DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Romi Iqbal (2235115) (Ketua)
Natasya Ameilia (2235110) (Sekretaris)
Mahfudz Siddiq (2235082)
Gita Agnesa N (2235093)
Annisa Fuzianti (2235075)
Tri Nanda Sari Mulya (2235001)
Dosen Pembimbing :
Rochmat Subeki, A.Ag., M.Si
Manusia
Menurut Wikipedia Manusia atau orang adalah spesies primata dengan populasi yang
terbesar, persebaran yang paling luas, dan dicirikan dengan kemampuannya untuk berjalan di
atas dua kaki serta otak yang kompleks yang mampu membuat peralatan, budaya, dan bahasa
yang rumit.
2. Manusia ber-Tuhan
Manusia ber-Tuhan adalah manusia yang diliputi rasa perikemanusiaan, rasa
keyakinan dan rasa persaudaraan. Dalam konsep spiritual Tuhan menganugrahkan spirit yang
melekat di dalam diri manusia, spirit dalam bahasa Al-Qur`an sering disebut dengan roh.
Tuhan dalam Perspektif Psikologis yaitu adanya keterbukaan pada Tuhan adalah fithrah
manusia sejak dia lahir ke dunia (fithrah mukhallaqah). Manusia secara nature dapat
merasakan Yang Gaib karena di dalam dirinya ada unsur spirit. Tuhan dalam Perspektif
Sosiologis yaitu sosiologi memandang agama tidak berdasarkan teks keagamaan (baca kitab
suci dan sejenisnya), tetapi berdasarkan pengalaman konkret pada masa kini dan pada masa
lampau.
7. Kesimpulan :
Pada dasarnya semua materi dan seluruh alam semesta ini adalah refleksi dari kehendak
Tuhan. Tuhan ada dalam seluruh hukum fisika, biologi, geologi, kimia, matematika, bahkan
seluruh sistem yang menjalankan alam semesta ini. Tuhan ada di setiap makhluk hidup dari
yang besar hingga yang tak kasat mata sekalipun. Tuhan ada di setiap materi sel hingga atom
yang terkecil sekalipun dan tentu saja Tuhan ada di setiap insan termasuk kita. Kebutuhan
manusia akan Tuhan melebihi semua kebutuhan hidupnya.
Mungkin salah satu indikasi bahwa religiusitas merupakan kebutuhan manusia adalah apa
yang dirasakan seseorang dalam dirinya sendiri dari kelemahan di hadapan beberapa
manifestasi kekuasaan Yang Mahakuasa, seperti angin kencang, laut yang bergolak, gempa
bumi, dan gunung berapi. Dan kebesaran kecerdasannya, dia tetap lemah di depan fenomena
yang dengannya Tuhan menyengsarakan hamba-hambanya, sehingga manusia tahu dari
dirinya sendiri bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk mendorong atau menjaga
mereka, dan dari di sini kebutuhan manusia yang lebih besar akan dewa untuk menggunakan
dan percaya padanya.