Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI ENTEROBIASIS


Enterobiasis atau oxyuriasis adalah penyakit akibat infeksi cacing Enterobius
vermicularis atau Oxyuris vermicularis. Disebut pula sebagai pinworm infection, atau di
Indonesia dikenal sebagai infeksi cacing kremi. Penyakit ini identik dengan anak-anak, meski
tak jarang orang dewasa juga terinfeksi.

1.2 ETIOLOGI
Enterobiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis.
cacing ini sering juga disebut Oxyuris vermicularis, cacing kremi, seatworm, pinworm,
threadworm. Cacing betina berukuran 8-13mm x 0,4mm. Pada ujung anterior ada pelebaran
kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan
runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh telur. Cacing jantan berukuran 2-
5mm, spikulum pada ekor jarang ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga
sekum, usus besar dan usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya
adalah isi usus halus. Cacing betina mengandung 11.000 15.000 butir telur, bermigrasi ke
daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur jarang
dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan telur di dalam tinja.
Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris). Dinding telur bening
dan agak tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu 6 jam
setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan
lembab telur hidup sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari
tertelannya telur sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal
berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan.

1.3 KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Rhabditea
Ordo : Oxyurata
Famili : Oxyuridae
Genus : Enterobius
Spesies : vermicularis10
Nama lain : Oxyuris vermicularis, cacing kremi, cacing kerawit, pinworm, seatworm.

1.4 PATOFISIOLOGI

1
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Cacing betina gravid, sering
mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi. Cacing ini di tuba fallopi dapat menyebabkan
salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan
kemandulan, akibat buntunya saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa
menyebabkan apendisitis, meskipun jarang di temukan.
Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,perineum dan vagina oleh cacing betina
gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local. Oleh karena cacing
bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritis ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus
sehingga timbul luka garuk disekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita
terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus
bagian proksimal sampai ke lambung, esophagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah
tersebut.
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang
benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang
menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing
dewasa.

1.5 MANIFESTASI KLINIS


Menurut (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Hal. 2939) :
1) Gatal pada anus (pruritus ani)
2) Anoreksia
3) Sukar tidur
4) Iritasi (pada anak-anak)
5) Vaginitis (pada anak wanita)
6) Nyeri perut
7) Mual
8) Muntah
9) Mencret-mencret, disebabkan karena iritasi cacing dewasa pada sekum

1.6 KOMPLIKASI
1. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)
Salpingitis merupakan infeksi yang terjadi di bagian saluran tuba uterine, dipicu
oleh infeksi dari bakteri. Kondisi ini adalah penyebab umum dari terjadinya
ketidaksuburan pada perempuan sebab peradangan bisa saja merusak saluran tuba.
Salpingitis mungkin saja tidak memiliki gejala, akan tetapi tanda-tandanya diantaranya

2
termasuk keputihan yang terjadi secara abnormal, bercak antara tiap periode, periode
yang cukup menyakitkan, terasa sakit saat terjadi ovulasi atau saat sedang melakukan
hubungan seks dan juga terasa nyeri pada punggung bagian bawah.
2. Vaginitis (peradangan vagina)
Vaginitis adalah peradangan pada vagina. Hal ini dapat mengakibatkan pelepasan,
gatal dan nyeri, dan sering dikaitkan dengan iritasi atau infeksi vulva. Hal ini biasanya
karena infeksi.
3. Infeksi ulang.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit eosinofilia. Diagnosis
ditegakkan dengan cara menemukan telur atau cacing dewasa di daerah perianal dengan swab atau di dalam
tinja. Anal swab ditempelkan disekitar anus pada pagi hari sebelum anak buang air besar. Menurut (Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Hal. 2940).
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing
E. vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
Cacing dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian
dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan
larutan fiksasi untuk mengawetkan.
Telur cacing
Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orang-orang
yang menderita infeksi ini. Telur cacing E. vermicularis lebih mudah ditemukan dengan teknik
pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan Scotch adhesive tape swab.

1.8 PENATALAKSANAAN
1. Pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
2. Mebendazol 100 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
3. Albendazol 400 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
Menurut (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Hal. 2940) :
Perawatan umum :
Pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap keluarga serumah atau yang sering berhubungan dengan
pasien
Kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku, jari-jari dan pakaian tidur
Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram degan desinfektan
Pengobatan
Mebendazol, diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang stelah 2 minggu
Albendazol, diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang stelah 2 minggu

3
Piperazin sitrat, diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 7 hari berturut-turut, dapat diulang dengan
interval 7 hari
Privium pamoat, diberikan dengan dosis 5 mg/ kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan diulangi 2
minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan rasa mual, muntah dan warna tinja menjadi merah.
Bersama Membenzadol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi
Pirantel pamoat, diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal dan maksimum 1
gram

BAB II

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN ENTEROBIASIS


2. 1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien
a. Nama
b. Usia
c. Alamat
d. Jenis kelamin
e. Agama
f. Status

Dasar data pengkajian adalah :

4
1. Pruritus perianal khususnya pada malam hari
2. Gelisah selama tidur
3. Dilakukan pemeriksaan anal swab Telur atau cacing seperti benang tampak dekat
rectum pada saat bangun
4. Gatal sekitar area dubur, sulit tidur dan mudah tersinggung
5. Jika itu adalah infeksi berat, gejala dapat mencakup
6. Kegugupan
7. Kegelisahan
8. Kehilangan nafsu makan
9. Berat badan menurun
10. Gatal dan iritasi vagina (vaginitis), jika cacing kremi berada dekat vagina (jika pada
perempuan)

2.2 DIAGNOSA
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi enterobiusvermicularis
ditandai dengan klien menggaruk daerah anal.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
4. Defisit pengetahuan diri berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit

5
2.3 INTERVENSI

2.4 Diagnosa Keperawatan 2.5 Tujuan (Kriteria hasil) 2.6 Intervensi 2.7 Rasional

1. Kerusakan integritas kulit 2.9 Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci area yang kemerahan dengan 1. Untuk mengurangi atau
berhubungan dengan infeksi keperawatan selama 1 x 7 jam. lembut menggunakan sabun mencegah infeksi akibat
enterobius vermicularis Diharapkan kerusakan ringan pemakaian sabun
2. Anjurkan klien untuk menghindari 2. Jika disentuh maka infeksi akan
ditandai dengan integritas kulit berkurang
menyentuh dan menggaruk daerah terjadi kembali dan
klien menggaruk daerah dengan kh :
anal untuk menghindari infeksi menyebabkan luka.
anal.
1. Klien melaporkan kerusakan 2.17
2.8 ulang
3. Supaya infeksi tidak meluas dan
integritas kulit 3. Jaga area anal tetap kering untuk
menyebabkan bagian lain
berkurang/hilang menghindari infeksi yang
2. Ekspresi wajah klien tenang terkena
berkelanjutan
3. Klien dalam keadaan tenang 4. Supaya kuku tetap terawat dan
4. Anjurkan klien untuk memotong
serta rileks tidak melukai daerah anal
dan memelihara kebersihan kuku
4. Keadaan umum klien 5. Untuk mengurangi nyeri apabila
5. Kompres hangat/dingin di area
membaik terjadi perlukaan
anal
5. Klien tidak tampak sedang 6. Untuk mengurangi gesekan
6. Instruksikan pasien untuk tidak
menggaruk pada daerah dubur
menggunakan pakaian yang ketat
2.10 2.18
dan berbahan wol atau terbuat dari
2.11
bahan sintetik terutama pada 2.19
2.12 daerah dubur
7. Kolaborasikan penggunaan obat 2.20
2.13 7. Untuk mengobati infeksi pada
topical
8. Nasihati klien untuk menghindari anal
8. Supaya tidak terjadi infeksi

6
2.14 pemakaian salep yang berkelanjutan
/lotion yang dibeli tanpa resep
2.15
dokter.
2.16

2. Ketidakefektifan 2.22 Setelah dilakukan 1. Ajarkan cuci tangan 1. Supaya kebersihan diri klien
pemeliharaan kesehatan tindakan keperawatan selama menggunakan sabun, sebelum dan terjaga
2.25
berhubungan dengan 1 x 7 jam. Diharapkan sesudah makan, setelah
2.26
keterbatasan pengetahuan ketidakefektifan pemeliharaan BAB/BAK 2. Supaya kebersihan diri klien
2. Anjurkan klien dan keluarga untuk
2.21 kesehatan berkurang dengan terjaga
memotong dan memelihara
kh : 2.27
kebersihan kuku
3. Supaya terhindar dari
1. Klien melaporkan 3. Anjurkan keluarga untuk
menumpuk nya bakteri di area
pemeliharaan kesehatan membersihkan area toilet satu
toilet
membaik minggu sekali
2.28
4. Anjurkan keluarga untuk
4. Supaya pasien tampak rapi dan
2. Klien mengetahui bagaimana memperhatikan kebersihan
terhindar bakteri
cara yang benar mengurus pakaian 2.29
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk 5. Supaya kebersihan tempat tidur
dirinya sendiri
mengganti sprei tempat tidur tetap terjaga
2.23
2.30
minimal seminngu sekali
6. Supaya terhindar dari berbagai
6. Ajarkan perineal care pada klien
penyakit kelamin

7
dan keluarga 2.31
7. Anjurkan klien dan keluarga untuk 7. Supaya terhindar dari berbagai
memperhatikan kebersihan macam penyakit yang ada di
makanan dalam makanan
8. Anjurkan klien dan keluarga untuk 2.32
8. Supaya klien merasa nyaman
menjaga kebersihan lingkungan
berada dalam lingkungan yang
2.24
terhindar dari penyakit
2.33
2.34
2.35 Intervensi :
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
2.36 Intervensi :
a) Nasihati klien dan keluarga untuk menjaga kamar tidur agar tetapmemiliki ventilasi dan kelembaban yang baik
b) Beritahu keluarga pasien untuk menjaga kebersihan kamar tidur dengan sering mengganti sprei
c) Jaga kulit klien tetap lembab
d) Gunakan sabun yang lembut saat mandi dan oleskan krim setelah mandi
e) Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur
f) Melaksanakan gerak badan secara teratur
g) Kolaborasikan dengan tim kesehatan yang lain
2.37
4. Defisit pengetahuan diri berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
2.38 Intervensi :
a) Berikan informasi tentang penyakit yang disebabkan oleh enterobius vermikularis
b) Arahkan orang tua untuk mencuci sprei, handuk, dan pakaian malam sebelum digunakan ulang
c) Informasikan pada orang tua untuk menjaga agar jari kuku anak tetap pendek
d) Tekankan anak untuk mencuci tangan sehabis buang air dan sebelum makan
e) Berikan informasi pada orang tua untuk memandikan anak denganair hangat
f) Informasikan pada keluarga bahwa semua anggota yang tidak hamil juga perlu diobati karena parasit sudah menyebar
g) Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya personalhygiene yang baik
h) Ajarkan pada anak untuk tidak menggaruk area anus

8
2.39
2.40
2.41
2.42
2.43
2.44
2.45
2.46
2.47
2.48

2.49 DAFTAR PUSTAKA

2.50 Carpenito-Moyet.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.


2.51 FKUI.1998.Parasitologi Kedokteran.Jakarta: FKUI.
2.52 Irianto, Kus.2009.Parasitologi untuk Paramedis dan Nonmedis.Bandung: YramaWidya.
2.53 NANDA.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Prima Medika.
2.54
2.55

2.56

Anda mungkin juga menyukai