Laporan Pertumbuhan Populasi Lalat Buah
Laporan Pertumbuhan Populasi Lalat Buah
PERTUMBUHAN POPULASI
LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
PERTUMBUHAN POPULASI
LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Populasi merupakan sekelompok individu dalam satu spesies yang dapat
melangsungkan interaksi genetik dan menghuni suatu wilayah atau tata ruang
tertentu pada waktu tertentu pula (Tarumingkeng, 1994). Populasi mengalami
perubahan dari waktu ke waktu yang dinamakan dinamika populasi. Dinamika
populasi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu natalitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), imigrasi dan emigrasi.
Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode
waktu tertentu. Populasi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila laju natalitas
lebih besar daripada laju mortalitas. Kajian mengenai pertumbuhan populasi ini
penting agar dapat menganalisis laju pertumbuhan populasi, menentukan model
pertumbuhan populasi, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan populasi tersebut. Menurut Basukriadi (2011), grafik yang
menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal
sebagai kurva bentuk J atau kurva laju pertumbuhan eksponensial. Sedangkan
menurut Chusnia (2009), kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang
terbatas disebut kurva bentuk S (sigmoid). Kurva sigmoid berbeda dengan kurva
bentuk J dalam dua hal, yaitu: kurva sigmoid memiliki asimptot atas (kurva tidak
melebihi titik maksimal tertentu), dan kurva ini mendekati asimptot secara
perlahan, tidak secara mendadak atau tajam. Kurva sigmoid disebut juga kurva
logistik.
Drosophila melanogaster memiliki klasifikasi filum Arthropoda, kelas
Insecta, ordo Diptera, sub-ordo Cyclorrhapha, familia Drosophilidae dan genus
Drosophila (Strickberger, 1962). Lalat buah (Drosophila melanogaster) pertama
kali diperkenalkan oleh T. H. Morgan dan W. E. Castle pada tahun 1900. Lalat
buah banyak digunakan dalam penelitian, terutama genetika, karena beberapa hal,
yaitu: 1) berukuran kecil, mudah didapat dan mudah dipelihara, 2) memiliki siklus
hidup sangat pendek, kurang lebih dua minggu, 3) hanya memiliki sedikit
kromosom (delapan kromosom, terdiri dari enam autosom dan dua gonosom)
sehingga mudah dihitung (Karyanto & Saputra, 2016). Di samping itu,
Drosophila melanogaster sangat peka terhadap lingkungan (Gill and Ellar, 2002
dalam Siburian, 2008).
Lalat buah merupakan contoh serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna yang keberadaan spesiesnya kurang lebih berjumlah 4500 spesies
(Rahajo, 2005 dalam Agustina, 2013). Ciri-ciri dari lalat buah yaitu memiliki
tubuh berwarna kuning atau coklat dan memiliki mata yang berwarna merah.
Lalat buah merupakan hewan yang habitatnya kosmopolitan, artinya bisa hidup
dimana saja sesuai dengan habitatnya. Lalat kecil ini menyukai bunga dan buah
yang matang. Lalat buah dewasa umumnya ditemui hidup bergerombolan pada
buah-buahan masak yang mengandung air, misalnya buah nanas (Ananas
comunis), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa sp.) dan buah lainnya.
Sedangkan larvanya tumbuh dan berkembang pada buah yang membusuk (Yatim,
1992 dalam Agustina, 2013).
Drosophila melanogaster tergolong Holometabola, memiliki periode
istirahat dalam fase pupa. Dalam perkembangannya, Drosophila melanogaster
mengalami metamorfosis sempurna yaitu melalui fase telur, larva, pupa dan
dewasa atau imago (Frost, 1959 dalam Aini, 2008). Siklus hidup lalat buah dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Siklus hidup Drosophila melanogaster (html.rincondelvago.com)
METODE
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2016 di Laboratorium Pendidikan
Biologi FKIP UNS. Prinsip kerja praktikum yaitu pembuatan medium makanan
sebagai medium kultur lalat buah (campuran dari buah pisang, tape ketela,
benzoat), eterisasi dan pengamatan, pengamatan pertumbuhan populasi yang
terjadi pada lalat Drosophila melanogaster dengan cara menghitung jumlah lalat
buah yang hidup dan jumlah lalat buah yang mati, serta rasio jenis kelamin lalat
buah. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 15 hari, mulai tanggal 22 Maret
2016 hingga 5 April 2016.
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain:
a. Mortar dan alu, digunakan untuk menghaluskan buah pisang.
b. Wadah berupa nampan, digunakan sebagai tempat mencampurkan buah
pisang, tape ketela dan benzoat.
c. Panci dan kompor, digunakan untuk memasak campuran medium kultur
lalat.
d. Botol kultur, digunakan sebagai wadah medium kultur lalat buah.
e. Kertas merang, dipasang dalam posisi berdiri pada medium di dalam botol
kultur.
f. Kertas HVS, digunakan untuk meletakkan lalat buah yang telah dieterisasi
dan sebagai penutup botol kultur.
g. Kapas, digunakan untuk mengambil eter dan melakukan eterisasi pada
lalat buah.
h. Kuas halus, digunakan untuk mengambil lalat buah dan memasukkannya
ke dalam botol kultur.
i. Kertas label, digunakan untuk memberikan label pada botol kultur.
j. Alat tulis dan kertas HVS, digunakan untuk mencatat data hasil
pengamatan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain:
a. Lalat buah (Drosophila melanogaster) normal jantan dan betina,
digunakan sebagai hewan yang akan diamati pertumbuhan populasinya.
b. Eter, digunakan untuk melakukan pembiusan (eterisasi) pada lalat buah.
c. Buah pisang (50 gram), tape ketela (25 gram), benzoat ( 0.5 sendok teh),
ketiganya dicampurkan menjadi satu sebagai medium kultur lalat buah.
d. Air secukupnya, digunakan untuk memasak campuran medium kultur
lalat.
2. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum yaitu pembuatan medium kultur lalat buah
(Drosophila melanogaster), eterisasi dan pengamatan, pengamatan
pertumbuhan populasi lalat buah, analisis data hasil pengamatan, penyusunan
laporan.
a. Pembuatan medium makanan (medium kultur)
1) Menghaluskan 50 gram buah pisang, kemudian mencampurkannya
dengan 25 gram tape ketela dan 0.5 sendok teh benzoat. Tape ketela
digunakan untuk pembuatan medium kultur karena mengandung
khamir yang merupakan makanan lalat buah. Sedangkan benzoat
digunakan sebagai pengawet agar medium tidak cepat busuk selama
pengamatan berlangsung.
2) Membuat medium makanan dengan tekstur agak padat, karena
medium yang lembek akan menyulitkan pengamatan dan penghitungan
lalat buah.
3) Memasak campuran ketiga bahan tersebut di dalam air yang mendekati
mendidih.
4) Mensterilkan botol kultur, kemudian memasukkan campuran medium
kultur ke dalam botol.
5) Meletakkan kertas merang dengan posisi berdiri pada medium di
dalam botol kultur.
6) Menutup botol dengan kapas atau busa yang dilubangi kecil di
tengahnya agar udara dapat masuk.
b. Eterisasi dan pengamatan
1) Menyediakan kapas secukupnya, lalu membasahi kapas dengan sedikit
eter. Apabila terlalu banyak eter, lalat akan mati.
2) Memeriksa botol kultur dan memastikan agar tidak ada lalat yang
berada di dekat mulut botol. Jika ada, tepi botol diketuk secara
perlahan agar lalat tidak jatuh ke media makanan.
3) Membuka sedikit tutup botol kultur, memasukkan kapas kemudian
segera menutupnya kembali agar lalat tidak terbang keluar.
4) Setelah lalat terbius (30 detik), mengambil kapas dan menuangkan
lalat di atas kertas HVS. Kemudian memisahkan lalat yang sudah mati
dan lalat yang masih hidup. Lalat yang sudah mati sayapnya membuka
dan kaki-kakinya mengarah ke samping. Lalat yang mati tidak
diikutkan dalam penelitian.
5) Biasanya lalat tetap dalam keadaan terbius selama 5-10 menit. Bila
perlu memperpanjang waktu pengamatan, dilakukan eterisasi ulang
tetapi hanya dalam waktu beberapa detik agar lalat tidak mati.
6) Pengamatan sebaiknya menggunakan kuas halus agar tidak terjadi
kerusakan dan kaca pembesar agar pengamatannya lebih teliti.
c. Pengamatan pertumbuhan populasi
1) Lalat yang masih terbius tidak diperbolehkan untuk diletakkan
langsung di atas medium karena lalat akan tenggelam di dalam
medium. Caranya dengan menggunakan kertas yang dibuat seperti
sendok atau botol dimiringkan.
2) Memberikan label pada botol kultur, dengan mencantumkan: nama,
jumlah jantan, jumlah betina, tanggal.
3) Menutup botol kultur dengan kertas yang dilubangi kecil-kecil.
4) Mengamati perkembangan lalat buah dengan cara menghitung jumlah
lalat yang hidup dan jumlah lalat yang mati. Pengamatan dilakukan
setiap hari selama 15 hari.
5) Mencatat data ke dalam tabel pengamatan.
6) Melakukan analisis data (dilengkapi dengan diagram atau grafik) dan
menyusun laporan.
d. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan melakukan analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk masing-masing
pengamatan, yaitu analisis pertumbuhan populasi lalat buah pada botol
kultur I dan botol kultur II, analisis rasio jenis kelamin lalat buah pada
botol kultur I dan botol kultur II. Sedangkan analisis kualitatif berupa
pembahasan secara lebih detail mengenai pertumbuhan populasi dan jenis
kelamin lalat buah berkaitan dengan hasil analisis kuantitatif dan teori
yang relevan.
2. Analisis Kuantitatif
a. Pertumbuhan populasi lalat buah
Hasil pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah digambarkan dalam
bentuk kurva pada gambar 2 dan gambar 3.
Waktu (hari)
Waktu (hari)
Waktu (hari)
Gambar 4. Diagram hasil pengamatan jenis kelamin lalat pada botol kultur I
Rasio Je nis Ke lamin Lalat Buah pada Botol Kultur II
2.5
1.5
Jumlah lalat buah (ekor)
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (hari)
Gambar 5. Diagram hasil pengamatan jenis kelamin lalat buah pada botol kultur II
1.5
Jumlah lalat buah (ekor)
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (hari)
Jantan I Jantan II
Gambar 6. Diagram rasio jenis kelamin jantan pada botol kultur I dan II
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (hari)
Betina I Betina II
Gambar 7. Diagram rasio jenis kelamin betina pada botol kultur I dan II
3. Analisis Kualitatif
a. Pertumbuhan populasi lalat buah
Berdasarkan kurva pertumbuhan populasi lalat buah, ada beberapa
hal yang dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut.
1) Pada botol kultur I maupun II, semakin lama jumlah lalat buah yang
mati semakin banyak sehingga terjadi penurunan jumlah populasi.
2) Pada botol kultur I, jumlah populasi awal sebanyak 5 ekor lalat. Lalat
buah yang hidup pada awalnya tersendat, kemudian mengalami
peningkatan jumlah hingga hari ke-5, setelah itu menurun hingga
akhirnya semua lalat buah (10 ekor) mati pada hari ke-10.
3) Pada botol kultur II, jumlah populasi awal sebanyak 3 ekor lalat. Pada
awalnya lalat buah yang hidup jumlahnya tidak berubah (konstan)
hingga hari ke-5, kemudian semakin berkurang dan ada 1 ekor lalat
buah yang masih hidup pada hari ke-15.
4) Perbandingan antara botol kultur I dan II menunjukkan bahwa:
Peningkatan jumlah populasi lalat buah lebih banyak terjadi pada
botol kultur I, karena pada botol kultur II jumlahnya cenderung
konstan.
Kemampuan lalat buah dalam bertahan hidup lebih bagus pada
botol kultur II, karena pada botol kultur I semua lalat buah telah
mati sebelum waktu pengamatan selesai.
3
b= x 100
5
b = 0.6
b. Perhitungan laju mortalitas (d)
jumlah kematian
Laju mortalitas (d) = jumlah populasi x 1 00 %
10
d= x 100
5
d=2
c. Perhitungan laju pertumbuhan (r)
r=bd
r = 0.6 2 = - 1.4 r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistik
d. Carrying capacity (K) yaitu jumlah populasi maksimal yang dapat hidup,
pada botol I sebesar 8.
e. Rumus model pertumbuhan logistik ( N = 5 )
dN ( KN )
=r max N
dt K
dN (85)
=(1.4)(5)
dt 8
dN
=2.625
dt
Nilai dN/dt = rN, dimana rN merupakan laju pertumbuhan populasi.
Hasil analisis pada botol kultur I menunjukkan nilai rN sebesar -2.625,
laju pertumbuhan negatif, artinya jumlah populasi mengalami penurunan
seiring bertambahnya waktu.
Kurva pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur I dapat dilihat
pada gambar 9.
6
Jumlah populasi lalat buah (ekor) 4
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (hari)
2
d= x 100
3
d = 0.67
c. Perhitungan laju pertumbuhan (r)
r=bd
r = 0 0.67 = - 0.67 r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistik
d. Carrying capacity (K), yaitu jumlah populasi maksimal yang dapat hidup,
pada botol II sebesar 3.
Waktu (hari)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
mengenai pertumbuhan populasi lalat buah (Drosophila melanogaster).
1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna. Siklus hidup lalat buah meliputi fase telur, larva,
pupa dan dewasa (imago).
2. Ciri-ciri lalat buah: memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat, dan memiliki
mata yang berwarna merah, tergolong hewan yang habitatnya kosmopolitan
(bisa hidup dimana saja sesuai dengan habitatnya).
3. Alasan penggunaan lalat buah dalam penelitian: berukuran kecil, mudah
didapat dan mudah dipelihara, memiliki siklus hidup sangat pendek, kurang
lebih dua minggu, hanya memiliki sedikit kromosom (delapan kromosom,
terdiri dari enam autosom dan dua gonosom) sehingga mudah dihitung.
4. Perbedaan jenis kelamin lalat buah secara morphologik:
Aspek Pembeda Lalat Buah Jantan Lalat Buah Betina
Ukuran Lebih kecil daripada lalat Lebih besar daripada lalat
betina jantan
Jumlah segmen 5 segmen 7 segmen
pada abdomen
Bentuk ujung Membulat Memanjang dan
abdomen meruncing
Organ genitalia Berupa clasper Berupa ovopasitor
luar pada
abdomen
Keberadaan sisir Mempunyai sisir Tidak mempunyai sisir
kelamin (sex kelamin, berupa 10 kelamin
comb) rambut kaku warna hitam
di permukaan distal dari
dorsum terakhir kaki
depan
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E., Mahdi, N., Herdanawati. (2013). Perkembangan Metamorphosis
Lalat Buah (Drosophilla melanogaster) pada Media Biakan Alami sebagai
Referensi Pembelajaran pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan. Jurnal
Biotik. 1(1): 1-66.
Aini, Nur. (2008). Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Basukriadi. (2011). Populasi, Ekosistem, Biosfer. Retrieved from
http://staff.ui.ac.id/internal/131472297/material/EKOSISTEM.pdf.
Chusnia. (2009). Pertumbuhan Populasi Paramaecium sp. dan Daya Dukung
Lingkungan. Retrieved from http://wilda.html.
Demerec dan Kaufmann. (1961). Drosophila Guide, Introduction to the Genetics
and Cytology of Drosophila melanogaster. Washington D.C: Carnegie
Institution of Washington.
Frost, S. W. (1959). Insect Life and Insect Natural History, Second Revised
Edition. New York: Dover Publication, Inc.
Gill, M. and Ellar, D. (2002). Transgenic Drosophila Reveals a Functional in vivo
Receptor for the Bacillus thuringiensis Toxin Cry1Ac1. Insect Molecular
Biology. 11(6): 619625.
Jendela Iptek Ekologi. (2000). Jakarta: Balai Pustaka.
Karyanto, Puguh & Saputra, Alanindra. (2016). Modul Praktikum Ekologi Hewan.
UNS.
Lints, Frederick A. and Soliman, M. Hani (Eds.). (1988). Drosophila as a Model
Organism for Ageing Studies. New York: Springer Science.
Rahajo, Broto. (2005). Intisari Ilmu Hewan Merayap. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Rachmat Slamet. (2011). Identifikasi D. Melanogaster pada Media
Biakan Alami dari Pisang Sepatu, Belimbing dan Jambu Biji. Jurnal
Buana Sains. 11(2): 149-162.
Shorrock, B. (1972). Drosophila sp. Ginn Genetick. London: Company Limited.
Siburian, Jodion. (2008). Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi
(Diversity of Drosophila sp at the Jambi City). Jurnal Biospecies. 1(2): 47-
54.
Strickberger, M. W. (1962). Experiments in Genetic with Drosophila. New York:
John Wiley and Sons Inc.
Sukmiwati, Mery dan Dahlia. (2007). Pengaruh Limbah Pabrik Tahu terhadap
Pertumbuhan Populasi Moina sp. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk.
35(1): 1-9.
Tarumingkeng, R. C. (1994). Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Yatim. (1992). Genetika. Bandung: Tarsito.
LAMPIRAN
- 1 lembar laporan praktikum sementara
- Dokumentasi praktikum