Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Obat Tradisional

Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia,


digunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
mengobati penyakit. Produksi dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
menunjukkan tren peningkatan jenis dan jumlahnya. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya, semakin luas cakupan obat tradisional berdasarkan
karakteristik genetik, semakin besar peluang untuk pemalsuan sederhana.Bahkan
beberapa obat herbal yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat) secara tegas
dilarang untuk ditambahkan ke dalam obat tradisional baik disengaja maupun
tidak disengaja. . Peraturan Menteri Kesehatan. 246 / Menkes / Per / V / 1990 Bab
V, Pasal 23 (Riyanti et al., 2013)

2.2 Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi dimana tubuh merasakan tidak enak pada
bagian tertentu yang disebabkan karena gangguan jaringan. Nyeri dapat
diklasifikasikan dalam berbagai hal seperti nyeri akibat bengkak, nyeri akibat
penyakit tertentu namun pada umumnya masyarakat lebih sering merasakan nyeri
pegal linu. Pegal linu sendiri adalah rasa nyeri pada bagian tertentu yang dapat
timbul karena kelelahan setelah bekerja, olahraga, dan sebagainya atau merupakan
suatu gejala penyakit seperti masuk angin, pilek, dan sebagainya. Simplisia
penyusun diperlukan yang mempunyai kegunaan untuk mengurangi nyeri,
penyegar badan, dan penenang atau pelelap tidur Faktor-faktor penyebab penyakit
pegal linu diantaranya :

● Terlalu banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya karena belum


terbiasa berolahraga, mencoba gerakan baru, berlatih lebih keras atau lebih
lama dari biasanya, hingga tidak melakukan pemanasan dengan benar.
● Kekurangan nutrisi, terutama kalsium dan vitamin D.
● Kurang tidur, karena otot tidak memiliki waktu yang cukup untuk
beristirahat sehingga lama-kelamaan menjadi tegang sehingga
menyebabkan badan Anda mudah pegal-pegal.
● Stres, sehingga tubuh lebih sulit melawan masuknya virus atau bakteri ke
dalam tubuh. Tanda Anda tengah stres ialah jantung berdetak lebih cepat,
tekanan darah tinggi, sakit kepala, gemetar, rasa sakit pada dada, dan
merasa sesak napas.
● Dehidrasi yang menyebabkan metabolisme di dalam tubuh tidak berjalan
dengan baik (Depkes RI, 1993).

2.3 Obat nyeri

2.3.1 Analgesik

Analgesik, baik non narkotik maupun narkotik memiliki tujuan untuk


meredakan nyeri, pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang ringan
sampai sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik non narkotik. Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos, organ,
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik.

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Ada lima klasifikasi dan jenis
nyeri diantaranya :

1. Akut yang dapat ringan, sedang, atau berat


2. Kronik
3. Superficial
4. Somatic (tulang,otot rangka, dan sendi)
5. Visceral atau nyeri dalam

Nyeri akut merupakan nyeri yang dapat terjadi secara mendadak dan memberikan
respons terhadap pengobatan. Pengobatan dalam nyeri akut tipe ringan dapat
diberi non narkotik (asetaminofen, aspirin), nyeri akut tipe sedang dapat diberi
kombinasi non narkotik dan narkotik (kodein dan asetaminofen) dan nyeri akut
tipe berat dapat diberi obat golongan narkotik.

2.3.2 Klasifikasi

Menurut BPOM analgesik memiliki berbagai klasifikasi seperti : analgesik


narkotik dan analgesik Non-narkotik.

● Analgesik Non-narkotik

Parasetamol mempunyai efikasi yang mirip dengan asetosal, tetapi tidak dapat
menunjukkan aktivitas antiinflamasi, parasetamol kurang mengiritasi lambung
dan karena itu lebih disukai daripada asetosal, khususnya pada orang lansia.
Overdosis dengan parasetamol secara khusus berbahaya karena dapat
mengakibatkan kerusakan hati yang kadang-kadang tidak tampak dalam 4–6 hari
pertama (lihat Informasi tentang Penanganan Darurat pada Keracunan).
Analgesik antiinflamasi nonsteroid khususnya berguna untuk pengobatan pasien
dengan penyakit kronis yang disertai nyeri dan inflamasi. Beberapa AINS juga
digunakan untuk pengobatan jangka pendek nyeri ringan sampai sedang termasuk
nyeri muskuloskeletal ringan, tetapi parasetamol sekarang lebih disukai, terutama
pada orang lansia. AINS juga sesuai untuk mengurangi nyeri pada dismenore dan
untuk mengobati nyeri yang disebabkan tumor sekunder pada tulang yang
beberapa diantaranya menimbulkan lisis tulang dan melepaskan prostaglandin
(lihat Peresepan pada Perawatan Paliatif). Inhibitor selektif COX-2 dapat juga
digunakan menggantikan AINS non-selektif untuk pasien dengan resiko tinggi
efek samping serius saluran cerna. AINS termasuk ketorolac juga digunakan
untuk analgesia perioperatif

● Analgesik narkotik

Analgesik opioid dapat meredakan nyeri sedang hingga berat, terutama pada
organ dalam. Penggunaan berulang dapat menyebabkan ketergantungan dan
toleransi, tetapi ini bukan alasan untuk tidak mengobati rasa sakit yang parah.
Dalam kasus nyeri non-ganas kronis tertentu, opioid yang kuat harus digunakan,
pengobatan harus dilakukan di bawah bimbingan seorang spesialis, dan kondisi
pasien harus dinilai pada interval tertentu. Beberapa contoh analgesik narkotik
seperti turunan morfin, fentanil, kodein, dll (BPOM)

2.4 Metode Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis (KLT) tergolong "kromatografi planar". KLT
merupakan metode kromatografi yang paling banyak digunakan karena
penggunaannya yang sederhana baik dari segi peralatan maupun bahan.Peralatan
dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel
dengan metode KLT yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi pelarut
dan lempeng KLT.

Pelaksanaan analisis dengan KLT diawali dengan menotolkan alikuot kecil


sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT). Hal tersebut dilakukan
untuk membentuk zona awal. Kemudian sampel 2 dikeringkan. Ujung fase diam
yang terdapat zona awal dicelupkan ke dalam fase gerak (pelarut tunggal maupun
campuran dua sampai empat pelarut murni) di dalam chamber. Jika fase diam dan
fase gerak dipilih dengan benar, campuran komponen-komponen sampel
bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda selama pergerakan fase gerak melalui
fase diam. Hal ini disebut dengan pengembangan kromatogram. Ketika fase gerak
telah bergerak sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase gerak yang
terjebak dalam lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan dideteksi secara
langsung (visual) atau di bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa
penambahan pereaksi penampak noda yang cocok.

Anda mungkin juga menyukai