I. Outline
1. Sistem sumber panas
2. Insulasi Termal
3. Tahanan Panas
4. Tahanan Kontak Termal
5. Konduktivitas Termal
II. Pembahasan
SISTEM SUMBER PANAS
Pada beberapa sistem, ada materi yang menghasilkan panas dari dalam sistemnya.
a. Plat datar dengan sumber panas
T = Tw saat r = R
Dengan persamaan kalor yang hilang pada permukaan sebesar
INSULASI TERMAL
Insulasi termal (isolasi termal, isolasi panas) adalah metode atau proses yang digunakan
untuk mengurangi laju perpindahan panas/kalor. Panas atau energi panas (kalor) bisa
dipindahkan dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi atau ketika terjadi perubahan
wujud. Bahan yang digunakan untuk mengurangi laju perpindahan panas itu disebut isolator
atau insulator. Panas dapat lolos meskipun ada upaya untuk menutupinya, tetapi isolator
mengurangi panas yang lolos tersebut. Kemampuan insulasi suatu bahan diukur dengan
konduktivitas termal (k). Konduktivitas termal yang rendah setara dengan kemampuan
insulasi (resistansi termal atau nilai R) yang tinggi. Dalam teknik termal, sifat-sifat lain suatu
bahan insulator atau isolator adalah densitas () dan kapasitas panas spesifik (c).
Sistem insulasi dibutuhkan dalam dunia industri sebagai safety dan juga dilakukan
untuk penghematan energi. Sebagai contoh, untuk suatu sistem dengan temperatur yang
ekstrim, pencegahan kerugian akibat bersentuhan dengan lingkungan dapat dilakukan dengan
membuat perencanaan untuk terjadinya perpindahan panas dari atau ke sistem terhadap
lingkungannya. Pada personal protection (perlindungan pribadi), insulasi yang dipasang harus
dapat mencegah terjadinya bahaya terhadap orang yang menyentuh sistem/alat yang panas
tersebut, dimana pada umumnya didesain dengan suhu tidak lebih dari 140F (60C).
TAHANAN TERMAL (R)
Tahanan termal (R = resistansi termal) digunakan untuk menyatakan kemampuan
suatu bahan dalam menghambat aliran kalor. Tahanan termal merupakan perbandingan antara
ketebalan suatu bahan dengan konduktivitas termal bahan tersebut. Secara matematis bisa
dirumuskan sebagai berikut :
T
R=
Q
Keterangan :
R = tahanan alias hambatan termal
Q = konduktivitas termal
T = temperature
Semakin tinggi nilai R, semakin baik kinerja termal dan retensi panas dari bahan tersebut.
Satuan tahanan termal adalah C m2/W atau F ft2 h/Btu
Gambar : Ilustrasi Efek Tahanan Kontak termal: (a) Situasi Fisik; (b) Profil Temperatur
dimana 1/hc A disebut dengan tahanan kontak termal (Rc) dan hc disebut dengan koefisein
kontak (contact coefficient).
Mekanisme fisik dari resistansi/tahanan kontak dapat dimengerti lebih jauh dengan
mengamati sebuah sambungan (joint) dengan lebih detail, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5. Kekasaran permukaan yang sebenarnya dilebih-lebihkan pada gambar 5 untuk
pemahaman lebih lanjut. Tidak ada sebuah permukaan yang benar-benar halus, dan kekasaran
permukaan yang sebenarnya dipercayai memiliki pengaruh dalam menentukan resistansi
kontak. Terdapat dua kontribusi utama terhadap perpindahan panas pada sambungan:
1. Konduksi padat ke padat pada titik-titik kontak.
2. Konduksi melalui gas yang terperangkap pada ruang kosong (void space) yang
terbentuk karena kontak.
Faktor kedua diyakini mewakili resistansi terhadap aliran panas, karena konduktivitas termal
dari gas yang cukup kecil dibandingkan dengan padatan.
Gambar 5. Model Kekasaran dari Sebuah Sambungan untuk Analisis Tahanan Kontak Termal
Rumus untuk aliran panas dan koefisien kontak (hc) pada sambungan adalah sebagai berikut:
dimana Lg adalah ketebalan dari ruang kosong (void space), Ac adalah luas kontak, Av
adalah luas void, A adalah luas penampang total dari batang, dan kf adalah konduktivitas
termal untuk fluida yang mengisi ruang kosong tersebut.
Berdasarkan model fisik, untuk sementara dapat disimpulkan:
1. Resistansi kontak seharusnya bertambah dengan adanya penurunan dalam tekanan gas
ambien ketika tekanan diturunkan di bawah nilai dimana mean free path dari molekul-
molekul adalah besar dibandingkan dengan dimensi karakteristik dari ruang kosong, oleh
karena konduktansi termal dari gas yang terperangkap akan turun pada kondisi ini.
2. Nilai resistansi kontak seharunya turun apabila terjadi kenaikan tekanan pada
sambungan, oleh karena hal tersebut menyebabkan deformasi dari titik-titik pada permukaan
kontak, sehingga menciptakan bidang kontak yang lebih besar antara padatan.
KONDUKTIVITAS TERMAL (k)
Konduktivitas termal merupakan fenomena transport ketika terdapat perubahan
temperature menyebabkan transfer energi termal dari suatu daerah panas ke daerah lain yang
lebih rendah suhunya hingga terjadi keseimbangan termal. Keseimbangan panas terjadi
apabila panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan dengan panas yang
disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya. (Donald,1997)
Dalam penyelidikan konduktivitas termal, jumlah panas yang dikonduksikan melalui
material per satuan waktu, di rumuskan dengan:
Q K AT
=
T x
K A T
H=
x
Dimana :
H: laju aliran panas
K: nilai konduktivitas termal
A: luas penampang
T: perubahan panas
x: panjang material
Bila garis dari aliran panas adalah pararel maka gradient temperature pada setiap penampang
sama. Beberapa nilai konduktivitas material dan aplikasinya.
Daftar Pustaka
Cengel, Yunus A. dan Afshin J. Ghajar. 2015. Heat and Mass Transfer: Fundamentals &
Applications. Edisi 5 in SI Units. New York: McGraw-Hill.
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. Edisi 10. New York: McGraw-Hill.
www.staff.uny.ac.id [diakses pada : 25 Februari 2017]
Lampiran
Lampiran 1. Jenis Insulasi dan Aplikasinya
Lampiran 2. Konduktasi Kontak untuk Beberapa Permukaan Khusus