Anda di halaman 1dari 48

TzuChi

Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009

Dunia Tzu Chi


DUNIA
Langkah Hijau
Menyelamatkan Bumi
M e n e b a r C i n t a K a s i h U n i v e r s a l

Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009


Daur ulang dapat mengurangi sampah, mengoptimalkan pemakaian
sumber daya alam, dan mengurangi beban bumi, serta dapat memberikan nilai
ekonomis. Dengan daur ulang, sampah pun bisa menjadi
ladang berkah untuk menanam kebajikan dan cinta kasih.

Posko Daur Ulang Muara Karang Posko Daur Ulang Kelapa Gading
Jl. Muara Karang, Blok A.9 Selatan Jl. Pegangsaan Dua, Jakarta Utara
No. 84-85, Pluit, Jakarta Utara Tel. (021) 4682 5844

Pelangi di Kota Seribu Kuil


Posko Daur Ulang Cengkareng
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi
Jl. Kamal Raya, Outer Ring Road
Cengkareng Timur, Jakarta Barat
Tel. (021) 7063 6783 Fax. (021) 7064 6811
Giat Berkreasi, Menuai Prestasi
Yayasan Buddha Tzu Chi Yayasan Buddha Tzu Chi

Sebuah Panggilan Jiwa


Kantor Perwakilan Tangerang Kantor Perwakilan Surabaya
Ruko Pinangsia Blok L. No.22 Mangga Dua Center Lt.1, Area Big Space,
Lippo Karawaci-Tangerang Jl. Jagir Wonokromo No. 100, Surabaya
Tel. (021) 5577 8361/71 Fax. (021) 5577 8413 Tel (031) 847 5434-35 Fax. (031) 847 5432
Merawat Budaya Kemanusiaan
Bumi dan kehidupannya terus membara. Setiap saat benih-benih keserakahan, kebencian,
dan kegelapan batin terus membakar batin dan pikiran umat manusia. Manusia, makhluk

Foto: Ivana
penghuni bumi yang dibekali akal dan panca indera yang lebih unggul dibandingkan
spesies kehidupan lainnya seringkali hanyut dalam pengaruh ketiga akar kejahatan tersebut.
Akibatnya budaya kehancuran dan kematian terus merajalela.
Dunia Tzu Chi
Ketiga akar sumber derita ini menjelma dalam beraneka ragam peristiwa dalam keseharian
hidup masyarakat. Dalam struktur sosial terkecil, banyak keluarga yang terjerat berbagai Pemimpin Umum
penyakit masyarakat: perjudian, perselingkuhan, penyalahgunaan obat terlarang, dan Agus Rijanto
masalah yang tidak bisa dianggap remeh: sifat konsumtif yang berlebihan hingga melampaui
batas pemasukan, seperti ungkapan lebih besar pasak daripada tiang. Dalam tataran sosial Pemimpin Redaksi
yang lebih luas, ketiga akar kejahatan itu menjelma dalam berbagai rupa dalam kehidupan Agus Hartono
bernegara. Bom yang dengan keji kembali mengoyak Jakarta, kerusuhan etnis di Urumqi,
Redaktur Pelaksana
Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan konflik politik di Iran pada pertengahan tahun 2009
Ivana
menegaskan betapa kebencian dan kekerasan terus bersemayam di berbagai negara.
Anand Yahya
Tindak korupsi yang semakin subur di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia
mempertegas wajah keserakahan manusia. Dan, gaya hidup hedonis yang mengagungkan Staf Redaksi
kenikmatan materi dan nafsu duniawi secara tidak sadar menggiring manusia ke jurang Apriyanto, Hadi Pranoto,
kegelapan batin dan ketidaksadaran yang amat dalam. Dalam skala bumi universal: Himawan Susanto,
perampasan nyawa dan hak asasi manusia, perdagangan anak dan perempuan, konflik Sutar Soemithra,
bersenjata, kejahatan lingkungan berupa perusakan hutan, rawa, dan pantai dalam ukuran Veronika Usha
mega dahsyat, dan pemanasan global menjadi beberapa penggal gambaran betapa
keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin amat merajalela. Fotografer
Anand Yahya
Siklus budaya kematian dan kehancuran ini harus dihentikan. Bumi dan kehidupannya
harus disejukkan kembali. Akar-akar kebajikan harus terus ditumbuhkan agar batin dan Kontributor
Tim Dokumentasi Kantor
pikiran manusia kembali menjadi sejernih, semurni mata air pegunungan tertinggi dan
Perwakilan & Penghubung
seteduh hutan alam yang belum terjamah manusia. Manusia harus berjuang teramat gigih
Tzu Chi di Makassar,
membangkitkan budaya kemanusiaan untuk menggantikan budaya kematian dan
Surabaya, Medan,
kehancuran. Budaya yang saling bersyukur, menghargai, dan mencintai harus terus dipupuk
Bandung, Tangerang,
dan dikembangkan dalam skala tak terbatas. Setiap manusia di muka bumi punya hak Batam, Pekanbaru, Padang,
dan kewajiban untuk melakukannya, tanpa memandang perbedaan apapun yang lekat Yogyakarta, Lampung, Bali,
padanya. dan Singkawang

Gerakan kerelawanan bisa menjadi salah satu oase menyejukkan di padang bumi yang Tata Letak/Desain
sedang membara ini. Para relawan di berbagai organisasi yang bekerja tanpa pamrih demi Siladhamo Mulyono
kebaikan sesama bisa menjadi ujung tombak untuk membangkitkan budaya kemanusiaan
dan kemudian akhirnya menjernihkan batin manusia bumi. Kerelaan mereka mengorbankan Website:
waktu, materi, dan energi demi kepentingan orang lain bisa menjadi inspirasi bagi arus Lynda Sugiarto
besar manusia yang diliputi keegoisan yang maha besar. Dengan kerendahan hati, para
e-mail: redaksi@tzuchi.or.id
relawan terus mengasah dan melatih diri seraya mengulurkan tangannya bagi mereka
yang menderita. Tidak mudah pekerjaan para relawan itu, namun di tangan mereka Dunia Tzu Chi diterbitkan dan
lestarinya budaya kemanusiaan bergantung. berada di bawah naungan
Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia, Gedung ITC Lt. 6
Jl. Mangga Dua Raya Jakarta
14430 Indonesia
Tel. (021) 6016332
Fax. (021) 6016334
www.tzuchi.or.id
Untuk mendapatkan
Dunia Tzu Chi secara cuma-
cuma, silahkan menghubungi
kantor Tzu Chi terdekat.
Dicetak oleh:
PT. Dian Rakyat
(Isi di luar tanggung jawab percetakan)
TzuChi DUNIA

Menebar Cinta Kasih Universal


Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia


yang berdiri pada tanggal 28 September
1994, merupakan kantor cabang dari
Yayasan Buddha Tzu Chi Internasional
yang berpusat di Hualien, Taiwan. Sejak
didirikan oleh Master Cheng Yen pada
tahun 1966, hingga saat ini Tzu Chi
telah memiliki cabang di 47 negara.
4 12 60 74 Tzu Chi merupakan lembaga sosial
kemanusiaan yang lintas suku, agama,
ras, dan negara yang mendasarkan
aktivitasnya pada prinsip cinta kasih
universal.

Aktivitas Tzu Chi dibagi dalam 4 misi


utama:
1. Misi Amal
Membantu masyarakat tidak mampu
maupun yang tertimpa bencana
alam/musibah.
2. Misi Kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan

20 24 28 51
83 90 mengadakan pengobatan gratis,
mendirikan rumah sakit, sekolah
kedokteran, dan poliklinik.
3. Misi Pendidikan
4. PELANGI DI KOTA SERIBU KUIL 28. KISAH HUMANIS: TAK PERLU 50. MOZAIK PERISTIWA: PEDULI 60. POTRET RELAWAN: AGUS 78. PESAN MASTER CHENG YEN: Membentuk manusia seutuhnya,
Singkawang, etalase masyarakat majemuk MALU KESEHATAN DAN LINGKUNGAN RIJANTO BELAJAR MELEPASKAN DIRI tidak hanya mengajarkan
Indonesia. Chin Chiang Hui tak takut dicemooh karena Membudayakan hidup hijau lewat Meskipun pada awalnya bersikap sinis DARI SEGALA BEBAN pengetahuan dan keterampilan, tapi
mengumpulkan barang-barang bekas untuk Vegetarian Food Festival. terhadap Tzu Chi, dukungan sang istri Resep mujarab untuk meredakan atau juga budi pekerti dan nilai-nilai
12. SAJIAN UTAMA: KERELAWANAN, disumbangkan ke Tzu Chi. merekatkan Agus dengan Tzu Chi dan membebaskan tekanan pada batin.
kemanusiaan.
SEBUAH PANGGILAN JIWA 52. MOZAIK PERISTIWA: Master Cheng Yen.
4. Misi Budaya Kemanusiaan
Bukan uang atau sebuah popularitas yang 36. DEDIKASI: MENANAM CINTA PADEMANGAN BERAHMAT 80. JEJAK LANGKAH MASTER
Menjernihkan batin manusia melalui
mereka cari, melainkan ladang kebajikan KASIH DI DALAM HATI Depo kompos bermedia cacing dari 66. LENSA: SUMBANGSIH DENGAN CHENG YEN: KEBIJAKSANAAN media cetak, elektronik, dan internet
dan tempat melatih diri. Pelajaran budi pekerti kepada tunas muda pemanfaatan limbah rumah tangga KESUKACITAAN LEBIH BAIK DARIPADA BAKAT
masyarakat Pademangan. dengan melandaskan budaya cinta
ternyata juga mengubah diri para relawan Hati nurani manusia seolah sedang Bangkitkanlah tekad dan cita-cita, lalu
kasih universal.
20. SAJIAN UTAMA: SEKOLAH LAGI pengajarnya. menunggu dibangkitkan. Sumbangsih para pertahankanlah. Ini barulah bakat
DI TZU CHI 54. MOZAIK PERISTIWA: RUMAH relawan melahirkan rasa sukacita dalam kebijaksanaan yang paling berharga.
Mengapa relawan Tzu Chi perlu pelatihan? 42. INSPIRASI KEHIDUPAN: GIAT UNTUK TZU CHI INDONESIA hati.
Jenjang relawan bertujuan untuk BERKREASI, MENUAI PRESTASI Pembangunan Aula Jing Si Indonesia 83. TZU CHI NUSANTARA
mengembangkan kebijaksanaan. Kisah nyata dan kreativitas menghantar sebagai pusat kegiatan Tzu Chi Indonesia. 70. JALINAN KASIH: NING, SI OJEK Kegiatan Tzu Chi Indonesia di berbagai
Siti Juwairia dan Dewi Kurniawati meraih juara WANITA PENUH KASIH kantor perwakilan dan penghubung.
24. SAJIAN UTAMA: BERBUAT lomba menulis tingkat SMP dan SMA. 57. MOZAIK PERISTIWA: WIHARA Demi keluarga, ia mencari nafkah dengan Bagi Anda yang ingin berpartisipasi menebar
MENURUT KATA HATI GENDONG DARI CELENGAN ojek motor tetapi tidak lupa beramal. 90. KOLOM KITA cinta kasih melalui bantuan dana,
Harini Bambang Wahono, kecintaan pada 48. RUANG HIJAU: HEMAT AIR BERAS Artikel dan foto dari relawan untuk relawan. Anda dapat mentransfer melalui:
lingkungannya tumbuh karena Pendidikan sejak dini di Sekolah Cinta Kasih Gotong royong warga Jepara, Jawa Tengah 74. JALINAN KASIH: HIDUP
kecintaannya pada bangsa tertanam sejak Tzu Chi untuk menghargai sumber daya BERMODAL SEMANGAT 92. TZU CHI INTERNASIONAL BCA Cabang Mangga Dua Raya
membangun wihara di atas gunung dan
bangku sekolah. air. Teladan sang ayah membuat anak- Bazar TK Besar Tzu Chi Malaka, Malaysia. No. Rek. 335 301 132 1
jodohnya dengan Tzu Chi.
anaknya belajar berkorban dan berbakti. a/n Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia

2 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 3
Pelangi di
Kota Seribu Kuil
Oleh: Hadi Pranoto

Dihuni mayoritas warga etnis Tionghoa, Dayak,


dan Melayu, kota Singkawang bisa menjadi sebuah contoh
bagaimana perbedaan dapat menjadi sebuah kekayaan
budaya dan kehidupan bermasyarakat.

Foto: Anand Yahya


HARMONIS DALAM PERBEDAAN. Masyarakat Singkawang dapat hidup

M
berdampingan dengan damai sejak dulu. Ketika etnis mayoritas (Tionghoa,
Melayu, dan Dayak) ini bekerja sama membangun Kota Singkawang
emasuki Kota Singkawang, menjadi kota yang maju, majemuk, dan penuh kekeluargaan.
kami dimanjakan dengan
nuansa etnik Tionghoa yang
kental. Hampir di setiap sudut
kota terdapat wihara atau kelenteng yang
membuat kota yang berada sedikit di utara
garis khatulistiwa ini dijuluki sebagai Kota
Seribu Kuil. Berjarak 145 km dari ibukota
Kalimantan Barat, Pontianak, Singkawang
dihuni oleh mayoritas warga etnis Tionghoa,
Dayak, dan Melayu.
Etnis Tionghoa mendominasi hampir seluruh kota yang
dijuluki China Town Indonesia ini. Dengan luas 654,06
km2, kota ini sangat khas Tionghoa, baik bangunan,
bahasa, dan orang-orangnya yang mayoritas berkulit
kuning langsat.
Kami cukup beruntung, kedatangan kami disambut
pertunjukan barongsai yang beratraksi di sepanjang
jalan kota. Pertunjukan seperti ini tidak serta merta bisa
ditemui setiap orang, mengingat barongsai yang berarti
tarian singa dan naga ini hanya digelar pada momen-
momen tertentu. Bukan hanya orang luar saja yang
merasa kagum dan terpana dengan pertunjukan ini,
tapi masyarakat setempat pun seakan tak mau melepas
pertunjukan yang bisa dibilang cukup langka di masa
lalu ini.
Dengan lincah para penari memainkan tarian naga
dalam barisan memanjang. Setiap gerak langkah kaki
penari menimbulkan gelombang-gelombang kain yang
menjuntai panjang layaknya ekor naga. Meski belum
sepiawai penari di negeri asalnya, aksi mereka tetap
saja mengundang decak kagum para penonton. Ini baru
satu hal yang menjadi ciri khas Kota Singkawang di hari
pertama kunjungan kami. Rasanya tak sabar menanti
kejutan-kejutan lain yang akan mengiringi perjalanan
kami selama berada di Singkawang.

Asal Usul Kota Singkawang

Datanglah ke Singkawang, sebuah kota yang sebagian


besar penduduknya bermata sipit dan berkulit kuning
langsat.
Nama Kota Singkawang sendiri muncul dalam
Anand Yahya

beberapa versi bahasa. Dalam versi Melayu, nama


Singkawang diambil dari nama tanaman Tengkawang

6 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi7 7
ADAT ISTIADAT yang banyak terdapat di hutan tropis. Singkawang masih di bawah kekuasaan Setiap daerah itu memiliki tempat dengan banyaknya etnis Tionghoa di sana. PASAR. Selain
LELUHUR. Etnis Sementara menurut versi bahasa Mandarin, Kerajaan Sambas. Saat itu Sultan Akamuddin peribadatan, yakni Pak Kung. Pak dalam Kebetulan memang yang banyak tinggal di sekolah, pasar
Tionghoa di Singkawang berasal dari kosakata San Kew II yang memimpin Kesultanan Sambas dialek Hakka berarti laki-laki (ayah), sementara dalam kota adalah masyarakat etnis Tionghoa, merupakan sarana
Singkawang Jong yang secara harfiah berarti Gunung mendatangkan orang-orang dari Tiongkok terbaik dalam
Kung berarti kakek. Jadi Pak Kung bisa ucapnya. Kuil ini sendiri memiliki makna religius
tetap dapat pembauran. Di
Mulut Lautan, maksudnya suatu tempat yang daratan ke daerah kekuasaan Sambas dengan diartikan sebagai sesepuh yang sangat bagi warga etnis Tionghoa, sekaligus sebagai
melestarikan sinilah interaksi
terletak di kaki gunung yang menghadap ke tujuan untuk dipekerjakan sebagai buruh dihormati. Biasanya orang Hakka tempat menenangkan batin. Seperti juga para warga lintas
kebudayaan
nenek moyang laut. Nama bahasa Mandarinnya San, artinya penambang emas di daerah Monterado menambahkan kata Thai yang artinya umat Islam kalau ke masjid, ketika mereka etnis terjadi,
mereka, serta gunung. Jadi karena dah agak lama, supaya untuk meningkatkan pendapatan Kesultanan besar, sehingga disebut Thai Pak Kung. Dialek s e m b a h y a n g , m e r e k a m e n d a p a t k a n sehingga sekat-
mewarnai enak didengar jadi berubah Sing. San En Sambas. Teochiu atau Hokkian menyebutnya Toa Pe ketenangan, daripada pergi ke tempat-tempat sekat perbedaan
budaya Sciong, artinya gunung, muara sungai, dan Mereka datang dengan menggunakan Kong. yang lain. Nah, itu juga hubungannya dengan memudar
kehidupan laut, kata Tom Fuk Lung, salah seorang tokoh perahu-perahu layar yang disebut junk. Tuhan. Sebenarnya semua agama itu baik,
di kota ini. etnis Tionghoa di Singkawang. Mayoritas berasal dari utara Provinsi Kanton Kota Seribu Kuil tinggal tergantung manusianya aja, ungkap
Kedatangan orang-orang Tionghoa ke yang berbahasa Hakka. Orang-orang Tiongkok Kehadiran kuil atau yang disebut Pak Tom Fuk Lung.
Singkawang sendiri dimulai sejak ratusan tahun inilah yang kemudian menjadi leluhur orang Kung di dalam masyarakat Tionghoa tidak
silam, sekitar tahun 1770, dimana waktu itu Tionghoa di Singkawang. saja sebagai pusat peribadatan, tapi juga Menghormati Perbedaan
Kala itu Singkawang hanyalah sebuah merupakan tempat pertemuan warga. Meski memiliki perbedaan agama, budaya,
tempat persinggahan sementara bagi mereka Bangunan yang didominasi warna merah ini dan adat istiadat, warga ketiga suku ini
yang berminat bekerja sebagai penambang dapat ditemui di setiap sudut kota dan Tionghoa, Dayak, dan Melayudapat hidup
emas. Namun dalam perkembangannya, perkampungan Tionghoa. Kehadirannya bisa berdampingan dengan damai tanpa sekat-
ternyata di antara mereka ada pula yang diidentikkan dengan keberadaan orang sekat pemisah yang membatasi ruang dan
menetap dan membangun desa yang berada Tionghoa di suatu wilayah. Seperti kehadiran gerak warganya. Singkawang bisa jadi
di tepian sungai. Perkampungan Tionghoa masjid di perkampungan Melayu, dan rumah merupakan sebuah contoh kehidupan dimana
sendiri tersebar di delapan penjuru mata adat di wilayah perkampungan etnis Dayak. budaya lokal dapat bersanding dengan para
angin daerah pesisir pantai, tepi sungai, Berbagai ukuran kuil bisa ditemui di sini. Mulai pendatang. Bahkan, tidak hanya beradaptasi
hingga ke pelosok hutan. Daerah Mungguk dari seukuran kamar hingga aula gedung- dengan kultur dan budaya masyarakat
Pancung, Kulor, Pajintan, Hang Mui, Mungguk gedung pertemuan. Dengan demikian sangat setempat, di Singkawang, para pendatang
Muchsin Roban, Sakok, Saliung, Kali Asin, tepat kiranya jika kota ini mendapat julukan justru bisa turut mewarnai budaya setempat
Sedau, Lirang, Pasir panjang, Sungai Nangka, Kota Seribu Kuil. dengan budaya dan adat istiadat negeri leluhur
Sagatani, Sijangkung, Sampalit, dan Lohabang Banyaknya kuil atau kelenteng di mereka.
Anand Yahya

merupakan daerah pinggiran kota yang Singkawang, menurut Tom Fuk Lung berkaitan
menjadi perkampungan warga etnis Tionghoa.

Anand Yahya
Anand Yahya

8 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 9
TOKOH
MASYARAKAT.
A. Akiun-tokoh
Dayak, Tom Fuk
Lung-tokoh
Tionghoa, dan
Fahadi-tokoh
Melayu (dari kiri ke
kanan).

Anand Yahya
Pandangan bahwa etnis Tionghoa selalu hidup lebih Untuk bidang pekerjaan, masyarakat etnis Dayak
makmur daripada warga asli tidak berlaku di tak jauh berbeda dengan kedua etnis lainnya, ada yang
Singkawang. Di kota ini, semua jenis pekerjaan yang sebagai petani, buruh, pedagang, penyadap karet, dan

Bambang (Tzu Chi Singkawang)


dilakukan oleh orang Dayak, Melayu, dan pendatang pegawai. Mayoritas mereka bekerja di sektor pertanian
lainnya Jawa, Madura, dan lainnya juga dikerjakan dan perkebunan. Begitu pula dengan etnis Melayu,
oleh masyarakat etnis Tionghoa. Mulai dari pekerjaan mereka lebih banyak bekerja di sektor nonformal, seperti
halus hingga yang kasar sekalipun. Orang Tionghoa di petani, buruh, dan pedagang. Hanya sebagian kecil saja
sini (Singkawang) kerja di bidang apapun. Yang jadi yang bekerja sebagai pegawai, baik negeri maupun
tukang becak ada, guru ada, jadi di segala bidang, swasta.
nggak seperti di Jawa. Karena itulah di sini Jika ditilik dari sisi jumlah penduduk, masyarakat
pembaurannya sangat kental, terang Tom Fuk Lung dari etnis Dayak menempati posisi urutan ketiga, setelah PEMBAURAN. Cap Go Meh, kita saling mendukung dan kerja Mandarin, apalagi orang Dayak. Jadi kalo Imlek
lagi. Tionghoa dan Melayu. Berbeda dengan masyarakat Para pendatang sama. Orang Melayu ngadain hajatan (tahun baru Tionghoa red), banyak orang
Dengan tingkat sosial dan ekonomi yang setara, Tionghoa dan Melayu yang umumnya tinggal di pusat dari negeri (syukuran -red), kita datang, kata Akiun lancar. Dayak yang ikut. Ini karena persoalan asimilasi
praktis tidak terdapat kesenjangan sosial yang tajam. kota dan sekitarnya, masyarakat etnis Dayak ini tinggal Tiongkok ketika yang kuat, jelas Fuk Lung.
Gaya dan cara hidup mereka hampir sama, juga tingkat di pinggiran kota dan pedalaman-pedalamanbaik datang banyak
Perkawinan Silang dan Pembauran Menurut Fuk Lung, Singkawang termasuk
yang tak
pendidikannya. Bersekolah di tempat yang sama, ikatan bukit maupun hutan. Yang tinggal di Kota Singkawang Pembauran yang telah terjadi sejak ratusan cepat mengikuti perubahan zaman. Contohnya
membawa
emosional yang terbangun di antara mereka menjadi jumlahnya sekitar 7-8 %, kebanyakan tinggal di tahun lalu telah menyebabkan terjadinya dalam perkawinan, masyarakat etnis Tionghoa
pasangan. Tak
semakin kuat. Ini diakui sendiri oleh Fuk Lung, Sekolah pedalaman (Singkawang Selatan dan Timur), terang heran jika terjadi tak lagi memakai adat seperti di negeri leluhur
asimilasi atau perkawinan campur antar etnis.
adalah tempat pembauran yang paling baik. Saya sendiri Akiun. perkawinan merekabetul-betul sederhana. Lain dengan
Suatu hal yang wajar terjadi tatkala masyarakat
sudah merasakan ketemu berbagai suku. Ini sekolah Meski di setiap wilayah atau kampung terdapat campur dengan daerah Tangerang, masih ikut zaman dulu.
yang berbeda etnis ini hidup dalam satu
sangat penting, tempat pembauran suku yang paling konsentrasi massa etnis tertentu, hal itu tidak membuat warga asli Walau mereka (warga etnis Tionghoa Tangerang
komunitas di masyarakat.
efektif. Ketemu teman dari berbagai suku seperti saudara kehidupan bermasyarakat menjadi tersekat-sekat. Bukan Singkawang, -red) nggak ngerti bahasa Mandarin, tapi mereka
Dayak ataupun Umumnya yang terjadi adalah perkawinan
sendiri. saja dalam hubungan keseharian, saya kira sudah masih kental dengan budaya leluhur. Kalo di
Melayu. Tingkat silang antara etnis Tionghoa dengan etnis Dayak.
A. Akiun, salah seorang tokoh etnis Dayak di membaur dan menyatu di dalam kehidupan sehari- sini nggak ada, kecuali sembahyang Toa Pe
ekonomi yang Kalo dengan Melayu agak jarang. Bukan apa-
Singkawang merasa bahwa kehidupan masyarakat di hari, tegas Fahadi, salah seorang tokoh Melayu. Kong, terang Fuk Lung.
sama juga apa, cuma karena ikatan agama. Kalau orang
Singkawang yang multietnik ini cukup harmonis. (Etnis) Menurutnya, hal ini merupakan wujud dari kebutuhan Singkawang bisa jadi merupakan contoh
membuat Tionghoa dan Dayak untuk memelihara dan
Tionghoa, Melayu, dan Dayak hidup harmonis. Tidak dan keinginan masyarakat untuk hidup aman, damai, pembauran yang tepat, bagaimana sebuah kota dibangun
ada persoalan-persoalan berarti yang berpengaruh luas tertib, dan sejahtera. Karena Singkawang merupakan makan daging babi kan nggak apa-apa, beda oleh para pendatang dengan tetap mengawal
menjadi lebih
terhadap kehidupan masyarakat Singkawang, kata kota yang multietnis, ras, dan agama. Kita harus bersatu, dengan Melayu yang beragama Islam, jelas tradisinya. Singkawang juga menjadi bukti
mudah terjadi.
Akiun. Meski begitu, Akiun tetap mengakui jika ada saling bantu-membantu agar bisa mewujudkan dan Fuk Lung beralasan. Terlebih kala itu banyak bagaimana sebuah kehidupan bisa berjalan
masalah-masalah kecil yang sifatnya pribadi. Itu hal mempertahankan Kota Singkawang ini sebagai kota para perantau dari Tiongkok yang ketika datang harmonis meski dalam keberagaman. Perbedaan
biasa, jangankan antar etnis, antar keluarga aja ada, yang penuh persaudaraan, kata Fahadi berpesan. Tom ke SingkawangMonteradotidak membawa bukanlah sebuah kelemahan, tetapi justru dapat
ungkapnya. Akiun yang juga dosen di salah satu Fuk Lung malah meyakinkan bahwa bukan hal yang istri dan keluarga mereka. Selain hal tersebut, menciptakan kehidupan yang jauh lebih baik
universitas swasta di Singkawang ini juga membagi sulit untuk menciptakan pembauran, Karena tingkat saat itu di Monterado masyarakat asli yang dan berwarna. Ketika memandang perbedaan
resep untuk tetap kukuhnya kehidupan yang harmonis ekonominya hampir sama. Maka, tak heran jika dalam tinggal di sana mayoritas berasal dari etnis sebagai sebuah kekuatan, maka tak ada lagi
di Singkawang. Harus ada saling pengertian di antara berbagai acara tradisi maupun budaya, diikuti dan Dayak. Tapi nggak nampak perbedaan. Kini sekat-sekat yang membatasi sendi-sendi
etnis-etnis (Tionghoa, Dayak, dan Melayu) itu, tegasnya. dimeriahkan oleh semua unsur masyarakat. Kegiatan banyak penduduk Melayu yang fasih berbahasa kehidupan di masyarakat.

10 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 11
Sajian Utama

Kerelawanan,
Sebuah Panggilan Jiwa
Oleh: Veronika Usha

Bukan uang atau sebuah popularitas yang dicari


para sukarelawan ini, melainkan ladang kebajikan
dan tempat melatih diri.

Foto: Dok. Tzu Chi


Kerelawanan
Semangat

H ati Christofel Apriadi selalu tergerak setiap kali melihat


penderitaan yang dialami oleh anak-anak jalanan dan orang
terlantar. Baginya, kehidupan jalanan yang keras akan memberikan
dampak buruk bagi anak-anak penerus bangsa.
Menurut saya, anak-anak ini hanya memiliki dua pilihan. balik lubuk hati setiap individu pun terpanggil. Buktinya,
Pertama, mereka yang mau berubah dan keluar dari tidak perlu menunggu waktu lama, bantuan langsung
kehidupan jalanan, akan menjalani hidupnya dengan datang dari segala penjuru.
baik. Yang kedua, jika anak-anak tersebut tetap bertahan, Pencarian korban terus dilakukan oleh tim SAR,
maka mereka juga akan menjalani kehidupannya dengan Bakornas, masyarakat, serta keluarga korban yang
baik, tapi sebagai seorang kriminal, seloroh pria selamat. Tim tanggap darurat dari beberapa lembaga
kelahiran Jakarta 44 tahun lalu itu. Kenyataan inilah sosial masyarakat (LSM) juga langsung berkoordinasi
yang akhirnya menggugah hati Apriadi untuk mendirikan dengan aparat setempat untuk membangun posko-
sebuah rumah perlindungan anak-anak jalanan dan posko sementara, yang berfungsi menyalurkan bantuan
terlantar (Home of Pro Life). Tidak hanya aktif mengurus baik dalam bentuk makanan, obat-obatan, maupun Anand Yahya
Home of Pro Life, kini pria berambut panjang tersebut pendampingan psikologis kepada para korban bencana. JIWA PEDULI. Ketika tanggul Situ Gintung jebol, berbondong-bondong orang mendaftar menjadi relawan.
juga sering menghabiskan waktunya untuk membantu Sabtu, 28 Maret 2009, setelah memperoleh nama- Ternyata jiwa kepedulian masih ada dalam masyarakat.
pengobatan orang miskin yang tengah menderita nama korban yang tertimpa bencana, Adi Prasetyo
penyakit, maupun para gelandangan yang meninggal menggalang 40 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi
di jalan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli Indonesia untuk turut serta dalam memberikan bantuan
kepada mereka, tegasnya. kepada para korban bencana. Namun karena untuk
menyalurkan bantuan secara langsung ke tangan korban
Pelita dalam Gelap menjadi tidak mungkin karena keadaan, maka secara
Tingginya tingkat kemiskinan, ditambah fenomena simbolis Adi mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,
bencana alam yang terjadi di beberapa daerah di menyerahkan paket bantuan Tzu Chi berupa 200 buah
Indonesia, seolah menambah panjang list penderitaan selimut dan 200 buah handuk kepada pihak Kodam
yang harus dihadapi. Menurut data Wahana Lingkungan Jaya.
Hidup Indonesia (Walhi), antara tahun 2006-2008, Hati siapa yang tidak tergerak melihat bencana
sedikitnya telah terjadi 840 peristiwa bencana alam di ini? Seorang pendongeng anak, Awam Prakoso

Apriyanto
Indonesia. Sedangkan periode sebelumnya, 1998-2003, mengaku langsung tersentuh ketika melihat berita
tercatat sebanyak 647 peristiwa. Ini berarti, setiap tahun jebolnya tanggul Situ Gintung di layar televisi.
bencana alam di Indonesia mengalami indikasi Kebetulan jarak antara lokasi kejadian dengan rumah
peningkatan. saya tidak terlalu jauh, ungkap Awam. Di tengah TEKAD MULIA. Selain
Masih segar dalam ingatan kita, peristiwa jebolnya kegelisahannya, tiba-tiba pria kelahiran 36 tahun lalu menyediakan tempat
tanggul Situ Gintung, 27 Maret 2009 lalu, di Kelurahan ini teringat kepada salah satu pemain bandnya yang tinggal, Christofel Apriadi
Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, yang kebetulan tinggal di daerah terjadinya bencana. Pagi dibantu dengan kedua
menjadi buah bibir seluruh media massa beberapa bulan itu juga, Awam langsung berangkat ke lokasi bencana temannya (FX Andreanto
lalu. Meskipun tidak sebesar bencana tsunami di Aceh, untuk mencari Ari Wibowo, atau yang akrab disapa dan Aventinus GEA) juga
jebolnya tanggul situ seluas 21 hektar tersebut, telah dengan Kak Pekong. Setelah berkoordinasi dengan mengajarkan beberapa
meluluhlantakkan lebih kurang 420 pemukiman warga, aparat setempat, dan memelototi barisan nama di keterampilan kepada
dan merenggut korban jiwa sebanyak 100 orang beberapa papan pengumuman korban, akhirnya Awam anak-anak penghuni
meninggal, 192 hilang, dan 190 korban luka-luka. menemukan apa yang dicarinya, meskipun sudah dalam Home of Pro Life.
Peristiwa yang terjadi di tengah Kota Tangerang keadaan tidak bernyawa. Rasa sedih, takut, dan kecewa
tersebut langsung mengundang simpati dari banyak yang dirasakan para korban, perlahan mulai

Apriyanto
pihak. Sisi kerelawanan yang tengah bersembunyi di menyelimuti hati Awam.

14 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 15
Kerelawanan
Semangat

Himawan Susanto
MENGHIBUR. Walaupun seorang sarjana ekonomi, Awam ternyata memilih untuk mengikuti panggilan
hatinya untuk lebih dekat dengan anak-anak dengan cara mendongeng kepada pengungsi korban bencana.

Saat berjalan melintasi lokasi pengungsian, Awam di beberapa titik posko, seperti RT 04, RT 03, dan RT
tertegun melihat segerombolan anak-anak yang tengah 01. Karena tidak semua anak bisa pergi ke Pondok
terdiam menatap kegelisahan orang-orang di sekitarnya, Ceria, jadi saya yang lebih memilih untuk pergi ke
Sepertinya, hati saya merasakan kepedihan dan sana, jelas Awam.
kebingungan mereka. Saat itu juga saya bertekad kalau Kehadiran para pejuang-pejuang kemanusiaan di
anak-anak ini tidak boleh larut dalam bencana ini. tengah duka nestapa para korban memang laksana
Tanpa persiapan yang matang, Awam langsung pelita dalam pekatnya malam. Besar kecilnya bantuan
mengambil inisiatif untuk mengumpulkan anak-anak yang diberikan dalam bentuk materi maupun moril,
tersebut dan mulai menghibur mereka dengan tak ubahnya seperti cahaya pengharapan bagi mereka
mendongeng. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. yang membutuhkan.
Walaupun dalam keadaan bencana seperti ini, mereka
tidak boleh kehilangan dunianya. Kita harus bisa Bekerja dengan Hati
melonggarkan beban mereka, karena kalau tidak ini Semangat kerelawanan tidak hanya tumbuh dalam
akan berdampak buruk bagi perkembangan jiwa mereka menyikapi bencana-bencana besar. Semangat ini juga
nantinya, tegas pria yang berharap bisa hadir pada diri Asien, salah satu relawan Tzu Chi.
mengembalikan keceriaan anak-anak pascabencana Perawat belum juga berganti shift, tapi sosok mungil
tersebut. berseragam biru putih itu sudah berdiri tegak di sana.
Awam memegang teguh komitmennya dalam Dengan pena di tangan, Hsu Kie Sien nama lengkap
pendampingan anak-anak korban bencana Situ wanita berumur 43 tahun tersebut, dengan cekatan
Gintung. Secara intens, ayah dari dua orang anak ini menulis setiap catatan-catatan penting mengenai data
mendongeng di Pondok Anak Ceria, sebuah pondok para pasien yang perlu mendapatkan perhatian.
yang dibuat oleh tim tanggap Kak Seto yang bekerja Biasanya saat pergantian shift seperti ini, mereka SEPERTI DIRI SENDIRI. Relawan pemerhati RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, melayani
sama dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak. (Suster- red) saling bertukar informasi mengenai kondisi para pasien dengan sepenuh hati. Lakukan apa yang ingin kau dapatkan ketika
Selain di Pondok Anak Ceria, saya juga mendongeng para pasien, penanganan, atau obat-obatan yang kamu sedang sakit, ucap Asien, salah satu relawan pemerhati.

16 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Foto: Ratna Kumala
walaupun sulit, pasti tetap akan terasa mudah dan melakukannya terlebih dahulu. Tidak hanya anak-anak,
ringan, ucap Asien, yang mengaku sering menjadi saya juga belajar untuk memasak, membersihkan rumah,
tempat berkeluh kesah, maupun berbagi kebahagiaan serta tidak merokok, tegas pria yang memilih untuk
Kerelawanan
Semangat

para pasien. bervegetarian, sebagai bentuk keprihatinan terhadap


penderitaan orang miskin.
Sarana Melatih Diri Bukan hanya Apriadi, Asien juga menyadari bahwa
Sebagian orang berpikir, untuk menjadi relawan apa yang telah dilakukannya bersama Tzu Chi telah
dibutuhkan uang dan waktu yang banyak. Padahal mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Banyak
dalam kenyataannya, hal tersebut tidak selalu berlakuhal positif yang saya dapatkan. Selain menambah
demikian. pengetahuan mengenai jenis penyakit dan obat-obatan,
Apriadi, yang mendirikan Home of Pro Life sejak di sini saya juga belajar untuk bisa menahan diri, jelas
tahun 2007 tidak pernah mengkhawatirkan bagaimana Asien yang mengaku mudah terpancing emosinya. Dulu
ia harus menjalani kehidupannya. Saya seorang saya bukanlah orang yang sabar. Bahkan saya bisa
pengangguran abadi, tapi kenyataannya hingga kini marah-marah dan menggampar keponakan saya hanya
saya tetap bisa mencukupi kebutuhan rumah karena mendengar mereka bertengkar, tambahnya.
pendamping, yang setiap bulannya menghabiskan biaya Setelah menjadi relawan pemerhati, emosi Asien
sekitar 10 juta rupiah, jelas Apriadi. yang dulu meledak-ledak, kini perlahan mulai lebih
terkendali. Saya beruntung diberikan kesehatan yang
Setiap jalan akan terbuka ketika hati kita ikhlas
untuk melayani. Inilah yang dirasakan oleh Apriadi. baik. Saya melihat orang lain yang lebih menderita
Bantuan dana maupun dukungan tidak pernah berhenti daripada saya saja, masih bisa bersabar dan bersyukur,
kenapa saya tidak bisa, ucap Asien, yang saat ini juga
mengalir dalam setiap kegiatan sosial yang dilakukannya,
Baru-baru ini saya mengalami pengalaman unik yang mulai membiasakan diri untuk selalu mengucapkan kata
semakin menguatkan diri untuk terus menjalani terima kasih.
pelayanan ini. Saat itu stok beras untuk anak-anak Ini bukan tentang apa yang telah dilakukan oleh
(sebutan untuk anak-anak jalanan yang diasuhnya -red)para relawan, tapi lebih kepada apa yang bisa
sudah habis. Ketika saya ingin sms teman untuk dihasilkan oleh semangat kerelawanan itu sendiri.

Ivana
IKHLAS DAN SUKACITA. Kata Perenungan Master Cheng Yen berbunyi, Melakukan dengan sukarela, menyumbang beras, tiba-tiba saja salah satu komunitasSelain meringankan beban penderitaan masyarakat
menerima dengan suka cita. Para relawan di salah satu Sekolah Luar Biasa bagi keluarga kurang mampu, gereja datang dan menyumbangkan beberapa karung yang membutuhkan, semangat kerelawanan juga
dengan penuh kesungguhan mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus ini. beras kepada kami. mengajarkan kita untuk lebih mensyukuri hidup,
Selama lebih kurang 9 tahun melakukan kegiatan sehingga secara tidak langsung menjadi sebuah proses
dibutuhkan, ucap Asien, yang sudah lebih dari 3 bulan beban penderitaan yang dialami para pasien. Rasa peduli kemanusiaan, Apriadi pembelajaran menuju pribadi yang lebih baik.
ini rutin menjadi salah satu relawan pemerhati di terhadap penderitaan inilah yang menguatkan tangan mengaku mendapatkan
Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi. Asien untuk terus berkarya di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. banyak sekali pelajaran
Setelah proses pergantian shift selesai, Asien dan Saya selalu membayangkan bagaimana perasaan saya hidup. Selain
beberapa relawan lain langsung bekerja membantu apabila saya berada dalam posisi mereka. Tentunya saya mempertebal iman
para perawat di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Mulai dari pasti berharap mendapatkan perhatian dari orang lain, Katholiknya, Apriadi juga
mengganti seprai di kamar pasien, membuang air seni ucap wanita yang memiliki prinsip melayani orang lain belajar untuk memahami
di dalam pispot, hingga mengganti perban para pasien dengan maksimal, seperti layaknya merawat diri sendiri. karakter banyak orang.
penderita gula (diabetes), ia lakukan dengan senang Tidak hanya membantu pekerjaan perawat, Asien Awalnya, tidak mudah
hati. Ini merupakan kali pertama saya melihat dan relawan pemerhati lainnya juga sering terlihat asyik menyelam ke dalam diri
penderitaan para pasien diabetes, ungkapnya. bercengkrama dengan para pasien. Bahkan sebuah anak-anak. Untuk
Asien menjelaskan betapa tersentuh hatinya ketika pelayanan spesial (keramas rambut dengan mengajarkan mereka
melihat seorang nenek penderita diabetes yang memiliki menggunakan kursi khusus seperti di salon -red), juga membersihkan rumah
luka cukup dalam di bagian bokongnya, Bagian bokong rutin dilakukan kepada para pasien. Seumur hidup istri saja, butuh waktu hingga
nenek itu sudah bolong, dan mengeluarkan bau yang saya, baru kali ini ia merasakan keramas di salon. satu tahun. Belum lagi
sangat tidak sedap. Setiap hari, kami harus rutin Keramasnya ya di salon Tzu Chi, ucap Somad, suami melarang mereka merokok
membersihkan, mengobati, dan mengganti perbannya. salah satu pasien diabetes yang bernama Rohaya, sambil di dalam rumah, ucap
Kondisi luka nenek tersebut memang cukup parah, yang tertawa. Apriadi.
menyebabkan tulang dan duburnya seolah hampir Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Oleh sebab itu,
menjadi satu. Sehingga tidak jarang Asien dan beberapa Chi menyadari bahwa kesembuhan para pasien tidak

Hadi Pranoto
sebelum Apriadi meminta
relawan lainnya bisa melihat kotoran di dalamnya. hanya diperoleh dari pengobatan semata, tapi satu hal anak-anak untuk
Tapi anehnya, Asien mengaku tidak pernah merasa yang perlu diperhatikan adalah ketenangan jiwa dari mengikuti peraturannya,
jijik ataupun ingin muntah setiap kali berhadapan dengan para pasien. Inilah yang menjadi tugas berat para relawan maka Apriadi pun belajar MELATIH DIRI. Tidak hanya mengurangi penderitaan orang lain, para relawan juga
kondisi serupa. Justru sebaliknya, ia merasa iba melihat pemerhati. Yang penting kita bekerja dengan hati, jadi belajar untuk terus melatih diri.

18 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 19
Sajian Utama

A
pa alasan Anda mau menjadi relawan Tzu Chi?
Karena di sini saya bisa berbuat kebaikan,

Sekolah Lagi di Tzu Chi


daripada di rumah ndak ada kerjaan, malah
pusing, kata seorang relawan. Saya dari dulu memang
suka kegiatan yang sifatnya sosial begitu, kata relawan
yang lain. Yang seorang lagi menambahkan, Kalau bisa
bantu orang rasanya seneng. Biarpun kadang-kadang
ya merasa ada beban tanggung jawab juga.
Oleh: Ivana Umum bagi relawan, bergabung dalam Tzu Chi
dengan membawa sebuah niat, membantu orang lain
Tidak cukup hanya melakukan perbuatan baik, setelah melakukan kita harus yang membutuhkan. Di luar, Tzu Chi lebih terkenal
merenungkannya, dan kemudian menceritakan kepada orang lain. Dengan begitu, sebagai yayasan sosial kemanusiaan yang membagi
baru perbuatan baik itu dapat mengembangkan kebijaksanaan kita. beras, membantu biaya pengobatan, menggelar baksos
kesehatan, dan akhir-akhir ini menggalakkan program

Aan
daur ulang sampah. Kecuali sudah bergabung cukup
lama, tak semua orang memahami hubungan antara
semua kegiatan ini dengan tujuan utama Tzu Chi:
menyucikan hati manusia.

Dunia Relawan
Setelah saya bergabung di Tzu Chi, saya , sesi
sharing atau berbagi kisah semacam ini selalu ada dalam
kegiatan pelatihan (training) Tzu Chi. Metode bercerita
ini lebih digemari sebab terasa ringan, di samping lebih
meyakinkan karena berdasarkan pengalaman nyata
seseorang. Yang memberi sharing umumnya adalah
para relawan atau peserta yang mendapatkan
pengalaman diri atau perubahan pribadi yang berkesan.
Cerita yang mereka kisahkan pun, menjadi pelajaran
bagi para peserta pelatihan yang mendengarnya.
Di samping kegiatan-kegiatan sosialnya, Tzu Chi
sering mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para
relawan. Setiap komunitas Hu Ai (saling menyayangi)
biasanya melakukan sosialisasi calon relawan sekali
setiap bulan. Lalu setiap He Qi (harmonis) mengadakan
pelatihan relawan abu putih minimal sekali dalam
setahun, secara skala besar pelatihan relawan biru putih
dilakukan dua kali per tahun. Ditambah lagi dengan
pelatihan calon komite dan komite, total tak kurang
dari 12 sosialisasi dan 6 pelatihan relawan yang digelar
setiap tahunnya.
Kenapa harus ada pelatihan? Master Cheng Yen
(pendiri Tzu Chi red) dalam ceramahnya selalu
mengatakan bahwa kita di Tzu Chi itu mau bina diri.
Nah dalam bina diri itu tentunya harus tau dulu mana
yang bener, mana yang salah. Bagaimana kita taunya?
Salah satu sarana untuk tau adalah melalui training,
Suriadi, koordinator training Tzu Chi menjelaskan panjang
lebar. Lewat pelatihan pula, relawan disiapkan untuk

Anand Yahya
menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak
mengenakkan sewaktu berkegiatan, serta bagaimana

20 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 21
Kerelawanan
Semangat

Anand Yahya
Ivana
BINA DIRI , BINA HATI. Relawan Tzu Chi senior ditandai dengan seragam biru putih wajib mengikuti sejumlah LINTAS PERBEDAAN. Pelatihan diri berlaku untuk semua orang dan tidak tersekat dalam agama atau
peraturan. Tujuannya untuk membina perilaku dan diri mereka agar berubah menjadi lebih baik. bangsa apa pun. Tujuannya agar kehidupan lebih harmonis dan bahagia.

harus melaluinya. Training itu ibarat kita sekolah, dapat untuk membina diri, melatih kesabaran dan relawan dan dapat menggunakan seragam abu putih.
Ke Dalam dan ke Luar
teori, dan berkegiatan itu kita ujian, ujar Suriadi kebijaksanaan mereka. Di sini ia telah menjadi relawan Tzu Chi (yunior).
Masih berpegangan pada pesan Master Cheng Yen,
menambahkan. Sebagai wadah yang penuh dengan Jenjang awalnya kita masuk ke dalam Tzu Chi Kemudian bila ia aktif dan bersedia mengemban
Suriadi menuturkan bahwa di Tzu Chi terdapat pedoman
relawan dari beragam latar belakang, sangat mudah adalah untuk melakukan kebajikan, menolong orang. tanggung jawab dalam kegiatan, maka ketua
Fu Hui Siang Siu (menanam berkah dan
terjadi gesekan antara karakter relawan yang satu Jenjang berikut kita liat lebih dalam lagi, bahwa lewat komunitasnya dapat merekomendasikan kenaikan ke
mengembangkan kebijaksanaan secara bersama-sama).
dengan yang lain. Namun, justru dalam kendala yang menolong orang, kita juga menggali rasa syukur. Dari jenjang biru putih. Bentuk komitmen seorang relawan
Menanam berkah diwujudkan dengan melakukan
pasti muncul inilah, kesempatan bagi para relawan situ masuk lagi lebih dalam, yaitu untuk memberi tanpa biru putih (senior) dituntut lebih lagi, termasuk ia mulai
perbuatan baik, sementara mengembangkan
pamrih dan mengikis keegoan, menggalang hati donatur untuk kegiatan kemanusiaan
kebijaksanaan dilakukan sembari berbuat baik dan
Like, relawan senior Tzu Chi Tzu Chi. Sementara, bagi para relawan yang memilih
melalui pelatihan-pelatihan. Like berkata, Di Tzu Chi
berpendapat. Ia melihat bahwa ini menjadi komite berarti mereka telah menetapkan hati
tidak mungkin tidak melakukan langsung. (Kita) Harus
sebabnya setiap relawan Tzu Chi menjadi murid Master Cheng Yen dan siap mengabdikan
melakukan dan merasakan sendiri. Itu sebabnya dibilang
diwajibkan terjun langsung dalam kehidupan untuk orang lain.
kita sebenarnya sekolah di Tzu Chi. Untuk menyokong
kegiatan, tanpa memandang Melalui tahapan-tahapan ini, pada akhirnya relawan
perkembangan kebijaksanaan relawan pula, dalam Tzu
statusnya. Sebab melihat Tzu Chi tidak lagi sesederhana pada waktu awal bahwa
Chi diberlakukan tingkatan relawan. Mulai dari relawan
penderitaan orang lain merupakan mereka datang hanya untuk membantu orang lain yang
yang baru bergabung dengan cirinya mengenakan rompi
langkah awal bagi relawan agar hidupnya kurang beruntung, namun dalam diri mereka
kuning, relawan abu putih, relawan biru putih, serta
memiliki rasa syukur. pun berkembang kebijaksanaan dan berubah menjadi
komite/Tzu Cheng. Perbedaan antar tingkatan relawan
lebih baik. Dan para penerima bantuan juga dimotivasi
ini terutama pada bobot tanggung jawab dan komitmen
untuk membantu orang lain kembali, tidak melulu harus
mereka pada Tzu Chi. Untuk mendapat kenaikan
dengan menjadi relawan Tzu Chi. Inilah makna bahwa
DARI PENGALAMAN ORANG jenjang, relawan harus memenuhi kriteria tertentu, salah
Tzu Chi merupakan tempat pelatihan diri, menyucikan
LAIN. Sesi sharing yang satunya mengikuti pelatihan sesuai jenjangnya.
hati sendiri dan orang lain. Sebuah sekolah untuk
bentuknya saling berbagi Pada saat seseorang baru bergabung, ia akan
mempelajari kehidupan.
pengalaman antar relawan selalu menerima sosialiasi calon relawan yang menerangkan
Anand Yahya

mengisi pelatihan-pelatihan yang tentang pedoman dasar Tzu Chi. Setelah melalui
diadakan oleh Tzu Chi. sosialisasi dan merasa cocok, ia dapat mengisi formulir

22 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 23
Sajian Utama
menjelaskan. Perempuan ini memang berlatar belakang lagi maka dengan dana bantuan dari sebuah perusahaan,
guru sekolah dasar, sesuai pendidikan Sekolah Guru dinding kelas dijebol hingga menyatu dengan teras. Di

Berbuat Menurut Kata Hati


Atas yang pernah ditempuhnya. Dari kelas itu Harini tengah, bermacam poster tentang lingkungan memenuhi
mulai mengajar para tetangganya untuk melestarikan dinding, menjadi latar kelas. Tulisan 4R besar dengan
lingkungan. jelas terbaca bahkan dari pintu masuk.
Ayah Harini seorang mantri tani pada zamannya, Di bagian belakang, terdapat bengkel untuk
maka tak heran bila putrinya memahami tatacara mempraktikkan pembuatan kertas daur ulang. Juga ada
Oleh: Ivana memelihara tanaman. Dengan bekal ilmu yang dipunyai karung-karung untuk membuat kompos. Saya sadar
dan modal dari kantong sendiri, Harini membeli beberapa sesadar-sadarnya, bahwa negeri ini menuntut masyarakat
Kami belajar untuk tanah air, kami mati pun untuk tanah air, begitu sumpah yang jenis bibit bumbu dapur seperti kunyit, jahe, dan kencur berperan menanggulangi pencemaran air, udara, dan
diucapkan Harini Bambang Wahono sejak duduk di bangku sekolah. Kata-kata ini untuk ditanam di kaleng oleh para ibu rumah tangga sampah, tegasnya. Harini prihatin melihat perilaku
meresap dalam batinnya, memberi kekuatan untuk berbuat lebih banyak di Banjarsari tersebut. Tanaman yang tumbuhnya paling masyarakat yang terbiasa membuang sampah di sungai.
untuk lingkungan Indonesia dengan sukarela. bagus, kita lombakan,ujarnya. Ia mengaku langkah- Dari Lampung sampai Aceh sama, katanya. Maka ia
langkah untuk mengajak masyarakat peduli lingkungan coba mensosialisasikan pembuatan kompos dari sampah
rumah tangga. Bahkan Harini juga
membuka kelas bagi para
pemulung dan tukang sampah
untuk memanfaatkan kembali
sampah.
Sampah plastik itu sampe
400 tahun baru hancur. Jadi sampe
kita meninggal, sampah itu masih
ada, Harini membeberkan. Ia
bahkan mempertanyakan pada
saya, pantaskah perilaku sebuah
bangsa meninggalkan warisan
pada anak cucu berupa sampah?
Itulah yang bikin prihatin. Saya
berbuat sesuatu untuk mengatasi
apa yang saya liat ndak benar,
lanjutnya. Dan ia tidak sendiri.

Dok. Pribadi
Harini punya tim yang bersama
mengajar di kelas ini. Mereka
TERUS BERDEDIKASI. Tahun ini Harini berusia 78 tahun, namun pengabdian adalah para relawan yang juga
dan pengorbanannya tidak melapuk. Usia bukan alasan untuk berhenti membantu secara sukarela
berjuang. membagi ilmu melestarikan
lingkungan. Tak terhitung jumlah
dijalaninya dengan sangat perlahan. Meski demikian, orang yang pernah menjadi murid di kelas tersebut,
Ivana jumlah warga yang ikut serta menghijaukan wilayah tapi tak pernah dikenakan suatu tarif belajar. Bila
Banjarsari semakin bertambah. Tahun 1992, sewaktu berkenan, mereka dipersilahkan mengisi uang kas
Bambang yang tadinya menjabat Ketua RT 07 diangkat lingkungan serelanya. Semua dibangun atas dasar

S
menjadi Wakil Ketua RW, Harini mendapat angin segar kesukarelaan.
ewaktu belajar di sekolah pada masa pendudukan Saya bertemu dengan Harini di kelas kecilnya di
untuk memperluas area hijau-nya. Ia mulai mengajukan
Jepang, Harini telah menanamkan kecintaan pada daerah Banjarsari, Cilandak, Jakarta Selatan. Dahulu, ini
proposal ke Departemen Pertanian untuk mendapat Melanjutkan Perjuangan
bangsa. Setiap hari sebelum masuk kelas, kita adalah rumah yang ditempatinya bersama Bambang
bibit juga pelatihan. Harini beruntung, sebab dalam menjalankan semua
harus sumpah dulu untuk mencintai negeri kita, kata Wahono, suaminya. Keduanya bertemu di Solo pada
pengabdian, ia selalu mendapat dukungan penuh dari
perempuan yang kini berusia 78 tahun tersebut. masa perang mempertahankan kemerdekaan. Bambang
Kelas Kecil yang Asri keluarganya. Bambang tak pernah memprotes meski ia
Panggilan eyang, bagi nenek asal Solo, Jawa Tengah adalah seorang tentara. Mereka baru mulai pindah ke
Kelas kecil itu ditata apik. Ruangnya masih memiliki tahu istrinya menyisihkan uang belanja keluarga untuk
itu memang sudah pantas disandangnya. Namun Banjarsari pada tahun 1980. Di tempat ini, Harini
kesan bangunan tua yang teduh. Namun menurut saya kepentingan sosial. Tahun 1999, Bambang yang memang
menjadi eyang tak berarti Harini punya niat beristirahat memulai pengabdiannya. Awalnya ia mendapati bahwa
deretan pot tanaman bersusun di sisi kiri kelaslah yang memiliki penyakit jantung, pergi mendahului Harini.
dari pekerjaan sosialnya. Ia masih memenuhi undangan banyak perempuan di sekitarnya tidak dapat membaca
memberi kesan segar sekaligus alami pada ruangan Sebelum meninggal dia pesen untuk melanjutkan
bicara dalam berbagai instansi, mengajar di kelas, dan menulis. Saya awalnya buka kelas baca-tulis. Ya
tersebut. Padahal tata ruang ini terjadi tanpa sengaja. perjuangan. Waktu itu saya jawab, Perjuangan gimana,
termasuk mewakili Indonesia dalam forum internasional di kelas ini juga. Tapi saya bilangnya, 'Ayo kita teruskan
Sisi kiri tersebut semula merupakan teras samping, lha wong kita sudah merdeka kok. Terus dia jelaskan
di luar negeri. belajar.' Termasuk belajar bikin tanda tangan, Harini
namun karena daya tampung ruang kelas tak cukup kalo maksudnya itu perjuangan mengabdi untuk

24 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 25
meski kalo uang saya ndak
bisa, tapi (menyumbang)
tenaga dan pikiran saya
Kerelawanan
Semangat

bisa.

Dalam Perjalanan Selalu


Ada Kerikil
Menjadi pekerja sosial
yang biasanya tidak
mendapat imbalan materi
apa pun, Harini menyadari
bahwa ia harus bersiap
menghadapi kesulitan,
kesukaran, juga sikap pro
dan kontra. Seperti kita
menanam pohon, masih
bibit kita jaga biar ndak
diinjek-injek kucing-tikus,
setelah tumbuh resiko kena
penyakit, kalo sudah tinggi

Dok. Pribadi
pun masih ada lagi angin
yang bertiup, Harini
MENERUSKAN KECINTAAN. Anak muda harus lebih peduli, harap Harini pada menganalogikan pada saya.
generasi penerus. Ia selalu berbagi dengan para remaja dan pemuda untuk N a m u n i a b u r u - b u r u
menumbuhkan rasa cinta mereka pada lingkungan dan tanah air yang telah m e m b e r i s o l u s i , K a l o
memberi kehidupan. bekerja dengan hati, dan
ada cinta dalam hati itu, maka apa yang dikerjakan itu
masyarakat, Harini mengenang tanpa menjadi kita enjoy, bahkan ada kepuasan. Kalo dilakukan dengan
emosional. Sampai sekarang, eyang masih sering merasa rela, kategorinya ibadah.
seolah sang suami masih ada bersamanya. Ia pun Prestasi dan kerja keras Harini lambat laun mendapat
memenuhi keinginan Bambang dengan memanfaatkan pengakuan dari berbagai pihak. Saya pun memahami
penuh rumah mereka sebagai tempat pelatihan, bilamana ada orang yang bersikap pro dan kontra.
sementara ia sendiri pindah ke rumah sebelah bersama Harini menuturkan sudah siap berkorban, termasuk
salah seorang anak perempuannya. korban perasaan. Semua nada miring yang pernah ada
Where there is a will, there is a way. Ini yang menjadi tak dijadikannya alasan untuk berhenti. Semua
pegangan Harini. Dan ketika will sudah muncul, Jangan omongan yang kontra itu saya anggap seperti batu.
ditunda! katanya tegas. Permasalahan sampah misalnya, Kalo waktu berjalan kita ketemu batu, batu-batu itu
Harini menjelaskan bahwa sampah yang terlihat biasa jangan ditendang pake kaki kita, nanti kaki kita sendiri
punya efek ke kesehatan, keindahan, juga pariwisata. yang sakit. Tapi batu itu kita ambil dan kita taruh di
Dan sekarang, global warming yang mengancam tempatnya yang bener, ujarnya.
manusia juga berkaitan dengan sampah. Memang Saya mengharapkan sekali anak muda itu sadar,
susah, tapi kalo kita ndak memulai, kapan lagi? Dengan jangan tidak peduli lingkungan, Harini menuturkan.
memulai minimal kita sudah punya langkah pertama,
Pendidikan bertujuan tidak hanya
Dengan usia yang kian bertambah, ia menyadari harus
besok langkah kedua, langkah ketiga, step by step, ada penerus perjuangannya. Semua semangat menghasilkan manusia yang terampil dan
tuturnya dengan gaya khas seorang pendidik. kerelawanan tersebut bersumber dari rasa cinta dalam
Kesadaran lingkungan butuh waktu untuk
berkualitas, namun juga memiliki budi
hati. If there is love in your heart, it means love for
menumbuhkannya. Sesungguhnya, dengan kemandirian your country, love for your nation, everything you do pekerti luhur dan nilai-nilai kemanusiaan.
anak-anaknya, juga uang pensiun yang setiap bulan will be easy. Kalau ada cinta dalam hatimu, maka apa
diterimanya, Harini bisa menikmati hari tua dengan yang akan kamu lakukan jadi mudah, katanya.
tenteram dan santai. Tapi selama masih bisa berbuat Mengubah pola pikir dan perilaku memang bukan hal
sesuatu untuk orang lain dan negeri ini, ia enggan yang mudah, namun usaha untuk itu tak boleh berhenti
berpangku tangan. Harini justru bangga dengan semua dilakukan. Kalo berhenti, kita ndak akan sampe di
yang telah dilakukannya, Kalo bisa nolong orang tuh tujuan, tukasnya.
saya timbul kebanggaan. Saya bisa menyumbangkan

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi


26 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Jl. Kamal Raya, Outer Ring Road Cengkareng Timur, Jakarta Barat 11730
Tel. (021) 7060 7564 (SD) 7060 7254 (SLTP) Fax. (021) 7073 1550
Kisah Humanis

Tak Perlu Malu


Naskah & Foto: Sutar Soemithra

Orang ngomong, anak saya nggak kerja,


(kumpulkan) tutup botol dijual. Haha..
Padahal nggak dijual sepeser pun, ujar
Magdalena.

B
eginilah kamar saya. Kecil.. ucap Chin Chiang
Hui (66) dengan tawa lepas dan sedikit rasa
sungkan karena kamarnya berantakan ketika
saya dan 3 relawan Tzu Chi datang ke rumahnya. Kecil
tapi isinya emas semua, Lie Fie Lan, relawan Tzu Chi,
langsung menyahut. Bukan karena kamarnya berantakan
Chiang Hui merasa sungkan, namun lebih dari itu. Kamar
berukuran sekitar 4x4 meter berlantai kayu yang berada
di lantai atas tersebut penuh dengan sampah! Hampir
tidak ada ruang kosong, hampir semuanya tertutup
oleh sampah. Ada kertas, karton, botol air minum
kemasan, kaleng minum aluminium, hingga barang
pecah belah. Kebanyakan telah dibungkus rapi dalam
kantong plastik ukuran besar atau kardus.
Relawan Tzu Chi berbagi tugas. Dua orang langsung
memindahkan bungkusan sampah yang berukuran kecil
ke sebuah mobil boks yang telah diparkir di jalan raya
dekat rumah Chiang Hui. Sedangkan sampah yang
dalam bungkusan besar harus dioper dari loteng.
Tumpukan sampah tersebut membuat mobil boks nyaris
penuh terisi. Mobil tersebut kemudian meluncur menuju
Depo Daur Ulang Tzu Chi di Muara Karang, Jakarta
Utara.

Menampung Niat Baik


Fie Lan bersama Ayen biasanya seminggu sekali
mengambil sampah daur ulang di rumah Chiang Hui
cukup menggunakan mobil keluarga biasa. Biasanya
jumlah sampah tidak terlalu banyak. Tapi hari itu, 14

Himawan Susanto
April 2009, mereka mengangkut semua sampah
termasuk yang belum dibungkus oleh Chiang Hui.
Seminggu kemudian, saya dan 2 rekan DAAI TV
datang kembali ke rumahnya. Kami melihat kamarnya
telah kembali berubah menjadi tumpukan sampah daur
Beberapa orang sengaja mengumpulkan sampah daur ulang untuk diberikan kepada Chin Chiang Hui.
ulang. Chiang Hui sudah seminggu ini tidak bekerja
sehingga banyak waktu kosong untuk mengumpulkan Sampah yang ia kumpulkan tersebut semuanya disumbangkan untuk Tzu Chi.

28 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 29
Sebenarnya Chiang Hui bisa mencukupi beberapa botol air minum kemasan siang itu.
Satu kantong kresek sudah penuh terisi oleh sampah
kebutuhan hidup sehari-harinya
yang kebanyakan botol air minum. Chiang Hui membuka
seandainya mau menjual sampah-sampah kembali kantong kresek yang lain. Ia kembali menyusuri
tersebut. Tapi buat apa? Kalau kita nggak gang-gang di bilangan Mangga Besar. Sudah 6
pakai sampah itu, ya lebih baik rezekinya langganan ia datangi. Kemudian ia keluar dari kawasan
pemukiman untuk menyusuri Jalan Raya Mangga Besar.
kasih orang susah, jawabnya yakin.
Langkah Chiang Hui terhenti di sebuah toko yang menjual
alat listrik dan bangunan. Sang pemilik toko telah
sampah. Hari itu saja, ketika kami datang, pagi-pagi ia menyiapkan kardus dalam jumlah cukup banyak.
sudah mengumpulkannya. Sekitar pukul 10 pagi itu, ia Daripada dijual tidak seberapa, Airin, sang pemilik
juga mau mengumpulkan sampah lagi. toko beralasan kenapa ia memilih memberikannya
Ia memakai kaus berkerah warna biru dongker kepada Chiang Hui. Saya orangnya gampang kasihan,
kesukaannya. Sebuah tas ransel tidak terlalu besar tambah Airin yang tersentuh karena mengira Chiang
menempel di punggungnya. Ia berdoa dulu sebentar di Hui adalah pemulung. Airin dan Utomo, anaknya, pun
depan pintu rumah. Saya waktu ngambil sampah terkaget ketika saya memberitahu bahwa Chiang Hui
mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam perjalanan bukanlah pemulung, dan uang hasil penjualan sampah
ini aman dan sukses bekerja. Dan kedua, supaya banyak yang selama ini ia beri kepada Chiang Hui ternyata
hasil (untuk) membantu orang susah, jelasnya. digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan
Perjalanan dimulai dengan menyusuri gang sempit melalui Tzu Chi. Sayang, saya tidak sempat berbincang
pemukiman padat tak jauh dari rumahnya di Jalan lebih jauh dengan Airin, saya harus bergegas karena
Mangga Besar XIII, Jakarta Barat. Tujuan pertama adalah telah tertinggal dari Chiang Hui.
seorang ibu rumah tangga yang berjualan makanan Dari 6 pemberi sampah daur ulang langganan,
ringan dan keperluan sehari-hari. Ibu itu hanya Chiang Hui berhasil mengumpulkan sebanyak 3 kantong
memberinya sedikit sampah karena belum lama Chiang sampah daur ulang dan 2 ikat kertas karton. Kami
Hui telah mengambilnya. Ibu tersebut telah menjadi langsung berbagi tugas membantunya membawakan
langganan Chiang Hui dan bahkan memiliki tempat sampah-sampah tersebut. Sambil memegang kamera,
khusus untuk menampung sampah-sampah daur ulang. saya menenteng satu ikat kertas karton. Sesekali saya
Setelah mengucapkan terima kasih sambil meletakkannya sebentar untuk memfoto Chiang Hui
menangkupkan tangan di depan dada (anjali), Chiang yang sedang memanggul kertas karton. Keringat menetes
Hui berlalu. dari wajahnya, tapi ia tampak puas dan sesekali
Orang-orang tak hentinya memperhatikan kami melempar tawa khasnya.
karena merasa aneh ada seorang yang mereka anggap
pemulung tapi disyuting dan difoto. Berkali-kali mereka
bertanya kepada kami untuk acara apa. Bahkan ada
seorang tukang ojek yang berseloroh kepada kami,
Kasih modal. Kasihan dia. Banyak orang merasa iba
melihat Chiang Hui dan menganggapnya pemulung.
Namun Chiang Hui bergeming. Ia terus asyik
memperhatikan beberapa penampung sampah apakah
ada yang bisa diambil atau tidak. Ada dua cara Chiang
Hui mengumpulkan sampah daur ulang: dari orang-
orang yang telah berlangganan dan memungut di
jalanan.
Wajah yang polos, usia tua, kelainan pada mata
kiri yang seperti tertarik sehingga menyipit ketika
berbicara, pendengaran yang sudah tidak baik, dan
selalu mengucapkan terima kasih kepada setiap orang
yang memberinya sampah, membuat banyak orang iba
pada Chiang Hui. Banyak orang yang kemudian
PAGI DAN SORE. Chiang Hui mengumpulkan sampah berlangganan memberinya sampah. Bahkan anak-anak DOA UNTUK SEMUA. Doa dipanjatkan Chiang Hui
daur ulang tiap pagi sebelum berangkat kerja dan kecil pun tak ketinggalan. Saya sengaja kumpulin kasih tiap kali sebelum berangkat mencari sampah daur
sore hari setelah pulang dari tempat kerja. dia. Ga papa, kasihan, terang Aminah, seorang ulang agar memperoleh banyak hingga banyak orang
pedagang di Pasar Kebon Sayur yang memberikan yang bisa dibantu.

30 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 31
Tidak banyak yang tahu bahwa sampah diambil pemulung. Kita (saya red) santai aja nggak
mau gaya pemulung, rebutan, ujarnya kalem.
yang dikumpulkan Chiang Hui untuk
Chiang Hui teringat sekitar setahun lalu ketika ia
disumbangkan ke Tzu Chi, termasuk orang- baru memulai kebiasaan mengumpulkan sampah-
orang yang selama ini langganan sampah daur ulang itu. Awalnya ambil sampah (secara)
memberinya sampah. Ia memberitahunya kucing-kucingan, kenang Chiang Hui, Kalo orang lihat,
(dia) marah. Lama-lama (saya) masa bodohlah. Akhirnya
hanya jika ada orang yang tanya. ia memberanikan diri mendatangi langsung pemilik
Selebihnya ia hanya diam. sampah daur ulang, dan ternyata respon yang
didapatnya bagus. Kini malah bukan ia yang mencari,
Sering Dikira Pemulung kadang justru ada yang sengaja mendatangi rumahnya
Biasanya pukul 5 pagi atau setelatnya pukul 6, ia untuk memberi sampah.
sudah beranjak dari rumah. Ia menyusuri gedung-gedung Kata (relawan) Tzu Chi, sampah tuh bagus untuk
perkantoran yang banyak terdapat di Jalan Pangeran daur ulang untuk membantu, ia menirukan ucapan
Jayakarta, tak jauh dari rumahnya. Saya kalo pagi-pagi Fang Fang, relawan Tzu Chi yang mengenalkannya pada
mau berangkat kerja ataupun nggak kerja, ambil plastik daur ulang. Fang Fang adalah temannya satu wihara
dari gedung-gedung, tutur Chiang Hui. Terlambat namun kini telah beda wihara. Fang Fang yang
sedikit saja, ia hanya akan bisa gigit jari karena sampah- mengetahui Chiang Hui suka membantu orang lain,
sampah tersebut keburu dibuang sang pemilik atau menyarankannya mengumpulkan sampah daur ulang.
Orang ngomong, anak saya nggak kerja,
(kumpulkan) tutup botol dijual. Haha.. Padahal
nggak dijual sepeser pun, ujar Magdalena (86),
ibunda Chiang Hui suatu ketika. Ia kadang merasa
malu anaknya dianggap pemulung. Chiang Hui
tidak pernah merasa ada yang salah dengan
anggapan orang-orang itu. Ia bergeming. Ia
memiliki 2 alasan kuat mengapa mau melakukan
aktivitas yang membuatnya sering dipandang KAMAR BERTUMPUK EMAS. Kamar Chiang Hui cepat sekali terisi penuh oleh sampah daur ulang yang
rendah orang lain itu. Sekalian (untuk) melatih kemudian diubah menjadi emas untuk menolong orang banyak.
diri. Kita orang hina harus tahan uji, ia
merendah, Kedua, ngelatih badan supaya jangan tetap. Ia bekerja serabutan dengan penghasilan yang membantu ke masyarakat, tambahnya. Relawan Tzu
kena penyakit. Banyak jalan akan sehat. Dua tidak menentu, sedangkan istrinya juga setali tiga uang. Chi juga pernah menganjurkannya untuk dijual saja.
faktor ini lebih penting. Bahkan, Chiang Hui Bermacam jenis kerjaan ia lakukan dari menanam pohon, Coba kamu jual nantinya dananya disumbangin ke Tzu
pun tidak terlalu menghiraukan rasa keberatan memasang instalasi rumah, listrik, air, hingga bangunan. Chi, saran Ayen suatu ketika. Kalo saya pegang uang,
anaknya. Mungkin anak-anak bisa malu, tapi Istrinya sering menjadi pembantu rumah tangga paruh uangnya bisa kepakai, jawab Chiang Hui polos. Akhirnya
saya bilang, Nggak perlu malu. Kita banyak waktu. Kedua anaknya yang telah berkeluarga juga telah relawan Tzu Chi mengambil ke rumahnya seminggu
beramal, kita ke mana pun orang nggak akan berpisah darinya. Belum lagi ia juga masih harus sekali.
ngejahatin kita, tegasnya. Ia tidak asal bicara, menafkahi Magdalena, yang tinggal serumah dengannya. Tidak banyak yang tahu bahwa sampah yang
bahkan preman pun baik kepadanya. Ia sering Magdalena sendiri di rumah hanya bisa tidur-tiduran dikumpulkan Chiang Hui untuk disumbangkan ke Tzu
bertemu banyak preman di sekitar Mangga Besar, atau sekadar membaca buku. Selain karena sudah tua, Chi, termasuk orang-orang yang selama ini langganan
tapi mereka baik kepadanya dan bahkan sering beberapa waktu lalu ia pernah terjatuh sehingga memberinya sampah. Ia memberitahunya hanya jika
pula memberinya sampah. punggungnya sempat sakit sekian lama. Berkat ada orang yang tanya. Selebihnya ia hanya diam. Ia
Sebenarnya Chiang Hui bisa mencukupi perkenalan Chiang Hui dengan seorang relawan Tzu tidak memilih-milih dalam menerima sampah pemberian
kebutuhan hidup sehari-harinya seandainya mau Chi, Fang Fang, Magdalena akhirnya bisa mendapat orang, walaupun sampahnya sudah sangat rusak. Rezeki
menjual sampah-sampah tersebut. Tapi buat bantuan pengobatan dari Tzu Chi sekitar setahun lalu. nggak boleh ditolak. Orang memberikan kita jelek, (tapi)
apa? Kalau kita nggak pakai sampah itu, ya lebih Dulu saya nggak bisa bangun, itu dokternya yang dia senang. (Lain kali) dia bisa berikan yang lebih baik,
baik rezekinya kasih orang susah, jawabnya sembuhin saya, kata Magdalena tentang dokter RSKB ucapnya bijak.
yakin. Chiang Hui sendiri tidak memiliki pekerjaan Cinta Kasih Tzu Chi yang menanganinya. Chiang Hui juga tanpa merasa gengsi menanyakan
Chiang Hui tidak memungkiri kadang ia terpaksa apakah ada sampah daur ulang ke beberapa orang yang
DIANGGAP PEMULUNG. Chiang Hui tidak menjual beberapa sampah tersebut jika terpepet karena ia temui sehingga ia dikira pemulung. Padahal di
merasa risih dan malu dianggap pemulung tidak memiliki uang. Kadang-kadang saya kekurangan, beberapa tempat pemulung tidak diizinkan masuk. Ia
karena sering mengumpulkan sampah. hari ini perlu duit, saya jual dus beberapa ikat, akunya pun harus kembali kucing-kucingan dengan petugas
Baginya, itu merupakan pelatihan diri agar jujur. Dan itu ia lakukan hanya jika ia benar-benar keamanan. Ia memakai kantong warna hitam agar isinya
makin rendah hati. terpepet. Dana tuh dengan Tzu Chi lebih baik (untuk) tidak kelihatan.

Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 33


Dalam sehari kadang ia beberapa kali Sunter, Jakarta Utara. Kemudian pindah ke perusahaan saya terlalu boros. Awal tahun 1990-an barulah ia
bolak-balik mengantar sampah daur ulang ke retail ikan kaleng. Ketika itu ia memiliki sebuah kebiasaan mulai untuk menabung. Tapi ia seperti menemui tembok
rumah. Pulang dari tempat kerja, Chiang Hui sepulang dari tempat kerja membeli ikan hidup. Di tebal tiap kali mencoba untuk hidup hemat. Saya
kembali mencari sampah daur ulang. Sering rumah saya pelihara ikan itu, mau makan baru diangkat orangnya nggak bisa nabung. Saya pernah nabung,
ia pulang dengan membawa banyak sampah. dipotong, ia bercerita. Lama-lamaan ia mendapati ada pasti ada musibah. Aku pengin, tapi nggak bisa. Nggak
Kadang-kadang mak saya marah saya bawa sesuatu ketika ikan tersebut sedang dipotong, Rasanya cocok, akunya tanpa bermaksud membela diri. Ia
sampah begitu berat. Soalnya banyak yang ikan gelepek, gelepek, gelepek. Ia merasa kasihan. kemudian memberi contoh, Pernah nabung, eh dompet
sumbang, tutur Chiang Hui kali ini sambil Masih 5 ekor ikan yang siap dipotong. Namun Chiang ilang, KTP SIM ilang. Bikin KTP (lagi) duit keluar lagi.
tertawa. Magdalena juga sering mengomelinya Hui ragu. Mau dibuang sayang, dimakan tidak tega. Pernah (juga) nabung di laci, dicolong teman sendiri.
karena kamarnya selalu berantakan oleh Akhirnya ia memilih tidak memakannya. Yang lebih Akhirnya ia tidak jadi menabung dan akibatnya di hari
sampah daur ulang. Mak saya ngomel, saya mengejutkan, sejak saat itu ia bertekad untuk menjadi tuanya kini ia kesulitan keuangan. Namun ia tidak mau
biarin aja, kembali ia tertawa, Ibu saya benci seorang vegetarian! Tentu saja istrinya pun sangat kaget. menyesalinya.
kotoran. Kadang pukul 10 malam ia baru Chiang Hui sebelumnya memang sudah tahu bahwa Pekerjaan harian yang kini ia kerjakan jauh berbeda
sampai rumah. Ia bukannya langsung tidur, vegetarian itu bagus, tapi setelah melihat ikan tergelepar dengan dulu, begitu juga dalam hal pemasukan. Apalagi
malah kembali bergelut dengan sampah daur ketika dipotong barulah ia sadar. Ketika itu tahun 1995. tidak setiap hari ia mendapat order pekerjaan. Sekali
ulangnya. Sampah dipilah, dibersihkan, dan Dan sepertinya garis hidupnya memang tidak cocok dapat order biasanya ia bisa kantongi Rp 50 ribu. (Kalau)
dikemas berdasarkan jenisnya. Kalau yang dengan daging karena kemudian perusahaan retail ikan lagi nggak ada panggilan, aku makan irit-irit,
kotor dicuci, kata Chiang Hui sambil kaleng tempatnya kemudian pailit. Memang Tuhan ungkapnya, Hidup saya emang sudah biasa nahan
memperlihatkan gelas-gelas bekas kopi yang tidak mengizinkan, jadi perusahaan itu bangkrut, ia diri. Untunglah ia vegetarian sehingga menu makannya
telah bersih dan sedang dijemur di dekat tertawa mengenangnya. irit.
tangga. Rata-rata ia baru bisa tidur pukul 12 Sebaliknya, garis hidupnya di bidang keuangan Chiang Hui sebenarnya masih bisa memperbaiki
malam. Tak jarang ia tertidur di kursi ketika justru tidak bagus. Sebenarnya waktu itu ia bisa keadaan ekonominya melalui sampah yang ia kumpulkan,
sedang membersihkan sampah-sampah menyisihkan uang yang tidak sedikit dari hasil kerjanya. tapi ia memilih untuk tidak melakukannya. Ia lebih memilih
tersebut. Setelah ngantuk ilang, buru-buru Di tahun 1987 saja gajinya mencapai Rp 300 ribu. menyumbangkan emas tersebut kepada Tzu Chi untuk
beresin. Sapu-sapu bersihin. Cuci tangan cuci Sebuah angka yang cukup besar untuk masa itu. Ia diubah menjadi cinta kasih. Dari dulu saya memang
kaki, langsung tidur, ucapnya. Dia kalo mengakui, Sebelum masuk cetiya (wihara kecil red) suka membantu (orang lain), ujarnya polos.
pulang, karungnya atau botolnya dibersihin
sampai jam satu kadang-kadang nggak tidur.
Pagi-pagi jam setengah enam sudah bangun,
udah bangun cari botol, sahut Magdalena.
Begitulah tiap hari Chiang Hui melewatkan
harinya, termasuk pada hari libur. Apakah
Chiang Hui capek? Dia menjawab, Nggak
capek. Sehat. Kalo tangan saya tidak bekerja,
otak saya pusing. Su Man Chin, istrinya malah
ESTAFET. Saking banyaknya sampah di kamar Chiang Hui, merasa heran jika melihat Chiang Hui menjadi
sampah tersebut harus dikeluarkan melalui loteng karena pintu kehilangan semangat hidup bila tidak
kamar tidak muat untuk dilewati sampah yang telah dibungkus bersentuhan dengan sampah. Kamu kalo di
rapi. jalanan ketemu plastik kayaknya semangat
amat, tapi kalo nggak ada sakit, minta pijit
Hingga Larut Malam ini itulah, kata Chiang Hui menirukan ucapan istrinya.
Sampah yang ia kumpulkan sebelum berangkat
kerja, kadang ia bawa ke tempat kerja. Kalo udah dapet Terbiasa Menahan Diri
sampah, dibawa ke tempat kerja, Chiang Hui Sebenarnya bukan kali ini saja Chiang Hui melakukan
melanjutkan ceritanya. Ia sering ditolak kondektur sesuatu untuk orang lain yang lebih tidak beruntung
kendaraan umum karena sampah yang ia bawa kadang darinya. Chiang Hui mengenang ketika masih bisa kerja
cukup banyak dan menyita tempat. Kadang itu normal, Dulu waktu saya masih jaya, saya lihat orang
membuatnya terlambat datang sampai di tempat sakit lepra. Lebih susah! Saya ke mana (pergi), saya
kerjanya. Untunglah bosnya yang biasa memberinya tukerin uang gopean (Rp 500 red). Uang gope waktu
pekerjaan harian bisa memakluminya. Dulu dia bisa itu (nilainya masih besar). Tiap ketemu (penderita lepra)
kerja di kantor, sekarang udah tua orang nggak mau saya kasih gope-gope.
terima dia lagi, kata Magdalena. Apalagi sekarang Dulu Chiang Hui memang memiliki pekerjaan yang
pendengarannya juga sudah tidak baik, begitu juga lumayan. Tahun 1980-an ia menjadi supervisor bagian MENJEMPUT CINTA KASIH. Relawan Tzu Chi secara rutin mengambil sampah di rumah Chiang Hui seminggu
dengan penglihatannya. produksi di sebuah perusahaan pemotongan ayam di sekali untuk dikirim ke Depo Daur Ulang Tzu Chi di Muara Karang, Jakarta Utara.

34 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 35
Dedikasi

Menanam Cinta Kasih


di Dalam Hati
Sebuah ungkapan guru-guru di Taiwan mengatakan, diperlukan waktu sepuluh tahun untuk menanam
pohon, namun untuk membina seorang manusia diperlukan waktu seratus tahun. Kalau pohon, dalam
jangka waktu sepuluh tahun sudah bisa terlihat hasilnya, manusia tidak bisa. Seratus tahun baru bisa
terlihat perubahannya. Pendidikan yang baik seperti menanam di hati manusia. Ia dapat mempengaruhi

Hadi Pranoto
orang-orang di sekitar dan sebuah generasi. Menanam cinta kasih di dalam hati, itulah yang kita temui Li Chi Ying
dari Li Chi Ying, Rosvita Wijaya, dan Erni Lindawati, relawan kelas budi pekerti Tzu Chi.

Li Chi Ying: Menemukan Ladang yang Sama yang mengasah otak. Anak pun jadi lebih bisa mengamati
Menemukan ladang yang sama, itulah ungkapan dan mengenal dirinya sendiri.
dari Li Chi Ying saat mengingat jalinan jodohnya dengan Layaknya seorang ibu yang pertama kali memiliki
pelajaran budi pekerti Tzu Chi. Di Taiwan, ia adalah seorang anak, siswa-siswi di tahun pertama
seorang guru, demikian pula di Indonesia, itulah yang meninggalkan kesan yang tak terlupakan di hatinya.
dikatakan menemukan ladang yang sama. Anak-anak jadi lebih sopan dan rendah hati, katanya
Mungkin rasanya jadi guru itu harus ada satu jiwa. menggambarkan.
Seperti orang yang memasak, dia (harus) ada bakat Karena harus mempersiapkan materi, mau tidak
atau keinginan, ujar Li Chi Ying yang juga mengatakan mau ia pun jadi lebih mendalami materi pelajaran yang
mungkin karena sejak dari dulu sudah jadi guru rasanya akan diberikan. Daya berpikirnya makin mendalam dan
lebih mantap bergabung menjadi relawan kelas budi dapat berpikir adanya hubungan dengan orang lain.
pekerti. Dari situ, rasa syukur pun muncul. Ketika menghadapi
Jauh hari sebelum pelajaran budi pekerti Tzu Chi suatu masalah pun, materi yang ia pelajari tersebut bisa
diterapkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Li Chi Ying menjadi pegangan.
telah mendapatkan buku-buku kumpulan pelajaran budi Master Cheng Yen pernah mengatakan, jika di dunia
pekerti guru-guru di Taiwan yang masih berbahasa ini bertambah satu orang baik maka akan berkurang
Mandarin tersebut dari Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha satu orang jahat. Jika sebuah generasi telah ditanamkan
Tzu Chi Indonesia. Buku-buku itu pun diterjemahkan ke nilai-nilai yang baik, maka ia pun bisa mempengaruhi
dalam bahasa Indonesia walaupun awalnya agak susah. orang-orang di sekitarnya. Selain relawan Tzu Chi kelas

Anand Yahya
Waktu itu saya rasa sangat perlu. Anak saya sekolah budi pekerti dan guru bahasa Mandarin, Li Chi Ying Rosvita Wijaya
di sini tidak ada kelas budi pekerti. Ada PPKn namun juga seorang ibu seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya.
hanya teori, untuk praktik agak kurang. Indonesia perlu Di rumah, ia menjadi ibu yang mengurusi anak-anaknya.
pelajaran budi pekerti, tuturnya beralasan. Saat itu, Sebagai seorang ibu dan guru, ia pun mencoba mengatur
anaknya sendiri telah menginjak bangku SMA sehingga dan membagi waktu untuk keluarganya. Jika dahulu ia
tiada lagi memiliki kesempatan untuk belajar budi jarang bisa makan malam bersama-sama, sekarang
pekerti. Namun untuk anak-anak Indonesia (anak-anak diusahakan untuk makan bersama-sama dan menemani
lain red) masih dapat, ujarnya. sang anak yang sudah mulai menginjak usia remaja.
Pertama kali diterapkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu (Saya) harus banyak temani anak, harus pikir kita perlu
Chi, Li Chi Ying bersama dengan Tzu Chi lainnya melalui (bersikap) bijaksana. Belajar untuk membagi waktu,
program Da Ai Mama mengajarkan bahasa Mandarin tandasnya.
dan pelajaran budi pekerti. Materinya pun disesuaikan Walau begitu, secara rutin dalam dua kali seminggu
dengan kebutuhan para siswa. Sebagai pembanding, ia dan relawan Tzu Chi lainnya berkumpul bersama.
di Taiwan untuk sekolah taman kanak-kanak terdiri dari Mereka terus menyusun materi-materi kelas budi pekerti.
tiga tingkat, sementara di Indonesia terdiri dari dua Belum lagi jika ada kegiatan di hari Sabtu dan Minggu.
tingkat. Di dalam pelajaran budi pekerti Tzu Chi, setiap Rasanya cape. Ngajar 6-8 jam sehari, ditambah
siswa dan siswi diajarkan keterampilan, cerita, olahraga, menyusun materi. Untung sudah bagi kelompok dengan
dan senam. Permainan pun bukan yang biasa, melainkan tanggung jawab masing-masing, paparnya.

Anand Yahya
Erni Lindawati
36 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 1, Januari - April 2009 37
Rosvita Wijaya: Marah Berarti Menghukum Diri Sebagai ibu rumah tangga biasa, ia tidak terlalu
Sendiri banyak aktivitas. Ia biasanya mengisi waktu luang dengan
Rosvita bersyukur dapat berbahasa Mandarin menonton televisi. Semua pekerjaan rutin tetap berjalan
sehingga lebih mudah memahami dan mengerti filosofi seperti biasa. Saat anak pulang dari sekolah barulah ia
Tzu Chi. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada mengajar anak bahasa Mandarin. Malam hari, biasanya
orangtuanya yang telah menyekolahkannya hingga ke ia menandatangani agenda anak-anak. Beruntungnya,
Taiwan. Sekarang mikir balik, begitu banyak anak-anaknya pun penurut dan mandiri sehingga dapat
kegunaannya, ujarnya seraya mengingat-ingat masa- mengatur waktu sendiri, apalagi mereka juga
masa awal studi SMP-nya di Taiwan. mendukung kegiatan yang diikuti sang mama.
Ia bergabung menjadi relawan Tzu Chi kelas budi Satu yang menyentuh hati saat memberikan
pekerti berkat ajakan dari Li Chi Ying. Li Chi Ying bertemu pelajaran budi pekerti adalah pada saat anak-anak juga
dan mengenal Rosvita dari Erni Lindawati, temannya di bisa menyerap apa yang diajarkan. Apalagi jika mereka
kelas budi pekerti pada satu acara alumni sekolah Taiwan. bisa diam dan mendengarkan dan menerima apa yang
Saat itu, Li Chi Ying bilang ada kelas budi pekerti untuk diajarkan, hati (saya) rasanya senang dan rasa capek
anak-anak. Ada minat ikut ga? ujar Rosvita menirukan pun hilang, tandasnya.
ajakan Li Chi Ying. Sebagai seorang relawan kelas budi pekerti, Rosvita
pun tidak henti menggali dan meng-
update informasi mencari topik-topik baru
yang yang sedang terjadi sekarang ini di

Hadi Pranoto
dunia. Karena itu, ia senantiasa menonton
ceramah Master Cheng Yen dan browsing
di website Da Ai TV Taiwan. Harapannya, SAMA-SAMA MENIMBA ILMU. Rosvita Wijaya sebagai pengajar pelajaran budi pekerti membagikan ilmu
semoga dengan usaha kerasnya, anak- kepada para siswa, sekaligus mempraktikkan materi budi pekerti yang ia ajarkan.
anak bisa mengerti apa yang ia sampaikan.
Anak-anak bisa melaksanakan apa yang tidak rutin. Waktu itu (saya) masih bekerja dan anak urainya haru. Anak-anak juga sudah lebih percaya diri
kita ajarkan, menjadi anak yang berbudi masih kecil, jelasnya. dan sopan. Erni juga bercerita jalinan jodoh dengan para
dan berguna. Menanam cinta kasih di Saat Li Chi Ying mengajaknya membantu mengajar siswa yang pernah diajarnya tidak berhenti begitu saja.
dalam hati mereka, (itulah) yang paling di kelas budi pekerti di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, ia Erni kerap mendapatkan sms dari anak-anak. Salah
penting, tuturnya. tidak tahu jika pelajaran budi pekerti di sekolah telah satunya, ada seorang siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi yang
Telah tiga tahun lebih murid-murid dimulai. Saat ditanya apakah ia bersedia? Ia mengiyakan, tak lama lagi akan lulus. Ia sering meminta masukan dari
kelas budi pekerti mendapatkan pelajaran namun ia belum pernah tahu bagaimana cara mengajar Erni apakah lebih baik melanjutkan sekolah atau bekerja?
dari para relawan. Anak-anak yang dahulu di depan anak-anak yang sedemikian banyak. Tidak apa- Karena itu, Erni pun memberikan masukan dan dukungan
masih imut-imut kini mulai beranjak apa, sambil ngajar kita belajar, ujar Li Chi Ying waktu bagi sang anak untuk memilih yang terbaik.
Himawan Susanto

remaja dan bahkan ada yang tumbuh itu. Saat ini, untuk kelas budi pekerti di Sekolah Cinta
besar. Lihat kita sudah bisa sapa, mereka Waktu itu, kita sudah memiliki bahan-bahan, namun Kasih Tzu Chi telah ditangani para guru di sana. Untuk
lebih sopan dan murah senyum. Karena semua masih dalam bahasa Mandarin. Kita pun meraba- yang di luar sekolah, relawan budi pekerti masih berperan
HARAPAN BESAR. Terwujudnya generasi yang berbudi, berguna, mereka selalu kita ajarkan pake krim Tzu raba dahulu, belum mengetahui apa itu budi pekerti. besar. Dari kelas budi pekerti yang dibuat di hari Minggu,
dan tertanam cinta kasih di dalam hati, itulah harapan Li Chi Ying. Chi, ujarnya tersenyum. Krim Tzu Chi Dari pelajaran anak di rumah, kita pun mempunyai Erni melihat anak-anak terutama yang laki-laki umumnya
yang dimaksud adalah senyum. gambaran apa itu budi pekerti. Dalam pelajaran budi datang bukan karena keinginan mereka sendiri namun
Pertama kali ikut, ia tidak mengetahui arahannya Karena menjadi relawan kelas budi pekerti, perlahan pekerti ada banyak cerita yang dapat membangkitkan karena disuruh orangtua atau kakek neneknya. Di tahun-
bagaimana. Kita mendapatkan bahan dari Taiwan. Kita sifat Rosvita pun berubah. Jika saat kecil, di saat marah cinta kasih, misalnya rasa empati terhadap orang lain. tahun pertama, anak-anak laki-laki ini biasanya cuek,
pelajari apa budi pekerti dan apa keistimewaannya, dan tidak senang, ia bisa tidur begitu saja di atas lantai, Pelajaran budi pekerti yang diberikan Tzu Chi kepada belajar shou yu belum serius, dan memijat-mijat mamanya
tandasnya. Karena belum ada pengalaman, ia dan relawan kini ia bisa lebih tenang dan tidak emosional. Hal ini anak-anak lebih mudah dicerna dan tidak teoritis, anak- juga tidak berani.
Tzu Chi lainnya mencoba mempelajari bahannya. Sambil tidak lain berkat kata perenungan dari Master Cheng anak pun senang mengikutinya. Belum lama ini, tepatnya tanggal 3 Mei 2009 lalu,
mengajar para siswa, mereka pun belajar dari materi Yen tentang bahwa marah itu berarti mengambil Walaupun dua tahun belakangan ini ia sudah jarang ada perayaan Hari Ibu Internasional. Erni melihat ada
yang mereka terima. kesalahan orang lain untuk menghukum diri sendiri. ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, namun murid-murid yang satu anak laki-laki sama mamanya dekat sekali. Apa yang
Dari awalnya yang tidak bisa, pertama-tama malu Badan saya jadi gemetar. Itu kan yang rugi diri sendiri, dahulu pernah diajarinya banyak mengalami perubahan. diminta oleh relawan, anak ini lakukan dengan penuh
pegang mik, sampai sekarang sudah bisa berperan seperti tuturnya. Karena murid-murid yang diajar banyak, ia pun tidak penghayatan. Saat diminta memijat mama pun sangat
bintang film yang memainkan drama, kenangnya. Jika mengenal mereka satu per satu. Namun pernah suatu sungguh-sungguh. Waktu pertama masuk agak cuek,
dahulu masih malu-malu, sekarang sudah jadi berani Erni Lindawati: Jodoh untuk Memberi kali, saat ia berulang tahun, anak-anak memberikan tapi sekarang dia bener-bener dekat sama mamanya,
tampil main drama, melakukan shou yu (isyarat tangan Sebelum menjadi relawan kelas budi pekerti, Erni ucapan ulang tahun kepadanya. Ia pun terharu menerima papar Erni yang saat ia bertanya kepada sang mama juga
red), melakukan permainan, dan bercerita. Daripada telah bergabung dengan barisan relawan Tzu Chi sejak ucapan selamat itu. dibenarkan bahwa sang anak telah mengalami banyak
di rumah tidak melakukan apa-apa. Di sini ada kegiatan tahun 1996 silam. Saat itu, ia mengikuti kegiatan Tzu Apa yang dulu kita berikan dengan hati yang perubahan. Nah itulah yang memberi kita semangat di
menarik, dan ada nilainya, pungkasnya. Chi jika ada bakti sosial dan kegiatan lain yang sifatnya sungguh-sungguh sehingga mereka ada touch-nya, mana kata Li Chi Ying Shijie, Lihat perubahan dari anak-

38 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 39
anak walau tidak semua, ujarnya. Jika ada 15 dari 50
anak berubah, maka berarti itu ada hasilnya.
Menjadi relawan budi pekerti tidaklah selalu mulus
dan lancar. Kesulitan pasti ada, namun jika ada kesulitan
selalu didiskusikan dalam tim. Tidak ada kesulitan yang
tidak bisa diselesaikan, pungkasnya. Di tahun 2003, ia
membeli sebuah buku yang di pendahuluan ada kata
yang berbunyi, Sebagai seorang pengajar yang paling
diutamakan adalah memberi dengan rela waktu dan ide-

badan sehat bumi lestari


ide kita. Hal ini mengingatkannya kepada memori tahun-
tahun sebelumnya saat kembali dari Taiwan usai bertemu
dengan Master Cheng Yen. Ia diberikan sebuah botol
yang berisi kacang merah. Di botol itu tertuliskan satu
kata Mandarin yang berarti memberi. Dengan kata
yang ada di botol itu, ia merasa Master Cheng Yen
mengetahui bahwa ia memiliki jodoh di bidang pendidikan
namun belum benar-benar memberikan waktu ke Tzu
Chi. Master (Cheng Yen) kok tahu ya kalau saya bisa di
bidang pendidikan? tanyanya. Menjadi relawan kelas
budi pekerti juga berarti siap untuk menerima masukan
dan ide dari anggota lain, melepaskan ide sendiri, dan
merangkul ide-ide lain. Cara berterima kasih dan membalas budi kepada
Karena sejak kecil menetap di Taiwan, bagi Erni untuk bumi adalah dengan terus mempertahankan
bisa menerjemahkan buku Mandarin ke bahasa Indonesia
yang baik dan benar bukan hal mudah. Ia pun meminta konsep pelestarian lingkungan.
bantuan anaknya. Sang anak kadang agak bosan

Anand Yahya
menerjemahkan karena ia juga ingin punya waktu sendiri.
Anak-anak (saya) sekarang bisa lebih mau membantu.
~Master Cheng Yen~
Kalau dulu membantu itu mukanya memang biasa, namun
hatinya kita tidak tahu, guraunya. SEMUA BISA TERWUJUD. Walau tak memiliki latar
Setelah satu tahun lebih, Erni merasakan perubahan belakang di bidang pendidikan, Erni Lindawati
anak-anaknya. Perubahan diri yang terjadi pada Erni akhirnya jatuh hati mengajar pelajaran budi pekerti.
membuat anak-anaknya pun belajar dan berubah. Untuk
kegiatan sehari-hari, ia tidak memiliki kendala sama sekali, Waisak. Wah pinter ya, Mama, kata anaknya. Makanya
kecuali kegiatan di hari Sabtu dan Minggu yang dari itu, Mama banyak belajar dari Tzu Chi. Lebih baik
kegiatannya pun tambah banyak. Untuk menyiasatinya, Mama kamu belajar di Tzu Chi daripada pergi shopping.
pagi hari ia sudah pergi, siangnya ia sudah harus kembali Dengan begitu jika kamu membutuhkan, Mama bisa
ke rumah. Kadang (saya) merasa tidak enak. Anak pada bantu, jelasnya kepada sang anak. Sekarang, untuk
waktu kecil dan besar (kan) beda. Saat kecil soal makannya, mencari materi Erni kerap browsing di internet dan
(tapi) pas SMP atau SMA kita harus menemani, paparnya. mendiskusikannya dengan anak, apakah bahan yang
Pernah, anak saya bilang, Mama kalau diajak ke didapat cocok dan sesuai.
mana-mana, Tzu Chi, Tzu Chi terus! begitu, serunya Ia pun mengatakan kepada sang anak, berkat Tzu
mengingat ucapan sang anak. Namun Erni berpikir dan Chi-lah ada kesempatan untuk berbuat baik. Selain
bingung karena ia di Tzu Chi tidak berbuat banyak, tapi mengajar anak-anak, sebenarnya justru relawan yang
waktu itu kenapa anaknya bisa berbicara seperti itu. paling banyak belajar. Saat persiapan materi sebelum
Karenanya ia harus pintar mengatur waktu. Ia berusaha mengajar itulah saat-saat para relawan budi pekerti
sudah berada di rumah saat anak-anak pulang dari belajar. Jika kita melakukan sesuatu yang penting dengan
sekolah. Di hari Sabtu, karena anak ada les setengah hari, bersungguh-sungguh, maka orang yang yang melihat
maka di sore hari ia pun ada di rumah. Demikian pula di akan menganggapnya profesional.
hari Minggu. Hasilnya lumayan, guraunya. Seperti yang Master (Cheng Yen) katakan, kita bisa
Suatu saat, sang anak kebingungan dengan konsep melakukan dengan sungguh-sungguh itulah profesional.
perayaan Waisak di kampusnya. Sang anak pun meminta Hal itu memberi dukungan kepadanya untuk
bantuannya. Erni lalu membuatkan presentasi dan (memperbolehkan saya) tetap di misi pendidikan,
memberikan masukan bagaimana sebuah perayaan ungkapnya bersemangat. Himawan Susanto

40 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009


Inspirasi Kehidupan

Giat Berkreasi
Senja hampir tiba, tapi perutku belum terisi apa-apa. Aku tidak sedang bermain bersama
teman-temanku melainkan sedang membantu ibuku mencari sampah-sampah untuk dijadikan
arang. Ayahku seorang penjual arang kecil-kecilan. Keluargaku berjumlah 6 orang, yaitu ayah,

Menuai Prestasi
ibu, kakak perempuan, kakak laki-laki, adik perempuan, dan aku. Aku seorang siswi SD kelas
dua. Usiaku 8 tahun. Aku tinggal di sebuah rumah kayu yang hanya memiliki satu kamar saja.
Lantainya terbuat dari tanah dengan dinding terbuat dari kayu. Kondisinya sangat buruk,
sehingga bahkan aku tidak bisa duduk di lantai rumahku. Rumahku berada di depan TPA itu.
Di bawahnya terdapat sungai yang sangat hitam dan kotor.
Oleh: Hadi Pranoto
Saya berharap mereka yang punya kisah sama kayak saya jangan merasa rendah diri,
tetapi harus tetap semangat menjalani kehidupan ini!
(Siti Juwairia, Juara II Lomba Karya Tulis Tupperware Tahun 2008)

I
tulah sepenggal cerpen Aku Rindu Keluargaku.
Cerita ini bukanlah karangan belaka. Dalam
kisah ini, sang penulis, Siti Juwairia, siswi kelas
2 SMP Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta
Barat menggambarkan kisah hidupnya dan keluarganya
secara lugas. Menyulam setiap helai lembaran kisah
kelam masa kecilnya lewat goresan pena, Siti mencoba
berbagi pengalaman hidupnya kepada orang lain. Siapa
sangka, kisah ini kemudian membuatnya meraih
penghargaan Juara II Lomba Karya Tulis Tupperware,
Children Helping Children pada tahun 2008. Awalnya
ada pengumuman di sekolah, terus saya coba ikut. Waktu
itu nggak nyangka bakal bisa juara, ya sambil melatih
menulis gitu, kata Siti Juwairia mengenang.

Kisah Nyata
Siti Juwairia bukanlah orang pertama di Sekolah
Cinta Kasih yang meraih penghargaan dalam bidang
penulisan, khususnya di lomba yang diadakan
Tupperware. Pada tahun 2005, Evi Hermawati meraih
penghargaan juara pertama (tulisan terbaik) karya tulis
Children Helping Children untuk kategori SMP dengan
judul Dua Belas Kali Aku Digusur. Bahkan, cerita ini sudah
diproduksi ke dalam bentuk tayangan drama dengan
judul Kisah Sebening Kasih yang ditayangkan oleh DAAI
TV Indonesia.
Dalam cerita yang diberi judul Aku Rindu Keluargaku,
Siti Juwairia atau yang akrab dipanggil Siti ini mencoba
memvisualkan problem kehidupan keluarganya yang
dibelit konflik rumah tanggaayah dan ibunyaakibat
himpitan masalah ekonomi. Kisah hidup saya yang dulu
kata orang dari orangtua kandung sampe ke orangtua
angkat, dan ibu saya yang meninggal (bunuh diri red)
karena tidak tahan menghadapi kehidupan yang sulit,
terang Siti yang kini tinggal bersama keluarga orangtua
angkatnya, Edi dan Tuti, di Perumahan Cinta Kasih Tzu
Chi.
KETERBATASAN BUKAN HALANGAN. Hidup dalam keterbatasan tidak menghalangi anak-anak Dalam kisah yang berlatar belakang kehidupan warga

Dok. Pribadi
Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi berprestasi seperti layaknya murid-murid dari sekolah lain di Indonesia. Jakarta yang hidup di bantaran kali, di situ diceritakan
secara gamblang bagaimana kondisi kehidupan keluarga

42 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 43
Dok. Tupperware
SARAT PESAN MORAL. Hasil karya para pemenang
Lomba Karya Tulis Tupperware Children Helping
Children ini dijadikan buku dan dijual di toko-toko
buku di Indonesia. Buku ini memberi warna tersendiri
bagi dunia perbukuan di Indonesia karena berisikan
kumpulan cerita anak-anak Indonesia dalam menolong
sesama.

Dok. Pribadi
Pesan untuk Pembaca

Dok. Tupperware
Siti punya alasan tersendiri mengapa ia bersedia
mengungkap kehidupan masa lalu keluarganya yang
PERAN GURU. Saat-saat berbahagia bersama guru mereka. Para guru di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ini kelam dalam cerita ini. Saya berharap, mereka yang
menyumbang peran yang amat besar bagi keberhasilan para siswa. punya kisah sama kayak saya jangan merasa rendah diri.
Tetap semangat! saran Siti. Dengan kematian sang ibu
Siti. Sebagai pembuat arang, Abdul Rohim, ayah Siti keduanya tak pernah diberitahu rencana Siti untuk yang tidak wajar, ditambah karut-marutnya keluarga,
tentu saja sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mengikuti lomba ini sebelumnya. Hanya, Tuti ingat Edi dan Tuti sendiri sebenarnya bukanlah keluarga Siti pun pada awalnya sempat merasa minder dan rendah
istri dan keempat anaknya. Meski dibantu dengan istri sekali, seminggu sebelumnya Siti pernah menanyakan yang berkelebihan. Kala itu Tuti berdagang makanan di diri. Tapi akhirnya ya biasa aja, toh semua orang juga
dan anak-anaknya yang mencari tambahan penghasilan kepada dirinya perihal masa kecil dan keluarganya. rumah, sementara pekerjaan Edi sendiri tidak tetap, punya masalah, tegas Siti yang bercita-cita ingin menjadi
dengan memulung sampah-sampah daur ulang, Mak, saya awal-awalnya gimana sih sampe bisa ikut semenjak keluar dari perusahaan konveksi. Kadang jual- pramugari dan penulis ini. Pesan moral yang ingin
nyatanya kehidupan keluarga ini tetap sulit. Beban hidup Emak? tanya Siti kala itu. Merasa sudah sangat dekat beli barang bekas (daur ulang), kalo nggak bantu istri diberikan Siti dalam cerita ini adalah agar setiap orang
semakin menghimpit dirasakan pada tahun 1998 ketika dan percaya, maka Tuti menceritakan apa adanya tentang dagang, terang Edi. Jika keduanya merasa tak terbebani, tidak mudah untuk putus asa. Segala sesuatu harus
krisis ekonomi tengah memuncak. Penghasilan yang kondisi kehidupan Siti. Nggak tahunya itu dia pakai justru tetangga mereka yang mencibir. Buat makan dihadapi dengan sikap positif, jangan mudah putus asa,
semula cukup, menjadi semakin jauh berkurang. Ayah buat bahan (cerita), terang Tuti sembari tertawa. Tuti sendiri aja kelabakan, pake mungut anak orang, ejek pasti ada jalan keluarnya, ujar Siti optimis.
dan ibu Siti pun sering terlibat pertengkaran. Dan yang berdagang makanan di kantin Sekolah Cinta Kasih tetangga mereka kala itu. Kita jalanin aja, ngerawat Siti sendiri awalnya tak menyangka jika hasil
akhirnya, karena tidak kuat menanggung beban, ibu Tzu Chi ini berbesar hati dan merasa apa yang telah dengan senang hati, jelas Tuti. Alhamdulillah rezeki tulisannya bakal meraih juara. Awalnya pengin ngelatih
Siti memilih jalan pintas, bunuh diri meminum racun diupayakannya untuk pendidikan Siti tidaklah sia-sia. ada terus, ucap Edi bersyukur. aja biar jadi penulis, tapi ternyata menang, ya bersyukur
serangga. Waktu itu saya sudah dititipin ke keluarga Edi (54) masih ingat betul kejadian 11 tahun silam. Keesokan paginya, giliran sang ibu yang banget, akunya. Cerita ini sendiri memang sudah
Bu Tuti. Ibu pernah bilang mau bunuh diri sama Bu Tuti, Waktu itu bapaknya Siti datang malam-malam ke mengunjungi keluarga Eddy. Dia bilang, Anak saya dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Sebelumnya dah
ternyata memang bunuh diri, terang Siti. Saya juga rumah saya, bawa Siti sama adiknya, Fatima, tutur Edi. titipin, saya dah nggak sanggup. Nggak, saya mau bunuh ada gambaran pengin buat tulisan, nah pas ada
nggak nyangka, saya pikir ngomong gitu cuma bercanda. Pada waktu itu sang ayah bercerita baru saja bertengkar diri aja! kirain saya bohong-bohongan, kata Tuti pengumuman lomba, saya baru mulai nulis. Awalnya
Saya dah nasihatin, Ngapain kayak gitu, yang hidup hebat dengan istrinya. Ayahnya kemudian menitipkan mengenang. Tanpa diduga semuanya, ternyata ibunda saya bikin kerangkanya dulu, baru dirangkai ceritanya,
susah tuh bukan cuma kita-kita, kata Tuti yang dulu Siti dan adiknya kepada keluarga Edi. Saat itu waktu Siti ini benar-benar nekad melakukannya. Waktu itu kata Siti membagi pengalamannya. Dari keseluruhan
juga tinggal di Kapuk Muara. tepat pukul 10 malam. Melihat kondisi kedua anak yang saya sedih banget dan sempat marah sama bapak saya, cerita, yang paling berkesan bagi Siti adalah di bagian
kotor, Tuti pun berinisiatif memandikannya. Setelah itu, tapi sekarang saya dah bisa melupakannya. Saya bahkan akhir cerita. Itu curhatan (ungkapan hati red) saya
Sedih dan Kecewa ayahnya pun kembali pulang. Siti dan adiknya pun ingin bisa mengangkat derajat keluarga saya, ungkap sendiri, bahwa saya sangat dan tetap menyayangi
Sebagai orangtua angkat, Edi dan Tuti merasa bermalam di rumah keluarga Edi. Siti mantap. orangtua, walaupun saya dulu sempat benci padanya,
surprise dengan pencapaian prestasi Siti ini, terlebih kata Siti jujur.

44 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 45
Kehidupan Masyarakat Kali Angke dia (Evi red) bisa, masak saya nggak bisa. Akhirnya
Masa kecil adalah masa yang paling mengesankan saya coba, dan ternyata menang, batin Dewi kala itu.
bagi setiap orang. Tidak jarang pengalaman masa kecil Jika Siti menyimpan uang hadiah lomba menulis
membekas begitu kuat di dalam memori setiap orang. ini sebagai bekal pendidikannya kelak, Dewi justru
Hal ini pula yang terjadi pada Siti Juwairia dan Dewi mempersembahkannya untuk kedua orangtuanya.
Kurniawati Rahayu. Jika Siti berkisah tentang kisah nyata Karena orangtua saya masih kekurangan, kata Dewi
kehidupannya, Dewi justru bermain kata-kata lewat beralasan. Dewi hanya mengambil sebagian kecil untuk
imajinasi dan khayalannya. Meski begitu, keduanya membeli buku dan kepentingan sekolahnya. Untuk biaya
memakai latar belakang yang sama, kehidupan masa sekolah, Dewi yang selalu menduduki peringat 1-3 di
lalunya yang tinggal di bantaran Kali Angke. kelasnya ini beruntung karena telah mendapatkan
Dalam cerita yang berjudul Mawar Cinta untuk Peri beasiswa dari pemerintah. Orangtua sangat
Kecilku, Dewi bercerita tentang kisah seorang anak mendukung, tapi saya dituntut untuk mandiri, belajar
yatim piatu yang tinggal berdua hanya dengan kakeknya dan sebagainya, karena orangtua saya kan nggak
di sekitar Kali Angke yang kumuh. Dia itu, anak sekolah, katanya. Karena kondisi itulah yang mendorong
perempuan yang berjualan koran. Suatu hari, saat dia Dewi untuk giat belajar dan berkreasi. Saya ingin
berjualan, dia berteriak menjauh karena ada orang jahat (sampai) kuliah, bisa bantu dan ngangkat derajat
yang mau nyelakain seseorang. Anak itu anak orang keluarga, tekad gadis yang juga mahir berbahasa
kaya, dan dia sedang pulang sendirian. Ada orang jahat Mandarin ini.
yang berniat menculiknya. Nah, anak itu (si penjual
koran) berniat untuk menolong gadis kecil itu. Pas mau KUMPULAN KISAH INSPIRATIF. Karya Siti Juwairia
bantu, nggak taunya dia ditusuk dari belakang sama dan Dewi Kurniawati dan pemenang lomba lainnya
penjahat itu. Sebagai bentuk balas budi keluarga anak dijadikan sebuah kumpulan cerita yang dapat
yang ditolongnya, anak itu kemudian dibantu biaya memberi inspirasi bagi pembacanya. Ini merupakan
pengobatan dan dijadikan anak angkat keluarga itu. kedua kalinya karya siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu
Chi masuk dalam buku Tupperware Childrens Fund.

Hadi Pranoto
Kehidupan anak itu pun berubah, dia jadi anak orang
kaya, tutur Dewi menyimpulkan isi jalan ceritanya.
Tapi, sebulan kemudian, anak keluarga kaya itu
MERAIH IMPIAN DAN CITA-CITA. Siti yang bercita-cita menjadi pramugari dan penulis ini, memiliki keinginan
meninggal dunia akibat kecelakaan, dan anak penjual
kuat untuk dapat membahagiakan orangtua kandungnya dan juga membalas budi kepada keluarga yang
koran itu pun merasa sedih. Sebagai ungkapan rasa
telah merawatnya, Edi dan Tuti.
terima kasihnya, anak penjual koran itu kemudian
Sebagai orangtua asuh, Edi dan Tuti merasa sangat pengalaman berbeda baginya. Putri dari pasangan menaruh mawar itu di atas nisan anak yang meninggal.
bangga dengan prestasi Siti. (Saya) sangat senang, ini Muslih dan Rodiah yang tinggal di Perumahan Cinta Ini menjadi sebuah ungkapan hatinya yang belum sempat
berarti anak saya dah bisa menyumbangkan apa yang Kasih Tzu Chi ini sebelumnya juga pernah menjuarai membalas budi kepada Selvy. Mawar Cinta untuk Peri
dia punya. Ke depannya saya juga akan berusaha, kalau Lomba Karya Ilmiah pada tahun 2004. Waktu itu saya Kecilku menjadi sebuah cara bagi Dewi dalam
memang itu cita-cita dia, saya akan (terus) mendukung. masih SMP, nulis esai, dan dapat Juara III tingkat menyisipkan pesan moral bahwa walaupun kita tidak
Dia mau ke mana, kalo saya masih sanggup, saya akan nasional, ujar Dewi tenang. Kala itu Dewi menulis memiliki materi, tapi kita harus saling membantu.
usahakan untuk dia, terang Tuti yakin. Senada dengan tentang kondisi negara Indonesia yang masih banyak Karena yang namanya membantu itu kan nggak hanya
sang istri, Edi terharu, Nggak bisa ngomong apa-apa, dibelit persoalan yang cukup serius pada waktu itu. dengan materi, tapi juga bisa lewat tenaga dan pikiran,
saya nggak nyangka anak saya bisa kayak gitu. Itulah Saya cerita tentang adanya gerakan separatisme, perang tegasnya.
kebanggaan saya. Ya, nilai-nilai (pendidikan) seperti suku, kehidupan warga bantaran Kali Angke, dan
itulah yang saya syukuri dari Tzu Chi. Sebagai bentuk masalah sosial serta pendidikan yang dihadapi negara Hadiah untuk Orangtua
kepedulian Edi dan Tuti pada masa depan Siti, hadiah ini, terang Dewi. Siti dan Dewi kini tinggal di Perumahan Cinta Kasih
berupa uang yang diperolah dari lomba ini mereka Jika dalam penulisan ilmiah Dewi banyak Tzu Chi. Keduanya merasakan perubahan yang amat
tabung sebagai bekal biaya pendidikannya. Saya pengin menggunakan data-data dan fakta yang terjadi di besar dalam diri merekaperilaku maupun mental
Siti sukses dan bisa bahagiain orangtua kandung. Saya lapangan, untuk lomba penulisan Tupperware ini, Dewi setelah tinggal di perumahan dan menempuh
cuma punya tanggung jawab ngerawat dan mendidik justru mengandalkan khayalan dan imajinasinya saat pendidikan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Kalau dulu,
dia, selebihnya saya serahkan kepada Siti, ungkap Tuti menggarap cerita. Jadi bukan hanya mahir menulis boro-boro mau mikirin nulis, kan tinggalnya di
tulus. artikel non fiksi, dalam fiksi pun Dewi cukup handal. lingkungan Kali Angke, lingkungannya nggak
Seperti Siti, Dewi pun memperoleh informasi lomba ini mendukung. Banyak anak-anak (sebaya) yang nggak
Dua Kali Juara lewat pengumuman di mading sekolah. Dari sini Dewi sekolah. Nah, pas di sini (Perumahan Cinta Kasih red)
Bagi Dewi Kurniawati Rahayu, siswi kelas II Akuntansi kemudian terpikir, Ah, sepertinya saya punya bakat baru terinspirasi, ungkap Dewi yang bercita-cita menjadi

Dok. Tupperware
SMK Cinta Kasih Tzu Chi, meraih juara III Lomba Karya nih, akhirnya (saya) coba menulis. Kebetulan saya juga penulis dan penerjemah ini. Terlebih sebelumnya sudah
Tulis Tupperware, Children Helping Children untuk suka nulis cerita gitu, puisi atau apa, coba sepertinya ada yang berhasil memenangkan lomba seperti ini. Hal
kategori SMA pada tahun 2008 lalu telah memberi saya bisa. ini pun memancingnya untuk berani mencoba, Kok

46 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 47
Ruang Hijau
mencuci tangan, tiga siswa ditugaskan untuk menyirami ditimbulkan dari penggunaan air yang berlebihan, maka

Menghemat Air
tanaman dengan air yang telah digunakan tadi. ada baiknya bila kita melakukan penghematan air untuk
Selanjutnya mereka kembali ke kelas untuk berdoa membantu menjaga kelestarian alam dari kerusakan
sebelum makan. yang serius.
Menurut Sandra, salah seorang guru, kegiatan
hemat air merupakan bagian dari program pendidikan
Oleh: Apriyanto sekolah untuk menanamkan cinta terhadap lingkungan.
Masa kanak-kanak lebih mudah untuk didisiplinkan
Hemat air merupakan salah satu cara dalam menghemat energi. Hemat air tidak hanya terbatas dan dimasuki pesan-pesan yang positif. Karena itu,
dalam penggunaan air PAM saja, tetapi juga terhadap penggunaan air tanah. program ini diawali dari tingkat TK terlebih dahulu dan
kemudian akan dilanjutkan sampai tingkat kelas atas,
kata Sandra. Sandra juga menjelaskan bahwa kegiatan
ini adalah bagian dari kebudayaan humanis, yaitu
mendidik anak-anak untuk mempunyai citra diri yang
baik. Citra diri yang baik tidak hanya harus
berpenampilan rapih dan bersikap santun, tetapi seorang
anak harus mampu memiliki kesadaran terhadap
lingkungannya, terang Sandra. Selain diajari
penghematan air untuk mencintai lingkungan, anak-
anak juga diajarkan kebiasaan menanam benih
pepohonan di sekolah, serta merapikan tanaman-
tanaman yang terlihat layu.

Wang Su Hui
Kegiatan ini hanyalah sebagian kecil dari upaya
pelestarian lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran akan manfaat air dalam BELAJAR TERTIB. Murid-murid TK Sekolah Cinta
kehidupan dan pentingnya menghemat penggunaan Kasih Tzu Chi sedang berbaris menunggu antrian
air. Melalui cara ini diharapkan dapat tertanam kebiasaan untuk mencuci peralatan makannya sendiri.
mencintai lingkungan sejak dini pada anak-anak, dan
mampu membawa kebiasaan ini sampai ke rumah
sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif Tips Menghemat Air
pada lingkungan keluarga. 1. Gunakan air secara berulang kali. Tampung air bekas
Seperti yang telah kita ketahui bahwa air adalah cucian baju atau tangan yang tidak tercemar oleh
bagian dari kehidupan manusia. Seluruh hidup manusia detergen untuk menyiram tanaman atau kloset.
tergantung oleh air: minum, mandi, mencuci, dan 2. Saat menggosok gigi atau mencuci muka, keran air
memasak semuanya menggunakan air. Karena itu air di wastafel sebaiknya jangan dibiarkan terus
dikatakan sebagai sumber kehidupan di dunia ini. Air mengucur. Kunci bila tidak digunakan atau
adalah materi yang penting bagi semua bentuk gunakanlah gelas atau gayung untuk menggosok
kehidupan di bumi. Secara riil air menutupi hampir gigi. Dengan demikian, maka kita tidak lagi
Wang Su Hui permukaan bumi, tetapi sayang sebagian besarnya menghamburkan air melalui kucuran keran yang
terdapat di dalam bentuk air asin dan pada lapisan- terbuang sia-sia.
lapisan es. Bahkan pada beberapa tempat di dunia 3. Cucilah mobil dengan air yang tertampung di ember,
sering terjadi kekurangan persediaan air, karena itu air dan jangan sering-sering menggunakan selang. Selang
MEMUPUK KEBIASAAN BAIK. Sejak dini anak-anak diajarkan mencintai lingkungannya dengan berhemat
yang bersih menjadi sangat vital bagi kehidupan . yang dibiarkan mengucurkan air sama halnya kita
air. Air sisa pencucian yang tidak tercemar deterjen digunakan kembali untuk menyirami tanaman.
Hemat air merupakan salah satu cara dalam menghemat membuang air secara percuma.
energi. Hemat air tidak hanya terbatas dalam 4. Jangan membuang air secara percuma, seperti mandi

S
ejak awal April 2009, Taman Kanak-kanak Cinta berbaris dengan rapih di depan bak pencucian tangan penggunaan air PAM saja, tetapi juga terhadap dengan berendam di bathtub. Lebih baik gunakan
Kasih Tzu Chi menerapkan kebiasaan baru bagi (wastafel). Pada bak tersebut telah tersedia dua buah penggunaan air tanah. Air bawah tanah yang secara shower, selain lebih praktis tentunya lebih hemat
anak didik mereka, berupa belajar sejak dini baskom dan satu buah ember berukuran sedang. beramai-ramai dikonsumsi oleh masyarakat dengan dalam penggunaan air.
menghemat penggunaan air. Setiap pagi sebelum dan Praktiknya, anak-anak satu persatu diminta mencuci tidak terkendali lambat laun akan mengalami penipisan 5. Buatlah lubang-lubang biopori untuk membantu
sesudah aktifitas makan bersama, murid-murid TK Cinta tangannya dengan sabun di baskom pertama, kemudian bahkan habis. Menipisnya debit air tanah akan mampu meresapnya air ke dalam tanah, sehingga dapat
Kasih mempraktikkan penghematan air dengan cara air membilasnya di baskom kedua, dan diakhiri di ember mempercepat perembesan air laut ke daratan serta mempertahankan kandungan air tanah. Atau bila
yang telah selesai dipakai untuk cuci tangan dan tempat ketiga. dapat menurunkan permukaan tanah. Sehingga lama memungkinkan, tanamlah pohon-pohon besar untuk
makan, digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Air yang tidak tercemar oleh detergen akan kelamaan bukanlah tidak mungkin bila daratan akan mempertahankan kualitas tanah, resapan air, dam
Biasanya menjelang pukul 09.00, murid-murid TK telah digunakan untuk menyirami tanaman. Setelah selesai tenggelam oleh air laut. Melihat dampak yang juga membuat udara menjadi lebih sejuk.

48 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 49
Mozaik Peristiwa
menggalakkan pelestarian lingkungan dengan mengajak bahwa bervegetarian itu baik untuk kesehatan daripada
semua manusia menjalankan pola hidup vegetarian makan daging apalagi makanan junk food.
Vegetarian Food Festival yang ramah terhadap lingkungan. Dan, dana yang Di antara ratusan stan yang ada, sebuah stan
terkumpul akan digunakan untuk pembangunan Aula cukup menarik perhatian pengunjung yang datang,
Jing Si, pusat pelatihan diri bagi masyarakat. yaitu stan Waroeng Tzu Ching (WTC). Stan yang
Peduli Kesehatan dan Lingkungan Dalam bazar tahun ini, terdapat 137 stan yang
berpartisipasi. Kantor perwakilan dan penghubung Tzu
semua relawannya masih muda dan penuh keceriaan
itu menjual minuman lo han kuo, lemon tea, bubble
Chi yang berada di luar Jakarta turut meramaikan bazar milk tea, capucinno dan es jeruk. Untuk menarik
dengan menampilkan makanan khas daerahnya masing- perhatian pengunjung, sekelompok muda mudi ini tak
masing. Di meja panjang tempat makan para segan-segan meneriakkan, Waroeng.
pengunjung menikmati makanan vegetarian, salah satu Tzu.Ching., lalu diikuti teriakan serempak, Tzu
keluarga tengah asyik menikmati makanan yang telah Ching Jia. Yoo..! Tzu Ching merupakan
mereka beli. Nyatanya, memang makanan vegetarian perkumpulan relawan muda Tzu Chi yang sering
tak kalah enak dengan makanan non vegetarian, seperti mendukung berbagai kegiatan misi Tzu Chi. Di samping
yang diutarakan oleh Ahung (29), yang datang dengan itu ada pula stan photo box yang menyediakan fasilitas
keluarga besarnya bersama anak, istri serta kedua orang bagi pengunjung yang ingin berpose dengan latar
tuanya. Seneng, menarik dan rame, udah gitu beragam gambar rancangan Aula Jing Si. Anak-anak dari kelas
makanannya, ungkapnya walaupun Ahung sebenarnya budi pekerti Tzu Chi juga membuka stan yang menjual
tidak bervegetarian. Ia pun mengatakan dengan jujur hasil kerajinan tangan buatan mereka.
Dalam satu hari, sekitar 4.000 pengunjung mampir
ke tempat bazar ini. Relawan berkreatif menawarkan
beragam produk dalam Vegetarian Food Festival tahun
ini. Semuanya bertujuan untuk menggugah setiap
orang untuk menjaga lingkungan dan peduli terhadap
semua makhluk hidup. Himawan/Rita Lestari

MERIAH. Berbagai macam makanan khas daerah


yang dibawa oleh relawan Tzu Chi dari Makassar,
Lampung, Singkawang, Medan, Yogyakarta, Pati,
Karawang, Bandung, Padang, dan Batam, serta

Anand Yahya
Taiwan menjadi daya tarik tersendiri bagi para
Sumboko
pengunjung untuk melihat dan mencobanya.

S
ering terjadinya bencana alam tidak terlepas dari yang telah panitia sediakan. Tepat pukul 09.00 WIB,
perilaku manusia yang merusak lingkungannya, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei,
pola hidup boros dan gaya makan yang tidak secara resmi membuka Vegetarian Food Festival ini
sehat menimbulkan bencana yang pada akhirnya dengan memukul gong cinta kasih sebanyak tiga kali.
merugikan kehidupan manusia di dunia. Minggu pagi, Ruangan yang berukuran 24 m x 60 m ini semakin
14 Juni 2009, ratusan orang sudah memadati ruangan siang semakin ramai oleh para pengunjung yang ingin
utama Wedding Hall The Golf Pantai Indah Kapuk. berbelanja.
Keramaian itu bukan dikarenakan ada pasangan bahagia Bazar ini bukan kali pertama yang diadakan oleh
yang tengah melangsungkan pernikahan akbar, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Saat terjadi bencana
melainkan disebabkan kegiatan bazar amal makanan tsunami di Aceh, Tzu Chi Indonesia juga mengadakan
vegetarian oleh Tzu Chi. bazar menggalang dana dimana hasil penjualan kupon
Walaupun bazar belum secara resmi dibuka, para pembelian sepenuhnya untuk membantu pembangunan
pengunjung sudah berlomba membeli barang-barang rumah bagi korban tsunami. Tahun lalu, Tzu Chi kembali
sembako dan makanan dan minuman serta barang- mengadakan bazar yang dananya digunakan untuk
barang pernak-pernik hasil kerajinan tangan. Semua menjalankan misi pendidikan Tzu Chi dengan
transaksi dilakukan dengan menggunakan kupon. Di membangun sebuah sekolah kejuruan di Perumahan

Anand Yahya
stan penukaran kupon, pengunjung yang belum Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng Jakarta Barat. Tahun
memiliki kupon, dapat menukar langsung di 3 stan ini, tujuan diadakannya Vegetarian Food Festival untuk

50 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 51
Mozaik Peristiwa
dengan mesin pencacah sampah sehingga menjadi Kesadaran warga untuk memanfaatkan limbah rumah
serpihan-serpihan kecil dan diendapkan selama satu tangga kini lebih tinggi, tidak seperti dahulu, sampah-
Depo Kompos Cacing (Komposcing) malam. Dalam proses pengendapan ini akan dihasilkan sampah bekas memasak biasanya dibuang di saluran
cairan dan cairan ini bisa digunakan sebagai pupuk air depan rumah bahkan di kali kecil depan rumah
cair. Hasil gilingan yang sudah diendapkan selama satu warga. Kini warga telah sadar untuk menjaga
Pademangan Berahmat hari ini kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk
difermentasikan selama 5 hari, sedangkan pupuk cairnya
lingkungan rumahnya agar selalu bersih.
Menurut koordinator depo, Wagiman, depo
digunakan untuk merangsang pertumbuhan bunga, kompos semacam ini bisa mengatasi masalah sampah
buah, dan daun. Lewat 5 hari, hasil gilingan kemudian yang selama ini seperti benang kusut bagi kota besar
diletakkan dalam sebuah wadah (palet). Di wadah inilah seperti Jakarta, di samping dapat menyuburkan tanah.
cacing-cacing diletakkan sebagai pengurai. Dalam 3 Insya Allah akan terealisasi solusi bagi masalah sampah
minggu terjadi penguraian sampah yang pada awalnya yang ada di DKI asal di semua kelurahan berdiri depo
basah menjadi kering seperti serbuk . seperti ini, ucapnya yakin. Ustad Agus Yatim
Pada saat Vegetarian Food Festival tanggal 14 Juni menambahkan, (Ini) memang sudah cita-cita kami,
2009 yang lalu, hasil Komposcing berhasil terjual setelah rumah dibedah atau dibenahi, maka kami harus
sebanyak 400 kg. Ini sangat menggembirakan. Inilah bersih, tertib, aman, dan sehat. Setelah kampung kami
hasil kerja sama antara relawan Tzu Chi, pemerintah bersih, maka akan hijau, dan kampung ini langitnya
Kelurahan Pademangan Barat, dan warga Pademangan menjadi biru. Itulah pengharapan kami warga
sendiri yang sudah mulai merasakan kemandirian usaha. Pademangan. Agus termasuk salah satu penerima
bantuan Bebenah Kampung yang menjadi koordinator

Anand Yahya
relawan untuk Komposcing. Saluran (penyaluran red)
kompos yang paling utama ke masyarakat dulu karena
tujuan kompos untuk penghijauan di masyarakat
Pademangan. Cita-cita kami adalah agar Pademangan
bersih sesuai motto Pademangan Barat Berahmat
(Bersih, Tertib, Aman, Hijau, Madaniah, dan Sehat),
ujarnya. Anand/Sutar

LEBIH BAIK. Dengan bantuan cacing maka pupuk


kompos yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas
daripada pupuk kompos biasa yang diurai tanpa
bantuan cacing, sebab lendir dan kotoran cacing

Anand Yahya
yang menyatu dalam pupuk akan mampu
Sutar Soemithra menyuburkan tanah.

P agi itu, 10 Mei 2009, warga Pademangan Barat,


Jakarta Utara, tengah sibuk, khususnya di
pelataran Kantor Lurah Pademangan Barat. Ya,
hari itu memang sudah dijadwalkan untuk
Chi ikut mendukung program ini dengan menyediakan
mesin pencacah sampah organik dengan kapasitas 300
kg per jam.
Kini warga sudah mulai mengerjakan pilah-pilah
diresmikannya depo pembuatan kompos dengan sampah dari rumahnya masing-masing dan kemudian
memanfaatkan limbah sampah rumah tangga yang ada petugas kebersihan yang mengambil dan
ada di Pademangan Barat. Tak jauh dari kantor lurah membawanya ke depo ini. Untuk menghasilkan kompos
tersebut telah berdiri sebuah bangunan sederhana yang yang berkualitas, depo ini menggunakan media cacing
diberi nama Depo Pembuatan Kompos Organik. Lumbricus rubellus. Cacing ini mampu menetralkan
Ide pembuatan kompos organik ini dirintis Yoppy, zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanah. Selain
seorang relawan Tzu Chi yang sejak awal menanamkan itu, lendir dan kotoran cacing yang menyatu dengan
cinta kasihnya di Pademangan Barat, saat program kompos organik ini juga mampu mengembalikan derajat
Bebenah Kampung Pademangan dimulai. Ide tersebut keasaman tanah yang telah rusak dan mengubahnya
disampaikan langsung ke Lurah Pademangan yang menjadi mineral yang berguna bagi kesuburan tanah
ternyata menyambut baik. Lurah Pademangan dan tanaman. Karena itulah depo ini dinamakan

Yoppy ( He Qi Utara)
mendukung dengan menyediakan lahan yang bisa Komposcing, kependekan dari kompos cacing.
digunakan sebagai tempat untuk mengolah sampah. Proses pembuatan kompos cacing ini, sampah
Di atas lahan inilah depo kompos organik berdiri. Tzu organik warga Pademangan yang terkumpul digiling

52 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 53
Mozaik Peristiwa
Para insan Tzu Chi yang hadir juga mempunyai Ramah Lingkungan, Berbudaya Kemanusiaan
harapan bahwa jika Aula Jing Si sudah selesai dibangun, Aula Jing Si dirancang memiliki 4 lantai. Lantai satu
Pembangunan Aula Jing Si anggota Tzu Chi dapat semakin bertambah. Liliawati berfungsi sebagai ruang kebaktian yang berkapasitas 300
Rahardjo menuturkan, Saya punya harapan dengan orang tapi jika sekat pintu lipatnya dibuka bisa memuat
kita punya rumah sendiri bisa dapat lebih banyak insan 500 orang. Lantai 2 berfungsi sebagai hall dengan kapasitas
Rumah untuk Tzu Chi Indonesia Tzu Chi ikut di dalam Tzu Chi. Dengan sudah punya
rumah sendiri kan bisa dapat lebih banyak sukarelawan.
300 orang, lantai 3 berfungsi sebagai ruang pertemuan
atau ruang konferensi berkapasitas 500 orang, sedangkan
Harapannya bisa lebih banyak anggota. Semua bisa di lantai 4 adalah Aula Jing Si berkapasitas 1.300 orang.
datang untuk bergabung, karena kita lihat di Indonesia Master Cheng Yen mengatakan tujuan dari
kan banyak orang yang menderita, kalau tidak ada pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi di seluruh dunia adalah
sumbangan tenaga dari semua orang akan sulit, untuk menjaga semangat Tzu Chi dan perwujudan dari
Susanty, seorang relawan yang lain menambahkan. semangat budaya kemanusiaan Tzu Chi. Beliau berharap
penampilan fisik bangunan interior maupun eksterior Aula
Jing Si secara keseluruhan dapat menjadi simbol-simbol

AULA JING SI. Rumah baru Tzu Chi


Indonesia dimulai dengan Aula Jing Si.
Di sinilah kelak semua kegiatan Tzu Chi
di Indonesia dimulai dan dikoordinasi.

RUMAH SENDIRI. Dengan adanya Tzu


Chi Center, relawan Tzu Chi di Indonesia
berharap cinta kasih akan semakin
tersebar luas sehingga makin banyak

Dok. Tzu Chi


orang yang bisa merasakannya.

Anand Yahya

D
i atas tanah seluas 10 hektar di Jalan Pantai ataupun fasilitas. Sewaktu kegiatan yang dilakukan semakin
Indah Kapuk Boulevard, Jakarta Utara, berkumpul luas, mulai dirasa perlu bagi Tzu Chi untuk memiliki
1.200 insan Tzu Chi dari seluruh Indonesia, insan rumah sendiri.
Tzu Chi Taiwan, serta para undangan. Hari itu, tanggal
10 Mei 2009, diselenggarakan Pencanangan Pembangunan Tumpuan Harapan
Aula Jing Si. Tzu Chi sudah belasan tahun di Indonesia,
Bagi Yayasan Buddha Tzu Chi, Aula Jing Si merupakan kegiatannya berkesinambungan dan itu tidak lepas dari
bangunan yang mempunyai makna tersendiri sebagai dukungan Bapak, Ibu, pengusaha, relawan, dokter, dan
tempat untuk melatih diri, menempa ilmu untuk lain-lain. Hari ini kita bisa berbangga dan bisa berbahagia,
mendapatkan kebijaksanaan, dan menebar kepedulian satu lagi proyek kemanusiaan di tempat ini akan berdiri,
untuk sesama, serta mempraktikkannya dalam kehidupan. tutur Stephen Huang, relawan Tzu Chi Taiwan yang
Ya, selama ini Sekretariat Tzu Chi Indonesia berada di memberikan kata sambutan dalam pencanangan Aula
sebuah pusat perbelanjaan besar yang dipinjamkan oleh Jing Si. Usai sambutan dan beberapa pementasan isyarat
salah seorang relawan Tzu Chi yang juga merupakan tangan, 120 relawan dan undangan menyekop lingkaran
pemilik gedung tersebut. Dalam kegiatannya pasir bersama-sama, tanda resmi dimulainya pembangunan

Teddy (He Qi Barat)


menanggulangi bencana yang terjadi ataupun Aula Jing Si. Mereka melakukan 3 sekopan, mewakili 3
meringankan penderitaan sesama, Tzu Chi sering tujuan Tzu Chi: menyucikan hati manusia, masyarakat
membantu dengan memberikan rumah, perabotan, aman dan tenteram, serta dunia bebas dari bencana.

54 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 55
Mozaik Peristiwa

Wihara Gendong dari Celengan Beras


Wihara Giri Santi Loka berdiri tegak di atas Gunung Celering. Bangunan yang terwujud dari hasil
celengan beras para umatnya yang sederhana ini, merupakan saksi semangat
kegotongroyongan masyarakat Jepara.
dc

Roann ( He Qi Barat)
JODOH BAIK. Pemilihan hari Pencanangan Pembangunan Aula Jing Si yang bersamaan dengan peringatan
Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi diyakini merupakan suatu jodoh yang baik.

Dharma tanpa kata-kata agar orang yang berada di Waisak, Hari Ulang Tahun Tzu Chi dan juga Hari Ibu Sedunia.
dalamnya dapat merasakan nuansa semangat ajaran Terlebih lagi bagi para insan Tzu Chi di Indonesia, bertambah
Buddha serta budaya kemanusiaan Tzu Chi melalui satu lagi kebahagiaannya dengan acara pencanangan
pandangan mata dan sentuhan batin. pembangunan Aula Jingsi ini. Franky menambahkan,
Standar bangunan Tzu Chi, termasuk aula ini Peringatan Waisak ini mengingatkan akan ajaran Buddha,
menganut konsep pelestarian lingkungan. Rancangan membangkitkan cinta kasih kita semua. Tujuannya adalah
Aula Jing Si menggunakan sistem solar cell sehingga akan supaya dunia aman, tenteram, dan bahagia.
menghemat listrik. Selain itu, pemakaian air untuk kakus Setelah melaksanakan pemandian Buddha Rupang,
dan taman juga memanfaatkan tadahan air hujan. Mudah- peserta Waisak menerima sehelai daun Bodhi. Daun Bodhi
mudahan empat misi Tzu Chi bisa terwujud di tempat yang diberikan ini melambangkan kebijaksanaan,
ini, papar Stephen Huang mengakhiri kata sambutan mengingatkan diri sendiri agar senantiasa menjaga
siang itu. kejernihan batin. Prosesi Waisak Tzu Chi yang terlihat
sederhana sesungguhnya terkandung makna yang dalam.
Tiga Perayaan yang Penuh Makna Agus Rijanto, seorang relawan Misi Budaya Kemanusiaan
Pagi hari yang sama, sebelum pencanangan, relawan menuturkan, Ajaran Buddha sesungguhnya tidak hanya Apriyanto

P
Tzu Chi merayakan 3 peringatan yaitu Hari Waisak, Hari membaca sutra atau mantra tetapi lebih mementingkan uluhan warga baik tua dan muda telah ramai Celengan Beras
Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi. Acara yang dimulai bagaimana kita memberikan bantuan kepada masyarakat memadati Wihara Giri Santi Loka yang berada Berawal pada tahun 1966, Kamituo seorang tokoh
pada pukul 7 pagi ini diawali dengan prosesi persembahan yang membutuhkan. Sekarang dengan adanya Jing Si ini persis di atas Gunung Celering. Letaknya pada desa yang juga beragama Buddha memprakarsai untuk
pelita dan air oleh relawan komite Tzu Chi. Setelah itu, bisa menjadi pusat kegiatan bagi relawan-relawan dalam ketinggian 600 meter di atas permukaan laut membuat mengadakan kebaktian bagi warganya yang saat itu
para peserta diajak untuk mengikuti prosesi pemandian rangka menjadi suatu wadah dalam pusat pemberian wihara ini menjadi wihara tertinggi di wilayah Jepara. mayoritas beragama Buddha. Karena saat itu Dukuh
Buddha Rupang. Tema yang diangkat adalah Membalas bantuan, terangnya. Hari itu Minggu 7 Juni 2009, adalah hari kunjungan Guwo belum memiliki tempat peribadatan maka puja
Budi Baik Buddha, Orangtua Kita, dan Semua Makhluk Lie Sarpin adalah relawan yang ikut menyiapkan relawan Tzu Chi dalam acara penyerahan celengan bakti dilaksanakan di rumah Kamituo sendiri. Tetapi
Hidup. kegiatan akbar yang berlangsung hari tersebut. bambu dan mengenal Tzu Chi lebih dekat. Serangkaian pada tahun 1972, sebanyak 35% warga Dukuh Guwo
Di hadapan altar Buddha Rupang yang di bawahnya Menurutnya, perayaan Waisak dan pencanangan acara pun ditampilkan dari perkenalan antara relawan beralih keyakinan ke agama lain, termasuk Kamituo.
terdapat kolam kecil, peserta membungkukkan badan dan pembangunan Aula Jingsi yang dilaksanakan pada waktu dengan warga, pemutaran video, hingga pertunjukan Karena Kamituo tidak lagi beragama Buddha dan
dengan telapak tangan terbuka menyentuh air lalu yang bersamaan adalah sebuah jodoh. Sebetulnya isyarat tangan yang dibawakan oleh para relawan. Di tidak adanya tempat untuk puja bakti. Maka waktu itu
merangkapkan tangan di dada, kemudian mengambil sudah direncanakan jauh sebelumnya, tetapi waktu kita balik bangunannya yang terlihat baru, Wihara Giri Santi warga berinisiatif membangun cetiya (tempat peribadatan
sekuntum bunga dan meninggalkan altar sambil kunjungan ke Taiwan bertemu dengan Master (Cheng Loka sesungguhnya memiliki kisah tersendiri yang sederhana untuk umat Buddha -red), di atas lahan salah
merangkapkan kembali tangan di dada. Yen), kita diskusi pilih hari yang terbaik adalah hari ini. mencerminkan keuletan, kekompakan, dan semangat seorang warga yang bernama Nodirono Pailah. Waktu
Menurut Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Karena hari ini adalah hari Tzu Chi dan hari ibu, jadi hari warga Dukuh Guwo dalam usaha memiliki tempat itu mereka hanya mampu membangun cetiya berukuran
Buddha Tzu Chi Indonesia, Peringatan Waisak ini yang terbaik adalah hari ini. Semuanya adalah jodoh, peribadatan. 4x6 meter. Berdinding bambu, beratapkan daun
merupakan hari yang sangat berbahagia, karena selain terang Sarpin. Tim Redaksi

56 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 57
dimiliki, setiap fajar warga mengangkut bahan-bahan beras pun diadakan. Sekitar bulan Mei 2007 program
bangunan dengan menggunakan bakul menuju tempat pembagian beras itu mulai dijalankan atas dukungan
pembangunan wihara. Selama bertahun-tahun warga dari tokoh-tokoh umat Buddha di Jepara. Termasuk
mengangkut bahan-bahan bangunan dari Blingoh ke Kasipan, pengurus Wihara Giri Santi Loka yang saat itu
Guwo. Dulu baik dari pasir, semen, batu merah, dari ikut serta sebagai relawan pembagian beras. Yang saya
apa pun ini dari Blingoh. Setiap pagi, jam 4 pagi, warga kagumi, (Yayasan) Buddha Tzu Chi membentuk relawan
umat Buddha ini, baik perempuan, laki-laki berbondong- untuk membagikan beras kepada orang-orang di daerah
bondong yaitu, gendong material dari Blingoh yang pantai. Khususnya bukan orang Buddha malah, kata
antara 3 kilo. Sebelum adanya jalan tembus ini, kata Ashadi dengan bangga.
Suwoto yang masih remaja saat turut serta dalam Berawal dari pembagian beras inilah, Tzu Chi terus
pembangunan wihara. menjalin hubungan yang baik dengan umat Buddha di
Selain warga dewasa, anak-anak kecil juga turut Desa Blingoh, Jepara. Budaya kemanusiaan yang
mengambil andil dalam membawa bahan-bahan diperkenalkan oleh Tzu Chi mendapat tanggapan yang
bangunan dari Blingoh. Hanya saja jarak tempuh mereka baik dari umat-umat setempat. Salah satunya adalah
cuma separuh perjalanan dan material yang mereka celengan bambu.
bawa juga tidak sebanyak orang dewasa, menurut Minggu, 7 Juni 2009 merupakan kunjungan Tzu Chi
Ashadi. Untuk memudahkan tugas, waktu itu Ashadi yang pertama dalam menerima celengan bambu yang
membagi warganya menjadi 4 kelompok. Masing-masing diserahkan oleh warga Dukuh Guwo. Pada tahap
kelompok memiliki tanggung jawab untuk membawa pertama yang turut berpartisipasi dalam celengan bambu
bahan bangunan dan dilaksanakan secara bergiliran. adalah Wihara Somakalingga di Desa Blingoh. Sebanyak

Apriyanto
Selain itu, masing-masing kelompok juga aktif 30 orang umat turut berpartisipasi dalam
mengadakan arisan yang hasilnya disumbangkan untuk menyumbangkan celengan bambu. Lalu tahap kedua
BERTUKAR BUDAYA. Beberapa kali dalam satu tahun, relawan Tzu Chi mengunjungi umat di Wihara Giri pembangunan wihara. Dengan usaha yang keras akhirnya sekitar 8 bulan yang lalu jumlahnya mengalami
Santi Loka. Diawali dengan program pembagian beras cinta kasih, Tzu Chi menjalin jodoh dengan Jepara. di tahun 1992, wihara ini terbangun walau hanya 30% peningkatan sebanyak 40 orang di Somakalingga itu.
yaitu, dinding dan atapnya saja. Untuk kali ini mungkin mendekati 100 peserta di Wihara
rembulung, dan berlantaikan tanah yang diperkeras. mayoritas bekerja sebagai petani serba sederhana. Seiring berjalannya waktu dan masuknya jalan aspal Giri Santi Loka ini, terang Kasipan. Warga yang telah
Cetiya ini mereka namakan Giri Santi Loka. Ashadi salah seorang pengurus. Ia bersama beberapa hingga ke Dukuh Guwo. Wihara ini akhirnya berhasil berkumpul dengan antusias menyerahkan celengan
Karena warga yang ikut puja bakti jumlahnya pengurus lainnya mengusulkan agar setiap keluarga menyelesaikan pembangunannya atas dukungan dari bambu itu kepada relawan Tzu Chi. Satu persatu celengan
semakin bertambah, maka beberapa tahun berikutnya memiliki sebuah bumbung (celengan bambu). Mereka banyak umat Buddha termasuk yang di luar Jepara, yang telah diserahkan pun dibelah, dengan penuh
cetiya ini dipindahkan ke selatan lokasi pertama. Tepatnya menyarankan kepada warga agar celengan bambu itu Departemen Agama, dan Bupati Jepara sendiri. Adanya kegembiraan relawan Tzu Chi mengumpulkannya untuk
di tanah milik Ibu Satimah. Bentuk bangunannya masih digantungkan di depan pintu rumah. Dan atas infrastruktur yang memadai saat ini membuat keberadaan dibawa ke Jakarta sebagai tanda kasih dan kepedulian
sama, masih berdinding bambu, beratapkan daun kesadarannya diminta untuk menyumbangkan sesendok wihara ini lebih mudah untuk dijangkau dan juga yang diberikan oleh warga Dukuh Guwo. Apriyanto
rembulung, dan berlantai tanah. Hanya saja di lahan ini makan beras ke dalam celengan itu setiap sore. berhubungan dengan berbagai organisasi lain
mereka bisa membangun cetiya dengan ukuran yang Setelah satu minggu, celengan bambu itu rutin di luar Jepara.
lebih luas yaitu, 6x8 meter. Setelah 3 tahun menempati dikumpulkan oleh warga kepada pengurus cetiya. Beras Semangat warga Dukuh Guwo untuk
lahan ini ternyata kebutuhan akan daya tampung umat yang terkumpul kemudian dijual dan uang hasil menggendong material dari desa Blingoh ke
pun muncul kembali. Cetiya Giri Santi Loka dirasa terlalu penjualannya digunakan untuk membeli bahan Guwo, membuat banyak orang yang
sempit untuk menampung umat Buddha yang semakin bangunan. Untuk jenis dan jumlahnya pun disesuaikan menjuluki wihara ini sebagai Wihara Gendong,
bertambah untuk mengikuti puja bakti. dengan uang yang dimiliki. Tanggal 25 Mei 1985 adalah sebuah wihara yang dibangun atas dasar
Akhirnya dengan kesepakatan bersama dan atas awal dibangunnya Wihara Giri Santi Loka. semangat dan kegotong-royongan.
kemurahan hati dari Bapak Kasim, cetiya ini dipindahkan
dan dibangun kembali di atas lahan miliknya. Hingga Memanggul dari Bawah Pertemuan dengan Tzu Chi
pada tahun 1985 warga Dukuh Guwo merasa perlu Dukuh Guwo pada tahun 80-an sangatlah berbeda Menurut Winarso, relawan Tzu Chi, pada
memiliki tahan yang dikhususkan untuk mendirikan dengan saat ini. Jalan aspal satu-satunya yang ada hanya 2007 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
sebuah wihara. Dari sumbangan bersama akhirnya warga sampai di Desa Blingoh yang jaraknya masih 3,5 km lagi mengadakan program pembagian beras untuk
mampu membeli sebidang tanah berukuran 12x10 meter menuju Dukuh Guwo. Selebihnya adalah jalan tanah wilayah Jepara, Jawa Tengah. Untuk
seharga Rp 125 ribu. Lama-kelamaan tanah yang berada setapak yang menanjak dan berliku. Untuk mencapai memudahkan pembagian beras ini agar
di sisi cetiya dapat ikut terbeli. Hingga akhirnya cetiya Dukuh Guwo diperlukan waktu kurang lebih satu jam sampai tepat kepada yang membutuhkan,
yang semula luasnya hanya 120 m kini bertambah perjalanan dengan berjalan kaki. Dulu itu di sini masih maka Tzu Chi mengundang sejumlah tokoh

Apriyanto
menjadi 700 m. jalan tanah, jalan aspal itu baru masuk kira-kira tahun umat Buddha di Jepara untuk berkoordinasi
Dengan tersedianya lahan yang cukup luas, maka 2002, kata Ashadi. dengan relawan Tzu Chi. Dari pertemuan itu
terbersitlah harapan membangun sebuah wihara yang Medan yang menanjak dan berliku tidaklah Tzu Chi memperkenalkan misi dan visinya. UNTUK MEMBANTU. Dahulu, umat wihara menabung beras
lebih layak. Tetapi untuk mewujudkan niat itu tidaklah menyurutkan semangat para warga yang telah bertekad Baru setelah para tokoh mengenal Tzu Chi dalam bumbung untuk membangun tempat ibadah mereka.
mudah, terlebih kehidupan warga Dukuh Guwo yang ingin memiliki sebuah wihara. Dengan semangat yang dengan baik, pelatihan relawan pembagian Kini mereka kembali menabung untuk membantu orang lain.

58 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 59
Potret Relawan
Agus Rijanto

Hidup Sederhana
Boleh dibilang, selama 3-4 tahun itu saya tidak ada waktu untuk keluarga
ataupun untuk menghadiri pernikahan dan berlibur.

S
elama tiga setengah tahun, Agus Rijanto berada hasil terjemahan dalam bahasa Indonesia menyesuaikan
sangat dekat dengan Master Cheng Yen. Itu subtitle bahasa Inggris. Di situlah tantangan baginya,
karena Master Cheng Yen setiap hari hadir di pilihan kata yang digunakan harus singkat dan tidak
Indonesia melalui wejangannya yang ditayangkan oleh boleh melebihi margin penempatan teks. Padahal sebuah
Da Ai TV Taiwan. Dan Agus Rijanto beserta tim-nya yang kata padat bahasa Mandarin biasanya sering memiliki
menjadi penyambung lidah Master Cheng Yen dengan padanan kata bahasa Indonesia yang panjang. Belum
pemirsa di Indonesia. Agus Rijanto adalah penerjemah lagi kadang Master Cheng Yen menggunakan istilah-
dan editor wejangan Master Cheng Yen. istilah ajaran Buddha yang sulit dicari padanannya dalam
bahasa Indonesia. Nah, tugas Agus Rijanto adalah
Ujian Selama Empat Tahun mengedit hasil terjemahan tersebut agar mudah
Laki-laki kelahiran Medan, 65 tahun lalu ini tidak dimengerti oleh penonton Indonesia. Dan hal ini bisa
bisa lepas dari laptop merk Fujitsu kesayangannya. Ia terus berlangsung sampai jam sebelas malam, dan saya
harus memastikan setiap hari bisa terkoneksi dengan baru bisa memastikan bahwa itu betul-betul final dan
internet di manapun sedang berada karena ia harus tidak ada perubahan apapun lagi, terang Agus.
mendownload teks wejangan Master Cheng Yen. Master Subtitle bahasa Inggris itu nantinya akan ditimpa
Cheng Yen biasanya menyampaikan wejangan rutin oleh subtitle bahasa Indonesia. Tapi untuk tugas ini
harian pukul 7 pagi waktu Taiwan atau 6 pagi waktu bukan Agus yang mengerjakannya. Hasil akhir tersebut
Indonesia. Wejangan tersebut direkam, dan isi wejangan kemudian ia berikan kepada rumah produksi yang
dibuat dalam bentuk transkrip bahasa Mandarin. Pukul mengolahnya untuk kemudian diberikan kepada operator
10 pagi waktu Indonesia, transkrip awal berdurasi 12 TV berlangganan Indovision. Indovision menayangkannya
menit tersebut diupload ke website oleh tim Tzu Chi keesokan harinya pukul 18.45 WIB. Jadi, pemirsa Da Ai
Taiwan sehingga bisa didownload oleh relawan Tzu Chi TV di Indonesia melalui Indovision menyaksikan wejangan
di seluruh dunia. Di Indonesia tugas tersebut dijalankan Master Cheng Yen yang telah dilengkapi terjemahan
oleh Agus dan tim. Transkrip tersebut kemudian bahasa Indonesia edisi hari sebelumnya. Begitulah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh bagian rumitnya proses yang harus dikerjakan agar penonton
penerjemah Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. di Indonesia bisa menyaksikan tayangan wejangan
Wejangan Master Cheng Yen aslinya berdurasi agak Master Cheng Yen.
panjang, namun untuk menjadi tayangan televisi harus Karena itu merupakan wejangan Master Cheng Yen,
dipotong menjadi 12 menit. Sekitar pukul 5 sore barulah Agus sangat hati-hati terhadap isinya, jangan sampai
diketahui hasil akhir wejangan Master Cheng Yen yang salah arti. Yayasan Tzu Chi adalah organisasi Buddha
telah dipotong menjadi 12 menit. Agus harus kembali sedangkan agama mayoritas di Indonesia adalah agama
mendownload naskahnya yang telah disesuaikan dengan Islam, jadi dalam penyampaian ini kita harus berhati-
panjang video yang telah dipotong.. hati karena pesan yang ingin disampaikan adalah
Tugas Agus belum selesai. Ia masih harus menunggu universal, jelasnya, Wejangan Master ini memang
Foto: Sutar Soemithra

tayangan wejangan yang telah diberi subtitle (teks bersifat universal dalam bentuk kejadian sehari-hari di
terjemahan di acara televisi) bahasa Inggris ditayangkan seluruh dunia. Dan menurut saya ajaran Master yang
oleh Da Ai TV Taiwan pukul 18.45 WIB. Setelah diajarkan memiliki satu inti, yaitu meringankan
mendownload dari website Agus mengedit kembali penderitaan dan memberikan kebahagiaan orang lain,

Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 61


Anand Yahya

Dok. Pribadi
TURUN KE LAPANGAN. Sewaktu melihat aktivitas Tzu Chi di televisi, Agus mengira itu hanya rekayasa. DI JALAN YANG SAMA. Agus Rijanto awalnya memandang sinis Tzu Chi, namun sang istri, Ho Sok Cheng,
Tapi setelah bergabung menjadi relawan, ia membuktikan sendiri bahwa tayangan tersebut benar adanya. terlanjur jatuh cinta kepada Tzu Chi. Ho Sok Cheng kemudian memintanya menemani untuk mencari
keberadaan Tzu Chi di Jakarta. Akhirnya justru Agus lebih aktif di Tzu Chi daripada istrinya.

dan mengajak orang-orang yang kita bantu untuk makna dari pesan yang disampaikan, yang terkandung Ah, udahlah jangan dilihat, itu mah palsu. Agus merasa dan istrinya akhirnya bisa menemukan kantor Tzu Chi
membantu orang lain. di dalamnya. Dan itu terus berlangsung selama tiga adegan itu kebanyakan hasil rekayasa, supaya orang Indonesia di ITC Mangga Dua, Jakarta.
Agus merasa komitmennya di Tzu Chi mendapat tahun setengah. lain mau menonton sehingga tercapai tujuannya untuk Agus dan istri mendaftarkan diri menjadi relawan.
ujian yang sangat besar ketika menjalani tugas tersebut, Maka tak heran jika ia merasa sangat berat ketika mempengaruhi orang lain. Buktinya apa kalo itu palsu? Kegiatan pertamanya sebagai relawan adalah selama
Boleh dibilang waktu saya selama 3-4 tahun itu tidak harus melepas wejangan Master Cheng Yen pada timpal Ho Sok Cheng sengit. Agus pun tak mau kalah sehari dalam seminggu ngantor di Tzu Chi. Tapi Agus
ada sisa waktu untuk keluarga ataupun untuk menghadiri September 2008. Penerjemahannya diserahkan ke sebuah dengan pendapatnya, Liat aja itu orang kerja, kerja di malah hanya bingung karena tidak tahu mau melakukan
acara pernikahan dan berlibur. Banyak kesempatan tim khusus dari DAAI TV Indonesia karena akan got gitu (masa) pake celana dan sepatu putih. Mana apa, sampai akhirnya seorang relawan, Lulu,
lain yang terpaksa harus Agus lewatkan ketika mengurus ditayangkan di DAAI TV Indonesia. Awalnya ia merasa mungkin (bukan rekayasa)?! mengajaknya membereskan alat-alat dokter gigi untuk
wejangan Master Cheng Yen. Bahkan ia seperti berkantor khawatir penerjemahannya terjadi kesalahan tafsir. Ho Sok Cheng bergeming. Terlebih ia melihat di baksos kesehatan. Agus sempat kebingungan ketika
di Tzu Chi karena hampir setiap hari datang, padahal Namun Agus perlahan akhirnya bisa melepasnya. Rasa tayangan tersebut banyak terdapat relawan dari merapikannya. Namun itu justru memberinya ide untuk
ia mempunyai usaha sebuah toko supplier kain mebel cintanya kadang membawanya menyempatkan diri Indonesia, ia yakin Tzu Chi pasti ada di Indonesia juga. mengajak anaknya yang gemar fotografi untuk memfoto
dan kain untuk peralatan kantor. Akhirnya istrinya yang berdiskusi tentang wejangan Master Cheng Yen dengan Ho Sok Cheng jatuh cinta pada Tzu Chi. Maka ia satu per satu alat dan dibuatkan tabel agar orang
lebih banyak mengurus toko. Saya tidak mengatakan tim penerjemah DAAI TV. Wejangan tersebut kini menjadi mengajak Agus untuk mencari tahu keberadaan Tzu Chi selanjutnya yang membereskannya tahu nama alat itu.
hal itu sebagai berkorban, melainkan saya melakukan tayangan harian DAAI TV berjudul Lentera Kehidupan. di Jakarta. Agus pun akhirnya mengikuti kemauan istri Belum terlalu mantap langkahnya di Tzu Chi,
itu karena saya suka dan mau, terlebih lagi agar kita tercinta. Selama 2 bulan mereka mencari-cari, tapi nihil. pertengahan tahun 2002, Agus dan istri ikut
bisa menyebarkan ajaran Master supaya setiap orang Itu Mah Palsu Mereka mempunyai sebuah tempat makan mengunjungi kantor pusat Tzu Chi di Hualien, Taiwan
bisa mengerti. Dan itu merupakan tujuan dan cita-cita Jodoh Agus Rijanto dengan Tzu Chi terjalin tahun langganan, yaitu sebuah restoran kecil di Kelapa Gading. bersama sejumlah pengusaha. Dalam perjalanan,
saya pribadi, ungkap Agus merendah. 2002. Awal tahun itu Jakarta dilanda banjir besar. Pemiliknya orang Taiwan. Karena Tzu Chi berasal dari rombongan ditanya, Siapa yang mau jadi komisaris
Sisi positif yang ia peroleh adalah ia menjadi semakin Relawan Tzu Chi terlihat di beberapa tempat sedang Taiwan, Agus dan istri menduga pemilik restoran itu kehormatan? Syarat menjadi komisaris kehormatan
mengerti jalan pikiran Master Cheng Yen tentang Tzu menyalurkan bantuan. Mereka bukan hanya memberikan pasti tahu tentang Tzu Chi juga. Oh, kau bertemu adalah dengan menyumbang 1 juta dolar Taiwan (sekitar
Chi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat baginya untuk bahan bantuan, malah sampai membersihkan got dan dengan orang yang tepat, saya juga anggota dari Tzu Rp 300 juta waktu itu). Bagi para pengusaha, uang
melangkah di jalan Tzu Chi. Ia beranggapan, Apabila Chi. Tapi kalau kau ingin tahu Tzu Chi Indonesia, saya sejumlah itu tidak terlalu besar. Maka mereka pun serta
kali yang penuh sampah. Semua itu disyuting dan
masih kurang tau, tapi aku punya majalahnya, sahut merta mengangkat tangannya. Tinggallah Agus seorang
kita membaca, kita hanya mengetahui isi kalimat disiarkan ke seluruh dunia melalui Da Ai TV Taiwan. Ho
sang pemilik restoran yang membuat Agus dan Ho Sok yang tidak mengangkat tangan. Ia tampak masih ragu.
tersebut, istilahnya hanya lewat begitu saja. Sedangkan Sok Cheng, istri Agus Rijanto sangat terkesan dengan
Cheng lega. Berbekal alamat di majalah tersebut, Agus Selain karena ia masih baru mengenal Tzu Chi, uang
(kalau) menerjemahkan, saya harus mengerti betul-betul perbuatan mulia itu. Tapi Agus justru tak sependapat,

62 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 63
Agus juga turut lain supaya mau mengikuti, jelas Agus. Teratai-teratai kehormatan Tzu Chi untuk pembangunan Aula Jing Si
membidani kelahiran Tzu itu mewakili lambang anggota komisaris kehormatan, indonesia. Maka, untuk kedua kalinya ia
Ching Indonesia. Dalam Tzu Cheng, dan komite. Itu artinya makin berat pula menyumbangkan Rp 300 juta kepada Tzu Chi. Ia tidak
beberapa kali kunjungan tanggung jawab yang harus dipikul Agus. menyesal keinginannya untuk memiliki BMW seri lebih
ke kantor pusat Tzu Chi baru akhirnya kandas. Baginya, BMW tua yang masih ia
di Hualien, Taiwan, ia Hidup Sederhana miliki saat ini masih cukup baik. Pada tahun ini ia kembali
melihat ada kelompok Pertengahan tahun 2006, Agus bersama beberapa akan menyumbangkan 1 juta dolar NT atas nama cucu
muda-mudi Tzu Chi (Tzu relawan Tzu Chi lain memfasilitasi pemulangan 19 warga laki-lakinya, Mika (3) untuk menjadi komisaris
Ching). Di Indonesia Kamboja dan 4 warga Myanmar. Mereka adalah anak kehormatan.
tidak ada. Ia berinisiatif buah kapal (ABK) yang terdampar di perairan Indonesia Sekarang Agus telah memiliki 2 anak dan 2 cucu,
untuk membentuk Tzu dan ditahan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta. namun ia masih memiliki ibu yang telah berumur 97
Ching di Indonesia, Mereka terpisah dengan keluarganya selama 2 tahun. tahun. Awalnya ia menduga dengan memberikan segala
namun relawan lain Kalau tidak ada Tzu Chi, mana bisa kami pulang ke yang diinginkan ibunya bisa membuat beliau bahagia,
menganggap waktunya Kamboja, kata Lon Tha, salah satu warga Kamboja termasuk kediaman yang nyaman di bilangan Pulo Mas,
belum tepat. Cita-cita tersebut berkaca-kaca. Jakarta Timur. Setelah saya lama bergabung dalam Tzu
Agus baru terwujud Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa kami dari Chi, saya mulai merasakan bahwa orangtua saya yang
tahun 2006. Ketika itu ia Tzu Chi mau membantu kalian? Kenal pun tidak saya anggap sudah mendapat segala sesuatunya dengan
membentuk sebuah tim sebelumnya bukan? ujar Agus yang disambut anggukan cukup, tapi ternyata orangtua kita itu merasa kesepian
beranggotakan para oleh mereka, Kami membantu karena rasa kemanusiaan.

Anand Yahya
dan butuh teman untuk bercakap-cakap, Agus
relawan muda yang ia Satu harapan kami, bahwa kalian suatu saat harus juga menyadari kesalahannya. Terlebih ketika beberapa waktu
beri nama Tim 16. Ia mau membantu orang lain yang memang memerlukan lalu ibunya tersebut sempat terjatuh yang sampai
BERBAGAI KEGIATAN. Hampir semua kegiatan di Tzu Chi pernah diikuti oleh Agus sendiri ikut serta dalam bantuan kalian. menimbulkan pendarahan di otak. Untunglah semuanya
Rijanto. Namun seiring dengan bertambahnya usia, ia kini lebih banyak aktif dalam tim tersebut. Saya Aktivitas Agus dalam Tzu Chi kini mulai berkurang, belum terlambat.
kegiatan pelatihan relawan dan sosialisasi yang tidak terlalu menguras energi. membentuk kelompok terlebih untuk aktivitas yang menguras tenaga. Karena Agus kini mengubah caranya bersikap kepada ibunya,
ini karena saya melihat tenaga dan energi (mulai) berkurang, maka saya Sekarang setiap pulang dari kerja saya selalu
sejumlah itu baginya bukan jumlah yang kecil karena bahwa yang ikut serta sebagai relawan di Tzu Chi rata- (sekarang) kebanyakan (hanya) bergerak di bidang yang menyempatkan diri untuk mengajak ngomong dan
ia bukan seorang pengusaha besar. Namun Ho Sok rata orang tua, dan saya merasa bahwa kita juga butuh seremonial, pertemuan, atau rapat dan sebagai pembicara bercanda dengan orangtua saya. Ia menambahkan,
Cheng terus mendesak suaminya agar ikut mengangkat penerus, Agus menjelaskan. Itulah cikal bakal pada acara tertentu atau istilahnya MC, jelas Agus. Sekarang bayangkan saja, orangtua pada umur seperti
tangan. Akhirnya Agus pun ikut mengangkat tangan. terbentuknya Tzu Ching Indonesia. Relawan-relawan lain malah kadang berebutan untuk itu sudah tidak memiliki teman-teman seumur yang
Maka ketika Agus pulang dari Taiwan, ia mendapat Ternyata apa yang ada di benak Agus ketika menggantikan perannya dalam aktivitas yang baginya masih ada. Jadi, sebagai anak kita harus menjadi seorang
buah tangan gambar teratai merah sebagai komisaris berinisiatif membentuk Tzu Ching tidak salah. Anak- terasa berat. teman bagi orangtua kita. Walaupun kita hanya berbasa-
kehormatan Tzu Chi pada kartu tanda pengenal berwarna anak muda tersebut bisa diandalkan dan sangat aktif Namun tugas yang seperti tidak pernah lepas darinya basi dengan orangtua kita, tapi orangtua kita akan
emas pada akhir tahun. dalam mendukung kegiatan-kegiatan Tzu Chi, dan yang adalah menjadi penerjemah, entah ketika relawan senang sekali. Sutar Soemithra
pasti membuat anak-anak muda mempunyai wadah Indonesia berkunjung ke Taiwan atau ketika relawan dari
Memulai Banyak Hal yang pas di dalam Tzu Chi. Akhirnya kelompok anak Taiwan atau negara lain berkunjung ke Indonesia.
Bisa dikatakan, Agus Rijanto banyak memulai muda tersebut secara resmi dibentuk menjadi Tzu Ching. Kemampuan bahasa Mandarinnya hampir selalu tidak
membuka lahan baru dalam Tzu Chi. Pada tahun 2003, Agus pun lega karena usahanya membuahkan hasil. Ia pernah terlewatkan.
ia dipercaya untuk memulai dan menjadi koordinator sendiri kemudian bersama relawan A Thiam menjadi Bergabung di Tzu Chi juga membuatnya menjadi
sebuah divisi baru dalam Yayasan Buddha Tzu Chi Tzu Ching Papa (pembina Tzu Ching) bersama Wang lebih sederhana. Walaupun ketika kecil pernah merasakan
Indonesia, yaitu divisi dokumentasi atau yang dikenal S u H u i y a n g m e n j a d i T z u C h i n g M a m a . hidup susah di Medan, ketika kini telah memiliki ekonomi
juga dengan sebutan 3 in 1. Karena, divisi ini berfungsi Pada kesempatan lain ia kembali ke Taiwan, ia yang baik, ia tidak aji mumpung membalas dendam
mendokumentasikan aktivitas Tzu Chi dalam 3 bentuk: melihat ada sesuatu yang baru di Tzu Chi. Sesuatu itu masa susah tersebut. Agus memberi contoh, sudah lama
foto, video, dan naskah liputan. adalah barisan Tzu Cheng (Tzu Cheng Dui) yang ia ingin mengganti mobil BMW tahun 1997 miliknya.
Pada saat itu, relawan yang menangani divisi ini merupakan barisan relawan komite laki-laki garis depan Dulu ketika membelinya, ia berharap dengan mengendarai
k e b a n y a k a n b e r a s a l d a r i Ta i w a n s e h i n g g a (frontline) yang harus selalu siap 24 jam jika Tzu Chi BMW yang harganya mahal membuat statusnya naik
pendokumentasian foto dan naskah pun dibuat dalam membutuhkan. Dalam suatu rapat, Agus menanyakan dan dihormati orang lain. Akan tetapi sejauh ini yang
bahasa Mandarin. Divisi ini awalnya hanya beberapa kepada relawan laki-laki apakah bersedia mengikuti menghormati saya hanya tukang parkir, ia tertawa lebar.

Sutar Soemithra
orang, tapi dengan terus berkembangnya Tzu Chi pelatihan Tzu Cheng. Ternyata hanya saya seorang Beberapa bulan ini ia ingin mengganti BMW-nya
Indonesia membuat divisi ini juga terus berkembang. yang ikut, tukasnya. Karena tanda bagi relawan yang tersebut dengan seri yang lebih baru, seri 5. Tapi,
Bahkan pada tahun 2007, divisi ini menjadi cikal bakal telah menjadi anggota Tzu Cheng adalah logo teratai Sekarang ini saya sudah lebih sederhana. Uang yang
berdirinya DAAI TV Indonesia. Namun kini Agus sudah di kartu tanda pengenal relawan, maka Agus menjadi seharusnya akan saya gunakan untuk membeli mobil LUANGKAN WAKTU. Lama aktif di Tzu Chi
mulai mengurangi keterlibatannya dalam divisi satu-satunya relawan Indonesia yang memiliki 3 teratai BMW seri 5, saya gunakan untuk membeli mobil kijang membuatnya mengerti bahwa ibunya yang telah
dokumentasi, meski ia masih menjadi quality control di kartunya. Itu bukan karena saya mau mengejar dan sisanya saya alokasikan untuk menyumbang 1 juta berumur 97 tahun ternyata juga membutuhkan
dalam penerjemahan Mandarin. teratai 3 itu, tapi maksud saya untuk mendorong yang NT atas nama isteri, agar dia juga menjadi komisaris perhatian, selain memenuhi semua kebutuhannya.

64 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 65
LEN S A Naskah: Anand Yahya

Anand Yahya
Veronika Usha

Sumbangsih dalam Kesukacitaan


ESTAFET HATI. Adalah filosofi tua bahwa semua yang dikerjakan bersama-sama akan terasa ringan.
Namun, bagi para relawan ringannya hati juga dikarenakan dapat membantu orang lain.

S
etiap kali ada bencana yang belakangan ini Ternyata manusia masih saling peduli pada sesamanya.
semakin sering terjadi, tak butuh waktu lama Selain Tzu Chi, terdapat banyak organisasi sosial
bagi para pecinta alam, klub seniman, dan yang lain, dengan fokus kegiatannya masing-masing.
organisasi lainnya dari berbagai ilmu dan bidang Di manapun para relawan memilih mengekspresikan SUKACITA.
bermunculan. Mereka bekerja sama menyelamatkan jiwa sosial mereka, sukacita terlukis di wajah meski Kerelaan untuk
korban dan bahu-membahu memperbaiki situasi. Sikap tak jarang pengorbanan harus diberikan. menyumbangkan
relawan yang selalu siap dan tanggap dalam Yayasan Buddha Tzu Chi adalah yayasan tenaga dan
menghadapi kondisi yang tidak terduga, tiba-tiba saja kemanusiaan, sebuah cita-cita Master Cheng Yen yang waktu tak hanya
terlihat di mana-mana. Seolah membuktikan bahwa luhur. Saat ini jumlah relawan Tzu Chi yang menyebar membahagiakan
nurani manusia sesungguhnya masih tersisa dan di seluruh dunia mencapai lebih kurang 6 juta orang. orang yang
menunggu untuk dibangunkan. Pada saat seperti itu, Pada saat relawan di belahan bumi bagian barat menerima,
semua sekat agama, warna kulit, bahasa, kaya-miskin beristirahat, relawan di belahan bumi bagian timur namun juga kita
menjadi kabur. tengah bersumbangsih, begitu pun sebaliknya. Selama yang
Relawan mengacu pada orang-orang yang berbuat 24 jam, relawan Tzu Chi memanfaatkan setiap detik memberikan
tanpa mengharapkan pamrih, bahkan tak jarang harus untuk berbuat kebajikan. Master Cheng Yen berpesan bantuan.
mengeluarkan uang dari kantong sendiri. Di dunia agar setiap relawan harus mempunyai cinta kasih
yang semakin individualis, hal seperti ini semestinya universal, welas asih, sukacita dan murah hati,
jauh dari populer. Namun cukup mengejutkan, sewaktu membawa kebahagiaan bagi orang yang dibantu
dibutuhkan, jumlah orang yang mendaftar untuk maupun bagi diri kita sendiri yang memberikan
menjadi relawan jauh di luar perkiraan. Ada yang bantuan.
datang perorangan, ada pula yang berkelompok.

Roann
66 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 67
LEN S A
TUNAS MASA
DEPAN. Tunas
pohon yang
ditanam
sekarang akan
menyelamatkan
bumi di masa
mendatang, pun
generasi muda
yang dididik
dengan baik akan
membawa
kecemerlangan
masa depan.

Hendra (Tzu Chi Bandung)


Anand Yahya
SIAPKAN DIRI. Kesungguhan, awal dari profesionalitas. Meski tak menjalani pendidikan
khusus, para relawan setelah mengikuti latihan dan terjun di lapangan, tetap dapat memberikan
pelayanan yang terbaik.

DI BALIK TENDA.
Sumbangsih MEMELUK
terwujud dalam KEHIDUPAN.
segala bidang, Dapat berada di
keterampilan tempat kita
memasak pun dibutuhkan adalah
dapat menjadi suatu berkah.
modal untuk Master Cheng Yen
membantu selalu berpesan
orang lain. agar para relawan
mensyukuri berkah,
menghargai
berkah, dan
menciptakan
berkah kembali.

Anand Yahya
Dok. Tzu Chi

68 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 69
Jalinan Kasih

Ning,
Si Ojek Wanita
Penuh Kasih
(Perjuangan seorang ibu mencari nafkah bagi
keluarga, namun tetap mengenal rasa syukur)

Oleh: Apriyanto

Jalan kecil beraspal itu selalu ramai dilalui oleh


kendaraan bermotor. Warakas adalah salah
satu daerah padat pemukiman di Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Tempat tinggal Rustianingsih DEMI KELUARGA. Ning harus berperan
berada kurang lebih 50 meter dari tepian jalan sebagai ibu dan juga mencari nafkah akibat
raya. suaminya yang mengalami kecelakaan dan

Anand Yahya
tak lagi bisa bekerja.

N
ing panggilan akrabnya, sudah puluhan tahun terdekat. Tetapi karena lukanya yang cukup berat, maka tunggalnya. Melihat kepulangan Eddy dengan keadaan Awal mengojek
tinggal di daerah tersebut bersama Eddy Eddy dibawa pulang ke Jakarta dengan ditemani oleh tiga demikian Ning terkejut. Tak kuasa menahan emosi, Sakit yang berkepanjangan membuat Eddy tidak dapat
Supriatno suaminya, dan Cipta Rustiayu putri rekan kerjanya. Ning dan Cipta pun menangis. Dua hari berikutnya saat bekerja selama satu setengah bulan. Karena tidak ada yang
tunggalnya. Sebagai kepala keluarga, Eddy bekerja sebagai Tanggal 23 Agustus, setibanya di Jakarta Eddy Eddy sedang berjalan tiba-tiba jahitan lukanya lepas. Lukanya mencari nafkah, dan perlunya biaya untuk mengobati Eddy,
buruh bangunan harian. Di penghujung bulan Agustus langsung dibawa ke kantor tempat ia bekerja di kembali menganga dan darah mengalir deras. Dengan Ning berniat mencari pekerjaan yang dapat menghidupi
2006, saat ia bekerja pada pembangunan menara komunikasi Cileungsi, Jawa Barat, dan langsung menjalani operasi tertatih-tatih Eddy menyeret langkahnya menuju rumah. keluarga. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Ning
di Pontianak, Kalimantan barat, tiba-tiba gerinda yang ia penjahitan lukanya di Rumah Sakit MH Thamrin, Sesampainya di rumah, Ning sangat terkejut hingga tak memutuskan untuk menarik ojek.
gunakan untuk memotong besi patah lalu menancap di Cileungsi. Setelah operasi selesai, pada hari itu juga tahan untuk berlama-lama memandangi luka suaminya. Suatu hari, di samping Eddy yang sedang terbaring di
betisnya hingga merobek daging dan tulang keringnya. Eddy bersama temannya bergegas pulang. Sore Air mata Ning kembali menitik, hatinya kembali risau. tempat tidur, Ning berkata, Yah, saya mau ngojek aja ya?
Kecelakaan ini menimbulkan luka yang serius. Oleh menjelang Maghrib mereka telah sampai di rumah Akhirnya Eddy kembali pergi ke Cileungsi pada 26 Agustus Memang kamu bisa ngojek? tanya Eddy dengan terkejut.
teman-temannya, Eddy segera dilarikan ke rumah sakit Eddy yang saat itu sudah ada Ning dan Cipta putri untuk membenahi jahitannya. Ya, Insya Allah bisa. Orang buta aja bisa (usaha), masa kita

70 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 71
menjawab, Cipta malahan menangis tersedu-sedu. Jika dan miliki. Penghasilannya yang kecil, suaminya yang
mau maka akan saya tanyakan pada rapat yayasan nanti, masih bisa berjalan meski pincang, semuanya masih
terang Lien Hwa membesarkan hati Cipta. Mau, jawab lebih beruntung daripada yang ia lihat dua minggu lalu.
Cipta sambil menganggukkan kepala. Ning bertanya kepada Lien Hwa, Apakah boleh
Menyadari bantuan yang diterima tidak bisa berdana walaupun kecil? Dengan haru Lien Hwa
diperoleh sekaligus dua, Ning merundingkan hal ini menjawab, Berdana bukanlah dilihat dari besar kecil
kepada Eddy di kamar. Yah, gimana ya, situ mah biarin jumlahnya, tetapi ketulusannya, rutinitas serta pengertian
ya. Kalau anak ga sekolah kasihan. Kalo situ kan udah dari berdana tersebut. Itu akan memberikan makna
mau sembuh, sakit-sakit sedikit ga apa, yang penting tersendiri dalam berdana. Sejak saat itu Ning rutin
anak sekolah, pinta Ning. Tapi saya kan belum kerja, mendanakan uangnya kepada Tzu Chi setiap bulan
jawab Eddy. Ya ga apa saya kan bisa ngojek, balas sebesar Rp 10 ribu, sampai sekarang.
Ning setengah membesarkan hati. Ya terserah lah, Pada Januari 2009, Lien Hwa kembali mendatangi
akhirnya Eddy menyetujui usulan Ning. rumah Ning. Seperti biasa Ning sedang mangkal di
Begitu keluar dari kamar, Ning langsung berkata tempat ojek. Cipta yang sudah lulus SMK, sedang
kepada Lien Hwa, Bu, bisakah Cipta dibantu untuk menjahit beberapa potong baju sobek milik tetangga
sekolah lagi? Cipta masih ingin bersekolah. Kami juga dengan upah yang seadanya. Ada yang memberi seribu,
ingin anak kami satu-satunya ini setidaknya bisa selesai dua ribu, dan kalau ada rejeki, ada yang memberi lima
SMK. Tolonglah, Bu.. Biarlah bapaknya kami obati secara ribu rupiah. Tetapi bila yang memintanya tetangga yang
tradisional. Saya akan mengojek sampai malam Bu, untuk tidak mampu, biasa Cipta dengan ikhlas tidak menerima
mendapat tambahan agar bisa mengobati suami saya, bayaran.

Apriyanto
kata Ning memohon. Mendengar permohonan Ning, Ning sekeluarga merasa sangat berterima kasih
hati Lien Hwa menjadi luruh, ia juga baru mengetahui kepada Tzu Chi, atas apa yang telah mereka terima.
PANTANG MENYERAH. Dengan motor yang disewa dari temannya itulah Ning membiayai kebutuhan hidup kalau selama ini Ning bekerja sebagai penarik ojek.
suami dan anaknya, meski tukang ojek wanita terbilang sangat jarang ditemui. Yaitu, bantuan pendidikan bagi putrinya dan bimbingan
Permohonan Ning akhirnya Lien Hwa ajukan dalam hingga membuatnya tahu berucap syukur.
rapat. Dari hasil rapat, permohonan pendidikan Cipta Keluarga mereka bisa dikatakan sebagai salah satu
tidak bisa, jawab Ning meyakinkan. Tidak punya pilihan himpitan yang datang. Belum lagi Eddy sembuh dan disetujui dan Cipta akhirnya bisa melanjutkan sekolah keluarga yang harmonis, penuh rasa syukur di tengah
lain, Eddy akhirnya mengijinkan Ning untuk menarik ojek. Cipta menyelesaikan sekolah menengahnya, kini lagi.
kesulitan yang mereka hadapi. Terlebih lagi dengan
Setelah mendapatkan restu dari suami, Ning kembali pekerjaan Ning sudah tidak lagi memberikan kepastian. Dua minggu kemudian Lien Hwa pergi ke daerah
keterbatasannya, mereka masih mau mendanakan
berpikir cara untuk mendapatkan motor, sebab selama ini Suatu hari Mery, teman Ning menyarankan kepadanya Warakas untuk mensurvei kasus. Tak disangka ia bertemu
sebagian dari penghasilannya untuk kegiatan sosial Tzu
mereka tidak memiliki satu motor pun. Setelah lama agar mengajukan bantuan pengobatan di Yayasan dengan Ning yang sedang menunggu penumpang di
Buddha Tzu Chi. Ning, coba aja laki luh gua urusin di Chi.
memeras otak, akhirnya ia teringat pada Jakaria, seorang pangkalan ojek. Dengan gembira
pengusaha kafe. Dulu Eddy pernah bekerja untuknya saat yayasan, coba-coba aja yah, kata Mery menawarkan Ning menghampiri Lien Hwa dan
Jakaria membangun kafe-kafenya di Tanjung Priok. bantuan. Ya udah terserah, jawab Ning pasrah. berkata, Bu, ayo saya boncengin,
Pak, bisa pinjam motornya untuk usaha? tanya Ning alamat ini mesti keluar masuk gang
saat bertemu Jakaria. Motor untuk ojek, memang kamu Sekolah Anak Lebih Penting sempit. Tidak bisa dilewati mobil,
bisa? tanya Jakaria Ya, bisa lah.. Orang buta aja bisa Tanggal 13 September 2007, Yang Lien Hwa kalau mau jalan kaki jauh, Bu, ajak
usaha. Masa saya tidak bisa, balas Ning mengulang relawan Tzu Chi datang mengunjungi rumah Ning Ning. Lien Hwa menyetujuinya. Hari
tekadnya. Melihat keseriusan Ning akhirnya Jakaria dengan membawa berkas permohonan bantuan itu mereka mensurvei 2 calon pasien
mengijinkan motornya dipakai oleh Ning untuk mengojek pengobatan yang diajukan oleh Mery. Di rumah Ning, dengan mengendarai sepeda motor.
dengan tarif sewa Rp 25 ribu setiap hari. Lien Hwa melihat kondisi Eddy yang terbaring di Selesai survei, selembar uang 50
Di hari pertama, seharian mengojek Ning hanya kamarnya yang sempit dan gelap. Ning menuturkan ribuan diberikan kepada Ning untuk
mendapatkan uang sebesar Rp 10 ribu. Lama-kelamaan kepada Lien Hwa bahwa ia telah berobat ke beberapa mengganti ongkos bensin. Tetapi
pendapatan Ning pun meningkat. Sehari ia bisa tempat, tetapi sakit Eddy masih belum bisa Ning menolaknya dengan mata yang
memperoleh penghasilan bersih sebesar Rp 25 ribu. disembuhkan dan sekarang ia sudah tidak lagi berobat. berkaca-kaca.
Biasanya Ning mengojek dari pagi hingga sore hari. Dari Ketika Lien Hwa keluar dari kamar, ia melihat Cipta Perilaku Ning membuat Lien
penghasilan yang ia dapat selain untuk belanja, Ning juga sedang duduk di balok kayu. Kakinya menyiku rapat, Hwa bertanya-tanya dalam hati.
menyisihkan uangnya untuk pengobatan Eddy yang sambil memangku kedua tangannya yang sedang Sampai dua minggu kemudian, Lien
dilakukan secara tradisional. Setahun kemudian pendapatan menutupi wajahnya. Ini siapa, kok diam saja? tanya Hwa bersama beberapa relawan
Ning mengalami penurunan yang drastis. Banyak Lien Hwa. Ini anak saya, Cipta, balas Ning. Kenapa kembali datang mengunjungi Ning.

Apriyanto
langganannya yang telah memiliki motor sendiri sehingga menangis? tanya Lien Hwa kepada Cipta sambil duduk Di pertemuan ini Ning bercerita kalau
tidak lagi naik ojek dengannya. Bila sebelumnya ia bisa di sisinya. Cipta masih diam membisu, Ning akhirnya ia merasa tersentuh setelah melihat
membayar sewa dan menyisihkan untuk belanja, kini memberitahukan bahwa Cipta sudah dua bulan tidak calon pasien dua minggu lalu. Dirinya SATU KELUARGA. Ning dirangkul oleh Lien Hwa relawan Tzu Chi yang
penghasilannya hanya cukup untuk bayar sewa saja. sekolah, karena tidak ada biaya. Cipta masih mau merasa lebih beruntung dan mendampinginya. Awalnya Ning mengajukan bantuan pengobatan untuk
Pundak Ning kembali terasa berat memikul sekolah? Lien Hwa kembali bertanya. Bukannya bersyukur atas apa yang ia dapat suaminya, namun akhirnya ia memilih beasiswa bagi putrinya.

72 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 73
Jalinan Kasih

Hidup
Bermodal
Semangat
(Kisah keluarga petugas kebersihan yang kini
mengikuti program celengan bambu)

Oleh: Veronika Usha

Bulir-bulir keringat besar membasahi tubuh


Amir, seorang petugas kebersihan di Komplek
Blok 10, Muara Angke, Jakarta Barat. Berkali-
kali ia menyeka keringat, sambil mengatur deru
nafasnya. Tidak banyak bicara, Amir mewariskan
semangat perjuangan kepada seluruh anggota TETAP SEMANGAT MENJALANI HIDUP. Bersama
keluarganya. rekannya, setiap hari Amir harus mengambil sampah
seberat lebih kurang 50 kilogram di komplek

Veronika
perumahan Muara Karang Blok 10, Jakarta Utara.

M
engidap penyakit Tuberculosis (TB) bukanlah sampah yang harus saya ambil, ucap Amir. Tidak hanya sembuh, Amir yang juga telah mendapatkan bantuan bernomor 3c, blok Kelapa A2, Perumahan Cinta Kasih
penghalang bagi Amir untuk terus mencari itu, setelah sejenak beristirahat, ia pun harus meneruskan pengobatan dari Tzu Chi, menjelaskan setiap kali check Tzu Chi Muara Angke.
nafkah bagi keluarganya. Sudah hampir 15 tugasnya, mengurus taman, dan menyapu jalan, Kalau up, berarti ia terpaksa absen bekerja karena jam check Di antara ketujuh buah hati Amir dan Salbiah, istrinya,
tahun, Amir menekuni profesi tersebut. Sebelumnya, tidak begini, bagaimana anak-anak saya bisa makan dan up adalah jam dimana ia harus bekerja. Alhasil, gajinya hanya Harwati yang hingga sekarang membantu
saya adalah seorang nelayan. Tapi semenjak tubuh saya sekolah. yang hanya 500.000 per bulan harus dipotong 50 ribu. keuangan keluarga. Tidak lama setelah lulus SMP, Wati
tidak kuat melawan dingin, saya mulai beralih menjadi Saking semangat memenuhi kebutuhan rumah Maka, Amir memilih tidak berobat, daripada harus (sapaan hangat Harwati-red), sudah mulai bekerja demi
petugas kebersihan, ucap Amir. Setiap pukul 06.30 WIB, tangga, Amir terkadang tidak peduli dengan kondisi dipotong gaji. meringankan beban orangtuanya. Wati tidak meneruskan
pria paruh baya ini sudah berangkat bekerja dengan tubuhnya sendiri. Bulan Agustus 2008 kemarin, saya sekolah, karena waktu pendaftaran sekolah untuk SMA,
menggunakan sepeda. Sesampainya di Komplek Blok 10, sempat masuk rumah sakit selama 5 hari karena terlalu Siapa yang Akan Bantu Bapak? kami terkena gusuran dan kesulitan uang, tutur Amir.
ditemani seorang teman, Amir mulai mengambil sampah lelah bekerja, jelas Amir yang mengaku tidak rutin Awal jalinan jodoh antara keluarga Amir dan Tzu Putus dari sekolah, akhirnya Wati pun memilih bekerja
Chi, dimulai sejak ia dan keluarga menempati rumah
dari satu rumah ke rumah lainnya. Sekitar 50 kilogram memeriksakan penyakitnya. Bukannya tidak ingin segera di sebuah restoran yang tidak jauh dari rumahnya.

74 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 75
melihat kondisi Amir yang lebih baik setelah mendapatkan
pengobatan. Saat ini, kondisi Amir memang belum 100%
sembuh dari penyakitnya, karena ia tidak rutin berobat.
Namun agar tidak menularkan penyakitnya kepada
anggota keluarga yang lain, Salbiah memisahkan segala
perlengkapan makan dan mandi yang digunakan Amir.
Dulu bapak kurus sekali, tapi kini berat badan bapak
sudah bertambah. Bapak juga sudah jarang batuk darah,
paling hanya sesak napas kalau terlalu keras bekerja,
tambahnya.
Mendengar hal tersebut, Manny yang tetap rutin
melakukan pendampingan terhadap keluarga Amir,
menyarankan agar Amir mematuhi jadwal pengobatan.
Pengobatan penyakit TB tidak bisa berhenti, kalau obat

Veronika
tidak dikonsumsi dengan teratur, justru akan
mengakibatkan penyakit tersebut menjadi lebih berat.
Nanti Pak Amir semakin lama sembuhnya, demikian KELUARGA BARU. Bagi Wati, para relawan Tzu Chi
Manny mengingatkan. adalah tempat untuk berbagi. "Seperti memiliki
keluarga baru," tegas Wati tentang arti kehadiran
Tularkan Semangat Positif relawan bagi dirinya. Tidak hanya bantuan
Menghadapi beratnya kesulitan hidup, Amir dan pengobatan, para relawan Tzu Chi juga melakukan
keluarga memang tidak pernah menyerah. Mereka yakin pendampingan terhadap Amir dan keluarga.

Veronika
untuk tetap bertahan. Dari gaji saya (Rp 700.000 -red),
gaji bapak, dan penghasilan ibu mencuci baju, bisa
MEMBERI TELADAN. Semangat berjuang sudah ditanamkan Amir kepada anak-anaknya sejak kecil. Tidak
memenuhi kebutuhan kami. Alhamdulillah, tidak pernah Amir pun mengaku sempat takut mati karena
hanya belajar, Amir juga mengajak anak-anaknya untuk turut bersumbangsih dengan menyisihkan uang
kami tidak makan, tutur Wati sambil menahan air penyakitnya. Saya takut mati. Bukan karena tidak bisa
jajan mereka ke dalam celengan bambu.
matanya. melihat dunia lagi, tapi takut meninggalkan istri dan
Pertengahan September 2007, Wati mengalami bantu Bapak siapa? ucap Wati lirih. Akhirnya Wati pun Wati juga mengaku belum merencanakan membangun anak-anak saya dalam kesusahan, ungkapnya.
kecelakaan motor. Tulang paha kanan gadis berumur 23 tidak jadi dioperasi, namun ia hanya melakukan rumah tangga sendiri karena prihatin dengan keadaan Oleh sebab itu, setiap hari Amir selalu membakar
tahun ini patah. Dengan uang tabungan seadanya, Amir pengobatan jalan dan terapi. Saat itu, dr Lutfi, yang orangtuanya. Tidak mungkin saya menikah, siapa lagi semangat berjuang, dengan menjadi teladan yang baik
membawa Wati ke pengobatan alternatif di daerah Pasar menangani Wati memang tidak memaksakan untuk yang membantu Bapak? Sekarang saja rasanya saya ingin dalam keluarganya. Begitu pula dengan Wati. Meskipun
Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah pengobatan melakukan operasi, itu hanya sebuah pilihan saja, dan sekali menyuruh Bapak berhenti bekerja. Kalau sudah liat ia tidak bisa meneruskan pendidikannya, Wati selalu
berjalan selama lebih kurang dua bulan, Wati pun akhirnya akhirnya pilihan membantu orangtua yang dipilih Wati, Bapak kambuh, rasanya sedih sekali, tuturnya. memberikan dukungan kepada adik-adiknya untuk
mulai bisa berjalan dengan menggunakan tongkat. tambah Tan Soei Tjoe, salah satu relawan yang juga aktif bersekolah. Adik-adik saya harus terus sekolah, tekad
Waktu itu Yayasan Buddha Tzu Chi melakukan kontrol mendampingi keluarga Amir. Wati.
kepada seluruh penghuni Perumahan Cinta Kasih. Setelah Tidak lama kemudian, giliran Amir yang medapatkan Di antara empat anak Amir yang tengah bersekolah,
melihat tongkat Wati dan mendengarkan kesulitan bantuan pengobatan. Dengan ditemani beberapa relawan Ernawati kini terdaftar sebagai salah satu murid di SMK
keluarga Amir, akhirnya para relawan menawarkan Tzu Chi, Amir diajak ke Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi. Wati menjelaskan, Semenjak sekolah
bantuan pengobatan kepada Wati, jelas Manny Thalib, Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat untuk di sana, Erna berubah. Dia menjadi lebih rajin dan
salah satu relawan yang menuturkan awal bantuan memeriksakan penyakit batuk dan sesak nafas yang sudah bersemangat untuk belajar, karena selalu memperoleh
pengobatan Tzu Chi kepada keluarga Amir. lama dideritanya. Setelah menjalani beberapa dukungan dari guru-guru di sana. Sehabis pulang
Setelah melakukan survei dan rapat, akhirnya Tzu Chi pemeriksaan, Amir dinyatakan mengidap TB. Para relawan sekolah, Erna juga meluangkan waktunya untuk
memutuskan untuk memberikan bantuan kesehatan langsung menyarankannya untuk menjalani pengobatan mengajar di Sekolah Minggu, yang merupakan sekolah
kepada Wati dan Amir, yang saat itu juga tengah sakit. secara rutin di RSKB Cinta Kasih. Namun himpitan terbuka gratis untuk anak-anak di Perumahan Cinta
Saat itu prioritas utamanya adalah pengobatan Wati. ekonomi, kembali memaksa Amir menutup mata Kasih Tzu Chi Muara Angke.
Setelah beberapa kali pemeriksaan, dokter yang terhadap penyakitnya. Bibit cinta kasih keluarga Amir telah tumbuh dan
menangani Wati menawarkan untuk melakukan operasi Setiap hari ia tetap bergelut dengan sampah, dan bersemi. Ini terlihat dari kepedulian anak-anak Amir

Veronika
pemasangan pen (alat bantu untuk menyambung tulang menahan rasa lelah agar tetap dapat menafkahi terhadap pendidikan. Tidak hanya itu, sebuah celengan
yang patah -red), jelas Manny. keluarganya. Ketika penyakitnya kambuh, barulah ia mau bambu yang diberikan keluarga Amir di dalam kegiatan
Awalnya Wati menyetujui operasi pemasangan pen diajak untuk berobat. Namun setelah merasa sedikit MENJALANI HIDUP. Berteman dengan teriknya Buka Puasa Bersama kepada Tzu Chi juga menjadi saksi
tersebut. Namun setelah mendengar bahwa waktu baikan, Amir selalu kembali bekerja. Jujur, saya khawatir matahari dan bau sampah, Amir yang tengah nyata, indahnya kebersamaan. Semoga dengan uang
pemulihan yang dibutuhkan mencapai sekitar satu tahun, dan takut sekali kalau melihat bapak batuk, apalagi kalau menjalani pengobatan TB, tetap bersemangat mencari ini, bisa membantu saudara kita yang lain. Seperti
gadis manis ini kemudian malah mengurungkan niatnya. sudah batuk darah. Tapi bapak itu orangnya keras, dia nafkah untuk membiayai istri dan ketujuh orang Tzu Chi yang sudah membantu keluarga kami, ucap
Kalau satu tahun saya harus istirahat, lalu yang akan susah dibilanginnya, jelas Salbiah, yang merasa senang anaknya. Wati, penuh harap.

76 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 77
Paham akan makna melepaskan atau meninggalkan baru merupakan
resep mujarab untuk meredakan atau membebaskan tekanan atau beban
Pesan Master Cheng Yen pada batin. Mungkin ada orang berkata, Melepaskan beban batin,
semudah itukah?

Belajar Melepaskan Diri


dari Segala Beban
Buddha berkata, Letakkan permohonan
itu ke dalam hati Anda. Setelah
mendengarkannya, sang pertapa tercerahkan,
Benar sekali, karena di dalam hati saya ada
sesuatu yang ingin dimohon, maka timbul
berbagai kerisauan. Sesungguhnya yang Buddha
inginkan agar dapat saya lepaskan atau
tinggalkan bukan tata krama yang saya
Tidak mudah bagi kita memperoleh sebuah kehidupan, hendaknya kita memiliki perlihatkan, namun beban yang terdapat di
tanggung jawab terhadapnya. Dengan bersumbangsih dan berbuat sesuatu bagi dalam batin saya.
masyarakat dapat meningkatkan nilai dari kehidupan itu. Paham akan makna melepaskan atau
meninggalkan baru merupakan resep mujarab
untuk meredakan atau membebaskan tekanan

O
rang zaman sekarang mudah sekali segala hal, maka akan mudah sekali merasakan atau beban pada batin. Mungkin ada orang
mengatakan beban dirinya besar. adanya tekanan atau beban. Oleh karena itu, berkata, Melepaskan beban batin, semudah
Namun kenyataannya, yang sering untuk meredakan atau menghilangkan beban itukah? Hendaknya dapat disadari oleh semua
dikatakan sebagai beban sebenarnya merupakan ini, kita harus dapat membuka pintu hati terlebih orang, tidak ada hal yang tidak berlalu di dunia
beban batin; beban yang terdapat di dalam dahulu. ini. Karena seiring dengan waktu yang terus
batin setiap orang. Karena saling mempengaruhi, Dalam sebuah Sutra Buddha terdapat kisah berlalu tanpa henti, segala hal atau masalah
efek beban batin ini akan menjadi masalah di mana seorang petapa dari agama lain, dengan juga ikut terus berlalu. Jika masalahnya telah
masyarakat. hati yang sangat tulus dan khidmat datang berlalu, kondisinya juga telah berubah, tapi hati
Kehidupan masyarakat dahulu pada menghadap Buddha, mengangkat tinggi kedua kita masih tetap bersikukuh dan tidak ingin
umumnya miskin dan serba kekurangan. Banyak tangannya. Dia mempersembahkan seikat bunga melepaskan masalah tersebut dari hati kita,
sekali orang pada zaman dulu sejak kecil sudah segar dengan penuh hormat kepada Buddha. maka hal itu akan menjadi beban atau tekanan
harus bekerja membantu keluarga. Pekerjaan Buddha tidak menerima bunga yang dia batin. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk
seberat apapun juga harus dijalani. Jika hasilnya persembahkan malah bertanya kepadanya, melepaskannya dari dalam hati, dengan
tidak sesuai dengan yang diinginkan atau tidak Mengapakah Anda bersikap begitu hormat? demikian baru bisa melanjutkan perjalanan
mematuhi perkataan orangtua, akan dimarahi Sang pertapa berkata, Saya tidak hidup dengan baik.
dan dihukum dengan sangat berat. Namun, bermaksud atau memohon apa-apa, hanya ingin Tidak mudah bagi kita memperoleh sebuah
semua orang merasa bahwa hal demikian adalah memohon petunjuk untuk mencapai jalan kehidupan, hendaknya kita memiliki tanggung
wajar-wajar saja, dan semuanya hidup sehat terang. Buddha berkata padanya dengan jawab terhadapnya. Dengan bersumbangsih
jasmani dan rohani, tidak pernah terdengar apa tersenyum, Turunkan bunga di tangan Anda. dan berbuat sesuatu bagi masyarakat dapat
yang dikatakan sebagai beban. Setelah sang pertapa menurunkan bunga yang meningkatkan nilai dari kehidupan itu. Andaikan
Tapi sekarang berbeda, banyak orang setelah dijunjungnya, Buddha diam tanpa berkata. kita dapat bersikap optimis dan bersumbangsih
melakukan pekerjaan sedikit lebih banyak, sudah Dengan beranjali sang pertapa berkata, Mohon dengan cinta kasih universal tanpa pamrih, akan
merasakan beban yang sangat berat. petunjuk Buddha. Buddha lalu berkata dapat meringankan beban atau yang dikatakan
Sesungguhnya, beban yang dirasakan ini padanya, Turunkan kedua tangan Anda. Sang sebagai tekanan batin. Dengan demikian baru
semuanya bersumber pada tekanan dan petapa menuruti apa yang dikatakan oleh benar-benar membuat kehidupan menjadi bebas
kekangan di dalam batin, tidak semuanya Buddha, namun Buddha tetap tidak berkata leluasa tanpa beban.
merupakan faktor yang bersumber dari luar. apa-apa. Lalu sang pertapa berkata lagi, Diterjemahkan oleh Agus Rijanto,
Jika kita tidak pernah merasa puas terhadap Buddha, saya ingin memohon jalan terang. Eksklusif dari Tzu Chi Medical Monthly

78 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 79
kebahagiaan orang lain. Kehidupan kelompok bisnis untuk terjun dalam misi kesehatan Tzu Chi
orang kedua ini benar-benar merupakan secara penuh. Selama 15 tahun ini, dokter Xu
kehidupan yang bijaksana. bekerja sendirian dengan kekuatan sendiri. Demi
Jejak Langkah Master Cheng Yen Dalam ceramah pagi, Master Cheng Yen
menghemat uang, jok kursi yang berlubang
dijahitnya sendiri, mengayunkan palu untuk
sempat menyinggung bahwa di dunia memang
memasang peralatan, dan dia juga menggulung
ada banyak orang berbakat, namun sulit
lengan baju untuk membersihkan lantai, kata
menemukan orang bijaksana. Orang yang
Master Cheng Yen memuji dokter Xu yang telah
memiliki bakat dan pengetahuan, memang

Kebijaksanaan
menjaga misi dan menegakkan tugas, sehingga
pandai bicara, tetapi suka berhitung untung-
mengharukan siapa saja yang melihatnya.
rugi bagi diri sendiri. Sedangkan orang yang
memiliki tekad dan panggilan jiwa untuk Bicara tentang bakat, dokter Xu tidak pandai

Lebih Baik Daripada Bakat


bersumbangsih, mungkin kurang pintar bersilat bicara dan menyampaikan pendapat. Namun,
lidah, tetapi memahami nilai kehidupan dengan ketetapan hati, kebulatan tekad, dan
menggenggam setiap kesempatan untuk kebijaksanaannya terpampang jelas dalam
bersumbangsih pada kehidupan orang lain, tindakan. Ia telah benar-benar melakukan sampai
beliau memaparkan. taraf Keyakinan tidak tergoyahkan untuk masa
Pilihlah sesuatu yang benar, ikrarkan tekad dan cita-cita, serta pertahankan ratusan juta tahun. Meski berhadapan dengan
Kehidupan bagaimana yang seharusnya
dengan kokoh, itulah bakat kebijaksanaan yang paling berharga. kesulitan apa pun, tekadnya tetap tidak
dicari? Banyak bekerja namun pendapatan
tergoyahkan, puji Master Cheng Yen.
~Master Cheng Yen~ sedikit, bila dilihat dari sudut pandang materi
memang tidak menguntungkan. Akan tetapi, Master Cheng Yen mengatakan, bila dalam
kalau dipandang secara jangka panjang dari hati seseorang tidak ada kerisauan, dan terus
sudut pandang panggilan jiwa, waktu satu hari maju dengan gagah berani ke arah yang benar,
yang dapat dimanfaatkan secara penuh, baru maka kehidupannya menjadi paling bernilai dan
Tekad Kokoh, Pantang Mundur setiap kata yang diucapkan berupa pergunjingan, merupakan kehidupan yang benar-benar paling indah. Beliau melanjutkan, Dengan
tentu akan mendatangkan permusuhan, beliau bernilai, terang Master Cheng Yen. Selanjutnya memiliki bakat pengetahuan yang cukup, belum
Kata perenungan Master Cheng Yen
menyampaikan. Beliau juga mengingatkan semua beliau menambahkan, manusia suka mencari tentu seseorang dapat membedakan benar dan
menyebutkan, Kalau tabiat dan tutur kata tidak
orang agar menghargai kemampuan diri sendiri, keuntungan yang bisa diperoleh dengan mudah, salah. Bangkitkanlah tekad dan cita-cita, lalu
baik, sebaik apa pun hati seseorang, tetap tidak
sehari-hari melakukan pelatihan ke dalam diri, dan tidak mampu melihat dengan jelas akan pertahankan. Ini barulah bakat kebijaksanaan
dapat disebut sebagai orang baik. Dalam
serta jangan menghabiskan waktu untuk adanya ketidakkekalan, penderitaan, dan yang paling berharga.
ceramah pagi, Master Cheng Yen menjelaskan
membicarakan hal-hal semu. kehampaan di dunia ini. Mereka tidak segan-
bahwa kalau seseorang tidak bisa menghilangkan
tabiat buruknya, walau berhati baik ia akan tetap Insan Tzu Chi telah bertekad untuk segan menempuh bahaya dengan berspekulasi,
sulit dipercayai orang. Baik-buruknya tabiat, melangkah di jalan Bodhisatwa. Master Cheng dan benar-benar tidak tahu bahwa meski mereka
bukan hanya berpengaruh pada kehidupan diri Yen memberi dorongan semangat, Tetapkan memiliki lebih banyak materi sekalipun, semuanya
tetap bisa lenyap dalam seketika. Lalu, mengapa Sumber: Tzu Chi Monthly No. 500, Juni 2008
sendiri, tapi juga berpengaruh pada orang sekitar. hati, niat, dan pikiran; langkahkan kaki dengan Diterjemahkan oleh Djanuar
harus menghitung-hitung untung atau rugi?
Kalau setiap orang saling mempengaruhi dengan pantang mundur; dan ikrarkan tekad yang
perkataan dan perbuatan buruk, bagaimana kokoh. Bilamana niat baik sudah timbul dalam Nilai kehidupan terletak pada panggilan
mungkin masyarakat bisa aman sejahtera? hati, pertahankan terus dalam bentuk tindakan jiwa dalam menunaikan misi (kewajiban), kata
Bagaimana mungkin dunia bisa terbebas dari nyata, jangan sampai tabiat buruk kemudian beliau. Master Cheng Yen mencontohkan kisah
bencana? kata beliau. mengubah niat baik tersebut. dokter Xu Ming Zhang, Ketua Misi Kesehatan
Tzu Chi Amerika. Sejak kecil dokter Xu hidup
Jangan sembarangan mengeluarkan
dalam kemiskinan, dan setelah dewasa masih
perkataan buruk yang dapat meninggalkan kesan
Jangan Hidup Tanpa Tekad, Sibukkan Diri harus menopang kehidupan keluarganya. Walau
jelek di hati orang lain, sebab sesal kemudian
dengan Segala Kegiatan pada akhirnya ia mendapatkan kehidupan tenang
tidak akan ada gunanya. Master Cheng Yen
dan menyenangkan di Amerika, dokter Xu tidak
mengimbau semua orang agar senantiasa Banyak orang yang walaupun memiliki bakat,
terlena. Ketika mendengar informasi bahwa Tzu
berniat baik, bertutur kata baik, dan melakukan namun hidup biasa saja tanpa memiliki tekad.
Chi mendirikan klinik kesehatan gratis bagi orang
perbuatan baik. Bila semua yang diucapkan Sebaliknya, ada orang yang tidak mencari
kurang mampu, ia ikut bergabung untuk
merupakan kebenaran, tentu kita dapat menjalin kedamaian dan kebahagiaan untuk diri sendiri,
menolong. Bahkan, ia kemudian meninggalkan
jodoh baik dengan orang lain. Sebaliknya, jika namun memilih untuk bersumbangsih demi

80 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 81
Tzu Chi Nusantara TZU CHI MEDAN

Hemat Sumber Daya


dengan Daur Ulang Aluminium

Effendi Leman (Tzu Chi Medan)


Kertas SOSIALISASI. Relawan memperlihatkan sebuah celengan yang terbuat dari bahan daur ulang kepada pengunjung.
Barang-barang yang sekilas tampak sebagai sampah, sesungguhnya masih dapat dimanfaatkan kembali.

Botol Plastik PERESMIAN POSKO DAUR ULANG

Kaca Dengan Welas Asih Melindungi Bumi


Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian,
dan pembuatan produk/material bekas pakai.
P apan nama bertuliskan Pusat Daur Ulang Sumber
Daya Alam Tzu Chi, dan motto semangat relawan
daur ulang bertuliskan Dengan Welas Asih Melindungi
sehingga dapat menciptakan sebuah dunia yang bersih,
kata seorang donatur.
Sejak 6 tahun silam, Tzu Chi Medan telah melakukan
Bumi dan Dengan Kebahagiaan Bersumbangsih Tanpa kegiatan pelestarian lingkungan. Dimulai dari depo yang
Pamrih Melakukan Pelestarian Lingkungan tampak di bertempat di dua buah ruko bersebelahan dengan
Materi yang dapat didaur ulang: kanan dan kiri pintu gerbang depo daur ulang sumber kantor Tzu Chi Medan yang dipinjamkan seorang
daya alam Tzu Chi Medan. Tepat di hari Minggu, 21 donatur. Awalnya, barang daur ulang masih sedikit,
Juni 2009, pukul 10.10 WIB, Depo yang berada di namun kesadaran dan dukungan masyarakat makin
Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening halaman belakang kantor Tzu Chi Medan ini secara meluas, sehingga tempat itu tidak lagi memadai. Depo
maupun yang berwarna dari bahan kaca yang tebal. resmi beroperasi. Berkat semangat gotong royong para daur ulang baru pun didirikan agar para relawan lebih
donatur dan relawan Tzu Chi, pembangunan depo dapat nyaman dan leluasa menjalankan misi pelestarian
Kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali terselesaikan dalam waktu sekitar 3 bulan. lingkungan. Saat ini, lebih dari 20 ton barang daur ulang
kertas yang berlapis (minyak atau plastik). Saya sangat terharu dan tergugah oleh sumbangsih berhasil dikumpulkan setiap bulannya dari depo ini.
Logam bekas wadah minuman ringan, kemasan kue, yang dilakukan oleh insan Tzu Chi kepada masyarakat, Melindungi bumi adalah kewajiban setiap penghuni
rangka meja, besi rangka beton. juga kepedulian dan tindakan nyata dari insan Tzu Chi bumi, diharapkan setiap orang dapat menyisihkan
Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember. terhadap pemanasan global dan pelestarian lingkungan. barang-barang yang bisa didaur ulang sebelum dijadikan
Oleh sebab itu, saya tergugah untuk turut mengambil sampah tidak berguna dan dibuang ke tong sampah.
Sampah basah untuk diolah menjadi kompos. bagian dalam pembangunan ini. Saya mengharapkan Selain meringankan pekerjaan petugas kebersihan, juga
dengan sumbangsih saya yang kecil ini, dapat ikut melestarikan lingkungan. Irsan (Tzu Chi Medan)
membangkitkan cinta kasih dari rekan-rekan yang lain,

Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 83


Tzu Chi Nusantara
TZU CHI BATAM TZU CHI PADANG

Dok. Tzu Chi Padang


Anand Yahya
PENGLIHATAN BARU. Vincent Lie warga Tanjung Balai Karimun setelah operasi katarak tersenyum bahagia KUNJUNGAN KASIH. Ruliardi merasakan beban hati yang berat saat mengetahui anaknya mengidap leukemia.
bercengkrama bersama relawan Tzu Chi Batam. Relawan Tzu Chi mendapat kabar dari pemberitaan media dan coba mengulurkan tangan.

BAKSOS KESEHATAN TZU CHI KE-58 BANTUAN KESEHATAN

Nice, Helpful, and Kind Merangkul Hati yang Pilu


P ukul 7 pagi, tanggal 6 Juni 2009, para relawan dan
tim medis Tzu Chi Jakarta dan Batam telah bersiap
diri melakukan baksos kesehatan Tzu Chi ke-58 di Rumah
dasar. Sesaat menunggu, ia pun segera dibawa ke
gedung penampungan sementara para pasien dari
Tanjung Balai Karimun. Total terdapat 958 pasien yang
S ekilas, tiada yang aneh dengan Solihin (11), anak dari
Ruliardi (50) dan Maryunis (32) yang tinggal di Purus,
Padang ini. Siapa nyana, jika ia menderita penyakit leukemia
pada akhir 2008. Bantuan diberikan tiga tahap berupa
pembelian obat dan menyerahkan langsung obat suntik
kepada Solihin sesuai dengan resep dan jadwal yang telah
Sakit Budi Kemuliaan, Batam. Vincent Lai (80), seorang ditangani di 5 poli dalam baksos ini. atau kanker darah. Menurut Ruliardi, gejala penyakit yang ditetapkan dokter. Usai pengobatan, Solihin berangsur-
pasien katarak bersama dengan 15 pasien lain dari Keesokan paginya, Vincent sudah duduk manis diderita anaknya telah diketahui sejak Oktober 2008 silam. angsur membaik dan sudah dapat kembali ke rumah pada
Pulau Tanjung Balai Karimun sekitar satu jam naik kapal menunggu pemeriksaan pascaoperasi. Eva Wiyogo Solihin yang masih duduk di bangku kelas 5 SDN 22 Ujung Februari 2009.
cepat dari Batam telah bersiap diri menjalani membuka perbannya. Akong bagaimana, sudah bisa Gurun Padang ini, waktu itu tampak lesu disertai suhu Sewaktu relawan Tzu Chi pun mengunjungi Solihin
pengobatan. Vincent, sesungguhnya masih berstatus melihat dengan jelas? tanyanya sambil memperlihatkan tubuh yang tidak normal. Ia pun dibawa ke Rumah Sakit di rumah, mereka kaget melihat Solihin telah bisa
warga negara Malaysia, namun ia lebih senang menetap jari tangannya. Good. Good, jawab Vincent gembira. Yos Sudarso. Dianggap penyakit biasa dan ketiadaan biaya beraktivitas seperti anak-anak lainnya.
di Tanjung Balai Karimun. Sudah bisa lihat relawan Tzu Chi yang baik-baik rawat inap, ia lalu dirawat di rumah. Sangat jarang penderita leukemia sembuh dengan
Sudah dua tahun ini mata kiri Vincent tak lagi dapat hatinya. Fine, super. Im happy, tambahnya. Eva Seminggu kemudian, penyakit Solihin bertambah waktu yang singkat. Butuh waktu bertahun-tahun untuk
melihat sekeliling. Kondisi hampir serupa juga dialami tersenyum mendengar kata-kata Vincent. Sekali lagi parah. Maka, Ruliardi membawanya ke Rumah Sakit M proses penyembuhan. Jika anak ini telah bisa bermain
mata kanannya, walau tidak separah yang kiri. Sehari- Vincent diperiksa oleh dokter di ruang pemeriksaan. Djamil Padang. Setelah diperiksa baru diketahui, ternyata seperti sedia kala, berarti tanda-tanda penyembuhan telah
hari, ia bergantung kepada sebatang tongkat kayu yang Hasilnya sama dan sesuai harapan, ia telah bisa melihat bocah ini mengidap leukemia. Solihin dirawat selama dua ada, karena penderita penyakit ini tidak bisa melakukan
berfungsi menjadi penuntun jalan. Saat baksos dimulai, normal kembali. bulan, namun karena keterbatasan biaya, ia terpaksa aktivitas yang melelahkan, ungkap Ferryanto Gani, relawan
ia langsung ditangani oleh relawan Tzu Chi yang Sebelum pulang ditemani relawan Tzu Chi Pulau dibawa pulang. Hati Ruliardi sangat pilu, tapi tak dapat Tzu Chi Padang. Walau begitu, Ferryanto tetap
bertugas di bagian mata. Setelah 15 menit di dalam Tanjung Balai Karimun, Vincent mengutarakan rasa mengubah keadaan. Jeritan hati Ruliardi ini tercium menyarankan kepada orangtua Solihin untuk memeriksakan
ruang operasi, Vincent keluar dengan mata kiri diperban terima kasihnya kepada Tzu Chi yang membawanya ke wartawan dan beritanya segera tersebar luas di koran- Solihin ke dokter secara teratur dan memastikan
kain kasa berwarna putih. Sukmawati dan Ong Lie Fong, Batam dan memberikan bantuan pengobatan untuk koran lokal di Padang. kesembuhan penyakit yang diderita oleh anak mereka.
Tergugah dengan kesulitan yang dihadapi Ruliardi, Tzu Chi Padang
dua relawan Tzu Chi dari Tanjung Balai Karimun segera katarak di mata kirinya. Nice, helpful, and kind,
Tzu Chi Kantor Penghubung Padang memberikan bantuan
menyongsongnya. Dengan kursi roda ia dibawa ke lantai ujarnya. Himawan Susanto

84 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 85
Tzu Chi Nusantara TZU CHI TANGERANG
TZU CHI PEKANBARU

Wiliam (Tzu Chi Pekanbaru)


BERBAGI PENGALAMAN. Didampingi Dewi istri tercintanya, dan Hong Thay relawan Tzu Chi, Handoko

Hadi Pranoto
berbagi kisahnya berjodoh dengan Tzu Chi.

BANTUAN CINTA KASIH PELESTARIAN LINGKUNGAN. Relawan Tzu Chi Tangerang bersama anak asuh dan penerima bantuan
pengobatan Tzu Chi beserta keluarganya mengisi waktu libur mereka dengan memilah sampah daur ulang

Asa Handoko Bersama Tzu Chi demi pelestarian lingkungan.

DAUR ULANG

S etengah tahun yang lalu, Handoko mengalami


kecelakaan, kakinya terluka tertabrak mobil.
Karenanya ia pun menjadi salah satu pasien penanganan
Handoko dan istrinya, Dewi. Saat itu, Hong Thay Shixiong
mengundang mereka naik ke atas panggung dan
menceritakan kisah hidup yang mereka alami.
Memulai Pagi dengan Penuh Arti
khusus yang ditangani oleh Tzu Chi Pekanbaru. Handoko Di luar ruangan acara, Tzu Chi juga menyediakan
kehilangan salah satu kakinya karena harus diamputasi.
Setelah operasi, Handoko mengucapkan terima kasih
stan pengambilan celengan bambu. Karena terharu
dengan kegigihan Master Cheng Yen dalam S ejak pukul 08.30 pagi, Minggu, 31 Mei 2009,
kesibukan mulai tampak di Depo Daur Ulang Tzu
Chi Tangerang. Beberapa relawan Tzu Chi tengah bersiap
Sebagai relawan Tzu Chi, Mariani sadar betul bahwa
ia dan keluarga harus memberi contoh dulu kepada
para tetangga untuk menerapkan aktivitas daur ulang.
kepada Tzu Chi dan bertekad menjadi relawan Tzu Chi. mengembangkan Tzu Chi, Handoko lalu mengambil
Ia meminta kepada Mei Kiao Shijie untuk sebuah celengan bambu. Ia pun berkata, Saya akan memilah sampah daur ulang. Beberapa mobil milik Setelah sukses menerapkannya di keluarga, Mariani dan
mengajaknya dalam kegiatan Tzu Chi. Saat relawan Tzu melakukan kebajikan setiap hari dengan Rp 100,- per warga sekitar juga tengah menurunkan muatan. Isinya suaminya pun merambah ke tetangganya. Brosur
Chi berkunjung ke panti jompo, ia membantu tim medis hari, saya akan menolong sesama. beraneka sampah daur ulang, dari botol plastik, koran, pelestarian lingkungan, buletin dan majalah menjadi
Tzu Chi dengan memperkenalkan obat, memberitahukan Ia juga bertekad akan mengajak istrinya menjadi hingga kaleng susu bayi. Biasanya kita ada jadwal rutin senjata utamanya. Hasilnya lumayan, sekarang dah
kapan obat dimakan, dan membantu menghibur opa relawan Tzu Chi. Pada tanggal 21 Juni lalu, Handoko untuk mengambil sampah dari warga, tapi ada juga ada 40-an warga yang menyumbangkan sampahnya
dan oma di panti. harus kembali menjalani operasi karena kaki bagian yang berinisiatif mengirimkannya sendiri, kata Lan (daur ulang) ke saya, ujarnya senang. Mariani juga tak
Pada hari raya Imlek, tepatnya pada saat kantor Tzu paha (kaki yang diamputasi) mengalami kerapuhan Fang, seorang relawan Tzu Chi. segan-segan mengajak 100 lebih murid-murid dan
Chi Pekanbaru masih di Mall Pekanbaru, Handoko sempat sehingga tulangnya harus dicangkok kembali. Meski Kegiatan ini diikuti anak-anak asuh Tzu Chi orangtua kursus bahasa Mandarin di rumahnya
bertandang ke sana. Saat itu, ia melihat ada relawan begitu, ia tetap mendukung istrinya untuk mengikuti Tangerang, masyarakat umum, dan keluarga Rizky melakukan daur ulang.
Tzu Chi yang sedang membersihkan bibir gelas air pelatihan relawan abu-abu putih. Saat itu, ia juga tetap Shahputra, pasien yang pernah dibantu pengobatannya Senang, kita jadi tahu berbagai jenis kertas dan
mineral. Melihat itu, ia pun turut membantu pekerjaan bertekad agar cepat pulih dan dapat membantu sesama. oleh Tzu Chi. Dari 25 peserta, hampir separuhnya adalah manfaatnya, kata Helen Novita (20). Dari sampah-
yang dilakukan para relawan. Usai pelatihan, Handoko mengucapkan terima kasih anak asuh Tzu Chi. Dengan semangat, mereka memilah sampah ini nantinya kalo dijual bisa dipakai untuk
Tanggal 18 Januari 2009 yang lalu, saat Tzu Chi dan bersyukur karena kini anggota keluarganya telah sampah daur ulang. Anak laki-laki menyiangi botol- menolong orang yang sakit dan membiayai sekolah,
Pekanbaru menyelenggarakan acara pemberkahan akhir menjadi relawan Tzu Chi. Kelly (Tzu Chi Pekanbaru) botol plastik sedangkan anak perempuan memilah kertas lanjutnya. Helen sudah menjadi anak asuh Tzu Chi sejak
tahun di Hotel Furaya, relawan Tzu Chi mengajak serta koran dan majalah. kelas 1 SMP. Hadi Pranoto

86 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 87
Tzu Chi Nusantara
TZU CHI BANDUNG TZU CHI MAKASSAR

KUNJUNGAN PANTI JOMPO PERAYAAN WAISAK 2009

Pagi yang Mengukir Cerita Indah Rasa Syukur dan Saling Menghormati
S elintas, hari ini masih saja menyerupai terangnya
hari kemarin, namun sedikit kecupan sinar matahari
mulai kelihatan tidak rapi. Saya mau dicukur ya.
Rambutnya dibotakin aja, ucap Opa Boy sembari
S ebelum hari Waisak, para relawan Tzu Chi sudah
mulai mempersiapkan diri menyambut hari yang
dinantikan. Pada hari Minggu kedua Mei 2009, tepatnya
dan semangat Tzu Chi dengan bersumbangsih dalam
masyarakat.
Para undangan dan relawan selanjutnya meditasi
mampu membawa tuturan dan belaian cinta kasih dituntun relawan Tzu Chi meninggalkan kursi tempat tanggal 10, Tzu Chi Makassar dipenuhi sekitar 125 sejenak melatih diri ke dalam batin sambil menunggu
universal membahana ke Panti Wreda Karitas Cimahi. dia bersandar untuk segera dicukur. relawan Tzu Chi, para tamu, dan undangan. Mereka dimulainya prosesi pemandian Buddha rupang yang
Tepat pukul 08.00 pagi 8 Juni 2009, 17 relawan Tzu Chi Secara bergantian, buletin dan makanan yang tadi hadir untuk mengikuti perayaan Hari Waisak, Hari Ibu telah dinanti-nantikan. Dengan prosesi pemandian
Bandung melaju ke panti yang dihuni 35 oma dan 9 sudah dipersiapkan mulai dibagikan kepada oma dan Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Penyelenggaraan Buddha rupang, diharapkan dapat membangkitkan
opa itu. opa secara berurutan. Terima kasih ya... ucap tangis acara ini tidak hanya di Indonesia, namun juga cinta kasih di dalam diri setiap manusia, baik dalam
Makanan, buah-buahan, 100 butir telur, 2 karung bahagia Oma Sutanti kepada Pepeng, salah satu relawan diselenggarakan serentak di seluruh dunia. Rangkaian bertutur kata, maupun saat berinteraksi dengan sesama.
beras, dan 45 eksemplar Buletin Tzu Chi untuk para Tzu Chi. tiga hari besar yang penuh makna dalam satu upacara. Selalu terkandung rasa syukur dan saling menghormati,
oma dan opa. Dari arah pintu aula terdengar suara Pukul 11.00, relawan Tzu Chi berpamitan untuk Lamsi Indjawati Shijie, ketua panitia pelaksana Hari agar kita dapat berbuat demikian di setiap hari dan
sayup-sayup mesra. Ibu... Salam, salam, sapa Oma mengakhiri kunjungan kasih hari itu. Sekilas, tampak Waisak mengatakan, Perayaan tiga hari besar yang setiap waktu kehidupan kita. Inilah makna yang
Amoy kepada para relawan Tzu Chi. Hangatnya sambut Oma Thio Swat Lie masih bercakap-cakap dengan para bersamaan ini dapat dijadikan penuntun bagi kita agar sesungguhnya dari prosesi pemandian Buddha rupang.
pagi mulai memuliakan indahnya arti kebersamaan yang relawan Tzu Chi. Oma sangat senang para relawan Tzu dapat memahami, mensyukuri, dan membalas budi Yang terpenting adalah niat hati yang suci dan penuh
sangat berarti. Chi berkunjung lagi ke panti ini, terangnya penuh orangtua yang telah kita terima. Menjadi seseorang hormat. Dengan tulus mempersembahkan pelita, air,
Para relawan Tzu Chi mulai menapaki senyum oma senyum dan tawa. Sekelebat, lantunan sayonara mulai dengan telapak tangan menghadap ke bawah, sanggup dan bunga. Semoga batin manusia dapat disucikan,
dan opa lewat sapaan hangat yang mengharmoniskan dihembuskan relawan Tzu Chi. Saling sahut-menyahut, bersumbangsih kepada orang lain. Berterima kasih masyarakat aman, sejahtera, dan dunia terbebas dari
hati. Dengan semangat, Opa Boy yang sudah menjadi lantunan lirik lagu tersebut menghantarkan gerak kepada budi luhur Buddha, orangtua, dan semua bencana. Dan semoga berkah Waisak dapat memberikan
penghuni panti lebih dari 3 tahun ini, meminta para langkah para relawan Tzu Chi dengan secercah rasa makhluk di alam semesta. Ini sejalan dengan tema penerangan bagi semua makhluk di alam semesta ini.
relawan Tzu Chi untuk mencukur rambutnya yang sudah cinta kasih di antara oma dan opa. Rudi (Tzu Chi Bandung) perayaan Waisak tahun ini, giat mempraktikkan ajaran Henny Laurence (Tzu Chi Makassar)

Dok. Tzu Chi Makassar


Rudi (Tzu Chi Bandung)

SENTUHAN KASIH. Peragaan bahasa isyarat tangan oleh relawan Tzu Chi diikuti para oma dan opa yang TIGA MAKNA. Perayaan Waisak Tzu Chi memperingati 3 hari besar secara bersamaan agar kita bisa
senantiasa merindukan sentuhan kasih yang hangat dan tulus. memahami, mensyukuri, dan membalas budi luhur Buddha, orangtua, dan semua makhluk.

88 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 89
Kolom Kita
Masih Ingin Berbuat
dengan USG namun saat itu dokter tidak menemukan saluran indung telurnya, Hai Yong segera menanyakan
apa-apa. prosedur permohonan bantuan pengobatan Tzu Chi.
Sebelumnya pada tahun 2000 yang lalu, Hai Yong Setelah mendapat informasi yang lengkap, ia pun

untuk Orang Lain


pernah memiliki kista di rahimnya. Saat itu keluarga mendaftar untuk mendapatkan bantuan pengobatan.
dan kerabatnya menyarankan untuk mengoperasi dan Tidak menunggu lama, bantuan disetujui.
mengangkat kista tersebut. Dengan bermodal tekad Namun sewaktu berdiskusi dengan keluarga dan
dan keinginan untuk sembuh, ia menjalankan operasi kerabatnya, mereka menyarankan agar Hai Yong tidak
Oleh: Eileen (He Qi Timur) pengangkatan kista beserta rahimnya seorang diri, tanpa menjalani operasi mengingat kondisi tubuhnya yang
ditemani keluarga dan kerabatnya. Lima hari lemah dan resiko yang akan terjadi setelah operasi. Hai
pascaoperasi, ia kembali ke rumah sakit untuk Yong tidak semerta-merta mengikuti saran dari keluarga
Hidup adalah sebuah perjalanan. Ketika lahir kita naik kereta api ekspres dan menuju ke tujuan yang tak terhindarkan, memeriksakan kembali kondisi kesehatannya dan dokter dan teman-temannya, ia mencari informasi dengan
yaitu kematian. Pemandangannya terus berubah, dan satu-satunya hal bermakna yang dapat kita lakukan mengatakan kondisi sudah baik. banyak membaca buku dan media lainnya untuk
adalah menjadi baik dan penuh kasih sayang kepada sesama penumpang. Pada bulan November 2008, perutnya semakin menunjang keputusan yang akan diambil. Dengan penuh
~Kata Perenungan Master Cheng Yen~ membesar. Maka ia kembali pergi ke dokter untuk kesadaran akan kondisi tubuhnya dan keikhlasan di
mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya. Dokter dalam hati, ia pun memutuskan untuk tidak menjalankan
mengatakan ada cairan dan myom yang bersarang di operasi. Ia sadar bahwa tumor yang ada di dalam
saluran indung telurnya. Untuk lebih meyakinkan, dokter perutnya sudah besar dan bila dilakukan operasi
pun merujuk Hai Yong untuk memeriksakan keluhannya pengangkatan akan membahayakan nyawa. Selain itu
ke RS Kanker Dharmais dan menyarankan untuk CT scan ia memikirkan biaya yang akan dikeluarkan sangatlah
dan USG 4 Dimensi. Setelah berkonsultasi dan melakukan besar. Sehingga ia memutuskan untuk menjalani
pemeriksaan, barulah jelas bahwa Hai Yong mengidap kehidupan ini dengan membawa tumor yang ada dalam
kanker di saluran indung telurnya. Dokter yang tubuhnya.
menangani penyakitnya menyarankan Hai Yong untuk Permohonan bantuan pengobatan Tzu Chi yang
segera dioperasi. Namun karena alasan keuangan, Hai telah disetujui pun dikembalikannya. Saya ingin uang
Yong menundanya. yang awalnya direncanakan oleh Tzu Chi untuk biaya
Kanker yang bersarang di tubuhnya membuat bobot operasi saya bisa dipakai untuk orang lain yang lebih
tubuh Hai Yong turun dari 56 kilogram menjadi 40 membutuhkan, mungkin akan lebih berarti, ucapnya
kilogram dalam waktu tiga bulan. Menjelang malam dengan senyum mengembang. Ia berharap dengan
pun tidak dirasa nyaman baginya. Setiap malam saya kondisi tubuhnya yang sekarang ini, ia masih bisa
hanya tidur satu jam, tutur Hai Yong. Napas yang sesak membantu orang lain dan berbuat kebajikan. Malah
dan perut yang terasa sakit membuatnya sulit terlelap. saya ingin berdana, tuturnya, dengan rasa terharu para
Saya tidak pernah mengeluh, saya tidak pernah relawan menganggukkan kepala.
menangis, dan saya juga tidak pernah menyesal, kata-
kata itu terucap dari bibir Hai Yong dengan lantang dan
lugas. Sikap tegar dan kuat pun ditunjukkannya agar
orang lain yang melihatnya tidak iba dan kasihan. Saya

Eileen (He Qi Timur)


merasa ini memang karma yang harus saya jalani dan
tidak bisa saya hindari. Apa yang terjadi pada hidup
saya, saya jalani dengan perasaan ikhlas. Jadi untuk apa
saya bersedih, untuk apa saya mengeluh, hanya akan
TETAP TEGAR. Hai Yong mengembalikan bantuan yang diterima dari Tzu Chi untuk biaya pengobatannya.
membuat orang-orang di sekitar saya mengkhawatirkan
Ia memutuskan untuk tidak menjalani operasi. Uang ini bisa dipakai untuk orang yang lebih membutuhkan,
saya dan menjadi repot karena keluhan saya, tuturnya
katanya.
pada 8 relawan yang datang berkunjung hari itu.

P ukul 12.00 siang, 8 April 2009, matahari tepat Yong terpaksa berhenti sementara dari kegiatan Tzu

Eileen (He Qi Timur)


berada di atas kepala saat para relawan Tzu Chi Chi. Permohonan Bantuan Pengobatan Tzu Chi
tiba di rumah Lie Hai Yong (53) di kawasan Ciledug, Setelah sakit, Hai Yong tidak lagi sibuk mengurusi
Jakarta Selatan. Silahkan masuk, Shijie-shijie, sambut Ketegaran Hati dan Keikhlasan usahanya (toko bangunan-red). Adiknya memintanya
Hai Yong dengan gembira. Tubuhnya tampak kurus, Awalnya saya merasa seperti ada bola yang cukup untuk pindah ke rumahnya di daerah Ciledug, Jakarta
berlawanan dengan perutnya yang membesar. Ia berjalan keras di dalam perut saya, begitulah Hai Yong memulai Selatan agar dapat menemaninya. Untuk biaya PELIPUR LARA. Hai Yong ingin segera aktif kembali
keluar untuk menyambut kami. Hai Yong merupakan cerita tentang penyakit yang dideritanya. Ia mulai pengobatannya, selain menggunakan tabungannya menjadi relawan Tzu Chi. Ia ingin memanfaatkan
salah satu relawan Tzu Chi daerah Kelapa Gading yang merasakan ada yang tidak wajar dalam perutnya sejak sendiri, Hai Yong juga dibantu oleh saudara-saudaranya. waktu yang masih dimiliki untuk berbuat kebajikan.
termasuk sudah senior. Ia bergabung dengan Tzu Chi perayaan Waisak tahun lalu (bulan Mei 2008 red). Setelah mendengarkan penjelasan dokter yang Relawan Tzu Chi berdoa bersama untuk
sejak tahun 1999. Kondisi kesehatannya membuat Hai Maka ia pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan mengharuskan operasi untuk mengangkat tumor di kesembuhannya.

90 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009 | Dunia Tzu Chi 91
TZU CHI INTERNASIONAL

Bazar TK Besar Tzu Chi Malaka, Malaysia

Anak Kecil pun Memiliki Potensi

www.tzuchi.com
D
i depan ruang kelas TK Besar Tzu Chi Malaka, Malaysia, yang lain bertugas memegang celengan bambu, berharap setiap
tertempel beberapa lembar poster yang cukup menarik orang melakukan kebajikan dengan memasukkan uang ke dalam
perhatian. Semua itu merupakan hasil karya murid dan celengan bambu tersebut.
orangtuanya. Mereka menggunakan tulisan, gambar, foto, Meskipun mereka masih kecil, tapi keahlian mereka dalam
maupun tempelan untuk menyampaikan pesan tentang kegiatan melayani pengunjung tidak bisa dipandang remeh, malahan
bazar yang diadakan pada tanggal 21 April 2009. sangat sopan. Anak-anak menarik tangan tamu dengan tujuan
Tanggal 14 April, relawan Tzu Chi dari Fu Tian datang untuk mempersilahkan tamu untuk duduk dan memberikan minuman
memberi pelayanan. Sekitar pukul 10, mereka sudah hampir sambil berkata, Silahkan diminum.
selesai bersih-bersih. Saat itu terlihat beberapa anak kecil datang Sebelum tamu pulang, anak-anak yang berbaris di depan
dengan membawa poster, tanpa merasa takut menginformasikan pintu serentak berkata, Terima kasih! Semoga Anda mendapat
kegiatan bazar kepada para relawan. berkah! Kami menyayangi Anda!
Chen Xin Rou yang bertubuh kecil dengan rinci menjelaskan, Bazar yang dilakukan oleh murid umur 5 tahun ini dipimpin
Selamat pagi Shigu, Shibo! Pada tanggal 21 April, kami akan oleh murid TK Besar. Bazar ini harus disesuaikan dengan pelajaran
mengadakan bazar, mohon dukungan dari Shigu, Shibo. Harus yang ada pada kata perenungan. Guru pembimbing Chen Li Li
datang lebih awal ya, karena orang yang datang lebih awal berharap anak-anak dapat menerapkan makna kata perenungan
akan mendapat hadiah kecil. dalam kehidupan sehari-hari. Ia selalu berpesan kepada anak-
Relawan dari Fu Tian pun tidak tahan ingin menggodai anak, Jangan menganggap remeh diri sendiri karena setiap
mereka, lalu bertanya, orang memiliki potensi yang tak terhingga. Meskipun mereka
Apa saja makanannya? Apakah bisa kenyang? masih kecil, tapi juga mempunyai kemampuan untuk menolong
Ada mi goreng, bihun goreng, kue, minuman, dan lain- orang lain.
lain. Melalui persiapan selama 2 bulan, orangtua murid
Berapa harganya? mendukung penuh, membuat poster dan sarapan, hingga
Seikhlasnya. berpartisipasi dalam kegiatan bazar. Semua orang bersumbangsih
Memang hasil dari penjualan ini dipakai untuk apa? dan ikut menyukseskan kegiatan yang penuh makna ini. Selain
Dipakai untuk membantu orang. berlatih tata cara membawa makanan ketika makan, anak-anak
Jangan lupa bawa alat makan daur ulang ya, pesan anak- juga melakukan gladi bersih sehari sebelum bazar. Melalui
anak. pelatihan berkali-kali, tugas sebagai pelayan tidak lagi sulit bagi
Tanggal 21 April pagi, bazar dibuka dengan meriah. Dengan mereka.
setengah badan ke bawah memakai celemek, kepala ditutupi Dana yang terkumpul dari kegiatan bazar kali ini
dengan kain, dan juga memakai masker, para pelayan kecil ini disumbangkan kepada Tzu Chi sebagai biaya bulan vegetarian
terlihat begitu lucu. Setelah selesai berbagi pekerjaan, ada yang pada bulan Mei, sisanya untuk membeli hadiah bagi pasien Tzu
berbaris di depan pintu menyambut tamu dan membagikan Chi dan anak yang tidak mampu. Anak-anak berharap dengan
kantong sepatu, ada juga yang melayani dalam ruangan, kedua tangan mereka, cinta kasih dapat tersebar luas, membantu
menyuguhkan minuman, ada yang bertugas menyimpan gelas lebih banyak masyarakat yang kurang beruntung.
dan piring, ada juga yang bertugas mengambil makanan, dan www.tzuchi.com/diterjemahkan oleh Juniati

92 Dunia Tzu Chi |Vol. 9, No. 2, Mei - Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai