Anda di halaman 1dari 39

KELOMPOK V

MUHAMMAD ASRAF KASIM

MUHAMMAD RUS

IKROM HIDAYAT HAERUL

YUSRIADI

YOEL

RINA ZEBRINA

RICHARD DEMAS ARIS

AGUNG BUDI FITRAH

JAMHARI SAPUTRA

A. HARDIYANSAH S.

ZAKI FAHRUR ROZI

BASTAKA ILHAM AKBAR

ARHAM SYAHJALI O.

ANDI ARFAH

ANDI AKBAR SISTEM PENCAHAYAAN


(LIGHTING SYSTEMS)
SUMBER CAHAYA
PENATAAN CAHAYA DALAM RUANG

DESAIN PENCAHAYAAN HEMAT ENERGI


SUMBER CAHAYA
(LIGHT SOURCES)
TIPE GENERAL LUMINAIRE
KURVA PENYEBARAN CAHAYA
Tipe General Luminair*
Garis panah pada ilustrasi luminair dan pola
penyebaran cahaya yang akan ditampilkan
berikut mengindikasikan persentase output
cahaya yang menuju langit-langit dan lantai.
CIE (Commision Internationale de I'
Eclairage) melakukan klasifikasi luminaire
untuk sistem pencahayaan general
berdasarkan persentase ini.

*Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau
beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan
perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
Tipe General Luminair
Indirect (Tidak langsung)
Semi-Indirect (Semi tidak langsung)
Direct-Indirect (Langsung-Tidak langsung)
Diffuse (Membaur/Difusi)
Semi-Direct (Semi langsung)
Direct (Penyebaran cahaya lebar)
Direct (Penyebaran cahaya terkonsentrasi)
Tipe General Luminair (1)
Indirect (Tidak langsung)
Digunakan untuk menciptakan kesan tinggi
pada ruangan besar yang rendah

Pola penyebaran cahaya

Output cahaya
ke arah atas

Output cahaya
ke arah bawah
Luminaire
Tipe General Luminair (2)
Semi-Indirect (Semi tidak langsung)
Cahaya dipantulkan dari langit-langit untuk
melembutkan bayangan dan menambah
kecerahan pada ruangan

Output cahaya
ke arah atas

Output cahaya
ke arah bawah
Luminaire dengan bagian
bawah tembus cahaya
Tipe General Luminair (3)
Direct-Indirect (Langsung-Tidak langsung)
Menghasilkan cahaya yang kurang lebih
sama ke arah lantai maupun langit-langit,
dan cahaya yang sedikit ke arah samping

Output cahaya
ke arah atas
Output cahaya
ke arah bawah
Tipe General Luminair (4)
Diffuse (Membaur/Difusi)
Menghasilkan cahaya yang kurang lebih
sama ke segala arah

Output cahaya
ke arah atas
Output cahaya
ke arah bawah
Tipe General Luminair (5)
Semi-Direct (Semi langsung)
Cahaya dalam persentase kecil diarahkan
ke atas untuk melembutkan bayangan yang
dihasilkan oleh luminaire langsung (direct)

Output cahaya
ke arah atas

Output cahaya
ke arah bawah
Tipe General Luminair (6)
Direct (Penyebaran cahaya lebar)
Menghasilkan cahaya dalam persentase
tinggi ke arah bawah dengan penyebaran
yang lebar ke seluruh ruang

Output cahaya
ke arah atas

Output cahaya
ke arah bawah
Tipe General Luminair (7)
Direct (Penyebaran cahaya terkonsentrasi)
Digunakan untuk menghasilkan fokus dan
penekanan pada ruang melalui cahaya
yang terkonsentrasi

Output cahaya
ke arah atas

Output cahaya
ke arah bawah
Bentuk Kurva Distribusi Candela*
Bentuk kurva distribusi candela memberikan
informasi terkait pola output cahaya dari
sebuah lampu atau lumanaire.
Beberapa contoh kurva distribusi candela.
Luminaire tersembunyi (recessed)
Luminaire gantung (suspended)

*Candela adalah intensitas cahaya, dalam suatu arah, dari satu sumber yang
memancarkan radiasi monokromatik dengan frekuensi 5401012 hertz dan yang
mempunyai intensitas radian di arah 1683 watt per steradian.
Bentuk Kurva Distribusi Candela (1)
Luminaire tersembunyi (recessed)

Kurva distribusi Candela


(bentuk sayap kelelawar)
Cahaya terkonsentrasi
di bawah 600 (untuk
Menghindari silau)
Ceruk bawah (untuk
menghindari silau
pantulan)
Bentuk Kurva Distribusi Candela (2)
Luminaire gantung (suspended)

Cahaya atas tersebar


(untuk mencegah
terbentuk hotspot)

Cahaya terkonsentrasi
di bawah 450 (untuk
mencegah silau

Bagian bawah datar


(penyebaran lebar
yang merata)
Bentuk Kurva Distribusi Candela (3)
Luminaire gantung (suspended)

Cahaya atas
terkonsentrasi (dapat
terbentuk hotspot)

Cahaya dalam jumlah


besar, di atas 600 yang
dapat berakibat silau

Bagian bawah datar


(penyebaran lebar
yang merata)
Menghitung Kurva Distribusi Candela
Kurva distribusi candela menunjukkan output
cahaya yang diproduksi oleh lampu atau
luminaire.
Nilai candela diperoleh pada skala vertikal
dari grafik yang memiliki garis derajat yang
memancar dari titik pusat.
Contohnya, pada 300 dari titik pusat,
luminaire yang terdapat pada grafik berikut
memiliki nilai candela 1750 cd.
Menghitung Kurva Distribusi Candela
Titik pusat (mewakili pusat
cahaya dari lampu atau luminaire

Sudut di mana
silau dapat
terjadi

Kurva distribusi
candela (dari
pengukuran
fotometrik)

Nilai Candela Sudut di mana silau


pantulan dan pantulan
selubung dapat terjadi
PENATAAN CAHAYA
DALAM RUANG
METODE TITIK (POINT)
METODE LUMEN
Metode Titik (Point Method)
Perangkat lampu dapat dianggap sebagai
titik apabila jarak ke bidang yang akan
disinari lebih dari 5x dimensi fisik terbesar
perangkat lampu tersebut.
Untuk menghitung tingkat pencahayaan
digunakan rumus berikut.
E = cp/r2 cos
E = tingkat pencahayaan
cp = candela, kekuatan sumber cahaya
r = jarak dari lampu ke bidang
= sudut datang cahaya terhadap garis normal
Metode Titik (Point Method) (1)
Lampu berada tepat di atas bidang yang
akan disinari, sehingga sudut datang cahaya
00, apabila candela lampu = 1950 cd, maka:
E = cp/r2 cos = (1950/152)cos 0 = 9 fc

Point A 18 ft

3 ft

Potongan Denah
Metode Titik (Point Method) (2)
Lampu tidak berada tepat di atas bidang
yang akan disinari, misalnya bidang bergeser
6 ft, maka terbentuk sudut cahaya 220, maka:
E = (1950/152 + 62)cos 22 = 7 fc

Y=15 ft

x=6 ft
Potongan Denah
Metode Titik (Point Method) (3)
Cahaya lampu diarahkan ke bidang dinding,
misalnya seperti terlihat pada gambar, sinar
batang membentuk sudut 270, maka:
E = (1950/122 + 62)cos 27 = 5 fc

Y=12 ft

x=6 ft
Potongan Denah
Metode Lumen
Untuk menghitung tingkat pencahayaan pada
metode lumen, ruang dibagi menjadi tiga
rongga (langit-langit, dinding, dan lantai).
Perhitungan melibatkan Koefisien Utilitas
(CU), yang dapat ditentukan melalui
perbandingan rongga ruang dan tingkat
reflektan.
Pada metode lumen, diasumsikan bahwa
luminaire disusun dalam satu jajaran yang
menghasilkan penerangan yang seragam.
Metode Lumen
Koefisien Utilitas (CU)
Merupakan rasio perbandingan lumen pada
bidang kerja dan lumen yang dipancarkan
oleh luminaire. Nilai CU yang besar
menunjukkan semakin banyaknya cahaya
yang mencapai bidang kerja.
CU dipengaruhi oleh tingkat reflektan
permukaan ruang, ukuran dan bentuk ruang,
serta lokasi dan desain luminaire.
Metode Lumen
Koefisien Utilitas (CU)
Ukuran dan bentuk ruang merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap CU.
Sebagaimana yang terlihat pada grafik
berikut, nilai CU berkurang ketika rasio
rongga ruang (RCR) bertambah.
10

8
Luminaire Downlight
RCR

Luminaire Indirect
5

2
1
0.10 0.40 0.70 0.90
Koefisien Utilitas (CU)
Metode Lumen
Koefisien Utilitas (CU)
CU dapat digunakan untuk menentukan
jumlah nilai lumen yang dibutuhkan untuk
mendapatkan tingkat pencahayaan yang
seragam dan stabil, dengan formula:
F = (E x A)/CU x LLD x LDD
F = Cahaya awal yang dihasilkan oleh luminaire (lm)
E = Tingkat pencahayaan atau iluminansi (fc)
A = Luas bidang kerja (ft2)
CU = Koefisien utilitas (% desimal)
LLD = Penyusutan lumen lampu (% desimal)
LDD = Penyusutan dari noda luminaire (% desimal)
Metode Lumen
Faktor lain yang Mempengaruhi CU
Tingkat reflektan Langit-langit
Semakin tinggi tingkat reflektan permukaan
langit-langit, semakin pula tinggi nilai CU.
Reflektan Langit-langit (%)

Luminaire Indirect (Hampir


seluruh cahaya mengarah ke
langit-langit)

Luminaire Downlight (Cahaya


mengarah langsung ke bidang
kerja)

Koefisien Utilitas (CU)


Metode Lumen
Faktor yang Mempengaruhi CU
Penyusutan dari Noda Luminaire
Menunjukkan penyusutan tingkat
pencahayaan akibat akumulasi noda pada
permukaan luminaire.

Lingkungan yang
sangat bersih
LDD

Lingkungan yang
sangat kotor

Frekuensi pembersihan (bulan)


Metode Lumen
Bagaimana Menentukan Nilai CU?
1 Hitung rasio
rongga ruang (RCR)
5 Tentukan Pcc
apabila berdasarkan tabel apabila
hcc > 0 Pfc = 20%
2 Hitung rasio rongga
langit-langit (CCR) 7 Tentukan CU CU
apabila berdasarkan
hcc = 0 tabel
5 Pcc = Reflektan
langit-langit (Pc)
3 Rekfletan dinding (Pw) apabila
Pfc = 20%
6 Tentukan Pfc
apabila berdasarkan tabel
hfc > 0
4 Hitung rasio rongga
lantai (FCR) 7 Sesuaikan CU CU (yang
dengan menggunakan telah di-
apabila
hfc = 0 tabel sesuaikan)
6 Pfc = Reflektan
Simbol lantai (Pf)
Langkah
Semua langkah pendahuluan yang akan dievaluasi
Pilihan (salah satu)
Metode Lumen
Rasio Rongga Ruang (RCR)
Mengindikasikan ukuran dan proporsi rongga
ruang, yang dikalkulasi dari dimensi panjang,
lebar, dan tinggi rongga ruang.
Rasio rongga pada ruang diperoleh dari nilai
rongga luminaire gantung (rongga langit-
langit), rongga antara luminaire dan bidang
kerja (rongga dinding), dan rongga di bawah
bidang kerja (rongga lantai).
Metode Lumen
Rasio Rongga Ruang (RCR)
Rasio rongga untuk denah kotak atau persegi
dapat dihitung dengan formula:
CR = 5hc ((L + W)/(L x W))
CR = Rasio rongga hc = Tinggi rongga
W= Lebar rongga L = Panjang rongga

rongga langit-langit hcc = tinggi rongga langit-langit

H W
hrc = tinggi rongga dinding
rongga dinding
Bidang Kerja
rongga lantai hfc = tinggi rongga lantai
DESAIN PENCAHAYAAN
HEMAT ENERGI (ENERGY-CONSCIOUS)
PERTIMBANGAN UMUM
FAKTOR SUMBER CAHAYA

FAKTOR LUMINAIRE

PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI


Desain Pencahayaan Hemat Energi
Pertimbangan Umum
Hindari tingkat pencahayaan seragam yang
berlebihan. Ketika tingkat pencahayaan total
sudah mencapai 20-30 fc, untuk
pencahayaan kerja (task lighting) dapat
menggunakan lampu portable, dsb. Gunakan
pencahayaan lain sebagai aksen tanaman,
lukisan, pintu, dll.
Kelompokkan kegiatan visual dengan
kebutuhan tingkat pencahayaan yang sama.
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Pertimbangan Umum
Pada area denah terbuka dengan partisi
parsial, dapat mengurangi jumlah cahaya
yang diserap oleh dinding, sebagaimana
yang terjadi pada ruang kecil yang tertutup.
Gunakan material transparan pada bagian
atas partisi untuk meneruskan cahaya interior
menuju koridor yang hanya membutuhkan
tingkat penerangan yang sedikit.
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Sumber Cahaya
Untuk kebutuhan pencahayaan yang konstan,
gunakan lampu tunggal dengan watt besar,
dibandingkan banyak lampu dengan watt
yang lebih kecil
Hindari penggunaan lampu tahan lama
(long-life) yang menghasilkan lumen/watt
lebih rendah dari lampu yang kurang tahan
lama (short-life), kecuali terdapat masalah
dalam hal maintenance.
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Sumber Cahaya
Gunakan lampu efisien yang menghasilkan
lumen/watt yang besar. Untuk penerangan
outdoor, gunakan lampu HID dengan alat
penghitung atau sel-surya yang mematikan
lampu ketika tidak dibutuhkan.
Ketika menggunakan lampu fluorescent untuk
outdoor pada cuaca yang dingin, gunakan
lampu 1500-mA dengan luminaire tertutup.
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Luminaire
Gunakan luminaire semi-langsung dan
cahaya bawah (downlight) dengan ketinggian
yang lebih rendah untuk menghasilkan
cahaya yang lebih pada kegiatan dengan
penyerapan yang kurang dari dinding.
Tetapkan luminaire dengan nilai CU dan LLFs
(faktor penyusutan cahaya) yang tinggi.
Gunakan luminaire gantung yang terbuka
dibandingkan luminaire tertutup.
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Luminaire
Gunakan sistem panas-cahaya, yaitu
memanfaatkan air atau udara untuk
memindahkan panas dari luminaire menuju
ruang yang membutuhkannya.
Untuk pengontrolan silau, gunakan
plastik/kaca prismatik atau lensa Fresnel.
Untuk meningkatkan jumlah lumen/watt dari
lampu fluorescent, gunakan ballast dengan
low-wattage loss .
Desain Pencahayaan Hemat Energi
Pemanfaatan Cahaya Alami
Tetapkan kegiatan yang membutuhkan tingkat
pencahayaan yang tinggi pada daerah
dengan cahaya alami yang baik.
Gunakan sel-surya, timers, atau sakelar
manual untuk mengurangi penggunaan ketika
ketersediaan cahaya alami mencukupi.
Gunakan permukaan tembok dan langit-langit
dengan tingkat reflektan yang tinggi untuk
menyebarkan cahaya alami ke seluruh ruang.

Anda mungkin juga menyukai