Anda di halaman 1dari 19

Potensi, Kontribusi dan Peran Industri Tekstil Dalam Ekonomi Indonesia

Oleh :

A. Yoga haidar 232013085

Felisye Papilaya 232013313

Alfian Pungki Saputra 232013321

Teguh Fitriadi 232013329

Rusda Ghulam 232013339

Tugas Mata Kuliah EC 420 Perekonomian Indonesia

Semester I 2016-2017

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2016
Pengertian Industri Tekstil

Sektor industri merupakan salah satu motor penggerak utama pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Pembangunan industri akan memberikan dampak besar berupa meningkatnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong
terciptanya teknologi yang tepat guna, memperkuat daya guna masyarakat dalam proses
pertumbuhan ekonomi nasional, memperluas pembukaan lahan kerja dan kesempatan berusaha
serta dapat memperkuat stabilitas nasional.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Sedangkan tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain
sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian
tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat,
benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Jadi industri tekstil
adalah industri yang mengolah serat menjadi benang kemudian menjadi busana, baik itu busana
muslim atau lainya.

Industri tekstil merupakan salah satu industri tertua dan paling strateis di Indonesia. Selain
kebutuhan ragam fashion yang terus berkembang, jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar
menjadi beberapa faktor bagi tumbuh-kembangnya industri ini. Di tahun 2010, industri tekstil
mampu mengaryakan hingga lebih kurang 11% dari total angkatan kerja industri, atau 1,34 juta
orang di 2.853 perusahaan dan menyumbang 8,9% dari total ekspor negara.

Pakaian sendiri merupakan salah satu dari produk tekstil yang kita kenal. Produk tekstil
lainnya misalnya seperti sprei, bedcover, gordyn, dll. Secara definisi, produk tekstil merupakan
bahan tekstil yang dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi produk yang memiliki kegunaan
tertentu. Sedangkan, tekstil sendiri adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang
atau biasa dikenal sebagai kain. Di Indonesia, industri yang menghasilkan produk tekstil
diklasifikasikan sebagai industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Ada banyak industri yang yang
diklasifikasikan sebagai bagian dari industri TPT. Sebagai contoh, industri TPT yang
menghasilkan pakaian disebut sebagai industri garmen. Untuk memahaminya lebih lanjut,
Gambar 1 menunjukkan skema industri TPT di Indonesia dan industri apa saja yang tercakup di
dalamnya.

Gambar 1 menunjukkan bahwa secara garis besar industri TPT terbagi menjadi tiga yaitu
industri hulu, antara, dan hilir. Industri hulu mencakup industri serat dan benang serta
pewarnaannya. Industri antara mencakup industri kain serta pewarnaannya. Industri hilir
mencakup industri garmen dan produk lainnya. Ketiganya memiliki karakteristiknya masing-
masing.

Jenis Serat

Serat tekstil ini terbagi menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat buatan manusia. Tabel
10 menunjukkan pembagian jenis-jenis serat beserta sumber dari serat tersebut.
Pemilihan serat-serat di atas sebagai bahan baku tekstil bergantung pada jenis
penggunaannya. Sifat-sifat yang sangat penting diklasifikasikan sebagai sifat primer. Sifat primer
meliputi panjang, keuletan (kekuatan), keluwesan, kohesi, dan keseragaman sifat. Sedangkan
sifat yang menambahkan karakter tertentu pada produk akhir diklasifikasikan sebagai sifat
sekunder. Sifat sekunder meliputi bentuk fisik, gravitasi tertentu, kembalinya kelembaban dan
penyerapan, termoplastisitas, kemampuan pencelupan, resistensi tertentu, sifat mudah terbakar,
dan kilauan.

Pada tahun 2010, Gambar 5 menunjukkan bahwa konsumsi serat Indonesia didominasi oleh
serat buatan yaitu polyester dan rayon (59 %), sedangkan konsumsi kapas sebesar 44 % dari
kebutuhan serat sebesar 1,3 juta ton. Beberapa tahun sebelumnya, kebutuhan Indonesia akan
kapas lebih tinggi daripada serat buatan. Namun Indonesia mengalami pergeseran dari
menggunakan kapas menjadi serat buatan. Hal ini juga terjadi di dunia pada umumnya dan
mengakibatkan harga serat buatan naik 43-77 % akibat permintaan yang naik tajam
(gbgindonesia.com, 2014). Pergeseran ini diakibatkan oleh harga kapas yang fluktuatif.
Indonesia sendiri masih mengimpor kapas dalam jumlah yang besar. Untuk kapas, nilai impornya
sangat tinggi yaitu sekitar US$ 1,4 milyar di tahun 2014 dengan pertumbuhan impor rata-rata
meningkat 3,96 %. Sedangkan kebutuhan kapas Indonesia di tahun 2014 sekitar 700 ribu ton
(BPS, 2015). Perlu diketahui bahwa Indonesia mengimpor hampir 99,7 % dari kebutuhan
kapasnya. Untuk pemenuhan kebutuhan tahun 2014, Indonesia mengimpor kapas dari Brazil (45
%), Amerika Serikat (22 %), Australia (13 %), dan sisanya dipasok dari negara lain (USDA,
2015). Ketergantungan terhadap impor kapas yang sangat tinggi disebabkan karena petani kapas
di Indonesia tidak tertarik untuk menanam kapas akibat biaya produksi dan risiko penanaman
yang tinggi. Akibatnya Indonesia sangat bergantung pada kondisi pasar kapas dunia

Industri tekstil Indonesia mampu berkembang baik di sektor hulu maupun hilir. Dari bahan
baku hingga tahapan finishing, menciptakan rantai pasokan yang sangat efisien, serta mampu
menyediakan solusi satu pintu baik untuk pasar lokal maupun internasional. Beberapa produsen
garmen lokal besar bahkan mengupayakan meningkatkan modal untuk memperoleh aset yang
akan membantu mereka terus mengefisienkan rantai pasokan. Dengan kekuatan tersebut,
Indonesia telah berhasil memosisikan dirinya sebagai pasar produksi alternatif untuk merek
fashion dunia dan termasuk dalam 10 besar negara eksportir tekstil dan garmen. Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) mengklaim 80% mereka pakaian global diproduksi di dalam negeri.
Pabrik tekstil yang terutama berlokasi di Bandung, Bekasi dan Bogor, menjadi pemasok merek
mahal seperti Hugo Boss, Giorgio Armani, Guess, Mark and Spencer, Mango dan banyak merek-
merek terkenal lainnya. Produk ekspor pabrik-pabrik ini telah mencapai pasar negara maju
seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan pasar high-end lainnya.

Jumlah Perusahaan Tekstildan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah perusahaan tekstil di indonesia sampai dengan tahun 2013 mencapai 2,232
perusahaan

Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

10 Makanan 5,728 5,545 5,248 5,463 5,662 5,852


11 Minuman 327 323 328 335 345 348
12 Pengolahan Tembakau 1,134 1,053 981 989 945 949
13 Tekstil 2,450 2,366 2,333 2,251 2,246 2,232
14 Pakaian Jadi 2,604 2,395 2,242 2,222 2,248 2,353
Kulit, Barang dari Kulit dan Alas
15 708 683 673 665 684 680
Kaki
Kayu, Gabus (Tidak Termasuk
16 Furnitur) dan Anyaman dari Bambu, 1,536 1,361 1,254 1,150 1,112 1,103
Rotan dsj
17 Kertas dan Barang dari Kertas 522 511 511 450 463 462
Pencetakan dan Reproduksi Media
18 500 474 472 515 529 545
Rekaman
Produk dari Batu Bara dan
19 77 73 73 64 70 65
Pengilangan Minyak Bumi
Bahan Kimia dan Barang dari Bahan
20 889 869 858 885 911 923
Kimia
Farmasi, Produk Obat Kimia dan
21 260 257 254 236 246 238
Obat Tradisional
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1,707 1,659 1,655 1,612 1,603 1,592
23 Barang Galian Bukan Logam 1,778 1,696 1,619 1,606 1,624 1,691
24 Logam Dasar 252 253 272 267 274 259
Barang Logam, Bukan Mesin dan
25 953 936 926 943 938 966
Peralatannya
Komputer, Barang Elektronik dan
26 325 312 324 297 308 314
Optik
27 Peralatan Listrik 318 310 299 303 306 300
28 Mesin dan Perlengkapan ytdl 285 271 276 315 341 312
Kendaraan Bermotor, Trailer dan
29 282 277 280 303 307 286
Semi Trailer
30 Alat Angkutan Lainnya 277 268 273 268 277 285
31 Furnitur 1,701 1,563 1,475 1,463 1,419 1,476
32 Pengolahan Lainnya 695 661 639 677 649 625
Jasa Reparasi dan Pemasangan
33 100 92 80 91 85 85
Mesin dan Peralatan
Bukan Kelompok Industri
xx 286 260 - - - -
Manufaktur lagi di KBLI 2009
Jumlah / Total 25,694 24,468 23,345 23,370 23,592 23,941

Gambar 2 jumlah perusahaan Industri Besar menurut sub sektor ,2008-2013 ( BPS.go.id)

Pengembangan garmen atau pakaian jadi merupakan kunci dari peningkatan sumbangan
industri tekstil, yang merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam
pertumbuhan perekonomian nasional. Menurut Ansari Bukhari, dari sebanyak 1,5 juta tenaga
kerja atau sekitar 10,36 persen yang diserap oleh industri tekstil berskala besar dan menengah,
sekitar sepertiga atau 500.000 orang di antaranya diserap oleh industri garmen. Dalam upaya
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi keberlangsungan industri TPT, Menperin
mengatakan, pemerintah telah melakukan berbagai langkah strategis diantaranya, yakni
memfasilitasi pemberian insentif fiskal, melaksanakan program restrukturisasi mesin dan
peralatan Industri, peningkatan kemampuan SDM.

Kontribusi Industri tekstil Di Indonesia

Sebagai salah satu industri yang cukup lama berkembang di Indonesia, industri TPT
memegang peranan penting di dalam struktur perekonomian. Salah satunya bisa ditunjukkan
melalui besaran kontribusi industri TPT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Industri tekstil diharapakan untuk tetap menjadi kontributor utama bagi ekonomi
Indonesia di masa depan. Salah satu dari alasan utama adalah bahwa Indonesia masih memiliki
keunggulan komparatif untuk industri-industri padat karya dan pasar domestik yang besar,
dikarenakan populasi negeri ini yang berjumlah 240 juta jiwa.

Pada tahun 2006 industri ini memberikan kontribusi devisa sebesar 3,8 persen terhadap
indonesia dengan nilai mencapai USD 10,68 miliar, tahun2007 kontribusi tersebut menurun
sebesar 2,4 persen dengan nilai USD 10,32 mlliar. Tahun 2008 nilai kontribusi sebesar 3,96
persen (meningkat 1,56 persen)dengan nilai mencapai USD 137,8 miliar. Pada tahun 2009 nilai
kontribusi kembali meningkat sebesar 5,67 persen, tahun 2010 nilai kontribusi meningkat
sebesar 6,58 persen, Namun pada tahun 2011 dan 2012 nilai kontribusi tesebut mengalami
penurunan 6,45 persen dan 6,22 persen. Dan kemudian pada tahu n 2013 dan 2014 kontribusi ini
kembali meningkat sebesar 6,92 persen. Besar kontribusi yang di sumbangan oleh industri TPT
tersebut berasal dari net export, penjualan domestil serta investasi pada industri ini.

Gambar 1.1 Kontribusi Industri Tekstil


Kontribusi industri tekstil di indonesia
Presentase 8 9
7 7 7
7 6
6 6
6
5
4 4 4
3
2
2
1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sementara itu jika di lihat dari sisi perdagangan, nilai surplus perdagangan ekspor TPT
selalu di atas USD 5 milyar pertahunnya. Pada tahun 2007 dari keseluruhan surplus perdagangan
yang sebesar USD 39, 92 Milyar, sebesar 24,33 persennya merupakan sumbangan dari industri
TPT.

Gambar 1.2Surplus Perdagangan Indonesia 2007


lainnya ; 7% Barang Tambang; 7%
Migas ; 2%
sepatu dan produk kulit ; 5%

TPT ; 24% Produk Karet ; 18%

Furniture; 8%
sawit dan olahannya ; 16%
Pulp dan Kertas; 13%

Pada gambar 1.1 angka tersebut merupakan angka terbesar jika di bandingkan dengan
surplus ekspor yang di sumbangan oleh sektor lainnya. Bahkan jika di bandingan dengan tahun
2006 maka sumbangan surplus perdagangan industri TPT tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya yang hanya 20,2 persen.

Selain itu ditunjukkan melalui besaran kontribusi industri TPT terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Tabel 2 menunjukkan data kontribusi industri pengolahan non-migas dan
industri TPT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2010-2014.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2014, industri pengolahan non-migas menyumbang
20,84 % dari PDB Indonesia dan industri TPT menyumbang sekitar 1,85 % dari 20,84 % yang
disumbangkan industri pengolahan non-migas. Saat itu, PDB Indonesia sebesar Rp 10.542,7
triliun (Kompas, 2015). Selain itu, peranan penting industri TPT juga bisa dilihat dari
kontribusinya terhadap nilai ekspor total Indonesia pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2014, industri TPT menyumbang US$ 12,74 milyar atau
7,2 % dari nilai ekspor Indonesia. Nilai yang cukup besar. Namun pada tahun 2013-2014,
Indonesia hanya mengalami kenaikan pertumbuhan nilai ekspor industri TPT sebesar 0,34 %.
Kenaikan yang tidak signifikan. Padahal pemerintah menargetkan pada tahun 2014, Indonesia
bisa meningkatkan nilai ekspor industri TPT hingga US$ 13,3 milyar (Kemenperin, 2014)

PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI TEKSTIL


Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat memprediksi di 2015 volume impor tekstil
dan produk tekstil (TPT) Indonesia akan semakin bertambah karena harga tekstil lokal yang tidak
kompetitif imbas dari kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
nilai impor tekstil Januari-Oktober 2014 mencapai US$7,08 juta naik tipis dari dari periode yang
sama di 2013 sebesar US$7,07 juta. Sementara dari volumenya, transaksi 2014 mencapai 1,69
juta ton, naik dari 1,659 juta ton. Disisi lain , API mengklaim bahwa kenaikkan nilai impor dari
tahun 2013 ke 2014 mencapai US$0,8 juta jauh lebih besar dari versi BPS. Ade Sudrajat
mengatakan bahwa tahun ini tren kenaikkan impor tersebut akan teru s berlanjut dengan nilai yang
jauh lebih besar dari sebelumnya. Faktor kenaikan TDL menurut Ade menjadi pemicu utama dari
mahalnya TPT produksi dalam negeri. Karena hal tersebut, efeknya para pemain lokal akan kalah
bersaing baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri.Ade cukup sadar alasan importir
untuk mengambil TPT dari luar negeri. Industri TPT nasional dinilai telah banyak mengalami
hantaman yang membuat kinerja industri mengalami stagnasi.

Misalnya saja, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang
memengaruhi harga perolehan pasokan bahan baku dari impor. Selain itu pula, penyesuain tarif
listrik yang diberlakukan pemerintah per Mei 2014 lalu menyebabkan pelaku usaha menaikkan
harga jual TPT hingga 20%.

Dengan segala kondisi itu, ia memprediksi impor TPT bakal tetap bergairah di tengah
terpukulnya industri tekstil nasional. Tren peningkatan TPT ini diakui Ade cenderung kategori
pakaian jadi.

Menurut Redma, konsumsi TPT pada 2015 memang tidak seperti yang diharapkan, tetapi jika
pemerintah melindungi pasar domestik seperti yang dilakukan India, Turki dan Brasil, minimal
kinerja industri TPT nasional tidak terpuruk. Minimal tidak ada PHK. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir justru barang impor yang merajai pasar domestik," lanjutnya.

Upaya menjadikan pasar domestik sebagai rumah bagi produk lokal selalu terganjal oleh para
importir yang memang hidup dari keuntungan impor barang. Para importir ini bahkan dituding
berlindung di balik label produsen hingga pemerintah sulit membedakan mana importir
pedagang mana importir produsen.

Jadi upaya untuk mengurangi barang impor hanya wacana, mungkin memang dikondisikan
seperti itu, pesanan importir, kata Redma.

Faktor kenaikkan impor produk tekstil indonesia :

1. Produksi tekstil domestik menurun


2. impor meningkat karena daya saing industri tekstil menurun.
3. mulai berlakunya pasar bebas antara Indonesia dan China yang menyebabkan banyaknya
impor tekstil dari China yang relatif harganya lebih murah.

Faktor penurunan impor produk tekstil pada tahun 2015 :


Impor tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan turun sepanjang tahun ini (2015). Penurunan
impor terjadi karena permintaan dari pasar dalam negeri tengah melorot.Ade Sudrajat Usman,
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) bilang, daya beli produk sandang turun
akibat pertumbuhan ekonomi melambat. "Sehingga impor tahun ini turun 3.84% menjadi US$ 6
miliar saja," kata Ade, Rabu (10/6).

Adapun tahun lalu (2014) , nilai impor tekstil dan produk tekstil mencapai US$7 miliar. Saat
impor turun, ekspor tekstil cenderung stagnan di angka US$12 miliar atau sama dengan tahun
lalu. "Selama negara tujuan ekspor tak bertambah, angka ekspor hanya itu-itu saja," jelas Ade.

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor tekstil

Kebijakan tersebut diantaranya adalah pemberian subsidi dari pemerintah agar industri tekstil
dan produk tekstil dalam negeri dapat bersaing dengan saingan-saingan dari luar negeri
khususnya dari China.

Kebijakan yang sudah lama berlaku yaitu kebijakan pemerintah melalui bea cukai untuk
menghadapi masalah penyelundupan tekstil dan produk tekstil. Kebijakan tersebut berupa
Undang-Undang no 10 tentang Kepabeanan, dengan berpedoman pada UU tersebut serta dengan
permasalahan yang ada pemerintah Indonesia melakukan suatu pengawasan terhadap barang
yang masuk ke Indonesia Untuk menghadapi masalah ancaman import tekstil dan produk tekstil
dari China memang sangat diperlukan adanya koordinasi dari pemerintah melalui instansi yang
terkait dan dengan pelaku industri tekstil dan produk tekstil.
Daya Saing Industri Tekstil Indonesia

Tabel 1

Ketergantungan atas bahan baku impor dan beban biaya listrik membuat daya saing
industri TPT Indonesia makin kedodoran. Bahkan daya saing ekspor industri tekstil dan produk
tekstil (TPT) Indonesia di pasar global sudah disalip oleh Bangladesh sejak 2006 dan Vietnam
pada 2008. Pangsa pasar ekspor TPT nasional tercatat 1,53% dari total ekspor global pada 2014,
sedangkan pangsa pasar ekspor TPT Vietnam sebesar 3,15% dan ekspor TPT Bangladesh 3,59%
(Tabel 1).Kondisi itu terjadi justru saat permintaan global atas kain dan pakaian jadi terus
meningkat. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan permintaan TPT di Eropa
tumbuh 2,7% per tahun, Amerika Serikat (2,8%), Jepang (3,3%), dan Asean (13,9%).

Penurunan kinerja ekspor paling terlihat pada industri tekstil yang memproduksi kain dan
serat. Data BPS menunjukkan ekspor industri tekstil pada kuartal I/2016 jatuh 10,93% menjadi
US$1,17 miliar, dari US$1,31 miliar pada periode sama tahun lalu.Di sisi lain, industri garmen
yang memproduksi pakaian jadi lebih mampu bertahan. Nilai ekspor pakaian jadi hanya merosot
0,25%, dari US$1,81 miliar pada kuartal I/2015 menjadi US$1,8 miliar pada kuartal I/2016.

Ketua Umum API Ade Sudrajat memaparkan faktor utama yang membuat daya saing
industri TPT semakin lemah adalah perbedaan biaya energi dengan negara pesaing utama dan
barang impor yang kian membanjir.Industri TPT di Indonesia saat ini membayar listrik dengan
tarif US$12 sen per kWh atau dua kali lipat dari tarif listrik di Vietnam yang senilai US$6 sen
per kWh.Perbedaan tersebut sangat signifikan karena komponen listrik menyumbang 25% dari
biaya produksi industri tekstil hulu. Untuk produksi industri pintal dan tenun, tambahnya,
komponen listrik menyumbang 18% biaya produksi dan industri garmen menyumbang
3%.Pabrik garmen di Tanah Air cenderung mengimpor bahan baku kain dari luar negeri
dibandingkan dengan menggunakan kain produksi lokal karena harga lebih murah. Industri
garmen di kawasan berikat atau yang memiliki fasilitasi kemudahan impor untuk tujuan ekspor
(KITE) bisa membeli kain dari luar negeri tanpa dibebani pajak, sedangkan pembelian kain dari
produsen domestik dikenai pajak pertambahan nilai. (Ade, 2016) menegaskan industri TPT
hanya meminta pemerintah dan BUMN konsisten menerapkan kebijakan, termasuk diskon tarif
listrik yang diterbitkan dalam paket kebijakan ekonomi jilid III yang dikeluarkan Presiden
Jokowi pada Oktober tahun lalu.

LABA EMITEN MEMERAH

Di lantai bursa, pertumbuhan ekonomi domestik pada paruh pertama tahun ini sebesar
5,18%, tampaknya juga belum mampu mendorong moncernya kinerja emiten tekstil.Rerata laba
bersih yang berhasil dikumpulkan emiten tekstil pada semester I/2016 masih tertekan.Direktur
Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Muhdori mengatakan bahwa RI masih
menjadi salah satu pusat produksi utama bagi brand global. Sektor garmen adalah kontributor
utama peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri TPT
Indonesia.Namun, nilai tambah dari investasi dan produksi di sektor garmen hanya terbatas pada
penyerapan tenaga kerja. Ketergantungan tinggi atas bahan baku dari luar negeri membuat
pertumbuhan industri garmen ikut mendongkrak impor tekstil.Nilai tambah produk industri TPT
jadi rendah. Banyak yang menggunakan komponen impor dan memiliki ketergantungan luar
biasa terhadap prinsipal. Nilai tambah relatif hanya dari sektor ketenagakerjaan.
PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI TEKSTIL

Ekspor Tekstil Menurun

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu industri yang di prioritaskan
untuk dikembangkan karna memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yaitu
sebagai penyumbang devisa ekspor non migas, menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup
besar, dan sebagai industri yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sandang nasional.
Performa ekspor-impor TPT Nasional yang cukup baik itu belum dapat menjadi jaminan bahwa
ke depan industri TPT masih tetap dapat bersaing, mengingat kinerja ekspor selama beberapa
tahun terakhir cenderung melambat, akibat dari kompleksitas berbagai faktor yang dihadapi
industri TPT.Kemenperin mencatat, ekspor industri manufaktur Indonesia termasuk TPT
mengalami tren penurunan. Nilai ekspor TPT turun 3,6 persen dari USD12,72 miliar pada 2014
menjadi USD12,26 miliar pada 2015. Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT)
diperkirakan akan terus merosot atau menurun. Penurunan ekspor akibat merosotnya permintaan
dari Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS). "Terjadinya penurunan permintaan secara global,
ditambah kian ketatnya persaingan di pasar internasional, mengakibatkan kinerja ekspor TPT
Indonesia terus melemahdan ditambah berbagai masalah yang membebani industri dalam negeri,
terutama faktor biaya yang menurunkan daya saing," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API) Ade Sudrajat, di Jakarta, Jumat (21/9).

Hambatan lain yang dihadapi industri TPT di Indonesia adalah pengenaan PPN bahan
baku kapas. Sebelumnya kapas tidak termasuk sebagai barang yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai ataupun Barang Kena Pajak. Namun sejak 22 Juli 2014 status kapas dari
barang tidak kena pajak menjadi barang kena pajak, yaitu PPN sebesar 10 %. Padahal kapas
yang diimpor tersebut belum diproses, sehingga belum ada nilai tambahnya.

Untuk mendongkrak nilai ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional,
Kementerian Perindustrian mengusulkan pemberian insentif khusus. Insentif tersebut diharapkan
memperkuat daya saing industri TPT nasional agar mampu merebut pasar global. Program
energy refund merupakan dana yang diberikan pemerintah kepada industri untuk mengganti
biaya listrik yang dikeluarkan. Wacana ini terus kami koordinasikan dengan kementerian terkait
seperti Kementerian Keuangan hingga nanti dibahas di tingkat rapat koordinasi dengan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, tuturnya.

Selain itu, terdapat beberapa insentif yang dinilai paling berpotensi mendongkrak nilai
ekspor industri TPT antara lain pembebasan pajak pertambahan nilai bagi bahan baku industri
TPT yang berorientasi ekspor,"ujarnya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Pembebasan pajak pertambahan nilai bertujuan membuat produsen tekstil dan pakaian jadi
beralih dari bahan baku impor ke bahan baku produksi dalam negeri.

Kebijakan Pemerintah
Pemerintah juga memberikan kebijakan yang berkaitan dengan mesin pabrik,
Kementerian Perindustrian mengambil langkah konkrit sebagai upaya peningkatan penguatan
daya saing ITPT dengan memaksimalisasikan nilai tambah produk ITPT dalam negeri.
Kementerian Perindustrian sejak tahun 2007-2009 telah melakukan Program Restrukturisasi
Mesin/Peralatan, yang bertujuan untuk mendorong industri TPT melakukan peremajaan
permesinannya, dan hasilnya cukup menggembirakan. Dengan penyaluran dana program yang
hanya sebesar Rp.504,77 miliar,telah terjadi investasi swasta senilai Rp.4,90 triliun, penyerapan
tenaga kerja sebanyak 46.902 orang, peningkatan produksi 15-28%, penghematan energi 6-
18% dan peningkatan produktivitas 7-17 %.

Salah satu elemen industri tekstil dengan biaya terbesar adalah listrik. Di Indonesia listrik
untuk industri itu paling mahal, berbeda dengan negara lainnya, seperti di Vietnam, negara yang
baru berkembang dalam proses industrialisasi, tarif listrik untuk industri hanya US$ 0,06/kwh.
Sedangkan di kita US$ 0,10/KWH. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan memberikan
diskon tarif listrik, tetapi kebijakan yang ditetapkan dalam paket kebijakan ekonomi III belum
diterapkan oleh pemerintah. Pemerintah memberikan diskon 30% tarif listrik untuk pemakaian
dari pukul 23.00 sampai 08.00.
Daftar Pustaka
http://www.bkpm.go.id/id/peluang-investasi/peluang-berdasarkan-sektor/industri

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127028-6682-Pengaruh%20posisi-Pendahuluan.pdf

http://industri.bisnis.com/read/20150107/257/388772/api-prediksi-impor-tekstil-2015-naik-
signifikan

http://www.ayopreneur.com/studi-kasus/tekstil-impor-serbu-indonesia-industri-lokal-terpukul

http://industri.bisnis.com/read/20160427/257/542105/ekspor-tekstil-dan-produk-tekstil-jeblok-
domestik-banjir-impor

www.kemenperin.go.id/artikel/8774/Mencermati-Dampak-Lain-Pertumbuhan-Industri

http://www.datacon.co.id/Logam-2011Fokus.html

http://kesehatan.kontan.co.id/news/pasar-lesu-impor-tekstil-bisa-turun-jadi-us-6-m

www.kemendag.go.id

https://slamethidayatulloh93.wordpress.com/2012/05/12/impor-tekstil-di-indonesia/

Adnantario.wordpress.com/2015/07/11/made-in-indonesia-memperkuat-industri-tekstil-dan-
produk-tekstil-tpt-indonesia/

Disperindag.jabar.go.id (2016,08,10)

Anda mungkin juga menyukai