Anda di halaman 1dari 6

Pembimbing : dr.

Nursaenah

Anggota : Achmad Dodi Medianto, Sked

Adisti Meirizka, Sked

Judul case : Ischialgia Sinistra dengan HNP lumbal L4-L5, L5-S1

1.Bagaimana cara menilai nyeri dengan VAS Score dan bagaimana


tatalaksana nyeri menurut VAS Score?

CARA MENILAI:
1. Dokter atau perawat menjelaskan kepada pasien arti dari angka-angka
0-10. Semakin mendekati nol intensitas (tingkatan/ukuran) nyeri
semakin ringan. Semakin mendekati angka 10 intensitas nyeri semakin
kuat .
2. Selanjutnya pasien diminta untuk membuat tanda digaris (0-10 cm)
tersebut untuk mengekspresikan nyeri yang dirasakan.
3. Nilai VAS antara 0-3 cm dianggap sebagai tingkat nyeri yang rendah
dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia.
4. Nilai VAS 4 cm dianggap nyeri sedang menuju berat.

Manajemen Nyeri
Beberpa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan nyeri adalah

1. Jangan memberikan obat apapun sebelum benar - benar dibutuhkan

2. Tentukan diagnosis nyeri dengan tepat


3. Memakai modalitas pengobatan dengan benar

4. Harus konsisten, tidak bolah berubah - bah atau terputus

5. Usahakan per oral

6. Pada nyeri kronis, ikuti # stepladder analgesic WHO

7. Tentukan jenis obat dan dosis secara individual

8. Cermati dengan seksama perubahan keadaan penderita

WHO 3-step analgesic ladder


1. Pada mulanya langkah pertama hendaknya menggunakan obat
analgesik non opiat

2. Apabila masih tetap nyeri naik ke tangga/langkah kedua, yaitu


ditambahkan obat opioid lemah misalnya kodein

3. Apabila ternyata masih belum reda atau menetap maka sebagai


langkah ke tiga disarankan menggunakan opioid keras yaitu morfin.

Namun penatalaksanaan nyeri WHO 3 step analgesic Ladder


berdasarkan derajat nyeri
1. Step 1 -> untuk nyeri ringan (1-3). Terapi pada step ini
menggunakan obat pilihan non - opioid, meliputi paracetamol, NSAID, +-
adjuvant (Tricyclic antidepressant atau anticonvulsant therapy)

2. Step 2 -> untuk nyeri sedang ( 4-6). Terapi pada step ini
menggunakan kombinasi opioid potensi ringan atau sedang dengan
analgesik non opioid +- adjuvant

3. Step 3 -> untuk nyeri Berat (7-10) . Terapi ini menggunakan opioid
kuat +- non opioid +- adjuvant

A. Paracetamol
B. NSAID
Aspirin
Natrium Diclofenac
Kalium Diclofenac
Ketorolac
Ibuprofen
Piroxicam
Meloxicam
Metampiron
Celecoxib

C. Tramadol
D. Opioid

Low Efficacy

Codein

Dihidrocodein

Moderate Efficact

Bupranorphine

Meptazinol

High efficacy

Morphine

Petidine

Fentanyl

2. Mengapa pada pasien dibeikan ranitidine?

Natrium diklofenak merupakan obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non


Steroid) yang termasuk dalam bentuk diklofenak. Golongan diklofenak
memiliki efek analgesik, antirematik, antipiretik dan antiinflamasi. Obat
tersebut merupakan COX-inhibitor nonselektif yang bekerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase (COX). Enzim siklooksigenase berperan
dalam produksi sejumlah zat kimia dalam tubuh, salah satunya
prostaglandin. Prostaglandin ini diproduksi oleh tubuh sebagai respon dari
cedera sehingga syaraf akan lebih sensitif terhadap rasa nyeri.

Efek Samping pada umumnya Gangguan Lambung

Obat-obat AINS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin.


Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan
mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam
arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase
(COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak
terbentuk, dan nyeri atau radang dapat diatasi. COX ada dua jenis, yaitu
disebut COX-1 dan COX-2. COX-1 selalu ada dalam tubuh secara normal,
untuk membentuk prostaglandin yang dibutuhkan untuk proses-proses
normal tubuh, antara lain memberikan efek perlindungan terhadap
mukosa lambung. Sedangkan COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya
pada saat terjadi peradangan/cedera, yang menghasilkan prostaglandin
yang menjadi mediator nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat
hanyalah COX-2 saja yang berperan dalam peradangan, sedangkan COX-1
mestinya tetap dipertahankan. Tapi masalahnya, obat-obat AINS ini
bekerja tidak selektif yaitu bisa menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus.
Jadi ia bisa menghambat pembentukan prostaglandin pada peradangan,
tetapi juga menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi
mukosa lambung. Itulah sebabnya gangguan pada saluran gastrointestinal
seperti mual, muntah, sembelit, nyeri perut, diare, dispepsia, kembung,
perdarahan / perforasi, mulas, ulkus lambung dan duodenum jadi terganggu.

Cara Mengatasi
Untuk mengatasi efek obat AINS terhadap lambung, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Pertama, sebaiknya digunakan setelah makan untuk
mengurangi efeknya terhadap lambung. Kedua, obat golongan AINS
umumnya dalam bentuk bersalut selaput yang bertujuan mengurangi
efeknya pada lambung, maka jangan digerus dan dikunyah. Ketiga, jika
memang menyebabkan lambung perih atau sudah ada riwayat maag atau
gangguan lambung sebelumnya, bisa diiringi penggunaannya dengan obat-
obat yang menjaga lambung seperti antasid, golongan H2 bloker
seperti simetidin atau ranitidin, golongan penghambat pompa proton
seperti omeprazol atau lansoprazol, atau dengan sukralfat.

3. Dermatom

Anda mungkin juga menyukai