Anda di halaman 1dari 28

FUNGSI PENDIDIKAN TINGGI

Mampu menghasilkan:

1. Manusia Unggul secara intelektual dan anggun secara moral


2. Kompeten serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
3. Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran social

UU Sisdiknas No. 20/2003

Pasal 37

(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:


a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu pengetahuan alam;
f. Ilmu pengetahuan social;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmani dan olahraga;
i. Keterampilan/kejuruan; dan
j. Muatan lokal
(2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan; dan
c. Bahasa
(3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

SEJARAH KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Menurut Pemikiran Manusia


a. Max Muller, E.B. Taylor, Andrew Lang, Robertson Smith, G.G. Atkin, dan
Sopper berpendapat bahwa kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa
adalah melalui evolusi melalui tahapan:
- ANIMISME : Kepercayaan adanya kekuatan gaib pada benda
yang berpengaruh pada kehidupan manusia.
- DINAMISME : Kepercayaan adanya Roh pada benda yang
berpengaruh dalam kehidupan manusia.
- POLYTEISME : Kepercayaan terhadap Dewa-dewa.
- HENOTEISME : Kepercayaan adanya satu Tuhan untuk suatu
Bangsa, tetapi masih mengaku Tuhan dari Bangsa lain.
-
-
MONOTEISME : Kepercayaan terhadap satu Tuhan.

Ditinjau dari segi falsafat ketuhanan, Monoteisme terbagi menjadi 3 (tiga) faham:
1) Deisme
- Tuhan sebagai Pencipta alam berada di luar alam
- Alam bergerak menurut hukum alam
- Antara alam dengan Tuhan tidak ada hubungan lagi
- Ajaran Tuhan (wahyu) tidak diperlukan lagi oleh manusia
- Dengan akal manusia dapat mengatasi kesulitan hidup
- Melahirkan faham naturalism, materialism dan sekuralisme
2) Panteisme
- Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama alam (Immanen)
- Dimana ada alam disitu ada Tuhan
- Alam merupakan bagian dari Tuhan
- Tuhan ada dimana-mana dan setiap bagian adalah Tuhan
3) Teisme
- Tuhan berada di luar alam dan tidak bersama dengan alam
- Tuhan selalu dekat dengan alam
- Tuhan mempunyai peranan terhadap alam
- Alam bergerak bukan menurut hukum alam, tetapi diatur Tuhan
- Ajaran Tuhan (wahyu) diperlukan manusia

b. Andrew Lang dan Wilhelm Sehmid:


Kepercayaan tentang adanya Tuhan yang Maha Esa adalah bentuk
kepercayaan tertua dan sudah ada sebelum dinamisme dan sebagainya.

2. Menurut Agama Wahyu


Ide tentang Tuhan yang Maha Esa tidak datang secara evolusi, tetapi dengan
relevansi/wahyu dan sejak semula adalah monoteisme

PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN [1]

1. Pengeritan ada:
a. Ada materi : ada meja, kursi
b. Ada immateri : ada berat jenis, arus listrik
2. Metode pembuktian Ilmiah:
a. Perbedaan Metode:
- Ilmu : melalui percobaan dan pengamatan
- Aqidah Agama:
-tidak mungkin dilakukan percobaaan
-didasarkan pada analogi
Menurut metode ini agama batal karena tidak mempaunyai landasan
ilmiah

b. Ilmu juga batal:


- Tidak punya landasan ilmiah
- Tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara
empiris
- Tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan
yang telah diamati secara empiris
- Ilmu tidak terbatas hanya pada persoalan yang dapat diamati
secara empiris, misalnya: gaya, energi, hukum alam, hukum
gravitasi

PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN [2]

3. Prof. A.E. Mander berpendapat ada 2 fakta:


a. Fakta yang dapat diindera:
Fakta yang diketahui secara langsung
b. Fakta yang induktif:
- Fakta yang tidak dapat diketahui secara langsung
- Metodenya dengan cara induksi

4. Persamaan dan perbedaan agama dengan ilmu


a. Agama:
- Berlandaskan keimanan pada yang ghaib
- Ruang lingkupnya penentuan hakekat terlahir dengan asli

b. Ilmu:
- Berlandaskan keimanan pada yang ghaib
- Ruang lingkupnya terbatas pada pembahasan ciri-ciri luarnya saja

PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN [3]

5. Sir Arthur Eddington menyatakan:


Setiap sesuatu mempunyai satu gambar dengan dua sisi yaitu sisi yang
dapat diindera dan sisi berbentuk ide yang tidak mungkin diamati

6. Iman pada yang ghaib adalah iman pada hakekat yang tidak dapat diamati.
Hal ini tidak berarti suatu kepercayaan buta, tetapi merupakan interpretasi
terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para ilmuwan

PEMAHAMAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Pembuktian adanya Tuhan

1. Dalil Akli/rasio
a. Menurut filosof-filosof
1. Dalil kosmologi/penciptaan: Semua yang wujud tentu ada yang
menciptakan yaitu suatu penggerak yang tidak boleh bergerak karena
Ia ada tanpa batas-batas baik ruang maupun waktu dan penggerak itu
adalah Tuhan.

2. Dalil Teleologi/tujuan: Adanya makhluk menunjukan adanya


kesengajaan pada pembentukannya dan adanya hikmah rahasia pada
penggerakan dan pengaturannya. Selanjutnya makhluk yang terbatas
tentu mempunyai tujuan yang memerlukan penentuan dan
pemeliharaan, penentuan dan pemeliharaan tersebut tidak boleh tidak
harus berasal dari Tuhan
3. Dalil Ontologi/kesempurnaan: setiap kali akal manusia
menggambarkan sesuatu, maka tergambar pula sesuatu yang lebih
besar lagi. Hal itu kerana menghentikan kebesaran pada tingkat yang
kurang memerlukan kepada sebab, menunjukan adanya kekurangan,
sedang akal manusia tidak mengenal sebab kekurangan tersebut.
4. Dalil Moral/akhlak: Timbangan kebenaran yang mewajibkan seseorang
atas dirinya untuk menundukan dirinya pada kebenaran adalah Tuhan,
sebab timbangan kebenaran lainnya tidak sempurna.

b. Menurut Ibnu Rusyd


1. Dalil Inayah: Adanya persesuaian antara wujud alam dengan keperluan
hidup manusia dan makhluk lainnya tidak mungkin terjadi secara
kebetulan
2. Dalil Ikhtira: adanya keserasian atau keharmonisan aneka ragam alam
pasti ada yang menyerasikan yaitu Tuhan

c. Menurut Ilmu Pengetahuan (ilmu astronomi)


a) Gerakan Benda Alam Raya
- Bulan (jaraknya dari bumi + 240.000 Mil) bergerak mengelilingi
bumi dan setiap edarnya selama 29 hari.
- Bumi (jaraknya dari matahari + 93.000.000.000 Mil) berputar pada
porosnya dengan kecepatan 1.000 Mil/jam dan setiap edarnya
selama 24 jam/hari.
- Pluto bereedar di sekeliling matahari dan mempunyai garis edar
7.500.000.000 Mil
- Matahari beredar bersama-sama dengan planet dan asteroid
mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 Mil/jam.
- Galaxy beredar pada sumbunya dan menyelesaikan setiap edarnya
selama 200.000.000 tahun cahaya.
- Matahari bersama-sama Galaxy bergerak menjauh dengan
kecepatan 12 Mil/

b) Keseimbangan Benda Alam Raya


- Kebesaran bumi dengan bulan (besar bumi + 4 kali bulan).
Seandainya bumi besarnya sama dengan bulan, maka daya tarik
bumi menjadi 1/16 dari daya tariknya sekarang. Akibatnya bumi
tidak dapat menahan air dan udara di sekelilingnya, akibat lebih
lanjut di bumi tidak terdapat air dan tidak dikelilingi atmosfir. Di
samping itu kalau malam sangat dingin sehingga apa saja yang
berada di bumi menjadi beku, serta kalau siang sangat panas
sehingga apa saja yang ada di bumi menjadi terbakar.
- Jarak matahari dengan bumi (93.000.000 Mil) seandainya jarak
matahari dengan bumi lebih dekat, maka apa yang ada di bumi
menjadi terbakar, sebaliknya kalau jarak matahari dengan bumi
lebih jauh, maka apa yang ada di bumi menjadi beku.

Sistem dan organisari yang sangat teliti dan luar biasa mustahil
terjadi dengan sendirinya. Di balik semua itu pasti ada kekuatan Maha
Besar yang membuat dan mengendalikan sistem dan organisasi yang
luar biasa tersebut.

HAKEKAT KE-TUHANAN YANG MAHA ESA

1. Dalam pandangan Islam


a. Semua Rasul mengajarkan Tuhan yang Maha Esa
- Al Baqarah 133 : Yakub, Ibrahim, Ismail, Ishaq
- Al Maidah 72 : Isa
- Al Anbiya 25 : Semua Rasul

b. Konsep ketuhanan adalah Esa dalam segala aspeknya antara lain Zat,
Pribadi, Sifat dan perbuatan-Nya
- Al Ikhlas 1-4 : Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakan
- Al Mukminun 91 : Tuhan tidak mengambil anak dan tidak ada
Tuhan lain yang
beserta-Nya
- Al Maidah 73 : sungguh kafir orang yang mengatakan
Allah itu adalah ketiga
dari tiga.
- An Nisa 170 : Al Masih adalah pesuruh Allah, jangan berkata
Tuhan itu tiga,
Allah adalah Tuhan yang Esa dan tidak
mempunyai anak.

2. Dalam Pandanga Kristen


Tuhan adalah Esa dengan tiga oknum dan masing-masing oknum adalah
Tuhan (Trinitas tau Tritunggal; Allah Bapa, Anak Allah, Roh Kudus)
- Ulangan 6:4 : sesungguhnya Allah adalah Esa adanya
- Markus 12:29 : Allah Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa
- DR. J. Verkuyl : Tritunggal Bapak, Anak dan Roh Kudus
ketiga-tigana
sehakekat, yakni hakekat Allah
- Ibrani 1:8 : Anak disebut Allah
- Kisah Rasul 5:3-4 : Roh suci disebut Allah
- Rum 1:7 : Bapak disebut Allah

Konsep Ketuhanan dalam Islam


1. Falsafat Ketuhanan
Menurut Al-Kindi pengetahuan dibagi menjadi 2:
a. Pengetahuan Ilahi (Ilmu Ilaahiyyun): Pengetahuan yang tercantum dalam
al-Quran dan dasarnya adalah keyakinan
b. Pengetahuan manusiawi (Ilmu Insaniyyun) atau Falsafat: pengetahuan
yang diperoleh melalui pemikiran

Perbedaan pengetahuan ilahi (al-Quran/agama) dengan pengetahuan


manusiawi (falsafat):
a. Argumen al-Quran lebih meyakinkan disbanding falsafat
b. Agama berdasarkan wahyu dan akal, sedang falsafat berdasarkan akal

Persamaan pengetahuan ilahi (al-Quran/agama) dengan pengetahuan


manusiawi (falsafat):
a. Kebenaran yang diberitakan wahyu pada hakekatnya sama dengan
kebenaran yang ditemukan falsafat
b. Mempelajari agama dan falsafat sama-sama diwajibkan, karena teologi
merupakan bagian falsafat
c. Agama dan falsafat sama-sama menerangkan apa yang benar dan yang
baik, antara lain tentang Tuhan.
Menurut al-Kindi:
a. Yang Benar Pertama (alhaqqul awwalu) adalah Tuhan dan falsafat yang
paling tinggi adalah falsafat tentang Tuhan.
b. Tuhan tidak mempunyai hakekat dalam arti juzi/particular/aniah, karena
Tuhan tidak merupakan species, hanya satu, dan tidak ada yang
menyerupai-Nya.

2. Keimanan dan Ketaqwaan


Struktur iman ada 3 yaitu qalbu, lisan dan perbuatan. Oleh karena itu iman
dapat didefinisikan dengan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa dan perilaku, sedang ciri orang beriman antara lain tawakkal, optimis,
istiqamah dan menepati janji.
Taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dengan
mengamalkan ajaran islam secara utuh dan istiqamah.
Taqwa mempunyai 2 kecenderungan sikap:
a. Istiqamah memlihara hubungan vertikal dengan Allah yang diwujudkan
dengan keyakinan yang lurus, keikhlasan dalam beribadah, dan patuh
terhadap aturan Allah.
b. Istiqamah memelihara hubungan horizontal, yang diwujudkan dengan
tindakan kebajikan karenan cinta terhadap sesama manusia.
Taqwa meliputi keseluruhan aspek kemanusiaan, yaitu keyakinan, ucapan
perbuatan yang tercermin dalam istiqamahnya terhadap nilai ajaran Islam.

3. Implementasi Iman dan ketaqwaan


Iman kepada keesaan Allah (tauhid) dibagi dua:
a. Tauhid toeritis : Tauhid yang membahas keesaan Zat, Sifat dan Perbuatan
Tuhan. Konsekwensinya adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah
satu-satu-Nya Wujud Mutlak yang menjadi sumber semua wujud.
b. Tauhid Praktis/Ibadah: Tauhid yang berhubungan dengan ibadah dan
merupakan terapan dari tauhid teoritis. Konsekuensinya adalah ketaatan
hanya kepada Allah dan menjadikan Allah tempat tumpuan hati dan
tujuan semua amal.
Tauhid yang hakiki adalah tauhid yang dapat menyatukan tauhid teoritis dan
tauhid praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Tauhid Praktis dibagi dua:
a. Berkaitan dengan Allah, yakni sesuatu yang disembah hanya Allah
b. Berkaitan dengan manusia, yakni manusia wajib menyembah Allah
semata, karena Dia satu-satu-Nya yang kekal dan menjadi tempat
bergantung.
4. Islam, Iman dan Ihsan
Karakteristik agama yang disampaikan Nabi Muhammad saw:
a. Islam, jika dilihat dari sudut perilaku lahir/amaliah formal
b. Iman, jika dilihat dari sudut keyakinan/akidah yang memotivasi lahirnya
amalaiah lahiriah
c. Ihsan, jika dilihat dari sudut kesempurnaan pelaksanaan amal dan
keseriusan untuk mencapai tujuan ketika iman yang murni berpadu
dengan amal saleh.
Ketiga karakteristik tersebut merupakan suatu hal yang integral:
Islam tidak benar maknanya kecuali mempunyai kekuatan/penggerak yaitu
iman yang benar. Apabila iman ada pada seseorang, maka ia akan berusaha
mencapai tingkat yang lebih ideal yaitu dapat berhubungan
Al-Quran menjelaskan bahwa Islam, Iman dan Ihsan mrupakan suatu hal
yang integral:
a. Al-Naml (27): 2-3 : Sifat orang yang bariman sama dengan sifat orang
Islam
b. Luqman (31): 2-3 : sifat orang muhsin sama dengan sifat orang Islam

SEBAB TIMBULNYA ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI

1. Al-Quran menyerukan pemakaian akal dan memperhatikan alam


2. Pengaruh bermacam-macam agama dan peradaban
3. Lawan kaum muslimin menyerang kepercayaan Islam dengan
mempergunakan filsafat dan logika.
4. Adanya dalil-dalil agama yang kelihatannya saling bertentangan
5. Adanya perbedaan pendapat dalam masalah siapa yang berhak menjadi
pimpinan kaum muslimin.

ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI

Khawarij : orang yang berdosa besar kafir dan wajib dibunuh


Murjiah : Orang yang berdosa besar tetap mukmin dan dosanya terserah
Allah
Mutazilah : Orang yang berdosa besar bukan kafir dan bukan mukmin
(bercorak rasional)
Qadariah : Manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
berbuat
Jabariah : Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
berbuat
Asyariah : Bercorak tradisional (sedikit menggunakan akal)
Maturidiah
- Samarkand : Agak rasional
- Bukhara : Agak tradisional

AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM

Masalah yang diperdebatkan:

1. Dapatkah akal mengetahui adanya tuhan MT


2. Dapatkah akal mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan KMT
3. Dapatkah akal mengetahui yang baik dan yang buruk .
4. Dapatkah akal mengetahui kewajiban manusia berbuat baik dan menjauhi
perbauatan jahat KMBJ

MUTAZILAH ASYARIA
H

TUHAN TUHAN

FUNGSI WAHYU (MUTAZILAH)

1. Akal hanya mengetahui garis besarnya saja


2. Tidak semua kebaikan dan kejahatan dapat diketahui akal
3. Member penjelasan tentang perincian hukuman dan pahala yang akan
diterima manusiah di akhirat
4. Memperkuat apa yang telah diketahui akal
ASAL USUL MANUSIA MENURUT
ILMU PENGETAHUAN
TEORI DARWIN:
manusia merupakan hasil perkembangan evolusi organic

Data Pendukung Teori Darwin:


1. Australopithecus; hidup sekitar 4.000.000 6.000.000 tahun yang lalu
dengan volume otak sekitar 500 550 CC.
2. Pithecanthropus Erectus: hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu dengan
volume otak sekitar 900 CC.
3. Nenderthal; hidup sekitar 1.000 500.000 tahun yang lalu dengan volume
otak sekitar 1.300 CC.
4. Homo Sapiens; hidup sekitar 35.000 40.000 tahun yang lalu dengan volume
otak sekitar 1.350 CC.

PENYEBUTAN NAMA MANUSIA


DALAM AL QURAN

1. Dari aspek historis penciptaannya: Bani Adam (al Araf : 31)


2. Dari aspek biologis : Basyar, yang mencerminikan sifat fisik-kimia biologis (al-
Mukmin : 33)
3. Dari aspek kecerdasan : Insan, makhluk terbaik yang diberi akal sehingga
mampu menyerap ilmu pengetahuan (al-Rahman : 3-4)
4. Dari aspek posisi : Abdun, menunjukan kedudukannya sebagai hamba Allah
yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (saba : 9)

KOMPONEN MANUSIA MENURUT AL-QURAN

I. Komponen Biologis :
1. At-Turab; tanah gemuk (al-Kahfi : 37)
2. At-Thiin; tanah lempung (as-Sajdah : 7)
3. At-Thiinul Laazib; tanah lempung yang pekat (as-shafat : 11)
4. Shalshalun; lempung seperti tembikar (ar-Rahman : 14)
5. Shalshalun min hamain masnuun; lempung dari lumpur yang diberi
bentuk (al-Hijr : 26)
6. Sulalatun min thiin; saripati lempung (al-Mukminun : 12)
7. Air, sebagai asal kehidupan (al-Furqan : 54)

II. Komponen Ruh :


Setelah proses fisik penciptaan manusia, kemudian Allah meniupkan ruh
yang menjadi unsur penentu dan pembeda manusia dengan hewan (shaad :
71-72, al-Israa : 85)

FITRAH MANUSIA
I. Dalam arti ruhaniah :
Manusia cenderung pada kebenaran/hanif (ar-Ruum : 30, al-Araf : 172)

II. Dalam arti Potensi:


1. Potensi Fisik
2. Potensi Ruhaniah
a. Akal : pikiran, kebijaksanaan
b. Qalbu : - jantung
- hakekat yang dapat menangkap segala pengertian,
berpengetahuan, dan arif.
c. Nafsu : kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginan
dan sifat dorongan adalah bebas tanpa mengenal baik-buruk.
Agama berperan untuk menunjukan jalan yang harus ditempuh. Nafsu
yang terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama
disebut : an-nafs al muthmainnah (al fajr 27 - 30) manusia ideal adalah
yang mampu menjaga fitrahnya yang hanif dan mampu memadukan
potensi akal, qalbu dan nafsunya.

Hakekat Manusia

1. Konsep manusia dalam berbagai perspektif


Menurut ibnu al-Arabi, pada diri manusia terdapat perpaduan sifat-
sifat yang berlawanan:
a. Menusia dari segi jasmaniah adalah hadits (baru) dan dari segi ruhaniah
adalah azali (ada sejak awal dan tidak punya permulaan)
b. Manusia punya sifat kemakhlukan dan sifat ketuhanan
Menurut Ibnu sina manusia adalah:
a. Makhluk social, karena manusia tidak dapat hidup dengan baik tanpa ada
manusia lain
b. Makhluk ekonomi, karena selalu memikirkan masa depannya dan
menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya.
Menurut Morteza Mutahhari manusia adalah makhluk serba dimensi:
a. Secara fisik hampir sama dengan hewan, karena membutuhkan makan,
minum dan menikah, supaya dapat hidup, tumbuh dan berkembang
b. Memiliki emosi yang bersifat etis yaitu ingin mendapat keuntungan dan
menghindari kerugian
c. Mempunyai perhatian terhadap keindahan
d. Memiliki motivasi untuk menyembah tuhan
e. Memiliki kemampuan besar karena punya akal, pikiran dan kehendak
bebas
f. Mempu mengenal dirinya sendiri dan akhirnya mengenal Tuhannya

2. Eksistensi dan martabat manusia


Segi positif manusia yang membawa pada martabat mulia, antara
lain:
a. Khalifah Tuhan di bumi (al-Baqarah : 30)
b. Punya kapasitas intelegensia yang tinggi (al-Baqarah 31-32)
c. Punya kecenderungan dekat dengan Tuhan (al-Araf : 172)
d. Merupakan makhluk pilihan (Thaha : 122)
e. Punya kebebasan (al-Ahzab : 72)
f. Punya pembawaan yang mulia (al-Isyra : 70)
g. Punya kesadaran moral (asy-Syams 7-8)
h. Tujuan hidupnya beribadah (adz-Dariat : 56)
Sengi negatif manusia membawa pada martabat yang rendah antara
lain:
a. Dhalim dan bodoh (al-Ahzab : 72)
b. Mengingkari nikmat (al-Hajj : 66)
c. Melampaui batas (al-Alaq : 6-7)
d. Bersifat tergesa-gesa (al-Isra : 11)
e. Sangat kikir (al-Isra : 100)
f. Senang membantah (al-Kahfi : 54)
g. Sering berkeluh kesah (al-Maarij : 19-21)

SUMBER AJARAN ISLAM

I. SUMBER AJARAN ISLAM MENURUT AL-AMIDY


1. Sumber yang shahih menurut dirinya dan wajib diamalkan
a. sumber yang terbaca, yaitu al-Quran
b. Sumber yang tidak terbaca, yaitu sunnah.
Al-Quran dan Sunnah disebut dalil nash.
c. Sumber yang tidak terbaca dan bukan dalil nash:
1) Sumber yang terpelihara dari kesalahan yaitu ijma
2) Sumber yang tidak terpelihara dari kesalahan tetapi dapat
dihubungkan dengan nash yaitu qiyas.
3) Sumber yang tidak terpelihara dari kesalahan dan tidak dapat
dihubungkan dengan nash yaitu istidlal.
Nash dan Ijma adalah dalil pokok, sedang qiyas dan istidlal adalah cabang
yang mengikuti pada nash dan ijma.

2. Sesuatu yang dikira sumber shahih yaitu syaru man qablana, mazhab
shahabi, istihsan, maslahat mursalah.
Sumber ajaran selain al-Quran dan Sunnah termasuk kelmpok Rayu dan
Ijtihad.

II. AL-QURAN DITINJAU DARI SEGI SUMBERNYA ADALAH PASTI (QATHI) BERASAL
DARI ALLaH DENGAN BEBERAPA ALASAN:
1. Nabi Muhammad tidak pandai membaca dan menulis (Q.S. 29 : 48)
2. Keindahan dan ketelitian redaksi al-Quran
3. Adanya tantangan al-Quran kepada semua manusia (Q.S. 10:92 dan
Q.S.30:16)
4. Adanya isyarat ilmiah dalam al-Quran (Q.S. 21:30 dan Q.S.41:11)
III. AL-QURAN DITINJAU DARI SEGI PENUNJUKANNYA PADA SUATU MAKNA:
1. Nash yang qathi dilalahnya: ayat yang menunjukan dengan pasti pada
makna tertentu tidak menerima takwil dan tidak dapat diartikan dengan
arti lain misalnya (Q.S. 4:12 dan Q.S.24:2)
2. Nash yang Dhani dilalahnya: ayat yang menunjukan pada makna yang
mungkin ditakwilkan atau dipalingkan dari makna asal kepada makna
lainnya, karena:
a. Lafalnya dapat digunakan untuk dua makna, misal lafal quru (Q.S. 2 :
288) dan au lamastumun nisa (Q.S. 4: 43)
b. Lafal yang menggunakan kiasan, misalnya penggunaan kata wajhun
untuk Allah (Q.S. 55 : 27)

IV. CARA PENUNJUKAN AL-QURAN TERHADAP HUKUM


1. Terperinci, sehingga dapat dilaksanakan walaupun tidak dijelaskan oleh
Nabi, misalnya tentang kewarisan (Q.S. 4 : 11-12)
2. Secara Garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan untuk
pelaksanaannya, misalnya tentang shalat dan zakat (Q.S. 2: 43)
3. Secara ibarat (tekstual) menunjukan pada satu makna, tetapi secara
isyarat (kontekstual) menunjukan pada makna lain, misalnya kewajiban
suami mencari nafkah kepada istri dan nasab anak pada ayah (Q.S. 2:223)

ASAS PEMBINAAN HUKUM ISLAM DALAM AL-QURAN

1. Tidak menyulitkan/memberatkan
Dalilnya:
- Al-Baqarah 2 : 185
- Al-Baqarah 2 : 286
- An-Nisa 4 : 28
- Al-Maidah 5:6
- Al-Hajj 12 : 78

2. Ada Rukhshah/keringanan
- Al-Maidah 5: 6 [tayamum]
- Al-Baqarah 2: 184 [berbuka puasa]
- Al-Baqarah 2: 173 [makanan]

3. Berangsur-angsur
a. Berdiam diri: tidak member hukum pada sesuatu karena untuk sementara
masih perlu diperkenankan kemudian dilarang. Antara lain aturan warisan
bangsa Arab
b. Membahasa sesuatu secara mujmal, kemudian baru diberi tafsir. Antara
lain izin perang [al-Haj 39] selanjutnya diberi tafsir
- Persiapan perang [al-Anfal : 60]
- Tawanan perang [al-Anfal : 67]
- Ghanimah [al-Anfal : 42]
c. Mengharamkan sesuatu dengan berangsur-angsur. Antara lain,
pengharaman khamr
- [al-Baqarah 219]
- [an-Nisa 43]
- [al-Maidah 80-91]
4. Berdasarkan keperluan; antara lain:
- Kisah orang dari suku ghathfan yang memelihara anak yatim [an-
Nisa : 2]
- Kisah kubaisyah yang ditinggal mati suaminya yaitu Abu Qais [an-
Nisa : 19]

5. Ada pertanyaan; antara lain:


- Tentang infak [al-Baqarah : 215]
- Tentang berperang pada bulan suci [al-Baqarah : 219]
- Tentang Haid [al-Baqarah : 222]

V. PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN JUMLAH PERAWI (DARI SEGI SUMBERNYA)

1. Hadits Mutawatir : Hadits yang diriwayatkan perawi berdasarkan


tanggapan panca indera dan banyaknya perawi sampai pada jumlah
yang mustahil mereka bersepakat dusta.
Hadits mutawatir harus diterima, diamalkan dan member keyakinan
yang qathi karena pasti berasal dari Rasul saw.
2. Hadits Ahad : Hadits yang diriwayatkan perawi dan banyaknya tidak
sampai pada jumlah hadits mutawatir:
a. Hadits Masyhur : Hadits yang diriwayatkan tiga perawi atau lebih
tetapi tidak mencapai derajat mutawatir.
Hadits masyhur pasti berasal dari sahabat yang menerima dari
Rasul, tetapi tidak pasti (dugaan) berasal dari Rasul saw.
b. Hadits Aziz : Hadits yang diriwayatkan dua perawi pada setiap sanad
atau salah satu sanadnya,
c. Hadits Gharib : Hadits yang diriwayatkan seorang perawi pada
setiap sanad atau salah satu sanadnya.

VI. HADITS DITINJAU DARI SEGI PENUNJUKANNYA PADA SUATU MAKNA


1. Hadits yang qathi dilalahnya : Hadits yang dengan pasti menunjukan
pada suatu makna dan tidak diartikan dengan makna lain
2. Hadits yang Dhani dilalahnya : Hadits yang menunjukan pada suatu
makna dan dapat dipalingkan pada makna lainnya.

VII. PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN KUALITAS


1. Hadits Shahih : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
sempurna ingatannya, sanadnya bersambung, matannya maruf dan tidak
ada cacat.
2. Hadits Hasan : sama dengan hadits shahih, hanya perawi tidak sempurna
ingatannya
3. Hadits Dhaif : Hadits yang tidak memenuhi satu atau lebih syarat hadist
shahih atau Hasan.

VIII. PENGGUNAAN HADITS DHAIF


1. Para ulama sepakat, Hadits Dhaif tidak boleh digunakan sebagai dalil
dalam menentukan hukum.
2. Para ulama berbeda pendapat dalam penggunaan hadits dhaif untuk
keutamaan amal:
a. Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat tidak menggunakan hadist
dhaif dalam bidang apapun termasuk untuk keutamaan amal.
b. Imam Nawawi membolehkan penggunaan hadits dhaif untuk
keutamaan amal yang hukumnya telah ditetapkan oleh hadits lain
yang shahih atau hasan.
c. Ibnu Hajar berpendapat sama dengan Imam Nawawi, hanya
menambahkan persyaratan:
1) Kedhaifannya tidak terlalu jelek
2) Ketika menggunakan hadits dhaif tidak boleh menyakini bahwa
perbuatan itu pernah dilakukan oleh Nabi saw.

IX. FUNGSI HADITS MENURUT IMAM ABU HANIFAH:


1. Bayan Taqrir : Memperkuat apa yang diterapkan al-Quran, misalnya hadits
tentang melihat bulan untuk berpuasa Ramadhan adalah menguatkan Q.S.
2: 185
2. Bayan Tafsir : Menerangkan apa yang tidak mudah diketahiu, karena
ayatnya mujmal atau musytarah, misalnya hadits tentang cara shalat
adalah menerangkan Q.S. 2: 110
3. Bayan Tabdil/Nasakh: Mengganti atau membatalkan suatu hukum dengan
hukum lain, misalnya hadits tentang larangan wasiat kepada ahli waris
adalah mengganti hukum dalam Q.S. 2: 180

X. FUNGSI HADITS MENURUT IMAM MALIK


1. Bayan Taqrir
2. Bayan Taudlih/tafsir : menerangkan maksud ayat, misalnya hadits tentang
hikmah zakat adalah menerangkan Q.S. 9: 34
3. Bayan Tafshil : menjelaskan kemujmalan ayat, misalnya hadits tentang
cara shalat menerangkan tentang perintah shalat.
4. Bayan Tabshit atau Tawil : menerangkan sesuatu yang diterangkan secara
ringkas di dalam al-Quran, misalnya Hadits yang mencegah berbicara
dengan 3 orang adalah menerangkan surat at-Taubah : 118
5. Bayan Tasyri : Menetapkan suatu hukum yang tidak tersebut dalam al-
Quran, misalnya Hadits tentang keharaman nikah karena susuan.

XI. FUNGSI HADITS MENURUT IMAM SYAFII


1. Bayan Tafshil
2. Bayan Takhshish : Menghususkan sesuatu dari keumuman ayat, misalnya
hadits tentang kehalalan bangkai ikan dan belalang mengkhususkan ayat
al-Maidah : 3
3. Bayan Tayin : Menentukan mana yang dimaksud dari 2 atu 3 hal yang
mungkin dimaksudkan, misalnya hadits tentang pengertian khamr adalah
menerangkan al-Maidah : 90
4. Bayan Tasyri
5. Bayan Nasakh

XII. FUNGSI HADITS MENURUT IMAM AHMAD BIN HAMBAL


1. Bayan Tahid/Taqrir
2. Bayan Tafsir
3. Bayan Tasyri
4. Bayan Taqyid : membatasi kemuthlakan pengertian yang terkandung
dalam ayat, misalnya hadits yang menentukan jumlah maksimal wasiat
adalah membatasi al-Baqarah : 180

XIII. PENGERTIAN IJTIHAD


Usaha sungguh-sungguh dalam menggunakan daya fikir untuk memahami al-
Quran yang penunjukannya Dhanni, Hadits yang sumber dan penunjukannya
dhanni, serta memecahkan permasalahan yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam al-Quran dan
Hadits.

XIV. PERLUNYA IJTIHAD


1. Adanya ayat yang zhanni
2. Adanya hadits sumbernya zhanni
3. Adanya hadits yang penunjukannya zhanni
4. Adanya masalah yang tumbuh dalam masyarakat

XV. RUANG LINGKUP IJTIHAD


1. Ayat al Quran yang zhanni
2. Hadits yang sumbernya zhanni
3. Hadits yang penunjkannya zhanni
4. Masalah yang tumbuh dalam masyarakat
5. Hasil ijtihad ulama masa lalu

XVI. METODE IJTIHAD


1. Qiyas : menyamakan suatu hal yang tidak ditentukan hukumnya dalam
suatu nash dengan hal lain yang ditentukan hukumnya dalam suatu nash,
karena ada persamaan illat/sebab hukum pada dua hal tersebut. Misalnya
menyamakan padi dengan gandum dalam hal keharusan zakat.

Rukun qiyas:
a) Al-ashl atau pokok, yaitu suatu hal yang sudah ditentukan hukumnya
dalam nash yang menjadi pangkal qiyas
b) Al-faru atau cabang, yaitu suatu hal yang tidak ditentukan hukumnya
dalam nash
c) Hukum pada al-ashl
d) Illat hukum pada al-ashl

2. Maslahat Mursalah/istishlah:
Menetapkan hukum suatu hal yang tidak disebutkan dalam nash dengan
pertimbangan untuk kepentigan hidup manusia, berdasarkan prinsip
menarik manfaat dan menghindarkan kemelaratan. Misalnya
mengharuskan adanya pencatatan dalam akad nikah.

Kepentingan hidup manusia yang menjadi pertimbangan dalam


penetapan hukum:
a. Kepentingan esensial bagi kehidupan manusia, yaitu memlihara
agama, jiwa , akal, ketutunan, dsan harta (al-mashalih ad-daruriyah)
b. Kepentingan yang tidak esensial, tetapi diperlukan bagi kehidupan
manusia agar tidak mengalami kesukaran (al-mashalih al-hajjiyah)
c. Kepentingan pelengkap yang jika tidak terpenuhi tidak mengakibatkan
kesukaran dalam kehidupan (al-mashalih al-tahsiniyah)

3. Istihsan
Memandang suatu keputusan lebih baik, karena sesuai dengan tujuan
syariat Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan dan mencegah
kemelaratan, dengan meninggalkan ketentuan dalil khusus dan
mengamalkan ketentuan dalil umum.

Misalnya : Membolehkan menjual harta wakaf yang sudah tidak berfungsi


dan diganti dengan harta wakaf yang lain, walaupun dalil khusus (Hadits)
melarang menjual harta wakaf.

4. Istishab
Melangsungkan berlakunya ketentuan hukum yang ada sehingga terdapat
dalil yang mengubahnya.

Macam-macam istishab:
1) Melangsungkan berlakunya hukum asal tentang kebolehan sesuatu,
selama tidak ada dalil yang mengubahnya.
Misalnya : Membolehkan makan segala macam makanan selama tidak
ada dalil yang mengharamkan.
2) Melangsungkan berlakunya hukum berdasarkan suatu dalil, selama
tidak ada dalil yang mengubahnya.
Misalnya : menetapkan seseorang yang sudah wudlu mempunyai
wudlu, selama tidak ada kondisi yang menurut dalil membatalkan
wudlu.

5. Urf
Menetapkan kebolehan adat-istiadat masyarakat berlangsung terus
selama adat tersebut tidak bertentangan dengan prinsip al-Quran.
XVII. SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN HASIL IJTIHAD
1. Adanya perbedaan pengerian lafal:
a. Lafal musytarah : Mempunyai beberapa arti
Misalnya kata quru pada al-Baqarah : 228 oleh Hanafi diartikan
dengan haid sehingga masa iddah adalah 3 kali suci.
b. Lafal yang mempunyai arti hakiki dan majazi
Misalnya kata nikah pada an-Nisa : 22 oleh Hanafi diartikan dengan
bersetubuh (arti majazi) sehingga seorang anak laki-laki tidak boleh
menikah dengan perempuan yang dizina bapaknya. Sedang SyafiI
mengartikan dengan akad nikah sehingga seorang anak laki-laki
boleh menikah dengan perempuan yang dizina bapak.

2. Adanya perbedaan pemahaman dalam kaitannya dengan kaidah ushul


fiqh.
a. Shighat amar ada yang memahami wajib, sunnah, dan mubah,
misalnya amar pada hadits jadikan akhir shalatmu shalat witir oleh
Hanafi difahami wajib sedang oleh SyafiI difahami sunnah.
b. Shighat nahi ada yang memahami haram dan makruh, misalnya
nahi pada hadits yang melarang makan binatang buas oleh syafiI
difahami haram, sedang oleh malik difahami makruh.

3. Adanya perbedaan penilaian terhadap hadits.


Ada suatu hadits yang oleh ulama lain dinilai lemah, misalnya hadits tidak
ada wudlu bagi orang yang tidak membaca bismillah. Ahmad menilai
hadits ini kuat dan menjadi dalil untuk mewajibkan membaca basmalah
orang yang berwudlu. Sedang ulama lain menilai lemah.

4. Adanya perbedaan pemahaman apakah ketentuan hukum suatu nash


bersifat taabbudi atau taaqquli.
Misalnya sebagian ulama memahami printah mencuci jilatan anjing dengan
tanah adalah bersifat taabbudi oleh karena itu tidak dapat diganti dengan
alat lain. Sedang sebagian ulama memahami bersifat taaqquli, oleh
karena itu dapat diganti dengan alat lain, misalnya degan karbol atau
deterjen.

5. Adanya perbedaan dalam penentuan illat dalam melakukan qiyas.


Misalnya : menurut SyafiI illat wajibnya zakat tanaman adalah karena
makanan pokok, sedang menurut Hanafi illatnya adalah karena potensial
menunjang perekonomian umat.

6. Adanya perbedaan dalam menggunakan dalil


Misalnya : Malik menjadikan istihsan sebagai dalil untuk membolehkan
wanita yang haid membaca al-Quran sedikit. Sedang sebagian ulama tidak
menjadikan istihsan sebagai dalil dalam dalam masalah ini.

XVIII. BENTUK IJTIHAD YANG DIPERLUKAN


1. Ijtihad intiqai : memilih salah satu pendapat yang diyakini paling kuat
diantara pendapat yang ada.

Alat ukur dalam menetukan pendapat lebih kuat:


a. Lebih dapat merealisir tujuan syariat Islam, yaitu mewujudkan
kemaslahatan dan menghindarkan kemelaratan.
b. Member kemudahan, sesuai dengan kemudahan yang diberi syariat
Islam.
c. Lebih banyak memberikan rahmat pada manusia
d. Lebih sesuai dengan kehidupan manusia pada masa sekarang.

2. Ijtihad isyaI : menetapkan hukum baru terhadap suatu masalah yang


belum pernah dikemukanan ulama sebelumnya.

FALSAFAH THAHARAH

I. DARI SEGI ALAT BERSUCI


1. Air
- Merupakan sumber kehidupan [al-Anbiya : 30]
- Manusia berasal dari air yaitu air mani [al-Furqan : 54]
- Air sebagai alat bersuci [al-Furqan : 48]
2. Debu/tanah
- Tanah merupakan asal kejadian manusia [al-Rahman : 14, al-Hijr :
28]
- Tanah ditetapkan sebagai alat bersuci [al-Maidah : 6]

II. DARI SEGI ANGGOTA BERSUCI (WUDLU)


1. Membersihkan kotoran lahir
2. Mengenang dosa-dosa yang telah dilakukan
3. Mensucikan kotoran batin/dosa

HIKMAH SHALAT

I. DARI SEGI SPIRITUAL


1. Mengingatkan manusia kepada Allah [thaha : 14]
2. Mensucikan roh, karena shalat adalah rangkaian doa
3. Memberikan ketenangan hidup [al-Radu : 28, al-Baqarah : 45 & 145]
4. Membentuk akhlak mulia [al-Ankabut : 45]

II. DARI SEGI PENDIDIKAN


1. Mendidik kebersihan
2. Mendidik kedisiplinan
3. Mendidik kejujuran
4. Mendidik berorganisasi
5. Mendidik hidup bermasyarakat
6. Mendidik persamaaan
III. DARI SEGI KESEHATAN
1. Kesehatan rohani
Karena adanya ketenangan hidup dengan selalu ingat kepada Allah
2. Kesehatan jasmani
Karena adanya:
- Ketenagan hidup
- Kebersihan
- Perangsangan-peredaan dari gerakan-gerakan sehat
3. Sehehatan social
Karena adanya:
- Hidup bermasyarakat yang baik
- Persamaan manusia

IV. DARI SEGI DALIL


1. Menghapuskan dosa-dosa
2. Memudahkan masuk sorga

HIKMAH PUASA

I. Dari Segi Filosofis


Menumbuhkan syaraf penahan yang dapat mengendalikan orang yang berpuasa
dari perbuatan yang terlarang.

II. Dari Segi Spiritual


Meningkatkan kekuatan ruhani

III. Dari Segi Pendidikan


1. Latihan menahan nafsu
2. Membentuk akhlak yang mulia
3. Latihan bersabar dan tahan uji
4. Menumbuhkan rasa kasih sayang
5. Menumbuhkan rasa syukur atas nikmat dari Allah
6. Membiasakan diri bersikap jujur

IV. Dari Segi Kesehatan


1. Kesehatan Jasman
a. pembakaran sisa-sisa makanan dalam tubuh (detoksasi); lemak gula & zat
asam
b. peningkatan daya kerja dan daya tahan tubuh
c. penggantian jaringan tubuh yang rusak

2. Kesehatan Rohani
Aliran darah ke alat pencernaan berkurang sehingga kelebihan darah dapat
mengalir ke otak sehingga pikiran dan perasaan lebih tenang

3. Kesehatan Sosial
Adanya pengembangan nilai-nilai social
HIKMAH ZAKAT

V. DARI SEGI PENGERTIAN


1. Mensucikan dari dosa
2. Mensucikan dari sifat kikir
3. Mensucikan harta
4. Mensucikan dari sifat dendam
5. Menyuburkan pahala
6. Menyuburkan harta
7. Menyuburkan sifat-sifat baik
8. Menyuburkan jiwa

VI. DARI SEGI PENDIDIKAN


1. Mewujudkan rasa syukur atas nikmat Allah
2. Mewujudkan persaudaraan dan kasih sayang
3. Mewujudkan rasa social

VII. DARI SEGI PEREKONOMIAN


Meningkatkan peredaran modal

KEDUDUKAN ALAM/HARTA
1. Allah adalah pemilik mutlak [Ali Imran : 109, an-Nisa : 126]
2. Manusia Pemilik relartif [al-Anam : 165, Fathir : 39]
3. Sebagian rizki supaya dimanfaatkan/diinfakan untuk umum [al-Baqarah : 254]
4. Harta yang benar-benar milik seseorang adalah yang diinfakan.

KEWAJIBAN HAK ASASI MANUSIA


1. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Manusia diciptakan untuk mengemban kewajiban, antara lain menyembah
Allah [ad-Dzariyat 51:65]
Oleh karena itu manusia harus melaksanakan kewajiban dahulu, kemudian
barulah lahir hak manusia. Hak manusia merupakan imbalan dari kewajian
yang sudah dilaksanakan

Ciri Hukum Islam


a. Memberikan kewajiban sebagai tugas utama
b. Hak timbul setelah kewajiban dilaksanakan
c. Keseimbangan kewajiban dengan baik
d. Keseimbangan kepentingan pribadi dengan masyarakat
e. Keterkaitan kepentingan perorangan dengan masyarakat
f. Mendahulukan kewajiban perorangan dari pada hak pribadi

Macam Kewajiban
a. Dari segi Subjek
- Kewajiban individual (fardluain)
- Kewajiban bersama (fardlu kifayah)
b. Dari segi ruang lingkup
- Kewajiban kepada Allah
- Kewajiban terhadap diri sendiri
- Kewajiban terhadap keluarga
- Kewajiban terhadap tetangga
- Kewajiban terhadap harta
- Kewajiban terhadap lingkungan hidup
- Kewajiban terhadap buruh
- Kewajiban terhadap negara

2. Islam dan Hak Asasi Manusia

Perbedaan Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat dengan ajaran Islam:
a. Pemikiran barat
- Bersifat antroposentrik
a) Segala sesuatu berpusat pada manusia
b) Manusia menjadi standar ukuran sesuatu
- Menekankan segi materil
- Berdasarkan pemikiran manusia
b. Ajaran Islam
- Bersifat teosentrik
a) Segala sesuatu berpusat pada Tuhan
b) Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah
- Mengutamakan segi spiritual, tanpa mengabaikan segi meteril
- Berdasarkan wahyu Ilahi dan Sunnah Rasul saw

Martabat Manusia

Manusia mempunyai martabat yang mulia [al-Isra : 70]


Manusia harus memelihara dan menjaga kemuliaan martabatnya
dengan iman, amal shaleh dan bertaqwa kepada Allah swt.
Manusia mempunyai hak perlindungan untuk hidup [al-Isra : 33]
Hukuman mati (qishas) tidak bertentangan dengan HAM, dalam
makna manusia sebagai komunitas dan bukan sebagai individual.
Hukuman mati adalah untuk membela kepentiangan HAM sebagai
komunitas.
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 1 dan 3

Persamaan Manusia
Semua manusia adalah sama karena semuanya hamba Allah.
Perbedaan tinggi rendahnya derajat manusia ditentukan oleh
ketaqwaaannya [al-Hujurat : 13]
Islam tidak mengenal diskriminasi dalam penegakan hukum (Hadits)
Manusia harus menghindari perbuatan dhalim, wajib menegakan
keadilan dan menempatkan manusia pada martabatnya (al-Maidah :
8)
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 6-7

Kebebasan Menyatakan Pendapat


Manusia mempunyai kebebasan menyatakan pendapat tetapi
kebebasannya tidak mutlak, karena harus berlandaskan pada wahyu
Allah
Kebebasan menyatakan pendapat merupakan perwujudan perintah
Allah agar manusia menggunakan akal [Ali Imran :104]
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 19

Kebebasan Beragama
Manusia mempunyai kebebasan memeluk agama [al-Baqarah : 256]
Makna prinsip tersebut adalah kebebasan menganut agama yang
diyakini dengan sukarela dan kesadaran, selanjutnya dituntut untuk
melaksanakan ajaran islam. Oleh karena itu seorang muslim tidak
dibenarkan mengganti agama dari Islam ke agama lain
(riddah/murtad)
Prinsip tersebut sama degan DUHAM PBB pasal 18

Jaminan Sosial

Pada harta orang kaya terdapat hak fakir-miskin dan mereka yang
memerlukan [ad-dzariyat : 19]
Seseorang tidak memiliki harta secara mutlak karena minimal 2,5%
hartanya wajib dikeluarkan untuk jaminan social (zakat).
Tujuan zakat antara lain melenyapkan kemiskinan dan menciptakan
pemerataan pendapatan
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 22

DEMOKRASI
1. Musyawarah
- Ajaran Islam memerintahkan pada umatnya untuk menyelesaikan
masalah dengan bermusyawarah [Ali Imran : 159 & al-Syura : 38]
- Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud untuk
mencapai suatu keputusan tentang suatu masalah yang
menyangkut kepentingan agama
- Tujuan musyawarah adalah untuk memperoleh kebulatan
pandangan dan kesepakatan bersama dalam rangka mewujudkan
kepentingan dan kesejahteraan bersama.
2. Ijma
- Ijma adalah kesepakatan pendapat para ulama tentang hukum
suatu masalah yang tidak ada ketentuannya dalam al-Quran dan
Sunnah
- Hanafi, Malik, SyafiI dan Hambali berpendapat tentang
mungkinnya terjadi ijma misalnya dengan perantaraan tulisan.

PERBEDAAN AKHLAK dan ETIKA/MORAL


1. Akhlak
- Bersumber pada al-Quran dah Hadits
- Kebenarannya mutlak
- Berlaku universal
- Berlaku kekal
- Sesuai dengan akal/hati nurani

2. Etika/Moral
- Bersumber pada akal
- Kebenarannya relatif
- Berlaku lokal
- Berlaku temporer
- Belum tentu sesuai degan akal/hati nurani

HUBUNGAN IMAN DENGAN AKHLAK


1. Iman tidak hanya dengan hati tapi juga dengan perbuatan amal dan akhlak
2. Kesempurnaan iman ditentukan oleh baik buruknya akhlak
3. Perbuatan akhlak baik hanya diterima dengan iman , perbuatan merupakan
bagian dari iman

HUBUNGAN IBADAH DENGAN AKHLAK

1. Ibadah dapat membentuk seseorang berakhlak mulia


2. Perbuatan akhlak baik yang dilakukan karena mengharap keredhaan Allah
di nilai sebagai ibadah

AKHLAK TERHADAP ALLAH


1. Beriman
2. Taat dan mengabdi pada Allah
3. Ikhlas
4. Tadharuu dan khusyu
5. Ad dua dan raja
6. Husnuszhan
7. Bertawakal
8. Qanaah dan syukur
9. Beristighfar dan bertaubat
10.Tidak berputus asa dari rahmat Allah
11.Cinta dengan penuh harap
12. takut terhadap siksa Allah

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

1. Patuh dan taat


2. Berbuat baik
3. berkata leemah lembut
4. merendahkan diri
5. berterima kasih
6. memohon ampun untuknya
7. Setelah orang tua meninggal
- Menshalati jenazahnya
- Menyempurnakan janjinya
- Menghormati sahabatnya

AKHLAK ORANG TUA TERHADAP ANAK

1. Mendoakan keselamatannya
2. Menjaga kerselamatannya
3. Memberi makan pakaian dan tempat tinggal
4. Menyayangi
5. Mengakikahkan
6. Memberi nama yang baik
7. Memberlakukan dengan adil
8. Mendidik dan memberi bekal ilmu pengetahuan
9. Menghitan
10. Menikahkan

AKHLAK SUAMI TERHADAP ISTRI


1. Nemimpin dan mendidik istri
2. Menggauli dengan baik
3. Memberi nafkah batin
4. Memberi nafkah lahir
5. Menjaga rahasia istri

AKHLAK ISTRI TERHADAP SUAMI

1. Taat dan patuh terhadap suami


2. Menjaga kehormatan diri
3. Mengurus garta suami
4. Melayani kebutuhan batin suami
5. Tidak pegi kecuali dengan izin suami
6. Menjaga rahasia suami
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

I. Pengertian
1. Pengetahuan (knowledge) : segala sesuatu yang diketahui melalui
pancaindera, instuisi dan firasat.
2. Ilmu (science) menurut barat : pengetahuan yang diklasifikasikan,
diorganisasi, disestematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, mudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah.

Berdasarkan definisi tersebut, ilmu merupakan hasil penelitian dan


bergantung pada fakta empiris.
- Dari sudut pandang filsafat, pengetahuan dapat dikategorikan ilmu
apabila memenuhi unsur:
a. Ontology : obyeknya jelas, dapat diidentifikasi, diberi batasan, dan
diuraikan sifat-sifat yang esensial
b. Epistimologi : memiliki metode kerja yang jelas yaitu deduksi dan
induksi
c. Aksiologi : memiliki nilai guna dan dapat menunjukan nilai teoritis,
hukum, generalisasi konsep dan kesimpulan logis serta sistematis.
- Dalam pemikiran sekuler, ilmu mempunyai karakteristik : obyektif,
netral, dan bebas nilai.
- Ilmu menurut al-Quran (al-Rahman : 1-13):
Rangkaian keterangan teratur dari Allah, yang menerangkan kehidupan
semesta yang tergantung pada Allah.
- Dalam pemikiran islam, ilmu tidak boleh bebas dari nilai, baik dari
nilai lokal maupun universal.
- Istilah pengetahuan dan ilmu oleh masyarakat difahami menjadi
satu istilah baku, yaitu ilmu pengetahuan.
3. Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan.
- Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu
unsur budaya sebagai penerapan praktis dari ilmu pengetahuan
- Pada dasarnya teknologi memiliki karakteristik obyektif dan netral.
Tetapi pada situasi tertentu tidak netral, karena mempunyai potensi
merusak.
- Teknologi membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan manusia. Sebaliknya dapat membawa dampak
negative berupa ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungan
- Dalam pemikiran sekuler, pengetahuan yang bersifat abadi.
Pengetahuan yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai
ilmu, bahkan mereka mempertentangkan wahyu dengan akal dan
agama degan ilmu.
- Dalam ajaran islam, wahyu dengan akal dan agama dengan ilmu
harus sejalan tidak boleh dipertentangkan karena agama
membimbing akal.
- Dalam pemikiran Islam, sumber ilmu adalah wahyu dan akal.
Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal
berdasarkan ketentuan al-Quran dan Sunah Rasul saw.

Sifat ilmu berdasarkan pemikiran Islam :


a. Yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan kebenarannya
mutlak.
b. Yang bersumber dari akal pikiran bersifat perolehan dan
kebenarannya relatif.
- Dalam perspektif Islam IPTEK merupakan hasil pengembangan
potensi manusia yang diberikan Allah berupa akal dan budi. Hasil
tersebut hanya merupakan penemuan bagaimana proses
sunnatullah terjadi di alam semesta dan bukan penciptaan hukum
baru di luar sunnatullah.
4. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia
- Seni merupakan ekspresi jiwa dan hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia
- Seni identik dengan keindahan, sedang keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran.

II. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal


Iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan :
a. Kulitas iman seseorang tergantung pada ilmu yang difahami.
b. Allah mengangkat derajat seseorang apabila ia beriman dan menguasai ilmu
[al-Mujadalah : 11]
c. Amal seseorang tidak bernilai amal shaleh apabila tidak didasarkan pada
iman [al-Baqarah : 264]
d. Ilmu yang tidak diamalkan adalah ibarat pohon yang tidak ada buahnya
[pepatah Arab].

III. Keutamaan Orang yang Beriman dan Berilmu


a. Allah mengangkat derajat seseorang apabila ia beriman dan berilmu [al-
Mujadalah : 11]
b. Barangsiapa yang ingin bahagia hidup di dunia dan akhirat maka ia harus
berilmu [hadits]
c. Ulama (orang yang berilmu) adalah pewaris para Nabi [hadits]

PERKAWINAN ANTAR UMAT BERAGAMA

1. Wanita Islam degan laki-laki dengan bukan Islam:


ijma ulama menetapkan HARAM.
[al-Baqarah : 221] Jangan kamu menikahkan anak perempuanmu dengan
laki-laki musyrik sebelum dia beriman.

2. Laki-laki islam dengan wanita bukan islam


a) Laki-laki islam dengan wanita bukan ahli kitab
ijma ulama menetapkan HARAM berdasarkan dalil :
Jangan kamu menikahi gadis musyrik sehingga dia beriman. [al-
Baqarah : 221]
b) Laki-laki islam dengan wanita ahli kitab
1) Sebagian ulama membolehkan
a. Ahli kitab dalam [al-Maidah : 5 dihalalkan bagimu perempuan ahli
kitab] difahami asli dan tidak asli.
b. Ahli kitab tidak termasuk musyrik
2) Sebagian ulama menetapkan
a. Ahli kitab dalam al-Maidah :5 difahami yang asli saja
b. Ahli kitab termasuk musyrik
c. Ahli kitab sudah kafir [al-Maidah 72-73]
3) Sebagian ulama membolehkan tetapi kemaslahatan tidak
menghendaki
Dalil:
a. Ijtihad dengan metode saddudzdzaziah (menghindarkan hal negatif
yang mungkin timbul)
b. Qaidah usul fiqh : menolak kemeralatan didahulukan dari pada
menarik kemaslahatan.

NIKAH DENGAN WANITA HAMIL


1. Wanita hamil karena perceraian/kematian
Ijma ulama menetapkan haram dengan dalil wanita hamil iddahnya sampai
melahirkan [at-thalaq : 4]

2. Wanita hamil karena zina


A. Laki-laki yang menghamili
1) Jumhur Ulama : boleh memiliki dan boleh berhubungan seks, karena:
- Tidak bertentangan dengan [an-Nur : 3] pezina laki-laki tidak
menikah kecuali dengan pezina wanita, karena keduanya sama-
sama pezina.
- Sesuai dengan [an-Nisa : 23-24] dihalalkan bagimu selain dari itu.
- Larangan menikah dengan wanita hamil dalam [at-Thalaq : 4]
adalah yang hamil karena perceraian dan kematian.

2) Sebagian ulama melarang menikahi dengan alasan:


- [at-thalaq : 4] berlaku bagi semua wanita hamil karena perceraian
maupun perzinahan.
- Menghindarkan percampuran air mani kotor dengan air mani bersih.
B. Laki-laki yang tidak menghamili
1) Hanafi & Syafii : boleh menikahi, dengan alasan:
- Larangan menikahi wanita hamil [at-Thalaq : 4] hanya untuk wanita
hamil karena perceraian/kematian
- Larangan nikah dengan wanita pezina [an-Nur : 3] dalam
pengertian dosa bukan haram
- Wanita hamil di luar nikah tidak ada iddahnya
- Sperma zina tidak dihargai karena nasab anak hanya ke Ibu

2) Malik & Ahmad : tidak boleh menikahi, dengan alasan:


- Larangan menikahi wanita hamil [at-thalaq : 4] berlaku baik karena
perceraian maupun perzinahan
- Wanita hamil karena zina wajib iddah
- Hadis : Barangsiapa beriman tidak boleh menumpahkan air
(maninya) pada tanaman orang lain.

Anda mungkin juga menyukai