase komposisi sampah di
Kabupaten Blora Tahun 2019.
Tabel 2-6 Jumlah Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Blora tahun 2019
No Kecamatan Jumlah
1 Dump/Truk Sampah 3
2 Truk Kontainer 4
3 Kontainer 46
4 Gerobak dan Becak Sampah 16
5 Tempat Pembuangan Sementara 0
6 Tempat Pembuangan Akhir 2
7 Truk Tinja 1
8 Transfer Depo 5
9 Instalasi Pengolah Limbah Tinja 1
10 Landasan Kontainer 30
Jumlah 118
Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten. Blora
Tabel 2-7 Volume Sampah Rata-rat per Hari di Kabuparen Blora tahun 2019
Jumlah
No Uraian
Blora Cepu
1 Produksi 193,40 151,06
2 Terangkut 163,71 58,88
Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten. Blora
Tabel 2-8 Persentase (%) Komposisi Sampah Kabupaten Blora Tahun 2019
No Jenis Sampah Jumlah
1 Kertas 12,00
2 Kayu 0,15
3 Kain 0,31
4 Karet/Kulit 0,18
5 Plastik 9,39
6 Metal/Logam 0,63
7 Gelas/Kaca 0,14
8 Organik 76,10
9 Lainnya 1,10
Jumlah 100,00
Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten. Blora
Drainase
Kondisi drainase di Kabupaten Blora menunjukan peningkatan. Panjang drainase kondisi
baik tahun 2016 sebesar 201,5 km meningkat tahun 2020 menjadi 580 km.
Listrik
Jaringan listrik/ energi yang terdapat di Kabupaten Blora ditunjukkan dengan ketersediaan
sumber penerangan di seluruh kecamatan. Sumber penerangan tersebut antara lain PLN, listrik
non PLN, dan lainnya. Hal ini juga menunjukkan sejauh mana tingkat pelayanan listrik PLN.
Jaringan listrik di Kabupaten Blora ditunjukkan oleh data Kabupaten Blora dalam angka tahun
2021 berupa jumlah pelanggan listrik PLN, seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 2-9 Jumlah Pelanggan Jaringan Listrik Kabupaten Blora
Jumlah
No Kecamatan
Pelanggan
1 Jati 14.133
2 Randublatung 18.101
3 Kradenan 8.022
4 Kedungtuban 15.060
5 Cepu 27.592
6 Sambong 6.082
7 Jiken 10.281
8 Bogorejo 8.744
9 Jepon 17.580
10 Blora 29.558
11 Banjarejo 15.262
12 Tunjungan 17.433
13 Japah 8.253
14 Ngawen 15.879
15 Kunduran 19.653
16 Todanan 17.024
Kabupaten Blora 248.657
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka, 2021
Telepon
Jaringan telekomunikasi merupakan salah satu jaringan infrastruktur penting lainnya,
karena jaringan ini dapat menghubungkan antara satu orang dengan orang lainnya bahkan di dua
tempat yang berbeda dan berjauhan. Jaringan telepon kabel maupun maupun jaringan telepon
selular menjadi alat telekomunikasi utama di Kabupaten Blora, namun jaringan telepon kabel
semakin jarang digunakan karena telepon seluler dianggap lebih praktis.
Tabel 2-10 Distribusi Jaringan Telekomunikasi di kabupaten Blora
No Kecamatan Pemerintah PN/PT Swasta Jumlah
1 Jati 9 8 125 142
2 Randublatung 13 12 1.152 1.177
3 Kradenan 0 0 5 5
4 Kedungtuban 13 13 389 415
5 Cepu 86 92 4.218 4.396
6 Sambong 9 13 496 518
7 Jiken 12 12 319 343
8 Bogorejo 0 0 0 0
9 Jepon 29 6 483 518
10 Blora 121 38 2.685 2.844
11 Banjarejo 9 4 258 271
12 Tunjungan 0 0 0 0
13 Japah 0 0 0 0
14 Ngawen 30 2 832 864
15 Kunduran 7 8 105 120
16 Todanan 0 0 0 0
Jumlah 338 208 11.067 11.613
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka, 2021
Obyek Wisata
Urusan pariwisata menjadi pintu gerbang promosi/pemasaran terhadap jasa-jasa
wisata/obyek wisata yang berkembang di masyarakat. Empat pilar utama dalam pengembangan
kepariwisataan meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan
pariwisata untuk senantiasa diupayakan penanganan yang terpadu lintas sektor, sehingga dapat
menggambarkan satu bentuk daya tarik yang sinergi dalam menarik wisata, tidak terkecuali
budaya/seni tradisi yang masih sangat membutuhkan sentuhan dan dukungan prasarana lebih
lanjut. Pembangunan pariwisata memiliki posisi strategis karena pariwisata memiliki daya ungkit
tinggi terhadap perekonomian lokal dan provinsi. Pelaksanaan urusan pariwisata di tingkat
kabupaten berdasarkan lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, memiliki kewenangan yaitu mencakup : Pengelolaan daya tarik wisata kabupaten/kota,
Tahun
No. Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
10. Blora 103.666 104.113 49.033 96.522 98.155
11. Banjarejo 68.519 69.184 64.059 65.454 65.861
12. Tunjungan 52.418 52.921 63.137 50.043 50.706
13. Japah 38.905 39.208 68.994 37.224 37.759
14. Ngawen 68.640 69.219 65.047 64.416 65.212
15. Kunduran 73.940 74.472 25.501 70.245 71.233
16. Todanan 70.848 71.451 36.696 66.837 67.924
Jumlah 991.201 997.832 906.380 925.642 938.814
Sumber: Sistem Informasi Pemerintahan Daerah, 2020
Jumlah penduduk Kabupaten Blora pada Tahun 2020 jika dikategorikan menurut
kelompok umur relatif merata pada setiap kelompok umur, dan mengalami penurunan pada
kelompok umur 60- 64 sampai dengan 75 tahun ke atas. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
penduduk Kabupaten Blora didominasi penduduk usia produktif (15-64 tahun). Secara rinci
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2-14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Blora
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0–4 27.897 26.804 54.701
2 5–9 31.642 30.393 62.035
3 10–14 34.340 32.430 66.771
4 15–19 36.995 34.562 71.557
5 20–24 35.889 33.684 69.573
6 25–29 34.754 33.592 68.346
7 30–34 34.668 34.782 69.450
8 35–39 34.216 34.685 68.901
9 40–44 35.386 36.138 71.524
10 45–49 33.334 33.921 67.254
11 50–54 31.643 33.242 64.886
12 55–59 29.384 30.126 59.511
13 60–64 24.336 24.672 49.008
14 65–69 18.568 18.486 37.054
15 70–74 10.311 10.784 21.095
16 75+ 9.794 14.181 23.975
Kabupaten Blora 463.157 462.484 925.641
Sumber: Sistem Informasi Pemerintahan Daerah, 2020
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif di Kabupaten
Blora lebih besar daripada jumlah usia non produktif. Jumlah usia produktif (15-59 tahun)
sebanyak 66,01%, sedangkan usia non produktif (0-14 tahun) sebanyak 19,82% dan usia non
produktif (60 – 75+ tahun ke atas) sebanyak 14,17%. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
ketergantungan penduduk usia tua terhadap penduduk usia produktif cenderung tinggi. Hal ini
menunjukkan jumlah ketersediaan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora tinggi. Dilihat dari
data diatas Kabupaten Blora mempunyai Bonus demografi yang bisa dijadikan peluang untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora melalui pengelolaan dan peningkatan
sumber daya manusia terutama pada usia produktif dan menciptakan lapangan kerja baru melalui
peningkatan UMKM, kemudahan investasi, permodalan, serta menggerakkan ekonomi kreatif.
Tabel 2-15 Jumlah Usia Non Produktif. Jumlah Usia Produktif
No Kelompok Umur Jumlah Persentase (%)
1 Usia Non Produktif (0-14) 183.507 19,82%
2 Produktif (15-59) 611.002 66,01%
3 Non Produktif (60-75+) 131.132 14,17%
Kabupaten Blora 925.641 100%
Sumber: Sistem Informasi Pemerintahan Daerah, 2020
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten
Blora mengalami kenaikan dari kurun waktu 2016 sampai dengan tahun 2019 dan menurun
secara signifikan pada tahun 2020 sebesar Rp. 23.986.747,20 juta dibandingkan Tahun 2019
sebesar Rp. 25.977.446,33 juta. Kondisi yang sama juga terjadi berdasarkan harga konstan dari
sebesar Rp 18.322.129,66 juta pada tahun 2019 menjadi sebesar Rp 17.464.948,46 juta pada
tahun 2020. Secara rinci perkembangan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 dapat kita
lihat pada Tabelberikut.
Tabel 2-16 Perkembangan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2016-2020
PDRB ADHB PDRB ADHK
Jumlah Penduduk
Tahun Pertumbuhan
Nilai (Rp. Juta) Nilai (Rp. Juta) Tengah Tahun (jiwa)
(%)
2016 19.993.647,30 15.913.432,03 23,53 854.068
2017 21.797.101,52 16.843.360,54 5,84 862.301
2018 24.137.910,00 17.607.940,00 4,40 862.110
2019 25.977.446,33 18.322.129,66 4,05 925.642
2020 23.986.747,20 17.464.948,46 -4,66 938.814
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka, 2021
Dilihat dari distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) berdasarkan lapangan
usaha, terlihat bahwa kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian dengan kontribusi sebesar 27,72 % pada tahun 2016 dan mengalami penurunan
menjadi 23,33 % pada tahun 2020. Kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
terhadap PDRB ADHK terus mengalami penurunan dari 21,18 % tahun pada 2016 menjadi
19,91 % pada Tahun 2019, akan tetapi pada Tahun 2020 meningkat menjadi sebesar 21,27 %.
Perkembangan distribusi PDRB ADHK di Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2-17 Distribusi PDRB ADHK Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 (%)
Tahun
Kategori Klasifikasi Lapangan Usaha
2016 2017 2018 2019 2020
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,18 20,74 20,89 19,91 21,27
B Pertambangan dan Penggalian 27,72 28,24 26,69 25,56 23,33
C Industri Pengolahan 8,58 8,55 8,79 9,09 9,36
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 3,73 3,81 3,86 3,95 3,80
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 15,84 15,68 16,19 16,95 17,13
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 2,80 2,77 2,85 2,98 2,44
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,23 3,25 3,37 3,66 3,72
J Informasi dan Komunikasi 1,32 1,41 1,53 1,63 1,95
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,76 2,74 2,74 2,77 2,95
L Real Estate 1,36 1,35 1,37 1,40 1,46
M, N Jasa Perusahaan 0,27 0,28 0,29 0,31 0,31
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 3,12 3,00 2,97 2,96 3,07
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 5,14 5,19 5,34 5,56 5,82
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,83 0,84 0,87 0,89 1,02
R,S,T,U Jasa lainnya 2,01 2,04 2,14 2,26 2,25
PDRB DENGAN MINYAK BUMI 100,00 100 100 100 100
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka, 2021
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun 2016-2019 cenderung
menurun dari sebesar 23,53% pada tahun 2016 menjadi 4,05 pada tahun 2019. Sedangkan pada
Tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora mengalami kontraksi menjadi -4,66%.
Sejalan dengan Kabupaten Blora, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020
juga mengalami penurunan menjadi –2,65%. Hal ini dikarenakan terjadinya bencana non alam
wabah virus corona yang juga melanda Indonesia bahkan dunia. Pandemi Covid-19 berpengaruh
besar pada sektor kesehatan, sosial dan ekonomi. Melemahnya perekonomian penyebab
utamanya adalah lemahnya tingkat konsumsi masyarakat dan aktivitas investasi sebagai akibat
kebijakan pembatasan sosial untuk mengatasi penyebaran Covid-19.
a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang
merata dan berhierarki; dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional.
2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung;
b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya;dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategi nasional.
3. Kebijakan pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung, meliputi:
a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
b. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
4. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya, meliputi:
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan
b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029
1. Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi adalah mewujudkan ruang wilayah Provinsi yang
berdaya saing berbasis pertanian, industri, dan pariwisata dengan memperhatikan
kelestarian alam dan pemerataan pembangunan wilayah.
2. Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi:
a. peningkatan pelayanan perdesaan dan pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan;
b. peningkatan pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata
dan berhierarki;
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah Provinsi.
3. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi :
a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
dan
Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang Daerah ditetapkan strategi penataan ruang
Daerah
1. Strategi pengembangan wilayah berbasis industri dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungan dan potensi jasa ekosistem, meliputi:
a. menetapkan kawasan sentra pertanian dan perikanan;
b. mengembangkan industri berbasis pertanian;
c. mengembangkan industri kreatif yang berbahan baku lokal;
d. meningkatkan kelembagaan memperkuat misi produksi pertanian dan perikanan; dan
e. meningkatkan pemasaran hasil pertanian dan perikanan.
2. Strategi pengembangan wilayah berbasis Wanatani, meliputi:
a. memanfaatkan areal tebangan hutan produksi dengan penanaman tanaman pangan dan
hortikultura; dan
b. mengembangkan pengelolaan hasil hutan.
3. Strategi pengendalian dan peningkatan kawasan pertanian pangan berkelanjutan, meliputi:
a. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basa
b. mengendalikan alih fungsi luasan lahan sawah beririgasi;
c. menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
d. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering; dan
e. mengoptimalkan sistem insentif dan disinsentif terkait lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
4. Strategi penataan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan wilayah dengan memperhatikan
perubahan lahan pertanian dan daya dukung lingkungan, meliputi:
a. membagi wilayah fungsional Daerah berdasarkan morfologi dan kondisi sosial ekonomi
Daerah;
b. mengembangkan pusat pelayanan baru;
c. mengoptimalkan peran ibukota kecamatan sebagai PPK;
d. mengembangkan permukiman perkotaan yang didukung sektor perdagangan dan jasa;
e. mengembangkan permukiman perdesaan yang sinergi dengan sektor pertanian, kawasan
rawan bencana dan daya dukung lahan; dan
f. merencanakan Kawasan Strategis Kabupaten.
Penerimaan Daerah
Pendapatan daerah Kabupaten Blora didominasi oleh pendapatan transfer dari pemerintah
pusat. Pendapatan asli daerah mencakup pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah. Pendapatan asli daerah Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan dari sebesar 171,28
milyar pada tahun 2016 menjadi 299,84 milyar rupiah pada tahun 2020.
Dana transfer meliputi dana transfer dari pemerintah pusat dana perimbangan (Dana hasil
pajak/bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)), transfer
pemerintah pusat lainnya (dana otonomi khusus dan dana penyesuaian), dan dana transfer
pemerintah provinsi. Pencapaian dana tranfer dari pemerintah pusat dan provinsi sangat
ditentukan oleh kebijakan pemerintah pusat dan provinsi kepada daerah, sehingga sangat sulit
untuk dipastikan pencapaiannya. Selama kurun waktu tahun 2016- 2020 perkembangan dana
transfer cenderung meningkat dari sebesar 1.518,68 milyar rupiah pada tahun 2016 menjadi
1.631,54 milyar rupiah pada tahun 2019 namun mengalami penurunan menjadi 1,466 milyar
rupiah pada tahun 2020 sebagai dampak pandemi Covid-19. Transfer dana perimbangan
meningkat dari 1.331,61 milyar pada tahun 2016 menjadi 1.441,72 milyar rupiah pada tahun
2019 dan menurun pada tahun 2020 dikarenakan dampak pandemi Covid- 19 menjadi 1,259
milyar rupiah,
Lain-lain pendapatan daerah mencakup: pendapatan hibah; pendapatan dana desa;
pendapatan dana darurat; dan pendapatan lainnya. Pencapaian target lain-lain pendapatan daerah
sangat ditentukan oleh pihak lain kepada daerah, yaitu kebijakan lembaga pemerintah/swasta
dalam hal pendapatan yang bersumber dari hibah, sehingga sulit dipastikan pencapaiannya.
Selama kurun waktu tahun 2016-2020 realisasi lain-lain pendapatan daerah menunjukkan
peningkatan dari sebesar Rp 168,23 milyar menjadi Rp 362,08 milyar rupiah.
Secara rinci perkembangan masing-masing unsur-unsur pendapatan daerah pendapatan
daerah tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 2-18 Perkembangan Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 (Rupiah)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
A PENDAPATAN 1.858.187.916.237 2.013.829.444.230 2.120.671.434.967 2.240.970.020.181 2.127.946.961535
Pengeluaran Daerah
Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih. Perkembangan belanja daerah Kabupaten Blora menunjukkan angka yang
fluktuatif dalam kurun waktu tahun 2016-2020 dengan kecenderungan meningkat dari sebesar
1,95 trilyun pada tahun 2016 menjadi sebesar 2,11 trilyun rupiah pada tahun 2020
Belanja daerah Kabupaten Blora memiliki komposisi terbesar pada belanja operasi dengan
proporsi sebesar 57,48% pada tahun 2016 dengan kecenderungan sedikit meningkat menjadi
62,09% pada tahun 2020. Selanjutnya adalah belanja modal dengan proporsi cenderung menurun
dari sebesar 20,62% pada tahun 2016 menjadi 16,55% pada tahun 2020. Kemudian belanja
transfer dengan kecenderungan meningkat dari sebesar 14,49% pada tahun 2016 menjadi 18,80%
pada tahun 2020.
Tabel 2-19 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 (Rupiah)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
1 BELANJA OPERASI 1.211.271.036.299 1.204.466.244.336 1.250.536.779.326 1.315.350.841.895 1.309.563.460.264
Belanja Pegawai 964.603.085.691 898.801.735.230 907.414.544.888 924.532.293.909 854.547.393.403
Belanja Barang dan jasa 213.375.491.306 283.511.244.049 306.144.209.238 357.028.347.986 382.478.221.005
Belanja Bunga - - - - 0
Belanja Subsidi - - - - 0
Belanja Hibah 31.053.916.647 21.284.317.057 35.541.525.200 29.535.200.000 68.752.345.856
Bantuan Sosial 2.238.542.655 868.948.000 1.436.500.000 4.255.000.000 3.785.500.000
Belanja Bantuan keuangan
2 BELANJA MODAL 434.953.823.988 420.864.556.022 499.439.779.133 466.887.346.008 349.064.685.820
Belanja Tanah 999.762.500 1.013.625.240 1.291.794.500 13.969.177.820 1.582.160.280
Belanja Peralatan dan Mesin 75.066.884.787 73.146.321.613 83.619.034.319 89.508.670.291 92.075.772.474
Belanja Gedung dan Bangunan 114.655.089.905 119.526.613.519 136.540.415.855 134.689.914.700 68.044.332.628
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 241.904.979.308 225.981.820.750 273.758.728.009 225.917.880.879 184.263.369.900
Belanja Aset Tetap Lainnya 635.825.888 1.017.961.900 4.033.333.450 2.664.601.954 3.099.050.538
Belanja Aset Lainnya 1.691.281.600 178.213.000 196.473.000 137.100.364 349.064.685.820
3 BELANJA TAK TERDUGA - - - - 53.941.665.170
Belanja Tak Terduga - - - - 53.941.665.170
4 BELANJA TRANSFER 305.591.594.000 356.016.681.000 366.499.003.000 419.301.748.000 396.553.076.500
a TRANSFER / BAGI HASIL KE DESA 6.093.261.000 5.426.200.000 5.788.000.000 5.941.900.000 7.469.600.000
Bagi Hasil Pajak - - - - -
Bagi Hasil Retribusi 6.093.261.000 5.426.200.000 5.788.000.000 5.941.900.000 7.469.600.000
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - -
Proporsi penggunaan anggaran untuk belanja pegawai dalam kurun waktu tahun 2016-2020 menunjukkan kecenderungan menurun dari
sebesar 49,42% pada tahun 2016 menjadi sebesar 40,52% tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 2-20 Analisis Proporsi Belanja Pegawai
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
1 Total Belanja Pegawai 964.603.085.691 898.801.735.230 907.414.544.888 924.532.293.909 854.547.393.403
2 Total Pengeluaran (Belanja + 1.951.816.454.287 1.981.347.481.358 2.116.475.561.459 2.201.539.935.903 2.109.122.887.754
Pengeluaran Pembiayaan)
Persentase Belanja Pegawai terhadap 49,42 45,36 42,87 41,99 40,52
total pengeluaran
Sumber: BPPKAD Kab. Blora
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan daerah di Kabupaten Blora dalam kurun
waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya dan Penerimaan Kembali
Investasi Dana Bergulir.Perkembangan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 dapat dlihat pada tabel
berikut.
Tabel 2-21 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 (Rupiah)
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 139.509.763.840 43.734.715.890 63.608.030.710 63.922.107.092 97.896.191.370
Penggunaan SiLPA 139.318.488.840 43.648.225.790 63.485.678.762 63.802.556.826 97.852.691.370
Pencairan Dana Cadangan - - - - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Pinjaman daerah - - - - -
Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Dana Bergulir 191.275.000 86.490.100 122.351.948 119.550.266 43.500.000
Pembiayanaan Daerah
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun- tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan daerah di Kabupaten Blora
dalam kurun waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya dan Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir.
Perkembangan penerimaan pembiayaan daerah Kabupaten Blora menunjukkan penurunan
dari sebesar 139,51 milyar pada tahun 2016 menjadi 97,90 milyar pada tahun 2020
Pengeluaran pembiayaan Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Pengeluaran
pembiayaan di Kabupaten Blora berasal dari Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah.
Pengeluaran pembiayaan daerah pada tahun 2016 sebesar 2,23 milyar rupiah mengalami
fluktuasi menjadi 4,52 milyar rupiah pada tahun 2020,
Perkembangan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Blora Tahun
2016-2020 dapat dlihat pada tabel berikut.
Tabel 2-22 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Blora Tahun 2016-2020 (Rupiah)
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 139.509.763.840 43.734.715.890 63.608.030.710 63.922.107.092 97.896.191.370
Penggunaan SiLPA 139.318.488.840 43.648.225.790 63.485.678.762 63.802.556.826 97.852.691.370
Pencairan Dana Cadangan - - - - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Pinjaman daerah - - - - -
Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Dana Bergulir 191.275.000 86.490.100 122.351.948 119.550.266 43.500.000
Umum
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Blora merupakan Badan Usaha Milik Daerah
Kabupaten Blora yang bergerak dalam bidang penyediaan air bersih yang didirikan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Blora Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 30 Januari
1991.
Tujuan didirikan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Blora adalah untuk
mengusahakan penyediaan air minum bagi seluruh masyarakat di Wilayah Kabupaten Blora
secara adil dan merata serta secara terus menerus. Sedangkan fungsi Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Blora adalah mengusahakan penyediaan air bersih untuk kebutuhan
masyarakat di Kabupaten Blora dan sekitarnya.
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah salah satu
program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia, program
ini dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota.
Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat
kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-
urban. Dengan Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan
sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Blora,
PAMSIMAS telah melayani 16 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Blora. Jumlah desa yang
terlayani PAMSIMAS sebanyak 174 desa. Dengan jumlah penduduk terlayani sebesar 84.848
jiwa dan persentase pelayanan PAMSIMAS Kabupaten Blora mencapai 9,17% dari total
penduduk Kabupaten Blora.
Aspek Teknis
Evalusi kinerja dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian kinerja mandiri yang disusun oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amerta Kabupaten Blora Tahun 2020.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Selain itu, dalam tahun 2020 Perusahaan tidak menyetorkan bagian laba kepada
pemerintah daerah.
8. Efektivitas Penaglhan
Efektivitas penagihan piutang per 31 Desember 2020 adalah sebesar 90,92%.
Dibandingkan tahun lalu sebesar 90,83% terjadi kenaikan sebesar 0,9%.
9. Cakupan Pelayanan
Sampai dengan 31 Desember 2020 Perusahaan memiliki 20.630 pelanggan, yang terdiri
dari 20.206 pelanggan aktif dan 424 pelanggan non akdf. Jumlah peelanggan per 31
Desember 2020 mengalami kenaikan dibandingkan dengan pelanggan per 31 Desember
2019 sebesar 1.264 pelanggan. Pelanggan yang digunakan untuk perhitungan cakupan
layanan merupakan pelanggan domestik dengan jumlah sebanyak 19.903 pelanggan.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk yang terlayani di wilayah administrasi sebanyak
74.646 jiwa atau 8,44% dari jumlah penduduk sebanyak 884.333 jiwa. Sedangkan
penduduk di wilayah teknis yang terlayani sebanyak 74.430 jiwa atau 23,73% dari jumlah
penduduk yang ada jaringan pipa Perusahaan sebanyak 313.596 jiwa.
Pemerintah Kabupaten Blora dalam dokumen RISPAM menetapkan target cakupan
pelayanan yang harus dicapai sebesar 100% pada tahun 2028. Dengan cakupan pelayanan
sebesar 23,88% di akhir tahun 2020, dan dengan memperhatikan trend peningkatan
cakupan pelayanan tiga tahun terakhir sebesar 1,13%, dapat disimpulkan bahwa
Perusahaan belum siap mendukung target 100% akses air minum nasional.
10. Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas (3K) Air serta Penyusunan RPAM
Saat ini Perusahaan sudah dapat memenuhi ke.pastian mengenai kuantitas, namun belum
untuk kualitas dan kontinuitas air. Kualitas air belum memenuhi persyaratan Permenkes
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Perusahaan
telah melakukan pengawasan internal atas kualitas air minum sesuai dengan Permenkes
Nomor 736/MENKES/PER/Vl/2010 tentang Tata Laksana Pengawasa Kualitas Air
Minum. Pengawasan eksternal kualitas air minum belum dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Blora. Perusahaan belum memberikan layanan air siap minum dengan
menerapkan Zona Air Minum Prima (ZAMP) dan belum menerapkan Smart Grid Water
Management (SGWM).
Pemakaian rata-rata untuk pelanggan rumah tangga sebesar 12,68 m3/bulan dan pemakaian
rata-rata keseluruhan pelanggan sebesar 13,06m3/bulan, sehingga telah memenuhi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2020 yaitu kebutuhan Rumah Tangga
(RT) per bulan berkisar 10 m3 atau Peraturan Menteri PUPR Nomor 29 Tahun 2018
sebanyak 60 liter/orang/hari.
Kontinuitas air yang didistribusikan berkisar 18,16 jam per hari. Tidak tercapainya standar
kontinuitas disebabkan keterbatasan ketersediaan air baku terutama pada musim kemarau.
Dilihat dari kuantitas pemakaian air oleh pelanggan dan kualitas air yang dihasilkan
perusahaan di atas, Pemerintah Kabupaten Blora belum memberikan penilaian standar
pelayanan minimal (SPM) yang dicapai perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok air
minum sesuai Permen PUPR Nomor 29 Tahun 2018.
Perusahaan belum menyusun Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) Perusahaan yang
menyajikan informasi rantai pasok, manajeman risiko, metode pengamanan/tindakan
pengendalian pasokan air minum, SOP dan lnstruksi kerja, dan proses
internalisasi/pemahaman RPAM.
Manajemen Perusahaan belum sepenuhnya merealisaikan kegiatan terkait RPAM, karena
pedoman atas RPAM belum disusun baru tahap pembentukan Tim Penyusunan RPAM
Perusahaan.
11. Pemulihan Biaya secara Penuh (Full Cost Recovery)
Rata-rata tarif air sebesar Rp 5.700,09/m3, sedangkan harga pokok air berdasarkan tingkat
kehilangan air standar 25% sebesar Rp 5.327,07/m3 dan harga pokok air berdasarkan
tingkat kehilangan air riil 29,87% sebesar Rp 5.696,73/m3. Rata-rata tarif air yang berlaku
tersebut sudah dapat menutup biaya secara penuh (full cost recovery).
12. Air Baku
Air baku yang digunakan Perusahaan adalah bersumber dari air permukaan (sungai,
waduk) dan sumur dalam yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air
minum. Perusahaan telah memiliki surat ijin pengambilan air/surat ijin pengelolaan sumber
daya air (SIPA/SIP SDA) yang digunakan dalam usahanya namun belum unt k seluruh
sumber air yang dikelola.
Debit air baku yang masuk ke intake •sebesar 388 liter/detik dan Perusahaan menggunakan
sistem perpompaan dan secara gravitasi dalam mengalirkan air baku untuk kebutuhan unit
produksi dengan debit sebesar 285 liter/detik atau dengan tingkat pemanfaatan yang belum
maksimal.
Selain itu, masih terdapat sumber air baku yang berpotensi untuk digunakan sebagai
sumber air baku antara lain sumber air dari waduk Randu Gunting dan bendung
Karangnongko, masing - masing 100 lt/detik yang saat ini masih dalam proses perencanaan
dan pembangunan.
13. Produksi
a. Kapasitas Produksi
1) Unit SPAM yang telah dikelola Perusahaan
Kapasitas produksi terpa ang sampai dengan tahun 2020 sebesar 8.980.761,00 m3,
dari jumlah ini sebesar 2.350.599m3 (25,17%) tidak dapat dimanfaatkan dan
kapasitas yang dapat dimanfaatkan (kapasi!as riil) sebesar 6.630.162 m3 (73,83%).
Kapasitas terpasang tidak dapat dimanfaatkan tersebut terutama disebabkan debit
sumber air menurun terutama di musim kemarau dan keterbatasan pompa (penurunan
kapasitas pompa).
Terdapat kapasitas yang masih menganggur sebesar 1.628.708,00 m3 (24,56%).
Kapasitas· menganggur ini terutama disebabkan keterbatasan pompa, dan belum
adanya jaringan pipa di lokasi tersebut.
Persentase tingkat kehilangan air di unit produksi tahun 2020 sebesar 9,71% dari
volume produksi riil, sedangkan pada tahun 2019 sebesar 4,97%. Tingkat kehilangan
air tahun 2020 naik 4,74% dibanding tahun 2019. Kehilangan air di unit produksi ini
disebabkan pencucian filter , pembersihan sedimentasi dan pompa intake sering
tersumbat.
2) Unit SPAM dalam tahap Pengembangan
Tidak terdapat. sistem penyediaan air minum (SPAM) dalam tahap pengembangan di
wilayah layanan perusahaan.
b. Efisiensi Produksi
Efisiensi produksi tahun 2020 adalah sebesar 73,83%. Dibandingkan efisiensi produksi
tahun lalu 66,97%, efisiensi produksi tahun 2020 naik sebesar 6,86%. Hal ini.
disebabkan telah berfungsinya SPAM Cepu - Blora secara optimal sebesar 100 lt/detik
dan adanya penambahan pelanggan baru.
14. Tingkat Kehilangan Air/Non Revenue Water (NRW)
Dari volume·air yang didistribusikan ke pelanggan sebesar 4.515.564,00, volume air yang
telah diterbitkan rekening kepada pelanggan sebesar 3.166.913,00 m3, sehingga terdapat
NRW distribusi sebesar 1.348.651 m3 (29,87% ). Sedangkan NRW pada tahun 2019
sebesar 31,15%. Hal ini disebabkan banyaknya water meter pelanggan yang tidak akurat/
rusak dan water meter induk yang sudah tidak,akurat karena sudah tua, serta adanya
pelebaran jalan nasional. Perusahaan telah melakukan upaya menurunkan NRW distribusi
antara lain dengan cara mengganti meter air pelanggan yang rusak.
Untuk Kabupaten Blora, besarnya prosentase pelayanan air minum untuk pemenuhan SPM
Bidang Air Minum adalah sebesar 88,03%, seperti tersaji pada tabel berikut.
Tabel 3-1 Jumlah Penduduk Pengguna Jaringan Perpipaan
Jumlah Penduduk
Jumlah
No Kecamatan Pengguna
Penduduk
PDAM,BPSPAM
1 Jati 52.702 267
2 Randublatung 82.771 6.224
3 Kradenan 43.497 371
4 Kedungtuban 61.535 5.976
5 Cepu 79.142 10.449
6 Sambong 29.456 1.274
7 Jiken 40.428 2.315
8 Bogorejo 26.240 317
9 Jepon 66.193 2.599
10 Blora Kota 98.155 7.097
11 Banjarejo 65.861 1.022
12 Tunjungan 50.706 1.762
13 Japah 37.759 1.722
14 Ngawen 65.212 3.173
15 Kunduran 71.233 4.739
16 Todanan 67.924 3.893
Kabupaten Blora 938.814 53.200
Sumber: Pokja PKP, 2021
Sumber air baku untuk kebutuhan air bersih dan air minum hanya berasal dari 3 (tiga)
jenis, yaitu mata air, air tanah, dan air permukaan. Sumber air baku yang digunakan di PDAM
Kabupaten Blora adalah air permukaan. Secara rinci instalasi beberapa sumber air di PDAM
Kabupaten Blora diuraikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3-3 Sumber Air Yang digunakan PDAM Tirta Amerta Kabupaten Blora
Kapasitas
No Instalasi Pelayanan SAT
Terpasang Terpakai
1 IPA NGAMPEL BLORA LT/DT 20,00 18,00
2 IPA TEMPURAN BLORA LT/DT 18,00 14,00
3 IPA BENDO CEPU LT/DT 55,00 45,00
4 SPAM CEPU CEPU, LT/DT 100,00 90,00
SAMBONG,
JIKEN, JEPON,
BLORA
5 IPA TINAPAN KUNDURAN LT/DT 15,00 13,00
6 IPATINAPAN NGAWEN LT/DT 15,00 14,00
7 MA KAJENGAN TODANAN LT/DT 6,00 5,00
8 SUMUR RANDU 1 LT/DT 25,00 18,00
SUMBEREJO
9 SUMUR KUTUKAN RANDU 2 LT/DT 10,00 8,00
10 SUMUR WADO KEDUNGTUBAN LT/DT 10,00 8,00
11 SUMUR GOITO MENDEN LT/DT 10,00 8,00
JUMLAH LT/DT 284 241
Sumber: Data Teknis PDAM Kabupaten Blora, 2021
Jaringan air bersih di Kabupaten Blora ditunjukkan oleh jumlah pelanggan PDAM, jumlah
air yang disalurkan (m3), dan nilai produksi yang dirinci per kecamatan. Jumlah pelanggan
PDAM ini menunjukkan lingkup pelayanan jaringan air bersih dari PDAM di Kabupaten Blora.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3-5 Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Blora
Pelanggan Air Disalurkan (m3) Nilai (Rp)
No Kecamatan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Jati 0 0 0 0 0 0
2 Randublatung 3.151 3.568 509.284 558.146 2.580.765.700 2.917.614.000
3 Kradenan 787 781 121.887 113.826 572.082.200 583.756.000
4 Kedungtuban 812 790 129.188 121.932 616.906.800 632.798.100
5 Cepu 6.299 6.520 1.087.082 1.068.539 6.374.532.700 6.403.054.500
6 Sambong 278 279 28.519 29.636 163.784.200 169.068.500
7 Jiken 350 400 26.606 52.335 160.727.400 286.340.700
8 Bogorejo 0 0 0 0 0 0
9 Jepon 495 553 42.970 70.630 285.330.400 406.773.000
10 Blora 4.358 4.724 578.725 687.687 3.436.953.900 4.147.110.900
11 Banjarejo 0 0 0 0 0 0
12 Tunjungan 0 0 0 0 0 0
13 Japah 0 0 0 0 0 0
14 Ngawen 1.172 1.268 200.232 198.000 1.060.461.400 1.108.744.600
urban. Dengan Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan
sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Blora,
PAMSIMAS telah melayani 16 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Blora. Jumlah desa yang
terlayani PAMSIMAS sebanyak 174 desa. Dengan jumlah penduduk terlayani sebesar 84.848
jiwa dan persentase pelayanan PAMSIMAS Kabupaten Blora mencapai 9,17% dari total
penduduk Kabupaten Blora.
Tabel 3-6 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2008
Desa Kecamatan SR
Dalangan Todanan 45
Gondoriyo Todanan 285
Gunungan Todanan 125
Ketringan Jiken 32
Ledok Todanan 155
Ngliron Randublatung 16
Sendang Todanan 198
Tempurejo Bogorejo 47
Waru Jepon 266
Jumlah 1.169
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-7 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2009
Desa Kecamatan SR
Bandungrojo Ngawen 241
Bangsri Jepon 317
Bejirejo Kunduran 473
Biting Sambong 422
Bogem Japah 130
Gadon Cepu 0
Getas Cepu 252
Kalinanas Japah 15
Kedungbacin Todanan 145
Ledok Sambong 0
Ngloram Cepu 270
Sendangrejo Bogorejo 233
SumberAgung Banjarejo 238
Sumurboto Jepon 33
Tempellemahbang Jepon 200
Jumlah 2.969
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-8 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2010
Desa Kecamatan SR
Bacem Banjarejo 21
Bicak Todanan 317
Bleboh Jiken 70
Gempol Jati 71
Giyanti Sambong 35
Karangtengah Ngawen 0
Kemiri Kunduran 299
Nglandeyan Kedungtuban 132
Nglarohgunung Jepon 70
Plosorejo Kunduran 275
Sendangagung Ngawen 22
Tlogotuwung Randublatung 101
Turirejo Jepon 245
Jumlah 1.658
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-9 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2011
Desa Kecamatan SR
Balong Jepon 38
Cabean Cepu 572
Dologan Japah 20
Galuk Kedungtuban 168
Jagong Kunduran 55
Jiworejo Jiken 147
Jomblang Jepon 147
Karanganyar Bogorejo 29
Kembang Todanan 60
Kemiri Jepon 122
Nglanjuk Cepu 446
Rowobungkul Ngawen 639
Sarirejo Bogorejo 111
Sendangmulyo Ngawen 55
Sonokidul Kunduran 397
Jumlah 3.006
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-10 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2012
Desa Kecamatan SR
Balongsari Banjarejo 40
Bedingin Todanan 25
Botoreco Kunduran 605
Desa Kecamatan SR
Candi Todanan 147
Cungkup Kunduran 75
Genjahan Jiken 8
Jipang Cepu 312
Kacangan Todanan 275
Kapuan Cepu 482
Karangjong Ngawen 200
Klokah Kunduran 453
Medalem Kradenan 413
Mernung Cepu 210
Mojowetan Banjarejo 30
Mulyorejo Cepu 480
Ngapus Japah 85
Semanggi Jepon 0
Talokwohmojo Ngawen 221
Tempurejo Blora 0
Jumlah 4.061
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-11 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2013
Desa Kecamatan SR
Berbak Ngawen 227
Bergolo Ngawen 225
Bogorejo Japah 151
Brumbung Jepon 165
Jatirejo Jepon 15
Kalangrejo Kunduran 199
Kedungwaru Kunduran 96
Kedungwungu Todanan 0
Ngilen Kunduran 213
Palon Jepon 0
Plumbon Ngawen 209
Prantaan Bogorejo 73
Purworejo Blora 31
Purwosari Blora 26
Sambongrejo Tunjungan 121
Sendangrejo Ngawen 85
Seso Jepon 85
Sonorejo Blora 60
Tambaksari Blora 54
Jumlah 2.035
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-12 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2014
Desa Kecamatan SR
Gadu Sambong 437
Gedongsari Banjarejo 30
Kadengan Randublatung 119
Nglangitan Tunjungan 299
Nglengkir Bogorejo 255
Pojokwatu Sambong 200
Sambonganyar Ngawen 5
Semawur Ngawen 492
Soko Jepon 144
Tinapan Todanan 265
Tobo Jati 57
Wantilgung Ngawen 120
Jumlah 2.423
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-13 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2015
Desa Kecamatan SR
Andongrejo Blora 75
Bakah Kunduran 110
Gayam Bogorejo 76
Gedangdowo Jepon 310
Gedebeg Ngawen 86
Jepangrejo Blora 70
Kedungsatriyan Ngawen 132
Klopoduwur Banjarejo 0
Puledagel Jepon 240
Sonokulon Todanan 255
Sumberpitu Cepu 75
Tunjungan Tunjungan 80
Jumlah 1.509
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-14 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2017
Desa Kecamatan SR
Jeruk Bogorejo 77
Kawengan Jepon 150
Kedungrejo Tunjungan 153
Kembang Banjarejo 0
Krocok Japah 68
Ngiyono Japah 180
Ngumbul Todanan 224
Desa Kecamatan SR
Pelemsengir Todanan 188
Plantungan Blora 41
Sempu Kunduran 461
Sumberejo Japah 91
Sumberejo Ngawen 25
Tawangrejo Kunduran 52
1.710
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-15 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2018
Desa Kecamatan SR
Adirejo Tunjungan 60
Bacem Jepon 160
Bangowan Jiken 51
Blumbangrejo Kunduran 137
Bodeh Randublatung 45
Dringo Todanan 364
Gempolrejo Tunjungan 73
Jati Jati 31
Jatiklampok Banjarejo 18
Jatisari Banjarejo 90
Jeruk Randublatung 70
Jetakwanger Ngawen 95
Kajengan Todanan 162
Kalen Kedungtuban 270
Kebonrejo Banjarejo 0
Keser Tunjungan 20
Megeri Kradenan 67
Mojorembun Kradenan 71
Ngampel Blora 79
Patalan Blora 10
Sambeng Todanan 99
Sembongin Banjarejo 245
Sendanggayam Banjarejo 122
Sitirejo Tunjungan 100
Sukorejo Tunjungan 39
Tambahrejo Tunjungan 147
Tawangrejo Tunjungan 19
Jumlah 2.644
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-16 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2019
Desa Kecamatan SR
Buluroto Banjarejo 70
Japah Japah 28
Karanganyar Todanan 126
Karanggeneng Kunduran 142
Karangtalun Banjarejo 25
Kedungtuban Kedungtuban 22
Muraharjo Kunduran 132
Nglebak Kradenan 24
Ngraho Kedungtuban 18
Panolan Kedungtuban 65
Sambongrejo Ngawen 50
Sendangharjo Blora 70
Sidorejo Kedungtuban 132
Tanjung Kedungtuban 78
Tempuran Blora 70
Wonosemi Banjarejo 64
Jumlah 1.116
Sumber: Pokja PKP, 2021
Tabel 3-17 Data Pelayanan SPAM Pamsimas Kabupaten Blora Tahun 2020
Desa Kecamatan SR
Tanggel Randublatung 20
Pilang Randublatung 45
Plosorejo Randublatung 5
Plosorejo Banjarejo 204
Jumlah 274
Sumber: Pokja PKP, 2021
Total jumlah penduduk yang terlayani DAK hingga tahun 2019 di Kabupaten Blora adalah
sebanyak 14.580 jiwa atau mencapai 1,58%.
P penyediaan sumber air baku melalui program sumur dalam untuk daerah-daerah yang
mengalami kekeringan. Hingga Tahun 2019 terdapat satu program pembuatan sumur dalam
dengan kapasitas 1,8 liter/det. Sumur dalam tersebut dapat dinikmati manfaatnya oleh 160 jiwa
atau 0,02% penduduk se Kabupaten Blora.
Berdasarkan data dari Dinas Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa
Tengah untuk Kabupaten Blora didapatkan cakupan pelayanan air minum dari Badan Usaha
Kepentingan Sendiri (BUKS) Kabupaten Blora adalah sebesar 0,54 %. Perhitungan mengenai
jumlah jiwa yang terlayani dari dari BUKS di Kabupaten Blora tertera pada tabel berikut.
Tabel 3-23 Pelayanan Air Minum BUKS Di Kabupaten Blora
Penduduk Jumlah Debit
No Kecamatan Desa/Kel Sumber Gravitasi/Pompa
Terlayani SR (L/dtk)
1 Cepu Karangboyo 560 140 1.4 Sumur Dalam Perpompaan
2 Blora Bangkle 1120 280 2.8 Sumur Dalam Perpompaan
3 Kedungtuban Ngraho 3320 830 8.3 Sumur Dalam Perpompaan
Jumlah 5000 1250 12.5
Jumlah Penduduk Di Wilayah Administrasi (Jiwa) 925642
Cakupan Pelayanan Air Minum BUKS (%) 0.54
Sumber: Pokja PKP, 2021
SPAM JP meliputi Unit Air Baku, Unit Produksi, Unit Distribusi dan Unit Pelayanan
Tabel berikut jumlah penduduk penguna Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan
Perpipaan di Kabupaten Blora
Tabel 3-24 Jaringan Perpipaan (PDAM,BPSPAM)
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 2 267 2 267
2 Randublatung 5 6.224 5 6.224
3 Kradenan 2 371 2 371
4 Kedungtuban 2 5.976 3 5.976
5 Cepu 14 10.449 14 10.449
6 Sambong 5 1.274 5 1.274
7 Jiken 6 2.315 5 2.315
8 Bogorejo 1 317 1 317
9 Jepon 7 2.599 7 2.599
10 Blora Kota 6 7.097 6 7.097
11 Banjarejo 3 1.022 3 1.022
12 Tunjungan 1 1.762 1 1.762
13 Japah 2 1.722 2 1.722
14 Ngawen 11 3.173 11 3.173
15 Kunduran 10 4.739 10 4.739
16 Todanan 14 3.893 14 3.893
Kabupaten Blora 91 53.200 91 53.200
Sumber: Pokja PKP, 2021
4. Struktur tanah diperhatikan tidak di daerah bebas banjir dan tidak terlalu dekat dengan
sumber pengotoran seperti kakus, lubang sampah dan tempat pembuangan air limbah
(minimum 10 m);
5. Lokasi sumur gali terhadap perumahan bila dilayani secara komunal maksimum 50 meter;
Cakupan pelayanan air minum Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Gali Terlindung terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 3-26 Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Gali Terlindung
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 1.491 31.697 1.405 19.747
2 Randublatung 2.362 36.898 2.362 36.898
3 Kradenan 1.172 24.080 1.172 24.067
4 Kedungtuban 456 17.000 456 17.000
5 Cepu 1.976 34.523 1.949 34.360
6 Sambong 416 11.956 416 11.943
7 Jiken 896 17.658 896 17.648
8 Bogorejo 1.251 17.335 1.251 17.325
9 Jepon 1.872 33.209 1.872 33.181
10 Blora Kota 2.978 43.999 2.978 43.983
11 Banjarejo 1.854 26.341 1.854 26.332
12 Tunjungan 1.743 26.498 1.743 26.494
13 Japah 1.057 12.728 1.057 12.721
14 Ngawen 1.813 27.714 1.813 27.692
15 Kunduran 1.323 36.814 1.323 36.798
16 Todanan 1.410 21.839 1.399 21.761
Kabupaten Blora 24.070 420.289 23.946 407.950
Sumber: Pokja PKP, 2021
Sarana penyediaan air minum berupa sumur yang dibuat dengan membor tanah pada
kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan
pengambilan air dilakukan dengan menghisap atau menekan air kepermukaan dengan
menggunakan pompa tangan.
Cakupan pelayanan air minum Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Bor Dengan Pompa
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3-28 Bukan Jaringan Perpipaan Sumur Bor Dengan Pompa
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 308 3.397 234 3.397
2 Randublatung 784 8.477 782 8.477
3 Kradenan 468 2.962 465 2.962
4 Kedungtuban 3.348 17.001 3.344 17.001
5 Cepu 776 4.531 767 4.531
6 Sambong 149 1.908 162 1.908
7 Jiken 4.914 16.294 4.907 16.294
8 Bogorejo 742 3.290 764 3.290
9 Jepon 2.345 11.956 2.358 11.956
10 Blora Kota 2.839 17.135 2.824 17.119
11 Banjarejo 3.041 10.872 3.034 10.872
12 Tunjungan 521 6.574 517 6.574
13 Japah 464 3.371 459 3.371
14 Ngawen 1.528 8.683 1.504 8.683
Terminal Air
Sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa bak penampung air
yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi dan pengisian air dilakukan dengan
sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air
Cakupan pelayanan air minum Bukan Jaringan Perpipaan Terminal Air terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 3-29 Bukan Jaringan Perpipaan Terminal Air
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 0 0 0 0
2 Randublatung 2 235 2 235
3 Kradenan 0 0 0 0
4 Kedungtuban 19 820 19 820
5 Cepu 0 0 0 0
6 Sambong 1 0 0 0
7 Jiken 26 1.360 21 1.070
8 Bogorejo 0 0 0 0
9 Jepon 0 0 0 0
10 Blora Kota 11 989 10 957
11 Banjarejo 12 1.780 9 1.550
12 Tunjungan 0 0 0 0
13 Japah 0 0 0 0
14 Ngawen 22 1.027 18 1.027
15 Kunduran 7 651 7 651
16 Todanan 7 431 7 431
Kabupaten Blora 107 7.293 93 6.741
Sumber: Pokja PKP, 2021
Jarak mata air tidak lebih dari 3 km ke lokasi pelayanan dan diusahakan gravitasi. Cakupan
pelayanan air minum Bukan Jaringan Perpipaan Mata Air Terlindung terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3-30 Bukan Jaringan Perpipaan Mata Air Terlindung
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 0 0 0 0
2 Randublatung 1 79 1 79
3 Kradenan 0 0 0 0
4 Kedungtuban 0 0 0 0
5 Cepu 7 371 7 371
6 Sambong 0 0 0 0
7 Jiken 1 40 1 40
8 Bogorejo 6 256 6 256
9 Jepon 0 0 0 0
10 Blora Kota 1 58 1 58
11 Banjarejo 1 69 1 69
12 Tunjungan 0 0 0 0
13 Japah 4 282 4 282
14 Ngawen 0 0 0 0
15 Kunduran 0 0 0 0
16 Todanan 2 151 2 151
Kabupaten Blora 23 1.306 23 1.306
Sumber: Pokja PKP, 2021
Cakupan pelayanan air minum Bukan Jaringan Perpipaan Penampungan Air Hujan terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 3-31 Bukan Jaringan Perpipaan Penampungan Air Hujan
Jumlah Memenuhi Syarat
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Penduduk
Sarana
Pengguna Sarana Pengguna
1 Jati 0 0 0 0
2 Randublatung 0 0 0 0
3 Kradenan 0 0 0 0
4 Kedungtuban 0 0 0 0
5 Cepu 0 0 0 0
6 Sambong 0 0 0 0
7 Jiken 0 0 0 0
8 Bogorejo 0 0 0 0
9 Jepon 0 0 0 0
10 Blora Kota 0 0 0 0
11 Banjarejo 0 0 0 0
12 Tunjungan 0 0 0 0
13 Japah 0 0 0 0
POTENSI
NO INDIKATOR KONDISI FAKTOR FAKTOR USULAN DAN REKOMENDASI
MASALAH
• Validasi air terjual
• Penambahan jumlah sambungan langganan
• Restrukturisasi tarif, reklasifikasi
• pelanggan, penyesuaian tarif
3. a. Rasio Kas Rasio Kas tinggi • Jumlah kas+setara • Penerimaan penjualan tinggi akan tetapi belum • Peningkatan kualitas pelayanan
kas rendah cukup menutup piutang yang terjadi dikarenakan • Pengendalian arus kas
37,41% • Jumlah kewajiban biaya operasional yang tinggi • Penambahan modal dari pemilik untuk
NILAI 1 lancar tinggi • Utang usaha besar 2 milyar memperbaiki struktur permodalan
• Akumulasi utang jangka panjang jatuh tempo
< 40 (%) yang belum dibayar
3. b. Efektifitas Efektifitas Penagihan Jumlah rekening yang • Pelayanan terkait kualitas, kuantitas dan • Lebih meningkatan pelayanan (K3)
Penagihan tinggi tertagih tinggi kontinuitas (K3) tinggi • Lebih Menambah jumlah loket pembayaran
• Loket pembayaran yang bisa dijangkau dan sudah dan atau mendekatkan lokasi loket dengan
90,83% ada sanksi terhadap pelanggan yang terlambat lokasi pelanggan
NILAI 5 membayar • Meningkatkan kerjasama dengan pihak
• Sistem penagihan yang cepat ketiga (bank, pos, dll) dalam penerimaan
≥ 90 (%) • Kesadaran pelanggan untuk membayar tepat rekening
waktu tinggi • Lebih Penerapan sanksi (punishment)
kepada pelanggan yang terlambat
membayar
• Penerapan billing system
• Sosialisasi kepada pelanggan terkait batas
waktu pembayaran
• Pemberian penghargaan (reward) kepada
pelanggan yang membayar tepat waktu
5. Solvabilitas Solvabilitas tinggi Aset tinggi, utang • Penyertaan modal tinggi • angsuran utang/kewajiban dibayar sesuai
rendah • Investasi dibiayai dari dana pihak ketiga jadwal yang disetujui
1.995,79% • Penarikan utang yang disesuaikan dengan • menambah komposisi permodalan dengan
NILAI 5 kemampuan PDAM penyertaan modal pemerintah
≥ 200 (%)
Aspek Kelembagaan
Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) “Tirta Merta” Kabupaten Blora sudah
dirintis sejak tahun1926. Di Kabupaten Blora pada tahun 1926 telah mempunyai system
penyediaan air bersih peninggalan Belanda (ZAM) berupa air minum dari mata air Kajar ± 15 km
sebelah utara Kota Blora yang dialirkan ke Kota Blora secara gravitasi dengan kapasitas 7
liter/detik.
Kemudian pada tahun 1981, dilakukan pembangunan dua unit IPA masing-masing 20
liter/detik untuk Kota Blora dan Kota Cepu dengan pengolahan lengkap, dan mulai tahun 1982
dilakukan perencanaan secara detail dengan pembangunan sarana penyediaan air bersih yang
didanai dari APBN melalui PPSAB Jawa Tengah, APBD dan dana Loan ADB.
Pada tahun 1983, pengelola operasional penyediaan air bersih di Kabupaten Blora pada
awalnya dilaksanakan oleh Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Blora dengan Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Cipta Karya Nomor : 141/KPTS/CK/VIII/1983 tanggal 20
Agustus 1983, dan baru tanggal 17 Februari 1993 dialihkan statusnya menjadi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Blora.
Adapun landasan hukum peningkatan status dari Badan Pengelola Air Minum (BPAM)
menjadi salah satu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Blora berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Blora Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 30 Januari 1991
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Blora, Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/KPTS/1992 tanggal 17 Januari 1992, serta Acara Serah
Terima dari Gubernur Jawa Tengah kepada Bupati Blora Nomor : 539/60 dan 535/695 tanggal
17 Februari 1992.
Organisasi pelaksana di tingkat masyarakat dalam kegiatan SPAM adalah Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum
(KPSPAM). KSM merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan sarana air minum
sedangkan KPSPAM berperan dalam keberlanjutan sarana air minum Program SPAM di tingkat
desa. KSM dan KPSPAM merupakan wakil masyarakat pengguna dan pemanfaat, sehingga
keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat (partisipasi) dalam
setiap tahapan kegiatan, mulai dari proses penyiapan masyarakat, sosialiasasi, perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaannya.
1) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Pembentukan KSM melalui rembuk warga dengan bentuk dan susunan struktur organisasi
sesuai kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan keterlibatan kaum perempuan.
2) Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (KPSPAM)
KPSPAM dibentuk pada saat rembuk warga, kepengurusan/ keanggotaan KPSPAM
diutamakan berasal dari calon pemanfaat. KPSPAM bersama masyarakat akan mengelola
sarana SPAM terbangun untuk keberlanjutan program. Hal ini akan dituangkan dalam
AD/ART KPSPAM. SK pembentukan KPSPAM dibuat oleh Kepala Desa/Lurah. Jika
KPSPAM akan mengelola dana bantuan dari pihak lain (APBN, APBD, CSR, dan bantuan
lainnya) maka organisasi KPSPAM wajib berbadan hukum.
6. Menggalang kemitraan dengan pihak lain sebagaimana dimaksud antara lain dengan cara
CSR dan kerjasama antar KPSPAM. Kemitraan dengan badan usaha hanya boleh
dilakukan oleh BUMN/BUMD
Untuk dapat menjalankan peran tersebut secara efektif maka KPSPAMS harus memiliki
personil yang capable menjalankan tugasnya, memiliki rencana kerja yang tersusun dengan baik
dan terukur, serta mempunyai aturan kerja dengan stakeholder lainnya seperti tersebut diatas.
Untuk mencapai tujuan dan target yang disepakati masyarakat untuk kurun waktu satu
tahun. Hasil monitoring keberlanjutan, laporan pengukuran dan evaluasi kinerja KPSPAMS
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana kerja KPSPAMS.
Target tahunan dijabarkan dalam program dan kegiatan, dan harus mencerminkan aspek-
aspek yang mempengaruhi keberlanjutan layanan dan perubahan perilaku. Aspek–aspek yang
diwujudkan dalam Rencana Kerja antara lain:
1. Pengelolaan SAM Pasca Konstruksi (Operasi & Pemeliharaan)
2. Pengembangan Sarana Air Minum dan Sanitasi
3. Pengembangan kesehatan (PHBS)
4. Pengembangan kemitraan air minum dan sanitasi
Rencana kerja KPSPAMS adalah acuan pelaksanaan kegiatan KPSPAMS untuk mencapai
tujuan dan target yang disepakati masyarakat dalam kurun waktu selama satu tahun. Hasil
1. Kegiatan yang direncanakan dan yang telah dilaksanakan oleh KPSPAMS dan hasil
capainnya
2. Kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan
3. Laporan keuangan dan pelaksanaan iuran air minum
4. Daftar asset
5. Daftar pelanggan
5. KPSPAMS berkoordinasi dengan KKM dalam menyusun rencana kerja dan pelaksanaan
kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana SPAM.
6. KKM menyerahkan pengelolaan sarana sanitasi di sekolah kepada pihak sekolah yang
dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima.
Hubungan KPSPAMS dengan PDAM
Dalam pelaksanaan pembangunan, pengelolaan dan pengembangan SPAM terbangun,
hubungan KPSPAMS dengan PDAM adalah sebagai berikut:
1. Hubungan kerja antara KPSPAMS dan PDAM dapat dilakukan secara langsung atau
melalui Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan.
2. KPSPAMS dapat meminta bantuan bimbingan teknis operasi dan pemeliharaan SPAM
kepada PDAM sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum.
3. KPSPAMS dapat meminta bantuan PDAM dalam pengadaan alat dan bahan untuk
pengembangan, operasi dan pemeliharaan SPAM.
4. KPSPAMS dapat melakukan perjanjian kerjasama untuk pemanfaatan air PDAM guna
memenuhi kebutuhan masyarakat diwilayahnya
Hubungan KPSPAMS dengan Assosiasi Pengelola SPAMS PERDESAAN
Asosiasi adalah wadah koordinasi kegiatan pendampingan, peningkatan kapasitas serta
komunikasi dan pembelajaran bersama untuk meningkatkan kinerja KPSPAMS dalam pelayanan
air minum dan sanitasi. KPSPAMS merupakan anggota Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan.
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan pelayanan air minum yang
dilakukan oleh KPSPAMS, maka hubungan KPSPAMS dengan Asosiasi Pengelola SPAM
Perdesaan sekurang-kurangnya dalam hal:
1. Melakukan pengukuran kinerja pelayanan SPAMS anggotanya sesuai standar yang telah
ditetapkan. Format penilaian kinerja KPSPAMS.
2. Memetakan permasalahan dan tantangan yang dihadapi KPSPAMS.
3. Memberikan masukan bagi pembinaan dan peningkatan kinerja KPSPAMS anggotanya.
4. Memfasilitasi kemitraan bagi peningkatan kinerja KPSPAMS anggotanya.
5. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan Asosiasi dengan
anggotanya dan Pemerintah Daerah setempat.
6. Fasilitasi pembelajaran bersama antar KPSPAMS.
7. KPSPAMS sebagai anggota Asosiasi Pengelola SPAM Perdesaan berkewajiban
melaksanakan iuran anggota sesuai dengan AD/ART Asosiasi Kabupaten.
8. KPSPAMS memberikan informasi mengenai pelaksanaan operasional dan pemeliharaan
SPAM kepada asosiasi.
Aspek Pengaturan
Penyediaan Air Minum adalah kegiatan menyediakan Air Minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem
Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan Air Minum. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam
melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses
dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum kepada masyarakat.
Didalam Peraturan Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum, telah dijelaskan dalam pasal 36 bahwa penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam rangka melaksanakan Penyelenggaraan SPAM dibentuk BUMN dan/atau BUMD
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal
Penyelenggaraan SPAM di luar jangkauan pelayanan BUMN dan/atau BUMD, maka Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah dapat membentuk UPT atau UPTD sesuai dengan
kewenangannya.
Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah telah menjelaskan bahwa
Urusan Pemerintah Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar salah satunya adalah
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Didalam lampiran Undang- undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah pada point c mengenai pembagian urusan Pemerintahan Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyatakan bahwa Air Minum merupakan urusan wajib
pemerintah daerah dengan pembagian urusan sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat :
− Penetapan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) secara nasional.
− Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas Daerah provinsi, dan SPAM untuk
kepentingan strategis nasional.
2. Pemerintah Daerah/ Provinsi :
− Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas Daerah kabupaten/kota.
3. Pemerintah Kabupaten/ Kota :
− Pengelolaan dan pengembangan SPAM di Daerah kabupaten/kota
Untuk menjalankan amanat undang undang no 23 tahun 2014 tersebut, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Didalam
Peraturan Pemerintah ini dijelaskan bahwa didalam menjalankan urusan Wajib Pemerintahan
yang berkaitan dengan pelayanan dasar maka diperlukan dinas sebagai berikut :
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
5. Ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; dan
6. Sosial.
“Urusan air minum ini menjadi tanggung jawab bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang (UU 23/2014)”.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) “Tirta Amerta” Kabupaten Blora yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Blora Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 30 Januari
1991 antara lain bertujuan untuk mengusahakan penyediaan air minum bagi seluruh masyarakat
diwilayah Kabupaten Blora secara adil dan merata serta secara terus menerus.
POTENSI
NO INDIKATOR KONDISI FAKTOR FAKTOR USULAN DAN REKOMENDASI
MASALAH
• Tidak memiliki • Sumber air baku dan unit produksi masih terbatas • Sehingga dengan adanya penambahan
11,98% dana dan serta jaringan distribusi belum dapat menjangkau anggaran tersebut, PDAM dapat
NILAI 1 perencanaan untuk seluruh wilayah pelayanan mengembangkan dan memperluas jaringan
< 4 (%) pengembangan • Kualitas sumber air alternatif bagus distribusi
jaringan distribusi • Kualitas pelayanan PDAM yang belum baik • Melakukan peningkatan kualitas pelayanan
• Air tanah pada kepada pelanggan
sebagian penduduk • Mengikuti program hibah MBR
cukup baik • Melakuaknksosialisasi kepada mayrakat
kualitasnya pentiingnya air bersih
sehingga tidak • Perluasan jaringan perpipaan
menggunakan • Membuat program promosi penyambunagn
PDAM SR murah
• Penurunan jumlah • Membuat inovasi dan teknologi informansi
pelanggan program SIap prima
3. Tingkat Penyelesaian Tingkat penyelesaian • Pengaduan • Jumlah petugas untuk menangai keluhan • ketercukupan jumlah petugas untuk
Pengaduan pengaduan Tinggi ditangani dengan pelanggan mencukupi menangani keluhan pelanggan
baik • ada penganggaran anggaran untuk penanganan • Menyediakan anggaran biaya untuk
100% • Kemampuan keluhan penanganan keluhan
NILAI 5 personel untuk • PDAM sudah melakukan pencatatan terhadap • pelatihan khusus untuk petugas yang
menangani keluhan pengaduan dan penanganannya menangani keluhan
≥ 80 (%) memadai • Penempatan petugas yang sesuai dengan tingkat • ketersediaan anggaran biaya untuk
• Peralatan untuk kompetensinya pengadaan sarana dan prasarana
menangani keluhan • Petugas cukup mendapatkan kesempatan penanganan pengaduan
teknis memadai pelatihan • Memberikan pelatihan untuk petugas yang
• Sistem pelayanan • adanya anggaran untuk membeli peralatanSarana menangani keluhan
keluhan pelanggan dan prasarana untuk menangani keluhan kurang • Kerjasama dengan dinas kesehatan
direncanakan memadai setempat
dengan baik • adanya sarana untuk menyampaikan pengaduan
• Kemampuan pendanaan untuk menerapkan
sistem pelayanan keluhan pelanggan
4. Kualitas Air Pelanggan Kualitas air pelanggan • Jumlah air yang • Sebanyak 276 sampel telah dilakukan uji • Mengoptimalisasi infrastruktur air baku,
Cukup Tinggi diuji tinggi laboratorium 62 diperiksa oleh UPT laboratorium pengolahan, pendistribusian, jaringan dan
POTENSI
NO INDIKATOR KONDISI FAKTOR FAKTOR USULAN DAN REKOMENDASI
MASALAH
• sering dilakukan Dinkes dan 214 sample diuji sendiri oleh PDAM. pelanggan
42,06% pemeriksaan • 57 sampel diperiksa dengan 26 parameter 57% • Melakukan pengawasan dan monitoring dan
NILAI 3 40 - < 60 (%) kualitas air di memenuhi syarat, 5 sample dengan 23 parameter evaluasi kulaitas air yang didistribusikan
sambungan • Rutin melakukan pencucican jaringan pipa
pelanggan o distribusi
Jumlah uji yang • Mengadakan perbaikan pipa distribusi
memenuhi syarat
5. Konsumsi Air Domestik Konsumsi air domestik • Distribusi air ke • Tekanan air di sambungan pelanggan tidak • Manajemen tekanan air
rendah pelanggan tidak merata • Evaluasi sistem jaringan distribusi
lancar • Sistem jaringan pipa distribusi tidak tertata • Memperbaiki sistem jaringan distribusi
12,55 m3/SR/bulan • Jumlah pelanggan dengan baik (mengganti pipa yang sudah lewat usia
NILAI 1 tidak seimbang • Pemasangan baru di jalur-jalur pipa distribusi teknis, dll)
< 15 (m3/bln) dengan yang sudah penuh • Menambah sistem jaringan pipa distribusi
kemampuan pipa • Penerapan program akselerasi pasar (sambung • Mengganti dan memperbaiki pipa-pipa air
distribusi baru) yang pecah/ rusak dan memasang meter
• Penggunaan • Kehilangan air non fisik (tidak ada meter induk, induk
sumber air meter air pelanggan rusak, sistem pembacan • Meningkatkan volume produksi
alternatif meter lemah,) • Meninjau harga air karena belum FCR
• Pelanggan • Tersedia banyak sumber air alternatif yang
membatasi kualitasnya bagus/SPAMDES
pemakaian air
ASPEK OPERASI
1. Efisiensi Produksi (Faktor Efisiensi Produksi • Jumlah air yang • Tingkat kehilangan air di unit produksi sebesar • Menambah pelanggan dan meningkatkan
Pemanfaatan Produksi) yang cukup tinggi diproduksi banyak 31,15% dari volume produksi riil, naik 1,15% pelayanan
• Kinerja unit dibanding tahun sebelumnya • Mengalokasikan biaya pemeliharaan yang
50,38% produksi menurun • Presentase NRW 40,49% Hal ini disebabkan memadai
Nilai 1 • Jaringan distribusi water meter banyak yang rusak, instalasi • Optimalisasi melalui sistem uprating atau
belum distribusi banyak yang berkarat, water meter di rehabilitasi unit produksi
< 60 (%) dikembangan instalasi distribusi dan produksi sebagian besar • Meningkatkan volume produksi rii dengan
rusak atau tidak berfunsi perbaikan maupun penggantian instalasi
• Konstruksi yang kurang baik pompa yang sudah tidak efisien da,
• Tidak tersedia dana untuk mengembangkan mmeperkecil kapsitas menganggur
POTENSI
NO INDIKATOR KONDISI FAKTOR FAKTOR USULAN DAN REKOMENDASI
MASALAH
jaringan distribusi dadengan optimalisasi popa dengan
• Wilayah pelayanan tersebar sehingga berkoordinasi dengan PLN terkait tegangan
membutuhkan biaya pengembangan jaringan listrik agar selalunyaa stabil
yang mahal • Meningkatkan jam operasi layanan
• Pemasangan pipa distribusi
• Peningkatan pengawasan
2. Air Tak Berekening- ATR Air Tak Berekening- Air Tak Berekening- • Hanaya perlu adnaya peningkatan penyambungan • Meningkatkan penelusuran terhadap
(NRW) ATR (NRW) Rendah ATR (NRW) adalah pipa kurang baik pelanggan yang menggunakan air di bawah
indikator yang • Lebih meningkatkan perbaikan Pipa rusak karena 10 m3 dalam 3 (tiga) bulan berturut-turut
31,15% menunjukkan tergali, terkena alat berat, pemilihan pipa yang • Memperbaiki sistem jaringan distribusi dan
NILAI 3 kemampuan kurang baik, dll mengganti pipa yang rusak/bocor
manajemen PDAM • Kebutuhan pelayanan public (hidran kebakaran) • Penggantian pipa yang telah berusia 20
> 30 - 35 (%) dalam mengendalikan ditingkatkan Tahun
volume air yang • Pengawasan sehingga tidak terjadi air dijual oleh • pencatatan sejarah meter
dijual melalui sistem oknum melalui mobil tangki • Mengganti meter air pelanggan yang rusak
distribusi perpipaan • Peningkatan Pencatatan jumlah pemakaian di • Rotasi pembaca meter
dengan ratio 32,77% meter air • Mengadakan petugas pengawas pencatatan
menunjukan tidak • Perbaikan Meter air pelanggan meter
banyak air yang • Peningkatan Meter air pelanggan yang tidak • Penertiban sambungan liar
terbuwang dan pernah dikalibrasi • Penerapan sanksi kepada petugas pencatat
pencataatn pemakain
• Tidak memiliki meter induk meter yang tidak jujur
yang sudah cukup
• Tingkat kehilangan air di unit produksi sebesar • Perbaikan bangunan intake dengan
baik
7,72% pengurasan lumpur , pemasangana
• Dan tingkat kehilangan air yang telah monitoring perubahan air baku penahan
didistribusikan ke pelanggan sebesar 32,77% sampah, optimalisasi perwatan da perbaikan
intalasi produksi, optimalisasi kerja pompa
• Pengadaan meter induk
3. Jam operasi layanan Jam operasi layanan Kendala jam operasi • Pemakaian air oleh pelanggan hanya pada jam- • Meningkatkan kapasitas produksi
tinggi distribusi jam tertentu terutama diakrenakan kurang debit • Mengganti pipa dengan kualitas yang baik
air dan tersumbatnya jaringan distribusi. dan mempercepat proses perbaikan pipa
19,39 jam • Keterbatasan daya listrik distribusi
NILAI 4 • Perbaikan jaringan pipa distribusi sering • Melakukan koordinasi dengan PLN
POTENSI
NO INDIKATOR KONDISI FAKTOR FAKTOR USULAN DAN REKOMENDASI
MASALAH
dilakukan
18 - <21 (jam) • Tidak memiliki cadangan sumber energi
(generator)
4. Tekanan air di sambungan Tekanan air di • Distribusi tekanan • tidak banyak tapping pada jalur distribusi utama • Menertibkan sistem distribusi
pelanggan sambungan pelanggan merata ada catatan • Pelanggan tidak menggunakan pompa untuk • Menyediakan alat pengukur tekanan air
Tinggi 89,54% pemeriksaan menarik air di jalur distribusi • Memberikan pelatihan kepada petugas
NILAI 5 tekanan air • Jumlah katup udara (air valve) mencukupi alat tentang cara mengukur tekanan air di
disambungan pengukur tekanan sambungan pelanggan
≥ 80 (%) pelanggan • Petugas lapangan paham cara mengukur tekanan • Pengecekan terhadap katup udara (air
air di sambungan pelanggan valve) secara berkala
• Kekurangan reservoir • Manajemen tekanan air
5. Penggantian meter air Penggantian meter air • Jumlah meter • Tidak ada anggaran biaya untuk pembelian meter • Menganggarkan dana untuk pengadaan dan
pelanggan pelanggan rendah pelanggan yang air pelanggan penggantian meter air pelanggan
diganti sedikit • Tidak ada program pemeriksaan kondisi meter air • Melakukan pengadaan meter air pelanggan
2,87% • Stok meter air pelanggan dengan pelanggan sekurang kurangnya tiap
NILAI 1 pelanggan tidak • Harga meter air pelanggan yang cukup mahal tahun sekitar 1500 unit meter pelanggan
ada • Tidak ada dana untuk membeli peralatan kalibrasi harus di kalibrasi
< 5 (%) • Stok meter air meter air pelanggan • Menganggarkan dana untuk pengadaan
pelanggan yang • Pengetahuan terhadap permasalahan meter air peralatan kalibrasi meter air pelanggan atau
ada diutamakan minim bekerja sama dengan PDAM lain yang
untuk sambungan • Kurangnya perhatian dari manajemen dalam hal terdekat
baru program penggantian meter air pelanggan
• Tidak memiliki
alat kalibrasi
Penyediaan air minum adalah kegiatan memenuhi kebutuhan air minum masyarakat agar
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem penyediaan air minum
(SPAM) merupakan satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum, meliputi sistem pelayanan untuk suatu komunitas yang menyeluruh, termasuk untuk
keperluan domestik, non domestik (sarana umum dan sarana komersial) dan industri (Peraturan
Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015).
Penyediaan air minum dapat dibedakan dalam dua sistem, yaitu; (1) penyediaan air minum
individual merupakan sistem untuk penggunaan individu dan untuk pelayanan terbatas, sistem
ini sangat sederhana seperti halnya sumur-sumur yang digunakan dalam satu rumah tangga, (2)
penyediaan air minum komunal atau perkotaan disebut juga public water supply system, adalah
suatu sistem untuk pelayanan komunitas dan pelayanan untuk keperluan menyeluruh seperti
keperluan domestik, sarana perkotaan maupun industri.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem
fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM
dilakukan oleh badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha
swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan
SPAM. (Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015).
Sistem penyediaan air minum perkotaan terbagi dalam tiga komponen, yaitu berturut-turut
komponen sumber air, komponen pengolahan air dan komponen distribusi pelayanan air. Pada
komponen distribusi pelayanan air, kepuasaan konsumen harus memenuhi standar kualitas air,
kuantitas air, kontinuitas air, dan harga jual air yang kompetitif. Keberhasilan distribusi
pelayanan air bersih sangat tergantung pada keandalan sumber air baku baik kualitas air maupun
kontinuitas sumber air. Pengambilan air dari sumbernya harus memperhatikan daya dukung
sumber daya air tersebut dan dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber air dan
lingkungannya serta memperhatikan aspirasi masyarakat setempat dan kelestarian
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku
yang tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat
ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak
geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya .
Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia selama 24 jam per hari atau
setiap saat diperlukan. Air baku untuk air bersih harus dapat diambil secara terus-menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Akan tetapi, kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia.
Dengan demikian, untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan
cara pendekatan aktivitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air
yaitu minimal selama 12 jam per hari pada jam-jam aktivitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00-
18.00.
Sistem penyediaan air minum memerlukan besarnya kebutuhan dan pemakaian air.
Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor
lainnya. Data mengenai keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk
memudahkan permodelan evaluasi sistem distribusi air minum. Kebutuhan air secara garis besar
mencakup kebutuhan domestik dan non domestik. Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan
untuk pemukiman penduduk, sedangkan non domestik memenuhi kebutuhan di sektor kehidupan
lainnya.
Domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga (mandi, mencuci,
minum, memasak, penggelontor kloset, dan lain-lain). Penentuan kebutuhan air domestik
didasarkan pada jumlah penduduk dan standar kebutuhan air:
1. Standar kebutuhan air adalah besarnya volume air yang dikonsumsi oleh pelanggan dalam
waktu satu hari. Tingkat konsumsi air biasanya dinyatakan dalam satuan liter/orang-hari
Tingkat kebutuhan air tergantung pada beberapa faktor antara lain:
a. Kondisi iklim
b. Kebiasaan dan gaya hidup
c. Keberadaan fasilitas plumbing
d. Harga air
2. Standar kebutuhan air untuk wilayah perkotaan adalah:
a. 120 - 150 L/orang-hari yang dilayani dengan sambungan rumah (SR) dan diasumsikan 1
SR = 5 orang (atau disesuaikan dengan data BPS tentang jumlah anggota keluarga rata-
rata)
b. 30 L/orang-hari yang dilayani dengan hidran umum (HU) dan diasumsikan 1 HU = 100
orang
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk
tahun perencanaan. Kebutuhan air untuk daerah domestik ini dilayani dengan sambungan rumah
(SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air bersih untuk daerah domestik ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
Kebutuhan air = % pelayanan * a * b
Dimana :
a = jumlah pemakaian air (liter/ orang/ hari)
b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
Non Domestik
Kebutuhan air untuk non domestik adalah kebutuhan air untuk:
1. Sosial: sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, taman, dan lain-lain
2. Komersial: hotel, perdagangan, kantor, laundry, dan lain-lain
3. Industri: industri besar, industri kecil, dan industri rumah tangga
4. Pelabuhan
5. dan lain-lain
Kebutuhan Rata-Rata
Konsumsi air berubah sesuai dengan aktivitas masyarakat. Pemakaian rata-rata harian
adalah pemakaian rata-rata dalam sehari atau pemakaian setahun dibagi 365 hari. Pada hari
tertentu di setiap minggu, bulan atau tahun akan terdapat pemakaian air yang lebih besar
daripada kebutuhan rata-rata perhari, pemakaian air tersebut disebut pemakaian hari maksimum.
Kebutuhan hari maksimum (Qhm) adalah perkalian kebutuhan rata-rata dengan nilai faktor hari
maksimum. Demikian pula pada jam-jam tertentu di dalam satu hari, pemakaian air akan
meningkat lebih besar daripada kebutuhan air rata-rata perhari yang dikenal dengan pemakaian
jam puncak. Untuk mengetahui kebutuhan jam puncak adalah dengan mengalikan nilai faktor
jam puncak dengan kebutuhan air rata-rata perhari. Berdasarkan pedoman standar konsumsi air
minum Departemen Pekerjaan Umum (2005) nilai faktor hari maksimum adalah 1.15 dan nilai
faktor jam puncak adalah 1.05.
Jumlah pemakaian air perorangnya sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan airpun akan
bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : iklim,
standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat
dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu :
Pemakaian air rata – rata perhari
Pemakaian air rata – rata dalam satu hari
Pemakaian air setahun dibagi dengan 365 hari
Kehilangan Air
Kehilangan air terdiri dari kehilangan air di instalansi dan kehilangan air di tingkat
distribusi. Kehilangan air di instalansi disebabkan karena pemakaian air untuk keperluan proses
pengolahan air yang meliputi pencucian media filter dan pengurasan bak sedimentasi. Kualitas
air baku yang stabil di musim kemarau dan musim hujan merupakan potensi terhadap
pengolahan air menjadi lebih ringan, sehingga pemeliharaan dan perawatan komponen unit
pengolahan menjadi lebih ringan.
Kehilangan air di tingkat distribusi banyak disebabkan karena kebocoran air akibat
kurangnya perawatan, serta kualitas tanah pada jalur pipa yang rawan longsor dan ditepi sungai
sehingga rawan kebocoran pipa akibat tidak mampu menahan beban dari longsoran maupun
banjir. Selain itu adanya pencurian air, perusakan meter air, dan kondisi meter air di pelanggan
yang sering rusak, disamping faktor pembacaan meter air oleh petugas pengontrol meter
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan air di sitem distribusi.
Lebih jelas mengenai kehilangan air dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 4-2 Rekomendasi International Water Associations Untuk Istilah
Konsumsi Bermeter
Berekening Air Berekening
Konsumsi Resmi Konsumsi Tak Bermeter (AR)
Konsumsi Berekening Tak Berekening
Resmi Konsumsi Bermeter tak
Volume
Berekening
Input
Konsumsi Resmi Konsumsi Tak Bermeter
Sistem
Tak Berekening Tak Berekening Air Tak Berekening
Konsumsi Tak Resmi (ATR)
Kehilangan Kehilangan Non- Ketidak-akuratan Meter
Air Fisik/Non-Teknis Pelanggan dan Kesalahan
Penanganan Data
Kriteria Perencanaan
Unit Air Baku
Pengembangan teknis SPAM air baku harus disusun berdasarkan ketentuan dimana debit
pengambilan harus lebih besar daripada debit yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya 130%
kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana kapasitas air baku tidak dapat tercapai karena
keterbatasan sumbernya akibat musim kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada
musim hujan menjadi debit cadangan dimusim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi
kapasitas kebutuhan air minum. Untuk menentukan air baku yang ada diperlukan informasi-
informasi awal dari data-data yang sudah ada maupun dari survei secara langsung untuk
memperoleh data sumber air baku yang dapat digunakan. Survei air baku dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi mengenai berbagai alternatif sumber air baku yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lokasi perencanaan.
Dalam pelaksanaan penentuan sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. debit minimum dari sumber air baku
2. kuantitas sumber air baku harus terjamin kuantitasnya
3. kualitas air baku harus memenuhi ketentuan baku mutu air yang berlaku
4. jarak sumber air baku ke daerah pelayanan maksimum sesuai dengan ketentuan untuk
masing-masing sumber air baku.
Ketentuan teknis yang digunakan dalam pengambilan sumber air baku harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
4. Sumber air baku
Sumber air baku yang dapat digunakan sebagai air baku adalah waduk, mata air, air tanah,
air permukaan dan air hujan
5. Dasar-dasar perencanaan bangunan pengambilan air baku
Dasar-dasar perencanaan bangunan pengambilan air baku terdiri dari :
a. Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai :
1) mata air
2) debit
3) kuaitas air
4) pemanfaatan
b. Perhitungan debit sumber air baku :
Pengukuran debit mata air, menggunakan :
Pengukuran debit air dengan pelimpah. Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan
adalah alat ukur Thompson berbentuk V dengan sudut celah 30º, 45 º, 60 º dan 90 º.
Alat ukur Thompson sudut celah 90 º dengan rumus :
Q = 1,417. H³/² ,
dimana :
Q = debit aliran (m³/detik)
Perhitungan debit air permukaan Perhitungan debit air sungai dilakukan dengan mengukur
luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan rata-rata alirannya
dengan rumus :
Q=A.v
v = C.√R. S
Selain pengukuran, perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat diperoleh dari
penduduk. Data-data yang diperlukan seperti debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi muka
air minimum dan maksimum.
Unit Transmisi
Setelah data-data primer dan sekunder terkumpul dan dilakukan analisis hidrologi maka
langkah selanjutnya adalah menentukan sistem pengaliran dari air baku terpilih yang sesuai
dengan lokasi dan kondisi wilayah pelayanannya. Yang dimaksudkan disini adalah menentukan
sistem jaringan pipa dari sumber air ke daerah pelayanan/distribusi. Konsep yang digunakan
adalah sistem grafitasi, yaitu penentuan jalur pipa dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah
sesuai dengan kondisi topografi. Sistem Transmisi yang dimaksud adalah pengaliran air baku
dari sumber air menuju bangunan pengolahan maupun reservoir sebelum disalurkan melalui
system distribusi. Jaringan pipa transmisi ini diutamakan untuk melindungi air baku ke unit
pengolahan dalam kapasitas yang besar dan terlindungi dari hal-hal yang dapat mencemari
kualitas air baku.
Perencanaan teknis unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara air baku menuju unit
produksi atau dari unit produksi menuju ke reservoir/jaringan distribusi sependek mungkin,
terutama untuk sistem transmisi distribusi. Hal ini karena transmisi distribusi pada dasarnya
dirancang untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa
transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. Pipa transmisi sedapat mungkin
dapat diletakkan sedemikian serupa dibawah level garis hidroulis untuk menjamin aliran
sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai masih sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horisontal untuk
menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik dari aliran
air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa
tersebut secara berlebihan.
Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan pukulan
air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi
perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau
berubahnya posisi pipa transmisi dari semula.
Tabel 4-4 Kriteria Teknis Pipa Transmisi
No. Uraian Notasi Kriteria
1. Debit Perencanaan Qmax Kebutuhan air hari maksimum
Qmax = fmax x Qrata-rata
2. Faktor hari maksimum fmax 1.1 – 1.5
3. Jenis Saluran Pipa atau saluran terbuka
4. Kecepatan aliran di dalam pipa :
a. Kecepatan minimum Vmin 0.3 – 0.6 mdet
Dalam perencanaan jalur pipa transmisi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Jalur pipa sependek mungkin
2. Menghindari jalur yang mengakibatkan konstruksi sulit dan mahal
3. Tinggi hidrolis pipa minimum 5 m diatas pipa, sehingga cukup menjamin operasi air Valve
4. Menghindari perbedaan elevasi yang terlalu besar sehingga tidak ada perbedaan kelas pipa
Sedangkan penentuan dimensi pipa transmisi harus memenuhi ketentuan teknis sebagai
berikut :
a. Pipa harus direncanakan untuk mengalirkan debit maksimum harian
b. Kehilangan tekanan dalam pipa tidak lebih dari 30% dari total tekanan statis pada
sistem transmisi dengan pemompaan. Untuk sistem grafitasi, kehilangan tekanan
maksimum 5 m/1000 m atau sesuai dengan spesifikasi pipa.
Unit Produksi
Pengembangan SPAM unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air yang akan
diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan
dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian dikaitkan dengan sasaran standar
kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian proses pengolahan air umumnya terdiri dari
satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material
terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi. Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan desinfeksi. Perlindungan utama dalam sistem
penyediaan air minum unit produksi yang dimulai dari sumber air baku sampai penyediaan air
yang siap dan layak untuk digunakan sebagai air bersih.
1. Bangunan penangkap mata air (Broncaptering)
Perlindungan Mata Air (PMA) dalam hal ini merupakan bangunan penangkap mata air
sekaligus unit produksi, bila menggunakan desinfektan sebelum didistribusikan. Ketentuan
umum PMA yang harus dipenuhi dalam SPAM adalah sarana PMA sesuai dengan
spesifikasi teknis, mengikuti petunjuk pemeliharaan dan terjaminnya kontinuitas air
minum.
2. Bangunan saringan pasir lambat.
Untuk proses produksi air baku yang maksimal diperlukan unit filter/penyaringan melalui
bangunan saringan pasir lambat, bangunan ini berfungsi sebagai proses penyaringan
material kasar/halus agar tertahan didalam saringan pasir lambat, sehingga diperoleh air
baku yang jernih dan bersih secara fisik.
3. Instalansi Pengolahan Air Minum Konvensional
Instalansi pengolahan air minum dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kandungan
air baku dari zat-zat pencemar baik secara fisik, kimiawi maupun bakteriologi (biologis)
sehingga diperoleh kualitas air yang layak dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat secara
umum. Instalasi pengolahan air dilakukan apabila air baku yang digunakan memiliki
kondisi air yang keruh, terbuka, rawan pencemaran, kandungan-kandungan zat
terlarut/tersuspensi terlalu tinggi, seperti air sungai dan air danau.
Unit produksi direncanakan berdasarkan kebutuhan kebutuhan hari puncak yang besarnya
berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata. Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan
pada kajian kualitas air yang akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi
dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air dikaitkan dengan sasaran standar
kualitas air minum (output).
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu untuk
memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan proses
desinfeksi.
Unit produksi dapat terdiri dari :
1. Unit koagulasi
2. Unit flokulasi
3. Unit sedimentasi
4. Unit filtrasi
5. Unit netralisasi
6. Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
1. SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
2. SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
3. SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.
Unit Distribusi
Pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu
dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-
end distribution system) atau kombinasi kedua system tersebut (grade system). Bentuk jaringan
pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan,
jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Ketentuan – ketentuan yang harus dipenuhi dalam perencanaan denah sistem distribusi
adalah sebagai berikut :
1. Denah sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan dan
lokasi instalansi pengolahan air.
2. Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan.
3. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem grafitasi seluruhnya, diusulkan
kombinasi sistem grafitasi dan pompa. Jika wilayah pelayanan semua relatif datar, dapat
digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan
pompa penguat (booster pump)
4. Jika terdapat perbedaan elavasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberpa zonasedemikian rupa, sehingga memenuhi
persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan
katup pelepas tekan (presurre reducing valve), sedangkan untuk mengatasi kekurangan
tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Tabel 4-5 Kriteria Teknis Pipa Distribusi
No. Uraian Notasi Kriteria
1. Debit Perencanaan Qpuncak Kebutuhan air hari maksimum
Qmax = fpeak x Qrata-rata
2. Faktor jam puncak fmax 1.2 – 3
3. Kecepatan aliran di dalam pipa :
a. Kecepatan minimum Vmin 0.3 – 0.6 mdet
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air.
1. Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya, dimulai
dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari sambungan rumah
adalah:
- Mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
- Untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen.
2. Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air
berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan pipa
pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa pelayanan
sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan. Konstruksi sipil
dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil yang sederhana meliputi
pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga
meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-
lain sesuai gambar rencana.
3. Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau pengurasan
pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada setiap interval
jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan
bangunannya.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
- Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran. Dalam
keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
- Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup katup ini
maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
- Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
- Badan hidran
- Kepala hidran
- Katup hidran
Unit Reservoir
Air yang dihasilkan dari produksi air dapat ditampung dalam reservoir air yang akan
berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dan kebutuhan, sebagai penyimpan
kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan
instalansi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk
menampung produksi air atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi
kebutuhan puncak didaerah distribusi. Reservoir dibangun baik dengan konstruksi baja maupun
dengan konstruksi beton bertulang. Pada perencanaan reservoir hal utama yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Lokasi dan tinggi reservoir
Periode Perencanaan
Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah yang belum
mendapat pelayanan air minum dan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta kawasan
strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan sesuai dengan
arahan dalam perencanaan induk kota. Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan
dan dibangun sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi tujuan di bawah ini :
1. Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi air minum.
2. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.
3. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.
4. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi
Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
Dengan demikian periode perencanaan dalam Penyusunan RISPAM untuk berbagai klasifikasi
kota dapat dilihat pada tabel berikut ini. Dalam hal ini penyusunan Rencana Induk
Pengembangan SPAM Kabupaten Blora termasuk dalam kategori “Metro” berdasarkan batasan
jumlah penduduk menurut Permen PUPR 27/20016, yaitu memiliki jumlah penduduk antara >1
Juta jiwa seperti pedoman yang disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4-6 Matriks Kriteria Utama Penyusunan RISPAM Untuk Berbagai Klasifikasi Kota
Kategori Kota
Besar Sedang Kecil
No Kriteria Teknis
Metro ( >1jt ) ( 500rb - 1jt ) ( 100 - 500 )rb ( 20 – 100 )rb
jiwa jiwa jiwa
I Jenis perencanaan Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk -
II Horison 20 Tahun (15-20) Tahun (15-20) Tahun (15-20) Tahun
perencanaan
III Sumber Air Baku Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi
Penyedia jasa Penyedia jasa Penyedia jasa Penyedia jasa
IV Pelaksana /Penyelenggara/ /Penyelenggara/ /Penyelenggara/ /Penyelenggara/
Pemda Pemda Pemda Pemda
V Peninjauan Ulang Per – 5 Tahun Per – 5 Tahun Per – 5 Tahun Per – 5 Tahun
VI Penanggungjawab Penyelenggara/ Penyelenggara/ Penyelenggara/ Penyelenggara/
Pemda Pemda Pemda Pemda
-Hibah LN -Hibah LN -Hibah LN -Pinjaman LN
-Pinjaman LN -Pinjaman LN -Pinjaman LN -APBD
VII Sumber Pendanaan -Pinjaman DN -Pinjaman DN -Pinjaman DN
-APBD -APBD -APBD
-PDAM -PDAM -PDAM
-Swasta -Swasta -Swasta
Sumber: Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2016
Dalam suatu pengembangan SPAM, wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah
administrasi yang bersangkutan sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak
yang terkait dalam rangka menunjang pembangunan sistem penyediaan air minum.
Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada pertimbangan
teknis dalam standar spesifikasi teknis. Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah perkembangan
kota dan kawasan di dalamnya, sedangkan luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan
survey serta kajian dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas sehingga memenuhi
persyaratan teknis.
Pertimbangan teknis dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain :
- Kepadatan penduduk
- Tingkat kesulitan dalam memperoleh air
- Kualitas sumber air yang ada
- Tata ruang kota
- Tingkat perkembangan daerah
- Dana investasi, dan
Kriteria Daerah pelayanan disesuaikan dengan arah pengembangan yang ada dalam RTRW
serta memperhatikan daerah potensial, daerah yang tinggi kepadatan penduduknya, daerah
strategis (wisata, industri, perkantoran), daerah dengan penduduk berpenghasilan rendah (MBR),
daerah rawan air, serta kebijakan pemerintah daerah dalam penyediaan air minum. Daerah
pelayanan harus dapat memenuhi kriteria dasar pelayanan air minum yaitu:
1. Seluruh masyarakat mendapatkan akses pelayanan air minum.
2. Masyarakat dapat langsung meminum air tanpa harus dimasak.
3. Masyarakat mampu memelihara kesehatan karena berkurangnya penyakit yang terkait
dengan air minum.
4. Masyarakat menikmati peningkatan kesejahteraan akibat peningkatan pengelolaan air
minum.
5. Masyarakat dan dunia usaha dapat berpartisipasi aktif.
6. Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah bersama masyarakat mengamankan ketersediaan
air baku.
Kriteria daerah layanan dibagi menjadi dua yaitu, daerah perkotaan dan daerah perdesaan.
Daerah perkotaan merupakan daerah yang terlayani oleh PDAM. Daerah perkotaan merupakan
daerah ibukota kecamatan. Sedangkan, untuk daerah layanan perdesaan umumnya merupakan
daerah yang tidak dapat terlayani oleh PDAM dan hanya dapat dijangkau dengan program
perdesaan baik berupa PAMSIMAS maupun DAK air minum.
Berkenaan kriteria daerah layanan dan memperhatikan rencana pengembangan Kabupaten
Blora, maka rencana pengembangan SPAM perlu mempertimbangkan persebaran kepadatan
penduduk dan pengembangan daerah strategis Kabupaten Blora
menggunakan sistem jaringan pipa transmisi dan distribusi yang berfungsi untuk
mengalitkan air dari sumber mata air ke instalasi pengolahan/penampungan yang
selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi yang digunakan
adalah sistem gravitasi (pengalitan) clan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah
sistem yang mengalirkan air sesuai dengan topografi. dan kemiringan tanah. Sedangkan
sistem pompa merupakan peogaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).
3. Rencana Pengembangan Jaringan Air Baku Untuk Air Minum
Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum berupa pelestarian mata air,
pemanfaatan air tanah secara terkendali clan pemanfaatan air sungai, rawa, waduk clan
embung secara proporsional. Pengelolaan ciao pemanfaatan air dari badan-badan air al.am
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Air di badan sungai yang berada di luar kawasan lindung dan merupakan sumber utama
dengan debit yang besar dan kualitas air yang sedang sampai baik, dapat dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi, perikanan, dan air baku bagi penyediaan air bersih
perkotaan/perdesaan.
b. Air di badan sungai yang termasuk kawasan lindung tidak boleh dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, kecuali untuk kondisi khusus atau telah menclapat ijin dari
instansi/pihak yang berwenang.
c. Air di sejumlah mata air di kawasan pegunungan yang kondisi tutupan lahannya
terpelihara dengan baik, dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan debit
yang aman bagi kelestarian mata air clan bagi kawasan di bawahnya.
d. Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih domestik pada skala penggunaan individu (rumah tangga) dalam
volume yang relatif kecil. Sedangkan di kawasan permukiman padat, pemanfaatan skala
besar tidak diperbolehkan.
e. Air tanah dalam (tertekan), jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan
dengan perizinan, pengawasan dan pengendalian secara ketat oleh instansi yang
berwenang.
4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna.
a. Pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat melalui pembentukan Himpunan
Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) di perdesaan, dilaksaoakan dengan arahan:.
− Pembangunan prasarana air bersih perdesaan diprioritaskan pada kawasan rawan
kekeringan;
− Sumber/mata air yang memiliki debit besar dapat dimanfaatkan untuk melayani lebih
dari satu kawasan permukiman; clan
Pelayanan Perkotaan
Wilayah pelayanan perkotaan merupakan wilayah Kabupaten Blora yang ditetapkan
sebagai wilayah perkotaan dan wilayah strategis pertumbuhan ekonomi dalam RTRW dan/atau
masuk dalam wilayah teknis pelayanan PDAM. Wilayah perkotaan dan kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi seperti yang tertuang dalam RTRW meliputi :
1. Program pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan lokal: Kawasan
perkotaan Cepu dan Kawasan perkotaan Blora
2. Program pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan, meliputi: Kawasan Perkotaan
Kunduran; Kawasan Perkotaan Todanan; Kawasan Perkotaan Banjarejo; Kawasan
Perkotaan Japah; Kawasan Perkotaan Bogorejo; Kawasan Perkotaan Jiken; Kawasan
Perkotaan Ngawen; Kawasan Perkotaan Randublatung Kawasan Perkotaan Kradenan; dan
Kawasan Perkotaan Jati.
3. Program pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan, meliputi: Kecamatan Kradenan dan
Kecamatan Japah
Pelayanan Perdesaan
Secara administrasi wilayah Kabupaten Blora terbagi ke dalam 16 (enam belas) Kecamatan
Berdasarkan hasil analisis fungsi tiap desa dalam Kecamatan tersebut, disusun rencana sistem
perdesaan di Kabupaten Blora.
Penyediaan jaringan air bersih di Kabupaten Blora sampai dengan akhir tahun 2036
direncanakan akan dilayani oleh 2 sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan dan sistem jaringan
non perpipaan. Sistem jaringan perpipaan ditempuh dengan pendekatan pemerataan dan prioritas
penyediaan air bersih di wilayah yang belum terjangkau. Bagi penduduk yang tidak mampu
berlangganan air minum dengan sistem Sambungan Rumah (SR) direncanakan akan dilayani
dengan sistem Hidran Umum (HU) dengan asumsi pelayanan 1 HU melayani 100 jiwa.
Rencana penyediaan air minum di Kabupaten Blora dengan mempertimbangkan:
1. Sumber air di Kabupaten Blora, baik berupa sumur gali, sumur pompa, sungai, mata air
dan lain sebagainya.
2. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi perkembangan
permintaan masyarakat akan konsumsi air bersih.
3. Perkiraan perkembangan kegiatan dengan adanya peningkatan fungsi kota.
4. Konsumsi air bersih per hari untuk kebutuhan penduduk sebesar 125 liter/orang/hari.
5. Kebutuhan air bersih untuk industri dan fasilitas sosial diasumsikan sebesar 10% dari
kebutuhan penduduk.
6. Kebutuhan air bersih untuk hidran umum diasumsikan sebesar 10% dari kebutuhan
penduduk.
Rencana penyediaan air minum dengan sistem perpipaan dilakukan dengan pengembangan
jaringan primer dan sekunder.
− Jaringan Primer
Merupakan pipa utama yang mengalirkan air dari sumber ke reservoir. Diameter pipa
untuk jaringan primer ini direncanakan 200-250 mm. Lokasi pengembangan jaringan
primer direncanakan disepanjang aliran dari mata air (Kalitaman, Kalisombo, Benoyo,
Senjoyo) sampai ke reservoir.
− Jaringan Sekunder
Merupakan jaringan pipa yang mendistribusikan pipa jaringan primer, dari pipa jaringan
sekunder selanjutnya akan dialirkan ke pipa-pipa distribusi. Diameter pipa untuk
jaringan sekunder direncanakan 100 – 150 mm. Lokasi pengembangan jaringan
sekunder direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada di Kabupaten Blora.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan jaringan air bersih adalah
keterbatasan penyediaan air minum yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Keterbatasan penyediaan air minum tersebut disebabkan karena peningkatan kebutuhan
air minum yang semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk maupun
semakin kompleksnya aktivitas yang dilakukan masyarakat Kabupaten Blora. Di sisi
lain distribusi air minum dari perusahaan air minum Kabupaten Blora hanya mencapai
80% jumlah penduduk Kabupaten Blora sehingga memang ada masyarakat di daerah-
daerah pedesaan yang belum terjangkau oleh jaringan air minum dari perusahaan air
minum.
e. Pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang diijinkan meliputi kantor
pengelola, bak penampungan/reservoir, tower air, bak pengolahan air dan bangunan untuk
sumber energi listrik dengan:
− Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 30%;
− Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 60%; dan
− Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengembangan sistem jaringan air minum dibagi menjadi dua jenis jaringan, yaitu rencana
jaringan perpipaan dan rencana jaringan non-perpipaan.
1. Rencana jaringan perpipaan, meliputi:
a. Rencana peningkatan dan pengembangan prasarana jaringan perpipaan air minum
berada di seluruh wilayah Kabupaten Blora; dan
b. Peningkatan kualitas air baku menjadi air minum berupa pembangunan fasilitas
pengolahnya beserta kelengkapan pendukungnya.
2. Rencana jaringan non-perpipaan
Jumlah penduduk yang diproyeksi merupakan penduduk di masing – masing Kec. yang
termasuk dalam wilayah pelayanan perkotaan dan Perdesaan. Proyeksi jumlah penduduk ini
digunakan untuk menentukan kebutuhan air bersih penduduk sebagai dasar perencanaan.
Kradenan Perkotaan 0 0 0 0 0 0
Perdesaan 41.062 41.587 42.933 44.328 45.773 47.271
41.062 41.587 42.933 44.328 45.773 47.271
Proyeksi yang ditampilkan pada tabel diatas adalah proyeksi penduduk pada tahun 2020,
2022, 2027, 2032, 2037 dan 2042. Tahun 2022 merupakan tahun awal perencanaan, tahun 2027
merupakan batas tahapan pertama, tahun 2032 merupakan tahapan kedua dan tahun 2037
merupakan tahun akhir perencanaan.
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, penduduk pada tahun 2022 sebanyak 213.675
jiwa, tahun 2027 sebanyak 897.141 jiwa dan tahun 2032 sebanyak 930.227 jiwa. Hasil
perhitungan memproyeksikan 16 Kecamatan. yang termasuk dalam wilayah perkotaan. Dari 16
Tahun
No Uraian Satuan
2022 2027 2032 2037 2042
3 Penduduk Terlayani jiwa 351.426 364.608 378.458 393.017 408.330
4 Jumlah Penduduk Per SR jiwa 4 4 4 4 4
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 87.857 91.152 94.614 98.254 102.083
2 Pemakaian per orang l/org/hari 120 120 120 120 120
3 Kebutuhan Air SR m3/hari 42171,13 43753,01 45414,95 47162,00 48999,61
4 Kebutuhan Domestik l/det 488,09 506,40 525,64 545,86 567,13
C Kebutuhan non domestik
15% dari kebutuhan Domestik % 15 15 15 15 15
Kebutuhan non domestik m3/hari 6325,67 6562,95 6812,24 7074,30 7349,94
l/det 73,21 75,96 78,85 81,88 85,07
D Kebutuhan Air Total l/det 561,31 582,36 604,48 627,73 652,19
E Kehilangan air
% Kehilangan air % 40 30 20 20 20
Jumlah kehilangan air l/det 224,52 174,71 120,90 125,55 130,44
F Kebutuhan air rata-rata (D+E) l/det 785,83 757,07 725,38 753,28 782,63
G Kebutuhan air maksimum
Faktor koefisien 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Kebutuhan air l/det 942,99 908,48 870,45 903,94 939,16
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor koefisien 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Kebutuhan Air l/det 1178,74 1135,60 1088,07 1129,92 1173,95
Sumber : Analisis dan Perhitungan, 2021
Proyeksi kebutuhan air yang disajikan pada tabel diatas adalah perkiraan air pada kondisi
sekarang 2021, tahun pencapaian tahap pertama 2022, tahap kedua 2027 dan tahun akhir rencana
2028. Pada tahun 2022 kebutuhan air wilayah pelayanan perkotaan sebesar 561,31 liter/detik.
Pada tahun 2037 kebutuhan air wilayah pelayanan perkotaan sebesar 582,36 liter/detik. Pada
akhir tahun rencana kebutuhan air wilayah pelayanan perkotaan diperkirakan sebesar 652,19
liter/detik. Pola peningkatan kebutuhan air setiap Kecamatan selama periode pentahapan
perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan data pada gambar diatas, terlihat peningkatan kebutuhan air pada masing –
masing Kecamatan dengan peningkatan kebutuhan air terbesar di Kecamatan Banjarejo. Namun
secara keseluruhan kebutuhan air perkotaan mengalami peningkatan secara signifikan mengikuti
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blora.
Dalam perhitungan proyeksi penduduk perdesaan, jumlah penduduk yang digunakan
merupakan jumlah penduduk dari desa / kelurahan yang berdasarkan Kebutuhan air bersih
wilayah pelayanan perkotaan sampai tahun 2042 dihitung berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk pada 16 Kecamatan yang termasuk dalam wilayah perdesaan.
Tabel 5-5 Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perdesaan
Tahun
No Uraian Satuan
2022 2027 2032 2037 2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 545.715 565.619 586.449 608.255 631.092
2 Tingkat Pelayanan % 100 100 100 100 100
3 Penduduk Terlayani jiwa 545.715 565.619 586.449 608.255 631.092
4 Jumlah Penduduk Per SR jiwa 4 4 4 4 4
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 136.429 141.405 146.612 152.064 157.773
2 Pemakaian per orang l/org/hari 120 120 120 120 120
3 Kebutuhan Air SR m3/hari 65485,78 67874,24 70373,86 72990,66 75731,03
4 Kebutuhan Domestik l/det 757,94 785,58 814,51 844,80 876,52
C Kebutuhan non domestik
15% dari kebutuhan Domestik % 15 15 15 15 15
Kebutuhan non domestik m3/hari 9822,87 10181,14 10556,08 10948,60 11359,65
l/det 113,69 117,84 122,18 126,72 131,48
D Kebutuhan Air Total l/det 871,63 903,42 936,69 971,52 1007,99
E Kehilangan air
% Kehilangan air % 40 30 20 20 20
Jumlah kehilangan air l/det 348,65 271,03 187,34 194,30 201,60
F Kebutuhan air rata-rata (D+E) l/det 1220,28 1174,44 1124,03 1165,82 1209,59
G Kebutuhan air maksimum
Faktor koefisien 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Kebutuhan air l/det 1464,33 1409,33 1348,83 1398,99 1451,51
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor koefisien 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Kebutuhan Air l/det 1830,42 1761,67 1686,04 1748,73 1814,39
Sumber : Analisis dan Perhitungan, 2021
Berdasarkan data diatas, kebutuhan air wilayah pelayanan perdesaan pada tahun 2022
sebesar 871,63 liter/detik. Pada akhir tahun perencanaan, jumlah kebutuhan air perdesaan
mengalami peningkatan mencapai 1007,99 liter/detik. Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat
peningkatan kebutuhan air pada masing – masing Kecamatan dengan peningkatan kebutuhan air
terbesar di Kecamatan Cepu dan Kedungtuban.
Kabupaten Blora memiliki beberapa potensi sumber air baik berupa mata air, sungai,
waduk, sumur dalam dan CAT (Cekungan Air Tanah). Potensi sumber air tersebut tidak
semuanya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat.
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor kemudahan pengambilan air, akses jalan/transportasi,
perijinan baik dari masyarakat sendiri maupun dari instansi yang membawahi kawasan dimana
sumber air berada, dan lain sebagainya. Berdasarkan faktor kualitas, kuantitas dan kontinyuitas,
sumber air eksisting saat ini dimungkinkan terjadinya penyusutan yang cukup besar dari tahun-
tahun sebelumnya, oleh karena adanya isu-isu lingkungan terkait permasalahan Global Warming,
penebangan pohon secara liar, dan pencemaran air pada sumber-sumber air tersedia.
Permasalahan lingkungan tersebut memberikan dampak yang cukup besar terhadap kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas air khususnya sumber air mata air yang kualitas, kuantitas dan
kontinyuitasnya dipengaruhi oleh keberadaan hutan hijau. Hal ini juga berlaku untuk sumber air
sungai, waduk dan sumur dalam. Faktor pembatas sumber air lainnya adalah peningkatan jumlah
penduduk, peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kebutuhan air, perubahan kondisi
sosial masyarakat, dan lain-lain.
Potensi sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Blora sendiri meliputi dua macam
potensi yaitu Sumber Air Permukaan dan Sumber Air Tanah.
Debit puncak
Kecamatan Nama Sungai Lokasi
(m3/dtk)
K. Bendan Ank. K. B. Solo
K. Kejalan Ank. K. B. Solo 0,213
K. Balong
8. Jepon K. Tempel Mahbang 0,022
K. Ngaloroh Gunung 0,028
K. Cigrok 0,156
K. Jenu Sewu Ank K. Lusi 0,058
K. Gabluk Ank K. Lusi 0,129
9. Bogorejo K. Belung Ank K. Lusi 0,113
K. Karang Pung Ank K. Lusi 0,129
K. Glonggong Ank K. Lusi 0,229
K. Sambipikul Ank K. Lusi 0,239
Debit puncak
Kecamatan Nama Sungai Lokasi
(m3/dtk)
K. Trangkil Ank. K. Gabus
K. Pengkol Ank. K. Gabus
K. Gabus Ank K. Lusi 0,092
K. Pengilon Ank K. Lusi 0,081
K. Banyuijo Ank K. Lusi 0,058
K. Penjalin Ank K. Lusi 0,12
Debit puncak
Kecamatan Nama Sungai Lokasi
(m3/dtk)
K. Sambong Ank K. Lusi 0,087
Mata air Kajar dimanfatkan untuk pelayanan air minum PDAM Tirta Amerta Cabang
Blora.
2. Mata Air Kajengan
Mata air Kajengan berlokasi di desa Kajengan kecamatan Todanan yang dimanfaatkan
sebagai air baku untuk pelayanan unit IKK Todanan. Kapasitas mata air ini pada musim
penghujan lebih dari 10 lt/dt, dan menyusut drastis pada musim kemarau sekitar 60 %
menjadi 4 lt/dt. Ada mata air potensial lain yaitu mata air Kopen di dusun Ngumbul Desa
Kajengan berjarak 4 km dengan debit ± 5 lt/dt, digunakan oleh petani dengan kualitas air
yang bagus.
3. Sungai Lusi
Sungai Lusi Ngampel dimanfaatkan untuk air baku untuk daerah pelayanan PDAM Tirta
Amerta Cabang Blora melalui IPA Ngampel dengan kapasitas terpasang 30 lt/dt. Sungai
Lusi memiliki kualitas air yang kurang bagus, kuantitas fluktuatif dimana kedalaman
sungai bervariasi antara 2 – 6 m, dengan debit pada musim kemarau turun sampai 53%
diperkirakan tinggal ± 4 lt/dt.
4. Sungai Bengawan Solo
PDAM Tirta Amerta Cabang Cepu mengandalkan sungai Bengawan Solo sebagai sumber
air baku di desa Balun. Air baku sungai ini masih memenuhi syarat keamanan hanya pada
musim kemarau air sungai banyak kandungan limbah pabrik, kuantitas debit cukup besar.
Kapasitas terpasang PDAM cabang Cepu dari air baku Sugai bengawan Solo melalui IPA
Balun sebesar 70 lt/dt. Kapsitas ini masih mungkin untuk ditingkatkan mengingat debit
sungai Bengawan Solo masih cukup besar.
5. Waduk Tempuran
Waduk Tempuran terletak di desa Jepang Rejo kecamatan Blora. Waduk ini mempunyai
catchment area 4,3 km2 kapasitas tampungan 2.000.000 m3, dengan kapsitas puncak ± 224
lt/dt pada musim penghujan dan akan terus menurun sampai ± 20 lt/dt pada musim
kemarau. Pemanfaatan waduk ini selain fungsi utamanya adalah untuk Irigasi juga untuk
sumber air baku PDAM Tirta Amerta cabang Blora melalui IPA Tempuran dengan
kapasitas terpasang 20 lt/dt dan menurun 100% pada musim kemarau.
6. Waduk Bentolo
Waduk Bentolo terletak di desa Karanganyar kecamatan Todanan dengan kapasitas puncak
diperkirakan ± 200 lt/dt dengan kualitas air standar baku mutu air. Bocoran dari waduk
Bentolo sebagian dimanfaatkan untuk sumber air baku wilayah pelayanan IKK Kunduran
dan IKK Ngawen dengan kapasitas 20 lt/dt dan menurun sampai 25 % atau 15 lt/dt pada
musim kemarau. Waduk ini fungsi utamanya adalah untuk pengairan irigasi.
Mata air yang ada sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air,
maupun untuk pengairan. Dari data di atas kapasitas yang bisa dimanfaatkan sekitar 132 l/dt,
termasuk mata air Kajar yang saat ini digunakan PDAM Tirta Amerta Kabupaten Blora.
Kapasitas mata air tersebut akan menurun sampai 60 % pada saat musim kemarau.
Dalam RTRW Kabupaten Blora Mata air tidak direkomendasikan untuk dimanfaatkan
sebagai sumber air baku air minum, namun mengingat sangat terbatasnya sumber air di
Kabupaten Blora maka sumber air dari mata air tersebut potensial untuk dimanfaatkan sebagai
sumber air baku dengan pelayanan wilayah lokal (terbatas wilayah sekitar).
Selain potensi air permukaan di Kabupaten Blora juga ada 3 (tiga) potensi sumber air dari
Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu :
1. Cekungan Air Tanah Demak di Blora.
2. Cekungan Air Tanah Randublatung.
3. Cekungan Air Tanah Watuputih.
Dari ketiga potensi sumber air Cekungan Air Tanah tersebut, yang paling besar adalah
CAT Randublatung yang mempunyai kapasitas 729 lt/dt. Dinas Energi Sumber Daya Mineral
Kab.Blora berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012 telah melakukan kajian lebih lanjut pada 4
(kecamatan) yaitu Kecamatan Blora, Cepu, Kunduran, dan Randublatung dengan hasil
perhitungan debit air masing-masing lokasi adalah sebagai berikut :
2. Sumur Air Tanah (AT) yang berlokasi di Desa Kutukan Kecamatan Randublatung untuk
pelayanan Unit IKK Randublatung dengan kapasitas 12,5 lt/dt dan mengalami penurunan
dimusim kemarau sampai 53 % menjadi 7,5 lt/dt.
3. Sumur Air Tanah (AT) yang berlokasi di Kecamatan Kedungtuban untuk pelayanan Unit
IKK Kedungtuban dengan kapasitas 10 lt/dt dan mengalami penurunan dimusim kemarau
sampai 25 % menjadi 7,5 lt/dt.
4. Sumur Air Tanah (AT) yang berlokasi di Kecamatan Mendenrejo untuk pelayanan Unit
IKK Mendenrejo dengan kapasitas 10 lt/dt dan mengalami penurunan dimusim kemarau
sampai 25 % menjadi 7,5 lt/dt.
A) Alternatif Sumber Air Baku Berdasarkan Rencana dan Data RTRW Kab. Blora tahun
2011 – 2031
1) Waduk Greneng di Kecamatan Tunjungan dengan kapasitas 2.299.870 m3 atau 72,9
lt/dt seluas 63 ha untuk rencana pembangunan Instalasi pengolah Air.
2) Waduk Bentolo di Kec. Todanan dengan debit ± 150 lt/dt yang lokasinya berada di
kawasan hutan perhutani untuk rencana pembangunan Instalasi pengolah Air.
3) Pemanfaatan Sungai bengawan Solo sebagai sumber air baku dengan kapasitas ± 200
lt/dt dengan sasaran pelayanan kecamatan Cepu, Sambong, Jiken dan Jepon.
4) Pembangunan Waduk Randugunting di alur sungai Banyuasin di desa Kalinanas,
kecamatan Japah dengan kapasitas tampungan 13 juta m3 atau 412 lt/dt, fungsi dari
rencana pembangunan waduk ini adalah untuk pengendali banjir, penyedia air irigasi
serta untuk air baku kebutuhan domestik dan industri dengan proyeksi kebutuhan air
sampai dengan tahun 2055 adalah 90 lt/dt.
5) Pengambilan air baku sumur dalam dari wilayah Kecamatan Randublatung untuk
melayani Kecamatan Jati/Doplang dengan debit sebesar ± 25 lt/dt
6) Pengambilan air bersih dari Embung:
(1) Embung Jegong di kecamatan Jati dan
(2) Embung Gebyungan di Kecamatan Randublatung
Selain embung tersebut direncanakan 37 (tiga puluh tujuh) embung lain yang tersebar di 13
(tiga belas) kecamatan, seperti pada tabel berikut :
Tabel 6-10 Rencana Pembangunan Embung di Kabupaten Blora
No Kecamatan Embung
1 Banjarejo Tlogowungu 1
Klopoduwur
Wonosemi
Jatisari
2 Blora Polaman alt.1
Polaman alt.2
Jurangjero
3 Bogorejo Gembol
Nglengkir
Blimbing
4 Japah Tlogowungu 2
Dologan
Jegong
5 Jepon Bangsri II
Semanggi
Jomblang
Soko
Blungun
6 Jiken Suruhan
Singonegoro
7 Kedungtuban Pucang
No Kecamatan Embung
8 Kradenan Karangnongko
9 Ngawen Sumberejo
10 RandublatungKalisari
Jaga
Kendang
11 Sambong Sambong
Pengkok
Ngawenan
12 Todanan Kedungwungu
Kedungmulyo
Bedingin
Karangjong
Dringo
Kembang
13 Tunjungan Nglangitan
Tunjungan
Sumber: RTRW Kabupaten Blora
B) Alternatif Sumber Air Baku berdasarkan rencana dan data dari Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Jratunseluna (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 588/KPTS/M/2010)
Tabel 6-11 Potensi Waduk dan Bendung Yang Belum Terbangun Di Wilayah Sungai
Jratunseluna
Nama Bendungan/ Kapasitas
Lokasi Sungai Manfaat Keterangan
Bendung (juta/m3)
Kab. Kedungwaru S. Penjalin 2,72 Air baku 16 Desain Rinci selesai
Blora Kec. Kunduran liter/detik tahun 1998
Irigasi 1.375 ha Perlu sertifikasi
design bendungan
Balong S. Kedungbendo 3,03 Air baku 100 Desain Rinci selesai
liter/detik tahun 1998
Irigasi 540 ha Perlu sertifikasi
design bendungan
Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Jratunseluna
Nama Kapasitas
Lokasi Sungai Manfaat Keterangan
Embung (juta/m3)
Dringo S. 0,205 Air baku 10 liter/detik Pra rencana selesai
Kedungbunder Irigasi 20 ha tahun 1998 Perlu
Kec. Todanan dikaji kembali
Palon S. Pekik Kec. 0,98 Air baku 50 liter/detik Desain Rinci
Jiken Irigasi 140 ha selesai tahun 1998
Masalah Sosial
pembebasan tanah
Suruhan S. Kedungbendo 11,55 Air baku 19,2 lt/detik Detail design
Kec. Jiken Irigasi 376 ha selesai tahun 2006
Pengendali banjjir Perlu sertifikasi
bendungan
Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Jratunseluna
C) Alternatif Sumber Air Baku berdasarkan rencana dan data dari Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 266/KPTS/M/2010)
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-1
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-2
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-3
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-4
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-5
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-6
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-7
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-8
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-9
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-10
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-11
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-12
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-13
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-14
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-15
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-16
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-17
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-18
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-19
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
− Kuantitas Air Minum yang dihasilkan paling sedikit mencukupi Kebutuhan Pokok Air
Minum Sehari-hari.
− Kualitas Air Minum yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
− Kontinuitas pengaliran Air Minum memberikan jaminan pengaliran selama 24 (dua
puluh empat) jam per hari.
SPAM jaringan perpipaan meliputi:
a. unit air baku;
b. unit produksi;
c. unit distribusi; dan
d. unit pelayanan.
2. SPAM bukan jaringan perpipaan.terdiri atas:
a. sumur dangkal;
b. sumur pompa;
c. bak penampungan air hujan;
d. terminal air; dan
e. bangunan penangkap mata air.
Sistem penyediaan air bersih: satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air bersih yang mencakup unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit
pelayanan, dan unit pengelolaan (PP No. 122 Tahun 2015).
Tolak ukur dari keberhasilan pelayanan air minum bukan pada banyaknya pembangunan
instalasi pengelolaan air minum (IPA) atau jaringan distribusi utama di bagian hulu, tetapi justru
pada jumlah penduduk yang dapat menikmati layanan air minum.
Untuk mencapai target RPJMN 2020-2024 serta SDGs 2030 yakni tersedianya akses air
bersih dan sanitasi layak bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam RPJMN
tahun 2020-2024 menargetkan di tahun 2024 terdapat 100% rumah tangga yang sudah memiliki
akses air minum layak dan 90% rumah tangga dengan sanitasi yang layak dan aman. Dari 90%
akses sanitasi tersebut, sudah mencakup 20% aman dengan praktik buang air besar sembarangan
(BABS) di tempat terbuka mencapai 0%. Sementara, akses air minum layak ditargetkan
mencapai 100% sudah mencakup 30% akses perpipaan dan 15% akses air minum aman.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Blora mencakup wilayah
pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-20
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Blora. Rencana pengembangan SPAM Kabupaten
Blora disusun dalam 2 wilayah pelayanan, yaitu wilayah pelayanan Perkotaan dan Pedesaan.
1. Sistem Pelayanan Perkotaan
Wilayah Kabupaten Blora yang ditetapkan sebagai wilayah pelayanan PDAM adalah
wilayah teknis eksisting PDAM. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) wilayah PDAM
menjadi tanggung jawab PDAM Kabupaten Blora. Pemenuhan kebutuhan air wilayah
pelayanan PDAM saat ini dilakukan dengan jaringan perpipaan (JP) maupun bukan
jaringan perpipaan (BJP).
Pada saat ini jaringan perpipaan yang ada meliputi jaringan PDAM dan non PDAM.
Namun di masa yang akan datang seluruh wilayah PDAM direncanakan dapat terlayani
jaringan perpipaan PDAM. Diharapkan pada akhir tahun tahap kedua perencanaan yaitu
2028, cakupan pelayanan Jaringan Perpipaan PDAM dapat mencapai target 100% dari
wilayah pelayanan teknis. Wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Blora terbagi dalam 16
kecamatan yang terdiri dari 271 desa dan 24 kelurahan. Pengembangan SPAM yang
disusun dalam RISPAM Kabupaten Blora dibatasi pada lingkup wilayah administratif
Kabupaten Blora.
Wilayah teknis yang belum terlayani PDAM menjadi target pengembangan jaringan yang
dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat prioritasnya. Selain mengembangkan
wilayah pelayanan, PDAM juga masih memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
cakupan pelayanan di wilayah teknis eksisting. Oleh karena itu, rencana sistem pelayanan
PDAM difokuskan pada pengembangan sistem eksisting Kota Blora. Pengembangan
sistem dapat berupa penambahan jumlah sambungan, penurunan kebocoran, penambahan
sumber air baku dan perluasan wilayah teknis pelayanan.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-21
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Seluruh wilayah perdesaan sudah mendapat akses air minum, namun hingga saat ini
cakupan pelayanannya masih sangat rendah. Peningkatan cakupan pelayanan di wilayah
perdesaan dapat dilakukan dengan Jaringan Perpipaan maupun Bukan Jaringan Perpipaan.
Dalam hal ini, cakupan pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan dibatasi sebesar 20% dari
jumlah wilayah perdesaan, sehingga prioritas akses air minum tetap dengan jaringan
perpipaan. Wilayah prioritas ditentukan berdasarkan hasil skoring.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-22
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-23
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
d. Kecamatan Todanan.
SWP Ngawen dengan fungsi pengembangan meliputi perdagangan, pertanian, dan industri.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-24
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-25
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-26
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
• pendayagunaan potensi mata air dan air tanah di wilayah Daerah pada kawasan
kesulitan Air Permukaan meliputi perkebunan dan hortikultura.
2) Sistem pengendali banjir, meliputi:
• penataan dan pengelolaan daerah aliran sungai;
• pembangunan tanggul penahan banjir;
• pembangunan groundsill;
• pembangunan talud;
• pembangunan kolam pengendali banjir; dan
• pembangunan waduk, embung, dan checkdam.
Tingkat Pelayanan
Akses air minum layak ditargetkan mencapai 100% sudah mencakup 30% akses perpipaan
dan 15% akses air minum aman. Untuk mendukung percepatan pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) pada tahun 2030
Karena cakupan pelayanan eksisting yang kurang dari 100%. Untuk itu perencanaan tingkat
pelayanan pada akhir tahun perencanaan wilayah perkotaan direncanakan mencapai 100% sistem
perpipaan sedangkan untuk wilayah perdesaan sistem perpipaan ditingkatkan menjadi 50%.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-27
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Penyediaan jaringan air bersih di Kabupaten Blora sampai dengan akhir tahun 2037
direncanakan akan dilayani oleh 2 sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan dan sistem jaringan
non perpipaan. Sistem jaringan perpipaan ditempuh dengan pendekatan pemerataan dan prioritas
penyediaan air bersih di wilayah yang belum terjangkau. Bagi penduduk yang tidak mampu
berlangganan air minum dengan sistem Sambungan Rumah (SR) direncanakan akan dilayani
dengan sistem Hidran Umum (HU) dengan asumsi pelayanan 1 HU melayani 100 jiwa.
Rencana penyediaan air minum di Kabupaten Blora dengan mempertimbangkan:
1. Sumber air di Kabupaten Blora, baik berupa sumur gali, sumur pompa, sungai, mata air
dan lain sebagainya.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-28
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Rencana penyediaan air minum dengan sistem perpipaan dilakukan dengan pengembangan
jaringan primer dan sekunder.
• Jaringan Primer
Merupakan pipa utama yang mengalirkan air dari sumber ke reservoir. Diameter pipa
untuk jaringan primer ini direncanakan 200-250 mm. Lokasi pengembangan jaringan
primer direncanakan disepanjang aliran dari mata air (Kalitaman, Kalisombo, Benoyo,
Senjoyo) sampai ke reservoir.
• Jaringan Sekunder
Merupakan jaringan pipa yang mendistribusikan pipa jaringan primer, dari pipa jaringan
sekunder selanjutnya akan dialirkan ke pipa-pipa distribusi. Diameter pipa untuk jaringan
sekunder direncanakan 100 – 150 mm. Lokasi pengembangan jaringan sekunder
direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada di Kabupaten Blora.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan jaringan air bersih adalah
keterbatasan penyediaan air minum yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Keterbatasan
penyediaan air minum tersebut disebabkan karena peningkatan kebutuhan air minum yang
semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk maupun semakin kompleksnya
aktivitas yang dilakukan masyarakat Kabupaten Blora. Di sisi lain distribusi air minum dari
perusahaan air minum Kabupaten Blora hanya mencapai 80% jumlah penduduk Kabupaten
Blora sehingga memang ada masyarakat di daerah-daerah pedesaan yang belum terjangkau oleh
jaringan air minum dari perusahaan air minum.
Peningkatan kebutuhan air minum tersebut diatasi dengan pemanfaatan sumber-sumber
mata air yang ada, baik yang dikelola oleh masyarakat maupun yang dikelola oleh perusahaan air
minum, serta penggunaan sumur gali dan sumur pompa yang diusahakan secara swadaya oleh
masing-masing penduduk. Pemanfataan sumber-sumber air dan eksploitasi terhadap ketersediaan
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-29
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
air dalam tanah dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan air dalam tanah, yang
selanjutnya dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan lain. Oleh sebab itu perlu
adanya upaya konservasi terhadap air tanah dan konservasi terhadap sempadan mata air untuk
mengamankan daerah sekitar mata air dari berbagai aktivitas penduduk termasuk permukiman.
Upaya konservasi air tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan sebagai
ritensi. Sumur resapan: adalah sumur gali yang berfungsi untuk menampung, meresapkan dan
mengalirkan air hujan, yang jatuh dipermukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Dengan
sumur resapan air hujan diberi jalan untuk meresap kedalam tanah dan menjadi air tanah, dengan
diresapkannya air hujan maka run off akan menjadi kecil.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-30
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Pemanfaatan air baku untuk pengembangan SPAM Kabupaten Blora meliputi pemanfaatan
kapasitas yang belum termanfaatkan, pemanfaatan sumber mata air dan pemanfaatan sumber air
permukaan. Masing – masing sumber air baku dimanfaatkan secara bertahap. Berikut ini strategi
pemanfaatan air baku untuk pengembangan SPAM Kabupaten Blora.
Pengembangan SPAM disusun dengan memperhatikan fungsionalisasi tahapan yang akan
dilaksanakan, disusun berdasarkan urutan prioritas penanganan, sehingga diperoleh program
pentahapan yang dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1. Rencana Jangka Pendek (2022 – 2027)
2. Rencana Jangka Menengah (2028 – 2032)
3. Rencana Jangka Panjang (2033 – 2037)
Penentuan wilayah pengembangan pada tahapan diatas disusun dalam urutan prioritas
program. Dengan demikian program dalam kategori mendesak dapat dimasukkan dalam program
jangka pendek, sedangkan program lainnya dapat disusun dalam program jangka menengah dan
jangka panjang sesuai dengan urutan prioritasnya. Cara penentuan urutan menggunakan sistem
skoring. Dasar penentuan prioritas program pengembangan SPAM adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan sumber air baku
Rencana penambahan air baku PDAM Blora untuk jangka pendek masih diprioritaskan
menggunakan Sumber Mata Air. Untuk jangka menengah dan jangka panjang, sumber air
baku untuk pengembangan SPAM mulai diarahkan pada sumber air permukaan. Dalam
penentuan skoring, ketersediaan air baku dikategorikan pada wilayah yang memiliki
potensi dan kesiapan air baku (2 poin), wilayah yang memiliki potensi air baku (1 poin)
dan wilayah yang tidak memiliki potensi air baku (0 poin).
2. Minat pelanggan
Arah pengembangan SPAM perkotaan lebih memprioritaskan wilayah dengan tingkat
kesiapan pelanggan yang lebih tinggi, yaitu berdasarkan daftar tunggu dalm data PDAM.
Untuk perhitungan skoring, kategori minat pelanggan terdiri dari minat pelanggan tinggi (2
poin), minat pelanggan rendah (1 poin) dan tidak ada minat pelanggan (0 poin).
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-31
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Diantara perkotaan (IKK) yang belum terakses oleh adanya sisitem perpipaan PDAM
adalah:
1. Perkotaan Jati
2. perkotaan Bogorejo
3. perkotaan Banjarejo
4. perkotaan Japah
Perkotaan yang belum terakses sistem perpipaan PDAM merupakan prioritas dalam
rencana pelayanan terutama untuk tahap 5 tahun pertama (Tahun 2022-2027).
Tahapan berikutnya adalah di targetkan bisa mencapai 75% dari penduduk yang
diproyeksikan sampai Tahun 2027 dan tahapan ke tiga diharapkan bisa mencapai 100%
penduduk di perkotaan / IKK masing-masing kecamatan dapat terakses air minum
perpipaan PDAM.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-32
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-33
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-34
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-35
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-36
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Skenario sistem pelayanan air minum di Kabupaten Blora diwujudkan dalam empat (4)
zonasi berdasarkan pembagian Perwilayahan Pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Blora yang meliputi :
1. Zona 1, meliputi kecamatan Blora, Jepon, Bogorejo, Jiken, Tunjungan dan Banjarejo
2. Zona 2, meliputi kecamatan Cepu, Kedungtuban dan Sambong.
3. Zona 3, meliputi Kecamatan Jati, Kradenan dan Randublatung
4. Zona 4, meliputi kecamatan Kunduran, Japah, Todanan dan Ngawen
Berikut ini akan diuraikan profil (permasalahan dan potensi) atau potret masing-masing
administrasi yang sudah di klasifikasikan kedalam zonasi. Profil / potret ini diharapkan mampu
untuk melakukan strategi/skenario serta pengembangan SPAM perdesaan, dimana setelah
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-37
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
mengetahui akar permasalahan yang ada tentunya akan di integrasikan dengan potensi yang
dimiliki dapat dibuat suatu strategi dan skenario yang tepat pada masing-masing zona.
Kec. Blora berada di wilayah kecamatan perkotaan sehingga harus memenuhi segala aspek
dari segi ekonomi dan sosial termasuk ketersedian air untuk mencukupi kebutuhan bagi
penduduknya. Sehingga untuk antisipasi bila terjadi kekeringan di Kec. Blora maka dibuat
alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Sungai Bengawan Solo
b. Embung Polaman alt.1
c. Embung Polaman alt.2
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 12 desa
dari jumlah total 16 desa yang ada.
2. Kecamatan Jepon
Berdasarkan data statistik tahun 2020 Kecamatan Jepon memiliki jumlah penduduk
sebanyak 65.252 penduduk yang terdiri dari 21.577 KK, yang mana sebanyak 35.7 % atau
7.703 penduduk diantaranya merupakan penduduk miskin. Kec. Jepon dilalui oleh Daerah
Aliran Sungai (DAS) Lusi, namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong daerah
yang kekeringan (Rawan). Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air baku
baik air tanah atau pun air permukaan. Padahal apabila ditinjau dari segi wilayah, Kec.
Jepon berada di wilayah kecamatan perkotaan yang seharusnya memenuhi segala aspek
dari segi ekonomi dan social termasuk ketersedian air untuk mencukupi kebutuhan bagi
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-38
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
penduduknya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec. Jepon dibuat alternatif
pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Sungai Bengawan Solo
b. Embung Bangsri II
c. Embung Semanggi
d. Embung Jomblang
e. Embung Soko
f. Embung Blungun
g. Embung Ngampon
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 19 desa
dari jumlah total 24 desa yang ada.
3. Kecamatan Bogorejo
Berdasarkan data statistik tahun 2020 Kecamatan Bogorejo memiliki jumlah penduduk
sebanyak 25.860 penduduk yang terdiri dari 8.702 KK, yang mana sebanyak 38.8 % atau
3.376 penduduk diantaranya merupakan penduduk miskin. Kec. Bogorejo dilalui oleh
Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong
daerah yang kekeringan (Rawan). Hal ini disebabkan karena kondisi fisik dasar yang
dominan mediterania dan grumosol yang kecil serta ketersediaan air baku yang hanya
terdapat pada air tanah yaitu Mata Gayam (12 lt/ dt). Padahal apabila ditinjau dari segi
wilayah, Kec. Bogorejo berada di wilayah kecamatan perkotaan yang seharusnya
memenuhi segala aspek dari segi ekonomi dan social termasuk ketersedian air untuk
mencukupi kebutuhan bagi penduduknya. Sehingga untuk memnuhi kebutuhan air di Kec.
Bogorejo dibuat alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Embung Gembol
b. Embung Jurangjero
c. Embung Blimbing
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 8 desa
dari jumlah total 14 desa yang ada.
4. Kecamatan Jiken
Berdasarkan data statistik tahun 2011 Kecamatan Jiken memiliki jumlah penduduk
sebanyak 39.793 penduduk yang terdiri dari 13.540 KK, yang mana sebanyak 36.7 % atau
4.969 penduduk diantaranya merupakan penduduk miskin. Kec. Jiken dilalui oleh Daerah
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-39
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Aliran Sungai (DAS) Lusi, dan bukan tergolong daerah yang kekeringan meskipun tidak
adanya ketersediaan air baku baik air tanah atau pun air permukaan namun kondisi fisik
dasar yang mayoritas grumosol dan mediterania hanya sebagian kecil saja. Dari segi
wilayah, Kec. Jiken berada di jalur jalan propinsi yang seharusnya memenuhi segala aspek
dari segi ekonomi dan sosial termasuk ketersedian air untuk mencukupi kebutuhan bagi
penduduknya dapat dipenuh dari PDAM. Sehingga untuk mengantisipasi apabila terjadi
kekeringan di Kec. Jiken maka perlu dibuat alternatif pengambilan air dari beberapa
sumber seperti :
a. Bengawan Solo
b. Embung Suruhan
c. Embung Singonegoro
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 5 desa
dari jumlah total 11 desa yang ada.
5. Kecamatan Tunjungan
Berdasarkan data statistik tahun 2020 Kecamatan Tunjungan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 50.043 penduduk yang terdiri dari 16.783 KK, yang mana sebanyak 33.4 % atau
5.606 penduduk diantaranya merupakan penduduk miskin. Kec. Tunjungan dilalui oleh
Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong
daerah yang kekeringan (rawan). Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air
baku baik air tanah atau pun air permukaan. Padahal apabila ditinjau dari segi wilayah,
Kec. Tunjungan berada di jalur jalan propinsi yang seharusnya memenuhi segala aspek
dari segi ekonomi dan sosial termasuk ketersedian air untuk mencukupi kebutuhan bagi
penduduknya dapat dipenuh dari PDAM. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec.
Tunjungan dibuat alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Waduk Greneng
b. Embung Nglangitan
c. Embung Tunjungan
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang terlayani sebanyak 11 Desa dari
jumlah total 15 desa yang ada.
6. Kecamatan Banjarejo
Berdasarkan data statistik tahun 2020 Kecamatan Banjarejo memiliki jumlah penduduk
sebanyak 65.454 penduduk yang terdiri dari 20.736 KK, yang mana sebanyak 36.6 % atau
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-40
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
7.589 penduduk diantaranya merupakan penduduk miskin. Kec. Banjarejo dilalui oleh
Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong
daerah yang kekeringan (rawan). Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air
baku baik air tanah atau pun air permukaan. Padahal apabila ditinjau dari segi wilayah,
Kec. Banjarejo berada di wilayah kecamatan perkotaan yang seharusnya memenuhi segala
aspek dari segi ekonomi dan social termasuk ketersedian air untuk mencukupi kebutuhan
bagi penduduknya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec. Banjarejo dibuat
alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Bendungan Banjarejo (Jratunseluna)
b. Embung Jurangjero
c. Embung Klopoduwur
d. Embung Wonosemi
e. Embung Jatisari
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 16 desa
dari jumlah total 20 desa yang ada.
2. Kecamatan Kedungtuban
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-41
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Letak Kec. Kedungtuban berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun
2020 Kec. Kedungtuban ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 60.555 penduduk yang
terdiri dari 20.236 KK, yang mana sebanyak 45.8 % atau 9.268 penduduk diantaranya
merupakan penduduk miskin. Kec. Kedungtuban dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo, dan bukan tergolong daerah yang kekeringan. Hal ini dikarenakan adanya
ketersediaan air baku dari air tanah yaitu dari Sumur dalam. Untuk menanggulangi apabila
terjadi kekeringan di Kec. Kedungtuban maka perlu dibuat alternatif pengambilan air dari
sumber Embung Pucang. Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah
terlayani sebanyak 8 desa dari jumlah total 17 desa yang ada.
3. Kecamatan Sambong
Letak wilayah, Kec. Sambong berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik
tahun 2020 Kecamatan Sambong memiliki jumlah penduduk sebanyak 29.070 penduduk
yang terdiri dari 9.464 KK, yang mana sebanyak 46 % atau 4.353 penduduk diantaranya
merupakan penduduk miskin. Kec. Sambong dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo, namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong daerah yang
kekeringan (Rawan). Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air baku baik
dari air tanah atau pun air permukaan.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec. Sambong dibuat alternatif pengambilan
air dari beberapa sumber seperti :
a. Sungai Bengawan Solo
b. Embung Sambong
c. Embung Pengkok
d. Embung Ngawenan
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 5 desa
dari jumlah total 10 desa yang ada.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-42
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
penduduk miskin. Kec. Jati dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo,
namun kenyataanya kecamatan ini masih tergolong daerah yang kekeringan (Rawan). Hal
ini disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air baku baik dari air tanah atau pun air
permukaan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec. Jati dibuat alternatif
pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Sumur dalam dari kec Randublatung (25 lt/dt)
b. Embung Jegong
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 3 `desa
dari jumlah total 12 desa yang ada.
2. Kecamatan Kradenan
Letak Kec. Kradenan berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun
2020 Kec. Kradenan ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 42.816 penduduk yang
terdiri dari 14.660 KK, yang mana sebanyak 34.1 % atau 4.999 penduduk diantaranya
merupakan penduduk miskin. Kec. Kradenan dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo, dan bukan tergolong daerah yang kekeringan. Hal ini dikarenakan adanya
ketersediaan air baku dari air tanah yaitu dari Sumur dalam Mendenrejo (10 lt/dt). Untuk
menanggulangi apabila terjadi kekeringan di Kec. Kradenan maka perlu dibuat alternatif
pengambilan air dari sumber Bendung Gerak Karangnongko (200 lt.dt).
Bendung Gerak Karangnongko di Sungai Bengawan Solo menurut desain memiliki 9 pintu
air, dan mampu mengairi sawah baik di Blora maupun Bojonegoro seluas 6.950 hektare.
Rinciannya untuk kebutuhan irigasi lahan seluas 1.747 hektare di wilayah Kabupaten Blora
dan seluas 5.203 hektare di wilayah Kabupaten Bojonegoro.Serta mampu menyediakan air
baku hingga 2,15 juta meter kubik, Lokasi Bendung Gerak Karangnongko, dibangun di
Sungai Bengawan Solo yang memisahkan Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan (Blora)
dengan Desa Ngelo, Kecamatan Margomulyo (Bojonegoro). Dengan volume
tampungannya lebih besar yakni 4 kali lipat dari Bendung Gerak Bojonegoro di Kecamatan
Trucuk. Bendung Gerak Karangnongko ini dibangun untuk pengendalian banjir dan
pengelolaan sumber daya air Sungai Bengawan Solo yang sangat melimpah. Ketika musim
hujan dimanfaatkan untuk pasokan air irigasi dan kebutuhan air baku. "Bendung ini juga
untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM Blora yang mampu menyediakan hingga 2,15
juta meter kubik
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 4 desa
dari jumlah total 10 desa yang ada.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-43
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
3. Kecamatan Randublatung
Letak Kec. Randublatung berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun
2020 Kec. Randublatung ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 81.457 penduduk yang
terdiri dari 27.024 KK, yang mana sebanyak 43.2 % atau 11.674 penduduk diantaranya
merupakan penduduk miskin. Kec. Randublatung dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bengawan Solo, dan bukan tergolong daerah yang kekeringan. Hal ini dikarenakan adanya
ketersediaan air baku dari air tanah yaitu dari Sumur dalam di desa Sumberejo (15 lt/dt)
dan Sumur dalam di desa Kutukan (12.5 lt/dt). Untuk menanggulangi apabila terjadi
kekeringan di Kec. Randublatung maka perlu dibuat alternatif pengambilan air dari
beberapa sumber seperti :
a. Sumur dalam (25 lt/dt) untuk pelayanan Kec Jati
b. Embung Gebyungan
c. Embung Kalisari
d. Embung Jaga
e. Embung Kendang
f. Embung Keruk
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 8 `desa
dari jumlah total 16 desa yang ada.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-44
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 17 desa
dari jumlah total 25 desa yang ada.
2. Kecamatan Japah
Letak wilayah, Kec. Japah berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun
2020 Kecamatan Japah memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.224 penduduk yang terdiri
dari 12.859 KK, yang mana sebanyak 43.8 % atau 5.632 penduduk diantaranya merupakan
penduduk miskin. Kec. Japah dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, namun
kenyataanya kecamatan ini masih tergolong daerah yang kekeringan (Rawan). Hal ini
disebabkan karena tidak adanya ketersediaan air baku baik dari air tanah atau pun air
permukaan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air di Kec. Japah dibuat alternatif
pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Waduk Randugunting (90 lt/dt) diperkirakan bisa dimanfaatkan mulai tahun 2020,
untuk pelayanan (kec. Japah, Ngawen, Tunjungan dan Kunduran)
b. Embung Tlogowungu 2
c. Embung Dologan
Bendungan Randugunting yang terletak di Desa Kalinanas, Kecamatan Japah, Kabupaten
Blora, Provinsi Jawa Tengah ini akan menambah pasokan air baku sebesar 150 liter/detik
(Kabupaten Blora 100 liter/detik dan Kabupaten Pati 50 liter/detik), meningkatkan Daerah
Irigasi Kedungsapen Kabupaten Rembang seluas 630 hektar dengan pola tanam Padi-
Palawija-Padi, mereduksi debit banjir sebesar 81,42 m3/detik, dan berpotensi untuk
pengembangan wisata air dan agrowisata di Kabupaten Blora.
Bendungan Randugunting di Desa Kalinanas dan Desa Gaplokan Kecamatan Japah,
Kabupaten Blora luasnya mencapai 250 hektare dengan luas genangan 187,19 hektare dan
mampu menampung air 10,40 juta meter kubik
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 9 desa
dari jumlah total 18 desa yang ada.
3. Kecamatan Todanan
Letak Kec. Todanan berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun 2020
Kec. Todanan ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 66.837 penduduk yang terdiri dari
21.684 KK, yang mana sebanyak 37.3 % atau 8.088 penduduk diantaranya merupakan
penduduk miskin. Kec. Todanan dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, dan bukan
tergolong daerah yang kekeringan. Hal ini dikarenakan adanya ketersediaan air baku dari
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-45
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
air permukaan yaitu dari Waduk Bentolo (20 lt/dt)untuk pelayanan IKK Ngawen &
Kunduran, dan beberapa dari air tanah yaitu :
a. Mata Air Kajengan Kapasitas 10 lt/dt
b. Mata Air Sendang Putri (10 l/dt)
c. Mata Air Breng (20 l/dt)
d. Mata Air Sobran (10 lt/dt)
e. Mata Bring (60 lt/dt)
f. Mata Air Ketileng (10 lt/dt)
Untuk menanggulangi apabila terjadi kekeringan di Kec. Todanan maka perlu dibuat
alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti :
a. Embung Kedungwungu
b. Embung Kedungmulyo
c. Embung Bedingin
d. Embung Karangjong
e. Embung Dringo
f. Embung Kembang
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 20 desa
dari jumlah total 25 desa yang ada.
4. Kecamatan Ngawen
Letak Kec. Ngawen berada di kecamatan perdesaan. Berdasarkan data statistik tahun 2020
Kec. Ngawen ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 64.416 penduduk yang terdiri dari
20.997 KK, yang mana sebanyak 42.7 % atau 8.966 penduduk diantaranya merupakan
penduduk miskin. Kec. Ngawen dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Lusi, dan bukan
tergolong daerah yang kekeringan. Hal ini dikarenakan adanya ketersediaan air baku dari
air permukaan yaitu dari Waduk Bentolo. Untuk menanggulangi apabila terjadi kekeringan
di Kec. Ngawen maka perlu dibuat alternatif pengambilan air dari beberapa sumber seperti
:
a. Waduk Randugunting (thn 2020)
b. Embung Sumberejo
Sedangkan untuk Program PAMSIMAS 2008-2020 yang sudah terlayani sebanyak 19 desa
dari jumlah total 27 desa yang ada.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-46
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Rekomendasi Khusus
Setelah melakukan studi pengembangan Master Plan Air Minum Kabupaten Blora, maka
ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi dan bisa ditindak lanjuti oleh pihak yang
berwenang, antara lain :
1. Air adalah salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat sehingga perlu adanya pola
manajemen yang integratif tanpa melupakan keterlibatan masyarakat untuk ikut
menentukan arah pengembangan. Selain aspek kelayakan teknis, sisi sosial masyarakat
juga harus diperhatikan karena pola pengembangan air bersih dan air minum di kabupaten
Blora dilakukan oleh banyak pihak mulai dari swadaya masyarakat, kecamatan hingga
PDAM.
2. Sebagai bagian dari upaya perlindungan mata air, maka perlu dibuat aturan khusus (Perda)
yang mengatur zona konservasi mata air terutama di daerah Blora yang mempunyai potensi
mata air. Daerah yang memerlukan penanganan serius adalah daerah yang belum mendapat
sistem perpipaan sama sekali. Selain itu, penegakan aturan hukum terkait kawasan lindung
dan budidaya harus dilakukan secara konsisten.
3. Pengaturan ( pembatasan ) pasokan air untuk keperluan air baku untuk air minum, yang
perlu diatur bersama oleh pihak-pihak yang berkepentingan agar sumber air tersebut dapat
memberikan manfaat optimum bagi daerah-daerah tersebut hingga tahun 2028.
4. Perlu adanya Penggolongan kelas air sungai-sungai di Kabupaten Blora dan ditindak
lanjuti dengan Penyusunan Perda Penetapan Peruntukan Sungai yang ada di Kabupaten
Blora sehingga dapat terjaga kualitas air sungai yang ada di kabupaten Blora.
5. Perlu adanya kepedulian lingkungan dari semua pihak khususnya PDAM untuk melakukan
penghijauan terhadap daerah-daerah yang telah berkurang daerah tangkapan airnya dan
daerah yang akan menjadi tempat pembuatan waduk-waduk baru sebagai sumber air baku.
6. Memperbanyak pembuatan sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air minum.
7. Apabila wacana pemakaian Cekungan Air Tanah tidak dapat di ambil maka rencana
embung yang ada bisa di gunakan sebagai penggantinya.
8. Perlu pengembangan pembangunan sumber altermatif lain seperti embung, sebagai berikut:
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-47
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-48
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Pengembangan waduk dan embung terkait dengan pengelolaan sumber daya air akan
dikembangkan dengan mempertimbangkan faktor kondisi lingkungan di sekitarnya. Faktor
tersebut antara lain:
1. Daya dukung sumber daya air
2. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat
3. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air
4. Kemampuan pembiayaan
Dengan pemenuhan faktor tersebut maka pembangunan prasarana pengelolaan air bersih
tidak akan mengganggu kondisi yang ada di sekitarnya. Untuk areal lahan yang memiliki
penggunaan lahan sebagai lahan yang beririgasi teknis akan tetap dipertahankan. Hal itu
dilakukan agar tidak merubah fungsi peruntukan areal tersebut. Jika memang harus dilakukan
perubahan fungsi lahan maka harus disediakan lahan atau areal baru untuk menggantikan lahan
yang beririgasi teknis yang berubah tata guna lahannya. Lahan pengganti tersebut harus memiliki
luas minimal sama dengan luas lahan yang diubah gunalahannya ditambah dengan biaya
investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.
Usulan APBN
1. Optimalisasi SPAM Cepu TA 2023
2. SPAM Randugunting TA 2023
3. SPAM Karangnongko TA 2026
Usulan DAK 2022: Perluasan Jaringan dan Pemasangan SR berjumlah 12 Desa dalam 5
Kecamatan. Usulan Kegiatan Prioritas Tahun 2023 : ( Optimalisasi SPAM Strategis Cepu 100
lt/detik Tahap ke-2
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-49
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Deskripsi Singkat
SPAM Cepu telah diujicobakan dan dioprasikan oleh PDAM Kab. Blora dengan kapasitas
terpasang 100 l/dt dan telah melayani 5 kecamatan yang dilewati yaitu Kecamatan Cepu,
Sambong, Jiken, Jepon, dan Blora. Sampai dengan saat ini daftar tunggu pelanggan di 5
kecamatan tersebut mencapai lebih dari 10.000 SR, sehingga target 8.000 SR dapat tercapai di
tahun 2019. Guna optimalisasi pelayanan tersebut PDAM Kab. Blora membutuhkan tambahan
instalasi pengolahan air (IPA) dengan kapasitas yang sama yaitu 100lt/dt, dan Jaringan distribusi
utama dari Cepu-Blora telah didesain untuk kapasitas 200 lt/dt, dan juga perlu kami sampaikan
bahwa lahan untuk usulan lokasi IPA ini telah kami sediakan bersebelahan dengan lokasi IPA
pertama SPAM Cepu
Lingkup Kegiatan
1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air kapasitas 100 lt/detik
2. Reservoir kapasitas 1400 m3
3. dan kelengkapan bangunan penunjang lainya
Manfaat
1. Rencana penyempurnaan SPAM Cepu Blora, agar dapat menambah cakupan pelayanan
yang maksimal serta menambah kualitas dan kontinuitas
2. Kegiatan ini akan dapat menambah kurang lebih 8.000 SR untuk lima kecamatan terlalui
dan terutama untuk pemenuhan Kota Kabupaten Blora Terserap dalam waktu 4 Tahun (
2023 – 2027
3. 30 L/dt untuk industri
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-50
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Ngroto (200)
Karang (200)
Biting (200)
Sambong (200)
Jenu (200)
Sambongrejo (100
3. Kecamatan Jiken
Jiken (200)
Cabak (200)
Jiworejo (100)
Genjahan (200)
4. Kecamatan Jepon
Turirejo (100)
Seso (200)
Palon (200)
Kemiri (100)
Brumbung (100)
Gersi (100
5. Kecamatan Blora
Bangkle (400)
Sonorejo (200)
Tempurejo (200)
Temurejo (200)
Kamolan (200)
6. Kecamatan Tunjungan
Keser (100)
Sukorejo (200)
Tamanrejo (300)
7. Kecamatan Banjarejo
Gedongsari ( 200
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-51
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-52
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Sumber air baku berasal dari waduk Randugunting yang berlokasi di Desa Kalinanas,
Kecamatan Japah, Kab. Blora yang rencanannya akan mengaliri di 5 Kecamatan.
Daerah Pelayanan
1. Kec. Japah
2. Kec. Ngawen
3. Kec. Tunjungan
4. Kec. Banjarejo
5. Kec. Blora
Manfaat
Rencana pembangunan SPAM Randugunting untuk menambah cakupan pelayanan yang
maksimal serta menambah kualitas dan kontinuitas . Tahun pembangunan ( 2023 – 2024 )
Kegiatan ini akan dapat menambah kurang lebih 8.000 SR untuk lima kecamatan terlalui
dan terutama untuk pemenuhan Kecamatan Kota. Yang direncanakan terserap dalam waktu 4
Tahun ( 2024 – 2028) 30 L/dt untuk Kecamatan Blora dan industri
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-53
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
2. Kecamatan Ngawen
Desa :
Ngawen (500)
Punggursugih (200)
Sarimulyo (200)
Semawur (200)
Trembulrejo (300)
3. Kecamatan Banjarejo
Desa :
Kebonrejo (200)
Karangtalun (200)
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-54
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kecamatan SR
Banjarejo (300)
Kembang (200)
Sendangwungu (200)
Plosorejo (200)
4. Kecamatan Tunjungan
Desa :
Adirejo (500)
Tamanrejo (600)
Tutup (400)
Tunjungan (400)
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-55
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Sumber air baku berasal dari waduk Karangnongko yang berlokasi di Desa Megeri,
Kecamatan Kradenan, Kab. Blora yang rencanannya akan mengaliri di 3 Kecamatan. Daerah
Pelayanan
1. Kec. Kradenan
2. Kec. Jati
3. Kec. Randublatung
Manfaat
Rencana pembangunan SPAM Karangnongko untuk menambah cakupan pelayanan yang
maksimal serta menambah kualitas dan kontinuitas . Tahun pembangunan ( 2026 - 2027 )
Kegiatan ini untuk pengalihan dan penambahan dari air baku sumur dalam ke WTP kurang lebih
8.000 SR untuk tiga kecamatan terlalui dan terutama untuk pemenuhan di 3 Kecamatan Kota
tersebut. Yang direncanakan terserap dalam waktu 4 Tahun ( 2027 - 2031 )
Tabel 7-8 Rencana Pelayanan SPAM Karangnongko
Kecamatan Jumlah SR
1. Kecamatan Jati ( 5000 SR )
Desa :
Jati
Gabusan
Doplang
Jegong
2. Kecamatan Kradenan ( 500 SR )
Desa :
Mendenrejo
Medalem
3. Kecamatan Randublatung ( 2500 SR )
Desa :
Sambongwangan
Randublatung
Pilang
Sumberjo
Kutukan
Kediren
Wulung
Plosorejo
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-56
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kebutuhan Air
Klasifikasi Pelanggan
Penentuan klasifikasi pelanggan wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan dengan asumsi
cakupan pelayanan 100% sesuai dengan RPJMN tahun 2020-2024 akses air minum layak
ditargetkan mencapai 100%. Klasifikasi perdesaan dan perkotaan mengacu Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik Nomor 120 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Desa Perkotaan dan
Perdesaan di Indonesia. Tabel berikut menjelaskan jumlah penduduk perkotaan dan perdesaan
dengan cakupan pelayanan yang terlayani akses air minum sebesar 100% layak.
Tabel 7-9 Klasifikasi Pelanggan
Tahun
No Uraian Satuan
2022 2027 2032 2037 2042
I Kependudukan
I.1 Jumlah Penduduk Jiwa 897.141 930.227 964.907 1.001.272 1.039.422
I.1.1 Jumlah Penduduk Perkotaan Jiwa 351.426 364.608 378.458 393.017 408.330
I.1.2 Jumlah Penduduk Perdesaan Jiwa 545.715 565.619 586.449 608.255 631.092
I.1.3 Persentase Pelayanan Perkotaan % 100% 100% 100% 100% 100%
I.1.4 Persentase Pelayanan Perdesaan % 100% 100% 100% 100% 100%
I.2 Cakupan Pelayanan Perkotaan JP % 100% 100% 100% 100% 100%
I.2.1 Cakupan Pelayanan Perkotaan BJP % 100% 100% 100% 100% 100%
I.2.2 Cakupan Pelayanan Perdesaan % 100% 100% 100% 100% 100%
I.3 Penduduk Perkotaan yang terlayani JP Jiwa 351.426 364.608 378.458 393.017 408.330
I.3.1 Penduduk Perkotaan yang terlayani BJP Jiwa 351.426 364.608 378.458 393.017 408.330
I.3.2 Penduduk Perdesaaan Terlayani Jiwa 545.715 565.619 586.449 608.255 631.092
Sumber: Analisis, 2021
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-57
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-58
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kehilangan Air
Kehilangan air di tingkat distribusi banyak disebabkan karena kebocoran air akibat
kurangnya perawatan, serta kualitas tanah pada jalur pipa yang rawan longsor dan ditepi sungai
sehingga rawan kebocoran pipa akibat tidak mampu menahan beban dari longsoran maupun
banjir. Selain itu adanya pencurian air, perusakan meter air, dan kondisi meter air di pelanggan
yang sering rusak, disamping faktor pembacaan meter air oleh petugas pengontrol meter
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan air di sitem distribusi. Lebih jelas
mengenai kehilangan air dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 7-12 Kehilangan Air
Tahun
No Uraian Satuan
2022 2027 2032 2037 2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 897.141 930.227 964.907 1.001.272 1.039.422
2 Tingkat Pelayanan % 100 100 100 100 100
3 Penduduk Terlayani jiwa 897.141 930.227 964.907 1.001.272 1.039.422
4 Jumlah Penduduk Per SR jiwa 4 4 4 4 4
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 224.285 232.557 241.227 250.318 259.855
2 Pemakaian per orang l/org/hari 120 120 120 120 120
3 Kebutuhan Air SR m3/hari 107.656,91 111.627,25 115.788,80 120.152,65 124.730,64
4 Kebutuhan Domestik l/det 1.246,03 1.291,98 1.340,15 1.390,66 1.443,64
C Kebutuhan non domestik
15% dari kebutuhan % 15 15 15 15 15
Domestik
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-59
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahun
No Uraian Satuan
2022 2027 2032 2037 2042
Kebutuhan non domestik m3/hari 16.148,54 16.744,09 17.368,32 18.022,90 18.709,60
l/det 186,90 193,80 201,02 208,60 216,55
D Kebutuhan Air Total l/det 1.432,93 1.485,78 1.541,17 1.599,25 1.660,19
E Kehilangan air
% Kehilangan air % 40 30 20 20 20
Jumlah kehilangan air l/det 573,17 445,73 308,23 319,85 332,04
Sumber: Analisis, 2021
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-60
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Secara umum, rancangan teknis dibedakan atas 2 (dua) kategori pengembangan yaitu :
1. Sistem Perkotaan
Interkoneksi Antara Berbagai Sub Sistem
Kedekatan wilayah pelayanan atau kedekatan sumber air baku merupakan pertimbangan
utama dari peng- interkoneksian sistem. Sebagai rencana pengembangan, maka wilayah
pelayanan yang berdekatan dan memungkinkan untuk disatukan dalam satu koridor
pelayanan maka akan di interkoneksikan.
2. Sistem IKK/Sistem Setempat
Sistem setempat diartikan sebagai satu wilayah administrasi kecamatan atau satu sistem
dengan satu atau lebih sumber air baku, satu wilayah pelayanan dan satu pengelola
kelembagaannya.
Untuk Kabupaten Blora, daerah yang letaknya agak berjauhan umumnya dioperasikan dan
direncanakan pengembangannya melalui sistem setempat yang tidak terkoneksi dengan
sistem lainnya. Secara teknis hal ini memungkinkan karena di kecamatan-kecamatan
terdapat banyak mata air yang tidak saling berhubungan. Demikian pula halnya dengan
arah pengembangan pelayanan diutamakan dengan sistem Ibukota Kecamatan (IKK) pada
masing-masing kecamatan.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-61
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tabel 7-14 Penentuan Prioritas Program Tiap Zona dan Kecamatan (Metode Sekarang)
Zona/ Kecamatan Skor Prioritas
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-62
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
A. Zona 1
1. Kecamatan Blora
Tabel 7-15 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona I
Kec. Blora
Strategi dan Program Tahapan pembangunan
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-63
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Ke I Ke II Ke III
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau
Bendung
Konservasi Waduk Tempuran Pemanfaatan air baku dari
V
Waduk Tempuran
Konservasi Bendung Gerak Bangking V
Konservasi Bendung Glagahan V
2. Kecamatan Jepon
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-64
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kecamatan Jepon merupakab wilayah dengan kerawanan kekeringan, dengan jumlah desa
dan kelurahan yang besar yaitu 25 desa/kelurahan sebagian adalah mempunyai
karakteristik perdesaan sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan
menggunakan sistem perpipaan perdesaan. Untuk Desa/Kelurahan yang diluar IKK Jepon
dan mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK ada 18 desa, diantaranya pada Desa:
Blungun, Semanggi, Ngampon, Jomblang, Bangsri, Palon, Sumurboto, Turirejo,
Semampir, Kemiri, Tampellemahbang, Kawengan, Gedangdowo, Pulodagel, Bacem,
Jatirejo, Soko dan Waru.
Tabel 7-16 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona I
Kec. Jepon
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Pembangunan Waduk Balong V
Konservasi Bendung Kidangan V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-65
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Penyediaan Unit Pelayanan air bersih untuk daerah
rawan air bersih (Untuk jangka pendek)
1 Pengadaan Mobil Tangki Air V
2 Hidran Umum V
3 Terminal Air V
3. Kecamatan Bogorejo
Kecamatan Bogorejo sebagian besar adalah wilayah perdesaan dengan kerawanan
kekeringan, jadi untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan
sistem perpipaan perdesaan. Untuk Desa/Kelurahan yang diluar IKK Bogorejo dan
mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK strateginya adalah dengan penyediaan SPAM
perdesaan, diantaranya pada Desa: Karanganyar, Gombang, Sarirejo, Karang, Gembol,
Gayam, Sendangrejo, Gandu, Nglekir dan Jurang jero.
Tabel 7-17 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona I
Kec. Bogorejo
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau
Bendung
Konservasi Bendung Gerak Tempurejo V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-66
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
A Pengembangan PAH (Penampungan Air Hujan) Rasional
V
komunal
Karanganyar, Gombang, Sarirejo, Karang, Gembol, Gayam,
Sendangrejo, Gandu, Nglekir dan Jurang jero
B Pengembangan PAH (Penampungan Air Hujan) Rasional
V
individu
Karanganyar, Gombang, Sarirejo, Karang, Gembol, Gayam,
Sendangrejo, Gandu, Nglekir dan Jurang jero
4. Kecamatan Jiken
Kecamatan Jiken merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan kekeringan,
jumlah desa sebanyak 11, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga
untuk skenario pengembangan ke depan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Jiken dan mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-67
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
ada 7 desa, diantaranya pada Desa: Nglobo, Nglebur, Janjang, Bleboh, Ketringan,
Singonegoro dan Bangowan.
Tabel 7-18 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona I
Kec. Jiken
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Embung
Konservasi embung Jiken V
5. Kecamatan Tunjungan
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-68
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kecamatan Tunjungan merupakan wilayah yang termasuk dalam daerah rawan kekeringan,
jumlah desa sebanyak 15, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga
untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Tunjungan dan mempunyai akses yang cukup jauh dari
IKK ada 10 desa, diantaranya pada Desa: Tawangrejo, Kedungringin, Adirejo, Tamanrejo,
Tutup, Tambahrejo, Gempolrejo, Nglangitan, Keser dan Sitirejo.
Tabel 7-19 Strategi Pen alternative anganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di
Zona I Kec. Tunjungan
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Konservasi Waduk Greneng
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari V
Waduk Greneng
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-69
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
rawan air bersih (Untuk jangka pendek)
1 Pengadaan Mobil Tangki Air V
2 Hidran Umum V
3 Terminal Air V
6. Kecamatan Banjarejo
Kecamatan banjarejo merupakan daerah yang termasuk rawan kekeringan, penyediaan
SPAM untuk wilayah diluar IKK akan di skenariokan dengan sistem perdesaan, strategi
dan program pentahapan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7-20 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona I
Kec. Banjarejo
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Konservasi Bendung Gerak Sale V V
Konservasi Bendung Gerak Sendangwungu V V
Konservasi Bendung Gerak Wonosemi V V
Konservasi Bendung Gerak Sukorejo V V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-70
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
10%
Program perencanaan dan pembangunan:
A Pengembangan PAH (Penampungan Air Hujan) Rasional
V
komunal
1 sub zona utara (6 Desa: Kembang, Plosorejo, Buluroto,
V
Sembungin, Kebonrejo, Sendangwungu)
2 sub zona timur (4 Desa: Bendosari, Sumberagung,
V
Klopoduwur, Sidomulyo)
3 sub zona Barat (5 Desa: Wonosemi, Sendanggayam,
V
Mojowetan, Karangtalun, Balongrejo)
4 sub zona Selatan (5 Desa: Jatiklampok, Jatisari, Banjarejo,
V
Bacem, Balongsari)
B Pengembangan PAH (Penampungan Air Hujan) Rasional
V
individu
B. ZONA 2
1. Kecamatan Cepu
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-71
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kecamatan Cepu merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan kekeringan,
jumlah desa sebanyak 17, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga
untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Cepu dan mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK
ada 11 desa, diantaranya pada Desa: Nggadon, Ngloram, Cabean, Kapuan, Jipang, Getas,
Sumberpitu, Kentong, Mernung, Mulyorejo, Nglanjuk.
Tabel 7-21 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona II
Kec. Cepu
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Embung
Pembangunan embung Cabean V V
Pembangunan embung Tambakromo V V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-72
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
1 Melanjutkan Program PAMSIMAS V V
2 Peningkatan dan pemeliharaan Program PAMSIMAS yang ada
(Cabean, Gadon, Getas, Jipang, Kapuan, Mernung, Mulyorejo, V V V
Nglanjuk, Ngloram, Sumberpitu)
Sumber: Hasil Analisis, 2021
2. Kecamatan Kedungtuban
Kecamatan Kedungtuban merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 17, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem
perpipaan perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Kedungtuban dan mempunyai akses yang
cukup jauh dari IKK ada 11 desa, diantaranya pada Desa: Gondel, Ketuwan, Jimbung,
Panolan, Klagen, Kemantren, Sidorejo, Wado, Nglandeyan, Kalen, Galuk.
Tabel 7-22 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona II
Kec. Kedungtuban
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Embung
Pembangunan embung Sogo V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-73
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
2 Penyediaan Sumur dalam (11 unit) V
3 Penyediaan Sumur Pompa tangan (11 unit) V
3. Kecamatan Sambong
Kecamatan merupakan wilayah yang termasuk dalam daerah rawan kekeringan, jumlah
desa sebanyak 10, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga untuk
skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Sambong dan mempunyai akses yang cukup jauh dari
IKK ada 6 desa, diantaranya pada Desa: Temengeng, Sambongrejo, Biting, Brabowan,
Ledok dan Giyanti.
Tabel 7-23 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona II
Kec. Sambong
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Embung
Pembangunan embung Giyanti V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-74
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Bendungan S. Bengawan Solo V V
C. ZONA 3
1. Kecamatan Jati
Kecamatan Jati merupakan wilayah yang termasuk dalam daerah rawan kekeringan,
jumlah desa sebanyak 12, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga
untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Jati dan mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK
ada 8 desa, diantaranya pada Desa: Bangkleyan, Gempol, Kepoh, Palem, Jagong, Singget,
Randulawang, Pengkoljagong.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-75
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tabel 7-24 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona III
Kec. Jati
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Konservasi Bendung Kepoh V
2. Kecamatan Kradenan
Kecamatan Kradenan merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 10, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-76
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-77
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
3. Kecamatan Randublatung
Kecamatan Randublatung merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 18, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem
perpipaan perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Randublatung dan mempunyai akses yang
cukup jauh dari IKK ada 12 desa, diantaranya pada Desa: Tlogotuwung, Bodeh,
Gembyungan, Temulus, Sumberjo, Kutukan, Kalisari, Bekutuk, Plosorejo, Jeruk, Tanggel,
Ngliron.
Tabel 7-26 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona III
Kecamatan Randublatung
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Embung
Pembangunan embung Randublatung V V
Pembangunan embung Pilang V V
Pembangunan embung Temulus V V
Pembangunan embung Bekutuk V V
Pembangunan embung Kutukan V V
Pembangunan embung Ngliron V V
Konservasi embung Keruk V V
Konservasi embung Gembyungan V V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-78
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
3 Penyediaan Sumur Pompa tangan (12 unit) V
D. ZONA 4
1. Kecamatan Japah
Kecamatan Japah merupakan wilayah yang termasuk dalam daerah rawan kekeringan,
jumlah desa sebanyak 18, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan sehingga
untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem perpipaan
perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Japah dan mempunyai akses yang cukup jauh dari IKK
ada 12 desa, diantaranya pada Desa: Ngapus, Krocok, Tengger, Harjowinangun,
Ngrambitan, Pengkolrejo, Bogorejo, Dologan, Sumberejo, Ngiyono, Gaplokan, Kalinanas.
Tabel 7-27 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona IV
Kecamatan Japah
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
pembangunan Waduk Randugunting di Kecamatan Japah dan V
pemanfaatan air baku untuk Kecamatan Japah dan Kecamatan
Tunjungan;
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-79
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi pemanfaatan mata air
mata air Kalinanas di Desa Kalinanas V V
2. Kecamatan Kunduran
Kecamatan Kunduran merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 26, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem
perpipaan perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Kunduran dan mempunyai akses yang cukup
jauh dari IKK ada 19 desa, diantaranya pada Desa: Botoreco, Buloh, Kemiri, Kodokon,
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-80
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-81
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
3. Kecamatan Ngawen
Kecamatan Ngawen merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 29, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem
perpipaan perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Ngawen dan mempunyai akses yang cukup
jauh dari IKK ada 18 desa, diantaranya pada Desa: Kendayaan, Plumbon, Bergolo,
Bandungrejo, Kedungsatriyan, Karangtengah, Jetakwanger, Sumberejo, Sendangagung,
Sendangrejo, Punggursugih, Gondang, Berbak, Wantilgung, Bogowanti, Gotputuk,
Bradag, Karangjong.
Tabel 7-29 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona IV
Kecamatan Ngawen
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Pembangunan Waduk Kedungwaru V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-82
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Penyediaan Unit Pelayanan air bersih untuk daerah
rawan air bersih (Untuk jangka pendek)
1 Pengadaan Mobil Tangki Air V
2 Hidran Umum V
3 Terminal Air V
4. Kecamatan Todanan
Kecamatan Todanan merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam daerah rawan
kekeringan, jumlah desa sebanyak 25, sebagian adalah mempunyai karakteristik perdesaan
sehingga untuk skenario pengembangan kedepan adalah dengan menggunakan sistem
perpipaan perdesaan. Untuk Desa diluar IKK Todanan dan mempunyai akses yang cukup
jauh dari IKK ada 19 desa, diantaranya pada Desa: Palemsengir, Prigi, Sambeng, Tinapan,
Kedungwungu, Sonokulon, Ngumbul, Kacangan, Bicak, Sendang, Wukirsari,
Karanganyar, Gunungan, Candi, Gondoriyo, Kembang, Bedingin, Ledok dan
Kedungbacin.
Tabel 7-30 Strategi Penanganan dan Program Pentahapan SPAM Perdesaan di Zona IV
Kecamatan Todanan
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Strategi Pembangunan dan Konservasi Waduk atau Bendung
Konservasi Bendung Dringo V
Pemanfaatan air baku dari Waduk Bentolo V V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-83
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
Pembangunan embung Ketileng V V
Konservasi embung Cokrowati V V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-84
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Tahapan pembangunan
Ke I Ke II Ke III
Strategi dan Program
(2022 – (2028 – (2033–
2027) 2032) 2037)
rawan air bersih (Untuk jangka pendek)
1 Pengadaan Mobil Tangki Air V
2 Hidran Umum V
3 Terminal Air V
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-85
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Kebocoran air dapat menyebabkan penurunan tekanan, kontaminasi air yang didistribusi pada
konsumen, kemudian juga akan mengurangi jumlah atau kuantitas air yang berakibat tidak
meratanya pengaliran air. Selain itu juga dapat mengakibatkan kecelakaan, akibat penurunan
jalan dan longsoran tanah.
Penurunan Kebocoran Teknis
Tinjauan terhadap beberapa hal yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat kehilangan
air, antara lain :
1) Aspek Teknis meliputi : kondisi jaringan, kondisi pipa, tekanan air, kinerja meter induk
dan meter pelanggan, administrasi teknis, penggiliran pelayanan, dan pemakaian air
untuk fasilitas jaringan.
2) Aspek Organisasi dan personalia meliputi : rasio jumlah pegawai PDAM dengan jumlah
pelanggan, petugas yang menangani kebocoran, dan rasio jumlah pembaca meter
dengan jumlah pelanggan
3) Aspek Administratif, kebocoran administrative bukanlah kebocoran sebenarnya (atau
sering disebut non teknis). Hal ini terjadi akibat kesalahan pembacaan meter, penaksiran
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-86
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
penggunaan air untuk keperluan lainnya yang tidak tepat, sambungan gelap dan
sebagainya.
4) Aspek perilaku, hal ini terjadi pada perusakan meter, penggunaan pompa penyedot,
sambungan by pas (tanpa melalui meter) dan penggunaan air yang tidak semestinya
(menyiram tanaman, digunakan kolam renang pribadi, pemborosan air dan lain-lain)
2. Penurunan Kebocoran
Kebocoran teknis merupakan kehilangan air yang disebabkan oleh masalah teknis seperti
kebocoran pada pipa transmisi, jaringan distribusi, fitting, meter air, bangunan pengolahan
air, fasilitas pemompaan dan lain-lain. Kebocoran pada sistem perpipaan Kabupaten Blora
mencapai 31,15%. Penyebab kebocoran perpipaan Kabupaten Blora antara lain :
1) Terdapat banyak pipa yang rusak terutama pipa yang usianya lebih dari 20 tahun
2) Terdapat beberapa watermeter yang rusak
3) Beberapa sistem belum memakai watermeter, sehingga besarnya air tidak terkontrol
4) Keakuratan watermeter berkurang akibat usia water meter yang terlalu tua yaitu lebih
20 tahun
Untuk mengatasi permasalahan kebocoran tersebut, dalam rencana induk SPAM
Kabupaten Blora ini penurunan kebocoran sampai tahun 2037 ditargetkan sebesar 19,50%.
Berikut ini ditampilkan grafik rencana penurunan tingkat kebocoran.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-87
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Dari data diatas masih ada sisa air baku yang belum dimanfaatkan yaitu dari Sungai
Bengawan Solo dan Waduk Bentolo sebesar 265 lt/dt.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-88
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Sedangkan kapasitas produksi air terpasang sistem eksisting penyediaan air minum di
Kabupaten Blora adalah sebesar 225 lt/dt baru terpakai 184,5 lt/dt sehingga masih ada sisa (idle
capacity) sebesar 40,5 lt/dt, dengan perincian masing-masing sumber dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7-33 Idle Capacity
Kapasitas Produksi Air Idle
No. Cabang/Unit Sumber Air baku Terpasang Terpakai Capacity
(lt/dt) (lt/dt) (lt/dt)
1 Cabang Blora IPA Ngampel 30 28 2
IPA Waduk Tempuran 20 20 -
MA Kajar 10 8,5 1,5
Jumlah 60 56,5 3,5
2 Cabang Cepu IPA Bengawan Solo 70 58
Jumlah 70 58 12
3 Unit Todanan MA Kajengan 10 8 2
Jumlah 10 8 2
MA/Broncaptering W.
4 Unit Ngawen 20 12
Bentolo
Jumlah 20 12 8
MA/Broncaptering W.
5 Unit Kunduran 10 10 -
Bentolo
Jumlah 10 10 -
Unit
6 Sumur Sumberejo 20 17,3 2,7
Randublatung
Jumlah 20 17,3 2,7
Sumur Peting (Sumur
7 Unit Kutukan 15 6,5
dalam)
Jumlah 15 6,5 8,5
Unit Kedung Sumur Wadu (Sumur
8 10 10 -
Tuban dalam)
Jumlah 10 10 -
Sumur Goito (Sumur
9 Unit Menden 10 6,2 3,8
dalam)
Jumlah 10 6,2 3,8
JUMLAH TOTAL 225 184,5 40,5
Sumber : PDAM, RTRW Kabupaten Blora
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-89
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Dari data di atas dapat diketahui bahwa total kapasitas terpakai dari sistem eksisting adalah
sebesar 184,5 lt/dt, sedangkan sumber potensial sebesar 1.433 lt/dt sehingga jumlah sumber air
yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku jangka panjang Kabupaten Blora
adalah sebesar 1.617,5 lt/dt.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-90
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-91
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
kawasan sempadan mata air berada pada sebanyak 21 mata air yang tersebar di:
1. mata air Biting di Desa Biting Kecamatan Sambong;
2. mata air Jepang di Desa Jepangrejo Kecamatan Blora;
3. mata air Ngampel di Desa Ngampel Kecamatan Blora;
4. mata air Sukorejo di Desa Sukorejo Kecamatan Tunjungan;
5. mata air Kedungrejo di Desa Kedungrejo Kecamatan Tunjungan;
6. mata air Kedungbawang di Sitirejo Kecamatan Tunjungan;
7. mata air Kedung Lo di Desa Kedungrejo Kecamatan Tunjungan;
8. mata air Jetak Wanger di Desa Jetakwanger Kecamatan Ngawen;
9. mata air Kalinanas di Desa Kalinanas Kecamatan Japah;
10. mata air Karanganyar di Desa Karanganyar Kecamatan Todanan;
11. mata air Bicak di Desa Bicak Kecamatan Todanan;
12. mata air Kajengan di Desa Kajengan Kecamatan Todanan;
13. mata air Cokrowati di Desa Cokrowati Kecamatan Todanan;
14. mata air Dringo di Desa Dringo Kecamatan Todanan;
15. mata air Ledok di Desa Ledok Kecamatan Todanan;
16. mata air Bedingin di Desa Bedingin Kecamatan Todanan;
17. mata air Gembleb di Desa Kedungwungu Kecamatan Todanan;
18. mata air Watu Lunyu di Desa Todanan Kecamatan Todanan;
19. mata air Patiyan di Desa Ketileng Kecamatan Todanan;
20. mata air Kedung Sari di Desa Sambeng Kecamatan Todanan; dan
21. mata air Kendang di Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban.
Kawasan sekitar waduk dan embung yang ditetapkan di Kabupaten Blora, meliputi:
1. Sempadan waduk berupa daratan 100 meter dari titik pasang tertinggi, termasuk
diantaranya:
a. Waduk Kedungwaru di Kecamatan Ngawen;
b. Waduk Balong di Kecamatan Jepon;
c. Waduk Randugunting di Kecamatan Japah;
d. Waduk Tempuran di Kecamatan Blora;
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-92
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-93
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-94
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-95
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-96
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-97
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
bahan kimia diinjeksikan ke dalam sludge dan diaduk dengan mixer. Kemudian sludge
masuk ke dalam tangki stainless steel dan tersebar melewati belt yang lebar tanpa merusak
partikel sludge yang sudah terflokulasi. Lumpur yang sudah pekat selanjutnya disisihkan
dengan spring-tentioned blade. Belt pengalir kemudian memasuki pencucian high-
pressure/lowvolume untuk menghilangkan partikel yang terperangkap di dalam belt.
2. Conditioning
Lumpur dari pengolahan sekunder perlu pengkondisian dengan tujuan untuk memperbaiki
karakteristik lumpur yang terbentuk. Ada tiga jenis pengkondisian yaitu kondisioning
kimia, kondisioning termal dan elutriasi.
a. Kondisioning Kimia
• Menggunakan bahan anorganik
• Ada pengadukan (flokulasi)
• Bahan kimia yang digunakan : garam besi, aluminium, kapur, polimer
b. Kondisioning Termal
Merupakan proses oksidasi kimia yang menggunakan udara di dalam larutan untuk
mengoksidasi materi organik pada suhu dan tekanan tinggi (121 – 371 oC; 100 – 400
psi) biasa disebut oksidasi basah.
c. Elutriasi
Adalah operasi pencucian fisik yang dilakukan untuk mengurangi kebutuhan zat kimia
(karena adanya alkalinitas dalam lumpur)
3. Dewatering
Dewatering adalah unit operasi secara fisik (mekanis) digunakan untuk mengurangi kadar
air (kelembaban) dalam lumpur. Pemilihan tipe dewatering tergantung pada karakteristik
lumpur yang akan diolah serta ketersediaan lahan. Untuk beberapa jenis lumpur, terutama
lumpur yang dicerna secara aerob tidak dapat dilakukan dewatering secara mekanis.
Lumpur jenis ini dapat diolah dengan sand bed. Adapun alasan pengolahan dengan
dewatering antara lain :
• Biaya angkutan yang akan dikeluarkan untuk membuang lumpur ke tempat
pembuangan akan lebih rendah setelah air yang ada dikurangi.
• Lumpur yang sudah diambil airnya lebih mudah untuk dikelola.
• Lumpur hasil dewatering dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada insinerator.
• Lumpur menjadi tidak berbau dan tidak mudah membusuk.
• Hasil akhir dari lumpur yang diambil airnya umumnya dipakai sebagai penimbun tanah
dan mengurangi genangan air pada daerah pembuangan sampah secara sanitary land fill.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-98
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Unit Dewatering yang sering digunakan dalam pengolahan lumpur IPA adalah Belt Filter
Press dan Sludge Drying Bed.
a) Belt Filter Press
Belt filter press adalah alat dewatering secara kontinyu yang melibatkan aplikasi dari
proses kondisioning bahan kimia, drainase secara gravitasi, menggunakan tekanan
mekanik untuk menurunkan kadar air dalam lumpur. Variabel yang berpengaruh yaitu
karakteristik lumpur dengan variabilitas mesin yang lebih sedikit dibanding vacuum
filtration.
Ukuran belt filter press yaitu lebar belt 0.5–3.5 m, biasanya yang digunakan di
lapangan adalah 2.0 m. Sludge loading bervariasi 200 sampai dengan 1500 lb/m.h (90–
680 kg/m.h) tergantung pada tipe atau kosentrasi lumpur. Aliran hidrolik 25–100
gal/m.min (1.6–6.3 l/m.s).
b) Sludge Drying Bed
Drying beds merupakan metode dewatering lumpur yang umum digunakan. Sludge
drying bed adalah tipe yang digunakan untuk mengeringkan lumpur dari digester.
Setelah pengeringan, lumpur diremove dan dibuang ke landfill atau digunakan sebagai
kondisioner tanah. Keuntungan drying bed: murah, tidak membutuhkan perhatian lebih,
kandungan solid tinggi dalam produk kering. Waktu pengeringan rata-rata 10-15 hari.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-99
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
degradasi dalam waktu singkat, dengan luas yang ditentukan berdasarkan luas tangkapan
air.
Penentuan zona Perlindungan I secara khusus tidak memerlukan penelitian teknis, dengan
demikian dapat secara langsung diukur di lapangan, yaitu antara 10 sd 15 m mengelilingi sumber
air baku yang akan dilindungi.
Pada setiap zona Perlindungan perlu diberlakukan pembatasan dan larangan-larangan
aktivitas, antara lain sebagai berikut :
1. Larangan pada Zona III
• Pembangunan dan pengembangan daerah industri
• Pembangunan instalasi IPAL, penampungan limbah industri
• Pembangunan jaringan perpipaan minyak
• Penggunaan pestisida yang berlebihan
• Penyimpanan atau gudang pupuk
• Daerah pemukiman tanpa jaringan sanitasi
• Daerah pemakaman
• Daerah pembuangan sampah
2. Larangan pada Zona II
Semua larangan yang disebutkan pada larangan pada Zona III, ditambah :
• Penggunaan pupuk kandang dan bahan kimia : pestisida, insektisida, fungisida dll.
• Penggunaan pupuk mineral / pupuk buatan yang berlebihan
• Adanya SPBU, usaha bengkel, pencucian dan tempat parkir mobil dan motor
• Penggalian tanah pada aereal relatif luas
• Pembangunan jalan raya
• Adanya kandang hewan skala relatif besar, misalnya peternaan ayam, sapi, babi dll.
• Adanya kolam renang, daerah perkemahan dan fasilitas olah raga
3. Larangan pada Zona I
Semua larangan yang disebutkan pada larangan pada Zona III dan II, ditambah :
• Zone I harus dipagari dengan jarak minimum 10 m dari sumur
• Air permukaan di zona ini harus bersih dari semua subtansi yang dapat menurunkan
kualitas airtanah.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-100
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
ditetapkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai target program PSAB.
Tahapan pelaksanaan program PSAB tersebut adalah :
Tabel 7-35 Tahapan Pelaksanaan Program PSAB
TAHAP AKTIVITAS
Workshop : Sosialisasi program Perlindungan Sumber Air Baku
Tahap 1 (PSAB), Keluaran : Komitmen Pemda setempat dan pihak terkait
untuk secara bertahap bersedia melaksanakan program PSAB
Survey hidrogeologi dan pemetaan pada sumber air baku yang
Tahap 2 ditetapkansebagai materi untuk Rancangan Perda Perlindungan
Sumber Air Baku
Workshop : Sosialisasi hasil survey hidrogeologi dan pemetaan
zona PSAB pada sumber air baku terpilih, Keluaran : Komitmen
Tahap 3
Pemda setempat dan pihak terkait untuk bersedia melaksanakan
persiapan Perda PSAB
Pembentukan Tim Inti terdiri dari PDAM, Biro Hukum dan Dinas
Tahap 4 Kesehatan yang bertugas sebagai tim penyusun Draft Raperda
PSAB
Persiapan dan penyusunan Draft Raperda PSAB (berdasarkan
Tahap 5
hasil survey hidrogeologi dan pemetaan) oleh Tim Inti
Workshop : Sosialisasi Draft Awal Raperda PSAB untuk
Tahap 6
mendapatkan masukan dan koreksi dari pihak/instansi terkait
Penyempurnaan dan finalisasi Draft Akhir Raperda PSAB oleh
Tahap 7 Tim Inti dengan melakukan beberapa kali pertemuan intern
anggota Tim Inti
Workshop : Pembahasan terhadap Draft Akhir Raperda PSAB
oleh Tim Inti dan instansi lintas sektoral, Keluaran : Persetujuan
Tahap 8
Draft Raperda PSAB untuk diajukan kepada DPRD oleh Pemda
setempat
Pengajuan Raperda PSAB ke DPRD, dilanjutkan dengan
Tahap 9
Pembahasan dan Diskusi Raperda PSAB di DPRD
Pengesahan Perda PSAB oleh DPRD dan Pencatatan sebagai
Tahap 10
Lembaran Daerah
Mempersiapkan Surat Keputusan Bupati/Walikota (Kepala
Tahap 11 Pemerintahan Daerah setempat) sebagai petunjuk teknis
pelaksanaan Perda PSAB
Tahap 12 Sosialisasi dan Implementasi Perda PSAB
Sumber: Analisis Tim Penyusun
Setelah dilakukan pemetaan atau zonasi perlindungan sumber air baku, maka implementasi
jangka pendek program Zona Perlindungan Sumber Air secara umum dapat dilakukan dengan
melalui dua tahapan utama, yaitu :
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-101
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
Pada perencanaan dalam mencapai target SDGs maka dalam kurun waktu 15 tahun akan
dibagi menjadi 3 tahapan yaitu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tahapan-tahapan
tersebut dapat diuraikan seperti berikut :
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-102
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
− Optimalisasi dan pemanfaatan idle capacity di tiap-tiap IKK, agar kapasitas produksi
sama dengan kapasitas terpasang (apabila sumber memenuhi)
− Penambahan SR menjadi 5520 SR
− Pelatihan Manajemen dan Keuangan
− Pembangunan jaringan pipa Blora.
3. Tahun 2024
− Pembangunan IPA Blora 50 l/dtk
− Pembangunan jaringan pipa Blora
− Pembanguna reservoir Blora 2500m³
4. Tahun 2025
− Pembangunan IPA Randublatung 300 l/detik
− Pembangunan jaringan pipa Randublatung
− Pembangunan Reservoir gabungan Kradenan, Randublatung, dan Jati 5000 m³
− Pembangunan IPA Jepon 30 l/dtk.
5. Tahun 2026
− Pembangunan pipa jaringan Jiken
− Pembangunan jaringan pipa Bogorejo
− Pembangunan jaringan pipa Jepon
− Pembangunan reservoir gabungan 4100 m³ buat Jepon, Bogorejo, dan Jiken.
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-103
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-104
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-105
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-106
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
BAB 7 RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM Hal 7-107
Review RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2014-2028
− Jangka waktu pembayaran, jangka waktu pendek termasuk masa tenggang 2 tahun,
biasanya 8 – 10 tahun.
3. Menggunakan dana dengan penerbitan obligasi daerah.
Dengan alternatif penerbitan obligasi ini maka kebutuhan biaya investasi dipenuhi oleh dana
dari penjualan obligasi (dalam hal ini adalah penerbitan obligasi oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten). Persyaratan penerbitan obligasi ini adalah:
− Tingkat bunga (kupon) persen per tahun; (lebih tinggi tingkat bunga acuan)
− Adanya jatuh tempo pembayaran pokok (misalnya 8-10 tahun).
4. Mengundang investor untuk melakukan investasi dibawah program kemitraan di kawasan
potensial tertentu yang belum mampu untuk dilayani BLU Air Minum atau PDAM;
5. Mengusahakan pinjaman lunak dengan jangka waktu pengembalian minimal 15 tahun
termasuk masa tenggang 5 tahun dari lembaga keuangan internasional melalui pinjaman SLA
atauRekening Pembangunan Daerah (RPD);
6. Hibah bantuan teknis bilateral atau multilateral melalui pemerintah pusat;
7. Pinjaman komersial melalui lembaga keuangan nasional atau international dengan atau tan
pajaminan donor dan/atau pemerintah pusat.
terutama untuk pembiayaan SPAM perdesaan. Secara skematik dapat dilihat pada gambar 8.1
berikut:
Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi baru untuk mendukung program pengembangan SPAM di wilayah
Kabupaten Blora berupa pengembangan SPAM dengan membangun (ekspansi) IPA dan jaringan
distribusi dan juga dengan rehabilitasi IPA dan jaringan yang sudah ada, rencana anggaran biaya
pengembanan SPAM Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:.
Tahap I : 2022-2026 (Dalam Juta Rupiah) Tahap II : 2027-2031 (Dalam Juta Rupiah) Tahap III : 2032-2036 (Dalam Juta Rupiah)
OPD
No Uraian APBD APBD APBD APBD APBD APBD
APBN PDAM CSR Masy APBN PDAM CSR Masy APBN PDAM CSR Masy Pengelola
Prov Kab Prov Kab Prov Kab
28 Vegetatif Cachtment area 951 531 574 520 455 615 967 654 0 974 1.013 3.033 3.149 0 0 969 989 3.028 DLH,
PDAM
Jumlah 125.500 25.500 45.500 27.500 12.550 15.500 145.500 35.500 55.500 29.500 15.500 18.500 185.500 55.500 75.500 34.500 17.500 21.500
Sumber: Analisis, 2021
Tahap I : 2022-2026 (Dalam Juta Rupiah) Tahap II : 2027-2031 (Dalam Juta Rupiah) Tahap III : 2032-2036 (Dalam Juta Rupiah)
No Uraian APBD APBD APBD APBD APBD APBD OPD Pengelola
APBN HIPPAM CSR Masy APBN HIPPAM CSR Masy APBN HIPPAM CSR Masy
Prov Kab Prov Kab Prov Kab
11 Pembangunan 978 165 60 508 177 0 2.075 699 2.209 551 0 0 1.814 408 213 659 0 0 PERKIM,DPMD,
rumah panel listrlk BPBD,
DLH,DINKES
12 Pengadaan genset 4.403 549 359 508 266 0 12.450 699 1.325 551 0 0 3.629 1.021 1.705 659 0 0 PERKIM,
DPMD, BPBD,
DLH,DINKES
13 Pengadaan 19.568 3.294 5.986 3.045 753 0 12.450 3.496 7.289 3.305 0 0 36.289 4.084 10.659 3.952 1.787 0 PERKIM,
sumurbor lengkap DPMD, BPBD,
DLH, OINKES
14 Tes Geo Listrik 489 165 599 305 0 0 1.245 583 1.767 330 0 0 907 306 533 395 0 0 PERKIM,
DPMD, BPBD,
DLH, DINKES
15 pembangunan 489 165 599 508 0 0 2.075 583 1.104 551 0 0 1.814 306 640 659 0 0 PERKIM,
rumah genset DPMD, BPBD,
DLH,DINKES
16 Konservasi Sumber 489 137 898 508 886 0 2.075 466 442 551 0 0 907 511 213 659 0 0 PERKIM,
air baku non PDAM DPMD, BPBD,
DLH,DINKES
17 Pembentukan 0 137 359 305 266 0 0 466 442 330 0 0 0 204 213 395 0 540 PERKIM,
Paguyuban DPMD, BPBD,
HIPPAM DLH, DINKES
18 Pembinaan dan 0 275 239 508 266 0 0 0 442 551 0 0 0 511 426 659 0 675 PERKIM,DPMD,
Pelatihan HIPPAM BPBD,
DLH,DINKES
19 Pemeriksaan 489 0 239 508 0 0 0 0 442 551 0 0 907 0 213 659 0 0 PERKIM,
kualitas air baku DPMD, BPBD,
non PDAM DLH,DINKES
20 Pengadaan Water 489 275 599 508 443 1.421 0 0 883 551 0 0 907 204 426 659 1.206 2.701 PERKIM,
meter DPMD, BPBD,
DLH,DINKES
21 Tera Water meter 0 0 239 508 0 0 0 0 442 551 0 0 0 0 320 659 0 0 PERKIM,
OPMO,
BPBD,DLH,
OINKES
22 Soslalisais dan 294 165 359 508 443 0 0 0 442 551 0 0 363 255 213 659 893 0 PERKIM,DPMD,
Pelatihan Biopori BPBD,
DLH,DINKES
23 Pengajuan SIPA 0 0 599 203 0 0 0 0 883 220 0 0 0 0 426 263 0 0 PERKIM,
DPMD, BPBD,
DLH, DINKES
Tahap I : 2022-2026 (Dalam Juta Rupiah) Tahap II : 2027-2031 (Dalam Juta Rupiah) Tahap III : 2032-2036 (Dalam Juta Rupiah)
No Uraian APBD APBD APBD APBD APBD APBD OPD Pengelola
APBN HIPPAM CSR Masy APBN HIPPAM CSR Masy APBN HIPPAM CSR Masy
Prov Kab Prov Kab Prov Kab
27 Penyusunan perbub/ 0 0 599 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 B.HUKUM
perda SPAM BAPPEDA,
PERKIM
28 Vegetatif 489 275 599 558 443 0 0 0 0 606 0 0 0 0 0 725 893 1.080 DLH, DPMD
Cachtment area
Jumlah 115.500 23.500 42.500 23.500 10.500 13.500 135.500 27.500 45.500 25.500 13.500 16.500 155.500 31.500 55.000 30.500 15.500 18.500
Sumber: Analisis, 2021
Sumber Pendanaan
Penyediaan layanan kebutuhan dasar termasuk air minum dan sanitasi merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Untuk mewujudkan tercapainya target universal akses 100% air minum dan sanitasi dibutuhkan
dana yang tidak sedikit. Untuk itu perlu ada dukungan dari berbagai sumber pendanaan yang
diarahkan pemanfaatannya untuk pengembangan layanan air minum dan sanitasi, antara lain:
1. APBD Provinsi
Berdasarkan kebijakan Pemerintah Daerah yang mengacu kepada kebijakan nasional maka
Pemerintah Provinsi dapat mengalokasikan APBDnya untuk pembangunan air minum dan
sanitasi termasuk di Perdesaan. Alokasi APBD Provinsi dapat digunakan untuk kegiatan
mainstreaming pembangunan SPAMS maupun kegiatan peningkatan sarana SPAMS yang
sudah terbangun melalui berbagai program-program yang terkait dengan air minum dan
sanitasi. Dukungan pendanaan APBD Provinsi dapat digunakan baik untuk kegiatan fisik
maupun non fisik, seperti:
− Pembangunan sarana SPAMS baru
− Pengembangan layanan
− Peningkatan kinerja
− Peningkatan kapasitas kelembagaan
− Workshop; FGD, dll
2. APBD Kabupaten
Berdasarkan kebijakan Pemerintah Daerah yang mengacu kepada kebijakan nasional maka
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat mengalokasikan APBDnya untuk pembangunan air
minum dan sanitasi termasuk untuk air minum dan sanitasi Perdesaan. Alokasi APBD
Kabupaten/Kota dapat digunakan untuk kegiatan mainstreaming pembangunan SPAMS
maupun kegiatan perluasan dan peningkatan sarana SPAMS yang sudah terbangun melalui
berbagai program-program yang terkait dengan air minum dan sanitasi.
Dukungan pendanaan APBD Kabupaten/Kota dapat digunakan baik untuk kegiatan fisik
maupun non fisik, seperti:
− Pembangunan sarana SPAMS baru
− Pengembangan layanan
− Peningkatan kinerja
− Peningkatan kapasitas kelembagaan
− Workshop; FGD, dll
3. APB Desa
Dana APB Desa yang dapat digunakan untuk pembangunan air minum dan sanitasi adalah
yang bersasal dari Dana Desa. Setiap tahun, Kementerian Desa mengeluarkan Peraturan
Menteri Desa dan PDTT tentang proritas penggunaan Dana Desa. Salah satu proritas
penggunaan Dana Desa yang selalu ditetapkan adalah kegiatan pembangunan sarana air
bersih skala desa dan pembangunan sarana sanitasi.
KKM berperan untuk mengadvokasi Pemerintah Desa untuk pencapaian pembangunan
100% air minum dan sanitasi desa mealui proses pengintegrasian PJM ProAKSi dan RKM
ke dalam RPJM/RKP Desa di dalam Musrenbang Desa.
4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pemerintah Provinsi memberikan bantuan pendanaan kepada Kabupaten/kota untuk
melaksanakan program prioritas pemerintah. Ada 3 jenis DAK, yaitu:
a. DAK Reguler: bertujuan untuk penyediaan pelayanan dasar sesuai UU 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah dengan target pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan mendukung ketersediaan sarana dan prasarana untuk pencapaian program
Presiden Ekonomi berkeadilan;
b. DAK Afirmasi: bertujuan mempercepat pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar
yang focus pada lokasi Prioritas (Kecamatan) pada kab/kota yang termasuk kategori
daerah perbatasan, kepulauan, tertinggal, dan transmigrasi.
c. DAK Penugasan : bertujuan untuk mendukung pencapaian prioritas Nasional yang
menjadi kewenangan daerah dengan lingkup kegiatan yang spesifik serta lokasi prioritas
tertentu;
5. Dana CSR
Dukungan dari dunia usaha baik BUMN maupun swasta untuk pembangunan air minum
dan sanitasi khususnya di perdesaan dilakukan melalui mekanisme kerjasama/kemitraan.
Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan Tingkat Kabupaten/Kota maupun KPSPAMS dapat
mengakses program CSR baik secara langsung maupun melalui forum-forum CSR kepada
perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah kerjanya.
Kegiatan-kegiatan PAMSIMAS yang dapat dibiayai melalui dana CSR, dapat dibedakan
menjadi kegiatan non-fisik dan kegiatan fisik.
Kegiatan Non-fisik
a. Kegiatan pemicuan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) 5 pilar;
b. Pelatihan untuk Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
(KPSPAMS) dan Asosiasi;
1. Porsi pinjaman yang paling mungkin ditawarkan adalah 70% pada unit produksi dan
75% pada unit distribusi
2. Jangka waktu pinjaman tidak melebihi jangka waktu perencanaan Rencana Induk SPAM
3. Untuk menjaga intensitas air baku, masa kerja operasional pendistribusian (dalam hal
jaringan Distribusi Utama) adalah 8 (delapan) sampai 9 (Sembilan) jam per hari
4. Tingkat kebocoran sampai Jaringan Distribusi Utama tidak melebihi 20%
5. Persentasi Loan Disbursement adalah 2 (dua) tahap dalam 2 (dua) tahun
6. Masa tenggang pembayaran bunga dan cicilan adalah tahun ke-3 (tiga) atau tahun ke-5
(lima)
7. Tingka suku bunga adalah 7% lebih tinggi dari tingkat bunga acuan
8. Discount Factor yang digunakan adalah sebesar 6,5%
9. Kenaikan harga air curah mengikuti penyesuaian kenaikan tariff yaitu 20% setiap 2
tahun, yang dimulai pada tahun 2021
10. Harga Pokok Produksi (HPP) tahun ke-1 antara Rp 1.100,- sampai dengan Rp 3.500,-
11. Tingkat penyesuaian harga pokok produksi (HPP) setiap 2 (dua) tahun diperhitungkan
sebesar 10%-20%
12. Harga air diperoleh per periode pentahapan yaitu per 5 (lima) tahunan
Kebutuhan biaya investasi yang disusun tidak hanya melingkupi pelayanan yang masuk
dalain kegiatan pengembangan PDAM Kabupaten Blora, akan tetapi juga mempertimbangkan
kebutuhan biaya investasi untuk pengembangan sistem perpipaan NonPDAM dan Bukan
Jaringan Perpipaan (BJP) Terlindungi.
Pembiayaan pengembangan SPAM di Kabupaten Blora dapat bersumber dari beberapa
sumber pendanaan yang pembiayaannya dibagi dalain 3 (tiga) tahap pengembangan yaitu
Program Jangka Pendek, Program Jangka Menengah, dan Program Jangka Panjang dengan total
biaya investasi hingga periode Tahun 2036 adalah sekitar Rp 2,040 Trilyun.
Besaran investasi akan terbagi dalam 3 (tiga) tahap pembangunan dan dapat
diakumulasikan total biaya investasi untuk 15 Tahun program pengembangan SPAM di
Kabupaten Blora.
Tahapan pengembangan SPAM berdasarkan bagian prioritas kebutuhan masyarakat, arah
pengembangan kota/kawasan, dan sumber air baku sebagai berikut ini:
Tahap I (Mendesak)
Besaran biaya investasi untuk program jangka pendek yang tersebar di seluruh kecamatan
di Kabupaten Blora adalah sebesar Rp 481 Milyar. Pada tahap ini akan dibangun juga beberapa
unit produksi baru pada beberapa Unit SPAM Kecamatan. Adapun porsi pembiayaan untuk
pembangunan Jangka Pendek yang berakhir pada Tahun 2026 porsi pembiayaan yang terbesar
adalah oleh APBN sebesar Rp 241 Milyar. Untuk pelayanan jaringan perpipaan yang akan
diselenggarakan oleh PDAM Kabupaten Blora dalam jangka pendek Tahun 2022-2026
diperlukan jumlah pembiayaan sebesar Rp 481 Milyar.
Affordability
Tingkat affordability adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam pembayaran
pembebanan langsung atas jasa yang diterima dari komponen air minum. Hal ini dikatakan layak
apabila pembebanan maksimum yang terjadi pada komponen air minum masih tetap dapat
ditanggung oleh pengguna jasa (rumah tangga), dengan parameter besarnya tagihan bulanan
masih di bawah 4% dari pendapatan rumah tangga.
Oleh karena itu, penentuan tarif air bersih harus memperhatikan perbedaan kemampuan
masyarakat agar dapat menjangkau fasilitas publik tersebut. Permendagri No 23 Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) mengatur bahwa tarif PDAM harus ditetapkan dengan memperhatikan
Prinsip Keterjangkauan dan Keadilan. Prinsip Keterjangkauan dan Keadilan dicapai apabila :
1. Tarif untuk standar kebutuhan pokok air minum harus terjangkau oleh daya beli
masyarakat pelanggan yang berpenghasilan sama dengan Upah Minimum Provinsi (UMP),
2. Tarif memenuhi prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah tangga untuk
memenuhi standar kebutuhan pokok air minum tidak melampaui empat persen dari
pendapatan masyarakat pelanggan, dan
3. Keadilan dalam pengenaan tarif dicapai melalui penerapan tarif diferensiasi dengan subsidi
silang antar kelompok pelanggan
Mengacu pada UMP Kabupaten Blora Tahun 2021 sebesar Rp 1.894.000 dengan tarif
dasar rumah tangga sebesar Rp 3.000 /m3. Dengan pengeluaran penggunaan air rata-rata sebesar
Rp 56.000, maka tarif rumah tangga sesuai tingkat kemampuan masyarakat dalam pembayaran
pembebanan langsung atas jasa yang diterima dari komponen air minum masih bisa dijangkau
oleh masyarakat.
Tabel 8-4 Harga Air pada saat B=C
No Tahun SR Tarif air per m3 (Rp) Pendapatan (Rp)
1 2022 351.426 3.353,28 1.178.429.944
2 2023 354.011 3.755,67 1.329.548.800
3 2024 356.622 4.206,35 1.500.074.948
4 2025 359.258 4.206,35 1.511.163.565
5 2026 361.920 4.711,12 1.705.047.984
6 2027 364.608 4.711,12 1.717.714.045
7 2028 367.324 5.276,45 1.938.164.848
8 2029 370.066 5.276,45 1.952.634.044
9 2030 372.835 5.909,63 2.203.319.401
10 2031 375.633 5.909,63 2.219.849.983
11 2032 378.458 6.618,78 2.504.929.532
12 2033 381.311 6.618,78 2.523.816.905
13 2034 384.194 7.413,03 2.848.040.266
14 2035 387.105 7.413,03 2.869.622.480
15 2036 390.046 8.302,60 3.238.396.138
Jumlah 31.240.752.880
Sumber: Analisis, 2021
Sensitivity Analisys
Analisa sensivitas adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan hasil proyek apabila terjadi kemungkinan perubahan dalam penentuan nilai-nilai untuk
biaya dan manfaat yang masih merupakan suatu kemungkinan. Berdasarkan Bank Indonesia
inflasi suku bunga stabil di angka 10%. Dalam analisis ini digunakan prosentasi inflasi pada
pengembangan proyek air bersih ditetapkan sebesar 10%. Untuk hasil perhitungan analisa
sensitivitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8-5 Rekapitulasi Analisis Sensivitas
No. Kondisi B-C (Rp) B/C IRR (%)
1 Cost Naik 10%, Benefit Tetap 5.747.739.997 4,65 23,31%
2 Cost Turun 10%, Benefit Tetap 6.311.394.611 4,89 24,44%
3 Cost tetap, Benefit Naik 10% 7.438.703.840 5,36 26,66%
4 Cost tetap, Benefit Turun 10% 4.620.430.767 4,17 20,99%
Sumber: Analisis, 2021
Organisasi
Penyelenggaraan kelembagaan pelayanan air minum bagi masyarakat perlu pengelolaan
yang baik, oleh sebab itu perlu dibentuk kelembagaan atau institusi yang akan bertanggung
jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan sistem pelayanan. Tanggung jawab atas
pengoperasian dan pemeliharaan berarti akan menjamin terjadinya air minum melalui sistem
perpipaan yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitas. Kelembagaan penyelenggara SPAM
harus dilengkapi dengan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan SPAM
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kelembagaan pengelola dibentuk agar
penyelenggaraan SPAM sesuai dengan pengaturan tujuan penyelenggaraan SPAM. Kegiatan
kelembagaan dapat dimulai setelah adanya izin/kerjasama antara penyelenggara dengan
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Salah satu masalah utama yang dihadap dalam menyelenggarakan pengembangan
pelayanan air minum adalah adalah kemampuan institusi yang terkait, efektifitas, dan efisiensi.
Maksud dan tujuan Penyelenggaraan Kelembagaan Pelayanan Air Minum adalah sebagai
pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan SPAM untuk:
1. Mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga
terjangkau;
2. Mencapai kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan;
3. Mencapai peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum; dan
4. Mendorong upaya gerakan penghematan pemakaian air.
Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan diperkuat dengan
PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, BUMD di bawah kendali Pemda dipersilahkan
memilih bentuk badan hukum, yakni Perumda atau Perseroda.
Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No.01/SE/DJCK/2008, menyatakan bagi SPAM IKK
yang dibangun di Kabupaten/Kota yang mempunyai PDAM sehat, maka pengelolaannya
diarahkan ke PDAM. Namun bagi SPAM IKK yang dibangun di kabupaten/kota dengan PDAM
kurang sehat/sakit dan daerah kabupaten pemekaran yang belum terbentuk PDAM maka
diperlukan alternatif lembaga penyelenggara.
Alternatif pemilihan lembaga penyelenggaraan SPAM, mengacu pada jenis barang
layanan, dan kondisi yang sebagai berikut:
Tabel 9-1 Alternatif Lembaga Penyelenggaraan SPAM
Jenis Barang Layanan Kondisi Penyelenggara
Public Goods Apabila pengelolahan SPAM Unit Pelaksana
IKK belum optimal dan atau Teknis Dinas (UPTD)
kondisi sosial ekonomi
masyarakat tidak mampu
membiayai operasional
sistem
Quasi Public Goods Apabila sistem sudah Badan Layanan Umum
dimanfaatkan namun (BLUD)
sebagian biaya operasional
masih harus ditunjang
pemerintahan dan sudah
memenuhi persyaratan teknis,
substantif dan administratif
Private Goods Apabila sistem sudah/akan PDAM
dimanfaatkan dan kondisi
sosial masyarakat secara rata-
rata mampu untuk membiayai
operasional
Untuk penyelenggara berbentuk koperasi atau badan usaha swasta, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum
dapat berperan serta dalam penyelenggaraanpengembangan SPAM pada daerah,wilayah atau
kawasan yang belum terjangkau pelayanan UPTD, BLUD, dan BUMD/BUMN.
Tabel 9-2 Perbandingan PDAM,UPTD dan BLUD
No PDAM UPTD BLUD
1 Aset dipisahkan Aset tidak dipisahkan Aset tidak dipisahkan
2 Orientasi keuntungan Tanpa mengutamakan Mencari Tanpa mengutamakan Mencari
keuntungan keuntungan (pendapatan=belanja)
Peraturan daerah dan Peraturan Bupati sebagai yang tekait dengan penyelenggaraan SPAM
di Kabupaten Blora sebagai berikut:
1. Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Daerah Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Kabupaten Blora tahun 2016 – 2019.
2. Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Daearah kabupaten Blora Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.
3. Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun 2018 tentang Penetapan Nilai Perolehan Air tanah
Kabupaten Blora.
4. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Daerah Tingkat II Blora.
5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Air tanah.
Berdasarkan peraturan yang berlaku di Kabupaten Blora diatas, pengaturan kegiatan yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan SPAM sudah cukup baik. Namun untuk Kabupaten
Blora dengan kapasitas rencana dan anggaran yang baik, maka pelaksanaan kebijakan untuk
dapat memperkuat kelembagaan NON PDAM pun perlu dilakukan antara lain:
1. Kebijakan anggaran daerah (Perda atau Perkada) yang memastikan pemerintah Kabupaten
memiliki pagu indikatif tingkat Kabupaten untuk pengembangan akses dan kualitas air
minum dan sanitasi perdesaan, termasuk pengembangan yang dikelola oleh
masyarakat/BPSPAMS melalui mekanisme hibah atau lainnya.
2. Menyesuaikan kebijakan Alokasi Dana Desa atau kebijakan pemanfaatan Dana Desa untuk
mendukung pencapaian akses 100% air minum dan sanitasi oleh Pemerintah Desa.
3. Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan SPAMS oleh Desa yang menetapkan Standar
Pelayanan Minimal SPAMS Desa dan memberikan pedoman penyelenggaraan SPAMS
yang dikelola masyarakat (BPSPAMS).
Minum Kabupaten Blora adalah mengusahakan penyediaan air bersih untuk kebutuhan
masyarakat di Kabupaten Blora dan sekitarnya.
Jumlah
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) pada Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Blora saat ini berdasarkan Keputusan Direktur Utama Nomor :
120/KPTS/PDAM/VI/2020 tanggal 19 Juni 2020 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Blora yang telah disetujui oleh Dewan
Pengawas dengan Surat Nomor : 02/BANWAS/VI/2020 tanggal 22 Juni 2020 sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan operasional Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Blora.
Adapun Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) PDAM Kabupaten Blora saat ini
adalah sebagai berikut :
BUPATI
DEWAN
PENGAWAS
DIREKTUR
UTAMA
SPI
BAGIAN
BAGIAN
ADMINISTRASI, BAGIAN SPAM KEPALA
HUBUNGAN BAGIAN TEKNIK
UMUM DAN STRATEGIS CABANG
PELANGGAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN KOORDINATOR
ADMINISTRASI
REKENING PERENCANAAN PRODUKSI ADMINISTRASI
DAN UMUM
KOORDINATOR
PRODUKSI
Gambar 9-1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) PDAM Kabupaten Blora
2. Direksi
Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Blora ditetapkan berdasarkan
Keputusan Bupati Blora Nomor : 820/54/2020 tanggal 13 Januari 2020 tentang
Pengangkatan Kembali Sdr. Yan Riya Pramono,SE sebagai Direktur Utama Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Blora.
3. Dewan Pengawas
Dewan Pengawas PDAM Kabupaten Blora ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati
Blora Nomor : 900/222/2020 tanggal 26 Mei 2020 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Blora masa jabatan 2020 –
2024, yaitu Bapak Tulus Prasetyono, S.P.
4. Kepegawaian
Jumlah pegawai/karyawan per 31 Desember 2020 adalah 143 orang pegawai meliputi :
- Direksi : 1 orang
- Pegawai Tetap : 111 orang
- Calon Pegawai : 20 orang
- Karyawan Kontrak : 11 orang
Kualifikasi
1. Persyaratan Umum
Semua calon karyawan harus mempunyai kualifikasi umum sebagai berikut:
− Warga Negara Indonesia
− Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
− Sehat jasmani dan rohani
− Bertempat tinggal di dalam wilayah administrasi
− Mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi
2. General Manager
a. Uraian tugas:
− Menyusun rencana kerja perusahaan;
− Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan;
− Melaksanakan dan menindaklanjuti program kerja;
− Mengelola kekayaan perusahaan dan membina karyawan;
− Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan;
− Mewakili perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan;
− Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk penerimaan dan
pengeluaran kepada direksi.
b. Persyaratan khusus:
3. Manager Teknik
a. Uraian tugas:
− Merencanakan dan mengendalikan kegiatan operasi dan pemeliharaan serta
perbaikan yang meliputi IPA, sistem jaringan perpipaan serta fasilitas penunjang
lainnya;
− Merencanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan teknik yang meliputi IPA,
sistem jaringan perpipaan serta fasilitas penunjang lainnya;
− Merencanakan dan mengendalikan kualitas air baik yang masuk ke IPA maupun
yang keluar dari IPA sehingga menjadi air minum yang layak/bisa langsung di
minum;
− Merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan dan peralatan teknik serta
pemanfaatannya;
− Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh General Manager.
b. Persyaratan khusus:
− Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang teknik
air minum/air bersih minimal 7 tahun;
− Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan;
− Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau dari
tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
4. Kabag Perencanaan
a. Uraian tugas:
− Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penelitian, evaluasi serta rencana
pengembangan pelayanan yang meliputi PDAM yang akan dilayani, pengembangan
intake & air baku, IPA, sistem jaringan perpipaan beserta fasilitas penunjang lainnya;
− Merencanakan, mengelola serta mengembangkan sistem informasi jaringan
perpipaan;
− Membuat standarisasi yang meliputi mutu air minum, peralatan, penggunaan bahan
kimia, listrik, dan alat teknik lainnya;
− Membuat sistem pemantauan dan pengendalian terhadap air minum yang diproduksi
dan didistribusikan ke PDAM;
− Melakukan pengedalian terhadap mutu bahan, peralatan serta bangunan lainnya;
− Melakukan survey rencana pengembangan dan membuat gambar rencana beserta
perhitungan biaya;
− Membuat laporan bulanan ditujukan kepada Manager Teknik.
b. Persyaratan khusus:
− Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang teknik
air minum/air bersih khususnya dibidang perencanaan minimal 5 tahun untuk Kepala
Bagian dan 2 tahun untuk staf;
− Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan untuk Kepala Bagian, dan
D3 untuk staf;
− Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau dari
tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan
− Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau dari
tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
9. Manager Keuangan
a. Uraian tugas:
− Merencanakan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, keuangan, dan
kepegawaian;
− Merencanakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan perlengkapan kantor dan
barang milik perusahaan;
− Merencanakan dan mengendalikan anggaran sesuai dengan program dan rencana
kerja perusahaan;
− Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran
perusahaan;
− Melakukan penilaian dan persetujuan samua pembelian untuk keperluan operasional
perusahaan;
− Membuat laporan bulanan ditujukan kepada General Manager;
b. Persyaratan khusus :
− Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman minimal 7 tahun
dibidang Administrasi dan keuangan air minum;
Pelatihan
Perkembangan lingkungan yang semakin cepat dan persaingan yang semakin ketat
menuntut setiap organisasi mampu menghadapi tantangan global, khususnya kompetisi dan
sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidangnya. Kompetensi SDM sangat
dibutuhkan apabila suatu organisasi ingin tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila berjalan atau tidaknya suatu organisasi salah
satunya dipengaruhi oleh seberapa tinggi kualitas kinerja SDM dan kemampuan organisasi
untuk memanfaatkan sumber daya eksternal secara maksimal. Kualitas SDM sebuah organisasi
merupakan salah satu faktor utama baik atau buruknya organisasi. Jika SDM lemah, maka
perkembangan organisasi dapat terhambat dan produktivitasnya menjadi terbatas sehingga
organisasi tidak mampu bersaing, baik dalam skala lokal, regional, maupun global.
Organisasi menempuh berbagai cara untuk mendapatkan SDM yang memiliki kualitas
tinggi, etos kerja produkif, keterampilan dan kreativitas, profesionalisme, disiplin, serta mampu
menguasai dan mengembangkan teknologi. Salah satunya adalah melalui pendidikan dan
pelatihan bagi SDM-nya. Pelatihan bagi organisasi dilakukan untuk meningkatkan produtivitas,
sedangkan pelatihan bagi karyawan dilakukan untuk meningkatkan kinerja karena setiap
manusia perlu belajar dan berlatih agar memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai
dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari
sudut pandang inilah tampak arti penting program pelatihan dan pendidikan bagi karyawan
karena karyawan akan merasa adanya perhatian dari organisasi untuk lebih meningkatkan
kinerjanya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai kinerja yang bagus diperlukan
adanya program pengembangan SDM berupa pendidikan dan pelatihan di bidang teknis,
kelembagaan dan keuangan yang bekerjasama dengan pihak-pihak yang sangat konsen terhadap
pengembangan air minum, seperti yang dilaksanakan oleh departemen PU, BPPSPAM, Perpamsi
atau dari lembaga donor/asing. Selain itu kegiatan studi banding dan mengikuti On Job
Training ke PDAM yang lebih maju sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan SDM.
Pengembangan SDM penyelenggara SPAM di Kabupaten Blora Khususnya UPT SPAM sebagai
penyelenggara pelayanan air minum saat ini adalah perlu diadakannya kegiatan pelatihan bagi
karyawan, adapun jenis kegiatan tersebut adalah berikut.
PDAM
Untuk menyiapkan dan mendapatkan SDM yang handal khususnya dalam bidang air
minum dibutuhkan program pelatihan yang teratur dan terprogram seperti dengan mengirimkan
SDM yang ada untuk mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang sangat
konsen terhadap pengembangan air minum, seperti yang dilaksanakan oleh Kementrian PU,
BPPSPAM, Perpamsi atau dari lembaga donor/asing. Selain itu kegiatan studi banding dan
mengikuti On Job Training ke PDAM yang lebih maju sangat membantu untuk meningkatkan
kemampuan SDM.
Pelatihan adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuandan
keterampilan yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan tertentu.
Pelatihan adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuan dan keterampilan
yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan tertentu. Pelatihan
bercirikan :
- Mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan
- Diberikan secara instruksional baik In-door maupun Out-door
- Obyek pelatihan adalah seseorang atau sekelompok orang
- Sasaran pelatihan adalah untuk untuk memberikan pemahaman, pengetahuan, dan
keterampilan kepada karyawan sesuai dengan kebutuhannya
- Proses pelatihan dengan mempelajari dan mempraktekkan dengan menuruti prosedur
sehingga menjadi kebiasaan
- Hasil pelatihan terlihat dengan adanya perubahan, tepatnya perbaikan cara kerja di tempat
kerja
Pentingnya pelatihan adalah tujuan atau outcome dari pelatihan itu sendiri yaitu
memberikan pembekalan kepada karyawan mengenai wacana, dan keterampilan guna mencapai
tujuan sebuah organisasi/perusahan.
Tabel 9-3 Usulan Kegiatan Pelatihan
No Jenis Kegiatan Peserta
I Class room training
1. Manajemen Air Minum Kepala UPT, Kepala Urusan Teknis, Kepala
urusan Administrasi.
2 FS SPAM Kepala Urusan Teknis, Para Staf bagian teknis.
3 DED Air Minum Kepala UPT, Kepala urusan teknis, Kepala urusan
administrasi.
4 Penyusunan Cooperate Plan Kepala UPT, Kepala Urusan Teknis, Kepala
urusan Administrasi, Para Staf bagian Teknis dan
Perjanjian Kerjasama
Tujuan
Tujuan perjanjian kerjasama adalah sebagai jaminan bahwa investasi yang ditanam oleh
pemerintah dapat bermanfaat dan berkesinambungan pelayanannya. Sedangkan bagi mitra
kerjasama dapat memberikan jaminan adanya pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan
sesuai dengan kesepakatan. (jelaskan tujuan yang lebih spesifik sesuai dengan bagian sistem atau
wilayah yang akan dikerjasamakan)
Pengembangan:
1. Tersedianya sarana dan prasarana SPAM yang yang mendukung pemenuhan syarat
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas*.
2. Tersedianya sarana dan prasarana SPAM dalam rangka mendukung tercapainya cakupan
pelayanan 100%.
Pengelolaan:
1. Tersedianya air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas*.
2. Terwujudnya cakupan pelayanan air minum 100%.
3. Terwujudnya penanganan kehilangan air, sehingga kehilangan air maksimum 20%.
4. Terwujudnya SDM air minum yang kompeten melalui sertifikasi kompetensi.
5. Terwujudnya penanganan keluhan pelanggan 100%
1. Untuk PDAM yang tidak mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat harus memiliki
kinerja sehat (Audit BPKP) dan telah Full Cost Recovery.
2. Untuk PDAM yang mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat diwajibkan telah
mengikuti program restrukrisasi dan mendapat persertujuan Menteri Keuangan.
Untuk Bank yang ikut program Perpres 29/2009 terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Kementerian Keuangan dan selanjutnya harus menandatangani Perjanjian Kerjasama Pendanaan
dengan Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktur Jenderal Cipta Karya.
maupun di luar pelayanan wilayah BUMN atau BUMD, BUMN atau BUMD dapat melakukan
kerjasama dengan badan usaha swasta dengan prinsip tertentu.
Prinsip tertentu tersebut meliputi:
1. Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
2. Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan dengan kerjasama mengutamakan masyarakat
berpenghasilan rendah.
Kerjasama SPAM dengan mekanisme KPBU merupakan kerjasama yang dapat diberikan
dukungan yang diperlukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah berdasarkan studi
kelayakan finansial dan analisa risiko.
Mekanisme Kesepakatan
1. Perizinan Pemanfaatan Air Baku
Penggunaan sumber air yang dikenakan izin yaitu dalam hal pemanfaatan untuk:
Penyediaan air bersih/air minum
Usaha perkotaan dan kawasan pemukiman
Penyediaan air irigasi untuk pertanian
Peternakan
Perkebunan
Perikanan
Industri
Pertambangan
Ketenagaan
Pengapungan
Perendaman
Lalu lintas air
Rekreasi
Pembuangan air limbah
Pembangunan, perubahan atau pembongkaran segala bangunan yang dilakukan pada di
atas dan di bawah sumber air.
2. Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Izin Penggunaan Air
Permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air diajukan secara tertulis kepada pihak
yang berwenang, dengan mengisi formulir permohonan serta melampirkan persyaratan
yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Bagian kedua permohonan izin
penggunaan air dan atau sumber air harus diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum tanggal dimulainya penggunaan air dan atau sumber air.
3. Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Air
Dalam Waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan izin penggunaan air dan
atau sumber air dengan persyaratan-persyaratan lengkap, pihak yang berwenang
memberikan persetujuan atau menolak permohonan. Izin penggunaan air dan atau sumber
air dapat diberikan oleh yang berwenang apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Permohonan tersebut tidak akan berakibat mengganggu dan atau merugikan
kepentingan umum dan kelestarian lingkungan
b. Permohonan izin telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun administratif yang
ditetapkan menurut peraturan ini
Tahun SR Tarif air per m3 (Rp) Pendapatan (Rp) Pendapatan naik 10% Pendapatan turun 10%
0
1 2022 351.426 3.353,28 1.178.429.944 117.842.994 1.296.272.938 1.060.586.949
2 2023 354.011 3.755,67 1.329.548.800 132.954.880 1.462.503.680 1.196.593.920
3 2024 356.622 4.206,35 1.500.074.948 150.007.495 1.650.082.442 1.350.067.453
4 2025 359.258 4.206,35 1.511.163.565 151.116.357 1.662.279.922 1.360.047.209
5 2026 361.920 4.711,12 1.705.047.984 170.504.798 1.875.552.782 1.534.543.186
6 2027 364.608 4.711,12 1.717.714.045 171.771.404 1.889.485.449 1.545.942.640
7 2028 367.324 5.276,45 1.938.164.848 193.816.485 2.131.981.332 1.744.348.363
8 2029 370.066 5.276,45 1.952.634.044 195.263.404 2.147.897.448 1.757.370.639
9 2030 372.835 5.909,63 2.203.319.401 220.331.940 2.423.651.341 1.982.987.461
10 2031 375.633 5.909,63 2.219.849.983 221.984.998 2.441.834.981 1.997.864.984
11 2032 378.458 6.618,78 2.504.929.532 250.492.953 2.755.422.485 2.254.436.579
12 2033 381.311 6.618,78 2.523.816.905 252.381.690 2.776.198.595 2.271.435.214
13 2034 384.194 7.413,03 2.848.040.266 284.804.027 3.132.844.292 2.563.236.239
14 2035 387.105 7.413,03 2.869.622.480 286.962.248 3.156.584.728 2.582.660.232
15 2036 390.046 8.302,60 3.238.396.138 323.839.614 3.562.235.751 2.914.556.524
Jumlah 31.240.752.880
Lampiran 1: Analisis Sosial Ekonomi
Tahun Biaya Investasi HPP (Rp) OM (Rp) Pengeluaran Pengeluaran naik 10%
0 5.243.524.988
1 2022 176.764.492 58.921.497 235.685.989 23.568.599 259.254.588
2 2023 199.432.320 66.477.440 265.909.760 26.590.976 292.500.736
3 2024 225.011.242 75.003.747 300.014.990 30.001.499 330.016.488
4 2025 226.674.535 75.558.178 302.232.713 30.223.271 332.455.984
5 2026 255.757.198 85.252.399 341.009.597 34.100.960 375.110.556
6 2027 257.657.107 85.885.702 343.542.809 34.354.281 377.897.090
7 2028 290.724.727 96.908.242 387.632.970 38.763.297 426.396.266
8 2029 292.895.107 97.631.702 390.526.809 39.052.681 429.579.490
9 2030 330.497.910 110.165.970 440.663.880 44.066.388 484.730.268
10 2031 332.977.497 110.992.499 443.969.997 44.397.000 488.366.996
11 2032 375.739.430 125.246.477 500.985.906 50.098.591 551.084.497
12 2033 378.572.536 126.190.845 504.763.381 50.476.338 555.239.719
13 2034 427.206.040 142.402.013 569.608.053 56.960.805 626.568.858
14 2035 430.443.372 143.481.124 573.924.496 57.392.450 631.316.946
15 2036 485.759.421 161.919.807 647.679.228 64.767.923 712.447.150
Jumlah 4.686.112.932 1.562.037.644
Lampiran 1: Analisis Sosial Ekonomi
Tahun Pengeluaran turun 10% Total Pendapatan (Rp) Cost Naik 10%, Benefit Tetap Cost Turun 10%, Benefit Tetap
0 -5.243.524.988 -5.243.524.988 -5.243.524.988
1 2022 212.117.390 942.743.955 919.175.356 966.312.554
2 2023 239.318.784 1.063.639.040 1.037.048.064 1.090.230.016
3 2024 270.013.491 1.200.059.958 1.170.058.459 1.230.061.457
4 2025 272.009.442 1.208.930.852 1.178.707.581 1.239.154.123
5 2026 306.908.637 1.364.038.387 1.329.937.427 1.398.139.347
6 2027 309.188.528 1.374.171.236 1.339.816.955 1.408.525.517
7 2028 348.869.673 1.550.531.878 1.511.768.581 1.589.295.175
8 2029 351.474.128 1.562.107.235 1.523.054.554 1.601.159.916
9 2030 396.597.492 1.762.655.521 1.718.589.133 1.806.721.909
10 2031 399.572.997 1.775.879.986 1.731.482.987 1.820.276.986
11 2032 450.887.316 2.003.943.626 1.953.845.035 2.054.042.216
12 2033 454.287.043 2.019.053.524 1.968.577.186 2.069.529.862
13 2034 512.647.248 2.278.432.213 2.221.471.407 2.335.393.018
14 2035 516.532.046 2.295.697.984 2.238.305.534 2.353.090.433
15 2036 582.911.305 2.590.716.910 2.525.948.987 2.655.484.833
Jumlah 24.992.602.304 24.367.787.246 25.617.417.362
NPV Manual
NPV Excel 5.747.739.997 6.311.394.611
Tahun Cost tetap, Benefit Naik 10% Cost tetap, Benefit Turun 10% Discount Factor 10 % (asumsi) Aliran Kas
0 -5.243.524.988 -5.243.524.988 1,000 -5.243.524.988
1 2022 1.060.586.949 824.900.961 0,909 857.039.959
2 2023 1.196.593.920 930.684.160 0,826 879.040.529
3 2024 1.350.067.453 1.050.052.463 0,751 901.622.809
4 2025 1.360.047.209 1.057.814.496 0,683 825.716.039
5 2026 1.534.543.186 1.193.533.589 0,621 846.960.520
6 2027 1.545.942.640 1.202.399.831 0,564 775.683.838
7 2028 1.744.348.363 1.356.715.393 0,513 795.668.021
8 2029 1.757.370.639 1.366.843.830 0,467 728.734.554
9 2030 1.982.987.461 1.542.323.581 0,424 747.538.008
10 2031 1.997.864.984 1.553.894.988 0,386 684.678.612
11 2032 2.254.436.579 1.753.450.672 0,350 702.370.016
12 2033 2.271.435.214 1.766.671.833 0,319 643.332.675
13 2034 2.563.236.239 1.993.628.186 0,290 659.980.654
14 2035 2.582.660.232 2.008.735.736 0,263 604.529.030
15 2036 2.914.556.524 2.266.877.296 0,239 620.197.030
Jumlah 28.116.677.592 21.868.527.016 6.029.567.304