Anda di halaman 1dari 23

75

Laboratorium Pengujian Bahan


BAB III
PENGUJIAN IMPACT

3.1 Tujuan Pengujian


1. Mengetahui daya tahan suatu logam terhadap beban dinamis yang
menyebabkan terjadinya patahan
2. Mengetahui bentuk patahan
3. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekuatan kejut logam
4. Mengetahui cara pengujian impact

3.2 Teori Dasar Pengujian


3.2.1 Definisi Kekuatan Impact
Kekuatan impact adalah kemampuan suatu bahan untuk
menahan beban dinamis atau mendadak yang dapat menyebabkan
rusak atau patah. Spesimen dengan suatu standart tertentu baik ukuran
notch maupun ukuran spesimen diletakkan dengan posisi lekukannya
berlawanan arah dari suatu alat notch bench test. Untuk mematahkan
spesimen , pendulum pada ketinggian tertentu langsung dilepaskan.
Energi yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen
adalah merupakan tenaga impact yang berasal dari energi potensial
pendulum, karena pendulum dipasang pada ketinggian tertentu. Bila
dilepasakan maka energi potensial pendulum berkurang dan menjadi
energi kinetik. Energi ini nantinya akan diserap oleh spesimen untuk
mematahkan spesimen dan sebagian hilang karena adanya gesekan
pada proses pendulum. Besarnya kerugian ini bisa diamati dari sudut
yang terbentuk pada skala dari jarum dibandingkan spesimen sebelum
patah.

3.2.2 Macam Macam Metode Pengujian Impact


Pengujian impact ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
impact suatu material. Terdapat 3 macam, yaitu :

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


76
Laboratorium Pengujian Bahan

1. Pengujian Pukul Takik


Pada pengujian ini digunakan batang uji yang bertakik dan
dipukul dengan sebuah bandul. Ada dua cara pengujian yang dapat
digunakan yaitu Metode Charpy dan Metode Izod.
a. Metode Charpy
Pada metode charpy, batang uji diletakkan mendatar dan
ujung-ujungnya ditahan. Bandul berayun dan memukul batang
uji tepat dibelakang takikan. Takik yang digunakan umumnya
bersudut 45o. percobaan ini sesuai dengan material yang bersifat
ulet.

Gambar 3.1 : Metode Charpy


Sumber : Anonymous 16 (2009)

b. Metode Izod
Pada percobaan ini salah satu bagian benda uji dijepit pada
bibir takikan dan posisi takik berhadapan dengan pendulum
yang akan memberi beban kejut.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


77
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 3.2 : Metode Izod


Sumber : Anonymous 15 (2009)
Perbedaan cara pembebanan charpy dan izod
Pembebanan impact Pembebanan izod
Menggunaan batang impact biasa Menggunakan batang impact
Banyak digunakan di Amerika kontilever
Posisi takik membelakangi Banyak digunakan di Eropa
pendulum Posisi takik menghadap pendulum
Bahan uji diletakkan mendatar dan Bahan uji diletakkan dengan posisi
tidak dijepit vertikal dan dijepit
Posisi takik berada pada jarak 28
Posisi takik berada di tengah
mm dari ujung benda uji
Standar ukurannya adalah 10 x 10 x
Standar ukurannya adalah 10 x 10 x 75 mm
50 mm

Kelebihan dan kekurangan charpy dan izod


Pembebanan Charpy
Lebih murah
Benda uji diletakkan pada tumpuan dengan posisi horizontal
dan tidak dijepit. Hal ini menyebabkan pengujian
berlangsung lebih cepat, sehingga memudahkan untuk
melakukan pengujian pada temperatur transising

Pembebanan izod
Mahal

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


78
Laboratorium Pengujian Bahan

Benda uji diletakkan dengan tumpuan posisi vertikal dan


dijepit, menyebabkan pengujian berlangsung lebih lama
sehingga tidak cocok digunakan pada pengujian degan
temperatur yang bervariasi. Hal ini karena suhu spesimen yang
telah ditentukan dapat mudah berubah akibat lamanya waktu
pemendaman spesimen yang akan mengakibatkan hasil
pengujian yang tidak valid.

2. Pengujian Tarik Kejut


Dalam pengujian ini salah satu ujung spesimennya dijepit dan
pada ujung lainnya diberi beban tarik searah kejut.

Gambar 3.3 : Pengujian tarik kejut


Sumber : Anonymous 15 (2009)

3. Pengujian Puntir
Dalam percobaan ini salah satu ujung spesimen dijepit dan
pada ujung lainnya diberi beban punter secara kejut. Dalam hal ini
masih ada batas mulur dan batas pecah (rapture).

Gambar 3.4 Percobaan puntir


Sumber : Anonymous 26 : 2012

3.2.3 Tipe dan Macam-Macam Notch

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


79
Laboratorium Pengujian Bahan
Pembagian jenis spesimen impact ditinjau dari bentuk notchnya
membagi menjadi 3 bagian :
1. V notch
Bentuk notchnya seperti huruf V, mudah untuk melakukan
pengujiannya., ukuran bendanya kecil sehingga mudah untuk diuji.
Biayanya relative lebih murah dibandingkan dengan notch lainnya,
serta pengujiannya dapat dilakukan disuhu kamar.

Gambar 3.5 : V notch


Sumber : Anonymous 16 (2010)

Keuntungan : - Mudah dalam pembuatan


- Mudah untuk pengujian
- Biaya yang dibutuhkan relative murah
- Dapat dilakukan pada suhu kamar
- Spesimen mudah patah
Kerugian : - Spesimen yang digunakan kecil
2. U notch
Bentuk notch seperti huruf U, karena notchnya membenuk huruf U
yang tumpul, mengakibatkan spesimennya mudah patah jika diuji
impact. Ukuran notchnya lebih dalam dari pada V notch.

Gambar 3.6 : U notch


Sumber : Anonymous 16 (2010)
Keuntungan : - Dapat digunakan untuk spesimen yang cukup besar
Kekurangan : - Cara pembuatannya sulit
- Biaya yang digunakan relative lebih mahal
- Spesimen lebih sulit patah
3. Keyhole Notch
Notchnya berbentuk seperti lubang kunci, untuk melakukan
pengujiannya cukup sulit dibandingkan U notch, ukuran notchnya
lebih dalam dibanding U notch. Jadinya cukup sulit spesimen

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


80
Laboratorium Pengujian Bahan
tersebut untuk patah. Pengujiannya dapat dilakukan dibawah suhu
ruang.

Gambar 3.7 : Keyhole notch


Sumber : Anonymous 16 (2010)

Keuntungan : - Dapat digunakan untuk spesimen yang besar


- Dapat digunakan dibawah suhu ruang
Kerugian : - Sulit dalam pembuatannya
- Cara pengujiannya lebih sulit dalam V notch
- Spesimen lebih sulit patah
Bentuk notch yang sering dipakai pada saat pengujian impact ialah
V notch, krena V notch memiliki banyak pengujian dibanding
notch lain. Seperti pembuatannya mudah, mudah untuk diuij dan
biayanya relative murah.

3.2.4 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Kekuatan Impact


1. Bentuk Takikan (notch)
Bentuk takikan sangat berpengaruh pada ketangguhan suatu
material, karena adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi
tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang
mengakibatkan energy impact yang dimiliki oleh suatu bahan
berdasarkan bentuk takikan :
a. Takikan segitiga
Memiliki energy impact yang paling kecil, sehingga paling
mudah patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan
hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung
takikan.
b. Takikan segiempat
Memiliki energy yang lebih tinggi dari pada takikan
segitiga karena tegangan didistribusikan pada dua titik pada
sudutnya
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
81
Laboratorium Pengujian Bahan
c. Takikan setengah lingkaran
Memiliki energy impact yang terbesar karena distribusi
tegangan tersebut tersebar pada setiap sisinya sehingga tidak
mudah patah.

Gambar 3.8 : Pengaruh Ukuran Bentuk Noch


Sumber : Harner E Davis (1973 : 45)

2. Kadar Karbon
Material yang memiliki kadar karbon tinggi akan bersifat
keras dang getas sehingga membutuhkan energi yang besar
sedangkan material yang kadar karbonnya rendah memiliki sifat
yang ulet dan lunak sehingga membutuhkan energi yang besar
dalam perpatahan benda tersebut.

Gambar 3.9 : Pengaruh Kadar Karbon Terhadap Impact Strenght


Sumber : George E Dieler (1986 : 409)

3. Beban

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


82
Laboratorium Pengujian Bahan
Semakin besar beban yang diberikan maka energi impact
semakin kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen dan
demikian pun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material
akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat
besar.
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen maka
ketanguhannya akan semakin tinggi dalam menerima beban secara
tiba-tiba. Demikian pun sebaliknya, dengan temperatur yang lebih
rendah. Namun temperature memiliki batas tertentu dimana
ketangguhannya akan berkurang dengan sendirinya.

Gambar 3.10 : Pengaruh Temperatur Terhadap Impact Strenght


Sumber : George E Dieler (1986 : 409)

2. Homogenitas
Homogenitas suatu material akan berrpengaruh terhadap
ikatan antar atom. Sehingga berpengaruh tehadap impact
strenghnya. Semakin tinggi nilai homogenitasnya semakin tinggi
pula impact strenghtnya.
3. Ukuran Butir
Ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan
ukuran besarnya. Semakin lurus ukuran butirnya maka bahan
tersebut akan semakin rapuh, sedangkan apabila semakin besar
ukuran butirnya maka akan semakin ulet.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
83
Laboratorium Pengujian Bahan
4. Perlakuan Panas
Perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau
mengamati besar kecilnya butir dan benda uji dan untuk
menghaluskan butir.
5. Tensile Strenght
Suatu material dengan tensile strenght tinggi akan memiliki
impact strength yang rendah. Hal ini menunjukan tensile strength
berbanding terbalik dengan harga impact strenghtnya.

Gambar 3.11 : Pengaruh Tensile Strenght Terhadap Impact Strenght


Sumber : Harner E Davis (1973 : 240)
6. Komposisi Unsur Paduan
Jenis material yang berbeda memiliki susunan atom yang
berbeda pula, misalnya paduan baja akan menghambat laju
dekomposisi austenit selama perlakuan panas sehingga hasil
impactnya berbeda juga besarnya.
7. Dimensi Bahan
Dengan uji impact charpy, benda uji dengan ketebalan
standart (0.394) memiliki impact strength yang lebih tinggi dari
pada benda uji yang sama dengan ketebalan yang lebih besar.

Gambar 3.12 : Pengaruh Dimensi Benda Terhadap Impact Strenght


Sumber : George E Dieler (1986 : 409)

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


84
Laboratorium Pengujian Bahan

3.3 Pelaksanaan Pengujian


3.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Spesifikasi alat yang digunakan :
1. Charpy Impact Testing Machine
Digunakan untuk mengukur kekuatan kejut

Gambar 3.13 : Charpy Impact Testing Machine


Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Mesin Fakultas Teknik UB

2. Kertas Gosok
Digunakan untuk membersihkan spesimen dari kotoran dan
terak

Gambar 3.14 : Kertas Gosok


Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Mesin Fakultas Teknik UB

Komposisi Kimia Spesimen


Spesimen pada pengujian ini adalah Baja Bohler Special K
dengan komposisi kimia sebagai berikut :
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
85
Laboratorium Pengujian Bahan
C 2,0 %
Cr 12 %
Mn 0,3 %
Si 0,2 %

Pergeseran Titik Eutektoid


Tabel 3.1 Komposisi Kimia Bahan
Logam Komposisi Suhu Eutektoid Komposisi Eutektoid
Cr 12 % 8400C 0,37 %
Mn 0,3 % 7200C 0,76 %
Si 0,2 % 7300C 0,76 %

TC = (TC x %C) = (840x0,37)+(720x0,76)+(730x0,76)


%C (0,37+0,76+0,76)
= 747,5C

%C = (TCx%C) = (840x0,37)+(720x0,76)+(730x0,76)
TC (840+720+730)
= 0,617%

Keterangan : Fe Fe3C
Pergeseran Titik Eutektoid
Gambar 3.18 : Pergeseran Titik Eutektoid

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


86
Laboratorium Pengujian Bahan
Bentuk dan Dimensi Spesimen

Gambar 3.19 : Bentuk dan Dimensi Spesimen

3.3.2 Prosedur Pengujian


1. Benda kerja diberi heat treatment
2. Spesimen dibersihkan dari kotoran dan terak
3. Dilakukan dry run test, yaitu :
Pendulum alat uji diatur agar benar-benar menggantung
bebas dan dalam kondisi bebas.
Lengan pengikat diturunkan dengan roda pemutar
Tombol pengunci selanjutnya jika kedudukan lengan pengikat
sudah tepat terhadap pendulum. Pengunci dapat dilepas tanpa
menggeser kedudukan pendulum.
Kedua jarum penunjuk diatur pada posisi vertikal.
Pendulum beserta lengannya diangkat dengan roda pemutar
sehingga jarum luar menunjukkan skala yang sesuai dengan
kedudukan pendulum dalam posisi horizontal (90).
Dilakukan dry run test untuk mengetahui energi yang
dilepas mesin karena kerugian mekanik dilakukan pencatatan
sudut yang ditunjuk oleh jarum.
4. Dilakukan pengujian sebagai berikut :
Spesimen diletakkan pada tempatnya sehingga bagian
punggung takik tepat pada posisi jatuhnya pendulum.
Dilakukan pengujian seperti pada dry run test.

3.4 Hipotesa
Kekuatan impact salah satunya dipengaruhi oleh perlakuan panas.
Proses perlakuan yang berbeda-beda akan menghasilkan impact yang
berbeda-beda pula. Kekuatan impact jika diurutkan dari yang paling besar
yaitu annealing, normalizing, tanpa perlakuan, martempering dan
hardening. Hal ini berkaitan dengan laju pendinginan pada perlakuan
panas. Jika laju pendinginan lambat, seperti pada annealing maka material
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
87
Laboratorium Pengujian Bahan
akan bersifat ulet karena ukuran butirnya semakin besar dan
homogenitasnya semakin tinggi sehingga kekuatan impactnya semakin
tinggi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


88
Laboratorium Pengujian Bahan

3.5 Pengolahan Data


3.5.1 Data Kelompok
Tanpa Perlakuan (0 = 4 ; 1 = 7 ; = 90)
a. Energi yang Diperlukan Secara Ideal
A0 = G x R x {cos (90 - 1) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 7) cos 90)
= 14400 x {cos 83 - cos 90)
= 1754,92 kg.mm
b. Kerugian Energi Pada Alat
F = G x R x {cos 90 - 0) cos }
= 24 x 600 x {cos 90 - 4) cos 90}
= 14400 x { cos 86 - cos 90}
= 1004,49 kg.mm
c. Energi Aktual yang Diperlukan
A = A0 F
= 1754,92 1004,49
= 750,43 kg.mm
d. Energi yang Diperlukan Untuk Mematahkan Spesimen Tiap
Satuan Luas Penampang
Ak =

= 9,38 kg.mm/mm2
normalizing 950C 20 udara (0 = 4 ; 1 = 9 ; = 90)
a. Energi yang Diperlukan Secara Ideal
A0 = G x R x {cos (90 - 1) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 9) cos 90)
= 14400 x {cos 81 - cos 90)
= 2252,656 kg.mm
b. Kerugian Energi Pada Alat
F = G x R x {cos 90 - 0) cos }
= 24 x 600 x {cos 90 - 4) cos 90}
= 14400 x { cos 86 - cos 90}
= 1004,49 kg.mm
c. Energi Aktual yang Diperlukan
A = A0 F
= 2252,656 1004,49
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
89
Laboratorium Pengujian Bahan
= 1248,166 kg.mm
d. Energi yang Diperlukan Untuk Mematahkan Spesimen Tiap
Satuan Luas Penampang
Ak =

= 15,602 kg.mm/mm2

3.5.2 Data Antar Kelompok


Annealing 950C 20 dapur (0 = 9 ; 1 = 16.5 ; = 90)
a. Energi yang Diperlukan Secara Ideal
A0 = G x R x {cos (90 - 1) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 16,5) cos 90)
= 14400 x {cos 73,5 - cos 90)
= 4089,82 kg.mm
b. Kerugian Energi Pada Alat
F = G x R x {cos 90 - 0) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 9) cos 90)
= 14400 x {cos 81 - cos 90)
= 2252,656 kg.mm
c. Energi Aktual yang Diperlukan
A = A0 F
= 4089,82 2252,656
= 1837,164 kg.mm
d. Energi yang Diperlukan Untuk Mematahkan Spesimen Tiap
Satuan Luas Penampang
Ak =

= 22,9645 kg.mm/mm2
Hardening 950C 20 air (0 = 8 ; 1 = 10 ; = 90)
a. Energi yang Diperlukan Secara Ideal
A0 = G x R x {cos (90 - 1) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 10) cos 90)
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
90
Laboratorium Pengujian Bahan
= 14400 x {cos 80 - cos 90)
= 2500,5337 kg.mm
b. Kerugian Energi Pada Alat
F = G x R x {cos 90 - 0) cos }
= 24 x 600 x {cos 90 - 8) cos 90}
= 14400 x { cos 82 - cos 90}
= 2004,093 kg.mm
c. Energi Aktual yang Diperlukan
A = A0 F
= 2500,5337 2004,093
= 496,4407 kg.mm
d. Energi yang Diperlukan Untuk Mematahkan Spesimen Tiap
Satuan Luas Penampang
Ak =

= 6,2055 kg.mm/mm2
Martempering 950C 20 air (0 = 9 ; 1 = 13 ; = 90)
a. Energi yang Diperlukan Secara Ideal
A0 = G x R x {cos (90 - 1) cos }
= 24 x 600 x {cos (90 - 13) cos 90)
= 14400 x {cos 73 - cos 90)
= 3239,295 kg.mm
b. Kerugian Energi Pada Alat
F = G x R x {cos 90 - 0) cos }
= 24 x 600 x {cos 90 - 9) cos 90}
= 14400 x { cos 81 - cos 90}
= 2252,656 kg.mm
c. Energi Aktual yang Diperlukan
A = A0 F
= 3239,295 2252,656
= 986,639 kg.mm
d. Energi yang Diperlukan Untuk Mematahkan Spesimen Tiap
Satuan Luas Penampang
Ak =

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


91
Laboratorium Pengujian Bahan
=

= 12.332 kg.mm/mm2

Tabel 3.2 Data Hasil Pengujian


No Perlakuan 0 Energi Kerugian Energi Energi Patah
() () Ideal Energi Aktual (kg.mm/mm2)
(kg.mm) (kg.mm) (kg.mm)
1 tanpa perlakuan 4 7 1754.92 1004.49 750.43 9.38
2 normalizing 950 20' udara 4 9 2252.656 1004.49 1248.16 15.602
6
3 Annealing 950 20' dapur 9 16.5 4089.82 2252.656 1837.16 22.9645
4
4 Hardening 950 20' air 8 10 2500.5337 2004.093 496.440 6.2055
7
5 martempering 500 20' air 9 13 3239.295 2252.656 986.639 12.332

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
Laboratorium Pengujian Bahan
92

Gambar 3.16 Diagram Hubungan Antara Perlakuan Panas Normalizing 950C 20' udara dan Tanpa Perlakuan dengan Energi Patah
93
Laboratorium Pengujian Bahan

3.6 Pembahasan
a. Grafik energi patah pada perlakuan panas normalizing 950C 20' udara
dan Tanpa Perlakuan
Pada grafik dapat dilihat bahwa perlakuan noemalizing memiliki
kekuatan impact yang lebih besar dari spesimen tanpa perlakuan. Energy
patah pada spesimen dengan perlakuan panas normalizing 950C 20'
udara adalah 15,602 kg.mm/mm2 , sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah 9,38 kg.mm/mm2.
Berdasarkan hipotesa yang telah dibuat, hasil pengujian ini sesuai
dengan teori dan hipotesa yang telh dibuat, yaitu normalizing memiliki
kekuatan impact yang lebih besar dibandingkan tanpa perlakuan. Hal ini
dikarenakan normalizing sendiri bertujuan untuk menghilangkan
tegangan dalam, sehingga kekerasannya menurun dibandingkan dengan
sebelum diberi perlakuan normalizing.
Homogenitas juga mempengaruhi kekuatan impact suatu material.
Pada perlakuan panas normalizing tingkat homogenitasnya lebih merata
sehingga impact strength-nya lebih tinggi disbandingkan spesimen tanpa
perlakuan. Selain itu juga disebabkan ukuran butir yang lebih bessar,
sehingga memiliki gaya ikatan antar atom yang lebih kecil, sehingga
impact strength-nya tinggi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


94
Laboratorium Pengujian Bahan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


Gambar 3.17 Diagram Hubungan Antara Macam Macam Perlakuan Panas Suhu Sama dengan Energi Patah
95
Laboratorium Pengujian Bahan

b. Diagram Hubungan Antara Macam Macam Perlakuan Panas Suhu


Sama dengan Energi Patah
Dari data dapat dilihat bahwa kekuatan impact yang paling besar
adalah annealing 950C 20' dapur (22,9645 kg.mm/mm2), normalizing
950C 20' udara (15,602 kg.mm/mm2), martempering 500C 20' udara
(12,332 kg.mm/mm2), tanpa perlakuan (9,38 kg.mm/mm2), hardening
950C 20' air (6,2055 kg.mm/mm2). Menurut dasar teori dan hipotesa
didapatkan urutan kekuatan impact dari yang paling tinggi adalah
annealing, normalizing, tanpa perlakuan, martempering, dan yang
terakhir hardening.
Dari data tersebut ada penyimpangan apabila dibandingkan dengan
hipotesa yang telahdibuat, penyimpangan tersebut terletak pada
martempering 500C 20' udara lebih tinggi daripada tanpa perlakuan. Hal
ini dapat disebabkan karena homogenitas spesimen martempering 500C
20' udara lebih merata daripada tanpa perlakuan, sehingga kekuatan
impact strength-nya lebih tinggi. Faktor ukuran butir yang lebih besar
juga dapat mempengaruhi, ukuran butir martempering 500C 20' udara
lebih besar daripada tanpa perlakuan sehingga impact strength-nya lebih
tinggi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013


96
Laboratorium Pengujian Bahan

3.7 Kesimpulan
3.7.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian impact ini, nilai energi patah yang diperlukan
spesimen kelompok kami yaitu dengan perlakuan normalizing
950C 20 sebesar 15,602 kgmm/mm2. Sedangkan untuk
spesimen tanpa perlakuan, energi patah yang diperlukan 9,38
kgmm/mm2. Hasil ini sesuai dengan teori dan hipotesa dimana
normalizing memiliki kekuatan impact lebih tinggi dibanding
tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan normalizing sendiri
bertujuan untuk menghilangkan tegangan dalam.
2. Dari data hasil pengujian impact dapat kita urutkan spesimen
dengan kekuatan impact yang tinggi ke rendah yaitu annealing
950C 20' dapur, normalizing 950C 20' udara, martempering
500C 20' udara, tanpa perlakuan, hardening 950C 20' air. Hal
ini tidak sesuai dengan teori dan hipotesa dimana urutan yang
seharusnya adalah annealing 950C 20' dapur, normalizing 950C
20' udara, tanpa perlakuan, martempering 500C 20' udara,
hardening 950C 20' air. Hal ini terjadi karena beberapa faktor,
yaitu :
1. Homogenitas
2. Ukuran butir
3. Dari hasil pengujian impact secara keseluruhan. Dapat
diketahui bahwa hasil pengujian tidak sesuai dengan hipotesa
yang dibuat. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan impact tidak
hanya ditentukan oleh faktor perlakuan panas, temperatur
pemanasan, dan kecepatan pendinginan, melainkan juga faktor
homogenitas dan ukuran butir.

3.7.2 Saran
Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013
97
Laboratorium Pengujian Bahan
1 Laboratorium hendaknya membeli alat baru agar tidakterjadi
kesalahan hasil dalam praktikum.
2 Setidaknya alat yang ada di laboratorium dikalibrasi agar alat
kembali normal.
3 Asisten diharapkan memberikan waktu untuk maju secara individu
sehingga laporan cepat selesai.
4 Asisten diharapkan membuat peraturan agar laporan diketik supaya
ada waktu untuk belajar dan efisiensi waktu.
5 Praktikan diharapkan mencatat hal penting selama asistensi dan
praktikum.
6 Praktikan diharapkan datang tepat waktu.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Genap 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai