Anda di halaman 1dari 9

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang


disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing
yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia
dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok
dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-
orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di
kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing
perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi
atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya
menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh
awam, kita sering mendengar, Kremian. (Sudarto, 1995)
Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh
mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga
lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing E.
vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga
kebersihan dibandingkan anak-anak Pertumbuhan telur cacing tergantung pada
tingkat pertumbuhan, temperatur dan kelembaban udara. Telur yang belum masak
lebih mudah rusak dari pada telur yang masak. Telur cacing rusak pada temperatur
45C dalam waktu 6 jam. Udara yang dingin dan ventilasi yang jelek merupakan
kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur cacing. (Depkes RI, 1989)

Klasifikasi E. vermicularis
Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Nematoda
Kelas : Plasmidia
Ordo : Rabtidia
Super famili : Oxyuroidea
Family : Oxyuridea
Genus : Enterobius
Species : Enterobius vermicularis
(Faust dan Russel,1992)

Morfologi dan daur hidup


Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. pada ujung anterior ada
pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae.Bulbus esophagus jelas
sekali,ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan
penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap dan
ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda Tanya (?). spikulum pada
ekor jarang ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus
besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum.
Makanannya adalah isi dari usus.

Gambar Telur cacing E. Vermicularis


http://www.asm.org/division/c/photo/pinworm2.JPG

Cacing berina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur,


bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan
vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus,sehingga jarang ditemukan
didalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi(asimetris).
Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang.Telur
menjadi matang dalam waktu kira-kira 6jam setelah dikeluarkan,pada suhu badan.
Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur
dapat hidup sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing
jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari
telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur
matang yang tertelan,telur menetas diduodenum dan larva rabditiform berubah
dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung kira-kira1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali
pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada
reinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

Patologi dan gejala klinis


Enterobiasis relative tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang
berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,perineum
dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina
sehingga menyebabkan pruritus local. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah
anus dan menyebabkan pruritis ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar
anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus. Keadaan ini sering terjai pada
waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah.
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esophagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan didaerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat
bersarang di vagina dan di tuba Fallopi sehingga menyebabkan radang di saluran
telur.

Siklus hidup E. vermicularis


Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. vermicularis dan
tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak
telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah
perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah
perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus,
kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada
tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 C dalam waktu 6 jam
(Soedarto, 1995)
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi kedaerah perianal,
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung kira-kira I bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali
pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. (Srisari G, 2006).

Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :


1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada
orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas
tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita
sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi
kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa. (Srisari G, 2006)
Siklus hidup E. Vermicularis

Cara pencegahan dan pemberantasan Enterobiasis.


Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga maka
lingkungan hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan perorangan
merupakan hal yang sangat penting dijaga. Perlu ditekankan pada anak-anak
untuk memotong kuku, membersihkan tangan sesudah buang air besar dan
membersihkan daerah perianal sebaik-baiknya serta cuci tangan sebelum makan.
Di samping itu kebersihan makanan juga perlu diperhatikan. Hendaknya
dihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur cacing E.
vermicularis. Tempat tidur dibersihkan karena mudah sekali tercemar oleh telur
cacing infektif. Diusahakan sinar matahari bisa langsung masuk ke kamar tidur,
sehingga dengan udara yang panas serta ventilasi yang baik pertumbuhan telur
akan terhambat karena telur rusak pada temperatur lebih tinggi dari 46C dalam
waktu 6 jam. Karena infeksi Enterobius mudah menular dan merupak penyakit
keluarga maka tidak hanya penderitanya saja yang diobati tetapi juga seluruh
anggota keluarganya secara bersama-sama (Soedarto, 1995).

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pruritus perianal khususnya pada malam hari
2. Gelisah selama tidur
3. Dilakukan pemeriksaan anal swab. Telur atau cacing seperti benang
tampak dekat rectum pada saat bangun

4. Gatal sekitar area dubur, sulit tidur dan mudah tersinggung.

5. Jika itu adalah infeksi berat, gejala dapat mencakup:

a. kegugupan

b. kegelisahan

c. kehilangan nafsu makan

d. berat badan

e. gatal dan iritasi vagina (vaginitis), jika cacing kremi berada


dekat vagina.(jika pada perempuan)

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi enterobius
vermicularis ditandai dengan klien menggaruk daerah anal.
Intervensi
a) Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun
ringan
b) Anjurkan klien untuk menghindari menyentuh dan menggaruk daerah
anal untuk menghindari infeksi ulang.
c) Jaga area anal tetap kering untuk menghindari infeksi yang
berkelanjutan
d) Anjurkan klien untuk memotong dan memelihara kebersihan kuku
e) Kompres hangat/dingin di area anal
f) Instruksikan pasien untuk tidak menggunakan pakaian yang ketat
dan berbahan wol atau terbuat dari bahan sintetik terutama pada
daerah dubur.
g) Kolaborasikan penggunaan obat topical
h) Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli
tanpa resep dokter

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keterbatasan


pengetahuan.
Intervensi
a) Ajarkan cuci tangan menggunkan sabun, sebelum dan sesudah makan,
setelah BAB/ BAK.
b) Anjurkan klien dan keluarga untuk memotong dan memelihara
kebersihan kuku.
c) Anjurkan keluarga untuk membersihkan area toilet satu minggu sekali.
d) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan kebersihan pakaian.
e) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengganti sprei tempat tidur minimal
seminngu sekali.
f) Ajarkan perineal care pada klien dan keluarga.
g) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan kebersihan makanan.
h) Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus


Intervensi
a) Nasihati klien dan keluarga untuk menjaga kamar tidur agar tetap
memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik
b) Beritahu keluarga pasien untuk menjaga kebersihan kamar tidur
dengan sering mengganti sprei.
c) Jaga kulit klien tetap lembab
d) Gunakan sabun yang lembut saat mandi dan oleskan krim setelah
mandi.
e) Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur
f) Melaksanakan gerak badan secara teratur
g) Mengerjakan ritual sebelum tidur
h) Kolaborasikan dengan tim kesehatan yang lain.
4. Defisit pengetahuan diri berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses penyakit
Intervensi
a) Berikan informasi tentang penyakit yang disebabkan oleh
erterobius vermikularis
b) Arahkan orang tua untuk mencuci sprei, handuk, dan pakaian
malam sebelum digunakan ulang
c) Informasikan pada orang tua untuk menjaga agar jari kuku anak
tetap pendek
d) Tekankan anak untuk mencuci tangan sehabis buang air dan
sebelum makan
e) Berikan informasi pada orang tua untuk memandikan anak dengan
air hangat
f) Informasikan pada keluarga bahwa semua anggota yang tidak
hamil juga perlu diobati karena parasit sudah menyebar
g) Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya personal
hygiene yang baik
h) Ajarkan pada anak untuk tidak menggaruk area anus

Daftar Pustaka:
Carpenito-Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
FKUI. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Irianto, Kus. 2009. Parasitologi untuk Paramedis dan Nonmedis. Bandung: Yrama
Widya.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai