SKRIPSI Ku
SKRIPSI Ku
Latar Belakang
waktu yang singkat serta dapat mengkonsumsi makanan menjadi daging secara
efisien. Salah satu faktor yang menentukan efisien tidaknya produksi ternak
adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram berat
badan, semakin kecil rasionya berarti semakin efisien produksi ternak tersebut.
Jadi, broiler adalah ayam yang sengaja dibibitkan dan dikembangkan untuk
dan diserap oleh unggas. Untuk mendapatkan pertumbuhan ayam broiler yang
baik, maka perlu diperhatikan zat nutrisi pada ransumnya sebab komposisi ransum
yang baik mempengaruhi pertumbuhan ayam tersebut, akan tetapi tidak semua zat
apalagi daun katuk kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk -carotene,
vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya yang sangat dibutuhkan
penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh tepung daun katuk dalam
ransumnya.
1
Permasalahan
pakan alternatif yang lebih murah dan terjangkau namun tetap memiliki
kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Salah satu diantaranya adalah
pemanfaatan tepung daun katuk yang kaya akan zat besi, provitamin A dalam
bentuk -carotene, vitamin C, protein dan mineral lainnya yang sangat dibutuhkan
Hipotesis
tepung daun katuk berpengaruh terhadap pertambahan berat badan, konsumsi, dan
konversi pakan.
berbagai level tepung daun katuk terhadap pertambahan berat badan, konsumsi,
2
TINJAUAN PUSTAKA
Broiler merupakan istilah untuk memberi sebutan kepada ayam ras potong
atau ayam pedaging jenis jantan atau betina yang berumur sekitar 6-8 minggu
yang dipelihara secara intensif agar diperoleh produksi optimal (Irawan, 1996).
Sedangkan menurut Murtidjo (2003), bahwa daging ayam broiler dipilih sebagai
salah satu alternatif, karena seperti yang telah diketahui bahwa broiler sangat
efisien diproduksi. Jangka waktu 6-8 minggu ayam tersebut sanggup mencapai
berat hidup 1,5 kg 2 kg dan secara umum dapat memenuhi selera konsumen.
Menurut Rasyaf (2004), ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina
muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu,
mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan
timbunan daging yang baik dan banyak. Kelebihan broiler sebagai ayam
pedaging adalah broiler yang berusia 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam
kampung dewasa dan bila dipelihara hingga berusia 8 bulan, bobotnya dapat
mencapai 2 kg. Berat sebesar itu sulit dicapai oleh ayam kampung dewasa
maupun ayam ras afkir usia 1,5 tahun. Selain itu masyarakat juga mengenal
broiler karena mempunyai rasa yang khas, empuk dan dagingnya banyak.
kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat,
3
Rasyaf (2004) juga menyatakan bahwa ayam dan jenis unggas lainnya
lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Semuanya harus ada dalam ransum yang
ransum sedangkan finisher protein 22,0 22,7 % dan energi metabolisme 3290
Daun Katuk
terdapat di Asia Tenggara. Tinggi tanaman katuk mencapai dua sampai tiga
meter, tumbuh di dataran rendah hingga 1.300 di atas permukaan laut. Daun
kecil, berwarna hijau gelap dengan panjang 5-6 cm. Bunganya berwarna merah
gelap atau kuning dengan bercak merah gelap dan berbunga sepanjang tahun.
Kerajaan : Plantae
Divisi: : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
4
Genus: : Sauropus
Spesies : S. androgynus
yang selain mempunyai zat gizi tinggi, mengandung zat antibakteri, serta tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia dan mengandung beta-karotin sebagai zat aktif
untuk warna karkas. Katuk sebagai sayuran mengandung zat gizi yang baik,
mikrogram, vitamin C 164 mg, mineral 334,5 mg, protein kasar 6,4%, dan energi
Menurut Agustal, dkk (1997) daun katuk kaya akan besi, provitamin A
dalam bentuk -carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya.
Dalam 100 gram daun katuk mengandung 72 kalori, 70 gram air, 4,8 gram
vitamin C.
Komposisi kimia daun katuk dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut :
Energi (kkal) 59
5
Protein (g) 4,8-6,4
Fosfor (mg) 83
Air (g) 81
6
Sumber : Santoso (2009).
Selain zat-zat gizi tersebut di atas, daun katuk juga mengandung senyawa
asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-
zat-zat gizi dalam saluran pencernaan menjadi terganggu. Unggas lebih sensitif
terhadap saponin daripada ternak monogastrik lainnya. Hal ini yang mungkin
Pertumbuhan pada hewan bermula dari sel telur yang tselah dibuahi dan
7
kenaikan berat yang dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang tiap minggu
jaringan pembangun seperti: tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh
lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Selanjutnya dinyatakan oleh
protein dan zat-zat mineral yang tertimbun dalam tubuh, sedangkan penambahan
dengan peningkatan bahan-bahan seperti lemak, karbohidrat, mineral, dan air. Hal
ini terjadi pada ternak yang masih muda, sedang pada ternak yang dewasa dalam
produksi bagi peternak dan para ahli. Bila pertambahan berat badan yang
diperoleh peternak lebih baik dari standar maka menguntungkan peternak itu.
Namun, perlu diingat bahwa ada bibit ayam yang memang pertambahan berat
badannya tinggi tetapi tingkat konsumsinya juga tinggi, padahal biaya untuk
ransum adalah yang terbesar dalam suatu peternakan (biaya variabel). Oleh
karena itu, pertambahan berat badan harus pula dikaitkan dengan konsumsi
mengandung protein, zat ini berfungsi sebagai zat pembangun, pengganti sel yang
8
rusak dan berguna untuk pembentukan telur (Wibowo, 1996). Sedangkan Wahyu
(1992) menyatakan bahwa, kebutuhan protein per hari untuk broiler yang sedang
bertumbuh dibagi menjadi tiga bagian yaitu protein yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok dan protein untuk pertumbuhan
bulu.
ransum dari ayam. Temperatur tinggi dan saat ayam dalam keadaan stress, akan
faktor yang menentukan kecepatan pertumbuhan, oleh karena itu untuk mencapai
pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi genetik diperlukan suatu ransum
yang mengandung cukup unsur gizi secara kualitatif dan kuantitatif. Dengan
dengan itu Tilman, dkk (1986) menyatakan bahwa makanan merupakan suatu
masalah yang penting dalam suatu usaha peternakan, sebab untuk mencapai
Konsumsi Ransum
dikonsumsi seekor ternak setiap ekor per hari. Kebutuhan unggas yang paling
9
utama yaitu energi dan protein, sedikit vitamin dan mineral. Zat-zat tersebut
diperoleh unggas dari pakan/ransum yang dikonsumsi setiap hari (Wahyu, 1984).
yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ayam broioler (Rasyaf, 1994). Menurut Tilman, dkk
energi sehingga pakan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan dengan
bila diberi ransum yang berenergi rendah dan menurun bila diberi ransum yang
diantaranya besar dan bangsa ayam, luas kandang, tingkat energi dan protein
makan apabila temboloknya sudah penuh (Tilman, dkk, 1986). Rasyaf (1992),
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah berimbang. Selain
memperhatikan kualitas pemberian ransum juga harus sesuai dengan umur ayam
10
karena nilai gizi dan jumlah ransum yang diperlukan pada setiap pertumbuhan
Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak dimakan oleh bangsa unggas
berasal dari biji-bijian, limbah pertanian, dan sedikit dari hasil hewani serta
perikanan. Oleh karena itu, bahan makanan yang digunakan hendaknya tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia dan mudah didapatkan serta harganya relatif
Nasional Indonesia (2006) dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3, sebagai berikut :
11
5. Abu % Maks. 8,0
6. Kalsium (Ca) % 0,90 1,20
7. Fosfor (P) total % 0,60 1,00
8. Energi Metabolisme (EM) Kkal/Kg Min. 2900
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006)b
Konversi Ransum
seekor ayam dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai bentuk dan berat badan
pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu
itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam
makan dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam,
oleh tiga faktor yaitu : 1) kualitas ransum, 2) teknik pemberian pakan, 3) angka
mortalitas. Perlu disadari bahwa kunci keberhasilan usaha dalam budidaya broiler
bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah
hasil yang diperoleh baik itu daging atau telur (output) (Rasyaf, 1995).
12
Makin sehat broiler semakin baik konversi ransumnya dan jumlah ransum
bertujuan untuk memperoleh berat badan yang maksimal. Namun pada saat udara
panas, kebutuhan air lebih cenderung meningkat dibanding pada musim hujan,
akibatnya ayam tidak terlalu banyak mengkonsumsi ransum. Pada udara yang
sewaktu dipanen dapat mencapai nilai dibawah 2. Nilai ini berarti bahwa jika
kurang dari 2 kg lebih baik. Beberapa contoh telah mencatat konversi 1,8
meskipun hal ini tidak terlalu umum (Blakely dan Bade, 1992). Sementara Rasyaf
dipilih angka konversi yang terendah. Akan tetapi, angka itu berada dari masa
awal ke masa akhir karena di masa akhir pertumbuhan broiler menjadi lambat atau
biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan
badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai konversi ransum yang
13
tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot
badan dan efisiensi ransum yang semakin rendah (Card and Nesheim, 1997).
14
Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC)
strain Cobb sebanyak 64 ekor, jagung kuning, dedak padi, limbah udang, ampas
tahu, top mix, tepung ikan, kacang kedelai, minyak kelapa, bungkil kelapa, tepung
yang terbuat dari kayu beralas ran kawat dan berukuran 4m x 2m yang terbagi
dilengkapi dengan tempat makan dan minum, balon pijar 40 watt serta peralatan
lain seperti timbangan, oven, gilingan sampel, baskom, plastik, dan talang.
Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
(Gazper, 1991) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, dimana 4 perlakuan
terdiri dari :
15
P1 : Ransum Dasar Mengandung 1% Tepung Daun Katuk
Kandungan nutrisi setiap jenis bahan pakan yang digunakan dapat dilihat
16
Kacang Kedele 7.5 7 7.5 7
Minyak 1 1 1 1
Bungkil Kelapa 10.5 10 10 10
Top Mix 1 1 1 1
Total (%) 100 100 100 100
Tepung Daun Katuk 0 1 2 3
Kandungan Nutrisi Ransum
PK (%) 18.07 18.02 18.03 18,00
EM (Kkal/kg) 3034 3015 3020 3004
LK (%) 8.01 7.8 7.9 7.8
SK (%) 5.94 5.93 5.89 5.87
Ca (%) 1.76 1.79 1.73 1.76
P (%) 0.99 0.99 0.97 0.98
Keterangan : Hasil Perhitungan
Kandungan Nutrisi Setiap
Perlakuan Berdasarkan SNI
(2006)
Prosedur pembuatan tepung daun katuk dapat dilihat pada diagram alir di
bawah ini :
Dihaluskan menggunakan
gilingan sampel
17
Tepung daun
katuk siap digunakan
C. Pemeliharaan Broiler
Day Old Chick (DOC) strain Cobb adalah hasil persilangan murni ayam
Cobb yang memang dikhususkan untuk memproduksi daging, DOC ini ditetaskan
sebelum DOC datang. Persiapan dilakukan dengan pengapuran lantai dan dinding
kandang, alas kandang menggunakan serbuk gergaji yang ditutup dengan surat
sebanyak 16 buah.
Day Old Chick (DOC) yang digunakan berjumlah 64 ekor. Pada saat
masuk DOC diistirahatkan dan diberi air gula pasir untuk memenuhi kebutuhan
energi yang hilang dalam perjalanan dan empat jam kemudian DOC diberi pakan
berupa butiran dan air minum. Day Old Chick (DOC) ditempatkan dalam kandang
litter yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta balon pijar.
18
Broiler sebelum dimasukkan dalam petak kandang ditimbang untuk mendapat
berat badan homogen, dan setiap petak kandang diisi 4 ekor broiler. Penempatan
kandang.
hari. Vaksin gumboro pada umur 12 hari melalui air minum dan vaksin ND lasota
E. Pengolahan Data
dengan rancangan Acak Lengkap (RAL) dan jika ada perlakuan yang memberi
pengaruh nyata akan di uji dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Gasperz, 1991).
19
Yij = + + ij
Keterangan :
= Rata-rata pengamatan
Dimana : i = 1, 2, 3 dan 4
J = 1, 2, 3 dan 4
PERLAKUAN
PARAMETER
P0 P1 P2 P3
Konsumsi Ransum
687,03 696,72 697,66 694,69
(g/ekor/minggu)
Pertambahan
Berat Badan 255,31a 325,94b 359,84c 308,28b
(g/ekor/minggu)
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata ( P<0,05).
20
Konsumsi Ransum
mengandung berbagai level tepung daun katuk tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap konsumsi ransum. Rata- rata konsumsi ransum broiler pada perlakuan
lebih tinggi daripada perlakuan kontrol. Hal ini diduga karena pengaruh
kandungan senyawa fitokimia (saponin, flavonoid, dan tanin) yaitu suatu zat
kimia alami yang terdapat dalam tumbuhan atau tanaman yang mempunyai fungsi
faali luar biasa (Kumar et al, 2005) yang dapat meningkatkan konsumsi pakan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (2009), bahwa katuk (Sauropus
tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat aktif warna
flavonoid, dan tanin. Hal ini didukung oleh Karyadi (1997), bahwa setiap
tanaman yang memiliki kandungan senyawa aktif seperti minyak atsiri, saponin,
saluran pencernaan sehingga zat makanan yang dikonsumsi akan dapat dicerna,
21
Pada Tabel 6. terlihat bahwa konsumsi pakan meningkat pada perlakuan
P0 hingga P2, namun cenderung menurun pada perlakuan P3. Hal ini diduga
karena rasa sepat atau pahit pada tanin yang terkandung dalam daun katuk.
kandungan tumbuhan yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat dan mempunyai
pengaruh yang merugikan terhadap nilai gizi tumbuhan makanan ternak dan dapat
meracuni hati, karena tanin dapat mengikat protein, asam amino yang spesifik,
daun katuk berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan berat badan. Rata-
perlakuan P1,P2, maupun P3, begitu pula antara perlakuan P1 terhadap P2 dan
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan yang menggunakan tepung
daun katuk pertambahan berat badan lebih tinggi dari perlakuan kontrol,
terhadap pertambahan berat badan karena bila dihitung kandungan tanin daun
katuk tiap perlakuan ternyata masih dibawah batas toleransi yaitu P1 = 0,03%, P2
22
= 0,06%, dan P3 = 0,09% . Hal ini didukung oleh pendapat Widodo (2005),
bahwa pada unggas pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0.33% tidak
membahayakan, akan tetapi apabila kadar tanin dalam pakan mencapai 0,5% atau
yang sebenarnya dapat diserap oleh vili-vili usus dan dimanfaatkan untuk
menyatakan bahwa batas toleransi kadar tanin dalam ransum ayam broiler sebesar
0,26%.
400.00
350.00
f(x) = - 30.55x^2 + 110.92x + 252.88
300.00 R = 0.86
250.00
200.00
polynomial
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Perlakuan
Gambar 2. Kurva respon pengaruh penambahan berbagai level tepung daun katuk
terhadap pertambahan berat badan.
23
Berdasarkan hasil analisis kurva respon di atas diketahui bahwa
penambahan daun katuk terhadap pertambahan berat badan yaitu 85,8 %. Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi broiler. Hal ini sesuai pendapat
konsumsi ransum yang banyak pula. Hal ini didukung juga oleh pendapat Jull
Konversi Ransum
Konversi ransum berkaitan dengan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan.
Konversi ransum pada P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 2,13 ; 2,22 ; 2,29 ;
2,26. Nilai konversi ransum pada penelitian ini kurang efisien, karena nilai dari
konversi ransum selama penelitian diatas 2 yang berarti bahwa ransum yang
dikonsumsi lebih banyak sementara pertambahan berat badan rendah. Hal ini
24
mungkin disebabkan karena kandungan nutrisi ransum yang dikonsumsi tidak
memenuhi kebutuhan untuk menaikkan berat badan yang lebih tinggi pada
minggu ke enam. Sedangkan pendapat Rasyaf (2004) bahwa konversi pakan yang
dianggap baik untuk ayam pedaging umur 5 minggu yaitu antara 1,91 sampai
2,06. Tingginya konversi ransum yang diperoleh dalam penelitian ini diduga
karena pemeliharaan lebih lama sehingga ransum yang dikonsumsi lebih banyak
Semakin baik mutu ransum, maka semakin kecil pula konversi ransumnya.
Baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat gizi pada
ransum itu dengan yang diperlukan. Hal ini didukung oleh pendapat Anggorodi
terutama protein dan asam-asam amino. Menurut Card dan Neisheim (1972) nilai
konversi ransum yang tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk
menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi ransum semakin rendah.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
bahwa:
1. Penambahan tepung daun katuk dalam ransum tiap perlakuan tidak berpengaruh
katuk level 2% .
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Agustal, A., M. Harapini dan Chairul. 1997. Analisis kandungan kimia ekstrak
daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr dengan GCMS. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia 3 (3): 31-33.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Blakely, J. dan H.D, Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
27
Card, L. E. and M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th Ed. Lea and
Febiger. Philadelphia. California
Church, D. C. 1979. Livestock Feed and Feeding. Durhan and Cowney, Inc.
Portland. Oregon.
Cheeke, P. R. 1989. Toxicants of Plant Origin. Volume III, Protein and Amino
Acid. CRC Press, Inc., 2000 Corporate Blvd., N. W., Boca Raton, Florida.
UnitedState.
Morrison, F.B. 1967. Feed and Feeding. The Morrison Publishing Co. Clinton,
Iowa, USA.
28
Santoso, U. 1998. Effect of early feed restriction on growth, body composition and
lipid accumulation in mixed-sex broiler. Research Report. Bengkulu
University, Bengkulu.
Standar Nasional Indonesia [SNI]a. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging (Broiler
Starter). http://ditjennak.go.id/regulasi%5CSNI%20PAKAN%20% AYAM
%20PEDAGING%20ANAK.pdf. Tanggal Akses: 16 Oktober 2011.
b
. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Broiler Finisher).
http://ditjennak.go.id/regulasi%5CSNI%20PAKAN%20%AYAM
%20PEDAGING%20TUA.pdf. Tanggal Akses: 16 Oktober 2011.
Tobing, V. 2004. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotik Murah dan Bebas
Residu. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Widodo, W., 2005. Tanaman Beracun Dalam Kehidupan Ternak Edisi Pertama.
Universitas Muhammadiyah, Malang.
29
Makalah Hasil Penelitian
Oleh :
NURUL FAJRI
I 211 08 287
30
FAKULTAS PERTERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
31