Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Bagaimana Manusia ber-Tuhan

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Romi Iqbal (2235115) (Ketua)
Natasya Ameilia (2235110) (Sekretaris)
Mahfudz Siddiq (2235082)
Gita Agnesa N (2235093)
Annisa Fuzianti (2235075)
Tri Nanda Sari Mulya (2235001)

Dosen Pembimbing :
Rochmat Subeki, A.Ag., M.Si

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BATURAJA
2022
1. Pengertian Tuhan dan Manusia
 Tuhan
Menurut Wikipedia Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh
manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb. Selain itu dalam konsep Islam, Tuhan
disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang
Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. 

 Manusia
Menurut Wikipedia Manusia atau orang adalah spesies primata dengan populasi yang
terbesar, persebaran yang paling luas, dan dicirikan dengan kemampuannya untuk berjalan di
atas dua kaki serta otak yang kompleks yang mampu membuat peralatan, budaya, dan bahasa
yang rumit.

2. Manusia ber-Tuhan
Manusia ber-Tuhan adalah manusia yang diliputi rasa perikemanusiaan, rasa
keyakinan dan rasa persaudaraan. Dalam konsep spiritual Tuhan menganugrahkan spirit yang
melekat di dalam diri manusia, spirit dalam bahasa Al-Qur`an sering disebut dengan roh.
Tuhan dalam Perspektif Psikologis yaitu adanya keterbukaan pada Tuhan adalah fithrah
manusia sejak dia lahir ke dunia (fithrah mukhallaqah). Manusia secara nature dapat
merasakan Yang Gaib karena di dalam dirinya ada unsur spirit. Tuhan dalam Perspektif
Sosiologis yaitu sosiologi memandang agama tidak berdasarkan teks keagamaan (baca kitab
suci dan sejenisnya), tetapi berdasarkan pengalaman konkret pada masa kini dan pada masa
lampau.

3. Ciri – ciri Manusia ber-Tuhan


 Mengakui kebesaran dam keagungan Tuhan yang diwujudkan dengan berbagai cara
 Menyadari bahwa dunia serta isinya adalah ciptaan Tuhan.
 Manusia dianugerahi akal dan budi yang dapat dikembangkan secara maksimal.
 Manusia memiliki keterbatasan yang kadang sukar dijelaskan.

4. Tujuan Manusia ber-Tuhan


 Untuk mendapatkan perlindungan. Seperti awal pra sejarah, munculnya agama adalah
ketidaktahuan, jadi saat mereka dimangsa binatang buas ataupun terkena bencana
alam maka mereka menerka dan mengadakan pemujaan untuk meminta perlindungan
kepada objek – objek seperti batu besar, pohon, goa, gunung, dsb.
 Ketidaktahuan kemana ia akan pergi setelah meninggal dunia.
 Tempat untuk meminta dan menyembah, konsepnya sama biarpun agama itu tidak
menggambarkan Tuhannya dalam bentuk sebuah patung atau sepotong kayu.
5. Alasan Mengapa Manusia Membutuhkan Tuhan
Manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya, yaitu sebagai pegangan hidup
baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Sudah barang tentu agar semuanya
itu dapat dicapai maka ia harus dapat menjaga keseimbangan antara dua kebutuhan, yaitu
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.

6. Akibat Tidak Mempercayai Tuhan


Dalam agama Islam, orang yg tidak memiliki agama (Atheis) dipastikan akan masuk
neraka. karena mereka tidak mempercayai bahwa Allah SWT adalah Tuhan semesta alam.
Penjelasan: Akan sesat tidak memiliki kepercayaan atau tidak memiliki tuntutan dalam hidup
(tidak memiliki pedoman dalam hidupnya).

7. Kesimpulan :
Pada dasarnya semua materi dan seluruh alam semesta ini adalah refleksi dari kehendak
Tuhan. Tuhan ada dalam seluruh hukum fisika, biologi, geologi, kimia, matematika, bahkan
seluruh sistem yang menjalankan alam semesta ini. Tuhan ada di setiap makhluk hidup dari
yang besar hingga yang tak kasat mata sekalipun. Tuhan ada di setiap materi sel hingga atom
yang terkecil sekalipun dan tentu saja Tuhan ada di setiap insan termasuk kita. Kebutuhan
manusia akan Tuhan melebihi semua kebutuhan hidupnya.
Mungkin salah satu indikasi bahwa religiusitas merupakan kebutuhan manusia adalah apa
yang dirasakan seseorang dalam dirinya sendiri dari kelemahan di hadapan beberapa
manifestasi kekuasaan Yang Mahakuasa, seperti angin kencang, laut yang bergolak, gempa
bumi, dan gunung berapi. Dan kebesaran kecerdasannya, dia tetap lemah di depan fenomena
yang dengannya Tuhan menyengsarakan hamba-hambanya, sehingga manusia tahu dari
dirinya sendiri bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk mendorong atau menjaga
mereka, dan dari di sini kebutuhan manusia yang lebih besar akan dewa untuk menggunakan
dan percaya padanya.

Anda mungkin juga menyukai