Beberapa fungsi obat-obatan 1. Menyesuaikan ketidakseimbangan yang terjadi dalam tubuh karena berbagai faktor 2. Menghentikan atau memperlambat pertumbuhan yang tidak diharapkan. Suatu komponen dapat dikatakan sebagai obat jika memiliki efek yang mampu diproduksi kembali dalam tubuh. Obat bekerja dengan cara meniru atau menghalangi reseptor bekerja. Untuk mampu bekerja secara maksimal, obat harus mampu mencapai target dalam jumlah yang sesuai. Sebelum mencapai target, obat akan melewati beberapa tahap dalam tubuh dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda (misalnya : perbedaan pH di lambung dan usus), sehingga obat harus mampu menyesuaikan diri sebelum sampai ke target, sehingga jumlah obat yang sampai ke target sesuai dengan yang dibutuhkan. Therapeutic window adalah dosis minimum yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek yang diinginkan, tetapi jika jumlahnya bertambah obat tersebut dapat menjadi toksik bagi tubuh. Pada gambar Lampiran 1, terlihat bahwa dosis obat yang terlalu tinggi akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Obat harus dikontrol karena cara kerja obat yang berbeda-beda, fleksibel dan saling tumpang-tindih. Sistem coating obat-obatan 1. Masa Permulaan : Awalnya sistem coating untuk obat dilakukan menggunakan pil keratin (1893). Jenis yang digunakan adalah phenyl salicylate. Beberapa kekurangan sistem ini adalah : a. Obat menjadi terlambat berproses saat di esophagus b. Obat susah untuk larut atau luluh 2. Wax Coating : Obat-obatan dicoating menggunakan Gliserida karena beberapa alasan, yaitu non polar dan lebih efektif. Sistem ini akhirnya dihentikan saat ditemukan ketidaksesuaian proses di dalam usus saat wax masuk ke dalam sistem. 3. Polimer : Sistem yang paling banyak digunakan terutama setelah dimodifikasi dalam bentuk pil. Beberapa alasan perilisan obat harus dikontrol adalah untuk meningkatkan hasil yang diberikan, melindungi obat dari eliminasi yang terlalu cepat, memaksimalkan kinerja obat di targetnya sementara di sisi lain meminimalkan akibat yang ditimbulkannya di tempat lain. Mekanisme Perilisan Obat Berikut ini akan dibahas perilisan obat pada beberapa sistem dalam tubuh : 1. Usus : Sebelum masuk ke usus yang memiliki pH netral dan cenderung basa, obat akan melewati lambung yang memiliki pH asam. Sehingga diperlukan sistem yang tidak larut dalam asam, namun larut dalam keadaan netral. Dalam kondisi ini diperlukan coating dengan polimer bermassa tidak terlalu rendah (mudah larut) ataupun terlalu tinggi (menjadi gel) 2. Polipeptida : Perilisan obat di polipeptida tergolong sulit karena kondisi lingkungannya yang tidak mendukung. 3. Kulit : Sistem perilisan yang baik harus mampu menembus lapisan-lapisan kulit. 4. Hormon reproduksi : Memperkenalkan ”The Norplant System”. Obat akan dimasukkan ke dalam kapsul (terbuat dari silicon) yang diletakkan di bawah jaringan kulit. 5. Regional Drug Delivery : Obat didistribusikan langsung ke jaringan yang menjadi target. Contohnya adalah polimer yang diletakkan di dekat lokasi tumor otak. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakkan jaringan yang tidak menjadi target. 6. Nanopartikulat :Pada level Nano, akan lebih mudah untuk mendistribusikan obat langsung ke target.
Proses Difusi Perilisan Obat
Proses difusi memegang peran penting dalam perilisan obat. Tingkat difusi yang terjadi dalam tubuh dapat dihitung secara kuantitatif, menurut : 𝜕𝐶 𝐽 = −𝐷 𝜕𝑥 Dengan asumsi bahwa pelarut tidak turut larut dalam proses yang terjadi. Menurut turunan rumusnya, dapat disederhanakan menjadi : 𝜕𝐶 𝜕𝐶2 =𝐷 𝜕𝑡 𝜕𝑡 Tingkat difusi ini dapat dihitung jika keadaan awal dan keadaan batas diketahui.
Swelling Controlled Frug Delivery System
Koefisien difusi menandakan tingkat mobilitas obat di dalam material. Sistem perilisan obat dengan materi yang mampu mengembang, dilakukan pada materi yang memiliki sifat hidrofilik. Sistem ini digunakan untuk meningkatkan mobilitas molekul obat (meningkatkan relaksasi dari rantai polimer). Proses ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : difusi air dan relaksasi rantai polimer. Tahap proses ini adalah : Saat polimer mampu larut dalam air, maka air akan masuk ke dalam sistem. Kejadian ini memicu polimer untuk terurai. Penguraian polimer ini mengakibatkan ruang gerak material menjadi lebih besar dan mobilitas molekul pun meningkat. Akan tetapi jumlah air yang terlalu banyak pun akan merusak sistem obat karena penguraian obat terjadi terlalu luas. Dapat dilihat pada Lampiran 2.
Daftar Pustaka Siepmann, Juergen. etc. 2012. Fundamentals and Applications of Controlled Release Drug Delivery. London. Springer Wilson, Clive G. etc. 2011. Controlled Release in Oral Drug Delivery. London. Springer. Lampiran
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu