Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sistem saraf merupakan suatu rangkaian organ yang kompleks yang tersusun dari
jaringan saraf atau dapat di katakan sebagai sistem pengendali yang dapat memberi
respon, serta menerima data dan mengolahnya. Sel saraf merupakan sel yang sangat
khusus yang dapat menghantarkan dan memicu rangsang listrik secara hayati. Mereka
berkomunikasi dengan sesama sel saraf lain melalui jaringan kerja yang rumit dan dapat
mengatur semua jaringan dan organ. Sel saraf dapat terangsang atau dihambat karena
membran sel saraf permeabilitasnya mudah berubah karena pengaruh neurotransmitter
endogen atau obat.
Sistem saraf dibagi menjadi 2, sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf tepi mempunyai 2 cabang, yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Fungsi SSO adalah mengendalikan dan mengatur organ-organ otonom seperti jantung,
saluran gastrointestinal, mata, kandung kemih, pembuluh darah, kelenjar, paru-paru, dan
bronkus. Pada percobaan ini kita akan membandingkan efek dari obat-obat otonom yaitu,
Pilokarpin, Atenolol, Scopamin. Dan memahami efek farmakologi yang di butuhkan dari
golongan obat-obat sistem saraf otonom.
Sistem syaraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu 1) sistem syaraf simpatik dan 2)
sistem syaraf parasimpatik. Pada syaraf simpatik mempunyai sel syaraf preganglion lebih
pendek daripada sel syaraf postganglionnya. Selain itu pada sistem syaraf simpatik ini
neurotransmitter yang dilepaskan adalah nor-epinefrin atau nor-adrenalin yang akan
bereaksi dengan reseptor adrenergik, maka sistem syaraf sipatik ini disebut juga dengan
sistem syaraf adrenergik. Pada sistem syaraf parasimpatik memiliki sel syaraf
preganglion lebih panjang daripada sel syaraf postganglionnya. Pada sistem syaraf ini
neurotransmitter yang dilepaskan oleh ujung sel syaraf adalah asetilkolin yang akan
bereaksi dengan reseptor asetilkolin muskarinik ataupun pada reseptor asetilkolin
nikotinik. Reseptor nikotinik terdapat pada semua ganglia syaraf otonom (celah antara sel
syaraf preganglion dan postganglion), pada neuromuscular junction (celah antara sel
syaraf somatik dan sel otot skeletal), dan pada sel kromafin medula adrenal.
1.2. Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat agonis adrenergic pada
hewan uji tikus/mencit.
2. Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat antagonis adrenergic pada
hewan uji tikus/mencit.
3. Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat agonis kolinergik pada
hewan uji tikus/mencit.
4. Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat antagonis kolinergik pada
hewan uji mencit/tikus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem syaraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu 1) sistem syaraf simpatik dan 2)
sistem syaraf parasimpatik. Pada syaraf simpatik mempunyai sel syaraf preganglion lebih
pendek daripada sel syaraf postganglionnya. Selain itu pada sistem syaraf simpatik ini
neurotransmitter yang dilepaskan adalah nor-epinefrin atau nor-adrenalin yang akan
bereaksi dengan reseptor adrenergik, maka sistem syaraf sipatik ini disebut juga dengan
sistem syaraf adrenergik. Pada sistem syaraf parasimpatik memiliki sel syaraf
preganglion lebih panjang daripada sel syaraf postganglionnya. Pada sistem syaraf ini
neurotransmitter yang dilepaskan oleh ujung sel syaraf adalah asetilkolin yang akan
bereaksi dengan reseptor asetilkolin muskarinik ataupun pada reseptor asetilkolin
nikotinik. Reseptor nikotinik terdapat pada semua ganglia syaraf otonom (celah antara sel
syaraf preganglion dan postganglion), pada neuromuscular junction (celah antara sel
syaraf somatik dan sel otot skeletal), dan pada sel kromafin medula adrenal. Sedangkan
reseptor muskarinik terdapat pada sel organ efektor syaraf kolinergik. Penggolongan
obat-obatan syaraf otonom ini dibedakan berdasarkan berdasarkan apakah suatu obat
tersebut memacu atau bahkan menghambat syaraf tersebut. Obat yang memacu
disebut dengan Agonis, sedangkan yang menghambat dinamakan Antagonis.
Berdasarkan hal diatas tadi maka obat-obatan sistem syaraf otonom dibedakan menjadi
beberapa bagian berikut:
1. Agonis Kolinergik,
2. Antagonis Kolinergik,
3. Agonis Adrenergik, dan
4. Antagonis Adrenergik
Pada tulisan kali ini hanya akan tertulis tentang obat-obat yang bekerja pada reseptor
adrenergik saja, karena pada artikel sebelumnya telah dibahas tentang obat-obat pada
reseptor kolinergik. Disini obat-obat yang bekerja pada reseptor adrenergik ada 2 golongan
besar yaitu obat yang bekerja secara agonis adrenergik, dan secara antagonis adrenergik.

1. Agonis Adrenergik
Agonis adrenergik merupakan obat yang memacu atau meningkatkan syaraf
adrenergik. Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara agonis adrenergik ini beraksi
menyerupai neurotransmitternya, yaitu nor-adrenalin. Agonis adrenergik juga dinamakan
dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor
adrenergik, yaitu reseptor adrenergik & reseptor adrenergik . Reseptor sendiri terdapat 2
tipe, dan reseptor juga terdapat 2 tipe yang digunakan obat-obat golongan ini untuk
berinteraksi. Agonis Adrenergik Langsung
Obat-obat yang bekerja berdasarkan agonis adrenergik ini dibedakan menjadi 2 yaitu
agonis secara langsung dan agonis yang bekerja secara langsung. Hal ini dibedakan hanya
pada interaksi dengan reseptornya.
Agonis Adrenergik langsung
Agonis Adrenergik langsung berarti obat-obat ini berinteraksi secara langsung
dengan reseptor adrenergik dan kemudian menghasilkan efek dengan cara
memacu efek nor-epinefrin itu sendiri. Telah diketahui sebelumnya bahwa
reseptor adrenergik terdapat pada 2 tipe ( & ), maka obatnya pun dapat
dibedakan pada kedua jenis reseptor ini.
Agonis Adrenergik tidak langsung
Obat golongan ini bekerja dengan meningkatkan kadar nor-epinefrin pada
celah sinaptik. Peningkatan kadar nor-epinefrin ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu :
1) Dengan melepaskan cadangan nor-epinefrin pada vesikel.
Dengan menghambat re-uptake nor epinefrin menuju ke ujung syaraf.
Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara tidak langsung ini
dibedakan 2 macam berdasarkan kedua cara tadi
2. Antagonis Adrenergik
Antagonis adrenergik merupakan obat-obat yang kerjanya yaitu menghambat kerja
atau efek dari neurotransmitter utama yaitu nor-epinefrin. Obat golongan ini dapat juga
disebut dengan Adrenolitik. Penghambatan efek dari obat-obat ini kebanyakan dengan cara
mengeblok reseptor adrenergik, maka dapat juga disebut dengan Blocker. Obat-obatannya
dapat dibagi berdasarkan kerja terhadap reseptornya.
a. 1 Blocker
Obat ini bekerja dengan cara mengeblok reseptor adrenergik tipe 1. Reseptor ini
berada kebanyakan pada otot polos pembuluh darah. Reseptor ini sebenarnya jika
berikatan dengan agonis maka akan mengakibatkan kontraksi pembuluh darah,
tetapi jika diberikan obat golongan 1 Blocker maka akan bereaksi sebaliknya
yaitu penurunan tekanan darah. Contoh obatnya yaitu Prasozin dan Terasozin.
Umumnya obat-obatan golongan ini digunakan untuk terapi hipertensi.
b. 2 Blocker
Obat ini bekerja dengan cara mengeblok reseptor 2. Reseptor ini jika
berinteraksi dengan suatu agonis maka akan mengakibatkan penghambatan
pelepasan nor-epinefrin pada ujung syaraf. Obat golongan ini jarang digunakan
pada klinik. Contoh obatnya yaitu Yohimbin yang digunakan untuk terapi
gangguan ereksi.
3. Agonis kolinergik
Agonis kolinergik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a) Bekerja langsung
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: Asetilkolin, betanekol,
karbakol, dan pilokarpin.
b) Bekerja tak langsung (reversibel)
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: edrofonium, neostigmin,
fisostigmin, dan piridostigmin.
c) Bekerja tak langsung (ireversibel)
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: ekotiofat dan isoflurofat.

4. Antagonis kolinergik
Antagonis kolinergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a) Obat antimuskarinik
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atropin, ipratropium, dan
skopolamin.
b) Penyekat ganglionik
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: mekamilamin, nikotin, dan
trimetafan.
c) Penyekat neuromuskular
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atrakurium, doksakurium,
metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium, suksinilkolin,
tubokurarin, dan vekuronium.
Penggolongan Obat Otonom
Pengertian Obat Otonomik Dan Penggolongannya Berdasarkan Macam Saraf
Otonom. Obat otonom adalah obat yang bekerja pada berbagai bagaian susunan saraf
otonom, mulai dari sel saraf sampai dengan sel efektor. Secara anatomi susunan saraf
otonom terdiri atas praganglion, ganglion dan pascaganglion yang mempersarafi sel
efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas sistem persarafan simpatis dan
parasimpatis. Berdasarkan macam saraf otonom tersebut, maka obat otonomik
digolongkan menjadi :
a.)Saraf Parasimpatis
Parasimpatomimetik atau KolinergikEfek obat golongan ini
menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatis.

Parasimpatolitik atau Antagonis Kolinergik Menghambat


timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis.

b). Saraf Simpatis

Simpatomimetik atau Adrenegik Efek obat golongan ini


menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
simpatis.

Simpatolitik atau Antagonis Adrenegik Menghambat timbulnya


efek akibat aktivitas susunan saraf simpatis.

c). Obat Ganglion

Merangsang atau menghambat penerusan impuls di ganglion,


baik pada saraf parasimpatis maupun pada saraf simpatis.

MEKANISME KERJA OBAT OTONOMIK


Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral/transmitor
dengan cara menghambat atau mengintensifkannya.

Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat


dengan reseptor pada sel organisme.

Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan


respon khas oleh obat tersebut.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Jarum suntik sonde lambung 5cc
Masker
Sarung tangan kain
Gelas ukur 10 ml
Gelas beker 250 ml
Gelas ukur 100 ml
Stopwatch
Pipet tetes
tisu

3.2 Bahan
Aquadestilata
Obat Cendo Carpin
Obat Scopamin
Obat Propanolol
Obat Efedrin
PGA
6 ekor tikus 130 gr
9 ekor tikus 175 gr
3.3 Cara kerja

1. Hewan coba dipuasakan selama kurang lebih 8 jam, namun tetap diberi minum ad
libitum.
2. Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok.
3. Disiapkan suspensi PGA dan suspense obat sesuai dengan lampiran.
4. Kelompok I, mencit atau tikus diberi propanolol 40 mg/70 kg BB per oral
5. Kelompok II, mencit atau tikus diberi efedrin Hcl 25 mg/kg BB secara peroral
6. Kelompok III, mencit atau tikus diberi pilokarpin 15 mg/70 kg BB peroral
7. Keompok IV diberi suspense PGA.
8. Kelompok V, mencit atau tikus diberi Scopamin 0,5 mg/70 kg BB per Oral
9. Pengamtan dilakukan setelah mencit disuntik dengan obat-obat tersebut, meliputi
pengamatan pupil mata, Diare, tremor/kejang, warna daun telinga, grooming,
salivasi, diuresis, air mata dan sebagainya pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60
menit pertama
10. Dicatat hasil percobaan, dianalisis datanya dan dibuat pembahasannya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dalam percobaan ini menggunakan tikus (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba
karena untuk mengurangi resiko kematian hewan coba. Dalam percobaan kali ini,
tikus tidak akan di beri makan dan minum dari pukul 5 pagi dan menggunakan 15
ekor yang sudah di tandai sebelumnya. Pada percobaan kali ini menggunakan obat
otonom yakni obat
Obat Cendo Carpin
Obat Scopamin
Obat Propanolol
Obat Efedrin
dan aquades sebagai fase control normal.

Data yang diperoleh

N Kelompo Obat Hewan MIOSIS


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus - - - - - - -
2. 1 Propanolol Tikus - - - + - - -
3. 1 Propanolol Tikus - - - - - - -
4. 1 Efedrin Tikus - - + - - ++ -
5. 1 Efedrin Tikus + - - - +++ ++ -
6. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
7. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpin
8. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpin
9. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpin
10. 2 Aqua Tikus - + - - - - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - + + - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - + - + - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus + - ++ ++ + - +
14. 3 Scopamin Tikus - - - - + - -
15. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -

N Kelompo Obat Hewan MIDRIASIS


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus +++ ++ +++ +++ +++ +++ +++


2. 1 Propanolol Tikus ++ + ++ +++ +++ +++ +++
3. 1 Propanolol Tikus - - - ++ - - +
4. 1 Efedrin Tikus + ++ + +++ +++ - -
5. 1 Efedrin Tikus - +++ +++ - - - -
6. 1 Efedrin Tikus - + + ++ +++ ++ -
7. 2 Cendo Tikus - + ++ - ++ - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - + ++ ++ ++ + -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus + ++ + ++ + - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus + - - - - - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - - - - + -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus ++ - - - - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - - + - -
14. 3 Scopamin Tikus + - - - + - -
15. 3 Scopamin Tikus - - + - - - -

N Kelompo Obat Hewan KONSTRIKSI


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus + + ++ +++ +++ +++ +++


2. 1 Propanolol Tikus - +++ +++ +++ +++ +++ +++
3. 1 Propanolol Tikus - - - - - - -
4. 1 Efedrin Tikus + - + + + - +
5. 1 Efedrin Tikus - - - - - - +
6. 1 Efedrin Tikus - + - - + - ++
7. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - - - --
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
14. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
15. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -

N Kelompo Obat Hewan DILATASI


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus + + ++ + ++ + +++


2. 1 Propanolol Tikus + - + ++ +++ +++ +++
3. 1 Propanolol Tikus + - - + ++ + +++
4. 1 Efedrin Tikus - + - + - + -
5. 1 Efedrin Tikus - - - - + - -
6. 1 Efedrin Tikus - - ++ + + ++ +
7. 2 Cendo Tikus - - - + - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - - - + + - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - - + - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - - - + - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - + - - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - - - + - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - ++ - - ++ -
14. 3 Scopamin Tikus - - - - - - --
15. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -

N Kelompo Obat Hewan SALIVA


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus - - +++ +++ +++ +++ +++


2. 1 Propanolol Tikus - - +++ +++ +++ +++ +++
3. 1 Propanolol Tikus - - - - - + -
4. 1 Efedrin Tikus + ++ - - + +++ +++
5. 1 Efedrin Tikus - - - - - - +++
6. 1 Efedrin Tikus - - - - + + -
7. 2 Cendo Tikus - - + - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - + - - - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - - - + +
Carpine
10. 2 Aqua Tikus ++ - + - - + ++
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - + - - - ++ -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - - - + - + -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus ++ - - - - - +
14. 3 Scopamin Tikus - - - - - +++ +
15. 3 Scopamin Tikus - - - - + - -
N Kelompok Obat Hewan BERKERINGAT
5 10 15 20 30 45 60
O Coba

1. 1 Propanolol Tikus + + + + + + ++
2. 1 Propanolol Tikus + + + + + +++ +
3. 1 Propanolol Tikus - - - - - + -
4. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
5. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
6. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
7. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
14. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
15. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -

N Kelompo Obat Hewan DIURESIS


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba
1. 1 Propanolol Tikus - + - + +++ +++ +++
2. 1 Propanolol Tikus + - - + +++ ++ +++
3. 1 Propanolol Tikus - - + + + - -
4. 1 Efedrin Tikus + - + + + ++ +++
5. 1 Efedrin Tikus - - + - ++ + -
6. 1 Efedrin Tikus + - - - + +++ -
7. 2 Cendo Tikus - - - ++ - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - - - - + - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - + + - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - - - - + -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - - - - + +
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - - - - - - +
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - - - +++ -
14. 3 Scopamin Tikus - - ++ - + - -
15. 3 Scopamin Tikus - + - - ++ - -

N Kelompo Obat Hewan DIARE


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus + ++ + - - - ++
2. 1 Propanolol Tikus +++ ++ - - + ++ -
3. 1 Propanolol Tikus - - - - + - -
4. 1 Efedrin Tikus - + ++ + + - +
5. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
6. 1 Efedrin Tikus - - + + +++ - -
7. 2 Cendo Tikus - + + - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - + ++ - - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - + - +++ - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus + - + - - + -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - + - - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus - + - - - + -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
14. 3 Scopamin Tikus - - + + - - -
15. 3 Scopamin Tikus - +++ - - + - -

N Kelompo Obat Hewan MENANGIS


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus - + - - - - -
2. 1 Propanolol Tikus - - - - - - -
3. 1 Propanolol Tikus + - - - + - -
4. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
5. 1 Efedrin Tikus - - - - + - -
6. 1 Efedrin Tikus - - - - - - -
7. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - - - + - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - - - - - - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - - - - - -
Destilata

12. 2 Aqua Tikus + - - - - - -


Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - - - + - - -
14. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -
15. 3 Scopamin Tikus - - - - - - -

N Kelompo Obat Hewan TREMOR


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus - - - - +++ +++ +++


2. 1 Propanolol Tikus - - +++ +++ +++ +++ ++
3. 1 Propanolol Tikus ++ + + - +++ +++ +++
4. 1 Efedrin Tikus + - + - + +++ -
5. 1 Efedrin Tikus - - +++ +++ ++ ++ -
6. 1 Efedrin Tikus - + + +++ +++ +++ ++
7. 2 Cendo Tikus ++ - - - - - -
Carpine
8. 2 Cendo Tikus - + ++ - - - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - + + - - - -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - + - + + - -
Destilata
11. 2 Aqua Tikus - - + - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus + + - - - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus - + + ++ + ++ +
14. 3 Scopamin Tikus + + + - - + +
15. 3 Scopamin Tikus - ++ ++ - - ++ +

N Kelompo Obat Hewan GROOMING


5 10 15 20 30 45 60
O k Coba

1. 1 Propanolol Tikus - - ++ +++ +++ +++ +++


2. 1 Propanolol Tikus ++ + +++ +++ +++ +++ +++
3. 1 Propanolol Tikus - - + - - + +
4. 1 Efedrin Tikus + - +++ +++ + +++ +++
5. 1 Efedrin Tikus - - - - - - +++
6. 1 Efedrin Tikus - - - - +++ + -
7. 2 Cendo Tikus +++ - +++ - ++ - ++
Carpine
8. 2 Cendo Tikus +++ - ++ - + - -
Carpine
9. 2 Cendo Tikus - +++ - ++ - ++ -
Carpine
10. 2 Aqua Tikus - - + ++ - + +
Destilata
11. 2 Aqua Tikus +++ - - - - - -
Destilata
12. 2 Aqua Tikus + +++ - - - - -
Destilata
13. 3 Scopamin Tikus +++ + +++ +++ +++ ++ +++
14. 3 Scopamin Tikus ++ +++ - + + + +
15. 3 Scopamin Tikus + + - ++ - + -
4.2 Pembahasan
Pada Percobaan kali ini dilakukan percobaan terhadap golongan obat yang
mempengaruhi sistem saraf otonom pada hewan coba (tikus) untuk melihat
perbandingan yang diberikan oleh golongan obat yang menghambat atau merangsang
kerja sistem saraf simpatis dan kerja sisteem saraf parasimpatik. Praktikum ini juga
Bertujuan untuk mengamati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem saraf
otonom dalam mengevaluasi aktivitas obat adrenergik dan kolinergik pada hewan coba
tikus dengan berbagai pemberian obat yang berbeda untuk melihat pengaruhnya
terhadap system syaraf otonom

Macam macam perangsang saraf parasimpatik:


1. Miosis yaitu penyempitan pupil mata
2. Peningkatan motilitas lambung dan usus yang dapat menimbulkan diare pada
hewan percobaan atau rasa sakit pada abdominal.
3. Tremor dan kejang adalah gerakan yang tidak terkontrol dan tidak
terkendali pada satu atau lebih bagian tubuh Anda
4. Vasodilatasi perifer nampak warna pada pembuluh darah telinga mencit/ tikus
menjadi lebih merah.
5. Bronkokontriksi
6. Peningkatan salivasi, keringat dan air mata.
7. Diuresis karena terjadi pengecilan kantung kemih.
8. Diuresis

Maca macam Perangsangan saraf simpatis yaitu :


1. Perangsangan system saraf pusat yang akan nampak pada mencit berupa straub,
grooming yang berlebihan.
2. Midriasis yaitu pelebaran pupil mata.
3. Vasokontriksi, warna pembuluh darah telinga mencit pucat.
4. Bronkodilatasi.
5. Salivasi air liur meningkat.

Efek-Efek Yang Diamati pada hewan coba


Efek-efek yang diamati pada tikus pada percobaan ini antara lain :
1. Miosis
Miosis adalah suatu keadaan dimana pupil mengalami konstriksi atau
penyempitan pupil mata. Miosis dapatdisebabkan oleh obat tertentu dan bahan
kimia, serta didapatkan pada keadaan patologis(penyakit tertentu).Pada batas
pupil, otot polos sfingter tersusun dalam suatu pita sirkular yang memiliki
persarafan parasimpatik yang jika dirangsang menyebabkan miosis.

2. Midriasis
Midriasis adalah dilatasi (pelebaran) pupil berlebihan karena penyakit, trauma
atau obat-obatan.Biasanya, pupil melebar dalam gelap danmenyempit dalam
terang. Seorang pupil midriatik akan tetap melebar, bahkan di lingkungan yang
terang.
Permukaan iris bagian belakang adalah lapis ganda sel-sel epitelium yang
memiliki pigmen rapat. Di bagian depan epitelium berpigmen, otot polos
pendilatasi berorientasi secara radial dan dipersarafi oleh system saraf simpatik
yang menyebabkan midriasis.

3. Diare
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya
4. Tremor

Tremor adalah gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali pada satu atau
lebih bagian tubuh Anda.Tremor biasanya terjadi karena bagian otak yang
mengontrol otot mengalami masalah.

Tremor menyebabkan gemetar pada tubuh

5. Vasodilatasi
Vasodilatasi adalah pelebaran diameter pembuluh darah yang terjadi ketika otot-
otot di dinding pembuluh darah mengendur (rileks) sehingga Nampak warna pada
pembuluh darah telinga mencit atau tikus menjadi lebih merah.
6. Vasokontriksi
Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini akan mengurangi
jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh sehingga warna pembuluh darah
pada telinga mencit atau tikus menjadi pucat
7. Saliva
terjadinya peningkatan air liur, dari jumlah air liur pada biasanya
8. Keringat addalah hasil sekresi cairan tubuh yang dikeluarkan dari pori- pori kulit
tubuh.
9. Air Mata
Adanya air mata yang keluar dari mata tikus setelah diberikan obat
10. Muntah adalah proses pengeluaran makan dari lambung yang menyebabkan
makan dari lambung naik ke esophagus dan melukai dinding esophagus sehingga
makan yang ada dikeluarkan kembali melalui mulut.
11. Grooming
Grooming tampak pada hewan coba, ketika hewan tersebut tampak menggaruk-
garuk bagian tubuhnya, setelah diberikan obat

BerikutiniObat- obat yang digunakan untuk melihat efek-efek apa saja yang
terjadi pada hewan coba tikus dalam praktikum ini
a. Agonis kolinergik obat yang digunakan adalah Pilokarpin/Cendo Carpine
Pilokarpin adalah salah satu pemacu sekresi kelenjar yang terkuat pada
kelenjar keringat, air mata dan saliva.Efek-efek tersebut merupakan efek yang
ditimbulkan oleh perangsangan saraf parasimpatis.Dengan demikian diketahui bahwa
pilokarpin merupakan salah satu golongan parasimpatomimetik. Pilokarpin
merupakan agonis kolinergik yang bekerja secara langsung pada
reseptor muskarinik. Pilokarpin akan berikatan dengan reseptor
muskarinik sehingga saraf parasimpatis akan bekerja. Obat
golongan agonis kolinergik memiliki efek yang sama dengan
antagonis adrenergik. Hal ini ditunjukkan dari kesamaan efek
farmakodinamik antara data percobaan dengan tabel yaitu :
a. Pilokarpin merangsang pembentukan air liur (salivasi)yang terlihat pada
tikus 1 mengalami salivasi pada menit ke 15 ,tikus ke,-2 mengalami salivasi
pada menit ke-10,dan tikus ke-3 mengalami salivasi pada menit ke-45 dan 60.
Tikus percobaan mengalami diare pada tikus I pada menit ke 10 dan 15, pada
tikus II pada menit 10 dan 15 dan tikus III pada menit ke 15 dan 30.
b. Pada tikus 1 mengalami diueresis pada menit ke-20, tikus ke-2 pada menit ke
-30 pada tikus ketIGA PAda menit ke-20 Dan 30. Ketiga tikus mengalami
diuresis walaupun dalam jumlah yang tidak banyak, hal ini kemungkinan
terjadi karena jumlah pemberian air yang dikonsumsi sebelum pemberian obat
sedikit.
c. Terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Tikus 1 pada menit ke-
20,tikus 2 pada menit ke-20 ddan 30, tikus 3 pada menit ke-30.
d. Grooming, hal ini tampak dari tikus yang mulai terus menggaruk tubuhnya
setelah diberikan obat pada ketiga tikus. Grooming merupakan efek yang
ditimbulkan akibat adanya rangsangan saraf simpatis atau adanya pacuan
hormone adrenalin yang menunjukkan bahwa tikus mengalami stress,
anxietas, dan depresi. Tikus 1 pada menit ke -5,15,30,60. Tikus 2 pada menit
ke -5,15 dan 30.

b. Obat Antagonis Kolinergik yang digunakan adalah Scopamin


Scopamin merupakan antagonis kolinergik yang bekerja
langsung pada reseptor muskarinik (antimuskarinik). Scopamin
membantu menghalangi neurotransmitter berikatan dengan
reseptor muskarinik, sehingga efek parasimpatis dihambat (efek
simpatis didukung).
Oleh karena itu, scopamin dapat memberikan efek
grooming (efek yang didukung oleh saraf simpatis) dan
menghambat efek dieresis dan salivasi (yang didukung oleh saraf
parasimpatis). Selain itu, scopamin juga dapat melebarkan pupil
(midriasis), meningkatkan kecepatan denyut jantung, dan
merangsang vasokontriksi. Hal ini ditunjukkan dari kesamaan efek
farmakodinamik antara data percobaan dengan tabel diatas
yaitu :
a. Midriasis atau pelebaran pupil mata pada tikus, hal ini tampak dari
terlihatnya pupil mata tikus yang lebih lebar dari ukuran normal. Tikus 1
pada menit ke- 30, tikus 2 pada menit ke- 5 dan 30, tikus 3 pada menit ke-
15.
b. Denyut jantung dipercepat sehingga tubuh hewan coba menjadi gemetar
atau tremor, hal ini diketahui karena waktu tubuh tikus dipegang terasa
denyut jantung tikus berdetak dengan cepat, lama kelamaan tubuh tikus
menjadi tremor atau gemetar.
c. Diare ,pada tikus 1 tidak engalami diare, tikus 2 pada menit -15 dan 20, dan
pada tikus 3 pad menit ke-10 dan 30.Efek saraf simpatis adalah menghambat
gerak peristaltik, namun terjadi kontraksi rectum sehingga pada tikus 2 dan
3 mengalami BAB. Karena tikus dipuasakan dan hanya diberikan air, maka
ketika terjadi kontraksi rectum, zat-zat yang tertumpuk pada rectum akan
keluar, karena lebih banyak volume air yang diminum dibandingkan dengan
makanan yang dikonsumsi, sehingga feses tikus yang keluar dalam bentuk
cair, sehingga tikus mengalami diare. Tikus 1 yang tidak mengalami diare
mungkin disebabkan karena kurangnya konsumsi air dan makanan.
d. Saliva, keringat dan air mata yang keluar hanya sedikit. Tikus 1 pada menit
ke-5 dan 60, tikus 2 pada menit ke- 45 dan 60 dan tikus 3 pada menit ke-30.
e. Grooming, hal ini tampak dari tikus yang mulai terus menggaruk tubuhnya
setelah diberikan obat. Grooming merupakan efek yang ditimbulkan akibat
adanya pacuan hormone adrenalin yang berlebihan, diakibatkan karena tikus
mengalami stress dan depresi. Tikus 1 pada menit ke- 5,10,15,20,30,40,dan
60, tikus 2 pada menit ke -5,10,20,30,45,60, tikuus 3 pada menit ke-
5,10,20,30,45,60.
Walaupun waktu efek obat yang dihasilkan berbeda tiap tikus, namun semua
tikus mengalami efek yang sama yaitu midriasis, tremor, mengalami diare, saliva,
keringat dan air mata yang keluar hanya sedikit, dan grooming. Hal ini disebabkan
karena obat scopamin menghambat efek parasimpatis, sehingga
meningkatkan efek kerja dari saraf simpatis.
c. Obat Antagonis Adrenergik yang digunakan adalah Propanolol
Efek obat propanolol yaitu midriasis, salivasi, diuresis, Vasodilatasi, tremor,
grooming, vasokonstriksi, dan berkeringat.Obat propanolol meruapakan obat
yang memiliki khasiat mengambat kecepatan konduksi impuls.Obat ini
mempunyai efek yang sangat kecil, yang tidak perlu dikawatirkan pada reseptor
muskarinik tetapi dia dapat mendekat beberapa reseptor seratonik didalam
otak.Obat propanolol merupakan antagonis adrenergik yaitu obat-obat yang
kerjanya menghambat kerja atau efek dari neurotransmitter utama yaitu nor-
epinefrin.Efek yang dihasilkan yaitu memperlambat denyut jantung yang di
perlihatkan dengan telinga membesar pada mencit.Propanolol adalah prototipe
obat penyakit.Memiliki bioavailabilitas rendah dan tergantung dosis sebagai
akibat metabolisme lintas pertama yang ekstensif di dalam hati.Obat ini
mempunyai efek yang sangat kecil yang tak perlu di khawatirkan pada reseptor
dan muskarinik. Tetapi ia dapat menyekat beberapa reseptor serotonin di dalam
otak.
d. Obat agonis adenergik yang adalah Efedrin HCl
Cara kerja efedrin HCl adalah menstimulasi reseptor alfa dan beta,
menghasilkan relaksasi otot halus di bronkus dan gastrointestinal.Sehingga
menyebabkan:
1. peningkatan detak jantung,tikus 1 pada menit ke-5,15,20,30,60,
tikus 2 pada menit ke- 60, tikus 3 pada menit ke-10,30,60.
2. meningkatkan kardiak output.
3. meningkatkan tekanan darah.
4. dilatasi pupil(midriasis). Tikus 1 pada menit ke-5,10,15,20,dan 30,
tikus 210 dan 15 , tikus 3 pada meenit ke-10,15,0,30, dan 45.
e. Aquadest

Efek yang paling banyak muncul setelah memberikan aquadest yaitu:

1. diuresis,tikus 1 pada menit ke-45, tikus 2 pada menit ke-45 dan 60, tikus 3
pada menit ke- 60.
2. grooming, tikus 1 pada menit ke-15,20,45,dan 60, tikus 2 pada menit ke- 5,
tikus 3 Pada ment ke 5, daN 10.
3. diare, Tikus 1 pada menit ke-5,15 dan 45, tikus 2 pada menit ke-10, tikus 3
pada menit ke- 10 dan 45.
4. Salivasi, tikuus 1 pada menit ke 5,15,45,dan 60, tikus 2 pada menit ke-
10,dan 45, tikus ke 3 pada menit ke- 20,dan 45.

Efek yang paling banyak muncul adalah salivasi karena aquadest merupakan
senyawa golongan normal sehingga hanya memberikan efek salivasi dan diuresis
pada tikus karena tikus yang kekenyangan air.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Efek farmakologi yang muncul pada hewan uji tikus setelah diberikan obat
Pilokarpin/Cendo Carpine yaitu midriasis, diuresis, grooming, salivsi, tremor, dan
diare. Efek-efek tersebut merupakan efek yang ditimbulkan oleh perangsangan
saraf parasimpatis. Dengan demikian diketahui bahwa pilokarpin merupakan salah
satu golongan parasimpatomimetik
2. Efek farmakologi yang muncul pada hewan uji tikus setelah diberikan
obatScopaminyaitumiosis, salivasi, diuresis, tremor, vasokontriksi, grooming.
Scopamin merupakan suatu golongan parasimpatik litikum
3. Efek yang paling banyak muncul setelah memberikan obat propanolol yaitu
midriasis, salivasi, diuresis, Vasodilatasi, tremor, grooming, vasokonstriksi, dan
berkeringat.
4. Efek yang paling banyak muncul setelah pemberian efedrin HCl yaitu midriasis,
salivasi, diuresis, tremor, dan grooming.
5. Efek yang paling banyak muncul setelah memberikan aquadest yaitu: diuresis,
grooming, diare, dan salivasi. Efek yang paling banyak muncul adalah salivasi
karena aquadest merupakan senyawa golongan normal sehingga hanya
memberikan efek salivasi dan diuresis pada tikus karena tikus yang kekenyangan
air.
5.2 Saran
Dosen: kepada dosen pengampu dapat menggunakan atau mengantikan golongan obat
ssp yang lainnya.
Laboran : kepada laboran lebih memperhatikan kebersihan laboraurium.
Kepala laboratorium : kepala laboran Sebaiknya memperhatikan bahan-bahan atau
alat-alat yang sudah rusak di dalam laboratorium agar praktikum dapat berjalan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andini Meiana dwi,S.Si.,Apt.2013. Dasar-dasar Farmakologi.Jakarta :KementerianPendidikan


dan Kebudayaan

Akbar budhi.2010.Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai bahan
Antifertilitas.Jakarta :Adaba Press

Dermawan, deden.2015.Farmakologi untuk keperawatan.Yogyakarta :Gosyen Publishing

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2013.Obat-obat penting.Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo

https://nunabanun.wordpress.com/tag/pemeriksaan-mata/

http://www.alodokter.com/diare

http://www.alodokter.com/kenali-tremor-dan-penyebabnya

http://menurutparaahli.com/tag/vasokonstriksi-adalah/
LAMPIRAN
Perhitungan dosis

Obat Propanolol 10 mg
Dosis obat untuk tikus = Dosis untuk manusia x faktor konfersi
= 10mg x 0,018
= 0,18 mg
Berat tablet yang ditimbang = Dosis untuk tikus
x Berat tablet
Dosis etiket
= 0,18 mg
x 0,10 gr
10 mg
= 0,0018 gr
4 ml
= 0,00045 gr/ml

Pengenceran 100 ml = 0,0018 gr


x 100 ml
4 ml
= 0,045 gr
= 45 mg
Volume pemberian untuk tikus = 175 gr
x 4 ml
200 gr
= 3,5 ml
Pengenceran 100 ml =
Caranya : ambil 0,45 gr + air 10 ml
1 ml + air 100 ml3,5 untuk tikus
Obat Efedrin 25 mg
Dosis obat untuk tikus = Dosis untuk manusia x faktor konfersi
= 25 mg x 0,018
= 0,45 mg
Berat tablet yang ditimbang = Dosis untuk tikus
x Berat tablet
Dosis etiket
= 0,45 gr
x 0,13 gr
25 mg
= 0,00234 gr
4 ml
= 0,000585 gr/ml

Pengenceran 100 ml = 0,00234 gr


x 100 ml
4 ml
= 0,0585 gr
= 58,5 mg
Volume pemberian untuk tikus = 175 gr
x 4 ml
200 gr
= 3,5 ml
Pengenceran 100 ml =
Caranya : ambil 0,585 gr + air 10 ml

1 ml + air 100 ml

3,5 untuk tikus

Cendo Carpine

Dosis obat untuk Tikus = Dosis Manusia FK

= 5 mg 0,018

= 0,09 mg

0.09mg
Berat Volume Obat = 50 mg 5 ml

= 0,009 ml

0,009ml
Pengenceran = 1000 ml
4

= 2,25 ml
Buat 2,25 ml + 10 ml

1ml 100 ml

2,6 ml untuk tikus 130 g

130 g
Volume Pemberian = 4
200 g

= 2,6 ml
Obat Skopamin
Scopamin tablet
Berat obat Scopamin 10 mg adalah 0,18 g
X o,18 g = 180 mg
Dosis untuk tikus : Dosis manusia x FK
:10 mg x 0,018
= 0,18
Berat tablet yang ditimbang untuk tikus= Dosis untuk tikus x berat tablet
Dosis etiket
= 0,18 mg x 180 mg
10 mg
= 3,24 mg
Dilakukan pengenceran = 3,24 mg x 100 ml
4ml
= 81 mg atau 0,08 gram
Volume pemberian Tikus = 175 g x 4 ml
200 g
= 0,875 x 4 ml
= 3,5 ml
Pembuatan Suspensi
1. Pembuatan kontrol negatif
a. Dibuat suspensi PGA 1%
b. PGA ditimbang 1gr
c. Aquadest diambil sebanyak 50ml
d. PGA digerus dalam mortir dengan ditambahkan suspensi sebanyak 50ml
2. Pembuatan sediaan obat
1. Efedrin HCl
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis untuk menentukan berapa jumlah
obat yang harus diambil (ditimbang).
c. Caranya ditimbang 0,0585 gr obat, kemudian dimasukan dalam mortir dan
diecerkan dengan suspensi PGA ad 100ml.
d. Setelah homogen sediaan obat siap digunakan.
2. Skopamin
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis untuk menentukan berapa jumlah
obat yang harus diambil (ditimbang)
c. Caranya ditimbang 0,08gr obat, kemudian dimasukan dalam mortir dan
diecerkan dengan suspensi PGA ad 100ml.
d. Setelah homogen sediaan obat siap digunakan
3. Propanolol
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis untuk menentukan berapa jumlah
obat yang harus diambil (ditimbang)
c. Caranya ditimbang 0,045 gr obat, kemudian dimasukan dalam mortir dan
diecerkan dengan suspensi PGA ad 100ml.
d. Setelah homogen sediaan obat siap digunakan

Deskripsi obat

- Aqua Destilata
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Nama lain : air suling
Sisa penguapan : tidak lebih dari 0,001% b/v, penguapan dilakukan di atas tangas air
hingga kering
Rumus : H2O

- Pilokarpin hidroklorida
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : wadah tertutup dan terlindung dari cahaya
Khasiat : parasimpatomimetikum; miotikum

- Efedrin hidroklorida
Pemerian : hablur putih/serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air
Penyimpanan : wadah tertutup dan terlindung dari cahaya
Khasiat : simpatomimetikum

- Propanolol hidroklorida
Pemerian : serbuk putih atau hamper putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Khasiat : antiadrenergikum

- Skopolamin Hidrobromida
Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau , sangat pahit
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 2 bagian air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup, dan terlindung dari cahaya matahari
Khasiat : parasimpatolitikum, sedativum

- PGA
Nama Resmi : Pulvis Gummi Acaciae
Nama Lain : serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian : Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan
sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti
mucillago, tidak berwarna atau kekuningan, kental, lengket, transparan, berifat asam
lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Zat tambahan

Deskripsi hewan coba


Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus

- Perilaku hewan coba


Tikus putih tenang.Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran manusia
di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus akan
menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang

- Karakteristik
Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Lama Bunting : 20-22 hari.
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
Umur dewasa : 40-60 hari.
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina).
Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari.
Lama estrus : 9-20 jam.
Perkawinan : Pada waktu estrus.
Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
Jumlah anak : Rata-rata 9-20.
Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan
Foto Praktikum

grooming

diare
diuresis
salivasi

tremor

Anda mungkin juga menyukai