Psikiatri II Simtomatologi
Psikiatri II Simtomatologi
FK UNDIP SEMARANG
DAFTAR ISI
I : PERSEPSI 1
II: PROSES BERFIKIR 6
III : KEADAAN AFEKTIF DAN REAKSI EMOSIONIL 14
IV : SIKAP DAN TINGKAH LAKU 23
V : KESADARAN 27
VI : ORIENTASI 31
VII : KONTAK PSIKIK 33
VIII : PERHATIAN 34
IX : DAYA INGATAN 35
X : INTELEK DAN INTELEGENSI 39
XI : EKSPRESI, KARANGAN TULISAN DAN GAMBARAN 41
XII : INSIATIF 42
XIII : DAYA KONSENTRASI 43
XIV : PENDAPAT 44
XV : PENGERTIAN TENTANG DIRINYA SENDIRI 46
XVI : INSTINK DAN DORONGAN INSTINKTUIL 47
XVII : SINDROMA-SINDROMA PSIKIATRI 50
I PERSEPSI
Ilusi
Ilusi adalah suatu persepsi panca-indera disebabkan adanya rangsang panca
indra yang ditafsirkan salah. Dengan lain perkataan adanya interpretasi yang salah dari
suatu rangsang panca indra.
Sebagai missal, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat
menginterpretasi suara bergerak daun-daun sebagai suara yang mendekatinya.
Ilusi sering terdapat pada :
- Keadaan afektif yang luar biasa
- Keinginan yang luar biasa
- Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak
Pada keadaan bingung karena intoksikasi, baik disebabkan oleh karena racun
maupun infeksi, persepsi dapat di interpretasi salah, karena rangsang sensorik dan
kesan-kesan tidak diubah dan di integrasi secara baik di dalam otak. Ilusi demikian
biasanya kurang berarti, dibandingkan dengan ilusi yang terjadi dengan kesadaran
penuh.
Ada 5 jenis ilusi :
- Visual
- Akustik
- Olfaktorik
- Gustatorik
- Taktil
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca-indera tanpa rangsang pada reseptor-reseptor
panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa objek.
Halusinasi merupakan suatu gejala psikiatrik yang gawat (serius). Individu
mendengar suara tanpa adanya rangsang akustik. Individu melihat sesuatu tanpa
adanya rangsang pada mata, membau sesuatu tanpa adanya rangsang pada indra
penciuman. Gejala halusinasi pada umumnya merupakan suatu gejala psikotik,
halusinasi pendengaran sering dijumpai pada skizofrenia, sedangkan halusinasi visual
sering dialami pada penderita dengan psikosa yang akut.
Menetapkan gejala halusinasi adalah penting sekali, akan tetapi lebih penting
lagi ialah menduga proses dinamik yang menjadi dasar dari halusinasi itu, agar kita
dapat memahami secara lebih mendalam, konflik yang dialami oleh penderita tersebut.
Halusinasi dapat pula terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi
pada waktu antara waktu tidur dan waktu bangun hal ini kita sebut halusinasi
hypnagogik.
Pada orang normal dapat pua timbul halusinasi dan ilusi dengan pemberian
obat-obatan misalnya :
Mescaline atau d-lysergic acid diethylamide 35 (L.S.D)
1. Halusinasi pendengaran (akustik)
Halusinasi ini sering kali berbentuk :
- Akoasma : suara-suara yang kacau balau yang tak dapat dibedakan secara
tegas.
- Phoneme : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari
manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat tertentu.
Halusinasi akustik merupakan gangguan persepsi yang paling sering kita
jumpai.
Kadang-kadang halusinasi berupa bermacam-macam suara, tetapi
kebanyakan berupa kata-kata yang sedikit membentuk kalimat. Biasanya
kalimat-kalimat itu berisi kata-kata yang ssaling berhubungan atau yang
dialamatkan (ditujukan) kepada penderita. Penderita dapat berbicara atau
bertengkar dengan suara itu. Oleh penderita dikatakan bahwa suara itu
bersumber/berasal dari salah satu bagian tubuhnya atau datang dari jauh.
Kadang-kadang isi perkataan menyenangkan, tetapi biasanya tidak
menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh. Kata-kata yang
tidak menyenangkan ini merupakan proyeksi dari aspek kepribadian yang
tidak diinginkan atau harapan yang tidak diijinkaan masuk ke dalam alam
sadar dalam bentuk semula.
Halusinasi yang menyangkut perintah, biasanya meyakinkan dan
memaksa. Karenanya dapat mengakibatkan perbuatan langsung dan
berbahaya. Pengaruhnya demikian besar sehingga penderita tidak banyak
memperhatikan kenyataan disekelilingnya.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Dijumpai tidak sebanyak gangguan halusinasi visual dibandingkan
halusinasi akustik. Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut.
Secara khas banyak dijumpai pada keadaan delirium oleh karena penyakit
infeksi akut atau psikosa organic. Gangguan terjadi pada gangguan otak yang
akut dan reversible.
Halusinasi visual leibh sering menimbulkan ketakutan pada penderita
dibandingkan dengan halusinasi akustik.
Pada keadaan delirium tremens, terjadi halusinasi visual dengan kesan
yang sangat menakutkan dan sangat menggelisahkan.
Halusinasi visual yang tak jelas bentuknya dijumpai pada kelainan dari
cortex cerebri, sedangkan halusinasi visual dengan bentuk yang jelas dan
kejadian-kejadian yang kompleks didapatkan pada kelainan cortex temporo-
parietal, diperkirakan pada bagian yang dominan.
3. Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Sering didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari lobus
temporalis. Halusinasi olfaktorik sering tidak menyenangkan dan tidak disukai.
Timbul sifat penolakan dan merupakan gambaran dari perasaan bersalah.
4. Halusinasi gustatorik (rasa lidah/pengecap)
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-
sama dengan halusinasi olfaktorik. Ilusi gustatorik lebih sering dijumpai.
5. Halusinasi (taktil) perabaan
Sering dijumpai pada keadaan toksik, misalnya delirium tremens dan juga
pada adiksi kokain.
6. Halusinasi heptik
Ini merupakan suatu persepsi, dimana seolah-olah tubuh sendiri
bersentuhan/bersinggungan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain.
Sering kali halusinasi haptik ini bercorak seksual.
7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya,
mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Sering dijumpai pada
skizofrenia dan keadaan-keadaan toksik. Juga pada keracunan mescalin,
psilocybin dan d-LSD-25.
8. Halusinasi autoskopi, heatoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya dihadapannya
II PROSES BERPIKIR
Proses berfikir ialah suatu proses intra-psikik yang meliputi pengolahan dari
berbagai fikiran dan faham dengan jalan membayangkan, mengkhayalkan, memahami,
membandingkan dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan paham baru.
Bagi manusia, proses berpikir ini merupakan suatu hal yang sangat penitng,
karena melalui proses berpikir itulah terjadi pengolahan dari pada berbagai siasat untuk
menentukan sikap dan tingkah laku kemudian.
Karena itu, proses berfikir dapat disebut sebagai usaha persiapan untuk
perbuatan kemudian. Proses berfikir dianggap sebagai suatu bentuk : tre-psikik dari
perbuatan manusia, dan oleh karena itu dianggap sebagai bentk integrasi yang tertinggi
pada manusia.
Di dalam proses berfikir itu diolah segala pengaruh dan kesan, serta pengalaman
yang pernah diperoleh manusia, baik dalam interaksi psiko-sosial maupun yang bersifat
konstitusi atau organo-biologik, sehingga terjelmalah suatu bentuk yang lebih kompleks,
lebih integrative dan bertaraf lebih tinggi
Dalam memperhatikan proses berfikir seseorang kita perhatikan :
a. Bentuk pikiran
b. Progresi/kelancaran/arus fikiran
c. Isi pikiran
Pada umumnya pengertian tentang emosi dan afek ini, dicakup dalam arti alam
perasaan. Dalam pemeriksaan psikiatri penilaian dan pemastian tentang alam
perasaan ini sangat penting oleh karenanya kita harus hati-hati, agar penderita dapat
melahirkan segala apa yang ada dalam alam perasaannya.
Reaksi emosionil
Ini berarti suatu corak perasaan yang sifatnya dapat berkembang dan surut,
serta dapat terjadi dalam waktu yang relative pendek. Tak jarang corak perasaan ini
dilahirkan secara keras, dan mengandung pula segi fisik, disamping bersifat psikik.
Biasanya reaksi emosionil ini mengadung komponen fisik, misal :
- Adanya kenaikan tekanan darah
- Keluarnya keringat yang berlebihan
- Bergeraknya otot-otot mimic dan otot-otot yang lain
- Peristaltic usus dan lambung meningkat
- Dilatasi pembuluh darah pada muka kepala (muka merah)
- Konstriksi pembuluh darah muka kepala (muka pucat)
Macam-macam gangguan dari keadaan afektif :
1. Hyperthymia
a. Euphoria
b. Eksaltasi
c. Ekstase
d. Maniacal/manic
2. Hypothymia
3. Poikilothymia
4. Parathymia
5. Tenson
6. Anxiety (cemas)
7. Panick
8. Ambivalensi
9. depersonalisasi
penilaian dari reaksi emosionil :
1. stabilitas
2. pengendalian
3. sunguh-sungguh atau tidak (serius atau tidak)
4. dalam dan dangkalnya
5. skala deferensiasi
6. empati
7. arus emosi
1. Hyperthymia
Disebut juga keadaan afektif yang meninggi. Ini berarti, bahwa penderita
memperlihatkan suatu keadaan afektif yang gembira diluar batas, seolah olah
ia berbesar hati tanpa sebab-sebab yang objektif atau jelas.
a. Euphoria
Ini berarti suatu keadaan kegembiraan, kesejahteraan,
kebahagiaan yang abnormal. Setidak-tidaknya, kegembiraan yang
diperlihatkan yang bersangkutan itu tidak cocok dengan factor objektif
yang ada pada individu tersebut. Misalnya, penderita dengan kondisi
badan yang sangat buruk, memperlihatkan suatu kegembiraan yang luar
biasa, ia menganggap enteng segala sesuatunya, malahan mencoba
untuk menggembirakan hati orang-orang yang merasa khawatir tentang
dirinya.
b. Eksaltasi
Suatu keadaan, dimana penderita mempunyai suatu keyakinan diri
yang amat berlebihan, dan seringkali dinyatakannya atau terpusat pada
pikiran-pikiran kebenaran tertentu tentang dirinya.
c. Ekstase
Suatu keadaan, dimana penderita memperlihatkan seolah-olah ia
sedang mengalami suatu kenikmatan yang mendalam sekali. Penderita
seolah-olah dapat merasa terlepas dari dunia fana ini. Ia melambung
tinggi dan meningkat pada suatu kehidupan yang bertaraf lebih tinggi dan
nikmat sekali. Bila penderita sudah normal kembali pada keadaan biasa,
ia masih juga mengenangkan kembali rasa ekstrasenya itu.
d. Maniacal/manic
Suatu keadaan afektif yang serba berlebihan. Perbuatan, pikiran
dan perasaan penderita berlebihan, jauh di luar batas normal. Disebutkan
bahwa, pikiran, perasaan-perasaan mengalami over produksi. Penderita
menganggap segala sesuatu serba enteng dan seringkali berusaha untuk
meyakinkan orang lain tentang kegembiraan hidupnya.
2. Hypothymia
Disebut juga keadaan afektif yang merendah. Ini berarti, bahwa penderita
memperlihatkan hambatan di segala bidang aktivitasnya, baik pikiran, perasaan
maupun perbuatannya. Gambaran yang Nampak adalah keadaan depresi.
Walaupun demikian penderita seringkali dikuasai oleh suatu perasaan
kegelisahan yang memuncak dan sangat tegang.
3. Poikilothymia
Disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah. Sangat jarang dijumpai.
Keadaan afektif penderita berubah-ubah dari suatu keadaan kegembiraan
kepada keadaan lain yang menunjukkan kegelisahan umum atau suatu keadaan
kesedihan.
4. Parathymia
Keadaaan afektifnya yang tak sesuai dengan lingkungan yang
sebenarnya, malahan sering bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
Misalnya menceritakan kematian ibunya dengan tertawa.
5. Tension
Selalu ada perasaan tertekan, baik tertekan perasaannya, maupun
merasakan tekanan pada otot-ototnya. Penderita merasa tidak tenang, tidak
puas, seolah-olah menunggu bahaya atau persoalan yang tidak menyenangkan.
Roman muka menggambarkan perasaan tertekan tersebut, tegang dan sering
disertai dengan tremor pada jari-jari tangan, selalu tergopoh-gopoh dalam
tindakannya. Penderita merasa kurang daya konsentrasinya, perasaan tidak
enak di kepala dan dirasakan susah bernafas.
Tension biasanya terdapat pada orang yang tidak dapat mengambil
keputusan di antara keinginan-keinginan yang bertentangan. Juga dalam usaha
untuk memperoleh keamanan jika apabila merasa jiwanya sedang tertekan.
Biasanya tension ini berasal dari factor faktor sadar dan tak sadar.
6. Anxiety (cemas)
Adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-olah
terus mengancam, yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan
penderita saja.
Perasaan cemas ini berasal dari perasaan tidak sadar atau impuls yang
berada di dalam kepribadian sendiri, jadi tak berhubungan dengan objek yang
nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Penderita sendiri tahu akan asalnya
perasaan kecemasan itu.
Kecemasan itu biasanya timbul, jika suatu perasaan yang tidak enak
ditekan dan penderita menjadi takut, dapat juga berasal dari perasaan tidak
puas, perasaan tidak aman dan juga timbul dari pertentangan pertentangan
antara penderita dengan sekitarnya. Perasaan cemas ini sering pula disertai
dengan berbagai tindakan pembelaan diri, misalnya lekas tersinggung, lekas
marah, menyendiri, tidak suka bergaul, curiga.
Kecemasan sangat mempengaruhi system syaraf otonom, karena sering
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis dari penderita. Alat-alat yang sering
dipengaruhi :
o Spasme dari lambung
o Kolik pada usus
o Hyperchlorhydria
o Diarrhea
o Obstipasi
o Tachycardia
o Extra systole
o Kaki tangan yang dingin
o Muka yang tiba-tiba menjadi merah
o Sukar bernafas
Jika kecemasan ini terlalu berat dan hebat, dapat mempengaruhi system
motorik, maka penderita menunjukkan kegelisahan atau menjadi agresif. Pada
kecemasan dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dari system-sistem
pada tubuh :
o Susunan syaraf vegetative
o Sirkulasi darah
o Tekanan darah
o Ekskresi keringat
o Adrenalin dalam darah bertambah
o Gula darah bertambah
Sebaliknya kelainan jasmani dapat juga menimbulkan kecemasan, misalnya :
o Sesak napas
o Hypoxia
o Kelainan jantung
o Diabetes mellitus
7. Panick
Suatu keadaan cemas yang luar biasa, dan menimbulkan dis-organisasi
dari fungsi ego. Timbulnya tiba-tiba, gejalanya sangat hebat berdsasarkan
tekanan jiwa yang terus menerus, merupakan suatu klimaks dan suatu keadaan
akut.
Gejala-gejala yang khusus dari panic :
o Kecemasan yang luar biasa
o Perasaan tidak aman yang luar biasa
o Perasaan curiga
o Timbul tendensi untuk memproyeksikan perasaannya terhadap sekitarnya
o Integrasi kepribadian menjadi kacau
Jika panic ini makin menghebat dapat timbul halusinasi dan juga waham
diancam. Keadaan ini disebut reaksi paranoid akut, pada keadaan panic dapat
juga terjadi bunuh diri.
8. Ambivalensi
Dua perasaan yang bertentangan yang berada pada satu saat dalam satu
individu. Sering perasaan yang satu dapat ditekan, tetapi kemudian dapat timbul
secara tiba-tiba. Atau perasaan yang bertentangan. Misalnya : mesra, benci
tetapi rindu, ingin tetapi menolak. Ambivalensi merupakan gejala khusus dari
skizofrenia.
9. Depersonalisasi
Adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada di luar
realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri, kehilangan rasa
identifikasi dan kehilangan kendali terhadap tubuhnya sendiri. Di sini timbul
perasaan hilang aktivitas pribadinya, perasaan seperti kepribadiannya telah
berubah dan dunia luar telah berubah. Pikirannya menjadi lain seolah-olah
dikendalikan oleh orang lain atau oleh suatu mekanik. Segala tindakannya
dipengaruhi orang lain, merasa pikirannya diketahui orang lain. Sebagian
tubuhnya milik orang lain. Depersonalisasi merupakan tanda penting pada
skizofrenia. Juga terdapat pada keadaan histerik, kadang-kadang pada depresi.
Penilaian dari reaksi emosionil
1. Stabilitas
Ini berarti adanya suatu ketetapan dalam bereaksi. Dalam keadaan
normal, orang memperlihatkan suatu reaksi emosionil yang timbul dalam hatinya.
Sebalinya sering kita jumpai suatu keadaan labilitas dari reaksi emosionil
penderita. Misalnya : lekas terharu, lekas kasihan sehingga lekas menangis,
lekas gembira sehingga lekas terhibur oleh karena ajakan atau cerita orang lain.
Suatu segi lain dari ketidak-stabilan semacam itu ialah sifat lekas terbawa oleh
kesan atau saran yang kita sebut hyperauggestible.
2. Pengendalian
Dapat diadakan secara wajar. Adakalanya orang seolah-olah mengekang
reaksi emosionilnya, ia terlalu keras mengendalikan dirinya, dengan demikian
memberi kesan keluar seolah-olah tidak ada reaksi emosionil. Hatinya tidak
tergoncang oleh suasana sedih atau gembira, tidak pula terpengaruh oleh rasa
benci atau cinta. Orang yang demikian ini boleh dianggap sebagai orang yang
menguasai dirinya secara berlebih-lebihan, yang sering kita sebut : over-
controlled dan over-formalistic.
3. sunguh-sungguh atau tidak (serius atau tidak)
ini adalah untuk menilai apakah reaksi emosionil yang diekspresikan
penderita sungguh-sungguh atau tidak. Dengan lain perkataan apakah reaksi
emosionil itu merupakan sesuatu ekspresi yang mempunyai makna dan arti yang
dihayati dan dialami sungguh-sungguh oleh penderita atau hanya sekedar
sandiwara kecil yang tak mendalam arti dan maknanya, jadi tidak sungguh-
sungguh. Reaksi emosionil yang tak sungguh-sungguh kita dapatkan pada
penderita dengan kepribadian histerik.
4. dalam dan dangkalnya
tidak semua peristiwa reaksi emosionil manusia dirasakan sebagai
sesuatu yang sama mendalamnya. Adakalanya reaksi emosionil itu terjadi
seolah-olah tanpa bekas. Sebaliknya ada yang sengat mendalam berkesan
dalam hati yang bersangkutan. Dalam keadaan normal, manusia bersifat obyektif
terhadap semua peristiwa emosionil. Pada penderita-penderita tertentu yang
selalu terkena secara mendalam reaksi emosionilnya walaupun oleh peristiwa
yang kecil dan remeh, kita katakan rekasi emosionilnya lebih dalam dari pada
orang normal. Hal ini sering akibat stabilitasnya yang terganggu. Sebaliknya,
pada orang-orang yang reaksi emosionilnya lebih dangkal dari pada orang
normal, kita teliti lebih lanjut corak kepribadiannya. Apakah mungkin terdapat :
psikopati, kelainan organic degenerative atau psikotik.
5. skala deferensiasi
luas sempitnya skala deferensiasi dari reaksi emosionil terganggu dari
pengalaman intelektual dan matangnya kepribadian seseorang. Seorang yang
berpendidikan rendah, pengalaman yang kurang, serta kepribadian yang kurang
matang, dengan sendirinya tidak pernah belajar dan memahami atau
menghargai peristiwa-peristiwa emosionil yang luas. Seolah-olah yang dapat
ditangkap dan dihargai hanyalah peristiwa emosionil yang konkrit saja. Yang
abstrak dan yang bersifat simbolik berlalu saja tanpa mampu untuk
ditangkapnya,
pada orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi, mempunyai
pengalaman cukup luas dan sudah mengalami maturasi kepribadian yang cukup
matang pada umumnya memiliki skala deferensiasi dari reaksi emosionil yang
cukup luas pula. Oleh karena sesuatu sebab gangguan jiwa baik yang bersifat
neurotic maupun yang bersifat psikotik, skala deferensiasi yang luas itu,
kemudian dapat menjadi lebih sempit, sehingga penderita tersebut hanya
mampu turut merasakan sesuatu yang relative lebih sempit.
6. empati
yaitu kemampuan dari pihak pemeriksa untuk merasakan reaksi emosionil
yang dihayati dan dialami oleh penderita. Tidak hanya dalam keadaan normal,
tetapi juga dalam keadaan jiwa yang terganggu, kita tetap dapat turut merasakan
reaksi emosionil yang dilahirkan oleh penderita. Sebaliknya pada skizofrenia
seringkali sangat sukar, atau tidak dapat sama sekali untuk turut serta
merasakan reaksi emosionilnya.
7. arus emosi
emosi dapat dimisalkan seolah-olah mengalir melalui suatu arus yang
tertentu. Dalam keadaan yang normal, maka reaksi emosionil itu terjadi secara
cukup cepat dan lincah. Dalam keadaan-keadaan yang menyimpang dari
keadaan normal, maka arus emosi itu terjadi secara lebih lambat atau hanya
secara perlahan-lahan.
IV SIKAP DAN TINGKAH LAKU
Dalam pemeriksaan psikiatri, kita harus memperhatikan sikap dan tingkah laku
penderita, kita perhatikan selama wawancara berlangsung. Hal ini penting oleh karena
sikap dan tingkah laku penderita tak dapat lepas dari keseluruhan ekspresi penderita.
Kita bedakan antara sikap dan tingkah laku :
- sikap (attitude) yang elbih menandaskan sesuatu keadaan yang statis jadi non-
dinamis, dalam arti kata bahwa gerakan-gerakan badan pada umumnya agak
terbatas.
- Tingkah laku (behavior) yang lebih bercorak gerak-gerik motorik dan aktivitas,
terutama kaki dan tangan penderita.
Sikap yang diperlihatkan penderita :
1. Indifferent
Sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi) tertentu, jadi
banyak yang bersifat netral.
2. Apatik
Sikap acuh tak acuh, sikap masa bodoh dan tak menghiraukan apapun yang
terjadi di sekelilingnya.
3. Koperatif
Sikap ingin bersahabat, ingin turut dengan petunjuk atau perintah, ingin bekerja
sama dengan semua orang.
4. Negativism pasif
Skap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa alasan yang objektif.
5. Dependen
Sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada pemeriksa, atau
individu lain yang memegang kekuasaan.
6. Infentil
Sikap ke kanak-kanakan.
7. Rigid
Sikap kaku dan tak fleksibel, kadang-kadang sudah dekat dengan sikap
negativistic.
8. Curiga
Sikap yang tak percaya, seolah-olah menyangkalkan maksud baik dari
pemeriksa atau orang lain, baik ucapannya maupun gerakannya.
9. Berubah-ubah
Sikap yang tak stabil, selalu terganti-ganti sikap, hal ini sering menunjukkan
kegelisahan yang bersangkutan.
10. Tegang
Sikap yang tidak tenang, kadang-kadang dekat pada sikap yang gelisah.
11. Pasif
Sikap tanpa insiatif, menurut atau menyerah saja.
12. Aktif
Sikap penuh insiatif dan keinginan bertindak.
13. Katalepsi
Sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka waktu yang cukup
lama, seringali aneh, tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut juga
fleksibilitas cerea.
14. Bermusuhan
Sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.
Penjelasan
1. Keadaan bingung
Adalah gangguan kesadaran ditandai dengan bingung, kacau, gangguan
fungsi asosiasi dan kemiskinan berpikir. Roman mukanya menunjukkan ekspresi
khawatir, bingung, dan kadang-kadang keheran-heranan.
Didapatkan pada :
o Intoksikasi
o Keadaan infeksi
o Traumatic
o Reaksi disosiasi
o Epilepsy
o kegelisahan
2. Kesadaran berkabut / menurun
Adalah gangguan dimana kesadaran tidak lengkap, biasanya karena
gangguan fisik dan kimia, yang menimbulkan kerusakan fungsi dari proses
asosiasi cerebrum. Perhatian melantur, dan penangkapan penderita terhadap
sekitarnya tidak tepat dan tidak lengkap.
Gejala ini sering terdapat pada penderita-penderita dengan penyakit
infkesi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolism
cerebral. Kesadaran berkabut juga terdapat pada gangguan psikogen, yaitu pada
reaksi disosiasi.
Tingkatan dari kesadaran berkabut mulai yang paling ringan sampai yang
berat : suf, somnolen, stupor dan koma.
3. Delirium
Merupakan suatu symptom yang kompleks yang disebut sindroma otak
akut. Sindrom ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan
kesadaran menurun/berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi dan halusinasi,
cemas atau takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan infeksi disertai
panas, keadaan toksik, gangguan metabolism (uremia, pellagra, anemia,
perniciosa), dekompensasi cordis dan trauma capitis. Disini terjadi kerusakan
fungsi cerebral dan menyebabkan insufisiensi cerebral. Factor-faktor yang
mempengaruhi kecenderungan terjadinya delirium :
o Pembawaan
o Pengaruh toksin terhadap otak
o Resistensi barier darah cerebrospinal
o Integrasi kepribadian
o Stabilitas kepribadian
Gejala prodromal ditandai dengan : lesu, tidur gelisah, kesukaran
menangkap, perhatian terganggu. Pada keadaan ringan, penderita Nampak
bodoh. Lamban, tak tahu jelas apa yang terjadi pada dirinya sendiri, sedikit
melamun, perhatian terganggu, kapasitas berpikir yang abstrak berkurang.
Jika delirium berat, kemudian sembuh, penderita tak ingat lagi kejadian-
kejadian selama delirium (amnesia).
4. Keadaan mimpi / Twilight state
Kesadaran menurun, tetapi orientasi terhadap sekitarnya sering masih
lebih baik, dan tanda ada bicara kacau. Kontak dengan sekitarnya masih ada,
kadang-kadang dalam keadaan marah yang luar biasa dan dalam keadaan
marah ini dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering
bernafsu untuk mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagi akan timbul
disorientasi dan bicara kacau.
Keadaan ini timbul oleh karena gangguan efek yang luar biasa ataupun
keadaan psikotik yang lain. Sering didapatkan pada :
o Emosi yang hebat
o Epilepsy
o Reaksi dososiasi
Jika keadaan pulih kembali menjadi normal, penderita melaporkan bahwa
selama twilight state ia merasa seolah-olah dalam mimpi dan ia sedikit ingat atau
sama sekali tidak ingat kejadian-kejadian yang terjadi selama periode itu.
5. Stupor
Stupor adalah keadaan dimana penderita akinetik (tak bergerak, diam
seperti patung) dan mutistik, tetapi kesadaran relative masih ada. Masih ada
gerakan mata dan respirasi. Tetapi gerak mata pada umumnya Nampak tanpa
tujuan.
Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat
kejadian-kejadian, meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu
dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran serperti pada koma,
dan paralyze syaraf motorik.
Stupor dapat menjadi baik pada gangguan mental toksik organic maupun
gangguan mental psikogenik. Baik pada stupor toksik organic, proses berpikir
sadar ditunda. Sedangkan pada stupor katatonik (psikogenik) penderita
memikirkan sesuatu yang mendalam yang bersifat autistic, dengan kehlingan
realitas, tanpa kehilangan kesadaran. Pergantian mendadak dari stupor ke
aktivitas, sering impulsive atau berlebihan, hanya terdapat pada stupor
psikogenik.
VI ORIENTASI
1. Hypermnesia
Yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hypermnesia
kadang-kadang terlihat pada keadaan mania, paranoia dan katatonia.
Kemampuan mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas
pada periode-periode khusus atau kejadian-kejadian khusus dan pengalaman-
pengalaman khusus, yang dihubungkan dengan reaksi emosionil yang sangat
kuat. kesan yang timbul dari kejadian-kejadian emosionil itu dicatat dengan
intensitas yang luar biasa, dengan demikian individu itu dapat mengingat dengan
jelas dan mendetail.
2. Amnesia
Amnesia dapat ditimbulkan baik oleh factor-faktor organic maupun
psikogen. Amnesia organic disebabkan karena gangguan pada proses
pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan amnesia psikogen, disebabkan
karena gangguan pada proses produksi. Jenis-jenis amnesia :
a. Amnesia anterograd : kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sesudah kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut, sampai
periode waktu tertentu.
b. Amnesia retrograde : kehilangan ingatan dari peristiwa yang terjadi sebelum
kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut, dari periode waktu tertentu.
3. Paramnesia
Disebut juga peringatan salah. Keadaan dimana penderita tahu benar-
benar bahwa apa yang dialami sekarang, telah dialaminya pula pada waktu
dahulu, sedang hal itu sama sekali tidak benar. Termasuk paramnesia :
konfabulansi, dj vu, jamais vu.
o Konfabulasi :
Cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak
terjadi. Kita kenal 2 jenis konfabulasi :
a. Konfabulasi spontan
b. Konfabulasi uuntuk menutupi kebodohan-kebodohan atau kekurangan-
kekurangan dalam peringatan.
o Dj vu
Disebut pula ilusi peringatan. Adanya perasaan apa yang dilihat sekarang
ini pernah dilihat dan dikenal sebelumnya, padahal sebelumnya belum
pernah melihat dan mengenalnya.
o Jamais vu
Adanya perasaan salah atau palsu, dimana penderita tidak mengenal
situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah di alami atau
dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada lobus
temporalis, juga pada epilepsy.
4. Dementia
Dementia adalah gangguan atau degenerasi dari ukuran neuron, pada
kortika cerebri yang berlangsung lama, dengan akibat kehilangan efisiensi
intelektual yang bersifat permanen dan irreversible.
Pada gangguan yang bertaraf ringan terjadi gangguan pada kritik
terhadap diri sendiri, gangguan dalam diskriminasi halus, ragu-ragu dalam
mengambil keputusan dan tak sanggup menggunakan pikiran yang abstrak. Jika
dementia bertambah parah, maka terjadi inisiatip berkurang, perhatian
menyempit dan tumpul, kesan-kesan diterima dan diasimilasi lamban.
Kapasitas belajar dan kecakapan berkurang, sulit mengikuti pembicaraan
orang lain, peringatan rusak dan dapat menjadi kebingungan dan terjadi
disorientasi.
Sebab-sebab dari dementia dapat digolongkan :
a. Perubahan atrofi otak dengan akibat senilis
b. Gangguan vaskuler otak termasuk dementia arteriosklerotika dan hipertensi
encephalopati.
c. Gangguan radang otak terutama lues dan encephalitis epidemika.
d. Penyakit degenerasi otak misalnya, Alzheimers disease. FIcks disease, dan
Hurtingtons chorea.
e. Penyakit-penyakit defisiensi misalnya : koreakoffs psikosis, Wernickes
encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan anemis vitamin B 12 defisiensi.
f. Neoplasma
g. Trauma (fisik)
X INTELEK DAN INTELEGENSI
Insiatif adalah dorongan untuk melakukan perbuatan yang baru dan original, jadi
bukan perbuatan yang sifatnya sekedar mencontoh atau meniru.
Dalam keadaan normal, tiap-tiap individu merasa dirinya terdorong untuk
melakukan perbuatan tertentu yang bersumber pada insiatif diri sendiri.
Ia biasanya tak suka mencontoh atau melakukan perbuatan yang hanya karena
disuruh oleh orang lain. Disamping itu, orang yang normal mengetahui sampai batas
manakah dorongan untuk melakukan perbuatan tertentu yang sifatnya baru dan orisinil
itu, dapat diterima baik oleh lingkungannya tanpa dianggap aneh oleh orang lain.
Dalam beberapa keadaan psikotik dan neurotic, dorongan untuk berinsiatif ini
berkurang atau bertambah diluar batas-batas normal. Misalnya, dalam keadaan
maniacal, maka dorongan inisiatif penderita itu dapat terjadi secara bertubi-tubi, tetapi
mutu dari pada pekerjaanya itu sangat kurang sekali, misalnya ia hendak menjalankan
sepuluh macam pekerjaan sekaligus, tetapi satupun dari pada pekerjaan yang
disanggupinya itu tidak ada yang selesai dilakukan. Sebaliknya, dalam keadaan
depresif, maka penderita sama sekali kehilangan inisiatifnya, seolah-olah segala
sesuatu itu yang menarik sekarang tidak menarik lagi.
XII DAYA KONSENTRASI
Instink adalah sumber tenaga dari segala tingkah laku yang tak usah dipelajari
secara khusus oleh individu. Kekuatan yang ada dibelakang tingkah laku serupa itu
disebut dorongan instinktuil.
Bentuk-bentuk organisme hidup yang rendah, memperlihatkan tingkah laku
instinktuil yang lebih menyolok dari pada bentuk-bentuk organisme yang bertaraf lebih
tinggi. Pada kehidupan manusia dijumpai factor lingkungan social yang sagat penting
dalam mempengaruhi tingkah lakunya. Rupa-rupanya, untuk kehidupan manusia
dengan segala adat-istiadatnya, kondisi social itulah yang paling menentukan
bagaimana cara hidupnya itu akan diatur kemudian.
Jelas kiranya, bahwa cara hidup manusia ketika ia lahir dan cara hidupnya itu
akan diatur kemudian.
Jelas kiranya, bahwa cara hidup manusia ketika ia lahir dan cara hidupnya
semasa dewasa akan jauh berbeda satu dengan lainnya, justru karena factor kondisi
social itu.
Penilaian psikiatrik mengenai dorongan instinktuil ini bersifat suatu evaluasi
sampai beberapa jauhkah dalam tiap keadaan psiko-pathologik, dorongan ini tampil
kemuka atau menyimpang dari pada normal. Jenis-jenisnya antara lain :
- Abulia
- Stupor
- Reptus
- Amentis
a. Abulia
Abulia berarti keadaan kehilangan atau kekurangan dorongan kehendak.
Dorongan kehendak adalah sama dengan keinginan berkehendak dan berarti,
bahwa individu mempunyai keinginan untuk berbuat sesuatu. Tetapi dalam
abulia, individu itu walaupun ada keinginan atau kekuatan kehendak, jarang
sekali dijumpai. Yang lebih sering dilihat adalah keadaan dimana keinginan-
keinginan atau kehendak itu sangat berkurang. Hal ini sering kita jumpai pada
skizofrenia.
Kadang-kadang kemerosotan dari kehendak nampak dalam hubungannya
dengan beberapa pekerjaan tertentu saja, dan tidak mengenal seluruh bidang
aktifitas manusia. Individu seolah-olah beperan bahwa ia kurang sempurna
atau kurang lengkap, sehingga Ia mudah jatuh kedalam kekuasaan orang lain
yang dorongan kehendaknya lebih kuat.
Istilah abulia social menandakan adanya suatu inaktifitas fokal atau
inaktifitas umum terhadap lingkungannya, yang disebabkan karena individu
tersebut tidak mampu untuk menyusun suatu rencana tentang usaha-usaha
yang hendak dijalankannya. Mungkin individu tersebut ingin berhubungan
dengan masyarakat, akan tetapi ia tak mampu mengubah keinginan itu menjadi
perbuatan yang nyata, walaupun jika dilihat secara seksama, ia memiliki tenaga
yang cukup besar untuk itu.
Letak gangguannya justru pada ketidakmampuannya untuk menyusun
siasat atau kebijaksanaan praktis untuk menyelesaikan bebagai soal-soal social
yang dihadapinya, karena dorongan kehendak itu hilang atau berkurang.
b. Stupor
Adalah suatu keadaan yang terjadi karena bekunya segala dorongan
untuk berbuat dan kebalnya keadaan perasaan seorang individu. Penderita
seolah-olah kehilangan segala daya untuk merasakan segala apa-apa dan
mentalnya hilang dari kehidupannya, serta mati segala aktifitas fisik dan
mentalnya. Penderita tak mampu lagi menerima rangsang dan karena itu tak
dapat menilai lagi hakekat dan sifat dari pada apa yang terjadi dalam lingkungan
sekelilingnya.
Kadang-kadang istilah stupor itu diartikan juga sebagai suatu keadaan
dimana individu itu berada dalam suatu keadaan mutisme (membisu tak mau
bicara), tetapi yang tidak disebabkan karena adanya gangguan sensorism.
c. Raptus
Raptus adalah suatu keadaan yang bersifat serangan eksplosif dan
sekonyong-konyong tanpa adanya provokasi yang adekuat, sehingga tmbul
keadaan agitasi yang hebat. Dalam keadaan semacam ini segala dorongan
berbuat dilepaskan dari segala hambatan-hambatannya. Hal ini dapat terjadi
dalam suatu fasekatatonik dari penyakit skizofrenia (raptus impulsivus) dan juga
pada keadaan melancholia, bila terjadi suatu serangan yang eksplosif agitatif
yang hebat disebut juga raptus melancholicus.
d. Amentia
Amentia ialah suatu keadaan kekacauan halusinatorik, dengan kesadaran
yang merendah dan biasanya disebabkan oleh etiologi organo-biologik
(eksogen) yang sifatnya toksik, infeksi atau kelelahan. Dalam hal ini terjadilah
kekacauan dari segala fungsi kepribadian, walaupun penderita kadang-kadang
masih nampak sebagai seorang yang dapat berpikir jelas dan tajam. Keadaan
amentia ini pada umumnya dapat diatasi dengan cukup memuaskan, apabila
keadaan umum fisik belum terlalu merosot, sekalipun keadaan kekacauan itu
dapat berlangsung lama.
XVII SINDROMA-SINDROMA PSIKIATRI
Dalam diagnosis psikiatri, lebih-lebih pada psikiatri statis atau psikiatri diskriptif, sering
suka sekali untuk menentukan diagnosis seorang penderita pada pemeriksaan yang
pertama kali. Di sini kita perlukan suatu observasi lebih lanjut untuk menentukan
diagnose yang lebih pasti.
Dengan diketahuinya gejala-gejala satu persatu, maka kita dapatkan gambaran
keadaan psikis dari penderita tersebut, misalnya apakah penderita dalam keadaan
bingung, dalam keadaan delirant atau dalam keadaan cemas. Akhirnya kita dapat
mengumpulkan dan menyimpulkan beberapa gejala yang selalu terdapat pada suatu
kombinasi tertentu yang kita sebut sindroma atau kumpulan gejala.
1. Sindroma ensefalopati
Merupakan kumpulan gejala-gejala psikiatrik akibat kelainan organic pada otak,
kecuali pada beberapa tumor kecil. Sindrom ensefalopati ini misalnya terdapat
pada : arteriosklerosis cerebri, tumor cerebri, hydrocephalus, trauma capitis,
trauma pada partus (kelahiran), encephalitis, lues cerebri, dementia paralytica,
dementia senilis, dementia presenilis, morbus Pick, morbus Alzheimer, morbus
Humtington, degenerasi dari cerebrum dan lain-lain.
Gejala-gejala dari sindrom ensefalopati :
o Bradyphrenia : lambat dalam progresititas pikiran. Sering gejala ini
merupakan gejala satu-satunya dalam jangka waktu yang lama.
Bradyphrenia harus kita bedakan dengan retardasi.
o Tidak ada inisiatif, sehingga kehilangan spontanitas untuk melakukan
suatu aktivitas.
o Pengendalian dari reaksi emosionil yang sangat kurang, sehingga timbul
keadaan arritabel, misalnya : lekas marah, mudah tersinggung, mudah
sedih dan sebagainya.
o Daya ingatan menjadi mundur, lebih-lebih pada proses pencatatan dan
proses penyimpanan dari peringatan.
o Lama-lama timbul dementia.
o Kesadaran biasanya tidak terganggu, kecuali pada trauma capitis, dimana
kesadaran biasanya terganggu.
tergantung letak dari lesi organic dalam cerebrum, didapatkan pula gejala-gejala
tambahan seperti :
- Aphasia: baik motorik maupun sensorik
- Agnosia : tak dapat mengenal/menyadari apa yang dilihatnya, baik orang
maupun barang
- Apraxia : tak mampu melakukan gerakan yang bertujuan
- Kadang-kadang amnesia
Dari sindroma ensefalotai ini terdapat beberapa variasi antara lain :
- Sindrom frontal
- Sindroma batang otak
- Sindroma mesensefalon
Sindrom Mesensefalon
a. Apathie, kelesuan, depresi, terus menerus mengantuk
b. Kehilangan rem, amanic yang impulsive, serangan marah yang hebat, nafsu
untuk mengembara (poriomani).
Sindroma mesensefalon akibat gangguan pada diensefalon dan hipofise. Pada
insult epilepsy dapat pula dimasukkan dalam sindroma ensefalopati.
2. Sindroma hiperesthtik-emosional
Sindroma ini sering dijumpai pada masa rekonvalensi, sesudah kelelahan yang
luar biasa dan juga pada periode puerperium. Gejala-gejalanya :
o Hypersensitive terhadap bunyi-bunyian dan cahaya
o Reaksi emosionil sangat labil dan pengendallian kurang
Keadaan ini harus kita bedakan dengan neurosa, terutama dnegan neurosa
historic.
Pada sindroma hiperashetik-emosionil keadaan ini berlangsung hanya sepintas
saja. Dengan demikian terapi dan tindakannya pada keadaan-keadaan tersebut
juga berbeda.
3. Sindroma twilight state atau keadaan mimpi
Gejala gejala :
o Hidup seperti dalam mimpi
o Desintegrasi ringan dari fungsi psikik
o Kesadaran sedikit merendah
o Kontak masih baik
4. Sindroma amentis
Terdapat pada penyakit infeksi, intoksikasi dan kelelahan yang luar biasa.
Gejala-gejalanya :
o Kesadaran merendah
o Kekacauan dari segala fungsi kepribadian
o Gelisah akibat adanya halusinasi yang kacau
o Tidak mengerti apa yang dilihatnya dan roman muka penuh ekspresi
tanda Tanya
o Penderita sangat ketakutan dan menyerupai keadaan.
5. Sindroma delirium atau keadaan delirant
Dijumpai pada keadaan intoksikasi, juga pada penyakit infeksi dengan panas
yang tinggi. Gejala-gejalanya :
o Kesadaran yang merendah
o Cara berpikir yang kacau
o Disorientasi
o Hidup seolah-olah seperti dalam mimpi
o Halusinasi akustik dan visual
o Ilusi
o Jamais vu
o Reaksi emosionil yang labil dan sangat impulsive
o Desintegrasi kepribadian
o Tingkah laku yang tak terkordinasi
o Banyak gerak selalu ingin lari dari tempat tidur
o Sering timbul perasaan takut sehingga dapat terjadi aggresivitas
Dalam keadaan delirant ini kita harus waspada terhadap suicide (bunuh diri) atau
membunuh anaknya (pada peurperium).
6. Sindroma manic
Gejala-gejala trias manie dan gejala tambahan. Tries manie ialah :
o Flight of ideas
o Euphoris dan reaksi emosionil yang labil. Mudah marah dan dapat sampai
eksaltasi
o Sikap yang berubah-ubah dan tingkah laku yang perspektif. Nafsu
bergerak yang banyak dan dapat terjadi logorhoe (bicara cepat dan
banyak)
gejala tambahan :
o Selalu bangga diri, sikap sombong, puas terhadap dirinya.
o Kadang-kadang waham kebesaran
7. Sindroma depresi
Macam-macamnya :
o Sindroma depresi melancholic
o Sindroma depresi vegetative
o Sindroma depresi psikogenik
o Sindroma depresi involusi
8. Sindroma hipocondri
Pada seorang dengan hypochondri yang sangat kuat, dunia baginya menjadi
sangat kecil dan tak ada artinya, pikiran-pikirannya ditujukan kepada tubuhnya
sendiri. Kadang-kadang hanya mengenai sebagian dari tubuhnya, misalnya :
perutnya, jantungnya, dan lain-lain. Segala sesuatu di dalam badannya
mendapat perhatian yang luar biasa. Timbul bermacam-macam perasaan :
o Penuh dalam kepala
o Berat di dalam dada atau perut
o Hilang keseimbangan
o Tekanan dalam badan
o Segala perasaan tidak enak
Perasaan-perasaan ini kadang-kadang juga dirasakan oleh orang biasa. Tetapi
pada seorang dengan hipochondri menganggap segala perasaan dari dalam
tubuh, berasal dari salah satu perubahan dalam tubuh yang berarti. Timbul
bermacam-macam pikiran yang salah (waham hipochondri), misalnya usus yang
tertutup atau yang tersumbat dan lain-lain. Jika perasaan-perasaan tersebut
tidak masuk akal, maka biasanya adalah waham hipokondri dari seorang
penderita skizofrenia atau penderita dementia paralytika.
9. Sindroma paranoid
Gejala-gejalanya :
o Bermacam-macam waham yang tersusun rapi secara sistematis
o Bermacam-macam halusinasi
o Autisme, dalam dunia wahamnya
Sindroma paranoid berasal dari gangguan afek, terdapat pada ksikosa dimana
efek sangat terganggu, misalnya pada paranoid, manic, depresi dan skizofrenia.
10. Sindroma kataton
Gejala gejala :
o Negativism
o Stereotypi
o Katalepsi
o Echolalia
o Echopraxie
o Befehlsautomasi
o Verbigerasi
o Peraoverasi
Jika keadaan ini makin hebat dan terdapat gejala mutisme atau stupor, maka
keadaan ini disebut stupor kateton.
11. Sindroma skizofrenia
Gejala-gejalanya
o Incoherensi
o Autism
o Depersonalisasi
o Paratymi
o Ambivalensi
Pada keadaan delirant sering juga didapatkan sindroma skizofrenia ini, tetapi
kesadaran selalu merendah. Sedangkan pada penyakit skizofrenia,
kesadaran baik dan orientasi juga baik.
12. Eksaltasi kataton
Gejala-gejalanya
o Banyak bergerak
o Agresif
o Logorrhoe
o Inkoherensi
o Paratymi
o Negativism
o Kesadaran baik
13. Eksaltasi manie
Gejala-gejalanya :
o Banyakb bergerak
o Logorrhoe
o Kesadaran baik
o Banyak bicara, tapi dapat dimengerti
o Banyak sombong
o agresif
GEJALA-GEJALA PSIKIATRI