Anda di halaman 1dari 17

13 Kawasan Kumuh di Kota Palu

Kota Palu merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu


berada pada kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu. Kota
Palu berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan
utara, Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong di sebelah timur, dan
Kabupaten Sigi di sebelah Selatan. Kota Palu dibagi dalam delapan
kecamatan dan 43 kelurahan. Luas Kota Palu adalah 395,06 kilometer
persegi.

Berdasarkan SK Walikota Palu, Kota Palu mempunyai sebelas


kawasan kumuh yaitu, Ujuna-Nunu, Pasar Manonda Bagian Selatan,
Pasar Manonda Bagian Barat, Silae, Besusu Barat, Talise, Tondo,
Petobo, Pengawu, Pantoloan, dan Lambara-Panau. Pada diagram
dibawah ini, ditampilkan persentase luas setiap kawasan kumuh di
Kota Palu. Total luas kawasan kumuh menurut SK Walikota adalah
83,15 ha.
Diagram Luas Kawasan Kumuh di Kota Palu ditampilkan melalui link
ini.

Sementara itu, hasil validasi tim survei menemukan dua kawasan


kumuh lainnya yaitu Besusu Tengah dan Besusu Timur. Temuan ini
berdasarkan data baseline permukiman kumuh pendataan Program
100-0-100 di Kota Palu.

Berdasarkan tipologinya, permukiman kumuh dibagi menjadi lima


yaitu:

1. Permukiman kumuh di atas air.

2. Permukiman kumuh di tepi air.

3. Permukiman kumuh di dataran rendah.

4. Permukiman kumuh di perbukitan.

5. Permukiman kumuh di daerah rawan bencana.


Namun, di Kota Palu hanya terdapat tiga tipologi yaitu, permukiman
kumuh di tepi air, di dataran rendah, dan di perbukitan. Masing-
masing kawasan yang masuk ke dalam tipologi tersebut dijelaskan
pada halaman selanjutnya.
Permukiman Kumuh di Tepi Air
1. Besusu Barat
Besusu Barat termasuk ke dalam Kecamatan Palu Timur. Kawasan ini berada di daerah
bantaran Sungai Palu. Luas Besusu Barat adalah 0.87 kilometer persegi. Luas kawasan
kumuhnya adalah 0,058 kilometer persegi. Penyebab kumuhnya kawasan ini
diantaranya adalah jalan yang sempit, drainase yang kurang lancar, serta sampah yang
dibuang sembarangan.

Akses jalan sempit di Besusu Barat


Pada gambar di atas terlihat akses jalan yang sempit. Hal ini akan menyulitkan untuk
melakukan evakuasi saat terjadi bencana.
Drainase di Besusu Barat yang dipenuhi sampah

Sampah yang dibuang sembarangan di sungai


Sampah yang terdapat pada drainase dan/atau sungai seperti yang ditunjukkan pada
gambar di atas dapat menyebabkan drainase dan/atau tersumbat. Hal ini dapat
menyebabkan banjir saat musim hujan tiba karena aliran air menjadi kurang lancar.

2. Pantoloan
Pantoloan merupakan bagian dari Kecamatan Tawaeli. Luas Kelurahan Pantoloan
adalah 14,7 kilometer persegi. Luas kawasan kumuh di kawasan ini sesuai dengan SK
Walikota adalah 0,0265 kilometer persegi. Penyebab kekumuhan di kawasan ini
diantaranya adalah drainase yang tidak memadai serta akses jalan yang sempit.

Drainase yang tidak memadai


Gambar di atas merupakan saluran drainase yang tersumbat sehingga airnya tidak
bergerak dan berwarna hitam pekat. Keadaan yang demikian membuat timbulnya bau
tidak sedap di lingkungan disekitarnya. Hal ini tidak baik untuk kesehatan manusia.

Jalan rusak dan sempit


Gambar di atas merupakan kenampakan jalan yang rusak dan cukup sempit. Hal ini
membuat akses di kawasan tersebut menjadi lebih sulit. Akses jalan penting untuk
mendukung pertumbuhan kawasan. Terutama untuk evakuasi saat terjadi bencana
kebakaran misalnya. Jalan harus dapat dilewati truk pemadam kebakaran sehingga
pemadam kebakaran lebih mudah memadamkan api. Jika akses jalan sempit proses
pemadaman api akan terhambat.

3. Pengawu
Pengawu merupakan bagian dari Kecamatan Tatanga. Luas wilayahnya adalah 2,18
kilometer persegi. Tingkat kekumuhan di Pengawu masuk dalam kategori rendah
dengan luas kawasan kumuh di Pengawu adalah 0.025 kilometer persegi. Kondisi jalan
yang sempit dan rusak menjadi salah satu penyebabnya.
Jalan sempit di Pengawu
Jalan yang sempit menjadi penyebab kawasan Pengawu termasuk dalam kawasan
kumuh. Jalan yang sempit menyulitkan evakuasi saat terjadi bencana. Meskipun
demikian, rumah-rumah di kawasan ini sudah didominasi rumah permanen dengan
beton yang tertata rapi seperti terlihat pada gambar di atas.

Jalan aspal yang rusak di Pengawu


Sebagian jalan di Pengawu sudah di aspal. Namun, di beberapa bagian terdapat jalan
aspal yang rusak dan perlu untuk diperbaiki. Gambar di atas menunjukkan jalan aspal
yang rusak dan tergenang air. Jalanan yang demikian membuat akses transportasi
menjadi terhambat.

4. Tondo
Tondo terletak di Kecamatan Mantikulore. Tondo memiliki karakteristik medan pantai di
sebelah barat dan wilayah berbukit di sebelah timur. Di Tondo terdapat Universitas
Negeri yaitu Universitas Tadulako (UNTAD). Luas wilayah Tondo yaitu 55,15 kilometer
persegi. Luas kawasan kumuh di Tondo adalah 0,115 kilometer persegi. Kawasan
kumuh di Tondo terletak di dekat pantai.
Permukiman padat penduduk di pesisir Tondo
Gambar di atas memperlihatkan permukiman padat penduduk di pesisir Tondo yang
memiliki gang-gang sempit. Di permukiman padat ini akses untuk kendaraan roda
empat susah. Drainasenya pun banyak yang tersumbat sehingga menimbulkan
genangan limbah rumah tangga yang dipenuhi sampah.

Sampah yang dibuang di pinggir jalan


Pada gambar di atas menunjukkan sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan.
Hal ini menandakan bahwa kesadaran warga akan kebersihan masih kurang.
Sebenarnya kebiasaan membuang sampah sembarangan sangat merugikan warga itu
sendiri. Kerugian yang ditimbulkan diantaranya lingkungan menjadi kotor, tidak enak
dipandang, dan menjadi sarang penyakit. Perlu adanya penyuluhan tentang kesadaran
membuang sampah di tempatnya agar masalah ini dapat ditangani.

5. Ujuna & Nunu


Ujuna dan Nunu merupakan dua kelurahan yang berbeda kecamatan. Ujuna berada di
Kecamatan Palu Barat. Luasnya adalah 0.5 kilometer persegi. Sedangkan Nunu berada
di Kecamatan Tatanga. Luasnya adalah 1,23 kilometer persegi. Luas kawasan kumuh di
kawasan Ujuna dan Nunu adalah 0.054 kilometer persegi. Kawasan ini berada di
sempadan Sungai Palu. Jika terjadi hujan di hulu dan hilir sungai, sungai akan meluap
dan menyebabkan banjir. Selain ancaman banjir, kawasan ini juga rentan kebakaran.
Kawasan Ujuna dan Nunu yang berada di sempadan Sungai Palu
Gambar di atas menunjukkan kawasan kumuh di perbatasan antara Ujuna dan Nunu.
Kawasan tersebut berada di sempadan Sungai Palu. Sungai Palu memiliki arus yang
deras. Sungai Palu juga sering meluap dan menyebabkan banjir jika curah hujan sangat
tinggi. Pada gambar juga terdapat tanggul yang digunakan warga untuk
tinggal/mengungsi selama banjir. Warga akan mendirikan tenda-tenda di tanggul
sungai.
Kawasan Nunu dengan gang sempit
Pada gambar di atas merupakan kondisi kawasan kumuh padat penduduk di Nunu.
Kawasan yang padat dan mayoritas berdinding kayu serta akses jalan menuju lokasi
yang sempit menyebabkan kebakaran mudah menjalar sehingga sulit untuk
dipadamkan.

Permukiman Kumuh di Dataran Rendah


1. Lambara & Panau
Lambara dan Panau masuk dalam Kecamatan Tawaeli. Kawasan dengan luas 6,82
kilimeter persegi dan 2,08 kilometer persegi ini merupakan kawasan tepi pantai yang
sering tergenang saat air laut pasang. Luas kawasan kumuh di kawasan ini adalah
0.116 kilometer persegi. Kesadaran membuang sampah di tempat sampah warganya
masih rendah. Banyak sampah berserakan di tepi pantai, selain bawaan ombak,
sampah yang ada juga merupakan sampah yang dibuang warga secara sembarangan.
Kondisi yang demikian ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Genangan yang terjadi saat air laut pasang
2. Manonda Bagian Barat dan Selatan
Kawasan Manonda bagian barat dan selatan termasuk ke dalam Kelurahan Balaroa,
Kecamatan Palu Barat. Luas Kelurahan Balaroa adalah 2,4 kilometer persegi. Luas
masing-masing kawasan Manonda bagian barat dan selatan adalah 0,043 kilometer
persegi dan 0,052 kilometer persegi. Kawasan ini merupakan kawasan permukiman
yang padat. Di Balaroa terdapat Pasar Inpres Manonda yang merupakan pasar terpadat
di Kota Palu. Salah satu penyebab kekumuhannya adalah kebersihan pasar yang
kurang terjaga.
Gambaran Kawasan kumuh di Manonda
Pada gambar di atas, terlihat bahwa akses jalan cukup sempit. Selain itu, selokan untuk
pembuangan limbah air rumah tangga juga sempit dan mampet.

3. Petobo
Petobo berada di Kecamatan Palu Selatan. Petobo menjadi kawasan kumuh yang
paling luas yaitu 0,257 kilometer persegi. Namun, masuk ke dalam kategori prioritas
penanganan rendah. Penyebab kekumuhan di Petobo diantaranya adalah permukiman
yang padat serta drainase dan jalan yang rusak.

Drainase rusak di Petobo


Gambar di atas menunjukkan drainase yang rusak di Petobo. Drainase tersebut tertutup
timbunan kerikil dan tanah yang menjadi bagian dari bahu jalan. Jika musim hujan tiba,
maka akan membuat air hujan tergenang di kawasan ini.
Jalan berlubang di Petobo
Sebagian besar jalan di Petobo sudah di aspal. Hanya saja banyak yang rusak.
Gambar di atas menunjukkan jalan aspal yang berlubang cukup dalam dan tergenang
air. Jalanan yang rusak seperti ini sangat berbahaya bagi pengguna jalan, terutama
pengguna sepeda motor. Perlu adanya perbaikan baik dengan mengaspal kembali
maupun dengan menggantinya dengan beton yang lebih kuat.

4. Talise
Talise berada di Kecamatan Mantikulore. Karakteristik geografis Talise adalah dataran
rendah yang berada di wilayah pesisir. Berada di pesisir, Talise merupakan salah satu
tujuan wisata pantai di Kota Palu yaitu Pantai Talise. Luas wilayah Talise adalah 12.4
kilometer persegi. Luas kawasan kumuhnya adalah 0,031 kilometer persegi dan berada
di dekat pantai. Penyebab kekumuhan di Talise diantaranya adalah jalan yang rusak
dan sampah.

Tempat sampah yang disediakan pemerintah di Talise


Infrastruktur di Talise seperti jalan dan tempat sampah sudah tersedia untuk
mendukung untuk kegiatan warganya. Hanya saja penggunaannya masih perlu
ditingkatkan. Pada gambar di atas menunjukkan tempat sampah yang disekitarnya
terdapat sampah yang tercecer. Tempat sampah yang tersedia terlalu kecil untuk
menampung sampah yang dihasilkan warga sehingga menyebabkan sampah tercecer.
Sampah yang tercecer tidak ikut diangkut oleh petugas. Untuk mengatasi masalah ini
dapat dilakukan dengan menambah jumlah atau volume tempat sampah sehingga
dapat menampung sampah yang dihasilkan warga setiap harinya.

Permukiman Kumuh di Perbukitan


Silae & Lere
Silae dan Lere merupakan kelurahan yang berbeda dan terletak di kecamatan yang
berbeda pula. Namun, dijadikan sebagai satu kawasan kumuh sesuai dengan SK
Walikota Palu. Silae berada di Kecamatan Ulujadi, sedangkan Lere berada di
Kecamatan Palu Barat. Luas Kelurahan Silae adalah 2,42 kilometer persegi dan luas
Kelurahan Lere adalah 2,98 kilometer persegi. Luas permukiman kumuh di kawasan ini
adalah 0,054 kilometer persegi.

Sampah yang dibuang sembarangan


Gambar di atas merupakan salah satu penyebab permukiman kumuh yaitu sampah
yang dibuang sembarangan. Sampah menjadikan lingkungan terlihat kotor. Sampah
juga menjadi media persebaran penyakit. Selain itu, kualitas tanah dapat menurun
akibat adanya sampah yang dibuang sembarangan ini.

Kawasan Teridentifikasi Kumuh dari Data Baseline


Berdasarkan SK Walikota Palu, terdapat sebelas kawasan kumuh di Kota Palu. SK
tersebut berdasarkan proses pengolahan citra satelit resolusi tinggi. Namun, setelah
dilakukan pengumpulan data baseline oleh tim P2KP, terdapat dua kawasan yang
teridentifikasi sebagai kawasan kumuh yaitu Besusu Tengah dan Besusu Timur.
Menurut tipologinya, kedua kawasan ini termasuk permukiman kumuh di tepi air. Berikut
kedua kawasan yang teridentifikasi kumuh berdasarkan data baseline permukiman
kumuh Program 100-0-100.

1. Besusu Tengah
Besusu Tengah terletak di Kecamatan Palu Timur. Luas Besusu Tengah adalah 2,26
kilometer persegi. Terletak di pusat Kota Palu, Besusu Tengah memiliki masalah
dengan akses jalan.

Pengukuran panjang jalan di Besusu Tengah


Gambar di atas merupakan kegiatan pengukuran panjang jalan. Pengukuran panjang
jalan dilakukan oleh tim P2KP Kota Palu. Pengukuran ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa panjang akses jalan yang layak (yang lebarnya lebih dari 1,5
meter) dan yang tidak layak (yang lebarnya kurang dari 1,5 meter). Lebar jalan menjadi
poin penting dalam menentukan kekumuhan suatu kawasan.

2. Besusu Timur
Besusu Timur berada di Kecamatan Palu Timur. Kawasan yang luasnya 0.6 kilometer
persegi ini terletak di daerah sempadan Sungai Pondo. Kawasan yang masih berada di
perkotaan termasuk ke dalam kawasan kumuh ringan menurut baseline P2KP.
Penyebab kekumuhan ini adalah kos yang kurang dijaga kebersihannya, serta rumah-
rumah yang didirikan di sempadan sungai. Akses jalannya pun sempit. Gang/lorong
berukuran kurang dari 1,5 meter. Hal ini sangat menyulitkan jika diadakan evakuasi saat
bencana.
Permukiman di sempadan Sungai Pondo
Gambar di atas menunjukkan banyaknya rumah-rumah yang didirikan di sempadan
Sungai Pondo. Kebanyakan merupakan bangunan liar. Pemerintah kelurahan sudah
melakukan penanganan bangunan liar ini yaitu dengan relokasi. Beberapa warga
dengan sadar mau direlokasi. Namun, ada beberapa yang susah disadarkan. Untuk
kasus seperti ini, pemerintah kelurahan sudah menyerah dan menyerahkan ke yaitu
pemerintah kecamatan dan pemerintah kota.

Gang sempit di Besusu Timur


Gambar di atas merupakan kondisi gang yang sempit di permukiman padat di
sempadan Sungai Pondo. Gang tersebut hanya dapat dilalui satu orang saja. Tidak ada
akses untuk sepeda motor di gang tersebut. Di gang tersebut bangunan tidak tertata
dan mayoritas dibuat dengan kayu. Keadaan seperti ini sangat rentan terhadap bahaya
kebakaran. Jika terjadi kebakaran mobil pemadam kebakaran sangat sulit menjangkau
lokasi ini. Semoga relokasi di sempadan Sungai Pondo ini berjalan lancar. Rencananya
setelah bangunan liar direlokasi, kawasan ini akan dibuat taman sebagai tempat
bermain anak-anak dan berkumpul warga.

Teori Kebutuhan Maslow


1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif
konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis
yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan
keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan
kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-
anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan
untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk
mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang
dan memberikan rasa memiliki.

4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini
melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari
orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di
dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri


Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi
diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan
apa yang orang itu lahir untuk dilakukan. Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan
penyair harus menulis. Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan.
Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman,
tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah
tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Anda mungkin juga menyukai