Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENGANTAR PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN


KESEIMBANGAN CAIRAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
Serlina Sandin (04021182227002)
Regular A

Dosen Pengampu :
Herliawati, S.Kp., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2022
Tugas PKDM Rabu 18 Januari 2023

Soal :
1. Jelaskan mekanisme dari 9 point berikut dalam proses keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh:
a. Ginjal
b. Kulit
c. Paru-paru
d. Gastroinstestinal
e. ADH
f. Prostaglandin
g. Glukokortikoid
h. Mekanisme rasa haus

2. Jelaskan proses sekresi dan reasorbsi cairan dan elektrolit dalam tubuh

3. Jelaskan dalam keadaan normal pengeluaran elektrolit yaitu:


a. Urin
b. Air di dalam feses
c. Melalui kulit
d. Paru-paru

4. Jelaskan proses gangguan asam basa dalam tubuh

5. Jelaskan secara normal kebutuhan cairan dari masing-masing dari 3 point di bawah!
1. Minum
2. Makanan yang masuk ke dalam tubuh secara peroral
3. Air yang diperoleh sebagai hasil metabolism
Jawaban :
1. a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
 Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang.
 Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area
yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak
merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.

b. Kulit
 Berkeringat
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara
pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara
konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air
yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang
panas.
Terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit. Keringat merupakan cairan kasat mata
yang keluar dari tubuh. Keringat ini penting untuk menghilangkan panas tubuh, cairan ini
bersifat hipotonik. Cairan ini tidak mengandung elektrolit dalam jumlah yang bermakna.
Kehilangan cairan melalui keringat sangat bervariasi dengan tingkat aktivitas individu
(misalnya banyaknya olah raga), aktivitas metabolik dan suhu lingkungan.

c. Paru-Paru
 Insesible Water Loss (Kehilangan Cairan Tubuh Tidak Kasat Mata)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL
per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
Kehilangan cairan ini terjadi pada kecepatan 6 ml/kg/24 jam rata-rata pada orang dewasa,
tetapi dapat meningkat secara bermakna pada demam atau luka bakar.
Kira-kira 400 ml cairan tak kasat mata hilang melalui paru setiap hari. Kehilangan
cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan kedalaman
pernafasan, seperti seseorang yang melakukan olahraga berat dan orang yang mengalami
demam. Alat untuk memberikan oksigen juga dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak
dirasakan dari paru-paru (oksigen lebih kering daripada udara di ruangan).

d. Gastrointestinal
 Feces
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air
melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang
keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas.
Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.

e. ADH
Hormon antidiuretik (ADH) memengaruhi jumlah air dalam tubuh. Hormon ini
bekerja untuk mengontrol jumlah air yang diserap kembali oleh ginjal saat menyaring limbah
dari darah. Hormon ADH dihasilkan oleh hipotalamus, yakni sebuah area di dasar otak.
Sensor di tubuh mendeteksi ketika volume darah berubah dan membutukan lebih banyak
ADH. Sensor ini “berbicara” dengan otak dan kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon
ADH ke dalam darah. Hormon ADH yang disebut juga vasopresin adalah hormon yang
bertugas mengontrol penyerapan kembali air oleh ginjal saat menyaring limbah dari darah.
Ketika hormon ADH berada di ginjal, hormon tersebut memberikan sinyal untuk menghemat
air dan menghasilkan urin yang lebih pekat.
Jika keseimbangan air dalam tubuh tidak dikembalikan, otak pun akan memberi sinyal
rasa haus sehingga cenderung lebih banyak minum air. Banyak kondisi kesehatan yang
memengaruhi jumlah hormon ADH yang dilepaskan tubuh atau cara ginjal meresponsnya.
Seseorang mungkin memproduksi hormon ADH dalam jumlah cukup atau terlalu sedikit
yang disebabkan oleh banyak faktor. Jika tubuh tidak menghasilkan hormon ADH dalam
jumlah cukup, tubuh akan kehilangan terlalu banyak air melalui urin. Adapun tanda-tanda
hormon ADH yang rendah adalah rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil,
dehidrasi, dan kadar natrium yang tinggi.
Kondisi tubuh yang tidak menghasilkan cukup hormon ADH disebut diabetes
insipidus nefrogenik atau diabetes insipidus sentral. Diabetes insipidus nefrogenik ditandai
dengan ketidakmampuan ginjal untuk merespons ADH. Kondisi ini mungkin diwariskan,
tetapi juga bisa merupakan gejala dari kondisi kesehatan yang lebih besar. Sementara itu,
diabetes insipidus sentral adalah kondisi ketika kelenjar pituitari tidak menghasilkan cukup
hormon ADH. Diabetes insipidus sentral mungkin disebabkan oleh cacat genetik yang
diturunkan, trauma di kepala, tumor otak, dan infeksi.
Sebaliknya, jika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon ADH dan air tertahan,
volume darah akan meningkat dan menyebabkan mual, sakit kepala, disorientasi, lelah, lesu,
dan kadar natrium yang rendah. Terlalu banyak hormn ADH adalah kondisi yang disebut
sindrom hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIDH).

f. Prostaglandin
Prostaglandin adalah suatu zat yang terbentuk dari lemak yang berawal dari asam
lemak dan secara struktur kimia terdiri dari 20 atom karbon dan 5 cincin karbon. Secara garis
besar fungsi prostaglandin ialah sebagai perantara “mediator” utama dalam proses kontraksi
dan relaksasi otot polos tubuh manusia.
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

g. Glukokortikoid
Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresihormon
glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama,
namunkelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan
air yang kitakenal sebagai sindrom Cushing. Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan
reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensi natrium.
h. Mekanisme rasa haus
Mekanisme rasa haus pada tubuh diawali dengan pengiriman sinyal dari otak ke
bagian indra perasa pada manusia, yaitu dengan cara merangsang pelepasan rennin yang
dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk
menghasilkan rasa haus. Jumlah dan kuantitas air yg dibutuhkan badan teramat bervariasi dan
sangat tergantung pada makanan yg dimakan, juga suhu & kelembaban yang ada pada
lingungan sekitar, tingkat kegiatan, & juga hal-hal lain. Jumlah yg dimakan mesti seimbang
dgn kuantitas dan jumlah asupan air yg dikeluarkan oleh badan. Air yg dibutuhkan oleh
badan kira-kira dua sampai 2 setengah liter (atau sekitar kurang lebih 8 sampai 10 gelas air
mineral) dalam satu harinya.
Jumlah dan kuantitas keperluan ini telah termasuk juga asupan cairan dari air
makanan yang mengandung air. Adapun jumlah air yg dikeluarkan badan(lewat air seni, juga
keringat, begitu pula tinja, & napas) kurang lebih 1 liter per hrinya, tergantung suhu udara di
sekitar anda. Cairan badan pula bakal lebih banyak ke luar seandainya kita menjalankan
berbagai kegiatan yg lebih banyak dan keras, semisal olahraga fisik.

2. a. Reabsorpsi
Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal. Proses ini merupakan proses
diserapnya kembali zat zat yang masih bermanfaat untuk tubuh dan masuknya zat zat lain
dari tubuh yang tidak berguna. Reabsorbsi dilakukan oleh sel sel epitel di tubulus. Zat zat
yang direabsorbsi berasal dari urine primer yang mengansung komponen seperti glukosa,
asam amino, Na+, K+, Cl–, HCO3-, Ca2+, dan air.
Air akan diserap kembali pada proses osmosis di tubulus dan loop of henle. Zat zat
yang masih berguna akan masuk kembali ke pembuluh darah. Proses reabsorbsi ini akan terus
berlangsung dari tubulus proksimal, masuk ke tubulus descenden ke loop oh henle dan naik
ke tubulus ascenden ke tubulus distal. Saat urine berada di tubulus ascenden, garam dipompa
keluar sehingga ure menjadi lebih pekat. Dari proses reabsorbsi ini didapatkan urine
sekunder.

b. Sekresi
Proses ini sikenal juga dengan proses Augmentasi. Urine sekunder kemudian
dialirkan menuju tubulus distal dan collecting duktus atau duktus pengumpul. Di tubulus
distal, pengeluaran zat sisa oleh darah seperti Kreatinin, H+, K+, NH3 terjadi. H+
dikeluarkan untuk menjaga pH dalam darah. Proses ini mengandung sedikit air dan
menghasiilkan urine sesungguhnya. Urine yang sesungguhnya kemudian menuju ductud
collecting.

Urine ini mengandung urea, amonia, sisa sisa metabolisme protein, dan zat zat racun
yang berlebihan didalam darah seperti sisa sisa obat –obatan hormon, garam mineral, dan
sebagainya. Urine yang sudah jadi ini dari duktus collecting dibawa menuju pelvis menuju
kandung kemih melalui ureter dan keluar menuju uretra untuk dikeluarkan dari tubuh. Urin
yang sesungguhnya akan ditampung lebih dulu di kandung kemih sampai batas tertentu
sampai nerves yang berada didekatnya mengirim impuls keinginan untuk berkemih atau
proses ekskresi.

3. a. Urine
 Darah yang akan disaring dialirkan ke dalam ginjal melalui arteri ginjal (arteri
renalis). Di dalam arteri ginjal terdapat pula air dan beberapa larutan yang akan
disaring. Sebagian larutan yang tidak terfiltrasi akan keluar kembali ke sistem
sirkulasi melalui vena.
 Terjadi proses filtrasi atau penyaringan darah dalam ginjal. Darah kemudian masuk ke
kapiler glomerulus. Di dalam glomerulus, air dan zat terlarut disaring sehingga
menghasilkan filtrat glomeruli (urin primer). Selanjutnya, filtrat glomeruli masuk ke
kapsula Bowman.
 Di dalam filtrat glomeruli, masih ada zat yang dapat digunakan oleh tubuh, misalnya
glukosa, garam, asam amino, dan air. Bersama filtrat glomeruli, zat-zat tersebut
berjalan melewati tubulus proksimal, lengkung Henle, sampai pada tubulus distal.
Saat melewati ketiga bagian inilah akan terjadi reabsorbsi atau penyerapan kembali.
 Sisa cairan reabsorbsi akan mengalami penambahan/sekresi zat-zat dari pembuluh
darah kapiler di sekitar tubulus distal. Zat-zat tersebut antara lain ion hidrogen, ion
klorida, racun, dan sisa obat-obatan yang tidak berguna. Proses ini disebut dengan
augmentasi.
 Selanjutnya, urin mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh halus saluran pengumpul
yang terdapat dalam sumsum ginjal. Saluran tersebut bermuara pada rongga ginjal.
Urine yang terkumpul dalam rongga ginjal, mengalir melalui ureter menuju ke
kandung kemih. Terakhir, urine mengalir keluar dari tubuh melalui uretra atau saluran
kencing.

b. Air dalam feses


Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris
dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
 Refleks Defekasi Instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal
yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon
desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus.
Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila
spingter eksternal tenang maka feses keluar.
 Refleks Defekasi Parasimpatis
Adanya faeses dalam rektum yangmerangsang syaraf rektum, ke spinal cord dan merangsang
kolon desenden, kemudianke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakanperistaltik dan akhirnya
terjadi relaksasisfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan
refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika
defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal,
maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.
c. Melalui kulit
Setiap harinya manusia dewasa mengeluarkan keringat kirakira 225 ml. Semua
keringat yang dihasilkan berasal dari sekitar 2 juta kelenjar keringat yang tersebar pada
seluruh lapisan dermis. Proses pengeluaran keringat tersebut dipengaruhi oleh hipotalamus.
Hipotalamus merupakan sistem saraf pusat pengatur suhu badan yang menghasilkan enzim
bradikinin. Enzim bradikinin mempengaruhi kerja kelenjar keringat untuk mengeluarkan
keringat. Selain dipengaruhi hipotalamus, kerja kelenjar keringat juga dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan dan pembuluh darah. Suhu pembuluh darah yang tinggi (karena
suhu lingkungan tinggi) akan memberikan rangsangan terhadap hipotalamus. Oleh
rangsangan tersebut, hipotalamus segera mempengaruhi kelenjar keringat untuk menyerap
air, garam, urea, dan berbagai zat sisa metabolisme dari pembuluh kapiler darah.
Berbagai zat ini dikeluarkan melalui saluran keringat dan pori-pori kelenjar keringat
ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Keringat segera menguap dan suhu tubuh turun
sehingga normal kembali. Apabila keringat yang keluar terlalu berlebihan, kadar garam yang
berada dalam darah bisa berkurang. Akibatnya, otot bisa mengalami kekejangan atau
mungkin bisa pula pingsan. Selain itu karena pembuluh darah pada lapisan dermis
mengembang, kulit wajah bisa menjadi merah. Keadaan ini dapat terjadi saat kita melakukan
aktivitas fisik yang berat. Namun, sebaliknya kulit kita dapat memucat bila pembuluh darah
pada dermis menyempit, misalnya saja saat kita ketakutan.
Berkeringat menjaga tubuh supaya berada pada suhu tetap. Sebab, apabila suhu tubuh
naik atau turun lebih dari beberapa derajat di atas atau di bawah suhu reratanya, yaitu 37 oC,
tubuh dapat terancam bahaya. Seperti halnya menggigil membantu tubuh tetap hangat,
dengan berkeringat tubuh dapat mendinginkan diri sendiri. Kelenjar keringat menghasilkan
air yang menguap di kulit; penguapan ini memindahkan panas dari pembuluh darah di kulit
ke udara di sekitarnya. Selain perspirasi termal, begitulah namanya, keringat dapat
disebabkan oleh rasa nyeri, emosi hebat, atau makan makanan pedas.

d. Paru paru
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL
per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
Kehilangan cairan ini terjadi pada kecepatan 6 ml/kg/24 jam rata-rata pada orang dewasa,
tetapi dapat meningkat secara bermakna pada demam atau luka bakar.
Kira-kira 400 ml cairan tak kasat mata hilang melalui paru setiap hari. Kehilangan
cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan kedalaman
pernafasan, seperti seseorang yang melakukan olahraga berat dan orang yang mengalami
demam. Alat untuk memberikan oksigen juga dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak
dirasakan dari paru-paru (oksigen lebih kering daripada udara di ruangan).

4. Gangguan keseimbangan asam basa


Adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini
dapat mengganggu kerja berbagai organ. Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan
skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah
seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis.
Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau
disebut dengan alkalosis.
 Jenis gangguan keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas
menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat
yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH
darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang
disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis
respiratorik dan alkalosis respiratorik.
Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh tidak
seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa
dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas disebut
asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.
o Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang
(kronis). Umumnya asidosis respiratorik kronis tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun
pada beberapa kasus, penderita dapat mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan
perubahan kepribadian.
Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit kepala, cemas,
gelisah, bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera ditangani, dapat muncul gejala lain
seperti lemas, sesak napas, penurunan kesadaran, hingga koma.
o Asidosis metabolik
Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini umumnya
memiliki napas yang beraroma buah. Gejala tersebut merupakan tanda ketoasidosis diabetik
atau asidosis metabolik yang terjadi pada pasien diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk
kondisi berbahaya, yang dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal.

o Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam.
Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat terjadi akibat
rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara lain, pusing, kembung, mulut kering,
kram otot di tangan dan kaki, kesemutan, nyeri dada, sesak napas, gangguan irama jantung.
o Alkalosis metabolik
Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika
penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar
oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh
meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai
alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah,
nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia). Gejala lain
pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas, kram dan
kejang otot, serta mudah marah.
 Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan
pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh masalah
pada organ ginjal.
o Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang
memengaruhi fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain,
asidosis respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2.
o Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat
ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu:
1). Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh kekurangan insulin,
sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak ini mengakibatkan keton
darah yang bersifat asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih sering terjadi pada pasien
diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
2). Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar natrium bikarbonat dalam
tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare
3). Asidosis laktat., kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat
dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung,
kejang, gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang
berlebihan.
Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
o Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi
ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa
disebabkan oleh perasaan panik dan cemas.
o Alkalosis metabolik
Terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa hal yang
dapat memicu kondisi tersebut adalah muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh
kekurangan elektrolit, penggunaan obat diuretik yang berlebihan, penyakit kelenjar adrenal,
penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

5. Cairan di dalam tubuh diperoleh dari tiga sumber, yaitu


 Minuman
Sumber utama cairan pada tubuh yaitu berasal dari air minum. Kementerian
Kesehatan RI menganjurkan untuk konsumsi air putih sebanyak 8 gelas perhari (230 ml) atau
sekitar 2 liter, untuk orang dewasa.
 Makanan
Sekitar 20% sumber asupan cairan tubuh berasal dari makanan. Cairan dari makanan
dapat diperoleh dari makanan yang banyak mengandung air, seperti buah dan sayur.
 Hasil metabolisme
Air hasil dari metabolisme tubuh disebut juga sebagai air metabolik. Air metabolik
berasal dari oksidasi bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Anda mungkin juga menyukai